FAJRIN NURHASNI
NIM.2011312048
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2024
PROPOSAL
FAJRIN NURHASNI
NIM.2011312048
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2024
PROPOSAL
PROPOSAL
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (Skep)
Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
oleh
FAJRIN NURHASNI
NIM.2011312048
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2024
PERSETUJUAN PROPOSAL
FAJRIN NURHASNI
NIM.2011312048
Ns. Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep Ns. Boby Febri Krisdianto, S.Kep, M.Kep
NIP. 197111231994032005 NIP. 198902152019031014
Mengetahui :
Koordinator Prodi Keperawatan Program Sarjana
Fakultas Keperawatan Universotas Andalas
FAJRIN NURHASNI
NIM.2011312048
Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji Fakultas Keperawatan
Panitia Penguji,
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya
yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Shalawat dan salam dikirimkan
penulis telah dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul Analisis Faktor-
Pencegahan Pasien Jatuh oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep selaku Pembimbing Utama dan Bapak Ns. Boby
dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyusun proposal
skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Pembimbing
Akademik penulis, Ibu Dr. Reni Prima Gusty, S.Kp, M.Kes yang telah banyak
1. Ibu Hema Malini, , S.Kp, MN, PhD selaku Dekan Fakultas Keperawatan
tugas akademik.
3. Bapak dan Ibu dewan penguji yang telah memberikan masukan, kritikan,
selama perkuliahan.
6. Kepada seluruh perawat ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang yang
7. Rasa hormat dan terima kasih yang tulus dan tak terhingga penulis
persembahkan kepada orang tua yaitu ibu dan ayah tercinta yang telah
berjuang bersama penulis baik suka maupun duka, dan juga kakak, abang,
dan ketiga adik penulis yang selama ini telah memberikan dukungan
maksimal baik suka atau duka, do’a yang tulus, serta perjuangan tanpa batas
8. Kepada sahabat , teman, dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini
selalu memberikan support dan menemani penulis baik suka maupun duka
dalam berproses baik itu dalam penyelesaian proposal maupun dalam
menjalani kehidupan.
penulis, selalu mendengarkan keluh kesah penulis baik suka maupun duka.
11. Terakhir dan yang paling utama teruntuk diri penulis sendiri, yang telah kuat
dan berjuang hingga saat ini serta mau belajar dan menjadi pribadi yang
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan penulisan proposal ini, dan agar proposal ini dapat memberikan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................14
B. Rumusan Masalah...........................................................................................23
C. Tujuan Penelitian............................................................................................23
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................24
BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................................25
1. Patient safety.............................................................................................25
2. Risiko Jatuh...............................................................................................27
1. Usia...........................................................................................................42
2. Masa Kerja................................................................................................44
3. Pengetahuan..............................................................................................46
4. Sikap..........................................................................................................49
5. Lingkungan Kerja.....................................................................................53
6. Beban Kerja...............................................................................................55
A. Kerangka Teori...............................................................................................59
B. Kerangka Konsep............................................................................................60
C. Hipotesis Penelitian.........................................................................................61
A. Jenis Penelitian................................................................................................62
E. Instrumen Penelitian.......................................................................................69
F. Etika Penelitian...............................................................................................74
I. Analisa Data....................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................83
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Morse Fall Scale untuk Pasien Dewasa (18-55 Tahun).........................32
Tabel 2.2 Ontorio Modified Sratify – Sydney Scoring untuk Pasien Lansia (≥56
Tahun)....................................................................................................34
Table 2.4 SPO Pencegahan Pasien Jatuh RSUD dr. Rasidin Padang....................41
12
DAFTAR BAGAN
13
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
14
Insiden jatuh merupakan penyebab utama kedua kematian akibat cedera yang
tidak disengaja di rumah sakit (Stampfler et al., 2022). Pasien Risiko jatuh
merupakan pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor
lingkungan dan fisiologis yang dapat menyebabkan cedera fisik (Aprianti et al.,
2022). Pasien jatuh termasuk kedalam kejadian yang paling sering dilaporkan di
orang meninggal akibat jatuh, dimana lebih dari 80% berada di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Lebih dari 37 juta kasus jatuh di rumah sakit setiap tahunnya
2021). Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh Matthew Roberts (2023) di
rumah sakit Inggris didapatkan hasil bahwa selama tahun 2022 tercatat ada 314 kasus
jatuh yang dilaporkan. Menurut laporan tahunan Badan Konsumen Korea tahun 2020
tentang keselamatan pasien, pasien jatuh di rumah sakit menyumbang 1522 (49,7%)
dari 3060 kasus yang berkaitan dengan manajemen keselamatan rumah sakit dan
bahwa terdapat kasus Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sebanyak 18,53%, Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD) sebanyak 14,41%, dimana kasus pasien jatuh menyumbang
sebanyak 5,15 % dari IKP (Lestari & Sianturi, 2022). Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Citra dan Hadi di Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak
didapatkan data IKP KKP-RS Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak tahun
15
2018 terdapat KTD pasien jatuh sebanyak 2 kasus dan 6 kasus di tahun 2019, dan
Insiden pasien jatuh di Sumatera Barat, berdasarkan data dari Komite Mutu dan
perlunya penerapan pencegahan resiko jatuh agar permasalahan pasien jatuh dapat
langkah yang mampu mempertahankan keselamatan pasien yang berisiko jatuh saat
Salah satu akar permasalahan kejadian pasien jatuh yaitu belum optimalnya
perawat di rumah sakit (Indrayadi et al., 2022). SPO pencegahan pasien jatuh
mempertahankan keselamatan pasien yang berisiko jatuh (Chotimah, 2021). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novilolita & Lestari (2019) bahwa
Berdasarkan hasil penelitian Joshi & Saini (2022), bahwa perawat di rumah sakit
tersier India Utara masih kurang optimal melakukan tindakan pencegahan terhada
risiko jatuh yaitu sebanyak 78% perawat. Penelitian yang dilakukan oleh Farah di
16
salah satu rumah sakit di Indonesia di dapatkan hasil 60% perawat belum optimal
sakit (Darayana et al., 2022). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suryani (2019) di ruang anak Lukmanul RSUD Al-Ihsan pada tahun 2019 di
dapatkan hasil menunjukan bahwa 57,1% penerapan SPO pencegahan risiko jatuh
pasien masih dalam kategori kurang dilakukan oleh perawat. Sedangkan penelitian
yang di lakukan Aninditya Rachmawati (2021) di ruang Intensive Care Unit (ICU)
Sumatera Barat berdasarkan hasil penelitian Fenita (2019) yang dilakukan di RSUD
dr. Rasidin Padang pada tahun 2019 didapatkan hasil bahwa 58,5% penerapan
pencegahan risiko jatuh pasien dalam kategori kurang dilakukan oleh perawat.
dan penerapan SPO pasien jatuh belum sepenuhnya berjalan secara optimal dilakukan
oleh perawat. Menurut Gibson (1987) dalam (Putri, 2021) terdapat tiga kelompok
individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Variabel individu, terdiri dari
dari persepsi, sikap, motivasi dan kepribadian. Variabel organisasi terdiri dari sumber
rawat inap RSUD Kayuagung didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan perawat dengan penerapan SPO risiko jatuh yaitu sebanyak 88,5%
17
perawat dengan pengetahuan baik melaksanakan SPO risiko jatuh. Semakin baik
pengetahuan perawat maka semakin optimal pula perawat dalam melaksanakan SPO
risiko jatuh. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara faktor
pengetahuan perawat dengan penerapan SPO risiko jatuh (Mardiono et al., 2022). Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iriyanto dkk yang dilakukan di
salah satu rumah sakit yang berada di Kendari. Dari hasil penelitian di dapatkan
perawat yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 56,1%. Penelitian ini
menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik mempunyai peluang 3 kali lebih optimal
dalam menjalankan SPO risiko jatuh dibanding perawat yang memiliki pengetahuan
Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan oleh Cho Mi Young dan Jang
soon joo pada perawat di rumah sakit Korea Selatan pada tahun 2020, didapatkan
hasil 76,2% bersikap baik. Penelitian ini menunjukan perawat dengan sikap yang baik
lebih optimal melakukan SPO risiko jatuh (Cho & Jang, 2020). Penelitian yang
dilakukan oleh Sasono Mardiono dkk di ruang rawat inap RSUD Kayuagung
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara sikap perawat dengan penerapan
SPO risiko jatuh. Sebanyak 55,7% perawat dengan sikap baik melaksanakan SPO
risiko jatuh secara optimal. Semakin baik sikap perawat maka semakin optimal pula
perawat dalam melaksanakan SPO risiko jatuh (Mardiono et al., 2022). Hasil
penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara faktor sikap perawat dengan
18
Menurut temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningsih, dkk di ruang
bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul, diperoleh data bahwa beban kerja
perawat diruang rawat inap tinggi sebanyak 57,6%, sementara sebagian besar
implementasi pencagahan pasien risiko jatuh dalam kategori cukup 39,4%, hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara beban pekerjaan perawat dan
lakukan oleh Saprudin (2021) didapatkan hasil bahwa bahwa dari 19 responden yang
memiliki beban kerja ringan sebagian besar (89,5%) melakukan upaya penceg ahan
risiko jatuh dalam patient safety. Kemudian, diketahui bahwa dari 13 responden yang
memiliki beban kerja sedang sebagian besar (53,8%) tidak melakukan upaya
pencegahan risiko jatuh dalam patient safety. Berdasarkan hasil uji statistik dengan
kesehatan yang melayani pasien dengan berbagai jenis pelayanan (Fadhilatul Hasnah
& Dian Paramitha Asyari, 2022). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Rasidin
Padang merupakan salah satu institusi yang bertanggung jawab dalam memberikan
masyarakat Kota Padang (Fadhilatul Hasnah & Dian Paramitha Asyari, 2022). RSUD
dr. Rasidin Padang merupakan rumah sakit tipe C yang merupakan rujukan bagi
Januari 2024 dan 1 Februari 2024 di RSUD dr. Rasidin Padang. Didapatkan hasil
19
pelaporan IKP RSUD dr. Rasidin padang tahun 2023 tidak di temukan insiden
kejadian jatuh selama tahun 2023. Saat di lakukan survey pada masing - masing
kepala ruangan (karu), didapatkan hasil bahwa jumlah total perawat ruang rawat
RSUD dr. Rasidin ada 110 orang perawat dan sudah termasuk dengan karu. Perawat
tersebut terbagi dalam beberapa unit ruangan rawat yaitu, ruang rawat inap pinere 17
orang perawat; ruang rawat inap anak 15 orang perawat; ruang rawat inap bedah 17
orang perawat; ruang rawat inap interne 23 orang perawat; ruang rawat intensif-icu
13 orang perawat; ruang rawat intensif-nicu 15 orang perawat dan ruang rawat
intensif-cvcu 10 orang perawat. Untuk SPO pencegahan risiko jatuh sama disetiap
ruangan rawat inap yaitu terdiri dari 26 prosedur tindakan dan penerapannya belum
berjalan secara optimal karena dari 26 prosedur tindakan SPO risiko jatuh belum
terjalankan secara keseluruhannya. Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang di
lakukan oleh penguji saaat melakukan praktik lapangan pada bulan November 2023,
yang menunjukan bahwa penerapan SPO risiko jatuh di ruang rawat inap bedah dan
tindakan dari 26 prosedur tindakan SPO risiko jatuh. Hal ini menujukan bahwa
penerapan SPO pasien risiko jatuh masih kurang penerapannya di RSUD dr. Rasidin
Padang
Saat dilakukan survey awal pada 10 orang perawat ruang rawat inap RSUD dr.
Rasidin Padang di dapatkan hasil bahwa untuk tingkat pengetahuan 4 orang perawat
(40%) berpengetahuan baik dan 6 orang perawat (60%) berpengetahuan kurang, hal
ini di dapatkan dari hasil uji beberapa pertanyaan pada perawat mengenai risiko jatuh,
perawat RSUD dr. Rasidin masih kurang memahami dan mengetahui mengenai
20
faktor-faktor risiko jatuh dan mengenai jenis-jenis instrument pengkajian risiko jatuh.
Untuk sikap 8 orang perawat (80%) sudah bersikap baik dan 2 orang pearawat (20%)
masih kurang dalam sikap, untuk sikap tentang pencegahan risiko jatuh masih ada
perawat yang merasa tidak perlu menjelasskan mengenai hak-hak pasien dan tidak
perlu melakukan reassessment pada pasien risiko jatuh. Adapun untuk beban kerja 1
orang perawat (10%) memiliki beban kerja berat, 7 orang perawat (70%) memiliki
beban kerja yang sedang dan 2 orang perawat (20%) memiliki beban kerja ringan,
beragam jenis pekerjaan yg harus dilakukan, tuntutan keluarga pasien dan pemberian
membuat perawat tidak optimal dalam penerapan SPO pencehagan pasien jatuh.
yang akan di lakukan di RSUD dr. Rasidin Padang mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi penerapan SPO pencegahan pasien jatuh oleh perawat di ruang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “menganalisis faktor- faktor apa saja yang memepengaruhi perawat dalam
penerapan SPO pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin
Padang?”
21
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
dengan penerapan SPO pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD
pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang.
pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang.
pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang.
SPO pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin
Padang.
22
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang serta dapat mengaitkan hasil penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi profesi keperawatan untuk
membantu perawat dalam menerapkan SPO pencegahan pasien jatuh saat melakukan
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi rumah
pencegahan pasien jatuh yang sesuai dengan yang seharusnya di rumah sakit.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan rujukan
bagi peneliti selanjutnya, baik yang sejenis dengan penelitian ini ditempat lain.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Patient Safety
24
a. Definisi patient safety
terjadinya kesalahan, dan mengurangi dampak bahaya ketika hal itu terjadi
suatu sistem dimana rumah sakit membuat perawatan pasien lebih aman dan
mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan yang disebabkan oleh perilaku
diharapkan.
25
a. Kondisi Potensial Cedera (KPC): kondisi yang sangat berpotensi untuk
terpapar ke pasien.
e. Kejadian Tidak Cedera (KTC): insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
pasien.
26
2. Resiko Jatuh
tanah atau lantai atau tingkat yang lebih rendah lainnya. Cedera akibat jatuh bisa
berakibat fatal atau non-fatal meskipun sebagian besar tidak fatal (World Health
yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang telah melihat kejadian yang
lebih rendah) atau dan tanpa kehilangan kesadaran maupun luka. Jatuh memiliki
definisi sebagai kejadian jatuh yang disengaja maupun tidak, yang mengakibatkan
luka pada pasien tersebut, sehingga pasien terbaring dilantai (George, 2017).
dan probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan (Sugeng
Budiono, Arief Alamsyah, 2019). Risiko jatuh adalah suatu kejadian yang dapat
menyebabkan subjek yang sadar menjadi berada dilantai tanpa disengaja. Risiko
Faktor risiko pasien jatuh menurut Barak & Robert (2017) yaitu:
27
Faktor risiko yang berasal dari dalam tubuh pasien biasanya berasal dari
b) Gangguan kognitif
d) Gangguan urinaria
e) Pengobatan
Faktor ini sebagian besar terjadi karena kondisi bahaya dari lingkungan atau
b) Nurse call
a) Physiologic Falls
Jatuh disebabkan satu atau lebih faktor intrinsik fisik, yang terdiri dari
b) Accidential Falls
tetapi akibat dari bahaya lingkungan atau kesalahan penilaian strategi dan
28
c) Unanticipated Falls
d) Intentional Falls
a) Dampak Fisiologis
b) Dampak Psikologis
Jatuh yang tidak menimbulkan dampak fisik dapat juga memicu dampak
c) Dampak finansial
29
Assesment awal risiko jatuh merupakan serangkaian proses asesmen risiko
jatuh yang berlangsung saat pasien masuk rawat inap untuk dilakukan
pengukuran risiko jatuh yang sederhana dan cepat untuk mengkaji pasien
yang memiliki kemungkinan jatuh atau risiko jatuh dan biasanya digunakan
memiliki 6 variabel yaitu: (a) Riwayat jatuh; (b) Diagnosa sekunder; (c)
Penggunaan alat bantu; (d) Terpasang infus; (e) Gaya berjalan; dan (f) Status
berisiko (No risk) dengan skor MFS sebesar 0-24, pasien berisiko rendah
(Low risk) dengan skor MFS sebesar 25-44, sedangkan pasien berisiko tinggi
30
jatuh (High risk) memiliki skor MFS ≥ 45. Setiap skor MFS memiliki
pasien dengan risiko tinggi jatuh perlu dilakukan implementasi yang lebih
Tabel 2.1 Morse Fall Scale untuk Pasien Dewasa (16-55 Tahun)
Keterangan :
RR (risiko rendah) < 25
RS (risiko sedang) 25-44
RT (risiko tinggi) ≥ 45
d) STRATIFY (St.Thomas Risk Assessment Tool in Falling Elderly Inpatient)
31
Menurut Marschollek et al. (2011), pengkajian menggunakan instrument
ini biasanya digunakan pada pasien usia lanjut (lansia) yang dirawat di
Rumah Sakit. Pengkajian ini terdiri dari lima komponen penting, yaitu: (a)
kemampuan mobilisasi, (b) riwayat jatuh, (c) penglihatan, (d) agitasi, dan (e)
yang ada dalam STRATIFY dibedakan menjadi tiga yaitu 0 untuk risiko
rendah, 1 untuk risiko sedang, dan 2 atau lebih untuk risiko tinggi.
e) Sydney Scoring
pada pasien usia lanjut (lansia) yang mengkaji seseorang dari faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian jatuh seperti riwayat jatuh, status mental,
penglihatan, toileting, perpindahan dari kursi roda ke tempat tidur, dan juga
skor mobilitas. Kategori risiko jatuh berdasarkan total pengkajian yaitu skor
0-5 untuk risiko rendah, 6-16 untuk risiko sedang, dan 17-30 untuk risiko
tinggi.
32
Riwayat Apakah pasien dating ke rumah Ya / Jika salah
jatuh sakit karena jatuh tidak satu
Jika tidak, apakah pasien Ya / jawaban iya
mengalami jatuh dalam 2 bulan tidak makan
terakhir? bernilai 6
Status Apakah pasien delirium? (tidak Ya / Jika salah
mental dapat membuat keputusan, pola tidak satu
piker tidak terorganisir, gangguan jawaban iya
daya ingat) makan
Apakah pasien disorientasi? (salah Ya / bernilai 14
menyebutkan waktu, tempat, atau tidak
orang)
Apakah pasien mengalami agitasi? Ya /
(ketakutan, gelisah, dan cemas) tidak
Penglihatan Apakah pasien memakai kacamata? Ya / Jika salah
tidak satu
Apakah pasien mengeluh adanya Ya / jawaban iya
penglihatan buram? tidak makan
Apakah pasien mempunyai Ya / bernilai 1
glaucoma, katarak, atau degenerasi tidak
Kebiasaan Apakah terdapat perubahan Ya / Jika
berkemih perilaku berkemih? (frekuensi, tidak jawaban iya
urgensi, inkontenensia, nokturia) maka
bernilai 2
Transfer Mandiri (boleh menggunakan alat 0 Jumlah nilai
(dari bantu jalan) transfer dan
tempat Memerlukan sedikit bantuan (1 1 mobilitas.
tidur ke orang) / dalam pengawasan Jika nilai
kursi dan Memerlukan bantuan yang nyata (2 2 total 0-3,
kembali ke orang) maka
33
tempat Tidak dapat duduk dengan 3 skor=0.
tidur) seimbang, perlu bantuan total Jika nilai
Mobilitas Mandiri (boleh menggunakan alat 0 total 4-6,
bnatu jalan) maka
Berjalan dengan bantuan 1 orang 1 skor=7
(verbal/fisik)
Menggunakan kursi roda 2
Imobilisasi 3
Total skor
Keterangan :
RR (risiko rendah) : skor 0-5
RS (risiko sedang) : skor 6-16
RT (risiko tinggi) : skor 17-30
risiko jatuh pasien yaitu rentang usia anak, jenis kelamin, diagnosis, gangguan
dan anestesi, serta penggunaan obat lainnya. Tingkat risiko jatuh berdasarkan
Humpty Dumpty Scale dibagi menjadi dua yaitu skor 7-11 untuk risiko rendah
34
7-13 tahun 2
13-15 tahun 1
Jenis Kelamin Laki-laki 2
Perempuan 1
Diagnosa Neurologi 4
Perubahan dalam kebutuhan oksigenasi (diagnosa 3
saluran pernafasan), dehidrasi, anemia, anorexia,
sincope/pusing, dll
Dx kejiwaan/ kelainan Perilaku 2
Diagnosis lainnya 1
Gangguan Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Kognitif Lupa akan adnya keterbatasan 2
Berorientasi pada kemampuan sendiri 1
Faktor Ada riwayat jatuh dari tempat tidur 4
Lingkungan Pasien menggunakan alat bantu atau bayi / balita yang 3
ditempatkan di dalam box bayi
Pasien yang ditempatkan di tempat tidur 2
Area pasien rawat jalan 1
Respon Dalam 24 jam 3
terhadap Dalm 48 jam 2
pembedahan, Lebih dari 48 jam / tidak ada respon 1
sedasi dan
anastesi
Pengguanaa Penggunaan beberapa obat penenang (kecuali pasien 3
obat-obatan ICU, dalam pengaruh obat anestesi dan kelumpuhan),
Barbiturates, Fenothiazine, Laxatives, Diuretik
Narkotik
Salah satu dari obat diatas 2
Obat-obatan lainnya/ tanpa obat 1
Jumlah
Kesimpulan:
RR (risiko rendah) : skor 7-11
RT (risiko tinggi) : skor ≥ 12
f. Intervensi risiko jatuh
St. Joseph Health Petaluna Valley, Intervensi pencegahan pasien risiko jatuh
35
1) Intervensi lanjutan akan dilakukan pada semua pasien rawat inap.
5) Bed alarm diaktifkan pada semua pasien saat pasien tidur (selain unit
7) Menyediakan alas kaki anti selip yang dibutuhkan pasien untuk berjalan.
pergelangan tangan dan stiker risiko jatuh di tempat tidur atau pintu kamar
pasien .
3) Monitor pasien dan ruangan untuk keamanan kira-kira setiap satu jam.
4) Rintis Fall Risk Care Plan; Sebuah rencana perawatan yang dikembangkan
36
5) Aktifkan alarm bed sepanjang waktu saat pasien di tempat tidur. Pastikan
bed terhubung dengan sistem lampu panggilan juga pasang alarm pada kursi
6) Awasi pasien secara langsung (dengan observasi visual) saat menuju kamar
8) Jika pasien menunjukan sikap impulsif, memiliki risiko jatuh sedang atau
tinggi atau riwayat jatuh, mungkin dibutuhkan tempat tidur khusus dengan
tambahan tikar atau matras pada sisi tempat tidurnya untuk mencegah
9) Sediakan dan review (ulangi) edukasi pencegahan jatuh kepada pasien dan
keluarga.
Standar porsedur operasional (SPO) merupakan tata cara atau tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu
diartikan sebagai proses non klinis yang dilaksanakan secara rutin. Menurut
37
2. Tujuan dan fungsi standar prosedur operasional (SPO)
Menurut Purnamasari (2015) tujuan dan fungsi dari SOP seperti uraian berikut
ini:
a. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi.
b. Membentuk kedisiplinan kepada semua anggota organisasi baik dalam
institusi, organisasi, maupun perusahaan.
c. Menjaga tingkat kinerja yang konsisten pada masing-masing unit kerjanya.
d. Memperlancar pekerjaan atau tugas bagi karyawan.
Padang
Standar prosedur operasional (SPO) risiko jatuh RSUD dr. Rasidin Padang
perubahan kondisi fisik atau fisiologis. Tujuan dari SPO risiko jatuh RSUD dr.
Rasidin Padang yaitu untuk menurunkan tingkat insiden kejadian pasien jatuh di
RSUD dr. Rasidin Padang. SPO risiko jatuh RSUD dr. Rasidin Padang terdiri dari
Tabel 2.4 SPO Pencegahan Paasien Jatuh RSUD dr. Rasidin Padang
38
39
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan standar prosedur
Menurut Gibson (1987) dalam (Putri, 2021) terdapat tiga kelompok faktor yang
demografi.
c. Faktor organisasi terdiri dari sumber daya, beban kerja, supervisi dan
kepemimpinan.
C. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
mengenai satu atau banyak hal yang dapat diperoleh melalui cara maupun alat-alat
pengetahuan adalah hasil tahu seseorang yang diperoleh melalui indra yang
menjadi dua faktor yaitu faktor internal (pengalaman, jenis kelamin dan usia) dan
2. Tingkat Pengetahuan
40
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda– beda, secara garis besarnya dibagi 6 tingkat (Notoadmodjo, 2010), yakni:
a) Tahu (know)
b) Memahami (Comprehensif)
c) Aplikasi (Aplication)
d) Analisis (Analysis)
e) Sintesis (synthesis)
f) Evaluasi
a) Pendidikan
b) Usia
c) Pengalaman
d) Jenis Kelamin
41
ke tanah atau lantai atau tingkat yang lebih rendah lainnya. Cedera akibat
jatuh bisa berakibat fatal atau non-fatal meskipun sebagian besar tidak fatal
Faktor risiko pasien jatuh menurut Barak & Robert (2017) yaitu:
Faktor risiko yang berasal dari dalam tubuh pasien biasanya berasal
pengukuran risiko jatuh yang sederhana dan cepat untuk mengkaji pasien
yang memiliki kemungkinan jatuh atau risiko jatuh dan biasanya digunakan
ini biasanya digunakan pada pasien usia lanjut (lansia) yang dirawat di
Rumah Sakit.
42
Pengkajian ini merupakan pengkajian risiko jatuh khusus untuk anak-
anak.
Service St. Joseph Health Petaluna Valley, Intervensi pencegahan pasien risiko
jatuh dapat dibagi menjadi intervensi risiko jatuh rendah dan intervensi risiko
5. Pengukuran pengetahuan
menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
jenis yaitu pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan
jumlah skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya
100%), sedang atau cukup (56 – 75%) dan kurang (<55%) (Arikunto, 2010).
D. Sikap
a. Definisi sikap
43
Menurut Elisa (2017) sikap merupakan keteraturan perasaan, pemikiran
terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial. Para peneliti psikologi sosial
menempatkan sikap sebagai hal yang penting dalam interaksi sosial, karena sikap
dapat mempengaruhi banyak hal tentang perilaku dan sebagai isu sentral yang
b. Tingkatan sikap
a) Menerima (receiving)
b) Merespon (responding)
c) Menghargai (valuing)
c. Ciri-ciri sikap
a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
d) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
44
e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah
tersendiri.
d. Fungsi Sikap
a) Fungsi penyesuaian.
d) Fungsi pengetahuan.
Menurut Budiman & Agus (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu
sebagai berikut:
a) Pengalaman pribadi
c) Pengaruh kebudayaan
d) Media Massa
f) Faktor emosional
Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan oleh Cho Mi Young dan Jang soon
45
joo pada perawat di rumah sakit Korea Selatan pada tahun 2020, didapatkan hasil
76,2% perawat dengan sikap yang baik lebih optimal melakukan SPO risiko jatuh.
Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sikap perawat dengan
penerapan SPO pasien risiko jatuh (Cho & Jang, 2020). Penelitian yang dilakukan
oleh Sasono Mardiono dkk di ruang rawat inap RSUD Kayuagung didapatkan hasil
bahwa terdapat hubungan antara sikap perawat dengan penerapan SPO risiko jatuh.
Sebanyak 55,7% perawat dengan sikap baik melaksanakan SPO risiko jatuh secara
optimal. Semakin baik sikap perawat maka semakin optimal pula perawat dalam
melaksanakan SPO risiko jatuh (Mardiono et al., 2022). Hasil penelitian didapatkan
bahwa terdapat hubungan antara faktor sikap perawat dengan penerapan SPO
resiko jatuh.
Menurut Azwar (2016), ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran sikap
a) Skala Likert
sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala oleh setiap pertanyaan
ditentukan oleh distribusi respon setuju atau tidak setuju dari kelompok
46
responden yang bertindak sebagai kelompok uji coba (pilot study). Prosedur
yaitu:
harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang
Dengan kriteria:
b) Skala Thrustone
stara. Metode skala peryataan sikap ini dengan pendekatan stimulus yang
c) Skala Gutmann
Skala pengukuran pada tipe ini akan didapatkan jawaban yang tegas, yaitu
ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negatif, dan lain-
47
lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotami (dua
dari kata "sangat setuju" sampai sangat tidak setuju", maka dalam skala
Gutmann hanya ada dua interval yaitu "setuju atau tidak setuju”.
E. Beban Kerja
Menurut Hasibuan (2017) beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau
catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang dihasilkan
oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. Jumlah pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu atau beban
kerja dapat dilihat pada sudut pandang obyektif dan subyektif. Secara obyektif
adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan.
Sedangkan beban kerja secara subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang
terhadap pernyataan tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan
1) Beban kerja terlalu banyak/ sedikit “kuantitatif” yang timbul akibat dari
48
2) Beban kerja berlebihan / sedikit “kualitatif” yaitu jika orang merasa tidak
a) Faktor eksternal
1) Tugas (task)
2) Organisasi
3) Lingkungan kerja
b) Faktor internal
Faktor internal yang berpengaruh terhadap beban kerja adalah faktor yang
berasal dari dalam tubuh sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja
eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringannya strain
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Cara mengukur beban kerja
dengan cara teknik skala Likert. Penggunaan skala Likert menurut (Sugiyono,
2015) adalah “skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
49
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Menurut
berupa: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio, dari skala
pengukuran itu akan diperoleh data nominal, ordinal, interval, dan rasio”.
tersebut yaitu tuntutan fisik dan tuntutan tugas sebagai indicator penelitian dalam
pengukuran beban kerja. Tingkat persetujuan yang dimaksud dalam skala Likert
ini terdiri dari 4 pilihan skala yang mempunyai gradasi dari Sangat Setuju (SS)
hingga Sangat Tidak Setuju (STS). 4 pilihan tersebut diantaranya adalah : Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS)
Menurut temuan dari studi yang dilakukan oleh Ratnaningsih, dkk di ruang
bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul, diperoleh data bahwa beban kerja
perawat diruang rawat inap tinggi sebanyak 57,6%, sementara sebagian besar
implementasi pencagahan pasien risiko jatuh dalam kategori cukup 39,4%, hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara beban pekerjaan perawat
yang di lakukan oleh Saprudin (2021) didapatkan hasil bahwa bahwa dari 19
responden yang memiliki beban kerja ringan sebagian besar (89,5%) dilakukan
upaya pencegahan risiko jatuh dalam patient safety. Kemudian, diketahui bahwa
dari 13 responden yang memiliki beban kerja sedang sebagian besar (53,8%) tidak
50
diketahui bahwa dari 13 responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian
besar (76,9%) tidak dilakukan upaya pencegahan risiko jatuh dalam patient safety.
value = 0,001 ( α <0,05) artinya terdapat hubungan antara beban kerja dengan
upaya pencegahan.
51
BAB III
A. Kerangka Teori
variabel yang dianggap penting untuk mendukung situasi permasalahan yang akan di
teliti (M. Askari Zakariah et al., 2020). Kerangka teori yang digunakan dalam
penelitian ini dibuat berdasarkan tinjauan pustaka. Konsep teoritis pada penelitian ini
didasari pada teori-teori yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan beban kerja
perawat dalam penerapan SPO pencegahan pasien jatuh di ruang rawat inap RSUD
Dr. Rasidin Padang. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah
dipaparkan, maka kerangka teori pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Faktor Individu
1) Kemampuan Penerapan
2) Keterampilan SPO pasien Patient
3) Pengetahuan risiko jatuh Safety
4) Demografi oleh perawat
b. Faktor Psikologis
1) Persepsi
2) Sikap
3) Motivasi
4) Kepribadian
c. Faktor Organisasi Bagan 3.1 Kerangka Teori
1) Sumber(Notoadmodjo
daya 2007; Muninjaya 2015; Abidin 2016)
2) Beban kerja
3) Supervisi
4) Kepemimpinan 52
B. Kerangka Konsep
antarvariabel yang akan dideliti (Nursalam, 2017). Penelitian ini mempunyai dua
varibel yang akan diteliti, yaitu pengetahuan, sikap dan beban kerja sebagai variabel
independen dan penerapan SPO risiko jatuh sebagai variabel dependen. Berdasarkan
tinjauan teoritis diatas, maka kerangka konsep dari penelitian ini dapat di gambarkan
sebagai berikut :
Pengetahuan
Beban Kerja
C. Hipotesis Penelitian
didapatkan dan belum berdasarkan fakta yang diperoleh dari hasil pengumpulan data
penelitian (Ramadhani & Bina, 2021). Dari kerangka konsep diatas, hipotesis
53
1. H01: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penerapan SPO pasien
risiko jatuh oleh perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Rasidin Padang.
2. H02: Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan penerapan SPO pasien risiko
jatuh oleh perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Rasidin Padang.
3. H03: Tidak terdapat hubungan antara beban kerja dengan penerapan SPO pasien
risiko jatuh oleh perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Rasidin Padang.
54
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang menggunakan desain penelitian survey
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (Abduh et al., 2022). Penelitian cross sectional ini digunakan untuk
sikap dan beban kerja) dan variabel dependen (penerapan SPO risiko jatuh oleh
perawat) yang di observasi dan diidentifikasi dalam satu waktu yang bersamaan.
1. Populasi
Menurut Sugiyono populasi adalah suatu wilayah keseluruhan yang terdiri atas
subjek atau objek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu untuk diteliti
(Suriani et al., 2023). Populasi dalam peneltian ini adalah semua perawat di Ruang
Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang yaitu berjumlah 105 orang perawat. Perawat
tersebut terbagi lagi dalam beberapa ruangan rawat inap dengan rincian sebagai
berikut: 16 orang (ruang rawat pinere); 16 orang (ruang rawat bedah); 22 orang
55
(ruang rawat interne); 14 orang (ruang rawat anak); 37 orang (ruang rawat
intensif).
2. Sampel
yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi melalui teknik sampling
random sampling. Menurut Dharma (2017) simple random sampling atau sampel
acak sederhana yaitu suatu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperharikan strata yang ada dalam populasi
tersebut sehingga setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk
terpilih.
N
n=
1+ N ¿ ¿
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Total populasi
56
N
n=
1+ N ¿ ¿
105
n=
1+105 ¿ ¿
1 05
n=
1+0,262 5
105
n=
1,262 5
n=83 , 2
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini setelah dibulatkan yaitu menjadi 83
N 1 xn
n=
N
Keterangan :
57
Tabel 4.1 Jumlah Sampel Masing-Masing Ruang Rawat Inap
a. Kriteria inklusi
58
b. Kriteria ekslusi
memenuhi kriteria inklusi tidak dapat ikut serta dalam penelitian (Notoatmodjo,
2012).
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang.
1. Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu perilaku atau karakteristik dari objek maupun subjek
yang ditetapkan menjadi sasaran dalam penelitian (Nursalam, 2017). Penelitian ini
terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat
sedangkan variabel terikat (dependen) adalah penerapan SPO resiko jatuh oleh
perawat.
59
2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel merupakan batasan dan cara yang akan digunakan
dalam mengukur variabel yang akan diteliti yang disusun dalam bentuk matrik
untuk memudahkan dan menjaga konsistensi pengumpulan data, menghindarkan
perbedaan interpretasi, dan membatasi ruang lingkup variabel (Supardi & Rustika,
2013)
60
E. Instrumen Penelitian
2. Instrumen
Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data atau mengukur objek dari suatu variabel yang akan
diteliti (Yusup, 2018). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Instrumen yang digunakaan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
bagian, yaitu :
a. Instrumen A
perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Kuisioner ini
berisikan data demografi secara umum yang akan diisikan oleh responden. Data
responden.
b. Instrumen B
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Kuisioner initerdiri dari 20
0=Benar) (Farida, 2019). Kuisioner ini telah di lakukan uji validitas dan
61
reabilitas oleh Farida (2019) pada 30 orang perawat ruang rawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja. Hasil uji reabilitas
lebih besar dari konstanta (0,60) sehingga kuesioner reliabel atau handal untuk
c. Instrumen C
Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Kuisioner ini terdiri dari 14 pernyataan.
Kuisioner ini diukur dengan menggunakan skala likert. Dengan nilai pernyataan
2=S, 3=KS, 4=TS, 5=STS) (Efendi, 2019). Kuisioner ini telah di lakukan uji
validitas dan reabilitas oleh Efendi (2019) pada 30 orang perawat ruang rawat
inap di Rumah Sakit Umum Daerah Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja.
Hasil uji reabilitas koesioner deperoleh bahwa kuesioner sikap pada setiap butir
soal teruji realiable dengan hasil nilai 0,86 yang lebih besar dari nilai Alpha 0,6
62
yang artinya setiap pertanyaan dari kuisioner realiable sehingga kuisioner layak
d. Instrumen D
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Kuisioner ini terdiri dari 12
tidak pernah = 1. (Sulistyo, 2019). Kuisioner ini telah di lakukan uji validitas
dan reliabilitas oleh Sulistyo (2019) pada 30 orang perawat di RSUD Aji Batara
Agung Dewa Sakti. Hasil uji reabilitas di dapatkan hasil 0,613 yang lebih besar
dari nilai r hitung 0,6 yang artinya kuisioner realiable sehingga kuisioner layak
63
Tabel 4.5 Kisi-Kisi Instrumen Lingkungan Kerja
3. Jumlah 20 20
e. Instrumen E
Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Kuisioner ini menggunakan kuisioner
beban kerja dari Nursalam (2017) yang terdiri dari 13 pernyataan dengan nilai
ini telah baku dan telah banyak digunakan dalam penelitian serupa sehingga
1. Aktivitas Pekerjaan 3, 5, 8, 9, 13 5
64
Jumlah 13 13
f. Instrumen F
oleh perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Instrumen ini
menggunakan lembar SPO risiko jatuh SRUD dr. Rasidin Padang yang terdiri
langsung oleh peneliti untuk melihat apakah perawat sudah optimal atau belum
dalam pelaksanaan SPO risiko jatuh. Nilai ukur di lihat dari mediannya, optimal
F. Etika Penelitian
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas untuk izin penelitian dan penelitian ini
etika penelitian. Menurut Rian Adi Pamungkas (2017) penelitian yang menjadikan
65
b. Perlindungan dari eksploitasi
responden baik nama maupun alamat melalui alat ukur apapun. Peneliti dapat
Menurut Supardi (2013), terdapat dua jenis data berdasarkan sumbernya, yaitu :
a. Data Primer
66
Merupakan data yang didapatkan oleh peneliti langsung dari sumber data atau
responden. Pada penelitian ini, data primer diambil langsung dari subjek
penelitian yaitu perawat di ruang rawat inap interne bedah dan anak RSUD dr.
kerja, dan beban kerja terhadap pelaksanaan SOP pasien resiko jatuh.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dari hasil pengumpulan
data peneliti / instansi lain untuk keperluan tertentu yang digunakan sebagaian
atau keseluruhannya. Data sekunder dalam penelitian adalah data yang diperoleh
dari RSUD Dr. Rasidin Padang dan buku atau referensi yang berhubungan dengan
Kota Padang.
penelitian yang di keluarkan Dinas PM & PTSP Kota Padang kepada diklat
67
d. Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan melakukan uji etik terlebih
Keperawatan Unand.
dengan enumerator.
diisi oleh responden, dan selama pengisian didampingi dan diawasi langsung
oleh peneliti melalui observasi dan dikonfirmasi ulang kepada karu, katim,
perawat.
68
m. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa data
Pengolahan data merupakan kegiatan mengubah data (primer dan sekunder) yang
2013). Menurut Notoadmodjo (2018), data yang diperoleh diolah melalui beberapa
tahapan, yaitu:
komputer.
3. Processing, merupakan proses setelah kuesioner diisi lengkap dan benar dan
program pengolahan data yang tersedia, salah satu aplikasi yang cukup
terkenal dan relatif mudah adalah Statistical Package for Social Sciences
(SPSS).
69
5. Tabulasi, merupakan proses menyusun data dalam format tabel sesuai dengan
I. Analisa Data
1. Analisis Univariat
distribusi frekuensi dan persentase dari satu variabel (Notoadmodjo, 2018). Data
akan ditampilkan dalam bentuk tabel terkait distribusi usia, masa kerja,
pengetahuan, sikap, lingkungan kerja, dan beban kerja dan distribusi frekuensi
2. Analisa Bivariat
penelitian yaitu antara variabel independen dan dependen (Donsu, 2017). Uji
statistik yang digunakan adalah uji chi square dimana pada uji ini varibel dikatakan
memiliki hubungan apabila nilai p value <0,05 dan dikatakan tidak berhubungan
Uji chi square memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi agar nilai uji
dapat diterima atau dapat dikatakan valid. Berikut syarat uji chi square :
b. Frekuensi harapan (E) dengan nilai <5 tidak boleh lebih dari 20% total jumlah
70
cell
d. Tabel 2x3 hanya bisa memiliki E<5 dengan tidak lebih dari 20% total jumlah
cell
Apabila syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka dapat digunakan
Uji Exact Fisher : digunakan pada tabel 2x2 yang tidak memenuhi
syarat.
3. Analisa Multivariat
terhadap lebih dari dua variable secara bersamaan. Dengan menggunakan teknik
analisis ini maka kita dapat menganalisis pengaruh beberapa variable terhadap
pengetahuan, sikap, lingkungan kerja dan beban kerja sedangkan variabel dependen
dalam penelitian ini yaitu penerapan SPO risiko jatuh. Analisis multivariat
multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Logistik dengan
metode backward.
71
Langkah yang dilakukan dalam analısıs regresi logistik adalah sebagai berikut
(Dahlan, 2013):
b. Bila hasil analisis bivariat menghasilkan p value <0,25 atau termasuk substansi
multivariat.
yang memasukkan semua variabel ke dalam model, kemudian satu per satu
<0,05.
e. Variabel yang p value >0,05 ditandai dan dikeluarkan satu per satu dari model,
f. Pada langkah terakhir akan tampak nilai exp(B), yang menunjukan bahwa
semakin besar nilai exp(B)/RP maka makin besar pengaruh variabel tersebut
Interpretasi
72
Untuk penelitian yang bersifat cross sectional, interpretasi yang dapat
variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen, dilihat
dari exp (B) untuk variabel yang signifikan. Semakin besar nilai exp (B) berarti
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, M., Alawiyah, T., Apriansyah, G., Sirodj, R. A., & Afgani, M. W. (2022).
Abidin, M. I. Z., Pangtuluran, Y., & Maria, S. (2016). Pengaruh Kepuasan Kerja,
Aninditya Rachmawati, F., Budi, M., & Sekar Siwi, A. (2021). Implementasi
Pencegahan Risiko Jatuh pada Pasien di Ruang Intensive Care Unit (Icu) RST
https://prosiding.uhb.ac.id/index.php/SNPPKM/article/view/761
Aprianti, D., Nitantri, M., Apriani, S., Ousartika, A., Mulyantika, D., Aji, B.,
73
Agustina, S., Pransiska, V., Panggabean, O., Pranata, L., Hardika, B. D., &
Barak, Y., Robert, C. (2017). Gait Characteristics of Elderly People With a History f
Rawat Inap (Muzdalifah, Multazam dan Arofah) Rumah Sakit Islam Siti Aisyah
Budiman, & Agus, R. (2013). Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. In
Erlangga.
Cho, M. young, & Jang, S. J. (2020). Nurses’ knowledge, attitude, and fall prevention
Chotimah, C. (2021). the Role of Nurses in Preventing the Risk of Falling Patients in
the Inpatient Room of Medistra Hospital Jakarta, 2019. Rnal Kesehatan “Bhakti
74
Husada,” 7(1), 1–11.
https://e-journal.akperakbid-bhaktihusada.ac.id/index.php/jurnal/article/view/91
Dahlan, S. (2013). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan (5th ed.). Salemba
Medika.
Darayana, F., Mayasari, P., & Rachmah. (2022). Pelaksanaan Pencegahan Insiden
Risiko Jatuh Pada Pasien Bedah Wanita Di Rumah Sakit: Suatu Studi Kasus.
https://jim.usk.ac.id/FKep/article/view/20061/9892
Pencegahan Pasien Jatuh di Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis
https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/1580?show=full
Pencegahan Risiko Jatuh Pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Marinir
Cilandak. 3(2), 6.
Elisa. (2017). Buku Ajar Keperawatan : Sikap dan faktor yang berpengaruh. Salemba
75
Medika.
https://doi.org/10.55784/jkj.vol1.iss1.209
Samarinda.
http://scholar.unand.ac.id/45527/%0Ahttp://scholar.unand.ac.id/45527/2/2. BAB
I %28Pendahuluan%29 .pdf
Hasibuan, M. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revi). Bumi Aksara.
Indrayadi, I., Oktavia, N. A., & Agustini, M. (2022). Perawat dan Keselamatan
76
Jati, N. P. L. (2018). kepatuhan Perawat melaksanakan Standar Prosedur Operasioinal
https://doi.org/10.33475/jikmh.v6i2.44
https://doi.org/10.7860/jcdr/2022/58145.17113
Republik Indonesia.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf
Rawat Inap RSUD dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal Ners Widya, 1–12.
LeLaurin, J. H., & Shorr, R. I. (2019). Preventing Falls in Hospitalized Patients: State
https://doi.org/10.1016/j.cger.2019.01.007
Lestari, W., & Sianturi, S. R. (2022). Analisa Pengetahuan, Masa Kerja dan
77
Pendidikan dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan SPO Pasien Resiko
1246. https://doi.org/10.56338/mppki.v5i10.2504
https://osf.io/9zvq2/download/?format=pdf
Mandriani, E., Hardisman, H., & Yetti, H. (2019). Analisis Dimensi Budaya
https://doi.org/10.25077/jka.v8i1.981
Mardiono, S., Alkhusari, & Saputra, A. U. (2022). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Marschollek, M., Rehwald, A., Wolf, K. H., Gietzelt, M., Nemitz, G., Zu
78
Miake-Lye IM, Hempel S, Ganz DA, S. P. (2013). Inpatient fall prevention programs
Jakarta: EGC.
Naibaho, F. (2021). Hubungan Pengetahuan dengan Siap Ibu Hamil tentang Tetanus
https://jurnalintelektiva.com/index.php/jurnal/article/download/553/411
Noorhasanah, S., Amaliah, N., & Iswantoro. (2019). Hubungan karakteristik perawat
with and obedience of risk for fall signals). Jurnal Darul Azhar, 8(1), 100–109.
https://www.jurnal-kesehatan.id/index.php/JDAB/article/view/153
Novilolita, D., & Lestari, Y. (2019). Analisis Penyebab Insiden Pasien Jatuh Di
79
Nur, H. A., Dharmana, E., & Santoso, A. (2017). Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh
https://doi.org/10.21927/jnki.2017.5(2).123-133
Salemba Medika.
SM.pdf
Tempat Praktik Mandiri Dokter Dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan
Potter, P. &. (2009). Buku Ajaran Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan
80
Praktik (Ahli Bahasa: Yasmin Asih Dkk. (ed.); 7th ed.). Jakarta: EGC.
(Komunitas Bisnis).
Patient Safety (Risiko Jatuh) Di Ruang Rawat Inap Bedah Rsud Panembahan
http://elibrary.almaata.ac.id
Media.
RSUP Dr. M. Djamil Padang. (2018). Monitoring Evaluasi 6 Indikator SKP RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Dokumen Akreditasi Bagian SKP RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
https://doi.org/10.29103/averrous.v6i1.2665
81
Saprudin, N., Nengsih, N. A., & Asyiyani, L. N. (2021). Analisis Faktor Yang
https://doi.org/10.51997/jk.v9i2.138
Maju.
Pustaka Utama.
Stampfler, T., Elgendi, M., Fletcher, R. R., & Menon, C. (2022). Fall detection using
Pasien dengan Risiko Jatuh di Rumah Sakit The Implementation of Patient Fall
Risk Management .Tesis pasca sarjana program studi megister rumah sakit
78–83.
82
Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis Samarinda. Universitas
Supardi, & Rustika. (2013). Metodologi Riset Keperawatan (Ismail (ed.)). CV.Trans
Info Media.
Supardi, S. (2013). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan (Jakarta). Jakarta: CV.
Suriani, N., Risnita, & Jailani, M. S. (2023). Konsep Populasi dan Sampling Serta
https://www.who.int/teams/integrated-health-services/patient-safety/policy/
global-patient-safety-action-plan
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/falls
83
Falling. http://www.stjoesonoma.org/documents/Students-Instructors/PVHFall-
%0APrevention.pdf
http://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/download/1021/526
84
Lampiran 1 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
NIM : 2011312048
Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiPenerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pasien Resiko Jatuh
oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang
Fajrin Nurhasni Ns. Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep Ns. Boby Febri Krisdianto, S.Kep, M.Kep
85
Lampiran 2
Operasional (SPO) Pasien Resiko Jatuh oleh Perawat di Ruang Rawat Inap
NIM : 2011312048
No Kegiatan Biaya
86
Lampiran 3
87
Lampiran 4
88
Lampiran 5
89
Lampiran 6
Fajrin Nurhasni
90
Lampiran 7
Inisial Nama :
Umur :
Alamat :
Fajrin Nurhasni
91
Lampiran 8
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda( √ ) pada setiap item pernyataan yang tepat menurut pendapat responden!
A. DEMOGRAFI
1. Nama / inisial :
2. Ruangan :
3. Usia : 17-25 tahun 26- 35 tahun 36-45 tahun
4. Masa kerja : ≤ 3 tahun > 3 tahun
5. Pendidikan :
B. Pengetahuan
92
6. Pencegahan pasien jatuh dapat dilakukan dengan penilaian awal
risiko jatuh
7. Pengurangan resiko jatuh pada pasien bukan termasuk dalam
sasaran keselamatan pasien
8. Variabel yang menentukan mengapa sesorang dapat jatuh pada
waktu tertentu adalah faktor instrinsik
9. Lantai yang licin dan cahaya ruangan yang kurang terang
merupakan salah satu faktor ekstrinsik
10. Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari dalam yang dapat
menyebabkan jatuh
11. Sakla morse, humpty dumpty, stratify-sydney adalah alat untuk
mengukur risiko jatuh pada pasien
12. Pasien berisiko jatuh memiliki ciri gelang berwarna kuning
bertuliskan fall risk
13. Mengukur skala jatuh pada pasien merupakan suatu upaya
pencegahan risiko jatuh
14. Mengkaji riwayat jatuh dalam perawatan saat ini atau dalam 3
bulan terakhir bukan termasuk dalam pengukuran skala jatuh
morse
15. Komplikasi yang terburuk akibat jatuh yaitu dapat mengakibatkan
kematian.
16. Pada pasien dengan gangguan musculoskeletal yang mengalami
gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstermitas bawah tidak
berisiko mengalami kejadian jatuh
17. Tanda segitiga risiko jatuh pada bed pasien berwarna hijau
93
risiko rendah)
c. Ontorio Modified Stratify - Sydney Scoring (skor 0-7 resiko
rendah, skor 8-18 risiko sedang dan 19-30 risiko tinggi)
20. Pemasangan gelang risiko jatuh dilakukan setelah penilaian risiko
jatuh
C. Sikap
94
D. Lingkungan Kerja
E. Beban Kerja
95
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
1. Melakukan observasi pasien selama jam kerja
2. Banyak jenis pekerjaan yang harus dilakukan
demi keselamatan pasien
3. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus
dilakukan demi keselamatan pasien
4. Kontak langsung perawat dengan pasien di
ruangan secara terus menerus selama jam kerja
5. Kurangnya tenaga perawat di ruangan
dibandingkan dengan klien
6. Pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
tidak mampu mengimbangi tuntutan pekerjaan
7. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap
pelayanan berkualitas
8. Tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien
9. Setiap saat dihadapkan pada keputusan yang
tepat
10. Tanggung jawab dalam melaksanakan perawatan
klien
11. Setiap saat menghadapi klien dengan karateristik
12. Tugas pemberian obat-obatan yang diberikan
secara Intensif
13. Tindakan penyelamatan pasien
96
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda( √ ) pada kotak yang telah disediakan, di isi oleh peneliti!
97
CURRICULUM VITAE
Agama : Islam
Barat
E-mail : fajrinnurhasni59@gmail.com
Ayah : Makmur
Ibu : Darnilus
Riwayat Pendidikan
98