Anda di halaman 1dari 26

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN BUPATI

KABUPATEN TULUNGAGUNG TENTANG PERUBAHAN PERATURAN


BUPATI NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN HARI
BEBAS KENDARAAN BERMOTOR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perancanga Perundang-Undangan


Dosen pengampu : Satrio Wibowo S.H., M.H.

Disusun oleh kelompok 3 :


Rohmatul Laili Isniah (126103213277)
Nadia Febby Agustin (126103213293)
Rangga Satria Dewanto (126103213294)
Anjrah Ayu Lestari (126103213301)

Mohammad Dimas R. (126103213303)


Intan Nadylla putri S (126103213308)
Muh. Roy Maulana I (126103213315)
Faiq Afif Auliya
(12610321317)
KELAS HTN 5G
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG 2023

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
Naskah Akademik ini dengan judul “NASKAH AKADEMIK RANCANGAN
PERATURAN BUPATI KABUPATEN TULUNGAGUNG TENTANG
PERUBAHAN PERATURAN BUPATI NOMOR 26 TAHUN 2017
TENTANG PELAKSANAAN HARI BEBAS KENDARAAN BERMOTOR”
sebagai tugas mata kuliah Perancangan Perundang-undangan. Pada
kesempatan ini saya berterimakasih setulus-tulusnya kepada:

1) Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sayid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2) Dr. H. Nur Efendi, M.Ag, selaku Dekan fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum Universitas Islam Negeri Sayid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3) Bapak Ahmad Gelora Mahardika, M.H. Selaku Koordinator Program
Studi Hukum Tata Negara Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
4) Bapak Satrio Wibowo S.H., M.H. selaku dosen mata perkuliahan
Perancangan Perundang-Undangan, yang telah mengajar, membimbing,
dan mengarahkan sehingga penulisan makalah ini bisa selesai tepat
waktu.
5) Civitas Akademik, yang telah membantu, dan memberi informasi
dalam menyelesaikan naskah akademik ini.
Dalam penulisan naskah akademik ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, karena itu kritik dan saran yang membangun akan menyempurnakan
penulisan naskah akademik ini serta bermanfaat bagi para pembaca.

Tulungagung, 31 Oktober 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Cover........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
BAB II................................................................................................................................5
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS..................................................5
A. Kajian Teoritis...............................................................................................5
B. Kajian Terhadap Azas/ Prinsip Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car
Free Day...............................................................................................................9
BAB III............................................................................................................................13
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT ......................................................................................................................13
A. Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ...............13
BAB IV.............................................................................................................................15
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS ---------------------------
A. Landasan Filosofis-------------------------------------------------------------------------
B. Landasan Sosiologis ----------------------------------------------------------------------
C. Landasan Yuridis --------------------------------------------------------------------------
BAB V..............................................................................................................................17
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI
PERATURAN DAERAH ---------------------------------------------------------------------
A. Jangkauan dan Arah Pengaturan Rencana Pembatasan di Beberapa Daerah
dan Jam Tertentu dari Asap Kendaraan Bermotor (Car Free Day) --------------------
B. Ruang Lingkup Materi dan Jangkauan Pengaturan Pembatasan di Beberapa
Daerah dan Jam Tertentu dari Asap Kendaraan Bermotor (Car Free Day)................
BAB VI .............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
A. Kesimpulan.................................................................................................20

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) merupakan sebuah
gerakan untuk menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap
kendaraan bermotor. Gerakan ini dimulai dari kesadaran penduduk dunia
mengenai bahaya pemanasan global danpentingnya pengurangan emisi
bahan bakar di dunia. Pada hari pelaksanaan HBKB, ada beberapa bagian
ruas jalan kendaraan bermotor yang ditutup dan digunakan untuk pejalan
kaki dan pengendara tidak bermotor (non-motorized transportation). Di
Indonesia, Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day
umumnya digunakan sebagai ruang untuk berolahraga bagi masyarakat
perkotaan. Kegiatan seperti senam, berlari, berjalan maupun bersepeda
banyak ditemukan di Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day.
Penutupan jalan sebagai dampak dari pemberlakuan kegiatan Hari Bebas
Kendaraan Bermotor atau Car Free Day memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk berolahraga di jalan-jalan yang biasa dilewati kendaraan
pribadi.
Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day juga
merupakan budaya baru bagi masyarakat dan merupakan ajang untuk
bersosialisasi dengan teman maupun keluarga dan juga berdasarkan
beberapa penelitian oleh kalangan ahli lingkungan, terukur setelah
kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day bahwa gas
polutan turun secara signifikan diantaranya CO berkurang 67%, NO
berkurang 80% dan debu berkurang 34%. Kegiatan Car Free Day selain
berdampak positif bagi lingkungan ternyata mempunyai tujuan khusus
untuk “Memasyarakatkan Olahraga”. Juga sarana kesehatan jasmani yang
bebas dari polusi. Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day

1
merupakan kagiatan yang dilakukan untuk mengurangi polisi udara yang
ditimbulkan dari kendaraan bermotor.
Namun saat ini kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car
Free Day mengalami penambahan fungsi. Dari yang awalnya hanya untuk
kegiatan olahraga, kini bertambah menjadi ajang kegiatan selain olahraga.
Car Free Day telah menjadi suatu kegiatan dengan New Trend Activism
yang cenderung pada suatu ajang hiburan bagi masyarakat kota dalam
menikmati hiburan dan berbelanja. Beberapa kegiatan seperti pertunjukan
kesenian, panggung hiburan, permainan anak-anak, dan kegiatan festival
jalanan lainnya. Kegiatan sosialisasi seperti promosi, dan sosialisasi
sebuah produk atau kegiatan juga banyak ditemui. Selain itu banyak juga
ditemui pedagang kaki lima yang berjualan makanan dan minuman,
pakaian maupun barang lainnya di lokasi Hari Bebas Kendaraan Bermotor
atau Car Free Day.
Di Indonesia, kegiatan Hari Bebas Kendaaraan Bermotor atau Car
Free Day pertama kali dilaksanakan di Surabaya pada bulan maret tahun
2008, kemudian disusul di Jakarta pada bulan april tahun 2008. Kemudian
kegiatan ini berkembang dan mulai menjamur ke kota-kota besar di
seluruh Indonesia. Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day
memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu: sebagai solusi untuk
mengatasi masalah lingkungan, diharapkan untuk mengurangi tingginya
tingkat polusi yang salah satu penyumbang terbesarnya adalah berasal dari
asap kendaraan bermotor. Oleh sebab itu cara mengantisipasinya dengan
menutup beberapa ruas jalan selama beberapa jam. Penutupan jalan itulah
yang diharapkan dapat mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang
melintas sekaligus mengurangi polutan (karbon monoksida, hidrokarbon,
dan nitrogen oksida) dari kendaraan bermotor yang mencemari udara.
Selain itu tujuan diadakannya perda tentang Hari Bebas Kendaraan
Bermotor atau Car Free Day adalah sebagai ruang sosial dan ruang publik
untuk warga. Menurut Allan B. Jacob ruang publik berfungsi sebagai
ruang interaksi sosial penduduknya, menciptakan ide-ide kreatif dan

2
revolusi sosial bahkan merangsang penduduk untuk berkreatifitas dan
berkegiatan bersama. Dengan adanya interaksi ini ternyata menimbulkan
beberapa hal posistif seperti terjadiya hubungan sosial yang lebih baik
antara sesama masyarakat, menciptakan berbagai komunitas-komunitas
kreatif dengan orang-orang yang memiliki hobi yang sama tergabung
disini. Dari hasil observasi banyak yang mengatakan bahwa kegiatan ini
sangat bermanfaat khususnya masyarakat dapat saling berinteraksi dengan
orang-orang sekitar yang bisanya jarang sekali mereka temui. Dengan
demikian tentu sangat menunjang suatu daerah untuk terus berkembang
baik secara ifrastruktur dan sosial yang berkelajutan.
Namun pada pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau
Car Free Day ini tidak berjaan dengan baik. Adapun masalah-masalah
yang timbul beriringan dengan fungsi dari kegiatan Car Free Day itu
sendiri. Kegiatan ini menimbulkan masalah yang sifatnya bertolak
belakang dengan tujuan utama diselenggarakannya, adapun pernyataan ini
terkait dengan perilaku masyarakat dari yang tidak memperhatikan
kebersihan lingkungan sehingga tidak sedikit jumlah sampah berceceran
dijalanan seusai pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car
Free Day, serta sampai pada perilaku masyarakat yang masih
menggunakan kendaraan bermotor saat pelaksanaan Hari Bebas
Kendaraan Bermotor atau Car Free Day. Pentingnya peranan Pemerintah
sebagai pihak penyelenggara sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai
pengguna atau pengunjung. Disamping itu tingginya tingkat kesadaran
masyarakat juga menjadi kunci penting demi terwujudnya suatu tujuan
bersama.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana dalam latar belakang maka dalam
naskah akademik ini memiliki rumusan masalah sebagaimana berikut:

1. Permasalahan apa yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten


Tulungagung dalam pembangunan sarana pariwisata dan bagaimana
permasalahan tersebut dapat diatasi?
2. Mengapa perlu Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Sarana
Pariwisata di Kabupaten Tulungagung?
3. Apa yang menjadi dasar pertimbangan atau landasan filosofis,
sosiologis dan yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Tulungagung tentang Rencana Sarana Pariwisata?
4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan, dan arah pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Sarana Pariwisata di Kabupaten Tulungagung?

4
BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis
1. Konsep Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day

Konsep Car Free Day (CFD) merupakan sebuah gerakan untuk


menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor.
Gerakan ini dimulai dari kesadaran penduduk dunia mengenai bahaya
pemanasan global dan pentingnya pengurangan emisi bahan bakar di dunia.
Menurut kementerian lingkungan hidup dan kehutanan tahun 2015,
Pelaksanaan car free day dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam seminggu, yaitu pada hari kerja atau hari libur dan dilaksanakan
minimal 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari dimulai pada pukul 06.00
sampai dengan 14.00 WIB. Hal ini terkait dengan metodologi pengukuran
kualitas udara yang menghendaki waktu minimal 8 (delapan) jam sehingga
memenuhi tingkat representasi sampling kualitas udara yang mencerminkan
aktivitas kendaraan bermotor di suatu kota.

Pemberlakuan panjang jalur pelaksanaan kegiatan Hari Bebas


Kendaraan Bermotor (car free day) mengacu pada 4 kualifikasi :

a) Kota Metropolitan Kota metropolitan adalah kota dengan jumlah


penduduk lebih dari 1 juta jiwa. Pada jenis kota ini penerapan jalur
pelaksanaan HBKB panjangnya lebih dari 4 km.
b) Kota Besar Kota besar adalah kota dengan jumlah penduduk lebih
500.001 – 1.000.000 jiwa. Pada jenis kota ini, penerapan jalur
pelaksanaan HBKB panjangnya minimal 4 km atau sama dengan 4
km.
c) Kota Sedang Kota sedang adalah kota dengan jumlah penduduk
100.001 – 500.000 jiwa. Pada jenis kota ini, penerapan jalur
pelaksanaan HBKB panjangnya harus lebih dari 3 km.

5
d) Kota Kecil Kota kecil adalah kota dengan jumlah penduduk sampai
dengan 100.000 jiwa. Pada kota jenis ini, penerapan jalur
pelaksanaan HBKB panjangnya minimal 3 km atau sama dengan 3
km.

Apabila tidak terdapat ruas jalan dengan panjang jalan sebagaimana


dimaksud di atas, maka pelaksanaannya dapat menggabungkan beberapa
ruas jalan (dengan catatan: pelaksanaan HBKB harus dilaksanakan dalam
hari dan waktu yang sama).

Dalam pelaksanaan kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor,


kendaraan yang boleh melintas hanyalah ambulans dan dalam kendaraan
darurat (berpasien dan menyalakan sirine), serta mobil pemadam kebakaran
dan kendaraan umum massal yang mempunyai trayek tetap. Kendaraan-
kendaraan patroli lainnya diharapkan dapat siaga di luar area HBKB.

2. Komponen yang Bertanggung Jawab dalam Car Free Day


Peran dan tanggung jawab sektor terkait dalam pelaksanaan HBKB
adalah sebagai berikut:
a) Pemerintah Kota Seiring pelaksanaan HBKB, Pemerintah Kota
wajib mengembangkan infrastruktur kota yang mampu
memfasilitasi upaya pengurangan ketergantungan penggunaan
kendaraan bermotor (dengan fasilitas yang aman, nyaman dan
memadai), antara lain berupa pengembangan fasilitas pejalan kaki
seperti trotoar, zebra cross, fasilitas jalur sepeda, fasilitas angkutan
umum missal, dsb.
b) Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah melalui instansi-instansinya
memiliki peran dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Gubernur/Walikota/ Bupati
a. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat
Kota Administrasi mengenai persiapan dan pelaksanaan
HBKB

6
b. Membuat perencanaan materi acara pendukung dalam
pelaksanaan HBKB
c. Menetapkan lokasi/jalan dan jadwal pelaksanaan HBKB di
wilayah masing-masing
d. Melaksanakan pengurusan administrasi perizinan terkait
pelaksanaan HBKB 5) Melaksanakan sosialisasi/kampanye
sebelum, pada saat pelaksanaan dan sesudah pelaksanaan
HBKB
e. Memasang spanduk dan media lainnya terkait informasi
penutupan jalan pada ruas jalan tertentu untuk pelaksanaan
kegiatan HBKB
f. Melakukan evaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan
kegiatan HBKB kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah
2. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi/
Kabupaten/Kota
a. Berperan sebagai Koordinator pelaksanaan HBKB
b. Menyusun rencana kerja, kriteria lokasi dan jadwal
pelaksanaan HBKB
c. Menyusun desain materi dan melaksanakan sosialisasi
d. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam
penyusunan hasil pelaksanaan HBKB
e. Membuat perencanaan serta melakukan pengukuran berkala
dengan cermat di sepanjang titik area HBKB demi
mendapatkan hasil yang akurat terkait penurunan kadar
pencemaran udara selama HBKB berlangsung
f. Mempublikasikan kepada masyarakat terkait hasil
pengukuran mutu udara sebagai dampak dilaksanakannya
HBKB.
g. Melakukan evaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan
kegiatan HBKB kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah

7
3. Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota
a. Melakukan koordinasi dengan Polisi Lalu Lintas setempat
terkait penutupan jalan dalam pelaksanaan HBKB
b. Mempersiapkan angkutan umum/angkutan alternatif di
sekitar lokasi pelaksanaan HBKB
c. Membuat desain jalan alternatif dan petunjuk arah
pengalihan arus lalu lintas
d. Mempersiapkan area parkir alternatif pada titik-titik
penutupan jalan
e. Mengeluarkan aturan terkait jenis kendaraan yang boleh dan
tidak diperbolehkan melintas pada jalur HBKB selama
kegiatan berlangsung
f. Mengawasi serta memberikan sanksi kepada kendaraan yang
terbukti melanggar
g. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan kegiatan HBKB
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah
4. Dinas Kebersihan Kabupaten/Kota
a. Menjaga kebersihan area HBKB selama kegiatan
berlangsung
b. Menyediakan tempat sampah di sepanjang jalur HBKB
c. Menyediakan fasilitas WC umum
d. Mensosialisasikan untuk membuang sampah pada tempatnya
serta menindak dan memberikan denda langsung kepada
peserta yang kedapatan membuang sampah sembarangan
ataupun mengotori area HBKB
e. Melakukan evaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan
kegiatan HBKB kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah
c) Kepolisian
a. Melakukan penutupan jalan untuk pelaksanaan HBKB.
b. Melakukan koordinasi perencanaan pengamanan selama
berlangsungnya kegiatan HBKB

8
c. Menjaga keamanan dan ketertiban, termasuk penertiban
pedagang kaki lima selama pelaksanaan kegiatan HBKB
d. Melakukan seleksi terkait pengeluaran ijin keramaian
e. Menindak segala pelanggaran yang terjadi selama
pelaksanaan kegiatan HBKB
d) Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat turut berperan dalam
pelaksanaan HBKB, peran tersebut dapat berupa:
a. Berpartisipasi dalam kegiatan HBKB, baik melalui kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan, maupun dengan turut
mengurangi penggunaan kendaraan yang mengandung emisi
dan beralih ke kendaraan yang tidak beremisi seperti sepeda,
atau berjalan kaki untuk menempuh jarak dekat
b. Tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak relevan
selama HBKB ataupun kegiatan yang dapat mengganggu
peserta HBKB lainnya.
c. Menjaga kebersihan area HBKB dengan tidak membuang
sampah sembarang serta tidak melakukan kegiatan merusak
seperti menginjak tumbuhan/taman di area HBKB.
d. Tidak merokok disepanjang area HBKB
e. Memperhatikan serta mematuhi segala peraturan yang
dikeluarkan penyelenggara HBKB

B. Kajian Terhadap Azas/ Prinsip Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau


Car Free Day
1. Azas dan Prinsip Penyelenggaraan Hari Bebas Kendaraan Bermotor
atau Car Free Day
Asas/prinsip Car Free Day:
Manfaat; Prinsip utama dalam penyelenggaraan car free day adalah
menjaga keselamatan semua peserta. Hal ini meliputi pengaturan lalu

9
lintas yang aman, penutupan jalan yang tepat, dan pengawasan yang
memadai untuk mencegah kecelakaan atau insiden yang tidak diinginkan
kualitas hidup: Dengan mengurangi polusi udara dan kemacetan lalu lintas,
car free day dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Udara yang
lebih bersih dan lalu lintas yang lancar dapat menciptakan lingkungan
yang lebih nyaman dan sehat untuk beraktivitas.
sosialisasi: Prinsip ini melibatkan komunikasi yang efektif dan sosialisasi
yang luas kepada masyarakat tentang tujuan, manfaat, dan aturan yang
terkait dengan car free day. Informasi yang jelas dan mudah diakses akan
membantu masyarakat memahami dan mendukung penyelenggaraan acara
ini.
Kelestarian; Dengan mengalami langsung manfaat dari pengurangan
kendaraan bermotor, car free day dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Hal ini dapat
mendorong perubahan perilaku menuju gaya hidup yang lebih ramah
lingkungan, seperti menggunakan kendaraan berbagi, berjalan kaki, atau
bersepeda.
Azas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Azas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, secara
teoritis meliputi azas pembentukan peraturan perundang-undanganyang
bersifat formal dan azas pembentukan peraturan perundang-undangan
yang bersifat materiil. Azas pembentukan perundang-undangan yang baik
dan bersifat formal dituangkan dalam Pasal 5 UU Nomor 12 Tahun 2011
(khususnya dalam pembentukan Peraturan Daerah, azas-azas tersebut
diatur pula dalam pasal 137 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah (selanjutnya disebut UU Pemda), yaitu “Perda
dibentuk berdasarkan pada azas pembentukan peraturan perundang-
undangan” yang meliputi:
Kejelasan tujuan;
Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;

10
Dapat dilaksanakan; Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
Kejelasan rumusan;
dan Keterbukaan.
Sedangkan azas-azas materiil pembentukan peraturan perundang-
undangan yang baik diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU No 12
Tahun 2011 (khususnya berkenaan dengan peraturan daerah diatur dalam
Pasal 138 ayat (1) dan ayat (2) UU Pemda), yakni materi muatan Peraturan
Perundang-undangan.
2. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan Hari Bebas Kendaraan
Bermotor atau Car Free Day

Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi saat ini, serta


permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan Car Free Day di Kabupaten
Tulungagung diantaranya meliputi:

Permasalahan Car Free Day.


Peraturan Car Free Day bertujuan untuk mengurangi polusi udara
dan mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi berkelanjutan
seperti berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum.
Meskipun ada peraturan Car Free Day, masih ada beberapa
pengendara yang tidak mematuhi aturan ini dan tetap menggunakan
kendaraan pribadi. Hal ini dapat mengurangi efektivitas dari Car Free Day
dan menyebabkan kemacetan di sekitar area yang seharusnya bebas
kendaraan.
Pada Car Free Day, perlu adanya pengaturan lalu lintas yang baik
untuk mengarahkan kendaraan ke rute alternatif. Jika pengaturan lalu lintas
tidak memadai, dapat terjadi kebingungan dan kemacetan yang tidak
diinginkan.
Beberapa masyarakat mungkin kurang menyadari pentingnya Car
Free Day dan masih menggunakan kendaraan pribadi tanpa
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Kurangnya kesadaran ini
dapat mengurangi efektivitas dari peraturan Car Free Day.

11
Prasarana Umum dan Fasilitas Umum

Sarana toilet umum yang belum tersedia didaerah yang diberlakukan


HBKB (Hari Bebas Kendaraan Bermotor) sehingga menyulitkan
masyarakat yang ingin ketoilet dan juga toilet harus dijaga kebersianya,
serta ketersediaan air yang harus memadai.

Untuk menunjang kegiatan ini, di perlukan sarana prasarana yang


memadai karena masyarakat yang datang sangatlah banyak. Di beberapa
titik ditemukan tempat sampah yang tidak bisa menampung lagi, karena
telah penuh, sehingga perlu memperbanyak tempat sampah di beberapa
titik di jalan yang digunakan untuk Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau
Car Free Day.

12
13
BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT


A. Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pada dasarnya berbicara mengenai menjaga lingkungan dan ekosistem
tidak terlepas dari UUD RI Nomor 32 Tahun 2009. Sejatinya manusia
diciptakan bukan untuk merusak lingkungan, tetapi untuk menjaga dan
menyeimbangkan hal tersebut dengan kesadaran masing – masing manusia.
Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. ”
Sedangkan pada pasal 2 ayat (3) berbunyi mengenai “ Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:
a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem;
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;
f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa
depan;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup
sebagai bagian dari hak asasi manusia;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. mengantisipasi isu lingkungan global.”

14
Dalam kedua pasal diatas terbentuklah adanya suatu implikasi untuk
menguatkan
lingkungan hidup dari adanya kesenjangan pemanasan isu global yang terjadi
diluar sana. Secara garis besar, UU Nomor 32 Tahun 2009 berisikan upaya
sistematis dan terpadu untuk melestarikan lingkungan serta sebagai upaya
pencegahan terjadinya pencemaran dan atau kerusakaan lingkungan hidup.
Undang-Undang ini mewajibkan Pemerintah dan pemerintah daerah untuk
membuat kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Tap MPR No. IX Tahun 2001, Pengelolaan
lingkungan hidup yang selama ini dilakukan menggambarkan kurangnya
keseriusan para penaggungjawab baik dilapangan, pengawasan maupun
pengambil keputusan, bahkan pengelolaan sumberdaya
1.

15
BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis
Sebagai kota yang sudah mengikuti perkembangan zaman HBKB
atau Car Free Day sekarang sudah banyak di temukan di berbagai kota di
Indonesia, tidak ketinggalan juga kota Tulungagung, kegiatan yang di
lakukan satu minggu sekali tersebut cukup membuat masyarakat antusisas
dan tidak sedikit dari mereka yang berbondong-bondong mengikuti HBKB
atau Car Free Day yang mereka rasa kegiatan tersebut dapat mengurangi
kepenatan mereka dalam sepekan beraktivitas. HBKB atau Car Free Day
merupakan kepedulian terhadap lingkungan., manusia harus menjaga alam
semesta dan lingkungannya agar tetap lestari. HBKB atau Car Free Day
menjadi wujud nyata dari kepedulian ini dengan mengurangi polusi udara
dan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan penggunaan kendaraan
bermotor, HBKB atau Car Free Day juga memberikan kesempatan yang
sama bagi semua orang untuk menikmati ruang publik tanpa dibatasi oleh
kendaraan bermotor. Hal ini menciptakan kesetaraan akses dan
mempromosikan kesadaran sosial, dengan memberikan kesempatan
kepada pejalan kaki, sepeda, dan pelajar untuk menikmati lalu lintas yang
lebih aman dan ramah di lingkungan.

Dengan demikian, HBKB atau Car Free Day mengedepankan


kesehatan dan kestabilan lingkungan, serta meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat secara keseluruhan. HBKB atau Car Free Day dapat
menjadi sarana untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat
Tulungagung khususnya, dengan menekankan nilai-nilai etika dan filosofis
yang mendorong kesadaran lingkungan, keadilan sosial, dan kualitas hidup
yang lebih baik.

16
B. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang


menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis
sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan
masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.

Dari fakta empiris sendiri yang dirumuskan dalam peraturan Bupati


(Perbup) nomor 26 tahun 2017 dituangkan dalam tujuan dan sasaran dalam
rangka mengurangi tingkat pencemaran udara yang diakibatkan oleh emis
gas buang kendaraan bermotor pada kawasan tertentu pada kabupaten
Tulungagung yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
pada umumnya, dan masyarakat Kabupaten Tulungagung pada khususnya.

C. Landasan Yuridis

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun


2011 menentukan landasan yuridis merupakan pertimbangan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang
akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang
berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu
dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan
hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang
tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari
Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada
tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.
Persoalan hukum tentang pembatasan penggunaan kendaraan bermotor
yang akan dibentuk, dari sisi landasan yuridis berhubungan dengan
kekosongan hukum dan peraturannya memang sama sekali belum ada.

17
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP

MATERI PERATURAN DAERAH

A. Jangkauan Dan Arah Pengaturan Rencana Pembatasan Di Beberapa


Daerah Dan Jam Tertentu Dari Asap Kendaraan Bermotor (Car Free
Day)
Naskah Akademik ini berfungsi mengarahkan ruang lingkup materi
muatan RANCANGAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN
TULUNGAGUNG TENTANG PERUBAHAN PERATURAN BUPATI
NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN HARI BEBAS
KENDARAAN BERMOTOR. Sasaran yang akan diwujudkan dalam
pengaturan Rancangan Peraturan Tentang Pelaksaan Hari Bebas
Kendaraan Bermotor ini, terdiri atas tujuan dan sasaran untuk sedikit
membantu meningkatnya UKM sekitar di daerah Kab. Tulungagung.
Adapun kebijakan yang akan diwujudkan dalam
pengaturan Rencana Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Kabupaten
Tulungagung, meliputi :
1. Maksud dan Tujuan :
a. Maksud dari peraturan ini adalah untuk mengatur pelaksanaan
HBKB yang dilaksanakan di daerah
b. Bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antara para petugas di
lapangan dalam rangka kelancaran pelaksanaan HBKB.
2. Lokasi dan Waktu
a. Memiliki volume lalu lintas yang cukup tinggi, sehingga pelaksaan
HBKB di lokasi tersebut memiliki dampak yang signifikan
terhadap upaya pemulihan/peningkatan kualitas udara
b. memiliki ketersediaan jalur alternatif untuk pengguna jalan lainnya
yang biasa melintas pada lokasi jalan dimaksud, sehin_gga
aksesibilitas yang dibutuhkan oleh pengguna jalan lainnya tetap
terakomodir

18
c. berada pada kawasan yang pemanfaatannya sebagian besar adalah
perkantoran dan/atau perdagangan
d. Waktu pelaksanaan diutamakan di waktu pagi hari sekisar pukul
06.00-10.00 WIB pada hari libur dan/ atau hari yang diliburkan.
3. Partisipasi Kegiatan
a. Sepanjang jalur HBKB hanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
yang positif :
 Lingkungan Hidup
 Olah raga
 Seni Budaya
 Pendidikan
 Sosial dan Kemanusiaan
b. Dan juga sepanjang jalur HBKB tidak dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan Partai Politik, Demonstrasi/orasi, maupun kegiatan
pengerahan massa yang bersifat menghasut/provokasi.
4. Ketentuan Terhada Pedagang Kaki Lima
a. Pedagang kaki lima dapat berjualan pada lokasi yang telah
ditentukan oleh Penyelenggara HBKB.
b. Sekaligus bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan dan
segera mengemas dagangan serta meninggalkan lokasi setelah
waktu penyelenggaran HBKB selesai.
B. Ruang Lingkup Materi dan Jangkauan pengaturan pembatasan di
beberapa daerah dan jam tertentu dari asap kendaraan bermotor
(Car Free Day)

Ruang lingkup materi dan jangkauan pengaturan Pembatasan di


beberapa daerah dan jam tertentu dari asap kendaraan bermotor (Car Free
Day) Kabupaten Tulungagung mencakup:

1. Ketentuan umum. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999


tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara

19
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3853)
2. Materi Pokok Yang Diatur. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
3. Ketentuan Peralihan. Ketentuan peralihan yang memuat
penyesuaian pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum
yang sudah ada berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang
lama terhadap Peraturan Perundang-undangan yang baru.
4. Bupati membentuk tim Pelaksanaan HBKB dan merujuk Perangkat
Daerah yang membidangi urusan lalu lintas dan angkutan selaku
koordinator
5. Keanggotaan Tim Pelaksana HBKB terdiri dari :
 Unsur Kepolisian Resort Tulungagung
 Unsur Komando Distrik Militer 0807 Tulungagung
 Unsur Perangkat Daerah lingkup Pemerintah Daerah yang
membidangi perijinan, kepariwisataan, pendidikan, kehumasan,
komunikasi dan informatika, kesehatan, lingkungan hidup,
Satuan Polisi Pamong Praja, dan
 Perangkat Daerah/instansi lainnya sesuai dengan kebutuhan.
6. Tim Pelaksana HBKB ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

20
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan pengkajian diatas, maka perlu disusun Peraturan
Daerah tentang Hari Bebas Kendaraan atau bisa kita sebut dengan CAR FREE
DAY. Dasar kewenangan daerah untuk membentuk Peraturan Daerah diatur
dalam Pasal 236 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang ada.

Peraturan tentang Hari Bebas Kendaraan Bermotor juga diatur dalam


Peraturan Bupati (Perbup) nomor 26 tahun 2017 dituangkan dalam tujuan dan
sasaran dalam rangka mengurangi tingkat pencemaran udara yang diakibatkan
oleh emis gas buang kendaraan bermotor pada kawasan tertentu pada kabupaten
Tulungagung yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pada
umumnya, dan masyarakat Kabupaten Tulungagung pada khususnya.

Dalam berbagai pemaparan diatas hal ini perlu segera tindakan untuk
pembuatan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Hari Bebas Kendaraan
Bermotor. Yang mempunyai dampak positif terhadap lingkungan, kesehatan, dan
kualitas hidup masyarakat. Dengan mengurangi polusi udara dan kemacetan lalu
lintas, Car Free Day mendukung gaya hidup berkelanjutan dan mendorong
penggunaan transportasi umum serta aktivitas berjalan kaki atau bersepeda.,
sesuai dengan azas keterbukaan dan ketentuan tentang partisipasi masyarakat
dalam Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dan Pasal 354 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

21

Anda mungkin juga menyukai