Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP SISTEM PERPUSTAKAAN TERINTEGRASI


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata kuliah:sistem jaringan informasi
Dosen pengampu:Riska Amalia Putri,MA

Disusun oleh:
Reta devitri(404210047)
Adzki anjania putri(404210024)

PROGRAM STUDI
ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Puji syukur atas rahmat dan karunia Allah swt. Sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan judul “konsep sistem perpustakaan terintegrasi” makalah ini kami buat
dengan tujuan agar pembaca dapat mengerti dan mengetahui lebih luas bagaimana layanan
referensi yang ada diperpustakaan.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga makalah ini sesuai dengan tujuan
pembuatan yaitu mengerti dan memahami lebih luas tentang bagaimana konsep sistem
perpustakaan terintegrasi yang ada diperpustakaan dan makalah ini kami harap dapat bermanfaat
untuk kedepannya untuk pembaca.

Jambi,17 oktober 2023


DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR............................................................................2
BAB I........................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................5
A.Definisi Sistem Perpustakaan terintegrasi.....................................5
B.Komponen integrated libarary system...........................................6
C.Jenis Integrated Library System....................................................7
D.Fasilitas ILS......................................................................................9
E. ILS dan kerjasama perpustakaan................................................10
F. Digitalisasi dan Simpan Pengetahuan Bersama.........................10
G.kajian ILS.......................................................................................12
BAB III.................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................13
KESIMPULAN...................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi masa kini yang sangat pesat membuat banyak instansi dari berbagai
bidang, mau tak mau, beradaptasi dengan teknologi terbaru, tak terkecuali pada instansi
perpustakaan. Perpustakaan sebagai instansi yang berada pada sektor pelayanan bertugas untuk
melayani dan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat yang kian meningkat. Oleh karena itu,
perpustakaan harus mempertimbangkan penggunaan teknologi untuk membantu kegiatan
operasionalnya sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima kepada pemustaka.
Penggunaan teknologi pada perpustakaan diadakan agar segala bentuk layanan yang disediakan
perpustakaan dapat berjalan dengan lebih efektif dan mengeluarkan hasil yang maksimal dengan
anggaran operasional yang lebih hemat dibandingkan dengan layanan perpustakaan tanpa
menggunakan teknologi (Mathar, 2020).

Beberapa contoh teknologi yang sudah digunakan oleh banyak perpustakaan ialah Online Public
Access Catalogue (OPAC) yang menggantikan sistem katalog kartu, Radio Frequency
Identification (RFID) sebagai sistem keamanan perpustakaan, perpustakaan digital, sistem
automasi perpustakaan, dan masih banyak lagi. Pada artikel ini akan dibahas lebih lanjut tentang
sistem automasi perpustakaan atau Integrated Library System (ILS) mulai dari definisi, jenis-
jenis ILS dan contohnya, hingga perbedaan antara ILS dan perpustakaan digital
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi Sistem Perpustakaan terintegrasi
perpustakaan terintegrasi yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Integrated
Library System (ILS) atau Library Management System (LMS) adalah sistem
perencanaan sumber daya perpustakaan yang digunakan untuk melacak bahan
perpustakaan yang dimiliki, pesanan yang dibuat, tanggungan yang dibayar, dan
pemustaka (pengguna perpustakaan) yang meminjam koleksi.
Sistem perpustakaan terintegrasi ( ILS ), juga dikenal sebagai sistem manajemen
perpustakaan ( LMS ), adalah sistem perencanaan sumber daya
perusahaan untuk perpustakaan , digunakan untuk melacak item yang dimiliki, pesanan
yang dibuat, tagihan yang dibayarkan, dan pengunjung yang telah meminjam.ILS
biasanya terdiri dari database relasional , perangkat lunak untuk berinteraksi dengan
database tersebut, dan dua antarmuka pengguna grafis (satu untuk pelanggan, satu untuk
staf). Kebanyakan ILSes memisahkan fungsi perangkat lunak ke dalam program terpisah
yang disebut modul, masing-masing terintegrasi dengan antarmuka terpadu. Contoh
modul mungkin termasuk:

 akuisisi (pemesanan, penerimaan, dan pembuatan faktur)


 katalogisasi (mengklasifikasikan dan mengindeks bahan)
 sirkulasi (meminjamkan materi kepada pelanggan dan menerimanya kembali)
 serial (melacak kepemilikan majalah, jurnal, dan surat kabar)
 katalog akses publik online atau OPAC (antarmuka pengguna publik)
Setiap patron dan item memiliki ID unik dalam database yang memungkinkan
ILS melacak aktivitasnya.

Sejarah perkembangan otomasi perpustakaan dimulai seiring dengan kemampuan


komputer dalam mendukung penerapan aplikasi untuk perpustakaan, bahkan sistem
otomasi perpustakaan untuk sirkulasi telah dimulai sejak diterapkannya penggunaan kartu
berlobang (punched card) pada dasawarsa 1940an dan 1950an. Seiring dengan
perkembangan teknologi komputer yang semakin maju pada decade 1960an dan 1970an,
mucullah sistem perpustakaan terintegrasi. Sistem ini mengubah secara drastis tata kelola
atau operasional perpustakaan.
Pada awalnya sistem otomasi perpustakaan bertumpu pada sistem komputer besar
(mainframe). Secara bertahap digantikan oleh micro computer kemudian personal
computer. Meskipun sistem otomasi pada masa permulaan telah mengurangi secara
signifikan terhadap tenaga yang diperlukan dalam mengelola perpustakaan, sistem
otomasi tersebut masih terbatas untuk menangani sebagian kecil dari beban kerja di
perpustakaan. Perkembangan selanjutnya muncul format MARC yang memungkinkan
membuat cantuman katalog terbacakan mesin. Tidak lama setelah itu muncullah sistem
perpustakaan terintegrasi.
Setiap perpustakaan pastinya memiliki ratusan hingga ribuan koleksi yang harus
dikelola. Jumlah tersebut tentunya akan memakan banyak waktu dan tenaga jika koleksi
tersebut dikelola dan dilayankan secara konvensional. Oleh karena itu, perpustakaan
membutuhkan sebuah sistem yang dapat mengorganisir koleksi dan meningkatkan kinerja
layanan perpustakaan. Sistem inilah yang disebut dengan sistem automasi perpustakaan
(library automation system) atau yang dikenal juga dengan sistem perpustakaan
terintegrasi (Integrated Library Systems/ILS).
Integrated Library Systems (ILS) secara sederhana dapat diartikan sebagai
seperangkat teknologi terintegrasi yang dapat membantu menyelesaikan tugas
perpustakaan yang awalnya dilakukan oleh manusia seperti sirkulasi, katalogisasi,
dan Online Public Access Catalogue (OPAC). Menurut Mathar (2020), sistem otomasi
perpustakaan adalah integrasi dan sinergi antara sumber daya yang dimiliki perpustakaan,
termasuk sumber daya manusia, dengan perangkat-perangkat teknologi guna
meningkatkan layanan perpustakaan yang lebih efektif dan efisien sehingga memberikan
manfaat, baik kepada pustakawan atau tenaga perpustakaan dan tentunya kepada seluruh
pemustaka atau pengguna perpustakaan.
B.Komponen integrated libarary system
Tiap komponen dalam sistem perpustakaan terintegrasi (ILS) disebur modul.
Fayen (2005) mengemukakan bahwa pada masa awal ILS hanya terdiri atas dua atau tiga
modul sebagai berikut
1.Pengatalogan
2. OPAC (Online Public Access Catalog)
3.Sistem sirkulasi
Modul-modul baru biasanya ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan yang
berbeda dari berbagai perpustakaan untuk tujuan khusus, misalnya sebagai berikut.
1.Authority Control: modul khusus untuk pengatalogan.
2.Pengadaan (Acquisition)
3.Pengelolaan terbitan berseri (Serials Control)
4.Dukungan kepemilikan (Holdings Support)
5.Pemesanan bahan perpustakaan (Materials Booking)
6.Koleksi tendon (Course Reserve)
7.Inventarisasi (Inventory Control)
8.Penjilidan (Binding)
9.Community Bulletin Board
10.Pinjam antar perpustakaan (Inter Library Loan)
11.Pelaporan (Reporting)

C.Jenis Integrated Library System


1.Turnkey

Turnkey merupakan ILS yang mencakup perangkat lunak dan perangkat keras.
Vendor akan memasang server yang mengubungkan perpustakaan dengan jaringan.
Vendor juga akan memberikan pelatihan kepada pustakawan untuk melakukan beberapa
tugas kecil seperti mencadangkan data.

Keuntungan jenis ILS ini adalah perpustakaan tidak harus memiliki pustakawan
TI untuk menggunakan ILS ini, tetapi administrator jaringan tetap diperlukan untuk
mengoperasikan jaringan perpustakaan.

2. Stand-alone installation

Pada ILS jenis stand-alone installation, perangkat lunak dan perangkat keras
dibeli secara terpisah dan staf perpustakaan akan menginstal perangkat lunak secara
mandiri dan melakukan pengawasan. Perangkat keras dapat dibeli atau tidak dibeli.
Stand-alone installation dapat dilakukan dalam local area network (LAN) maupun wide
area network (WAN).

Keuntungan jenis ILS ini adalah perpustakaan memiliki ahli untuk mengontrol jaringan,
perangkat keras, dan perangkat lunak sehingga pustakawan lainnya dapat fokus dalam
melaksanakan tugas utama mereka.

Dalam pengelolaan ILS dengan sistem stand-alone installation perlu memperhatikan


beberapa isu di bawah ini:

1. Mencadangkan data pemustaka dan metadata


2. Memelihara database dan server ILS
3. Membuat dan menjalankan laporan
4. Memberikan ukungan teknis untuk pemustaka
5. Menyesuaikan tampilan OPAC
6. Mengatur modul dan hak akses staf untuk keamanan
7. Menginstal software klien
8. Menjadi penghubung antara perpustakaan dan vendor ILS
9. Melakukan modifikasi dan pengembangan ILS
10. Menguji koneksi antara ILS dan database eksternal yang ditautkan.
11. Menyiapkan kebijakan bersama dengan staf perpustakaan lainnya.
12. Menerapkan modul baru atau tambahan.
3.Hosted system

Pada hosted system, vendor menawarkan hosting perangkat lunak ILS, catatan
bibliografis, catatan pemustaka dan Web perpustakaan di server vendor. ILS ini adalah
pilihan hemat bagi perpustakaan yang tidak ingin membeli perangkat keras atau tidak
memiliki cukup ruang untuk menyimpan perangkat keras.

Keuntungan jenis ILS ini adalah perpustakaan dapat menghemat biaya pembelian server
dan meminimalisir permasalahan karena vendor bertanggung jawab untuk memecahkan
masalah yang terkait dengan perangkat lunak dan perangkat keras. Namun, ILS ini juga
memiliki kelemahan yaitu waktu respon layanan dan keamanan data perpustakaan tidak
terjamin.

4.Software-as-a-service (SaaS)

SaaS merupakan ILS berbasis web yang dapat dilanggan perpustakaan dalam
jangka waktu tahunan atau bulanan. Vendor akan mengirimkan perangkat lunak alih-alih
menginstal perangkat lunak langsung pada perangkat keras milik perpustakaan. SaaS
berbentuk “cloud computing” yang diinstal oleh vendor di server cloud secara terpisah
untuk setiap perpustakaan.

Keuntungan penggunaan SaaS adalah penghematan biaya pembelian dan


pemeliharaan server dan penghematan waktu staf untuk memecahkan masalah server dan
perangkat lunak.

Poin yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakan ILS ini adalah

 Apakah perpustakaan memiliki kemampuan untuk bermigrasi ke sistem lain di masa


depan?
 Apakah perpustakaan memiliki data dan memiliki kemampuan untuk mengambil datanya
tanpa biaya?

5.Open-source software systems (OSS)

Sistem perangkat lunak dengan sumber terbuka menyediakan kode sumber


program yang dapat digunakan, disalin, dimodifikasi, dan didistribusikan kembali oleh
pengguna. Contoh OSS adalah Firefox, Linux, Koha, dan Evergreen.Beberapa perangkat
lunak open source untuk ILS yang digunakan perpustakaan, yaitu:

.Open-Source Automated Library System (OPALS)


OPALS adalah contoh OSS yang menggunakan sistem berlangganan.
Perpustakaan tidak membayar perangkat lunak tetapi membayar biaya berlangganan
setiap tahun untuk menggunakannya
 SLiMS (Senayan Library Management System)

SLiMS merupakan perangkat lunak automasi perpustakaan yang dibangun dan


dikembangkan oleh Perpustakaan Kemendikbud. SLiMS bertujuan agar Perpustakaan
Kemdiknas memiliki kebebasan untuk menggunakan, mempelajari, memodifikasi dan
mendistribusikan perangkat lunak yang digunakan.

. INLISLite
INLISLite merupakan perangkat lunak automasi perpustakaan yang dibangun dan
dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional RI sejak tahun 2011. INLISLite bertujuan
untuk membantu upaya pengembangan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan berbasis
teknologi informasi dan komunikasi di seluruh Indonesia

 Koha

Koha merupakan perangkat lunak ILS berbasis web yang dikembangkan di


Selandia Baru oleh Katipo Communications dan merupakan ILS open source pertama
yang dikembangkan pada tahun 1999.

 Evergreen

Evergreen merupakan perangkat lunak ILS yang dikembangkan oleh komunitas


perpustakaan. Evergreen menyediakan produk yang dapat diakses dan diadaptasi oleh
perpustakaan lain.

D.Fasilitas ILS
1. Catalog management
2. Circulation management
3. Custom user interface
4. Customer database
5. Customizable fields
6. Data import/ export
7. Federated searching
8. Fee collection
9. Legacy system integration
10. Mobile access
11. Multi language
12. OPAC
13. Periodicals and serials management
14. Reporting
15. Radio Frequency Identification
16. Scanning and barcode integration
17. Self-checkin/ out
18. Software development kit
19. Web service

E. ILS dan kerjasama perpustakaan


Penerapan ILS tidak hanya mempermudah pengelolaan perpustakaan secara
internal, tetapi juga secara eksternal, yaitu kaitannya dengan kerja sama antar
perpustakaan. ILS mempermudah jaringan kerja sama perpustakaan dalam bentuk
pengolahan koleksi, penelusuran informasi, pembangunan katalog induk, pengembangan
koleksi, dan pinjam antar perpustakaan.

F. Digitalisasi dan Simpan Pengetahuan Bersama


Perkembangan dunia internet menyebabkan para teknolog menyadari bahwa
sistem komputer harus dapat melayani populasi dengan beragam kepentingan. Selain itu
juga disadari bahwa pengetahuan tidak pernah berbentuk satu paket yang rapi dan jelas
batas-batasannya.
Di dalam situasi seperti itulah pada era 1990an orang mulai bicara tentang
perpustakaan digital. Kita dapat segera melihat bagaimana fenomena pengelolaan objek
digital memberikan sumbangan amat besar bagi upaya pengelolaan data, informasi, dan
pengetahuan.

1. Komunitas Online dan Pengetahuan Bersama

Teknologi internet, aplikasi bulletin board dan mailing list yang sudah berusia
cukup “tua” untuk perkembangan teknologi informasi, dikombinasikan dengan surat
elektronik (email), sistem pangkalan data, dan search engine, telah menciptakan
lingkungan digital yang sangat membantu pemakai memanfaatkan pengetahuan dalam
kehidupan bermasyarakat, baik secara individu maupun sebagai bagian dari sebuah
komunitas. Teknologi jaringan dan internet menyebabkan komunitas-komunitas menjadi
semakin luas dan semakin mengandalkan telekomunikasi. Kita menyebut telekomunikasi
ini sebagai onlibe communities atau komunitas online.
Secara umum kita menggunakan istilah komunitas online untuk himpunan
manusia di internet. Ada juga yang menggunakan istilah virtual communities yang
didefinisikan sebagai “….frontierless, geographically dispersed communitu of people and
organizations connected via internet and other network.”
Di dalam komunitas online para anggota saling bertukar data dan informasi. dari
pertukaran ini seringkali muncul informasi-informasi baru yang tampaknya semakin lama
semakin “kaya”. Setiap komunitas online akhirnya pasti memiliki semacam fasilitas
untuk menyimpan berbagai hal yang dianggap milik bersama.
Keberadaan perpustakaan digital menjadi amat jelas jika dikaitkan dengan
kebutuhan komnitas akan sarana yang konsisten dan dapat dipercaya ini. Digitalisasi dan
kemajuan teknologi komputer pada akhirnya bertujuan membantu komunitas
memanfaatkan simpanan informasi (information storage) untuk pengembangan
pengetahuan.
Sebagai sebuah aplikasi teknologi digital, perpustakaan digital juga menjadi
semacam penimbang bagi kecepatan pertambahan data dan informasi yang semakin
mudah diproduksi dengan bantuan komputer dan cenderung menimbulkan fenomena
information overload, sebuah fenomena yang sering menimbulkan kekhawatiran tentang
kualitas informasi yang tersedia di internet.

2.Perpustakaan digital sebagai model

Karakteristik perpustakaan digital adalah sebagai berikut (Tedd dan Large, 2005: 17-19).
1. Perpustakaan digital berisi koleksi dalam bentuk digital atau sumber daya
elektronis.
2. Perpustakaan digital ada dalam lingkungan yang tersebar dalam lingkungan
jaringan sehingga pengguna bisa mengakses koleksi perpustakaan digita dimana saja.
3. Isi perpustakaan digital berupa data dan metadata yang mendeskripsikan data.
4. Koleksi perpustakaan digital diseleksi dan dikelola untuk memenuhi kebutuhan
komunitas pengguna yang telah ditentukan.

3.Kelebihan dan kekurangan perpustakaan digital


Kelebihan perpustakaan digital dibandingkan dengan perpustakaan tradisional.
1. Tidak ada batasan fisik.
2. Tersedia sepanjang waktu.
3. Akses ganda.
4. Pendekatan terstruktur.
5. Fleksibilitas dalam temu kembali informasi.
6. Pelestarian dan konservasi.
7. Bentuk digital hanya membutuhkan sedikit ruang.
8. Memiliki nilai tambah, seperti kualitas gambar dan bisa diperbaiki.
9. Mudah untuk diakses.

Adapun beberapa kelemahan perpustakaan digital adalah sebagai berikut.


1.Banyak ahli mengkritik bahwa perpustakaan digital akan terkendala oleh peraturan
mengenai hak cipta.
2.Isi atau koleksi perpustakaan digital hanya terbatas pada bahan-bahan yang sudah
menjadimilik umum.
3. Perpustakaan digital tidak mampu mereproduksi lingkungan perpustakaan tradisional.
4..Banyak orang yang masih merasa lebih nyaman membaca bahan tercetak daripada
membaca pada layar komputer.
4. Perpustakaan Digital Sebagai Model Jaringan Perpustakaan dan Informasi

Secara alami perpustakaan digital tidak dapat berdiri sendiri. Ia merupakan


gabungan dari berbagai perpustakaan digital. Dari sisi penyebutan pun dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai “digital libraries” (jamak) bukan “digital library” (tunggal).
Sejak semula perpustakaan digital dirancang untuk berkolaborasi antara entitas
perpustakaan digital yang satu dengan yang lain. Dengan adanya tuntutan seperti ini
maka isu interoperability, yaitu bagaimana mempersatukan berbagai sistem komputer
agar dapat bekerjasama dan saling berkomunikasi dengan baik, menjadi sangat penting
sejak awal pengembangan perpustakaan digital.
Menurut Miller (2000) Interoperability langsung terkait dengan penggunaan
standar yang meliputi enam aspek seperti berikut.
1.Technical interoperability: standar komunikasi, pemindahan, penyimpanan, dan
penyajian data digital.
2.Semantic interoperability: standar penggunaan istilah dalam pengindeksan dan temu
kembali informasi.
3.Political/ human interoperability: keputusan untuk berbagi dan bekerjasama.
4.Intercommunity interoperability: kesepakatan untuk berhimpun antar institusi dan
beragam disiplin ilmu.
5.Legal interoperability: peraturan terkait dengan akses ke koleksi digital, termasuk
masalah hak intelektual.
6.International interoperability: standar yang memungkinkan kerja sama internasional

G.kajian ILS
SDM yang terlibat dalam proyek otomasi harus memiliki pengetahuan memadai
tentang berbagai topik mencakup evaluasi, seleksi dan implementasi sistem otomasi.
Tren teknologi berpengaruh pada ILS. Perpustakaan merespon dengan membuat request
for proposal (RFP) yang diajukan ke Vendor untuk mengembangkan ILS. Vendor akan
mendemonstrasikan produk dan Perpustakaan akan memutuskan membeli atau tidak.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam meriview informasi tentang Vendor
ILS :

1. Kriteria server dan klien, sistem operasi


2. Daftar modul dan aplikasi yang tersedia
3. Format metadata MARC dan tampilannya
4. Merekomendasikan ILS sesuai jenis perpustakaan
5. Menyediakan portofolio
6. Daftar harga sistem dan komponen
7. Ulasan dari pelanggan

Perlu diperhatikan jenis software atau arsitektur yang disediakan vendors meliputi

1. Stand-alone
2. client/server
3. Hosted
4. Software-as-a-service (SaaS)
5. Open-source
6. Cloud computing

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Integrated Library System (ILS) atau Sistem Perpustakaan Terintegrasi atau disebut juga
Sistem Otomasi Perpustakaan merupakan penerapan suatu sistem yang berupa software/
perangkat lunak yang digunakan pada perpustakaan dalam kegiatan pengelolaan, pengadaan,
pengatalogan sampai ke layanan sirkulasi. Sejarah perkembangan otomasi perpustakaan dimulai
seiring dengan kemampuan komputer dalam mendukung penerapan aplikasi untuk perpustakaan,
bahkan sistem otomasi perpustakaan untuk sirkulasi telah dimulai sejak diterapkannya
penggunaan kartu berlobang (punched card) pada dasawarsa 1940an dan 1950an. Seiring dengan
perkembangan teknologi komputer yang semakin maju pada decade 1960an dan 1970an,
mucullah sistem perpustakaan terintegrasi. Sistem ini mengubah secara drastis tata kelola atau
operasional perpustakaan.
Pada awalnya sistem otomasi perpustakaan bertumpu pada sistem komputer besar
(mainframe). Secara bertahap digantikan oleh micro computer kemudian personal computer.
Meskipun sistem otomasi pada masa permulaan telah mengurangi secara signifikan terhadap
tenaga yang diperlukan dalam mengelola perpustakaan, sistem otomasi tersebut masih terbatas
untuk menangani sebagian kecil dari beban kerja di perpustakaan. Perkembangan selanjutnya
muncul format MARC yang memungkinkan membuat cantuman katalog terbacakan mesin.
Tidak lama setelah itu muncullah sistem perpustakaan terintegrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, A. J. (2015). Otomasi perpustakaan di Perpusda Kudus menggunakan Senayan
Library. LIBRARIA: Jurnal Perpustakaan, 3(2), 265-
286. http://dx.doi.org/10.21043/libraria.v3i2.1598

Webber, D., & Peters, A. (2010). Integrated library systems: Planning, selecting, and
implementing. ABC-CLIO.

Widayanti, Y. (2015). Pengelolaan perpustakaan digital. LIBRARIA: Jurnal


Perpustakaan, 3(1), 125-137. http://dx.doi.org/10.21043/libraria.v3i1.1579

Anda mungkin juga menyukai