Anda di halaman 1dari 98

PROPOSAL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENCEGAHAN PASIEN
JATUH OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH dr. RASIDIN PADANG

Penelitian Manajemen Keperawatan

FAJRIN NURHASNI

NIM.2011312048

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2024
PROPOSAL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENCEGAHAN PASIEN
JATUH OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH dr. RASIDIN PADANG

Penelitian Manajemen Keperawatan

FAJRIN NURHASNI
NIM.2011312048

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2024
PROPOSAL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENCEGAHAN PASIEN
JATUH OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH dr. RASIDIN PADANG

Penelitian Manajemen Keperawatan

PROPOSAL
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (Skep)
Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

oleh
FAJRIN NURHASNI
NIM.2011312048

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2024
PERSETUJUAN PROPOSAL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENCEGAHAN PASIEN
JATUH OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH dr. RASIDIN PADANG

FAJRIN NURHASNI
NIM.2011312048

Proposal ini telah disetujui


Tanggal 5 Februari 2024
Oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep Ns. Boby Febri Krisdianto, S.Kep, M.Kep
NIP. 197111231994032005 NIP. 198902152019031014

Mengetahui :
Koordinator Prodi Keperawatan Program Sarjana
Fakultas Keperawatan Universotas Andalas

Dr. Ns. Dewi Eka Putri., M.Kep, Sp.kep.J


NIP. 197503162005012002
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENCEGAHAN PASIEN
JATUH OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH dr. RASIDIN PADANG

FAJRIN NURHASNI
NIM.2011312048

Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas pada tanggal…. Februati 2024

Panitia Penguji,

1. Dr. Ns. Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep (…............................)

2. Ns. Boby Febri Krisdianto, S.Kep., M.Kep (….............................)

3. Dr. Yulastri Arif, S.Kp., M.Kes. (….............................)

4. Ns. Esthika Ariany Maisa, M.Kep (….............................)

5. Ns. Muthmainnah, M.Kep (….............................)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya

yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Shalawat dan salam dikirimkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan hidayah-Nya,

penulis telah dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO)

Pencegahan Pasien Jatuh oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Rasidin Padang.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibu Ns.

Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep selaku Pembimbing Utama dan Bapak Ns. Boby

Febri Krisdianto, S.Kep, M.Kep sebagai Pembimbing Pendamping, yang telah

dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyusun proposal

skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Pembimbing

Akademik penulis, Ibu Dr. Reni Prima Gusty, S.Kp, M.Kes yang telah banyak

memberi motivasi, nasehat, dan bimbingan selama saya mengikuti perkuliahan di

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu saya juga mengucapkan

banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Hema Malini, , S.Kp, MN, PhD selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas atas segala kebijakannya.


2. Ibu Dr. Ns. Dewi Eka Putri., M.Kep, Sp.kep.J selaku Ketua Program Studi

S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang senantiasa

memberikan motivasi, masukan, dan arahan dalam menyelesaikan tugas-

tugas akademik.

3. Bapak dan Ibu dewan penguji yang telah memberikan masukan, kritikan,

dan saran untuk perbaikan proposal skripsi ini menuju kesempurnaan.

4. Seluruh Dosen Program Studi S1 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

yang telah berusaha memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis

selama perkuliahan.

5. Seluruh Staff Administrasi Fakultas Keperawatan Univrsitas Andalas yang

telah memberikan pelayanan terbaik kepada mahasiswa demi kelancaran

dalam penyusunan proposal skripsi ini.

6. Kepada seluruh perawat ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang yang

telah bersedia menjadi responden.

7. Rasa hormat dan terima kasih yang tulus dan tak terhingga penulis

persembahkan kepada orang tua yaitu ibu dan ayah tercinta yang telah

berjuang bersama penulis baik suka maupun duka, dan juga kakak, abang,

dan ketiga adik penulis yang selama ini telah memberikan dukungan

maksimal baik suka atau duka, do’a yang tulus, serta perjuangan tanpa batas

kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan penulisan proposal ini.

8. Kepada sahabat , teman, dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini

selalu memberikan support dan menemani penulis baik suka maupun duka
dalam berproses baik itu dalam penyelesaian proposal maupun dalam

menjalani kehidupan.

9. Keluarga besar angkatan A 2020 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

dalam semangat dan kekompakkan yang diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan proposal skripsi ini.

10. Kepada Mancingkahak Pride yang telah memberikan support membersamai

penulis, selalu mendengarkan keluh kesah penulis baik suka maupun duka.

11. Terakhir dan yang paling utama teruntuk diri penulis sendiri, yang telah kuat

dan berjuang hingga saat ini serta mau belajar dan menjadi pribadi yang

lebih baik setiap harinya. Terimakasih untuk segala pencapaiannya.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka

saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi

penyempurnaan penulisan proposal ini, dan agar proposal ini dapat memberikan

manfaat bagi orang banyak.

Padang, 5 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM.............................................................................i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR.................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI.....................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

DAFTAR ISI.........................................................................................................viii

DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

DAFTAR BAGAN................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................14

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................14

B. Rumusan Masalah...........................................................................................23

C. Tujuan Penelitian............................................................................................23

D. Manfaat Penelitian..........................................................................................24
BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................................25

A. KONSEP RISIKO JATUH.............................................................................25

1. Patient safety.............................................................................................25

2. Risiko Jatuh...............................................................................................27

B. KONSEP STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)........................40

1. Definisi Standar Prosedur Operasional (SPO)..........................................40

2. Tujuan Standar Prosedur Operasional (SPO)............................................40

3. Standar Prosedur Operasional (SPO) Pencegahan Pasien Jatuh Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang..................................................41

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN STANDAR

PROSEDUR OPERASIONAL PENCEGAHAN PASIEN JATUH...........42

1. Usia...........................................................................................................42

2. Masa Kerja................................................................................................44

3. Pengetahuan..............................................................................................46

4. Sikap..........................................................................................................49

5. Lingkungan Kerja.....................................................................................53

6. Beban Kerja...............................................................................................55

BAB III KERANGKA KONSEP...........................................................................59

A. Kerangka Teori...............................................................................................59

B. Kerangka Konsep............................................................................................60
C. Hipotesis Penelitian.........................................................................................61

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................62

A. Jenis Penelitian................................................................................................62

B. Populasi dan Sampel.......................................................................................62

C. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................66

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................................................66

E. Instrumen Penelitian.......................................................................................69

F. Etika Penelitian...............................................................................................74

G. Metode Pengumpulan Data.............................................................................75

H. Teknik Pengolahan Data.................................................................................78

I. Analisa Data....................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................83
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Morse Fall Scale untuk Pasien Dewasa (18-55 Tahun).........................32

Tabel 2.2 Ontorio Modified Sratify – Sydney Scoring untuk Pasien Lansia (≥56

Tahun)....................................................................................................34

Tabel 2.3 Humpty Dumpty untuk Pasien Anak (0-18 Tahun)................................36

Table 2.4 SPO Pencegahan Pasien Jatuh RSUD dr. Rasidin Padang....................41

Table 4.1 Jumlah Sampel Masing-Masing Ruang Rawat Inap..............................64

Tabel 4.2 Definisi Operasional..............................................................................67

Table 4.3 Kisi-Kisi Instrumen Pengetahuan..........................................................71

Table 4.4 Kisi-Kisi Instrumen Sikap......................................................................71

Table 4.5 Kisi-Kisi Instrumen Lingkungan Kerja..................................................73

Tabel 4.6 Kisi-Kisi Instrumen Beban Kerja...........................................................74

12
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Teori.....................................................................................59

Bagan 3.2 Kerangka Konsep..................................................................................60

13
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian.................................................................94

Lampiran 2 Rancangan Anggaran Dana................................................................95

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data......................................96

Lampiran 4 Surat Izin Studi Pendahuluan RSUD dr. Rasidin Padang..................97

Lampiran 5 Kartu Bimbingan Proposal.................................................................98

Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden.........................................99

Lampiran 7 Inform Consent.................................................................................100

Lampiran 8 Instrumen Penelitian.........................................................................101

Lampiran 9 Curriculum Vitae..............................................................................107

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

14
Insiden jatuh merupakan penyebab utama kedua kematian akibat cedera yang

tidak disengaja di rumah sakit (Stampfler et al., 2022). Pasien Risiko jatuh

merupakan pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor

lingkungan dan fisiologis yang dapat menyebabkan cedera fisik (Aprianti et al.,

2022). Pasien jatuh termasuk kedalam kejadian yang paling sering dilaporkan di

rumah sakit (LeLaurin & Shorr, 2019).

Menurut World Health Organization (WHO) setiap tahun diperkirakan 684.000

orang meninggal akibat jatuh, dimana lebih dari 80% berada di negara berpenghasilan

rendah dan menengah. Lebih dari 37 juta kasus jatuh di rumah sakit setiap tahunnya

cukup parah sehingga memerlukan perhatian medis (World Health Organization,

2021). Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh Matthew Roberts (2023) di

rumah sakit Inggris didapatkan hasil bahwa selama tahun 2022 tercatat ada 314 kasus

jatuh yang dilaporkan. Menurut laporan tahunan Badan Konsumen Korea tahun 2020

tentang keselamatan pasien, pasien jatuh di rumah sakit menyumbang 1522 (49,7%)

dari 3060 kasus yang berkaitan dengan manajemen keselamatan rumah sakit dan

merupakan proporsi kecelakaan keselamatan terbesar (Cho & Jang, 2020)

Laporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) oleh Komite Keselamatan Pasien

Rumah Sakit (KKP-RS) di Indonesia pada bulan Januari-April 2018, menemukan

bahwa terdapat kasus Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sebanyak 18,53%, Kejadian

Tidak Diharapkan (KTD) sebanyak 14,41%, dimana kasus pasien jatuh menyumbang

sebanyak 5,15 % dari IKP (Lestari & Sianturi, 2022). Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Citra dan Hadi di Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak

didapatkan data IKP KKP-RS Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak tahun

15
2018 terdapat KTD pasien jatuh sebanyak 2 kasus dan 6 kasus di tahun 2019, dan

untuk tahun 2020 terdapat 2 kasus pasien jatuh (Ekywati, 2021).

Insiden pasien jatuh di Sumatera Barat, berdasarkan data dari Komite Mutu dan

Manajemen Risiko RSUP Dr. M. Djamil Padang (2018) terdapat 53 insiden

keselamatan pasien. Insiden pasien jatuh merupakan insiden terbanyak dengan 11

kasus pasien jatuh.

Berdasarkan kasus-kasus kejadian pasien jatuh tersebut menunjukan bahwa

perlunya penerapan pencegahan resiko jatuh agar permasalahan pasien jatuh dapat

100% teratasi. Pencegahan pasien risiko jatuh menjadi rangkaian tindakan

keperawatan yang menjadi acuan tenaga kesehatan dalam penerapan langkah -

langkah yang mampu mempertahankan keselamatan pasien yang berisiko jatuh saat

perawatan di rumah sakit (Lestari & Sianturi, 2022).

Salah satu akar permasalahan kejadian pasien jatuh yaitu belum optimalnya

pelaksanaan standar prosedur operasional (SPO) pencegahan pasien jatuh oleh

perawat di rumah sakit (Indrayadi et al., 2022). SPO pencegahan pasien jatuh

merupakan serangkaian tindakan keperawatan yang merupakan acuan dalam

mempertahankan keselamatan pasien yang berisiko jatuh (Chotimah, 2021). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novilolita & Lestari (2019) bahwa

penerapan SPO yang belum optimal pelaksanaannya berperan penting dalam

terjadinya insiden pasien jatuh di rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian Joshi & Saini (2022), bahwa perawat di rumah sakit

tersier India Utara masih kurang optimal melakukan tindakan pencegahan terhada

risiko jatuh yaitu sebanyak 78% perawat. Penelitian yang dilakukan oleh Farah di

16
salah satu rumah sakit di Indonesia di dapatkan hasil 60% perawat belum optimal

melaksanakan intervensi pencegahan insiden risiko jatuh berdasarkan SPO rumah

sakit (Darayana et al., 2022). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suryani (2019) di ruang anak Lukmanul RSUD Al-Ihsan pada tahun 2019 di

dapatkan hasil menunjukan bahwa 57,1% penerapan SPO pencegahan risiko jatuh

pasien masih dalam kategori kurang dilakukan oleh perawat. Sedangkan penelitian

yang di lakukan Aninditya Rachmawati (2021) di ruang Intensive Care Unit (ICU)

Rumah Sakit Tentara Wijayakusuma Purwokerto bahwa sebanyak 83,4% perawat

ICU dalam kategori cukup melakukan implementasi pencegahan pasien jatuh. Di

Sumatera Barat berdasarkan hasil penelitian Fenita (2019) yang dilakukan di RSUD

dr. Rasidin Padang pada tahun 2019 didapatkan hasil bahwa 58,5% penerapan

pencegahan risiko jatuh pasien dalam kategori kurang dilakukan oleh perawat.

Berdasarkan laporan diatas dapat dikatakan pelaksanaan pencegahan pasien jatuh

dan penerapan SPO pasien jatuh belum sepenuhnya berjalan secara optimal dilakukan

oleh perawat. Menurut Gibson (1987) dalam (Putri, 2021) terdapat tiga kelompok

variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, diantaranya variabel

individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Variabel individu, terdiri dari

kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan demografi. Variabel psikologi terdiri

dari persepsi, sikap, motivasi dan kepribadian. Variabel organisasi terdiri dari sumber

daya, beban kerja, supervisi dan kepemimpinan.

Berdasarkan hasil penelitian Sasono Mardiono dkk yang dilakukan di ruang

rawat inap RSUD Kayuagung didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara

pengetahuan perawat dengan penerapan SPO risiko jatuh yaitu sebanyak 88,5%

17
perawat dengan pengetahuan baik melaksanakan SPO risiko jatuh. Semakin baik

pengetahuan perawat maka semakin optimal pula perawat dalam melaksanakan SPO

risiko jatuh. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara faktor

pengetahuan perawat dengan penerapan SPO risiko jatuh (Mardiono et al., 2022). Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iriyanto dkk yang dilakukan di

salah satu rumah sakit yang berada di Kendari. Dari hasil penelitian di dapatkan

bahwa perawat yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 18,6% sedangkan

perawat yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 56,1%. Penelitian ini

menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik mempunyai peluang 3 kali lebih optimal

dalam menjalankan SPO risiko jatuh dibanding perawat yang memiliki pengetahuan

kurang (Pagala, 2017).

Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan oleh Cho Mi Young dan Jang

soon joo pada perawat di rumah sakit Korea Selatan pada tahun 2020, didapatkan

hasil 76,2% bersikap baik. Penelitian ini menunjukan perawat dengan sikap yang baik

lebih optimal melakukan SPO risiko jatuh (Cho & Jang, 2020). Penelitian yang

dilakukan oleh Sasono Mardiono dkk di ruang rawat inap RSUD Kayuagung

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara sikap perawat dengan penerapan

SPO risiko jatuh. Sebanyak 55,7% perawat dengan sikap baik melaksanakan SPO

risiko jatuh secara optimal. Semakin baik sikap perawat maka semakin optimal pula

perawat dalam melaksanakan SPO risiko jatuh (Mardiono et al., 2022). Hasil

penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara faktor sikap perawat dengan

penerapan SPO resiko jatuh.

18
Menurut temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningsih, dkk di ruang

bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul, diperoleh data bahwa beban kerja

perawat diruang rawat inap tinggi sebanyak 57,6%, sementara sebagian besar

implementasi pencagahan pasien risiko jatuh dalam kategori cukup 39,4%, hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara beban pekerjaan perawat dan

implementasi pencegahan pasien risiko jatuh (Ratnaningsih, 2020). Penelitian yang di

lakukan oleh Saprudin (2021) didapatkan hasil bahwa bahwa dari 19 responden yang

memiliki beban kerja ringan sebagian besar (89,5%) melakukan upaya penceg ahan

risiko jatuh dalam patient safety. Kemudian, diketahui bahwa dari 13 responden yang

memiliki beban kerja sedang sebagian besar (53,8%) tidak melakukan upaya

pencegahan risiko jatuh dalam patient safety. Berdasarkan hasil uji statistik dengan

menggunakan uji Chi-Square diperoleh p value = 0,001 ( α <0,05) artinya terdapat

hubungan antara beban kerja dengan upaya pencegahan risiko jatuh.

Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

kesehatan yang melayani pasien dengan berbagai jenis pelayanan (Fadhilatul Hasnah

& Dian Paramitha Asyari, 2022). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Rasidin

Padang merupakan salah satu institusi yang bertanggung jawab dalam memberikan

pelayanan Kesehatan dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan terhadap

masyarakat Kota Padang (Fadhilatul Hasnah & Dian Paramitha Asyari, 2022). RSUD

dr. Rasidin Padang merupakan rumah sakit tipe C yang merupakan rujukan bagi

Puskesmas wilayah Kota Padang (Mandriani et al., 2019).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada 29

Januari 2024 dan 1 Februari 2024 di RSUD dr. Rasidin Padang. Didapatkan hasil

19
pelaporan IKP RSUD dr. Rasidin padang tahun 2023 tidak di temukan insiden

kejadian jatuh selama tahun 2023. Saat di lakukan survey pada masing - masing

kepala ruangan (karu), didapatkan hasil bahwa jumlah total perawat ruang rawat

RSUD dr. Rasidin ada 110 orang perawat dan sudah termasuk dengan karu. Perawat

tersebut terbagi dalam beberapa unit ruangan rawat yaitu, ruang rawat inap pinere 17

orang perawat; ruang rawat inap anak 15 orang perawat; ruang rawat inap bedah 17

orang perawat; ruang rawat inap interne 23 orang perawat; ruang rawat intensif-icu

13 orang perawat; ruang rawat intensif-nicu 15 orang perawat dan ruang rawat

intensif-cvcu 10 orang perawat. Untuk SPO pencegahan risiko jatuh sama disetiap

ruangan rawat inap yaitu terdiri dari 26 prosedur tindakan dan penerapannya belum

berjalan secara optimal karena dari 26 prosedur tindakan SPO risiko jatuh belum

terjalankan secara keseluruhannya. Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang di

lakukan oleh penguji saaat melakukan praktik lapangan pada bulan November 2023,

yang menunjukan bahwa penerapan SPO risiko jatuh di ruang rawat inap bedah dan

interne masih belum optimal penerapannya karena hanya menjalankan 10 prosedur

tindakan dari 26 prosedur tindakan SPO risiko jatuh. Hal ini menujukan bahwa

penerapan SPO pasien risiko jatuh masih kurang penerapannya di RSUD dr. Rasidin

Padang

Saat dilakukan survey awal pada 10 orang perawat ruang rawat inap RSUD dr.

Rasidin Padang di dapatkan hasil bahwa untuk tingkat pengetahuan 4 orang perawat

(40%) berpengetahuan baik dan 6 orang perawat (60%) berpengetahuan kurang, hal

ini di dapatkan dari hasil uji beberapa pertanyaan pada perawat mengenai risiko jatuh,

perawat RSUD dr. Rasidin masih kurang memahami dan mengetahui mengenai

20
faktor-faktor risiko jatuh dan mengenai jenis-jenis instrument pengkajian risiko jatuh.

Untuk sikap 8 orang perawat (80%) sudah bersikap baik dan 2 orang pearawat (20%)

masih kurang dalam sikap, untuk sikap tentang pencegahan risiko jatuh masih ada

perawat yang merasa tidak perlu menjelasskan mengenai hak-hak pasien dan tidak

perlu melakukan reassessment pada pasien risiko jatuh. Adapun untuk beban kerja 1

orang perawat (10%) memiliki beban kerja berat, 7 orang perawat (70%) memiliki

beban kerja yang sedang dan 2 orang perawat (20%) memiliki beban kerja ringan,

beragam jenis pekerjaan yg harus dilakukan, tuntutan keluarga pasien dan pemberian

obat-obatan secara intensif menjadikan beban kerja perawat meningkat sehingga

membuat perawat tidak optimal dalam penerapan SPO pencehagan pasien jatuh.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, semakin memperkuat tujuan penelitian

yang akan di lakukan di RSUD dr. Rasidin Padang mengenai analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi penerapan SPO pencegahan pasien jatuh oleh perawat di ruang

rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “menganalisis faktor- faktor apa saja yang memepengaruhi perawat dalam

penerapan SPO pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin

Padang?”

21
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi penerapan SPO pencegahan pasien jatuh oleh perawat di ruang

rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan faktor demografi perawat (usia dan massa kerja)

dengan penerapan SPO pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD

dr. Rasidin Padang.

b. Mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan penerapan SPO

pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang.

c. Mengetahui hubungan sikap perawat dengan penerapan SPO pencegahan

pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang.

d. Mengetahui hubungan lingkungan kerja perawat dengan penerapan SPO

pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang.

e. Mengetahui hubungan beban kerja perawat dengan penerapan SPO

pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang.

f. Menganalisis faktor yang paling mempengaruhi perawat dalam penerapan

SPO pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin

Padang.

22
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi perawat dalam penerapan SPO pencegahan pasien jatuh di

ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang serta dapat mengaitkan hasil penelitian

dengan ilmu yang didapatkan sebelumnya di kampus.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi profesi keperawatan untuk

membantu perawat dalam menerapkan SPO pencegahan pasien jatuh saat melakukan

asuhan keperawatan pada pasien risiko jatuh di rumah sakit.

3. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi rumah

sakit mengenai pengelolaan patient safety terutama dalam pelaksanaan SPO

pencegahan pasien jatuh yang sesuai dengan yang seharusnya di rumah sakit.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan rujukan

bagi peneliti selanjutnya, baik yang sejenis dengan penelitian ini ditempat lain.

23
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Risiko Jatuh

1. Patient Safety

24
a. Definisi patient safety

Patient safety merupakan kerangka kegiatan yang terorganisir yang

menciptakan budaya, proses, prosedur, perilaku, teknologi dan lingkungan dalam

pelayanan kesehatan untuk menurunkan risiko secara konsisten dan berkelanjutan,

mengurangi terjadinya bahaya yang dapat dihindari, memperkecil kemungkinan

terjadinya kesalahan, dan mengurangi dampak bahaya ketika hal itu terjadi

(World Health Organization, 2021). Patient safety (keselamatan pasien) adalah

suatu sistem dimana rumah sakit membuat perawatan pasien lebih aman dan

mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan yang disebabkan oleh perilaku

atau kelalaian (Salawati, 2020).

b. Tujuan patient safety

Menurut Salawati (2020) terdapat 4 tujuan patient safety, yaitu:

a. Menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

b. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

c. Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.

d. Melakukan pencegahan sehingga tidak akan terjadi kejadian yang tidak

diharapkan.

c. Insiden patient safety

Menurut Permenkes (2017), insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:

25
a. Kondisi Potensial Cedera (KPC): kondisi yang sangat berpotensi untuk

menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

d. Kejadian Nyaris Cedera (KNC): terjadinya insiden yang belum sampai

terpapar ke pasien.

e. Kejadian Tidak Cedera (KTC): insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi

tidak timbul cedera.

f. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): insiden yang mengakibatkan cedera pada

pasien.

g. Kejadian Sentinel: suatu kejadian tidak diharapkan (KTD) yang

mengakibatkan kematian, cedera permanen atau cedera serius sementara dan

memerlukan pemeliharaan fisik atau psikologis terlepas dari perjalanan

penyakit atau kondisi pasien.

d. Enam Sasaran Patient Safety

Menurut PP nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,

terdapat enam sasaran keselamatan pasien yang meliputi (Permenkes, 2017):

a. Mengidentifikasi pasien dengan benar

b. Meningkatkan komunikasi yang efektif

c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai

d. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,

pembedahan pada pasien yang benar

e. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan

f. Mengurangi risiko cidera pasien akibat jatuh

26
2. Resiko Jatuh

a. Definisi Risiko Jatuh

Menurut World Heaelth Organization (WHO) Jatuh didefinisikan sebagai

suatu peristiwa yang mengakibatkan seseorang secara tidak sengaja terjatuh ke

tanah atau lantai atau tingkat yang lebih rendah lainnya. Cedera akibat jatuh bisa

berakibat fatal atau non-fatal meskipun sebagian besar tidak fatal (World Health

Organization, 2021). Menurut Permenkes RI (2022) Jatuh adalah suatu peristiwa

yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang telah melihat kejadian yang

mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau duduk di lantai (tempat yang

lebih rendah) atau dan tanpa kehilangan kesadaran maupun luka. Jatuh memiliki

definisi sebagai kejadian jatuh yang disengaja maupun tidak, yang mengakibatkan

luka pada pasien tersebut, sehingga pasien terbaring dilantai (George, 2017).

Menurut Vaughan dan Elliott, Resiko adalah potensi kerugian, kemungkinan

kerugian, ketidakpastian, penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan,

dan probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan (Sugeng

Budiono, Arief Alamsyah, 2019). Risiko jatuh adalah suatu kejadian yang dapat

menyebabkan subjek yang sadar menjadi berada dilantai tanpa disengaja. Risiko

jatuh adalah peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan

bahaya fisik (Wilkinson, 2011).

b. Faktor-Faktor Risiko Pasien Jatuh

Faktor risiko pasien jatuh menurut Barak & Robert (2017) yaitu:

a. Faktor instrinsik (Patient-Related Risk Factors)

27
Faktor risiko yang berasal dari dalam tubuh pasien biasanya berasal dari

penyakit yang menyertai pasien seperti:

a) Gangguan sensori dan gangguan neurologi

b) Gangguan kognitif

c) Gaya berjalan dan Gangguan keseimbangan

d) Gangguan urinaria

e) Pengobatan

b. Faktor ekstrinsik (Healthcare Factors Related to Falls)

Faktor ini sebagian besar terjadi karena kondisi bahaya dari lingkungan atau

tempat atau ruangan di mana pasien dirawat, seperti:

a) Kondisi lingkungan pasien

b) Nurse call

c) Tenaga profesional kesehatan dan sistem pelayanan

c. Tipe – Tipe Pasien Jatuh

Menurut Palomar Health Fall Prevention and Managemet, jatuh dibedakan

menjadi (Anne, 2015) :

a) Physiologic Falls

Jatuh disebabkan satu atau lebih faktor intrinsik fisik, yang terdiri dari

dua kategori, dapat dicegah dan tidak dapat dicegah.

b) Accidential Falls

Merupakan kejadian yang diakibatkan bukan karena faktor fisik, akan

tetapi akibat dari bahaya lingkungan atau kesalahan penilaian strategi dan

desain untuk memastikan lingkungan aman bagi pasien.

28
c) Unanticipated Falls

Pasien jatuh yang berhubungan dengan kondisi fisik (karena kondisi

yang tidak diprediksi).

d) Intentional Falls

Kondisi jatuh yang diakibatkan secara sengaja karena tujuan tertentu.

d. Dampak pasien jatuh

Menurut Miake-Lye et al (2013) dampak pasien jatuh yaitu:

a) Dampak Fisiologis

Dampak fisiologis yang dimaksud adalah dampak jatuh yang terlihat

secara fisik pada pasien.

b) Dampak Psikologis

Jatuh yang tidak menimbulkan dampak fisik dapat juga memicu dampak

psikologis yang mengguncang mental pasien.

c) Dampak finansial

Pasien yang mengalami jatuh di Ruang Rawat Inap dapat menambah

biaya perawatan dan memperlama pasien untuk tinggal di Rumah Sakit.

e. Penilaian dan Pengukuran Risiko Jatuh

Menurut Nur et al. (2017)penilaian risiko jatuh terbagi 2 yaitu assessment

awal risiko jatuh dan assessment ulang risiko jatuh :

a) Assesment awal risiko jatuh

29
Assesment awal risiko jatuh merupakan serangkaian proses asesmen risiko

jatuh yang berlangsung saat pasien masuk rawat inap untuk dilakukan

pemeriksaan secara sistematis untuk mengidentifikasi masalah keperawatan

pada pasien dalam kurun waktu 24 jam

b) Assesment ulang risiko jatuh

Assesment ulang risiko jatuh diartikan sebagai proses asesmen yang

dilakukan perawat selama transfer atau perawatan terhadap semua pasien,

untuk mengidentifikasi adanya perubahan pada kondisi pasien, berupa

perburukan/perbaikan kondisi. Perawat melaksanakan asesmen ulang risiko

jatuh ketika ada indikasi-indikasi tertentu pada pasien.

Pengukuran Risiko Jatuh dapat dilakukan dengan beberapa instrument

pengukuran sebagai berikut:

c) Morse Scale Fall

Menurut Ziolkowski (2014), Morse Fall Score adalah instrument

pengukuran risiko jatuh yang sederhana dan cepat untuk mengkaji pasien

yang memiliki kemungkinan jatuh atau risiko jatuh dan biasanya digunakan

untuk melakukan penilaian kepada pasien umur ≥ 16 tahun. Instrumen ini

memiliki 6 variabel yaitu: (a) Riwayat jatuh; (b) Diagnosa sekunder; (c)

Penggunaan alat bantu; (d) Terpasang infus; (e) Gaya berjalan; dan (f) Status

mental. Hasil interpretasi dari MFS dikatagorikan menjadi: (1) Tidak

berisiko (No risk) dengan skor MFS sebesar 0-24, pasien berisiko rendah

(Low risk) dengan skor MFS sebesar 25-44, sedangkan pasien berisiko tinggi

30
jatuh (High risk) memiliki skor MFS ≥ 45. Setiap skor MFS memiliki

penatalaksanaan yang berbeda, pada pasien berisiko jatuh akan dilakukan

tindakan keperawatan dasar, pada pasien dengan risiko rendah jatuh

dilakukan tindakan implementasi standar pencegahan pasien jatuh, dan untuk

pasien dengan risiko tinggi jatuh perlu dilakukan implementasi yang lebih

intens serta observasi secara berkelanjutan dalam pencegahan pasien jatuh.

Tabel 2.1 Morse Fall Scale untuk Pasien Dewasa (16-55 Tahun)

Parameter Status/ Keadaan Skor

Riwayat jatuh (baru-baru ini atau Tidak pernah 0


dalam 3 bulan terakhir) Pernah 25
Penyakit penyerta Ada 15
(Diagnosis Sekunder) Tidak ada 0
Tanpa alat bantu, tidak dapat jalan,
0
kursi roda
Alat bantu berjalan
Tongkat penyangga (crutch) 15
Kursi 30
Ya 20
Pemakaian infus intravena
Tidak 0
Normal, tidak dapat berjalan 0
Cara berjalan Lemah 10
Terganggu 20
Menyadari kelemahannya 0
Status mental
Tidak menyadari kelemahannya 15
Total skor

Keterangan :
RR (risiko rendah) < 25
RS (risiko sedang) 25-44
RT (risiko tinggi) ≥ 45
d) STRATIFY (St.Thomas Risk Assessment Tool in Falling Elderly Inpatient)

31
Menurut Marschollek et al. (2011), pengkajian menggunakan instrument

ini biasanya digunakan pada pasien usia lanjut (lansia) yang dirawat di

Rumah Sakit. Pengkajian ini terdiri dari lima komponen penting, yaitu: (a)

kemampuan mobilisasi, (b) riwayat jatuh, (c) penglihatan, (d) agitasi, dan (e)

toileting. Kategori risiko jatuh berdasarkan total skor komponen-komponen

yang ada dalam STRATIFY dibedakan menjadi tiga yaitu 0 untuk risiko

rendah, 1 untuk risiko sedang, dan 2 atau lebih untuk risiko tinggi.

e) Sydney Scoring

Menurut Marschollek et al. (2011), Sydney Scoring merupakan nama lain

dari Ontario Modified Stratify. Pengkajian menggunakan instrumen ini

merupakan adaptasi dari STRATIFY yang diterapkan dan dimodifikasi oleh

Australia Hospital. Sydney Scoring digunakan untuk mengkaji risiko jatuh

pada pasien usia lanjut (lansia) yang mengkaji seseorang dari faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian jatuh seperti riwayat jatuh, status mental,

penglihatan, toileting, perpindahan dari kursi roda ke tempat tidur, dan juga

skor mobilitas. Kategori risiko jatuh berdasarkan total pengkajian yaitu skor

0-5 untuk risiko rendah, 6-16 untuk risiko sedang, dan 17-30 untuk risiko

tinggi.

Tabel 2.2 Ontario Modified Stratify – Sydney Scoring


untuk Pasien Lansia (≥ 56 Tahun)

Parameter Skrining Jawaban Keterangan Skor


nilai

32
Riwayat Apakah pasien dating ke rumah Ya / Jika salah
jatuh sakit karena jatuh tidak satu
Jika tidak, apakah pasien Ya / jawaban iya
mengalami jatuh dalam 2 bulan tidak makan
terakhir? bernilai 6
Status Apakah pasien delirium? (tidak Ya / Jika salah
mental dapat membuat keputusan, pola tidak satu
piker tidak terorganisir, gangguan jawaban iya
daya ingat) makan
Apakah pasien disorientasi? (salah Ya / bernilai 14
menyebutkan waktu, tempat, atau tidak
orang)
Apakah pasien mengalami agitasi? Ya /
(ketakutan, gelisah, dan cemas) tidak
Penglihatan Apakah pasien memakai kacamata? Ya / Jika salah
tidak satu
Apakah pasien mengeluh adanya Ya / jawaban iya
penglihatan buram? tidak makan
Apakah pasien mempunyai Ya / bernilai 1
glaucoma, katarak, atau degenerasi tidak
Kebiasaan Apakah terdapat perubahan Ya / Jika
berkemih perilaku berkemih? (frekuensi, tidak jawaban iya
urgensi, inkontenensia, nokturia) maka
bernilai 2
Transfer Mandiri (boleh menggunakan alat 0 Jumlah nilai
(dari bantu jalan) transfer dan
tempat Memerlukan sedikit bantuan (1 1 mobilitas.
tidur ke orang) / dalam pengawasan Jika nilai
kursi dan Memerlukan bantuan yang nyata (2 2 total 0-3,
kembali ke orang) maka

33
tempat Tidak dapat duduk dengan 3 skor=0.
tidur) seimbang, perlu bantuan total Jika nilai
Mobilitas Mandiri (boleh menggunakan alat 0 total 4-6,
bnatu jalan) maka
Berjalan dengan bantuan 1 orang 1 skor=7
(verbal/fisik)
Menggunakan kursi roda 2
Imobilisasi 3
Total skor

Keterangan :
RR (risiko rendah) : skor 0-5
RS (risiko sedang) : skor 6-16
RT (risiko tinggi) : skor 17-30

f) Humpty Dumpty Scale

Pengkajian ini merupakan pengkajian risiko jatuh khusus untuk anak-anak.

Pengkajian ini memiliki komponen penting yang digunakan untuk mengkaji

risiko jatuh pasien yaitu rentang usia anak, jenis kelamin, diagnosis, gangguan

kognitif, faktor lingkungan, respon terhadap operasi, penggunaan obat sedasi

dan anestesi, serta penggunaan obat lainnya. Tingkat risiko jatuh berdasarkan

Humpty Dumpty Scale dibagi menjadi dua yaitu skor 7-11 untuk risiko rendah

dan skor ≥ 12 untuk risiko tinggi (Heart of England (2017).

Tabel 2.3 Humpty Dumpty untuk Pasien Anak (0-15 Tahun)

Parameter Kriteria Nilai


Usia < 3 tahun 4
3-7 tahun 3

34
7-13 tahun 2
13-15 tahun 1
Jenis Kelamin Laki-laki 2
Perempuan 1
Diagnosa Neurologi 4
Perubahan dalam kebutuhan oksigenasi (diagnosa 3
saluran pernafasan), dehidrasi, anemia, anorexia,
sincope/pusing, dll
Dx kejiwaan/ kelainan Perilaku 2
Diagnosis lainnya 1
Gangguan Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Kognitif Lupa akan adnya keterbatasan 2
Berorientasi pada kemampuan sendiri 1
Faktor Ada riwayat jatuh dari tempat tidur 4
Lingkungan Pasien menggunakan alat bantu atau bayi / balita yang 3
ditempatkan di dalam box bayi
Pasien yang ditempatkan di tempat tidur 2
Area pasien rawat jalan 1
Respon Dalam 24 jam 3
terhadap Dalm 48 jam 2
pembedahan, Lebih dari 48 jam / tidak ada respon 1
sedasi dan
anastesi
Pengguanaa Penggunaan beberapa obat penenang (kecuali pasien 3
obat-obatan ICU, dalam pengaruh obat anestesi dan kelumpuhan),
Barbiturates, Fenothiazine, Laxatives, Diuretik
Narkotik
Salah satu dari obat diatas 2
Obat-obatan lainnya/ tanpa obat 1
Jumlah
Kesimpulan:
RR (risiko rendah) : skor 7-11
RT (risiko tinggi) : skor ≥ 12
f. Intervensi risiko jatuh

Menurut Ziolkowski (2014) dari Departement of Health and Human Service

St. Joseph Health Petaluna Valley, Intervensi pencegahan pasien risiko jatuh

dapat dibagi menjadi :

a) Intervensi Risiko Rendah

35
1) Intervensi lanjutan akan dilakukan pada semua pasien rawat inap.

2) Orientasi pasien/keluarga dengan lingkungan dan kegiatan rutin.

3) Tempatkan lampu panggilan (alarm pemberitahuan) dalam jangkauan dan

mengingatkan pasien untuk meminta bantuan.

4) Pastikan tempat tidur pasien dalam posisi rendah dan terkunci.

5) Bed alarm diaktifkan pada semua pasien saat pasien tidur (selain unit

kelahiran anak) kecuali pasien menolak.

6) Dekatkan barang-barang pasien dalam jangkauan.

7) Menyediakan alas kaki anti selip yang dibutuhkan pasien untuk berjalan.

8) Minimalkan pasien berjalan atau bahaya tergelincir.

9) Pertimbangkan pencahayaan tambahan.

b) Intervensi Risiko Tinggi dan Sedang

1) Identifikasi secara visual pasien dengan memasang gelang kuning pada

pergelangan tangan dan stiker risiko jatuh di tempat tidur atau pintu kamar

pasien .

2) Pertimbangkan penempatan ruangan pasien pada area dengan visibilitas

tinggi atau dekat dengan ruang jaga perawat.

3) Monitor pasien dan ruangan untuk keamanan kira-kira setiap satu jam.

Tempatkan lampu panggilan dan secara terus-menerus menempatan barang

pribadi dalam jangkauan pasien.

4) Rintis Fall Risk Care Plan; Sebuah rencana perawatan yang dikembangkan

dengan intervensi tepat sesuai kebutuhan pasien.

36
5) Aktifkan alarm bed sepanjang waktu saat pasien di tempat tidur. Pastikan

bed terhubung dengan sistem lampu panggilan juga pasang alarm pada kursi

yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

6) Awasi pasien secara langsung (dengan observasi visual) saat menuju kamar

mandi atau kamar kecil.

7) Bantu pasien dengan atau pengawasan semua transfer dan ambulatory

mengunakan gait belt dan alat bantu jalan lainya.

8) Jika pasien menunjukan sikap impulsif, memiliki risiko jatuh sedang atau

tinggi atau riwayat jatuh, mungkin dibutuhkan tempat tidur khusus dengan

tambahan tikar atau matras pada sisi tempat tidurnya untuk mencegah

bahaya sekunder dari jatuh.

9) Sediakan dan review (ulangi) edukasi pencegahan jatuh kepada pasien dan

keluarga.

B. Konsep Standar Prosedur Operasional (SPO)

1. Definisi standar prosedur operasional (SPO)

Standar porsedur operasional (SPO) merupakan tata cara atau tahapan yang

dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu

(Potter, 2009). Menurut Bustami (2011) Standar Operasional Prosedur (SOP)

diartikan sebagai proses non klinis yang dilaksanakan secara rutin. Menurut

Chotimah (2021) SPO pencegahan pasien risiko jatuh merupakan serangkaian

tindakan keperawatan yang merupakan acuan dalam mempertahankan keselamatan

pasien yang berisiko jatuh.

37
2. Tujuan dan fungsi standar prosedur operasional (SPO)

Menurut Purnamasari (2015) tujuan dan fungsi dari SOP seperti uraian berikut
ini:

a. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi.
b. Membentuk kedisiplinan kepada semua anggota organisasi baik dalam
institusi, organisasi, maupun perusahaan.
c. Menjaga tingkat kinerja yang konsisten pada masing-masing unit kerjanya.
d. Memperlancar pekerjaan atau tugas bagi karyawan.

3. Standar operasional prosedur (SPO) risiko jatuh RSUD Dr. Rasidin

Padang

Standar prosedur operasional (SPO) risiko jatuh RSUD dr. Rasidin Padang

merupakan kegiatan mengidentifikasi dan menurunkan risiko terjatuh akibat

perubahan kondisi fisik atau fisiologis. Tujuan dari SPO risiko jatuh RSUD dr.

Rasidin Padang yaitu untuk menurunkan tingkat insiden kejadian pasien jatuh di

RSUD dr. Rasidin Padang. SPO risiko jatuh RSUD dr. Rasidin Padang terdiri dari

26 prosedur tindakan yang di keluarkan pada Juni 2022.

Tabel 2.4 SPO Pencegahan Paasien Jatuh RSUD dr. Rasidin Padang

38
39
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan standar prosedur

operasional (SPO) pencegahan pasien jatuh

Menurut Gibson (1987) dalam (Putri, 2021) terdapat tiga kelompok faktor yang

mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, diantaranya:

a. Faktor individu, terdiri dari kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan

demografi.

b. Faktor psikologi, terdiri dari persepsi, sikap, motivasi dan kepribadian.

c. Faktor organisasi terdiri dari sumber daya, beban kerja, supervisi dan

kepemimpinan.

C. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari rasa keingintahuan manusia yang tinggi

mengenai satu atau banyak hal yang dapat diperoleh melalui cara maupun alat-alat

tertentu (Darsini et al., 2019). Sedangkan menurut Notoadmodjo (2010)

pengetahuan adalah hasil tahu seseorang yang diperoleh melalui indra yang

dimiliknya. Hal-hal yang dapat menjadi pengaruh pada pengetahuan dibagi

menjadi dua faktor yaitu faktor internal (pengalaman, jenis kelamin dan usia) dan

faktor ekternal (pendidikan, lingkungan, informasi, sosial budaya dan ekonomi)

(Budiman & Agus, 2013).

2. Tingkat Pengetahuan

40
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda– beda, secara garis besarnya dibagi 6 tingkat (Notoadmodjo, 2010), yakni:

a) Tahu (know)

b) Memahami (Comprehensif)

c) Aplikasi (Aplication)

d) Analisis (Analysis)

e) Sintesis (synthesis)

f) Evaluasi

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2010), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

adalah sebagai berikut:

a) Pendidikan

b) Usia

c) Pengalaman

d) Jenis Kelamin

4. Hubungan pengetahuan dengan pencegahan risiko jatuh

Adapun pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat tentang

pencegahan jatuh diantaranya :

a) Definisi Risiko Jatuh

Menurut World Heaelth Organization (WHO) Jatuh didefinisikan sebagai

suatu peristiwa yang mengakibatkan seseorang secara tidak sengaja terjatuh

41
ke tanah atau lantai atau tingkat yang lebih rendah lainnya. Cedera akibat

jatuh bisa berakibat fatal atau non-fatal meskipun sebagian besar tidak fatal

(World Health Organization, 2021).

b) Faktor- factor risiko pasien jatuh

Faktor risiko pasien jatuh menurut Barak & Robert (2017) yaitu:

a . Faktor instrinsik (Patient-Related Risk Factors)

Faktor risiko yang berasal dari dalam tubuh pasien biasanya berasal

dari penyakit yang menyertai pasien.

b . Faktor ekstrinsik (Healthcare Factors Related to Falls)

Faktor ini sebagian besar terjadi karena kondisi bahaya dari

lingkungan atau tempat atau ruangan di mana pasien dirawat

c) Instrumen pengkajian risiko jatuh

a. Morse Scale Fall

Menurut Ziolkowski (2014), Morse Fall Score adalah instrument

pengukuran risiko jatuh yang sederhana dan cepat untuk mengkaji pasien

yang memiliki kemungkinan jatuh atau risiko jatuh dan biasanya digunakan

untuk melakukan penilaian kepada pasien umur ≥ 16 tahun.

b. STRATIFY (St.Thomas Risk Assessment Tool in Falling Elderly Inpatient)

dan Sydney Scoring

Menurut Marschollek et al. (2011), pengkajian menggunakan instrument

ini biasanya digunakan pada pasien usia lanjut (lansia) yang dirawat di

Rumah Sakit.

c. Humpty Dumpty Scale

42
Pengkajian ini merupakan pengkajian risiko jatuh khusus untuk anak-

anak.

d) Intervensi risiko jatuh

Menurut Ziolkowski (2014) dari Departement of Health and Human

Service St. Joseph Health Petaluna Valley, Intervensi pencegahan pasien risiko

jatuh dapat dibagi menjadi intervensi risiko jatuh rendah dan intervensi risiko

jatuh sedang dan tinggi

5. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoadmodjo, 2010). Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan

untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua

jenis yaitu pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan

objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda, (multiple choice), betul-salah dan

pertanyaan menjodohkan. Cara mengukur pengetahuan dengan memberikan

pertanyaan – pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian 1 untuk jawaban benar dan

nilai 0 untuk jawaban salah. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan

jumlah skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya

persentase kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu kategori baik (76 -

100%), sedang atau cukup (56 – 75%) dan kurang (<55%) (Arikunto, 2010).

D. Sikap

a. Definisi sikap

43
Menurut Elisa (2017) sikap merupakan keteraturan perasaan, pemikiran

perilaku seseorang dalam berinteraksi sosial. Dan sikap merupakan evaluasi

terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial. Para peneliti psikologi sosial

menempatkan sikap sebagai hal yang penting dalam interaksi sosial, karena sikap

dapat mempengaruhi banyak hal tentang perilaku dan sebagai isu sentral yang

dapat mempengaruhi perilaku seseorang

b. Tingkatan sikap

Menurut Budiman & Agus (2013) tingkatan sikap terdiri dari:

a) Menerima (receiving)

b) Merespon (responding)

c) Menghargai (valuing)

d) Bertanggung jawab (responsible)

c. Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap menurut Paloloan (2022) adalah:

a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya.

b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari.

c) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek.

d) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

44
e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah

tersendiri.

d. Fungsi Sikap

Naibaho (2021) mengemukakan lima fungsi dasar sikap yaitu:

a) Fungsi penyesuaian.

b) Fungsi pembela ego.

c) Fungsi ekspresi nilai.

d) Fungsi pengetahuan.

e) Fungsi penyesuaian emosi.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Budiman & Agus (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu

sebagai berikut:

a) Pengalaman pribadi

b) Pengaruh orang lain

c) Pengaruh kebudayaan

d) Media Massa

e) Lembaga pendidikan dan Lembaga Agama

f) Faktor emosional

f. Hubungan sikap dengan pencegahan risiko jatuh

Sikap berhubungan erat dengan pelaksanaan pencegahan risiko jatuh.

Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan oleh Cho Mi Young dan Jang soon

45
joo pada perawat di rumah sakit Korea Selatan pada tahun 2020, didapatkan hasil

76,2% perawat dengan sikap yang baik lebih optimal melakukan SPO risiko jatuh.

Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sikap perawat dengan

penerapan SPO pasien risiko jatuh (Cho & Jang, 2020). Penelitian yang dilakukan

oleh Sasono Mardiono dkk di ruang rawat inap RSUD Kayuagung didapatkan hasil

bahwa terdapat hubungan antara sikap perawat dengan penerapan SPO risiko jatuh.

Sebanyak 55,7% perawat dengan sikap baik melaksanakan SPO risiko jatuh secara

optimal. Semakin baik sikap perawat maka semakin optimal pula perawat dalam

melaksanakan SPO risiko jatuh (Mardiono et al., 2022). Hasil penelitian didapatkan

bahwa terdapat hubungan antara faktor sikap perawat dengan penerapan SPO

resiko jatuh.

g. Cara pengukuran sikap

Menurut Azwar (2016), ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran sikap

yaitu sebagai berikut:

a) Skala Likert

Menurut likert dalam buku Azwar (2016), sikap dapat diukur

menggunakan metode rating yang dijumlahkan. Metode ini merupakan

metode penskalaan pernyatan sikap yang menggunkan distribusi respon

sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala oleh setiap pertanyaan

tidak ditentukan oleh derajat favourable nya masing-masing akan tetapi

ditentukan oleh distribusi respon setuju atau tidak setuju dari kelompok

46
responden yang bertindak sebagai kelompok uji coba (pilot study). Prosedur

penskalaan dengan metode rating yang dijumahkan didasari oleh 2 asumsi

yaitu:

1) Setiap pernyataan sikap yang ditulis dapat disepakati sebagai

penyataan yang favourable atau pernyataan yang unfavourable.

2) Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif

harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang

diberikan oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif. Menurut

Notoadmodjo (2010), tiap peryataan akan di nilai sebagai berikut:

Dengan kriteria:

Sikap positif jika T hitung > T mean

Sikap negatif jika T hitung < T mean

b) Skala Thrustone

Metode skala thrustone sering disebut sebagai metode interval tampak

stara. Metode skala peryataan sikap ini dengan pendekatan stimulus yang

artinya pendekatan ini ditunjukkan untuk meletakkan stimulus atau pernyataan

sikap pada suatu kontinum psikologis yang akan menunjukkan derajat

favourable atau unfavourable pernyataan yang bersangkutan.

c) Skala Gutmann

Skala pengukuran pada tipe ini akan didapatkan jawaban yang tegas, yaitu

ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negatif, dan lain-

47
lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotami (dua

alternaif). Jadi pada skala Gutmann menggunakan interval 1,2,3,4.5 interval,

dari kata "sangat setuju" sampai sangat tidak setuju", maka dalam skala

Gutmann hanya ada dua interval yaitu "setuju atau tidak setuju”.

E. Beban Kerja

a. Pengertian Beban Kerja

Menurut Hasibuan (2017) beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau

catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang dihasilkan

oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. Jumlah pekerjaan yang harus

diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu atau beban

kerja dapat dilihat pada sudut pandang obyektif dan subyektif. Secara obyektif

adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan.

Sedangkan beban kerja secara subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang

terhadap pernyataan tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan

pekerjaan dan kepuasan kerja. Beban kerja sebagai sumber ketidakpuasan

disebabkan oleh kelebihan beban kerja.

Beban kerja dapat dibedakan menjadi dua kategori:

1) Beban kerja terlalu banyak/ sedikit “kuantitatif” yang timbul akibat dari

tugas-tugas yang terlalu banyak/sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk

diselesaikan dengan waktu tertentu;

48
2) Beban kerja berlebihan / sedikit “kualitatif” yaitu jika orang merasa tidak

mampu untuk melaksanakan suatu tugas atau melaksanakan tugas tidak

menggunakan keterampilan dan suatu potensi dari tenaga kerja.

b. Faktor Faktor Beban Kerja

Faktor beban kerja menurut Anggit Astianto (2015):

a) Faktor eksternal

1) Tugas (task)

2) Organisasi

3) Lingkungan kerja

b) Faktor internal

Faktor internal yang berpengaruh terhadap beban kerja adalah faktor yang

berasal dari dalam tubuh sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja

eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringannya strain

dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif.

c. Alat dan Cara Ukur Indikator Beban Kerja

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Cara mengukur beban kerja

dengan cara teknik skala Likert. Penggunaan skala Likert menurut (Sugiyono,

2015) adalah “skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

49
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Menurut

Sugiyono mengemukakan bahwa “macam-macam skala pengukuran dapat

berupa: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio, dari skala

pengukuran itu akan diperoleh data nominal, ordinal, interval, dan rasio”.

Berdasarkan indikator beban kerja peneliti menggunakan kedua indikator

tersebut yaitu tuntutan fisik dan tuntutan tugas sebagai indicator penelitian dalam

pengukuran beban kerja. Tingkat persetujuan yang dimaksud dalam skala Likert

ini terdiri dari 4 pilihan skala yang mempunyai gradasi dari Sangat Setuju (SS)

hingga Sangat Tidak Setuju (STS). 4 pilihan tersebut diantaranya adalah : Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS)

d. Hubungan beban kerja dengan pencegahan risiko jatuh

Menurut temuan dari studi yang dilakukan oleh Ratnaningsih, dkk di ruang

bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul, diperoleh data bahwa beban kerja

perawat diruang rawat inap tinggi sebanyak 57,6%, sementara sebagian besar

implementasi pencagahan pasien risiko jatuh dalam kategori cukup 39,4%, hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara beban pekerjaan perawat

dan implementasi pencegahan pasien risiko jatuh (Ratnaningsih, 2020). Penelitian

yang di lakukan oleh Saprudin (2021) didapatkan hasil bahwa bahwa dari 19

responden yang memiliki beban kerja ringan sebagian besar (89,5%) dilakukan

upaya pencegahan risiko jatuh dalam patient safety. Kemudian, diketahui bahwa

dari 13 responden yang memiliki beban kerja sedang sebagian besar (53,8%) tidak

dilakukan upaya pencegahan risiko jatuh dalam patient safety. Sedangkan,

50
diketahui bahwa dari 13 responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian

besar (76,9%) tidak dilakukan upaya pencegahan risiko jatuh dalam patient safety.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh p

value = 0,001 ( α <0,05) artinya terdapat hubungan antara beban kerja dengan

upaya pencegahan.

51
BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah suatu kerangka yang menggambarkan keterkaitan antar

variabel yang dianggap penting untuk mendukung situasi permasalahan yang akan di

teliti (M. Askari Zakariah et al., 2020). Kerangka teori yang digunakan dalam

penelitian ini dibuat berdasarkan tinjauan pustaka. Konsep teoritis pada penelitian ini

didasari pada teori-teori yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan beban kerja

perawat dalam penerapan SPO pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD

Dr. Rasidin Padang. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah

dipaparkan, maka kerangka teori pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Faktor-faktor yang mempengaruhi


kinerja:

a. Faktor Individu
1) Kemampuan Penerapan
2) Keterampilan SPO pasien Patient
3) Pengetahuan risiko jatuh Safety
4) Demografi oleh perawat
b. Faktor Psikologis
1) Persepsi
2) Sikap
3) Motivasi
4) Kepribadian
c. Faktor Organisasi Bagan 3.1 Kerangka Teori
1) Sumber(Notoadmodjo
daya 2007; Muninjaya 2015; Abidin 2016)
2) Beban kerja
3) Supervisi
4) Kepemimpinan 52
B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu uraian yang menjelaskan hubungan

antarvariabel yang akan dideliti (Nursalam, 2017). Penelitian ini mempunyai dua

varibel yang akan diteliti, yaitu pengetahuan, sikap dan beban kerja sebagai variabel

independen dan penerapan SPO risiko jatuh sebagai variabel dependen. Berdasarkan

tinjauan teoritis diatas, maka kerangka konsep dari penelitian ini dapat di gambarkan

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap Penerapan SPO risiko jatuh

Beban Kerja

Bagan 3.2 Kerangka Konsep

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai dugaan, jawaban atau kesimpulan

sementara berkaitan dengan rumusan masalah atau pertanyaan peneliti. Dikatakan

sementara karena jawaban yang diberikan masih berdasarkan teori-teori yang

didapatkan dan belum berdasarkan fakta yang diperoleh dari hasil pengumpulan data

penelitian (Ramadhani & Bina, 2021). Dari kerangka konsep diatas, hipotesis

penelitian ini adalah sebagai berikut :

53
1. H01: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penerapan SPO pasien

risiko jatuh oleh perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Rasidin Padang.

2. H02: Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan penerapan SPO pasien risiko

jatuh oleh perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Rasidin Padang.

3. H03: Tidak terdapat hubungan antara beban kerja dengan penerapan SPO pasien

risiko jatuh oleh perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Rasidin Padang.

54
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang menggunakan desain penelitian survey

analitik denganpendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional merupakan

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (Abduh et al., 2022). Penelitian cross sectional ini digunakan untuk

mengetahui arah dan kekuatan hubungan antara variabel independen (pengetahuan,

sikap dan beban kerja) dan variabel dependen (penerapan SPO risiko jatuh oleh

perawat) yang di observasi dan diidentifikasi dalam satu waktu yang bersamaan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono populasi adalah suatu wilayah keseluruhan yang terdiri atas

subjek atau objek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu untuk diteliti

(Suriani et al., 2023). Populasi dalam peneltian ini adalah semua perawat di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang yaitu berjumlah 105 orang perawat. Perawat

tersebut terbagi lagi dalam beberapa ruangan rawat inap dengan rincian sebagai

berikut: 16 orang (ruang rawat pinere); 16 orang (ruang rawat bedah); 22 orang

55
(ruang rawat interne); 14 orang (ruang rawat anak); 37 orang (ruang rawat

intensif).

2. Sampel

Sampel penelitian merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek

yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi melalui teknik sampling

(Dharma, 2017). Penelitian ini mengunakan teknik pengambilan sampel simple

random sampling. Menurut Dharma (2017) simple random sampling atau sampel

acak sederhana yaitu suatu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang

dilakukan secara acak tanpa memperharikan strata yang ada dalam populasi

tersebut sehingga setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk

terpilih.

Besar atau jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian dihitung

menggunakan rumus Slovin yaitu :

N
n=
1+ N ¿ ¿

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Total populasi

e = Kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang


ditolerir/ditetapkan 5%

56
N
n=
1+ N ¿ ¿

105
n=
1+105 ¿ ¿

1 05
n=
1+0,262 5

105
n=
1,262 5

n=83 , 2

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini setelah dibulatkan yaitu menjadi 83

orang responden. Untuk menentukan jumlah sampel tiap ruangan menggunakan

rumus alokasi proporsional yaitu :

N 1 xn
n=
N

Keterangan :

n1 : Jumlah sampel tiap unit

N1 : Jumlah populasi tiap unit

n : Jumlah sampel seluruhnya

N : Jumlah populasi seluruhnya

57
Tabel 4.1 Jumlah Sampel Masing-Masing Ruang Rawat Inap

Perawat ruang rawat 16 x 83 n = 12,6 (13)


n=
105
inap pinere

Perawat ruang rawat 16 x 83 n=12,6 (13)


n=
105
inap bedah

Perawat ruang rawat 22 x 83 n = 17,4 (17)


n=
105
inap interne

Perawat ruang rawat 14 x 83 n = 11,1 (11)


n=
105
inap anak

Perawat ruang rawat 3 7 x 83 n = 29,2 (29)


n=
105
intensif

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang, maka perlu ditentukan

kriteria inklusi maupun kriteria ekslusi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh


subjek penelitian untuk dapat ikut serta dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a) Perawat ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang

b) Perawat yang melakukan asuhan resiko jatuh pada pasien.

c) Perawat yang bersedia menjadi responden

58
b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan kondisi yang menyebabkan subjek penelitian yang

memenuhi kriteria inklusi tidak dapat ikut serta dalam penelitian (Notoatmodjo,

2012).

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini:

a) Perawat yang sedang cuti

b) Perawat yang sedang sakit dan sedang dinas luar.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang.

Penelitian ini dilaksanakan setelah memperoleh persetujuan dari pembimbing dan

izin penelitian. Penelitian dimulai dari penyusunan proposal penelitian, dilaksanakan

pada bulan Oktober 2023 sampai bulan Juni 2024

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu perilaku atau karakteristik dari objek maupun subjek

yang ditetapkan menjadi sasaran dalam penelitian (Nursalam, 2017). Penelitian ini

terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat

(dependen). Variabel bebas (independen) pengetahuan, sikap dan beban kerja,

sedangkan variabel terikat (dependen) adalah penerapan SPO resiko jatuh oleh

perawat.

59
2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel merupakan batasan dan cara yang akan digunakan
dalam mengukur variabel yang akan diteliti yang disusun dalam bentuk matrik
untuk memudahkan dan menjaga konsistensi pengumpulan data, menghindarkan
perbedaan interpretasi, dan membatasi ruang lingkup variabel (Supardi & Rustika,
2013)

Tabel 4.2 Definisi Operasional

Variabel Defenisi Cara ukur Alat ukur Skala Hasil ukur


Operasional
Variabel Merupakan Angket Kuesioner Ordina 1. Baik, =
independen gambaran Pengetahuan. l 76%-100%.
(bebas) tingkat (Farida, 2. Kurang
1. Pengetahuan pengetahuan 2019) baik, = 0%-
perawat tentang 75%.
resiko jatuh (Farida, 2019)
2. Sikap Perilaku / Angket Kuisioner Ordina
tindakan yang sikap l 1. Positif =
berkaitan (Efendi, >35 median
pencegahan 2019) 2. Negatif = ≤
resiko jatuh di 35 median
ruang rawat (Efendi, 2019)
RSUD dr
Rasidin Padang
3. Beban Kerja Jumlah Angket Kuisioner Ordina 1. Ringan = 13-
frekuensi beban kerja l 25
kegiatan rata- (Buanawati, 2. Sedang = 26-
rata perawat 2019) 38
3. Berat = 39-52
(Buanawati,
2019)

Variabel Penerapan Observasi SOP Pasien Ordina 1. Patuh = >13


dependen SPO Resiko Resiko Jatuh l (median)
(terikat) Jatuh meliputi RSUD dr. 2. Tidak Patuh
1. Penerapan tuga katim, dan Rasidin = ≤13
SPO Risiko perawat Padang (median)
Jatuh oleh pelaksana
perawat dalam
pencegahan
resiko jatuh

60
E. Instrumen Penelitian

2. Instrumen

Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data atau mengukur objek dari suatu variabel yang akan

diteliti (Yusup, 2018). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Instrumen yang digunakaan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

bagian, yaitu :

a. Instrumen A

Instrumen A ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden

perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Kuisioner ini

berisikan data demografi secara umum yang akan diisikan oleh responden. Data

demografi tersebut meliputi nama/inisial, ruangan, usia dan masa kerja

responden.

b. Instrumen B

Instrumen B digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan perawat di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Kuisioner initerdiri dari 20

pernyataan. Kuesioner ini di ukur dengan skala guttman dengan nilai

pernyataan Favourable = (0=salah, 1=benar) dan Unfavourable = (1=Salah,

0=Benar) (Farida, 2019). Kuisioner ini telah di lakukan uji validitas dan

61
reabilitas oleh Farida (2019) pada 30 orang perawat ruang rawat inap di Rumah

Sakit Umum Daerah Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja. Hasil uji reabilitas

koesioner deperoleh bahwa kuesioner pengetahuan (r = 0,911) dimana r hitung

lebih besar dari konstanta (0,60) sehingga kuesioner reliabel atau handal untuk

digunakan dalam penelitian.

Tabel 4.3 Kisi-Kisi Instrumen Pengetahuan

No. Indikator Jawaban Jumlah


Favourabel Unfavourabel
1. Tahu 1, 11, 12 2, 3, 17 6
2. Memahami 4, 5 7,10, 16 5
3. Aplikasi 6, 13, 20 - 3
4. Analisis 8, 9 14 3
5. Sintesis 15 19 2
6. Evaluasi 18 - 1
Jumlah 12 8 20

c. Instrumen C

Instrumen C digunakan untuk mengukur sikap perawat di Ruang Rawat

Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Kuisioner ini terdiri dari 14 pernyataan.

Kuisioner ini diukur dengan menggunakan skala likert. Dengan nilai pernyataan

Favorable = (1=STS, 2=TS, 3=KS, 4=S, 5=SS) dan Unfavourable = (1=SS,

2=S, 3=KS, 4=TS, 5=STS) (Efendi, 2019). Kuisioner ini telah di lakukan uji

validitas dan reabilitas oleh Efendi (2019) pada 30 orang perawat ruang rawat

inap di Rumah Sakit Umum Daerah Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja.

Hasil uji reabilitas koesioner deperoleh bahwa kuesioner sikap pada setiap butir

soal teruji realiable dengan hasil nilai 0,86 yang lebih besar dari nilai Alpha 0,6

62
yang artinya setiap pertanyaan dari kuisioner realiable sehingga kuisioner layak

digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Tabel 4.4 Kisi-Kisi Instrumen Sikap

No. Indikator Jawaban Jumlah


Favourabel Unfavourabel
1. Menerima 1,2,10 3 4
(receiving)
2. Merespon 5 6,14,11 4
(responding)
3. Menghargai 13 , 4,9,12 4
(valuing)
4. Bertanggung jawab 8 7 2
(responsible)
Jumlah 6 8 14

d. Instrumen D

Instrumen D digunakan untuk mengukur lingkungan kerja perawat di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Kuisioner ini terdiri dari 12

pernyataan, dengan nilai pernyataan yaitu, selalu = 4; sering = 3; jarang = 2;

tidak pernah = 1. (Sulistyo, 2019). Kuisioner ini telah di lakukan uji validitas

dan reliabilitas oleh Sulistyo (2019) pada 30 orang perawat di RSUD Aji Batara

Agung Dewa Sakti. Hasil uji reabilitas di dapatkan hasil 0,613 yang lebih besar

dari nilai r hitung 0,6 yang artinya kuisioner realiable sehingga kuisioner layak

digunakan sebagai alat ukur penelitian.

63
Tabel 4.5 Kisi-Kisi Instrumen Lingkungan Kerja

No. Indikator Jawaban Jumlah

1. Lingkungan fisik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 14

11, 12, 13, 14

2. Lingkungan non fisik 15, 16, 17, 18, 19, 20 6

3. Jumlah 20 20

e. Instrumen E

Instrumen E digunakan untuk mengukur beban kerja perawat di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Kuisioner ini menggunakan kuisioner

beban kerja dari Nursalam (2017) yang terdiri dari 13 pernyataan dengan nilai

pernyataan yaitu, selalu = 1; sering = 2; jarang = 3; tidak pernak = 4. Kuisioner

ini telah baku dan telah banyak digunakan dalam penelitian serupa sehingga

tidak perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas (Nursalam, 2017)..

Tabel 4.6 Kisi-Kisi Instrumen Beban Kerja

No. Indikator Jawaban Jumlah

1. Aktivitas Pekerjaan 3, 5, 8, 9, 13 5

2. Kegiatan yang dilakukan 2, 6, 7, 10 4

3. Penggunaan waktu kerja 1, 4, 11, 12 4

64
Jumlah 13 13

f. Instrumen F

Instrumen F digunakan untuk mengukur pelaksanaan SPO risiko jatuh

oleh perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Instrumen ini

menggunakan lembar SPO risiko jatuh SRUD dr. Rasidin Padang yang terdiri

dari 26 prosedur tindakan. Instrumen ini di ukur dengan cara observasi

langsung oleh peneliti untuk melihat apakah perawat sudah optimal atau belum

dalam pelaksanaan SPO risiko jatuh. Nilai ukur di lihat dari mediannya, optimal

= > 13 dan kurang optimal = ≤13.

F. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengurus surat ke

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas untuk izin penelitian dan penelitian ini

sudah dilaksanakan uji etik di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Setelah

itu peneliti baru melakukan pengambilan data dengan memperhatikan masalah

etika penelitian. Menurut Rian Adi Pamungkas (2017) penelitian yang menjadikan

manusia sebagai objek harus memiliki prinsip etik yaitu:

a. Tidak menggangu kenyamanan

Prosedur yang digunakan dalam penelitian sebaiknya tidak

membahayakan dan menggangu kenyamanan responden. Bahaya yang

dimaksud yaitu berupa cedera fisik, emosional, sosial, maupun finansial.

65
b. Perlindungan dari eksploitasi

Penelitian tidak boleh merugikan peserta dengan membeberkan rahasia

responden dan tetap menjaga kerahasiaan responden.

c. Respect for humanity

Dalam melakukan penelitian, peneliti tidak diperkenankan

memaksakan kehendak atas keinginannya pada responden. Peneliti harus

mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan informasi terbuka

berkaitan dengan jalannya penelitian. Jika responden bersedia maka peneliti

mempersiapkan lembar persetujuan yaitu informed consent.

d. Menghormati privasi dan kerahasiaan

Peneliti tidak diperkenankan menampilkan informasi berupa identitas

responden baik nama maupun alamat melalui alat ukur apapun. Peneliti dapat

melakukan koding untuk mengganti identitas responden sehingga tetap

menghargai privasi dan kerahasiaan.

e. Keadilan dan inklusivitas

Ketika melakukan penelitian, peneliti haruslah dilakukan secara jujur,

hati-hati, dan professional. Peneliti tidak boleh memihak kelompok tertentu

agar terhindar dari ketidakadilan

G. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Pengumpulan Data

Menurut Supardi (2013), terdapat dua jenis data berdasarkan sumbernya, yaitu :

a. Data Primer

66
Merupakan data yang didapatkan oleh peneliti langsung dari sumber data atau

responden. Pada penelitian ini, data primer diambil langsung dari subjek

penelitian yaitu perawat di ruang rawat inap interne bedah dan anak RSUD dr.

Rasidin Padang yang memenuhi kriteria inklusi dengan cara membagikan

kuesioner untuk mengetahui data demografi, pengetahuan, sikap, lingkungan

kerja, dan beban kerja terhadap pelaksanaan SOP pasien resiko jatuh.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dari hasil pengumpulan

data peneliti / instansi lain untuk keperluan tertentu yang digunakan sebagaian

atau keseluruhannya. Data sekunder dalam penelitian adalah data yang diperoleh

dari RSUD Dr. Rasidin Padang dan buku atau referensi yang berhubungan dengan

pengumpulan data yang diperlukan untuk melengkapi penelitian.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data penelitian ini, sebagai berikut :

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kebagian akademik

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

b. Setelah mendapat surat izin, peneliti memasukan surat permohonan izin

penelitian yang di keluarkan Fakultas Keperawatan kepada Dinas PM & PTSP

Kota Padang.

c. Setelah mendapat surat izin, peneliti memasukan surat permohonan izin

penelitian yang di keluarkan Dinas PM & PTSP Kota Padang kepada diklat

RSUD Dr. Rasidin Padang.

67
d. Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan melakukan uji etik terlebih

dahulu di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

e. Peneliti selanjutnya mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Kepala

Instalasi Ruangan Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang

f. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada kepala ruangan

masing-masing ruangan Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang.

g. Peneliti dibantu oleh enumerator yang berjumlah 2 orang dari Fakultas

Keperawatan Unand.

h. Sebelum pengumpulan data, dilakukan penyamaan persepsi antara peneliti

dengan enumerator.

i. Peneliti membagi masing-masing enumerator ke setiap ruangan, yang terdiri

dari interne, bedah, anak.

j. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang dimuat dalam

lembar kuesioner berupa kuesioner karakteristik demografi, kuesioner

pengetahuan perawat, kuisioner sikap, kuisioner lingkungan kerja, kuisioner

beban kerja dan kuesioner pelaksanaan SOP resiko jatuh.

k. Kuesionar demografi, pengetahuan, sikap, lingkungan kerja, dan beban kerja

diisi oleh responden, dan selama pengisian didampingi dan diawasi langsung

oleh peneliti untuk menjaga validitas hasil

l. Kuesioner penerapan kepatuhan pelaksanaa SOP resiko jatuh diisi langsung

oleh peneliti melalui observasi dan dikonfirmasi ulang kepada karu, katim,

maupun perawat pelaksana. Observasi dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap

perawat.

68
m. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa data

melalui aplikasi pengolahan data untuk mendapatkan hasil penelitian.

H. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan mengubah data (primer dan sekunder) yang

sudah dikumpulkan peneliti menjadi sebuah informasi yang dibutuhkan (Supardi,

2013). Menurut Notoadmodjo (2018), data yang diperoleh diolah melalui beberapa

tahapan, yaitu:

1. Editting, merupakan pemeriksaan kembali data yang telah didapatkan dari

responden, termasuk daftar pertanyaan dan jawaban terhadap angket yang

sudah dijawab oleh responden selama penelitian.

2. Coding, merupakan proses mengidentifikasi dan mengklasifikasikan data

peneltiian ke dalam karakter numerik atau simbolik. Proses coding bertujuan

untuk memudahkan dan mengefisienkan proses pemasukkan data ke dalam

komputer.

3. Processing, merupakan proses setelah kuesioner diisi lengkap dan benar dan

jawaban sudah di kodekan ke dalam aplikasi pengolah data. Ada beberapa

program pengolahan data yang tersedia, salah satu aplikasi yang cukup

terkenal dan relatif mudah adalah Statistical Package for Social Sciences

(SPSS).

4. Cleaning, merupakan pengecekkan kembali data yang sudah dimasukkan

apakah sudah betul atau ada kesalahan saat memasukkan data.

69
5. Tabulasi, merupakan proses menyusun data dalam format tabel sesuai dengan

kebutuhan analisis peneliti.

I. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan untuk menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari satu variabel (Notoadmodjo, 2018). Data

akan ditampilkan dalam bentuk tabel terkait distribusi usia, masa kerja,

pengetahuan, sikap, lingkungan kerja, dan beban kerja dan distribusi frekuensi

penerapan SPO pasien resiko jatuh oleh perawat.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan per-dua variable

penelitian yaitu antara variabel independen dan dependen (Donsu, 2017). Uji

statistik yang digunakan adalah uji chi square dimana pada uji ini varibel dikatakan

memiliki hubungan apabila nilai p value <0,05 dan dikatakan tidak berhubungan

apabila p value ≥0,05.

Uji chi square memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi agar nilai uji

dapat diterima atau dapat dikatakan valid. Berikut syarat uji chi square :

a. Sampel pada data >40

b. Frekuensi harapan (E) dengan nilai <5 tidak boleh lebih dari 20% total jumlah

70
cell

c. Tabel 2x2 tidak boleh satupun memiliki nilai E<5

d. Tabel 2x3 hanya bisa memiliki E<5 dengan tidak lebih dari 20% total jumlah
cell
Apabila syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka dapat digunakan

uji alternatif chi square sebagai berikut:

Uji Exact Fisher : digunakan pada tabel 2x2 yang tidak memenuhi
syarat.
3. Analisa Multivariat

Analisis statistik multivariat merupakan metode dalam melakukan penelitian

terhadap lebih dari dua variable secara bersamaan. Dengan menggunakan teknik

analisis ini maka kita dapat menganalisis pengaruh beberapa variable terhadap

variabel lainnya dalam waktu yang bersamaan. Berdasarkan hubungan antar

variabel, analisis multivariat dapat dibedakan menjadi dependence techniques dan

interdependence techniques (Simamora, 2005).

Pada penelitian ini, variabel independen meliputi usia, masa kerja,

pengetahuan, sikap, lingkungan kerja dan beban kerja sedangkan variabel dependen

dalam penelitian ini yaitu penerapan SPO risiko jatuh. Analisis multivariat

dilakukan dengan cara menghubungkan beberapa variabel independen dengan satu

variabel dependen pada waktu yang bersamaan (Hastono, 2007). Analisis

multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Logistik dengan

metode backward.

71
Langkah yang dilakukan dalam analısıs regresi logistik adalah sebagai berikut

(Dahlan, 2013):

a. Melakukan seleksi variabel yang layak dilakukan dalam model multivariat

dengan cara terlebih dahulu melakukan seleksi bivariate antara masing-masing

variabel independen dengan variabel dependen.

b. Bila hasil analisis bivariat menghasilkan p value <0,25 atau termasuk substansi

yang penting maka variabel tersebut dapat dimasukkan dalam model

multivariat.

c. Variabel yang memenuhi syarat lalu dimasukkan ke dalam analisis multivariat.

dengan menggunakan metode backward. Metode Backward adalah metode

yang memasukkan semua variabel ke dalam model, kemudian satu per satu

variabel independen dikeluarkan dari model.

d. Dari hasil analisis dengan multivariat dengan regresi logistik menghasilkan

p value masing-masing variabel. Variabel dikatakan berinteraksi bila p value

<0,05.

e. Variabel yang p value >0,05 ditandai dan dikeluarkan satu per satu dari model,

hingga seluruh variabel yang p value >0,05 hilang.

f. Pada langkah terakhir akan tampak nilai exp(B), yang menunjukan bahwa

semakin besar nilai exp(B)/RP maka makin besar pengaruh variabel tersebut

tehadap variabel dependen.

Interpretasi

72
Untuk penelitian yang bersifat cross sectional, interpretasi yang dapat

dilakukan hanya menjelaskan nilai OR (Exp B) (Hastono, 2007). Untuk melihat

variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen, dilihat

dari exp (B) untuk variabel yang signifikan. Semakin besar nilai exp (B) berarti

semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang dianalisis.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, M., Alawiyah, T., Apriansyah, G., Sirodj, R. A., & Afgani, M. W. (2022).

Survey Design: Cross Sectional dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Pendidikan

Sains Dan Komputer, 3(01), 31–39. https://doi.org/10.47709/jpsk.v3i01.1955

Abidin, M. I. Z., Pangtuluran, Y., & Maria, S. (2016). Pengaruh Kepuasan Kerja,

Lingkungan Kerja Dan Efikasi Diri Terhdap Komitmen Organisasi Di Rumah

Sakit Smc Samarinda. Jurnal Ekonomi Dan Keuangan, 13(1), 1–10.

Aninditya Rachmawati, F., Budi, M., & Sekar Siwi, A. (2021). Implementasi

Pencegahan Risiko Jatuh pada Pasien di Ruang Intensive Care Unit (Icu) RST

Wijayakusuma Purwokerto. Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), 29–41.

https://prosiding.uhb.ac.id/index.php/SNPPKM/article/view/761

Anne, L. . (2015). Falls: Risk Assessment, Prevention, and Measurement.

Pennsylvania: NPSF Professional Learning Series.

Aprianti, D., Nitantri, M., Apriani, S., Ousartika, A., Mulyantika, D., Aji, B.,

73
Agustina, S., Pransiska, V., Panggabean, O., Pranata, L., Hardika, B. D., &

Fruitasari, M. K. F. (2022). Penerapan Pencegahan Risiko Jatuh Oleh Petugas di

Ruang Perawatan Stroke. Kampurui Jurnal Kesehatan Masyarakat (The Journal

of Public Health), 4(1), 12–16. https://doi.org/10.55340/kjkm.v4i1.645

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2016). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar.

Barak, Y., Robert, C. (2017). Gait Characteristics of Elderly People With a History f

Falls: A Dynamic Approach. J Am Geriatr Soc.

Buanawati, F. T. (2019). Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang

Rawat Inap (Muzdalifah, Multazam dan Arofah) Rumah Sakit Islam Siti Aisyah

Kota Madiun. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Budiman, & Agus, R. (2013). Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. In

Salemba Medika (Vol. 5, Issue ISSN).

Bustami. (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya.

Erlangga.

Cho, M. young, & Jang, S. J. (2020). Nurses’ knowledge, attitude, and fall prevention

practices at south Korean hospitals: a cross-sectional survey. BMC Nursing,

19(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12912-020-00507-w

Chotimah, C. (2021). the Role of Nurses in Preventing the Risk of Falling Patients in

the Inpatient Room of Medistra Hospital Jakarta, 2019. Rnal Kesehatan “Bhakti

74
Husada,” 7(1), 1–11.

https://e-journal.akperakbid-bhaktihusada.ac.id/index.php/jurnal/article/view/91

Dahlan, S. (2013). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan (5th ed.). Salemba

Medika.

Darayana, F., Mayasari, P., & Rachmah. (2022). Pelaksanaan Pencegahan Insiden

Risiko Jatuh Pada Pasien Bedah Wanita Di Rumah Sakit: Suatu Studi Kasus.

Jurnal Ilmiah Keperawatan, 1(2), 91–95.

https://jim.usk.ac.id/FKep/article/view/20061/9892

Darsini, Fahrurrozi, & Cahyono, E. A. (2019). Pengetahuan ; Artikel Review. Jurnal

Keperawatan, 12(1), 97.

Dharma, K. . (2017). Metodologi penelitian keperawatan. Buku Kesehatan.

Donsu, J. D. T. (2017). Metodologi penelitian keperawatan (edisi 1). Pustaka Baru.

Efendi, I. (2019). Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan

Pencegahan Pasien Jatuh di Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis

Samarinda 2019 [Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur].

https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/1580?show=full

Ekywati, C. A. (2021). Pengaruh Edukasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan

Pencegahan Risiko Jatuh Pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Marinir

Cilandak. 3(2), 6.

Elisa. (2017). Buku Ajar Keperawatan : Sikap dan faktor yang berpengaruh. Salemba

75
Medika.

Fadhilatul Hasnah, & Dian Paramitha Asyari. (2022). Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kinerja Karyawan Di Rumah Sakit : Systematic Review.

JUKEJ : Jurnal Kesehatan Jompa, 1(1), 89–97.

https://doi.org/10.55784/jkj.vol1.iss1.209

Farida, N. (2019). Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat dalam

Pelaksanaan Pencegahan Pasien Jatuh di RSUD Inche Abdoel Moeis

Samarinda.

Fenita, R. (2019). Penerapan 6 Sasaran Keselamatan Pasien di RSUD Rasidin dan

RS Bhayangkara Padang Tahun 2019.

http://scholar.unand.ac.id/45527/%0Ahttp://scholar.unand.ac.id/45527/2/2. BAB

I %28Pendahuluan%29 .pdf

George. (2017). Falls on an Inpatient Rehabilitation Unit: Risk Assessment and

Prevention. Rehabilitation Nursing Journal, 4(2), 12–21.

Handoko, H. T. (2007). Mengkukur kepuasaan kerja. Erlangga.

Hasibuan, M. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revi). Bumi Aksara.

Hastono, S. P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Universitas Indonesia.

Indrayadi, I., Oktavia, N. A., & Agustini, M. (2022). Perawat dan Keselamatan

Pasien: Studi Tinjauan Literatur. Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen

Keperawatan, 5(1), 62–75. https://doi.org/10.32584/jkmk.v5i1.1465

76
Jati, N. P. L. (2018). kepatuhan Perawat melaksanakan Standar Prosedur Operasioinal

pencegahan Pasien Jatuh berdasarkan Faktor Demografi Dan Motivasi. Jurnal

Ilmiah Kesehatan Media Husada, 6(2), 225–264.

https://doi.org/10.33475/jikmh.v6i2.44

Joshi, D. C., & Saini, R. S. (2022). Awareness and Compliance to International

Patient Safety Goals among Healthcare Personnel of a Tertiary Care Hospital in

Northern India. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 16(10), 1–5.

https://doi.org/10.7860/jcdr/2022/58145.17113

KBBI, T. P. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pustaka.

Kemenkes R1. (2019). Profil kesehatan Indonesa 2019. In Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia.

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-

indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf

Kustriyani, M., & Rohana, N. (2018). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan

Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Pencegahan Pasien Resiko Jatuh Di

Rawat Inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal Ners Widya, 1–12.

LeLaurin, J. H., & Shorr, R. I. (2019). Preventing Falls in Hospitalized Patients: State

of the Science. Clinics in Geriatric Medicine, 35(2), 273–283.

https://doi.org/10.1016/j.cger.2019.01.007

Lestari, W., & Sianturi, S. R. (2022). Analisa Pengetahuan, Masa Kerja dan

77
Pendidikan dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan SPO Pasien Resiko

Jatuh. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 5(10), 1240–

1246. https://doi.org/10.56338/mppki.v5i10.2504

M. Askari Zakariah, Afriani, V., & Zakariah, K. M. (2020). Metodologi Penelitian

Kualitatif, Kuantitatif, Action Research And Development (R n D). Yayasan

Pondok Pesantren Al Mawaddah Warrahmah Kolaka.

Maha, N. (2019). Pelaksanaan peningkatan keselamatan pasien resiko jatuh. Medicine

and Health Sciences, Medical Administration, 3–5.

https://osf.io/9zvq2/download/?format=pdf

Mandriani, E., Hardisman, H., & Yetti, H. (2019). Analisis Dimensi Budaya

Keselamatan Pasien Oleh Petugas Kesehatan di RSUD dr Rasidin Padang Tahun

2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(1), 131.

https://doi.org/10.25077/jka.v8i1.981

Mardiono, S., Alkhusari, & Saputra, A. U. (2022). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

Perawat Terhadap Pencegahan Resiko Jatuh Pada Pasien. Indonesian Journal Of

Health and Medical, 2(1), 22–32. http://ijohm.rcipublisher.org/index.php/ijohm

Marschollek, M., Rehwald, A., Wolf, K. H., Gietzelt, M., Nemitz, G., Zu

Schwabedissen, H. M., & Schulze, M. (2011). Sensors vs. experts - A

performance comparison of sensor-based fall risk assessment vs. conventional

assessment in a sample of geriatric patients. BMC Medical Informatics and

Decision Making, 11(1). https://doi.org/10.1186/1472-6947-11-48

78
Miake-Lye IM, Hempel S, Ganz DA, S. P. (2013). Inpatient fall prevention programs

as a patient safety strategy: a systematic review. https://doi.org/10.7326/0003-

4819-158-5-201303051-00005. PMID: 23460095.

Muninjaya A, G. (2015). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan (E. 2 (ed.)).

Jakarta: EGC.

Naibaho, F. (2021). Hubungan Pengetahuan dengan Siap Ibu Hamil tentang Tetanus

Toxoid di Puskesmas Nunpene Tahun 2019. Intelektiva: Jurnal Ekonomi, Sosial

& Humaniora, 2(10), 94–105.

https://jurnalintelektiva.com/index.php/jurnal/article/download/553/411

Noorhasanah, S., Amaliah, N., & Iswantoro. (2019). Hubungan karakteristik perawat

dengan kepatuhan pemasangan tanda risiko jatuh (The characteristics of nurse

with and obedience of risk for fall signals). Jurnal Darul Azhar, 8(1), 100–109.

https://www.jurnal-kesehatan.id/index.php/JDAB/article/view/153

Notoadmodjo. (2018). Promosi Kesehatan. Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan (2nd ed.). Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Novilolita, D., & Lestari, Y. (2019). Analisis Penyebab Insiden Pasien Jatuh Di

Rawat Inap Rs. Y Di Kota Padang. Jurnal Ilmiah Manajemen Universitas

Putera Batam, 8(1), 109–117. http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim

79
Nur, H. A., Dharmana, E., & Santoso, A. (2017). Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh

di Rumah Sakit. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 5(2), 123.

https://doi.org/10.21927/jnki.2017.5(2).123-133

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (edisi 4). Jakarta :

Salemba Medika.

Pagala, I. (2017). Perilaku Kepatuhan Perawat Melaksanakan SOP Terhadap

Kejadian Keselamatan Pasien di Rumah Sakit X Kendari. Jurnal Promosi

Kesehatan Indonesia, 12. file:///C:/Users/ZYREX/Downloads/18036-45122-1-

SM.pdf

Paloloan, I. A. (2022). Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan

Perawat Dalam Pencegahan Risiko Jatuh Di Rumah Sakit. 1–23.

Permenkes. (2017). Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 11 Tahun

2017 tentang keselamatan pasien. https://tel.archives-ouvertes.fr/tel-01514176

Permenkes RI, N. 30. (2022). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 30 Tahun 2022 Tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan

Tempat Praktik Mandiri Dokter Dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan

Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan, Dan Unit Transfu. Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 879, 2004–2006.

Potter, P. &. (2009). Buku Ajaran Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan

80
Praktik (Ahli Bahasa: Yasmin Asih Dkk. (ed.); 7th ed.). Jakarta: EGC.

Purnamasari. (2015). Panduan Menyusun Sop Standard Operating Procedure. Kobis

(Komunitas Bisnis).

Putri, U. S. (2021). Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Masa

Pandemi COVID-19 di Ruang Isolasi RSUD Kabupaten Muna. i–115.

Ramadhani, R., & Bina, N. S. (2021). Statistika Peneltian Pendidikan: Analisis

Perhitungan Matematis dan Aplikasi SPSS. Jakarta: Kencana.

Ratnaningsih, E. (2020). Hubungan Beban Kerja Perawat Terhadap Implementasi

Patient Safety (Risiko Jatuh) Di Ruang Rawat Inap Bedah Rsud Panembahan

Senopati Bantul [Universitas Alma Ata Yogyakarta].

http://elibrary.almaata.ac.id

Rian Adi Pamungkas, A. M. U. (2017). Metodologi riset keperawatan. Trans Info

Media.

Roberts, M. (2023). Trends From Incident Reporting. April.

RSUP Dr. M. Djamil Padang. (2018). Monitoring Evaluasi 6 Indikator SKP RSUP

Dr. M. Djamil Padang. Dokumen Akreditasi Bagian SKP RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

Salawati, L. (2020). Penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit. AVERROUS:

Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh, 6(1), 98.

https://doi.org/10.29103/averrous.v6i1.2665

81
Saprudin, N., Nengsih, N. A., & Asyiyani, L. N. (2021). Analisis Faktor Yang

Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Risiko Jatuh Pada Pasien Di

Kabupaten Kuningan. Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka, 9(2), 180–193.

https://doi.org/10.51997/jk.v9i2.138

Sedarmayanti. (2010). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. CV Mandar

Maju.

Simamora, B. (2005). Analisis Mulivariat Pemasaran (Edisi Pert). PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Stampfler, T., Elgendi, M., Fletcher, R. R., & Menon, C. (2022). Fall detection using

accelerometer-based smartphones: Where do we go from here? Frontiers in

Public Health, 10(1). https://doi.org/10.3389/fpubh.2022.996021

Sugeng Budiono, Arief Alamsyah, T. W. (2019). Pelaksanaan Program Manajemen

Pasien dengan Risiko Jatuh di Rumah Sakit The Implementation of Patient Fall

Risk Management .Tesis pasca sarjana program studi megister rumah sakit

fakultas kedokteran Brawijaya, Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1),

78–83.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan Pengembangan Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, dan R&D.

Sulistyo, W. D. (2019). Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Kepatuhan

Perawat dalam Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Pasien Jatuh di Rumah

82
Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis Samarinda. Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Sunyoto, D. (2015). Manajemen dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. CAPS

(Center For Academic Publishing Servise).

Supardi, & Rustika. (2013). Metodologi Riset Keperawatan (Ismail (ed.)). CV.Trans

Info Media.

Supardi, S. (2013). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan (Jakarta). Jakarta: CV.

Trans Info Media.

Suriani, N., Risnita, & Jailani, M. S. (2023). Konsep Populasi dan Sampling Serta

Pemilihan Partisipan Ditinjau Dari Penelitian Ilmiah Pendidikan. Jurnal IHSAN :

Jurnal Pendidikan Islam, 1(2), 24–36. https://doi.org/10.61104/ihsan.v1i2.55

Suryani, M. (2019). Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Sop Resiko Jatuh Di

Ruang Anak Lukmanul Hakim Rsud Al Ihsan. Jkbl, 12(243), 115–119.

World Health Organization. (2021a). Towards eliminating avoidable harm health

care. In Global patient safety action plan 2021–2030.

https://www.who.int/teams/integrated-health-services/patient-safety/policy/

global-patient-safety-action-plan

World Health Organization. (2021b). Falls. World Health Organization.

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/falls

Ziolkowski, D. (2014). Fall Prevention and Identification of Patients at Risk for

83
Falling. http://www.stjoesonoma.org/documents/Students-Instructors/PVHFall-

%0APrevention.pdf

Zulkifli, & Sureskiarti, E. (2020). Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan

Kepatuhan Perawat dalam Tindakan Pencegahan Pasien Jatuh di Rumah Sakit

Umum Daerah Pemerintah. Borneo Student Research (BSR), 1(3), 189–197.

http://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/download/1021/526

84
Lampiran 1 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Nama : Fajrin Nurhasni

NIM : 2011312048

Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiPenerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pasien Resiko Jatuh
oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang

No Kegiatan September Oktober - Februari Maret April Mei Juni


1 2 3 4 Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan judul penelitian
2. AAC judul penelitian
3. Penyusunan proposal penelitian
4. Persiapan seminar proposal
5. Seminar proposal penelitian
6. Perbaikan proposal penelitian
7. Uji Etik
8. Pelaksanaan penelitian
9. Pengelolaan dan analisa data
10. Penyusunan hasil penelitian
11. Ujian srkipsi
12. Perbaikan hasil ujian srkipsi

Mahasiswa Pembimbing 1 Pembimbing 2

Fajrin Nurhasni Ns. Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep Ns. Boby Febri Krisdianto, S.Kep, M.Kep

85
Lampiran 2

ANGGARAN DANA PENELITIAN

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Standar Prosedur

Operasional (SPO) Pasien Resiko Jatuh oleh Perawat di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang.

Nama : Fajrin Nurhasni

NIM : 2011312048

No Kegiatan Biaya

1. Penyusunan proposal Rp. 300.000,-

2. Pengadaan proposal dan ujian proposal Rp. 200.000,-

3. Pelaksanaan penelitian Rp. 400.000,-

4. Penyusunan skripsi Rp. 300.000,-

5. Pengadaan skripsi Rp. 300.000,-

6. Perbaikan laporan setelah ujian skiripsi Rp. 200.000,-

7. Penyelesaian skiripsi Rp. 300.000,-

Total Rp. 2.000.000,-

86
Lampiran 3

SURAT IZIN PENELITIAN DAN PENGAMBILAN DATA

87
Lampiran 4

SURAT IZIN STUDI PENDAHULUAN RSUD dr.RASIDIN PADANG

88
Lampiran 5

KARTU BIMBINGAN PROPOSAL

89
Lampiran 6

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada Yth.
Bapak/ibu
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas

Nama : Fajrin Nurhasni


NIM : 2011312048
No. HP : 089617929154

Saya bermaksud akan melaksanakan penelitian yang berjudul “Analisis


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Standar Prosedur Operasional
(SPO) Pasien Risiko Jatuh oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Rasidin Padang”
Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi bapak/Ibu. Informasi
yang diberikan akan sebaik-baiknya dan bersifat kerahasiaan. Apabila Bapak/Ibu
menyetujui, maka dengan ini saya memohon kesediaan untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Padang, Februari 2024

Fajrin Nurhasni

90
Lampiran 7

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Inisial Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh


mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Andalas yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Pasien Risiko Jatuh oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Rasidin Padang” yang dilakukan oleh FAJRIN NURHASNI. Saya
sudah mendapatkan informasi terkait tujuan dan manfaat dari penelitian ini serta
dampaknya bagi saya. Dengan ini saya menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden.

Padang, Februari 2024

Fajrin Nurhasni

91
Lampiran 8

KUISIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PENERAPAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
PASIEN RISIKO JATUH OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD dr.
RASIDIN PADANG

Petunjuk pengisian:

Berilah tanda( √ ) pada setiap item pernyataan yang tepat menurut pendapat responden!

A. DEMOGRAFI

1. Nama / inisial :
2. Ruangan :
3. Usia : 17-25 tahun 26- 35 tahun 36-45 tahun
4. Masa kerja : ≤ 3 tahun > 3 tahun
5. Pendidikan :

B. Pengetahuan

Pernyataan Benar Salah

1. Jatuh adalah suatu kejadian yang menyebabkan subjek yang sadar


menjadi berada di permukaan tanah tanpa di sengaja.

2. Jatuh merupakan pengalaman pasien yang disengaja

3. Melakukan tindakan pencegahan pasien jatuh dalam


melaksanakan keselamatan pasien bukan tugas perawat
4. Seseorang mendadak terbaring, terduduk dilantai atau tempat
yang lebih rendah, kehilangan kesadaran atau luka merupakan
kategori jatuh
5. Akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang
termasuk kategori jatuh

92
6. Pencegahan pasien jatuh dapat dilakukan dengan penilaian awal
risiko jatuh
7. Pengurangan resiko jatuh pada pasien bukan termasuk dalam
sasaran keselamatan pasien
8. Variabel yang menentukan mengapa sesorang dapat jatuh pada
waktu tertentu adalah faktor instrinsik
9. Lantai yang licin dan cahaya ruangan yang kurang terang
merupakan salah satu faktor ekstrinsik
10. Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari dalam yang dapat
menyebabkan jatuh
11. Sakla morse, humpty dumpty, stratify-sydney adalah alat untuk
mengukur risiko jatuh pada pasien
12. Pasien berisiko jatuh memiliki ciri gelang berwarna kuning
bertuliskan fall risk
13. Mengukur skala jatuh pada pasien merupakan suatu upaya
pencegahan risiko jatuh
14. Mengkaji riwayat jatuh dalam perawatan saat ini atau dalam 3
bulan terakhir bukan termasuk dalam pengukuran skala jatuh
morse
15. Komplikasi yang terburuk akibat jatuh yaitu dapat mengakibatkan
kematian.
16. Pada pasien dengan gangguan musculoskeletal yang mengalami
gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstermitas bawah tidak
berisiko mengalami kejadian jatuh

17. Tanda segitiga risiko jatuh pada bed pasien berwarna hijau

18. Penilaian ulang risiko jatuh satiap shif perlu dilakukan

19. Bila hasil dari pengkajian :


a. Morse Fall Risk (skor < 45 resiko tinggi dan skor ≥ 45 risiko
rendah)
b. Humpty Dumpty Scale (skor 7-11 resiko tinggi dan skor ≥ 12

93
risiko rendah)
c. Ontorio Modified Stratify - Sydney Scoring (skor 0-7 resiko
rendah, skor 8-18 risiko sedang dan 19-30 risiko tinggi)
20. Pemasangan gelang risiko jatuh dilakukan setelah penilaian risiko
jatuh

C. Sikap

SS : Sangat Setuju KS : Kurang Setuju STS : Sangat Tidak Setuju


S : Setuju TS : Tidak Setuju

No. Pertanyaan Jawaban


SS S KS TS STS
1. Perawat menentukan scoring berdasarkan kriteria
resiko pasien jatuh
2. Perawat menentukan tindakan pencegahan pasien
jatuh sesuai scoring yang sudah ditentukan
3. Perawat tidak harus melakukan reassessment resiko
pasien pada saat terjadi perubahan terapi
4. Perawat jarang melakukan serah terima atau ganti
jaga pasien
5. Perawat menerima dan melayani pasien
memperhatikan prinsip steril, aseptic dan anti septic
6. Perawat menerima setiap pasien saat diobservasi
tidak harus memakai gelang identitas
7. Perawat tidak perlu melaporkan secara tertulis
apabila ada pasien jatuh dalam perawatan
8. Perawat perlu melakukan assessmen ulang
untuk pasien – pasien dengan resiko jatuh
selama dalam perawatan
9. Dalam implementasi sistem keselamatan pasien
hak-hak pasien tidak di dijelaskan lagi
10. Perawat mengidentifikasi pasien saat melakukan
tindakan
11. Perawat tidak harus merepon dan memperhatikan
ketinggian ranjang pasien
12. Perawat kurang menghargai adanya pelatihan resiko
pada pasien jatuh
13. Perawat sangat merespon jika ada masukan dari
perawat kesehatan lainya
14. Perawat tidak perlu merespon apapun
permintaan dan keluhan pasien atau keluarga
pasien

94
D. Lingkungan Kerja

No Pertanyaan Selalu Seing Jarang Tidak


pernah
1. Adanya dering telepon yang berbunyi tiba-tiba
2. Adanya bunyi mesin AC yang berisik
3. Terdengarnya suara rintihan / jeritan pasien
4. Saling kerja sama antar anggota tim
5. Saling kerja sama antar perawat dengan tim kesehatan
lainnya
6. Aturan kerja yang harus dipatuhi
7. Adanya seragam dinas sesuai jadwal
8. Kondisi keluarga yang tidak kooperatif (selalu menuntut
perawat untuk berbuat lebih)
9. Kondisi pasien dengan balutan yang lembab dengan
cairan purulen, darah, dengan pemasangan berbagai
macam drainase, dipasang infuse, selang oksigen, dan
urine bag
10. Hubungan antara sesama rekan kerja saat ini kurang
menyatu di lingkungan kerja RS
11. Kebersihan lingkungan RS dikelola dengan baik
12. Hubungan antara sesama rekan kerja di RS saat ini tidak
kondusif

E. Beban Kerja

95
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
1. Melakukan observasi pasien selama jam kerja
2. Banyak jenis pekerjaan yang harus dilakukan
demi keselamatan pasien
3. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus
dilakukan demi keselamatan pasien
4. Kontak langsung perawat dengan pasien di
ruangan secara terus menerus selama jam kerja
5. Kurangnya tenaga perawat di ruangan
dibandingkan dengan klien
6. Pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
tidak mampu mengimbangi tuntutan pekerjaan
7. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap
pelayanan berkualitas
8. Tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien
9. Setiap saat dihadapkan pada keputusan yang
tepat
10. Tanggung jawab dalam melaksanakan perawatan
klien
11. Setiap saat menghadapi klien dengan karateristik
12. Tugas pemberian obat-obatan yang diberikan
secara Intensif
13. Tindakan penyelamatan pasien

F. SPO Risiko Jatuh RSUD dr. Rasidin Padang

96
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda( √ ) pada kotak yang telah disediakan, di isi oleh peneliti!

No. Prosedur Dilakukan Tidak


Dilakukan
1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas
(nama lengkap, tanggal lahir, nomor rekam medis, dan / atau
jenis kelamin)
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang di perlukan:
a. Sarung tangan bersih
b. Kancing/gelang kuning atau penanda risiko jatuh
c. Formulir penilaian risiko jatuh
d. Alat tulis
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Lakukan penilaian tingkat risiko jatuh
6. Pasang kancing atau gelang kuning sebagai penanda risiko
jatuh
7. Jelaskan manfaat kancing/ gelang kuning penanda risiko
jatuh
8. Monitor risiko jatuh minimal 1 kali setiap shift, atau sesuai
tingkat risiko jatuh dan kebijakan institusi
9. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur
10. Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan risiko
jatuh
11. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
12. Rendahkan ketinggian tempat tidur
13. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan nurse
station
14. Pasang pagar tempat tidur
15. Pastikan roda tempat tidur terkunci
16. Dekatkan bell dalam jangkauan pasien (bila ada)
17. Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil
18. Dekatkan alat atau benda-benda yang dibutuhkan pasien dari
jangkauan pasien
19. Berikan penerangan yang cukup
20. Pastikan lantai selalu dalam kondisi kering
21. Jelaskan factor risiko jatuh dan pencegahan risiko jatuh
22. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
23. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan
24. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki dengan meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
25. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
26. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons
pasien
Lampiran 9

97
CURRICULUM VITAE

Nama : Fajrin Nurhasni

Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi/23 Januari 2001

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jorong Duo Baleh Koto, Tanjuang Alam, Kec.

Tanjuang Baru, Kab. Tanah Datar, Prov. Sumatera

Barat

E-mail : fajrinnurhasni59@gmail.com

Nama Orang Tua

Ayah : Makmur

Ibu : Darnilus

Riwayat Pendidikan

1. TK Kamboja Indah Kapau, Sumatera Barat Tahun 2006-2007


2. SD N 01 Kapau, Sumatera Barat Tahun 2007-2013
3. SMP N 3 Kapau, Sumatera Barat Tahun 2013-2016
4. SMA N 1 Tilatang Kamang, Sumatera Barat Tahun 2016-2019
5. S1 Ilmu Keperawatan Universitas Andalas, Sumatera Barat Tahun 2020 -
sekarang

98

Anda mungkin juga menyukai