Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGA HEWAN

SISTEM REPRODUKSI BETINA

Disusun oleh
kelompok 3 4D :

Nadiya Rahma (1222060071)


Najmi Qotrunnisa (1222060074)
Naufal azhar (1222060077)
Rafilah Afriani (1222060091)
Rahma Novia (1222060093)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023/2024
A. Tujuan Praktikum

1. Membuat apusan vagina


2. Mempelajari anatomi reproduksi betina
3. Mengetahui indeks honadosomarik betina

B. Landasan Teori
Sistem Reproduksi pada hewan betina juga terdiri dari kelenjar kelamin, saluran
reproduksi dan kelenjar asesorius. Pada tikus atau mencit terdapat sepasang ovarim
dan oviduct, satu uterus bikomu, satu serviks, satu vagina, kelenjar klitoris, dan
kitoris. Klitoris yang dilengkapi orifisium klitoride dan bagian vagina yang disebut
vulva dapat terlihat dan luar, sedang yang lainnya terdapat pada bagian internal tubuh
dan untuk mengetahuinya perlu pembedahan. Salah satu yang membedakan sistem
reproduksi betina dari jantan adalah pada hewan sub primata seperti tikus atau mencit
adalah adanya siklus estrus pada betina (Tim Pengajar, 2017:19).

Organ reproduksi betina, organ reproduksi primer, ovaria, menghasilkan ovarium


dan hormon-hormon kelamin betina. Organ-organ sekunder atau saluran reproduksi
terdiri dari tuba fallopi (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva. Secara anatomik
alat reproduksi betina terdiri dari gonad atau ovarium, saluran-saluran reproduksi, dan
alat kelamin luar.

Oviduct merupakan bagian yang berperan penting dalam peristiwa kopulasi saat
proses reproduksi. Oviduct terdapat sepasang (kiri dan kanan) dan merupakan saluran
kecil berkelok-kelok membentang dari depan ovarium berlanjut ke tanduk uterus.
Oviductsendiri terdiri dari tiga bagian yaitu infundibulum, ampula, dan isthmus. Pada
masing-masing bagian memiliki keunikan tersendiri, seperti misalnya bagian
infundibulum, bagian ujung infundibulum terdapat jumbai-jumbai yang disebut
fimbria (Frandson, 2018: 72).

Sistem reproduksi pada tikus betina tidak jauh berbeda dengan reproduksi tikus jantan
pada umunya, yaitu terdiri dari kelenjar kelamin, saluran reproduksi dan kelenjar
asesoris. Kelenjar kelamin betina terdapat pada ovarium. Saluran reproduksi pada
mamalia terbagi kedalam tiga bagian, yaitu: oviduct, uterus, vagina (Supripto, 2019:
173). Selain itu, kelenjar aksesoris yang terdapat pada tikus betina tidak jauh berbeda
dengan tikus jantan yang sudah dijelaskan pada praktikum pertama.

Pada kemauan menerima hewan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus atau
birahi. Selama estrus, hewan-hewan betina secara fisiologis dan psikologis
dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan, dan perubahan-perubahan
struktural terjadi di dalam organ-organ assesori seks betina (Adnan, 2018: 43).
Tikus putih (Rattus norvegicus) termasuk hewan poliestrus. Artinya, dalam
periode satu tahun terjadi siklus reproduksi yang berulang-ulang. Daur estrus kedua
jenis hewan ini dibedakan menjadi lima fase yaitu proestrus, estrus, metestrus 1,
metestrus II dan diestrus. Siklus estrus tikus berlangsung dalam 6 hari. Meskipun
pemilihan waktu siklus dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor eksteroseptif seperti
cahaya, suhu, status nutrisi dan hubungan sosial. Setiap fase dari daur estrus dapat
dikenali melalui pemeriksaan apus vagina. Melalui apus vagina dapat dipelajari
berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina yang secara tidak langsung
mencerminkan perubahan fungsional ovarium. (Akbar, 2010: 10).

Pada beberapa mamalia siklus reproduksi disebut juga sebagai siklus estrus,
Estrus atau birahi adalah suatu periode secara psikologis maupun fisiologis yang
bersedia menerima pejantan untuk berkopulasi. Periode atau masa dari permulaan
periode birahi ke periode birahi berikutnya disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus
adalah siklus seksual pada mamalia bukan primate yang tidak menstruasi. Siklus
estrus merupakan cerminan dari berbagai aktivitas yang saling berkaitan antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Selama siklus estrus terjadi berbagai perubahan
baik pada organ reproduksi maupun pada perubahan tingkah laku seksual (Akbar,
2010:10).

Perubahan penampilan ovarium dapat diukur secara kuantitatif pada tiap stadium
estrus. Berat total ovarium yang ditimbang dan dibandingkan dengan berat badannya
menghasilkan suatu besaran yang disebut indeks gonadosomatik atau GSI (gonad
somatic index). Bagaimana nilai GSI dengan siklus estrus akan terlihat dari hasil
praktikum (Tim Pengajar. 2017: 19).

Tim pengajar. 2017. Penuntun Praktikum Embriologi. Bandung: Tim pengajar.

FITRIA et al. 2018. Profil Reproduksi Jantan Tikus (Rattus norvegicus Berkenhout,
1769) Galur Wistar Stadia Muda, Pradewasa, dan Dewasa. JURNAL BIOLOGI
PAPUA. No. 01. Vol. 07 Hal. 29-36. Yogyakarta: UGM.

Phadmacanty, Ni Luh Putu Rischa dan Wirdateti. 2017. Pengamatan Histologi,


Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Kukang (Nycticebus coucang). Zoo
Indonesia. No. 02. Vol. 23. Hal. 84-91. Bogor: LIPI

Supripto. 2018. Struktur Hewan. Bandung: Biologi ITB.

Akbar, Budhi. 2018. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi
Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.
Adnan, 2017. Reproduksi dan Embriologi. Makassar: Jurusan Biologi FMIPΡΑ
Universitas Negeri Makassar.

E. Mulyati Effendi, dkk. 2018. AKTIVITAS ESTROGENIK EKSTRAK ETANOL


70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) PADA TIKUS PUTIH BETINA
(Rattus norvegicus) PRE-MENOPAUSE. Jurnal Fitofarmaka. Vol. 5 No. 1 Juni 2015.
ISSN: 2087-9164. Pakuan: Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan.

Tuti Kurniati. 2015. Zoologi Vertebrata. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

Sulaiman Sastrawinata. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung:

Anda mungkin juga menyukai