PEMBAHASAN
3
4
B. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui
hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Di dalam
pembahasan ini kata observasi dan pengamatan di gunakan secara bergantian.
Seseorang yang sedang melakukan pengamatan, tidak selamanya menggunakan
pancaindra mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa
yang dihasilkan oleh pancaindra lainnya: seperti apa yang ia dengar, apa yang
ia cicipi, apa yang ia rasakan dari penciumannya bahkan apa yang ia rasakan
dari sentuhan-sentuhan kulitnya.
Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas, sesungguhnya
yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun mata penelitian data-data penelitian
tersebut dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun
melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan Panca indra. Suatu kegiatan
pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data. Penelitian
apabila memiliki kriteria sebagai berikut:
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, Cet.12, 2002), hlm. 199.
2
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik Serta Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 123.
5
1. Observasi Langsung
3
CL. Selltiz et.al, Research Methods in Social Relation, Holt, Rinehart dan Winston, (New
York: 1964, p.200). Dikutip oleh Moh.Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, cet. 5,
2003), hlm. 212.
4
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Op.cit., hlm. 134.
5
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet.5, 2003), hlm. 175.
6
6
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Op.cit., hlm. 175.
7
Secara umum, cara pengamatan langsung ini dapat dibagi dua, yaitu
observasi tidak terstruktur dan observasi terstruktur. Untuk menentukan apakah
suatu pengamatan yang dilakukan tidak berstruktur atau berstruktur, maka
terdapat 4 pertanyaan di bawah ini harus dijawab oleh si peneliti, yaitu:
8
7
Moh. Nazir, Op.cit., hlm. 175-176.
9
harus terjadi akibat adanya reaksi kecurigaan dari objek atau kejadian
dicatat.
c. Ketetapan pengamatan; Untuk meningkatkan ketepatan pengamatan,
maka ada beberapa cara yang dapat ditempuh, antara lain:
a) Peneliti menggunakan tape recorder untuk merekam pembicaraan.
Kelemahannya tape recorder hanya dapat mencatat pembicaraan,
tetapi tidak dapat merekam suatu perbuatan;
b) Peneliti menggunakan kamera, tetapi hal ini terlalu mahal dan dapat
mengganggu kegiatan normal dari objek yang diteliti;
c) Pengamat bukan terdiri dari satu orang saja, tetapi terdiri dari lebih
dari satu orang. Dalam hal ini masing-masing pengamat mencatat
fenomena, dan nanti catatannya masing-masing dibandingkan.
Dalam catatan tersebut harus dijelaskan yang mana pengamatan
fakta dan yang mana pula suatu interpretasi. Terlalu banyak
dimasukkan interpretasi dalam catatan dapat merusak kesimpulan.
8
Moh. Nazir, Op.cit., hlm.176-181.
11
C. Metode Wawancara
Selain pengumpulan data melalui observasi, dalam ilmu sosial data juga
dapat diperoleh dengan melakukan wawancara. Dalam hal ini informasi atau
keterangan diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap
muka dan percakapan. Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab,
sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara).
9
Moh. Nazir, Op.cit., hlm. 181-187.
12
a. Sasaran isi untuk memperoleh atau memastikan suatu fakta. Cara paling
baik untuk memperoleh suatu fakta adalah pergi menanyakan kepada orang
yang mengetahui tentang fakta tersebut.
b. Konten yang bertujuan untuk menjamin keyakinan tentang situasi faktual.
Jawaban yang diberikan, bukan untuk memperoleh kebenaran tentang fakta
yang ditanyakan, tetapi untuk melihat bagaimana anggapan atau
kepercayaan responden tentang fakta tersebut
c. Isi yang mempunyai sasaran untuk memastikan perasaan. Adakalanya
pewawancara ingin mengetahui secara langsung perasaan seseorang
terhadap sesuatu. Hal ini dapat ditanyakan dalam wawancara. Akan tetapi,
dalam menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, lakukan
secara tidak langsung lebih dahulu.
d. Isi yang mempunyai sasaran untuk menemukan suatu standar kegiatan.
Kegiatan standar ini ada dua jenis, yaitu
1) Standar etika, dan
2) Standar kegiatan yang fisibel.
e. Konten yang bertujuan untuk mengetahui perilaku saat ini atau perilaku
sebelumnya.
14
1. Wawancara Sistematik.
Wawancara sistematik merupakan wawancara yang dilakukan
dengan terlebih dahulu mempersiapkan pedoman (guide) tertulis tentang
apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Dengan pedoman
wawancara tersebut dapat dihindari kemungkinan melupakan beberapa
persoalan yang relevan dengan masalah penelitian.10
2. Wawancara Terarah
Bentuk wawancara ini jauh tidak formal dan tidak sistematik bila
dibandingkan dengan wawancara sistematik. Wawamcara terarah
dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tetap tidak terlepas dari
pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah
dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara. Nama lain wawancara ini
disebut wawancara bebas terpimpin. Dibutuhkan skill yang bernilai lebih
bila dibandingkan dengan wawancara sistematik.11
10
Sutrisno Hadi, Metode Research II, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologin
UGM, 1979), hlm. 235.
11
M. Burhan Bungin, Op.cit,, hlm. 128.
16
D. Metode Dokumentasi
12
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Alumni, tt.), hlm.
170.
17
13
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1977),
hlm.62.
18
Oleh karena itu, kalau literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan, baik
secara rutin maupun berkala. Namun, dokumenter adalah informasi yang
disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Secara detail
bahan dokumenter terbagi beberapa macam yaitu:
1. Autobiografi.
2. Surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial.
3. Kliping.
4. Dokumen pemerintah maupun swasta.
5. Cerita romantis dan cerita rakyat.
6. Film, mikrofilm, foto, dan sebagainya.14
1. Dokumen Pribadi
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara
tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Dokumen
14
M. Burhan Bungin, Op.cit., hlm. 144-145.
15
Koenttjaraningrat, Op.cit., hlm. 63.
19
pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi, dan autobiografi. Ketiga
dokumen pribadi ini telah dijelaskan di atas.
2. Dokumen Resmi
Dokumen resmi terbagi atas, dokumen intern dan ekstern. Dokumen
intern dapat berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga untuk
lapangan sendiri seperti risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin
kantor, konvensi yaitu kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung di suatu
lembaga dan sebagainya. Dokumen ekstern berupa bahan-bahan informasi
yang dikeluarkan suatu lembaga, seperti majalah, buletin, berita-berita yang
disiarkan ke media massa, pengumuman atau pemberitahuan. Kebiasaan
suatu lembaga untuk menggunakan dokumen ekstern ini sebagai media
kontak sosial dengan dunia luar. Oleh karena itu, peneliti dapat
menggunakan dokumen ekstern ini sebagai bahan untuk menelaah suatu
kebijakan atau kepemimpinan lembaga tersebut.