Anda di halaman 1dari 2

Mata kuliah : Pancasila dan Kewarganegaran

Dosen pengampu : Cahyo Aulia Andi Putra, S.Pd., S.H., M.Pd.


Nama anggota : 1. Anggun Sebri Yanti ( 1012310009 )
2. Ananda Ayuningtyas ( 101231005 )
3. Muhammad Rayhan Diyaurahman ( 3022310025 )
4. Moh Azzuma Nufasa ( 1012310043 )
5. Hengki Andriyansyah ( 1012310100 )
6. Mochammad Rafly Putra Mulyana ( 3022310019 )

Demokrasi pancasila masihkah demokrasi kekinian

Demokrasi Pancasila sebagai sistem politik Indonesia masih relevan dan


dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman sekarang. Hal ini
disebabkan oleh sifat dinamis dan terbuka dari Pancasila sebagai ideologi
negara. Namun, dalam praktiknya, terdapat tantangan – tantangan dalam
menggabungkan nilai-nilai Pancasila dengan praktik demokrasi modern
yang lebih liberal dan terbuka.

Tujuan kami membahas tentang permasalahan ini yaitu untuk membahas,


menganalisis, dan memperdalam pemahaman tentang prinsip-prinsip
demokrasi Pancasila serta relevansinya dalam konteks politik, ekonomi, dan
sosial di Indonesia, apat menghasilkan diskusi yang konstruktif untuk
menemukan solusi bagi tantangan atau masalah yang dihadapi oleh
demokrasi Pancasila dalam praktiknya, memastikan demokrasi Pancasila
tetap relevan dan adaptif terhadap perkembangan zaman dan tantangan
yang dihadapi oleh negara.

Demokrasi Pancasila menekankan musyawarah untuk mufakat dan


penghargaan terhadap hak dan kepentingan semua pihak. Nilai-nilai
Pancasila, seperti keadilan, kemanusiaan, dan gotong royong, masih relevan
dan menjadi tuntutan di zaman yang beragam dan bertambah
keberagaman. Namun, penerapan demokrasi Pancasila perlu disesuaikan
dengan perkembangan zaman, seperti teknologi digital dan perlu dilakukan
pengambilan tindakan lembaga – lembaga demokrasi, penegakan hukum,
dan pendidikan kewarganegaraan.
Demokrasi Pancasila tidak dapat menoleransi hal - hal yang merusak
Pancasila dan UUD, seperti penistaan agama dan kebebasan kaum Islamis
yang ingin mewacanakan negara yang tak berdasarkan Pancasila.
Demokrasi Pancasila bersifat khas Indonesia dan menjunjung tinggi
musyawarah untuk mufakat, sehingga dapat menumbuhkan solusi bagi
setiap permasalahan bangsa yang beragam.

Dalam kenyataan, banyak orang berpikir secara paradoks dalam memaknai


demokrasi Pancasila. Mereka menghendaki pelarangan kelompok non
mainstream, seperti Ahmadiyah dan Syiah, meskipun mereka tidak
mengancam negara Pancasila, tetapi pada sisi lain, mereka menuntut satu
paham radikal politik Islam yang jelas-jelas ingin mengganti Pancasila agar
ditoleransi keberadaannya.

Anda mungkin juga menyukai