BIOMEKANIKA OLAHRAGA
(Tingkat Dasar)
Tim Penyusun :
Bambang Ks.
Abdul Azis Hakim
Moh. Nanang HK
1
Bag 1
PENDAHULUAN
2
permukaan lapangan, pada cabang tenis. Kemudian, perahu cano, dan dayung
pada cabang rowing. Lalu, frame, roda, gigi bertingkat, ban, pakaian, dan helem,
pada cabang sepeda, dan masih banyak yang lainnya.
3
bentuk normal, lebar, hingga long body. Semua dikembangkan oleh para ahli
biomekanika olahraga, dalam rangka meningkatkan prestasi setinggi-tingginya.
Gbr. 1-2 : Teknik Lompat Tinggi gaya Flop. Dikembangkan oleh ahli Biomekanika.
Gbr. 1-3 :
4
Long Body Normal
Gbr. 1-4 : Disain Raket Tenis long body, menghasilkan pukulan lebih keras.
Merupakan hasil rancangan ahli Biomekanika Olahraga.
5
Gbr. 1-5 : Foot scan, dengan Analisis Gait.
6
Pelatih tingkat dasar dan menengah yang menguasai Biomekanika
Olahraga, dan didukung dengan pengetahuan Kinesiologi serta Belajar Motorik,
dalam hal melatih skill/teknik, akan lebih cepat berhasil 3-5 kali lipat,
dibandingkan dengan pelatih yang tidak memahami ketiga ilmu di atas. Bahkan
hasil gerakan tekniknya pun akan lebih sempurna. Jelaslah pasti akan lebih
efisien dan efektif, baik dalam hal tenaga, waktu, maupun biaya yang harus
dikeluarkan. Di negara-negara maju, sudah menjadi target umum bahwa,
program latihan 4-5 tahun harus jadi pemain nasional, dan program 8-10 tahun
harus jadi pemain dunia.
KINESIOLOGI BIOMEKANIKA OR
TEKNIK
OLAHRAG
A
Gbr. 1-7 : Ilmu pendukung melatih teknik olahraga, yang harus dikuasai oleh pelatih.
7
tidak saja dalam mengidentifikasi kesalahan-kesalahan teknik yang ditampilkan
atletnya, tetapi juga pelatih mampu memberikan koreksi (feedback) dan
treatment yang benar, sehingga akan lebih efektif dan efisien dalam pencapaian
prestasi yang diinginkan. Pada akhirnya pelatih pun dapat membuat dan
melaksanakan semua program latihan dengan baik dan benar.
8
Bag 2
URAIAN DAN MATERI
BIOMEKANIKA OLAHRAGA
A. DEFINISI
9
non-matematika. Oleh karena itu, untuk memudahkan pembaca dalam
memahami buku ini, maka tidak digunakan rumus-rumus atau penghitungan
matematika. Buku ini diperuntukkan bagi para pelatih, guru penjas, atlet, dan
penggemar olahraga secara sederhana – tidak ada istilah-istilah matematika dan
menyajikan contoh-contoh yang menarik tentang persoalan gerak. Tulisan dalam
buku ini sangat mudah untuk dibaca dan sangat memudahkan pembaca untuk
memahami Biomekanika Olahraga.
Gbr. 2-1 : Guru, Pelatih dan Atlet, wajib memahami Biomekanika Olahraga.
10
Bahkan bagi seorang penggemar olahraga, dengan memahami ilmu ini akan
mengubahnya menjadi seorang pengamat yang kritis.
Gbr. 2-2 : Biomekanika Olahraga harus dipelajari secara teori maupun praktek.
Nampaknya jelas bagi kita bahwa gaya gravitasi, gesekan, dan tahanan
udara tidak menyebabkan adanya pengaruh yang berbeda selama aktivitas
olahraga dan kehidupan sehari-hari. Seorang pelompat tinggi harus melawan
gaya gravitasi, seseorang yang sedang menaiki tangga atau sebuah pesawat
terbang yang sedang lepas landas (take off). Begitu pula, gaya tahanan udara
(air resistance) dan gaya gesek (friction) menghambat para pembalap mobil dan
pembalap sepeda yang sedang berlomba. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip-
11
prinsip mekanika yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari berlaku juga pada
situasi olahraga.
12
4 Gbr. 2-3 : Pukulan Tennis.
3 2 Ada 5 gaya yang bekerja pada
5 saat yang bersamaan :
0) Bola datang (top-spin)
1 1) Gaya Gravitasi
0 2) Gaya Gesek
3) Gaya Elastis (senar)
4) Gaya Pantul (bola datang)
5) Gaya Dorong
13
Keterampilan cabang olahraga bervariasi dalam jumlah dan tipenya.
Dalam beberapa cabang olahraga (seperti lempar cakram dan lembing) hanya
terdapat satu keterampilan yang harus ditampilkan. Pelempar harus
memberikan putaran dan melemparkan cakram. Tetapi dalam permainan tenis,
pemain harus melakukan forehand, backhand, voli dan servis. Tiap keterampilan,
apakah dalam servis tenis atau lempar cakram, mempunyai tujuan khusus yang
ditentukan oleh aturan cabang olahraga itu sendiri. Pemain tenis ingin
menempatkan bolanya melewati atas net dan jatuh di daerah servis dengan cara
tertentu sehingga lawan tidak bisa mengembalikannya. Pelempar cakram harus
melemparkan cakramnya sejauh mungkin, dan memastikan cakramnya jatuh di
daerah yang sah. Kedua atlet berusaha menggunakan teknik yang baik, sehingga
tujuan tiap keterampilan dapat tercapai dengan tingkat efisiensi dan
keberhasilan tertinggi.
14
sangatlah penting untuk dipahami bahwa teknik yang ditampilkan para atlet
dunia tidak terjadi secara kebetulan. Sangat tidak mungkin bagi seorang atlet
bisa memperoleh status atlet dunia tanpa bantuan seorang pelatih yang
memahami Biomekanika Olahraga. Pada masa sekarang ini para atlet dunia
memperoleh bantuan dari para pelatih yang berilmupengetahuan, dan kalau
disertai dengan bakat dan disiplin atlet, maka akan membantu menciptakan
penampilan terbaik.
Apa yang harus diketahui agar pengajaran teknik yang baik bisa
dilakukan? Kita ambil contoh, apa yang diperlukan ketika kita mengajar pemula
memukul bola golf. Ketika keterampilan ini diperkenalkan, alangkah baiknya
pelatih dapat mendemonstrasikan pukulan dengan teknik yang baik. Kemudian
menjelaskan tiap fase gerakan yang harus dilakukan. Tetapi hanya “menjelaskan
dan mendemonstrasikan” saja belumlah cukup! Sangatlah penting bagi pelatih
untuk mengetahui mengapa gerak memukul tersebut harus dilakukan dengan
cara tertentu dan bukan dengan cara lainnya, dan harus memahami apa yang
dapat diperoleh dari sikap siap (stance), perpindahan berat badan (weight shift),
putaran panggul (hip rotation), dan meluruskan kedua lengan (extension of the
arms) ketika terjadi impact dengan bola golf. Guru pendidikan jasmani yang
sedang mengajar bola voli perlu memiliki pengetahuan mekanika tentang voli.
Dalam bola voli sangatlah penting mengetahui alasan-alasan mekanika mengapa
dengan gerakan tertentu seorang pemain bisa melompat ke atas untuk
melakukan spike dan mengapa dengan gerakan lainnya tidak bisa. Begitu pula
ketika melakukan servis atas, mengapa bola harus dipukul dengan memberikan
putaran (spin) pada bolanya sehingga bola bisa memasuki lapangan permainan.
Masih banyak para pelatih dan atlet yang menggunakan metode lama
(tradisional) selama proses latihannya, yaitu metode yang memperlihatkan
kurangnya pemahaman prinsip-prinsip mekanika. Beberapa pelatih merasa
15
bangga menggunakan metode trial and error. Kadang-kadang diperoleh hasil
yang baik, tetapi ternyata lebih sering memperoleh kegagalan. Beberapa pelatih
mengajarkan teknik kepada atletnya berdasarkan juara dunia, tanpa
memperhatikan perbedaan-perbedaan pada fisik, latihan, dan kematangan.
Begitu pula, banyak para atlet muda usia yang meniru setiap gerakan yang
ditampilkan atlet dunia. Alangkah lebih baik, jika mereka dapat membedakan
antara gerakan yang benar secara mekanik dengan gerakan yang salah. Dengan
memiliki latar belakang pengetahuan Biomekanika Olahraga, maka guru
pendidikan jasmani dan para pelatih akan mampu menganalisis penampilan dan
mengajarkan pola-pola gerak teknik yang lebih efisien, terhindar dari cedera,
serta bisa meningkatkan penampilan atletnya !
Sekarang kita kaji dan melihat diri kita sendiri, apakah dalam proses
melakukan pembinaan olahraga, sudah menerapkan IPTEK Olahraga atau belum,
science atau hanya experience, dan Biomekanika Olahraga adalah sport science
yang paling pokok. Apa perbedaannya, mari kita lihat dalam matrik berikut.
16
C. RUANG LINGKUP BIOMEKANIKA
Biomekanika (Biomechanics) tidak saja digunakan untuk perbaikan
teknik cabang olahraga, tetapi juga banyak digunakan oleh para ahli di luar
bidang ilmu olahraga, misalnya bidang kedokteran, dan desain alat-alat
kebutuhan manusia. Ruang lingkup Biomekanika (area spesialisasi) mencakup:
1. Statika
Statika adalah cabang atau bagian dari mekanika yang membahas
tentang kestabilan atau konstanta. Pembahasan bukan sebatas benda diam
17
tidak bergerak, tetapi juga pada benda-benda yang bergerak konstan, dan
tidak mengalami perubahan gerak. Jadi tidak ada penambahan atau
pengurangan kecepatan, serta perubahan arah gerak. Di dalam
pembahasannya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan,
Hukum dan Azas-azas Kestabilan.
Gbr. 2-4 : Gulat dan Judo sangat membutuhkan tingkat kestabilan yang tinggi.
Oleh karenanya, secara teknik disebut sebagai permainan kestabilan.
Yang kedua, disebut juga sebagai permainan bantingan. Yang ketiga
disebut sebagai permainan kuncian.
18
Faktor-faktor yang menentukan Stabilitas
Kondisi-kondisi yang memberikan stabilitas minimal bagi pesenam
dan stabilitas maksimal bagi pegulat merupakan petunjuk prinsip-prinsip
mekanika yang menentukan stabilitas. Prinsip-prinsip ini penting karena
terjadi dalam setiap keterampilan cabang olahraga. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
b. Massa Benda
Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin besar massa benda, maka akan
semakin stabil.’ Jadi massa benda berbanding lurus dengan tingkat
kestabilan. Atlet yang massa badannya 100 kg akan lebih stabil bila
dibandingkan dengan atlet yang mempunyai massa badan 75 kg, dan atlet
yang massa badannya 75 kg akan lebih stabil bila dibandingkan dengan
atlet yang mempunyai massa badan 50 kg, dan seterusnya. Massa dalam
pemahaman mekanika adalah suatu kuantitas dasar materi sebuah benda.
Selama tidak ada perubahan fisik, besaran massa sebuah benda akan tetap
hingga akhir jaman, meskipun dipindahkan keplanet-planet lain di luar
angkasa.
19
c. Gravitasi
Gravitasi bumi, pertama kali ditemukan oleh Sir Isac Newton (1643-
1727) dalam ’tragedi buah apel’. Maksudnya, ia menemukannya secara
tidak sengaja tertimpa buah apel di kebunnya, ketika ia sedang belajar.
Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin besar gravitasi, maka akan
semakin stabil.’ Namun demikian, gravitasi merupakan besaran yang
konstan dan relatif sama besarnya dipermukaan bumi (kecuali planet lain).
Biasanya gravitasi digabungkan dengan massa, sehingga menjadi apa yang
disebut dengan Berat. Berat dengan massa memiliki definisi yang berbeda
dalam mekanika. Dalam pemamahaman mekanika Berat adalah hasil
perkalian antara Massa dan Gravitasi, dalam rumus ditulis W = m x g.
5 6
1 2 3
4
Gbr. 2-5 :
Benda no. 1 paling labil, benda no. 4 paling stabil.
Benda no. 5 dan 6 adalah benda yang tingkat kestabilannya rendah.
20
e. Luas Bidang Tumpu
Bidang tumpu merupakan hal yang penting dalam cabang olahraga
yang menuntut stabilitas. Mobil Formula 1 dirancang sangat stabil, dengan
melebarkan letak bannya ke samping. Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin
luas bidang tumpu, maka akan semakin stabil keadaan sebuah benda.’ Jadi
atlet pun, ketika bergerak dapat meningkatkan stabilitasnya bila ukuran
bidang tumpuannya diperluas.
Gbr. 2-6 :
Bidang tumpuan merupakan daerah yang ditunjukkan
oleh garis putus-2, yang menghubungkan bagian sisi kaki.
21
Gbr. 2-7 :
Lokasi dan proyeksi titik berat badan atlet. Kiri labil, kanan lebih stabil.
g. Tenaga Luar
Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin besar tenaga luar yang bekerja
pada sebuah benda, maka semakin labil keadaan benda tersebut.’ Atlet
dapat meningkatkan stabilitasnya bila garis gravitasinya dipindahkan ke
arah datangnya gaya. Melebarkan bidang tumpuan dan memindahkan
letak titik berat badan ke arah datangnya gaya, merupakan contoh untuk
prinsip ini.
Gbr. 2-8 :
Seseorang sedang memberikan tenaga luar kepada lawan tanding gulat dan judo.
22
h. Keseimbangan (balance)
Keseimbangan dan stabilitas merupakan dua istilah yang hampir
sama tetapi mempunyai arti yang berlainan. Keseimbangan berkaitan
dengan koordinasi dan kontrol. Jadi daya balance ini hanya ada pada
makhluk hidup. Seorang atlet yang mempunyai keseimbangan yang baik,
dapat mempertahankan keadaan equilibriumnya dan menetralkan gaya-
gaya yang akan mengganggu penampilannya. Seorang atlet harus
mempertahankan keseimbangannya dalam keterampilan yang dinamis
(seperti keseimbangan pada palang sejajar). Lawan yang dihadapi atlet
ketika mencoba mempertahankan keseimbangannya adalah gaya
eksternal. Gravitasi, gesekan, tahanan udara, atau gaya yang diberikan
lawan untuk mengganggu penampilannya. Dengan demikian maka azas
hukumnya berbunyi, ‘Semakin baik tingkat koordinasi dan daya kontrol
seseorang, maka akan semakin tinggi tingkat kestabilannya.’
i. Pandangan
Pandangan merupakan bagian dari sistem keseimbangan tubuh.
Stimulus berupa informasi lingkungan, yang datang dari luar masuk melalui
mata dan diteruskan menuju pusat sistem syaraf keseimbangan
(equilibrium). Informasi tersebut diperlukan untuk mengetahui tingkat
stabilitas tubuh, untuk kemudian diteruskan lagi menuju sistem syaraf
motorik, hingga ke otot, sebagai respon untuk menjaga stabilitas tubuh.
Agar stabilitas dapat terjaga dengan baik maka stimuslus (informasi) tidak
boleh berubah-ubah. Oleh karena itu azas hukumnya berbunyi, ‘Keadaan
seseorang akan stabil apabila pandangannya ditujukan pada satu titik
tertentu.’ Seorang pesenam yang melakukan kontra salto, akan berhasil
lurus jika ia tidak menoleh ke samping. Demikian pula seorang pembalap
sepeda, jika ia menoleh ke samping maka lintasannya akan menjadi
23
berbelok. Seorang atlet senam yang berjalan di atas balok titian (beam),
pandangannya harus tetap lurus ke depan (tidak melihat ke bawah) , jika
tidak maka ia akan segera oleng dan jatuh.
Gbr. 2-9 :
Seorang atlet senam sedang
berjalan di atas balok titian.
Pandangan selalu tetap ke
depan.
2. Dinamika
a. Gerak
Dinamika identik dengan gerak, yakni gerak yang tidak konstan dan
selalu berubah. Dalam mekanika, gerak dibahas dan dipelajari melaui 2 sisi,
yakni; 1) Kinematika, yaitu yang membahas tentang gerak benda itu sendiri
berkaitan dengan masalah ruang dan waktu, tanpa melihat apa penyebab
bergeraknya benda tersebut. Aspek-aspek yang terdapat di dalamnya
adalah; Jarak, Kecepatan, Waktu, dan Percepatan. 2) Kinetika, yaitu yang
membahas tentang hal-hal yang menyebabkan terjadinya gerak sebuah
benda. Aspek-aspek yang terdapat di dalamnya adalah; Gaya, Power,
Momentum, Tekanan, dan seterusnya.
24
dalam garis lurus), bisa anguler (dalam bentuk rotasi), atau bisa juga
gabungan/kombinasi, yang disebut juga sebagai gerak umum (general
motion). Dalam olahraga, kombinasi kedua gerak ini yang paling sering
terjadi, dan gerak anguler yang paling dominan dilakukan oleh atlet. Hal ini
terjadi karena gerak atlet berasal dari ayunan, aksi putaran anggota tubuh
ketika berputar melalui sendinya. Bahkan seluruh gerak yang dilakukan
oleh setiap bagian tubuh atlet (segmen), adalah gerak anguler atau
melingkar.
Ada dua macam gerak lurus yaitu; Gerak Lurus Beraturan (GLB), dan
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Keduanya selalu terjadi dalam
kegiatan olahraga. Namun pada kenyataannya, lebih sering terjadi gerak
lurus yang berubah beraturan. GLB memiliki kecepatan yang konstan,
sedang GLBB kecepatannya selalu berubah-ubah.
25
10
Kec.
m/t
Jarak 100 m
Gbr. 2-10 :
Perubahan kecepatan pada lari sprint 100 m, (garis merah).
Gerak rotasi, spin, salto, dan twist, merupakan nama lain untuk
gerak anguler. Seluruh istilah tersebut menunjukkan bahwa sebuah benda
atau seorang atlet sedang berputar beberapa derajat. Dalam olahraga
seperti senam, loncat indah, atlet sering melakukan setengah putaran (180
derajat), putaran penuh (revolution) 360 derajat.
26
Gbr. 2-11 :
Seorang pesenam
melakukan gerak
rectilinear, dan rotasi.
27
Jenis gerak gabungan juga dapat diamati pada lari sprint. Pada
nomor lari 100 m, atlet berlari dari star sampai finish secepat mungkin.
Meskipun atlet mengetahui bahwa jarak terpendek antara start dan finish
adalah garis lurus dan harus ditempuh dengan gerak linier, maka sangatlah
tidak mungkin untuk berlari dengan menggunakan gerak linier. Jika kita
amati pelari sprint, maka akan terlihat naik turunnya posisi tubuh atlet dari
satu langkah ke langkah lainnya. Beberapa gerakannya adalah linier, tetapi
sebagian besar adalah anguler. Secara keseluruhan, gerak sprint atlet
termasuk gerak kombinasi.
Terjun bebas (free fall) pada saat awal jatuh dari pesawat, juga
sebenarnya merupakan pola gerak gabungan, yang dapat diamati. Gerak
tersebut merupakan gabungan dari gerak lurus horizontal (laju pesawat)
dan gerak lurus berubah beraturan (jatuh bebas).
Gbr. 2-12 :
Beberapa contoh gerak umum
(General motions)
28
3. Gerak Parabola (Projectile)
29
dilakukan, dan yang lebih penting lagi adalah tolakan kaki benar-benar murni
diarahkan vertikal ke atas.
Gbr. 2-13 :
20o
L1
a. Inersia (Kelembaman)
Inersia adalah kecenderungan benda untuk tetap dalam keadaan
semula. Jika ia diam, maka akan tetap diam selamanya, hingga ada
kekuatan tenaga luar yang bekerja mempengaruhinya. Jika ia bergerak,
maka akan tetap bergerak lurus dengan kecepatan tetap selamanya,
hingga ada gaya luar yang bekerja mempengaruhinya. Hal ini tertuang
dalam hukum gerak Newton I. Inersia bersifat sebagai hambatan, karena
ia juga merupakan besaran. Dalam gerak melingkar, disebut sebagai
Momen Inersia, yang juga memiliki sifat yang sama.
Momen inersia ini dapat dianggap sebagai hambatan rotasi. Istilah
ini menjelaskan kecenderungan seluruh benda atau atlet yang pada
awalnya menghambat rotasi dan seterusnya ingin melanjutkan rotasi.
Prinsip mekanika ini terjadi dalam setiap situasi dimana atlet melakukan
rotasi, spin, atau twist, dan dalam setiap situasi dimana bat, golf club, dan
30
alat lainnya diayunkan. Pendek kata, momen inersia selalu ada dalam
seluruh situasi olahraga dimana terjadi gerak anguler.
31
akan lebih ringan digerakkan, dibandingkan dengan bentuk kaki yang agak
besar. Dengan demikian maka betis yang ramping memiliki keuntungan
dalam hal kecepatan dan kelincahan. Di negara-negara maju, telah lama
menerapkan pengetahuan ini pada cabang olahraga yang membutuhkan
kecepatan dan mobilitas tinggi, seperti nomor lari pada atletik, sepakbola,
futsal, bola basket, bulutangkis, tenis lapangan, dan tenis meja.
Gbr. 2-14 : Bentuk kaki yang ideal untuk seorang atlet cabang-cabang
Olahraga yang butuh kecepatan dan mobilitas tinggi.
b. Gaya (Force)
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan gaya? Dalam pemahaman
mekanika, gaya adalah Kuantitas yang dapat memungkinkan bergeraknya
sebuah benda. Kita sebenarnya tidak bisa melihat gaya, tetapi kita bisa
melihat dan merasakan efeknya. Sebuah gaya merupakan dorongan atau
tarikan yang mengubah atau cenderung untuk mengubah keadaan gerak
suatu benda atau atlet.
Dalam olahraga weight-lifting, kita contohkan dua lifter yang
sedang mengerahkan kekuatan ototnya untuk mengangkat sebuah barbel
dengan arah vertikal. Kombinasi kedua gaya menunjukkan jumlah dan
32
diangkat pada arah tertentu. Ketika arah dan jumlah gaya yang diterapkan
diketahui, maka kombinasi keduanya disebut vektor gaya. Istilah vektor
menunjukkan kuantitas yang mempunyai arah. Dalam kasus ini, jumlah
gaya tertentu divektorkan dengan arah vertikal.
Ada banyak gaya yang kita kenal, yang ditemukan dalam olahraga,
di antaranya adalah, Gaya Gravitasi, Gaya Internal dan Eksternal, Gaya
Sentrifugal dan Sentripetal, serta Gaya Gesek.
1) Gaya Gravitasi
Gaya Gravitasi yang disebut juga sebagai gaya tarik bumi,
merupakan salah satu gaya tahanan yang paling besar yang harus diatasi
oleh atlet. Untuk lompat ke udara setinggi mungkin, mempertahankan
stabilitas dan keseimbangan, melempar benda sangat jauh, seluruhnya
memerlukan pemahaman bagaimana gaya-gaya itu bekerja.
Gaya tarik bumi akan menarik atlet pada titik berat tubuh atlet.
Dalam posisi apa saja, berdiri ataupun sedang bergerak, maka gaya
gravitasi selalu terpusat pada titik berat atlet. Tubuh atlet berbeda dengan
besi tolak peluru (titik beratnya tepat di tengah-tengah besi), karena tubuh
atlet tidak terbuat dari bahan yang sama, dan juga massanya tidak
terdistribusikan merata dari kepala sampai ujung kaki. Tetapi tubuh atlet
tersusun dari bentuk-bentuk dan substansi yang berbeda seperti tulang,
otot, lemak, jaringan, yang seluruhnya tidak sama densitasnya. Tulang dan
otot lebih padat dari lemak, sehingga lebih besar massanya dan mengisi
setiap ruangan yang ditempatinya. Bumi akan menarik lebih kuat bagian-
bagian tubuh atlet yang lebih berat. Ini berarti bahwa letak titik berat atlet
tidak selalu sama dari berbagai permukaan tubuh atlet, seperti pada besi
peluru. Jika seorang atlet mempunyai massa lebih besar di bagian togok
dan tubuh bagian atas dari pada bagian tungkainya, maka letak titik berat
atlet akan lebih terpusat ke arah tubuh bagian atas. Jika bagian tungkainya
33
lebih berat, maka sebaliknya. Meskipun letak titik berat atlet tidak sama
jaraknya dari bagian-bagian tubuhnya, tetapi massa tubuhnya akan
seimbang di sekitar titik beratnya.
Cabang-cabang olahraga yang memanfaatkan gaya gravitasi di
antaranya adalah Terjun Payung dan Loncat Indah.
34
reaksi dari tanah, gesekan, tahanan udara, dan dalam berbagai cabang
olahraga, kekuatan dorongan yang diciptakan pemain lawan.
Tumbukan bola-bola bilyard merupakan contoh yang jelas dari
pemahaman tentang gaya internal dan eksternal. Ketika seorang atlet
menyodokkan stiknya pada bola putih, maka tangan atlet merupakan gaya
eksternal bagi stik, dan stik itu sendiri merupakan gaya eksternal bagi bola
putih. Bola putih kemudian memiliki gaya internal setelah menerimanya
dari stik. Stik juga memiliki gaya internal setelah menerimanya dari gerak
ayunan tangan atlet. Dengan demikian sumber dari gaya internal adalah
otot tangan.
Contoh lain dari terjadinya gaya internal dan eksternal adalah pada
olahraga soccer, rugby, dan basketball, ketika terjadi dorongan antar
pemain. Demikian pula ketika melakukan shooting bola ke gawang atau
keranjang lawan, dan seterusnya.
Gbr. 2-16 : Gaya Internal ditransfer dari tangan ke stik, lalu ke bola putih,
kemudian ke bola merah-putih.
35
3) Gaya Sentrifugal dan Sentripetal
Benda yang mengalami gerak rotasi pada porosnya juga tunduk
terhadap gaya linier. Bila suatu benda diikat dengan tali dan diputar
kemudian dilepaskan, maka benda itu akan lepas dari jalur lingkarannya
dan membentuk singgungan (tangen) dengan jalur lingkarannya pada titik
dimana benda itu lepas. Hal ini terjadi akibat adanya gaya sentrifugal
(centrifugal force) yang selalu bekerja ketika benda bergerak melingkar
atau melengkung. Besarnya gaya ini berbanding lurus antara massa benda
yang bergerak dengan kecepatannya, dan berbanding terbalik dengan
jarak benda dari poros putarannya (jari-jari radius).
Bila sebuah bola diikat dengan tali dan diayun melingkar, maka tali
memberikan Gaya Sentripetal (centripetal force) pada bola tersebut, yang
menyebabkan bola tetap berada pada jalur lingkarannya, dan bola
memberikan gaya sentrifugal pada tali yang menyebabkan tali menjadi
tegang. Jika tali itu putus dan bola akan lepas pada titik singgung jalur
lingkarannya dimana kedua gaya berhenti bekerja. Menurut hukum
Newton III, kedua gaya ini besarnya sama dan berlawanan arah yang
disebut sebagai gaya aksi dan reaksi.
Pengaruh kedua gaya di atas pada aktivitas olahraga banyak
sekali. Pada saat pemain tenis mengayunkan raketnya ke udara dengan
jalur melingkar, maka tangan yang memegang raket memberikan gaya
sentripetal untuk mempertahankan raket yang memutar pada jalur
lingkarannya, dan raket memberikan gaya sentrifugal terhadap tangan.
Jika peralatan olahraga yang diayun lebih berat, seperti lontar martil, maka
jumlahnya kedua gaya ini akan meningkat, sehingga atlet harus
memiringkan tubuhnya menjauhi martil yaitu untuk menghindari tarikan
yang diakibatkan oleh gaya sentrifugal. Demikian pula, pesenam yang
besar tubuhnya melakukan gerakan memutar pada palang tunggal
36
memerlukan pegangan yang lebih kuat untuk melawan gaya sentrifugal
dari putaran tubuh yang diberikan terhadap palang.
Gbr. 2-17 : Atlet Lontar Martil berputar membangun Gaya Sentrifugal. Gaya
Sentrifugal bekerja ketika tangan melepas martil dan palang
bertingkat pada Senam.
4) Gaya Gesek
37
Sepatu yang digunakan tentunya harus berbeda, khususnya pada jenis
karet sol dan bentuk kembangannya.
Pada olahraga balap motor, dan cabang sepeda nomor road race,
jenis ban yang digunakan tentunya tidak memiliki kembangan (kecuali saat
hujan). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gaya gesek yang maksimal,
sehingga memiliki tarikan percepatan yang tinggi, selain efisien dalam hal
tenaga dan bahan bakar.
Pada cabang tenis meja terjadi ketika pemain melakukan pukulan
topspin (looping). Karet bet serang halus akan menghasilkan putaran bola
yang lebih tinggi ketimbang karet bet serang bintik. Semakin renggang
jarak bintiknya, maka akan semakin rendah putarannya, dan sebaliknya,
semakin rapat jarak bintiknya, maka akan semakin tinggi putarannya.
Bidang kontak bola dengan karet bet serang yang halus terjadi 100%
sempurna, sedang pada karet bet serang bintik terjadi tidak sempurna,
disebabkan karena adanya celah atau rongga antara bintik-bintik tersebut.
Gbr. 2-18 : Karet Bet serang ’halus’ menghasilkan gesekan bola yang maksimal.
Demikian pula Ban motor Superbike atau GP yang ’halus,’ memiliki
gesekan yang tinggi, sehingga menghasilkan kecepatan maksimal.
38
c. Titik Berat Badan (Center of Gravity)
Gbr. 2-19 :
Letak titik berat atlet jarang tetap pada tempat yang sama selama
beberapa waktu. Bahkan ketika sedang tidur, posisi tubuh sedikit berubah,
maka akan mengubah distribusi massa pada tubuh. Akibatnya, akan terjadi
perubahan letak titik berat badannya.
Jika atlet berdiri tegak dan kemudian menggerakkan tungkainya ke
arah depan satu langkah, maka titik beratnya berpindahn ke arah yang
sama. Jika menggerakkan tungkai dan lengannya, maka titik beratnya
39
berpindah ke depan bahkan lebih jauh karena lebih banyak massa yang
dipindahkannya.
Berdasarkan hukum gaya yang berlaku, agar semua teknik gerakan
lebih sempurna dan maksimal, maka Pusat Massa Badan (CG) harus selalu
dipindahkan searah dengan arahnya pukulan, dorongan, dan seterusnya.
Jika tidak, maka hasilnya tidak akan maksimal, atau harus mengerahkan
tenaga yang lebih besar.
40
Gbr. 2-20 : Cabang olahraga yang mengerahkan Power maksimal, diantaranya
Bolabasket (melompat) dan Lempar Lembing.
41
keras pada cabang softball, tenis dan tenis meja, dibanding atlet Asia? Pada
shooting sepakbola, tidak lain oleh karena ia memiliki momemtum yang lebih
besar pada ujung kakinya, disebabkan oleh massa kaki yang lebih besar, dan
kecepatan linier di ujung kaki yang lebih tinggi. Hal ini berlaku juga pada
ketiga cabang lainnya.
Khusus pada cabang tenis, berkaitan dengan disain raket. Mengapa
massa raket tenis yang tersebar di Amerika dan Eropa lebih berat dari pada
yang ada di Asia? Apa maksud dibuatnya jenis raket long body? Semua
didisain tidak lain untuk menghasilkan linier momentum yang lebih besar,
yang pada akhirnya menghasilkan kecepatan bola yang lebih keras ketika
dipukul.
5. Sistem Tuas
42
Pada tubuh atlet, gaya diciptakan oleh kontraksi otot. Jarak tegak
lurus dari mana gaya diterapkan terhadap poros dinamakan lengan gaya
(force arm). Begitu pula, jarak tegak lurus dari mana tahanan memberikan
gayanya terhadap poros dinamakan lengan beban (resistance arm).
Jenis-jenis Tuas
Tuas merupakan batang yang kaku yang memiliki tiga buah titik
penentu, yaitu titik gaya, titik beban, dan titik poros (as). Tuas dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu tuas kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Klasifikasi ini
didasarkan pada bagaimana titik gaya, beban, dan poros ditempatkan pada
batang tuas. Dalam tubuh atlet, kita amati bahwa tuas kelas tiga yang paling
banyak. Sekalipun demikian, dalam penampilan keterampilan cabang
olahraga, ditemukan bahwa ketiga tuas ini digunakan.
F Gbr. 2-21 :
R A
Contoh Tuas
Kelas Satu.
43
b. Tuas Kelas Dua
Tuas kelas dua ditandai dengan letak gaya dan beban berada pada
samping poros yang sama, dengan lengan gaya selalu lebih panjang dari
lengan beban. Gaya yang diterapkan bekerja pada salah satu arah dan
tahanan pada arah yang berlawanan. Tuas kelas dua adalah tuas yang
menghasilkan gaya. Semakin besar lengan gaya, maka semakin besar
kekuatan yang dihasilkan. Ini berarti bahwa seorang atlet yang menggunakan
tuas kelas dua menerapkan sedikit gaya dengan jarak yang besar untuk
memindahkan beban yang lebih berat. Contoh tuas kelas dua: calf rise, dan
push-up.
A R F
Gbr. 2-22 :
Contoh Tuas Kelas Dua.
Pada tuas kelas tiga, porosnya berada pada salah satu ujung sisi
tuas dan bebannya berada pada ujung sisi lainnya. Gaya yang diterapkan
beraksi antara poros dan beban. Seperti tuas kelas dua, gaya dan beban
menarik dan mendorong dalam arah yang berlawanan. Tuas kelas tiga selalu
menggerakkan beban dengan ruang gerak yang lebih besar. Sebaliknya, gaya
yang diterapkan selalu lebih besar dari pada bebannya. Contoh tuas kelas
tiga: bicep curl
44
A F R
Gbr. 2-23 :
Contoh Tuas Kelas Tiga.
2 3 4
3
5 2
4
1 5
1
Gbr. 2-24 :
Gaya-gaya yang bekerja pada media air dan udara adalah relatif sama.
1) Gravity, 2) Buoyant, 3) Lift, 4) Propulsion, 5) Drag. Gaya buoyant
pada pesawat udara besarnya nol (0). Karena Berat Jenis pesawat udara
jauh lebih besar dibandingkan dengan Berat Jenis udara.
45
a. Gravity
Gravity atau gravitasi, adalah gaya tarik bumi yang arahnya selalu ke
bawah dan besarnya konstan 9,8 m/t2. Setiap benda, di mana pun ia
berada, apa pun bentuknya, termasuk air dan udara akan selalu mendapat
gaya gravitasi ini. Jika tidak ada gravitasi, maka setiap benda akan terus
melayang ke atas dan tidak akan jatuh ke bumi lagi. Cabang olahraga yang
berkaitan dengan aerodinamika dan hidrodinamika, yang memanfaatkan
gaya gravitasi ini adalah; Terjun Payung, Selam, Balap Mobil dan Balap
Motor. Khusus balap mobil dan motor adalah pada gesekan ban dengan
aspal yang terjadi untuk mendapatkan tarikan percepatan yang tinggi dan
sebagai salah satu unsur kestabilan yang harus ada. Jika tidak ada gravitasi
maka tidak akan terjadi gesekan dan tidak akan terjadi percepatan.
Gbr. 2-25 :
Gaya gravitasi selalu
bekerja ke arah pusat
bumi.
Gbr. 2-26 :
Jika tidak ada gravitasi, maka
pada ban belakang tidak akan
terjadi gesekan yg sempurna.
Dengan demikian sepeda pun
tidak dapat bergerak dengan
cepat.
46
b. Buoyant
Buoyant, adalah gaya angkat ke atas yang disebabkan oleh perbedaan
massa jenis benda dan perbedaan tekanan media secara vertikal, dalam
hal ini, air/udara. Gaya angkat buoyant terjadi tanpa disebabkan oleh
pergerakan benda terlebih dahulu. Gaya angkat buoyant lebih tepat
disebut Gaya Apung. Contoh sederhana yang terjadi sehari-hari di dalam
media udara adalah balon gas yang naik terbang ke atas dan zeppelin.
Contoh sederhana yang terjadi sehari-hari di dalam media air adalah bola
tenis yang dimasukkan ke dasar kolam, kemudian dilepas. Besar gaya ini
tergantung oleh massa jenis benda dan perbedaan tekanan ruang secara
vertikal. Contoh cabang olahraga aerodinamika dan hidrodinamika yang
membutuhkan buoyant adalah; Renang, Selam, dan Dayung. Atlet renang
yang bagus adalah yang massa Jenis tubuhnya relatif lebih kecil, karena ia
harus selalu terapung di bawah permukaan air untuk mendapatkan laju
kecepatan yang maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi tubuh dan
besar tulang atlet. Pada olahraga Selam buoyant diperlukan sebagai salah
satu unsur kestabilan sikap tubuh ketika meluncur, agar mendapatkan
kecepatan luncur yang maksimal. Pada cabang olahraga Dayung buoyant
dibutuhkan untuk mengapungkan perahu, agar tidak terlalu masuk ke
dalam air yang menyebabkan tahanan air dan menghambat lajunya
perahu.
Gbr. 2-27 :
Disain perahu yang baik. Ringan, ceper, ramping, dan licin. Hal ini dirancang untuk
mengurangi hambatan yang terjadi (profile drag, surface drag, dan wave drag).
47
c. Lift
Lift, juga merupakan gaya angkat ke atas yang dapat terjadi di dalam air
atau ruang udara. Meskipun sama-sama gaya angkat ke atas, dan sama-
sama disebabkan perbedaan tekanan secara vertikal, namun lift berbeda
dengan buoyant. Buoyant terjadi tanpa ada pergerakan dari benda,
sedangkan lift terjadi karena adanya pergerakan dari benda tersebut
sebelumnya, misalnya gerakan horizontal pesawat dan gerakan berputar
baling-baling helikopter. Pada olahraga dapat ditemukan pada gerak
lembing dan cakram yang sedang meluncur ke udara. Besar gaya ini
ditentukan oleh bentuk (profile) dan kecepatan benda bergerak. Seorang
pelempar lembing dan cakram akan memiliki keuntungan ganda jika dapat
mengerahkan kekuatannya dengan kecepatan yang tinggi. Pertama adalah
Gbr. 2-28 :
Lift terjadi akibat pergerakan benda dan bentuk/sikap benda.
Mana yang lebih besar gaya lift-nya.
48
d. Propulsion
Propulsion atau gaya dorong ke depan, merupakan gaya yang disebabkan
oleh dorongan gaya internal atau eksternal. Gaya Propulsion dapat berasal
dari kontraksi otot untuk menggerakkan tubuhnya sendiri, atau juga untuk
melontarkan benda lain seperti lembing dan cakram pada cabang olahraga
atletik, serta untuk mengkayuh dayung dan pedal pada cabang Dayung dan
Sepeda. Besar gaya ini tergantung dari kekuatan dan percepatan yang
dibangun. Gaya ini dapat berasal dari putaran mesin, seperti pada pesawat
terbang, motor boat, motor balap dan mobil balap. Dapat juga berasal dari
angin, seperti pada cabang olahraga Layar dan Selancar Angin. Dalam
olahraga prestasi, gaya inilah yang harus dibangun secara maksimal. Pada
tubuh manusia (atlet), besarnya gaya ini ditentukan oleh; kekuatan otot,
kecepatan bergerak dan frekuensi gerakan segmen tubuh.
Gbr. 2-29 :
Gaya propulsion pada
motor balap, terjadi
akibat dari putaran
mesin, dan gesekan
ban pada aspal.
e. Drag
Drag, merupakan gaya tarik ke belakang dari sebuah benda yang bergerak,
baik pada media air maupun dalam ruang udara. Gaya ini akan terjadi bila
benda bergerak. Pada benda yang diam tidak akan terjadi drag. Drag
merupakan hambatan yang menahan lajunya gerak benda. Besar gaya ini
49
tergantung dari bentuk benda, permukaan benda, dan pusaran atau
gelombang yang terjadi di belakang benda tersebut. Oleh karena itu maka
dinyatakan ada tiga macam drag pada benda yang bergerak, yaitu Profile
Drag, Surface Drag, dan Wave Drag. Pada Profile Drag, dijelaskan bahwa,
bentuk benda yang streamline akan lebih laju dan sebaliknya bentuk
benda yang tidak streamline akan bergerak lebih lambat. Pada Surface
Drag dijelaskan bahwa, permukaan benda yang lebih rata, licin, atau
memiliki pori-pori yang lebih halus, akan bergerak lebih laju dan sebaliknya
permukaan benda yang tidak rata dan kasar akan bergerak lebih lambat.
Pada Wave Drag dicontohkan bahwa, semakin kecil atau sedikit pusaran,
atau kibaran benda yang ada di belakang benda bergerak, maka akan
semakin laju jalan benda tersebut, dan sebaliknya, semakin besar atau
banyak pusaran, atau kibaran benda yang ada di belakang benda bergerak,
maka akan semakin lambat geraknya.
Drag
Gbr. 2-30 :
Drag yang terjadi akibat benda bergerak. Kemana arah drag-nya ?
50
keluar dari permukaan air, karena akan membawa masuk udara ke dalam air
yang menyebabkan terjadinya gelembung udara serta menghambat lajunya
kecepatan renang. Shark Skin diciptakan untuk menutup sebagian besar
permukaan tubuh yang kasar, berbulu dan adhesif, yang dapat menyebabkan
terjadinya Surface Drag. Dengan demikian kecepatan renang akan lebih laju.
Sikap tubuh pada teknik renang harus rata-rata air (horizontal), agar tidak
terjadi tahanan ke belakang yang disebabkan oleh Profile Drag.
Gbr. 2-31 :
Perbedaan sikap tubuh pada renang. Mana yang lebih baik.
51
yang sama dengan arah pukulan. Pergerakan benda di ruang udara dan air
bukanlah karena hukum aksi-reaksi.
Gbr. 2-32 :
Perahu Layar dan Selancar Angin yang bergerak menggunakan tenaga angin.
52
sayap lebih tinggi dari tekanan udara di atas sayap. Lalu, karena sayap
menyatu dengan badan pesawat, maka seluruh badan pesawat akan
terangkat ke atas (terbang).
b. Hukum Bernoulli
Hukum Bernoulli berbunyi; ’Aliran air yang lebih cepat memiliki tekanan
yang lebih rendah, dan sebaliknya aliran air yang lebih lambat memiliki
tekanan yang lebih tinggi.’ Hukum ini berbicara mengenai aliran air. Tetapi
pada kenyataannya dapat berlaku sama pada aliran udara.
1 2 1 2
Gbr. 2-33 :
Perahu bergerak karena kayuhan dayung cano. Pergerakan terjadi karena ada
perbedaan aliran air, yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan pada
bagian depan dan belakang dayung cano. 1) Aliran air lambat, 2) Aliran air cepat.
Terbangnya pesawat disebabkan oleh daya angkat (lift) yang terjadi pada
sayap. Daya angkat terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara di
bagian bawah dan atas sayap pesawat. Perbedaan tekanan terjadi karena
adanya perbedaan kecepatan aliran udara. Aliran udara di atas sayap lebih
cepat dari pada aliran udara di bawah sayap. Menurut Bernoulli, aliran
udara yang lebih cepat menghasilkan teknan udara yang lebih rendah, dan
sebaliknya aliran udara yang lebih lambat, menghasilkan tekanan udara
yang lebih tinggi. Dengan demikian hukum Bernoulli pun berlaku sama
53
untuk ruang/media udara. Boys Ballot mengatakan, udara akan bergerak
dari daerah bertekanan tinggi ke arah daerah bertekanan rendah. Hal
inilah yang menyebabkan sebuah pesawat naik ke atas.
Gbr. 2-34 :
Badan pesawat diangkat oleh kedua sayap, karena lift yang terjadi
akibat perbedaan tekanan (+) di bawah sayap dan (-) di atas sayap.
apa sebenarnya Massa Jenis itu. Perhatikan formulanya ( ρ = m/V). Jadi Massa
Jenis adalah hasil bagi antara massa dan volumenya. Jarum dan batu kecil
54
tenggelam karena; Massa Jenis jarum dan batu lebih besar dari pada air.
Demikian pula batu yang jatuh ke bawah karena; massa jenis batu lebih besar
dari pada massa jenis udara. Sedangkan massa jenis batang pohon dan kapal
perang induk lebih kecil dari pada massa jenis air, dan massa jenis balon gas
lebih kecil dari pada massa jenis udara.
Gbr. 2-35 :
Perbandingan massa jenis benda. Mana yang terapung di air.
4. Efek Magnus
55
bola tersebut. Semakin ringan massa bola (density), semakin berbelok pula
bola tersebut.
Gbr. 2-36 :
Perbedaan tekanan udara di sekitar bola menyebabkan berbeloknya bola.
Gbr. 2-31 :
Efek Magnus dapat terjadi juga pada tendangan sepak bola. Arah
lengkung bola dapat diatur sesuai tujuan.
56
Bag 3
APLIKASI BIOMEKANIKA OLAHRAGA
PADA PELATIHAN TEKNIK TINGKAT DASAR
57
Dalam definisi Biomekanika Olahraga, teknik adalah serangkaian pola
gerak yang dilakukan oleh seorang atlet, untuk mencapai tujuan mekanik
tertentu. Penilaiannya adalah benar atau salah. Dalam bahasa umum, teknik
olahraga dapat didefinisikan sebagai cara melakukan gerakan. Bagaimana cara
melakukannya (How to do). Teknik yang benar akan terlihat indah, sebaliknya
teknik yang salah akan terlihat kaku dan tidak indah. Teknik memiliki
pemahaman yang sangat berbeda dengan taktik, terlebih lagi dengan fisik dan
mental. Masih banyak pelatih yang memberikan latihan teknik dengan materi
latihan taktik. Sesungguhnya hanya pelatih yang menguasai Biomekanika
Olahraga lah yang dapat melatih teknik dengan baik.
Untuk memahami lebih jelas apa itu teknik, baiknya diuraikan pula
pemahaman tentang apa itu fisik, taktik, dan mental, sehingga terlihat dengan
gamblang semua perbedaan yang ada. Hal ini perlu dilakukan agar jangan terjadi
lagi kesalahan konsep dalam melatih, sehingga dapat membedakan bagaimana
melatih teknik, taktik, fisik, dan mental.
Teknik dalam olahraga adalah serangkaian pola gerak yang dilakukan
oleh tubuh, untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa sehari-hari adalah
’cara bagaimana melakukan gerakan.’ Penilaiannya adalah benar atau salah.
Seberapa benar gerak yang sudah dilakukan. Penilaian dilakukan dengan
pengamatan, baik dengan mata telanjang, dengan kamera biasa, atau dengan
kamera canggih. Pendekatan atau metodenya dapat dilakukan dengan kualitatif
maupun kuantitatif.
Taktik dalam olahraga adalah serangkaian pola penyerangan dan pola
pertahanan. Baik secara individu, grup, maupun tim. Dalam bahasa yang
sederhana adalah, ’cara bagaimana bermain.’ Penilaiannya adalah tepat atau
keliru. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada konsep umum dan khusus.
Juga dilakukan dengan pengamatan, baik dengan mata telanjang atau dengan
kamera biasa.
58
Fisik dalam olahraga adalah ’serangkaian sistem energi/metabolisme
yang terjadi dalam tubuh,’ sesuai dengan sifat dan karakter cabang olahraga
yang ada. Dalam bahasa umum, fisik adalah kekuatan, kecepatan, dan daya
tahan, serta gabungan antara ketiganya. Penilaiannya adalah kuat, cepat, tahan,
atau tidak, ketiga aspek tersebut dengan kebutuhan cabang olahraga yang ada.
Seberapa kuat dia, seberapa cepat dia, dan seberapa tahan dia.
Mental dalam olahraga adalah ’kondisi psikologis yang terjadi dalam
tubuh atlet,’ baik dalam keadaan normal (tidak bertanding), maupun dalam
kondisi mengalami tekanan (saat bertanding). Secara umum mental bersifat
positif (mendukung) dan bersifat negatif (mengganggu). Hal ini akan terjadi
tergantung dari konsep diri, pengalaman, dan lingkungan atlet. Penilaiannya
adalah baik atau buruk.
Dengan demikian maka jelaslah bahwa, teknik dalam olahraga
mempunyai makna yang sangat berbeda dengan ketiga aspek yang lainnya. Oleh
karenanya maka, harus berbeda pulalah metode atau cara bagaimana melatih
keempat aspek tersebut. Dalam Annual Chart Program Latihan, keempat aspek
tersebut harus tertuang dengan jelas, pada tahap apa diberikannya, dan berapa
besar persentasenya.
59
Berbeda dengan taktik dan fisik. Dalam membentuk kedua aspek ini
pelatih tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama (relatif singkat). Waktu 6
bulan hingga 1 tahun sudah cukup untuk membentuk fisik yang prima. Demikian
pula taktik. Namun, sifatnya pun relatif singkat (tidak permanen). Dalam waktu
yang sama, jika atlet tidak melakukan latihan, maka kondisinya akan kembali
seperti semula.
TEKNIK
Mengatur Mengatur
Tubuh Alat
Di darat Di air Di Di alat Membe Meneri
udara ri ma
- Fleksi - Timing - Pusat tekanan
- Rotasi
Gbr. 3-2 :
Teknik olahraga, terbagi dua atas 1) Mengatur Tubuh Sendiri, 2) Mengtur
Alat/Benda di luar tubuh sendiri. Teknik olahraga ada yang sederhana, ada
juga yang merupakan gabungan dari beberapa aspek di atas. Dalam kotak
transparan merupakan kunci-kunci teknik yang dibuat untuk mempermudah
pelatih dalam memberikan koreksi atau feedback, atau mencari tahu inti
kesalahan teknik, dan memperbaikinya. Kunci-kunci tersebut berlaku untuk
semua cabang olahraga.
60
B. PROSES BELAJAR GERAK PADA ATLET
61
memahami, sehingga membantu dalam proses pembelajarannya. Jika hal ini
dilakukan secara terus-menerus, maka dapat dipastikan atlet akan lebih
cepat bisa dan memahami sepenuhnya teknik-teknik gerak yang mereka
lakukan. Tahapan tersebut adalah :
a. Tahap Kognitif
b. Taap Asosiatif
c. Tahap Otomatisasi (Otonom)
PROSES
Gbr. 3-3 :
Proses terjadinya gerak dalam tubuh.
62
Stimulus yang datang diidentifikasi karakteristiknya dalam pos Sensor
Input. Pendukungnya adalah Pengalaman dan IQ. Setelah tahu, kemudian
memilih Respon mana yang akan dikeluarkan dalam pos Memory. Pendukungnya
adalah Kekayaan Gerak. Setelah satu Respon dipilih, maka diprogram bagaimana
cara melakukan Respon tersebut agar hasilnya baik, benar dan akurat, dalam pos
Motor Control. Pendukungnya adalah Kunci-kunci Teknik. Hasilnya adalah, gerak
yang dilakukan oleh atlet, disebut sebagai Respon Motorik.
Dalam hal membaca kesalahan yang terjadi, bagi cabang olahraga atau
keterampilan tertutup (closed) dan kasar (gross) seperti, Atletik, Renang, Sepeda
(road-race), Angkat Besi, tidak terlalu sulit karena tidak melalui proses pada pos
identifikasi stimulus, dan bahkan juga pada pos seleksi respon. Yang paling sulit
adalah cabang olahraga yang mengandung keterampilan terbuka (opened), kasar
dan halus (gross-fine), serta berangkai (serial) seperti sepakbola, bolabasket,
bulutangkis, tenis, dan tenis meja. Pelatih harus lebih jeli lagi membacanya.
63
C. METODE SEDERHANA MELATIH TEKNIK
64
Berikut akan diperlihatkan dengan jelas perbedaan-perbedaan yang
sesungguhnya harus difahami oleh para pelatih, agar tidak keliru lagi dalam
mempersiapkan program latihan yang baik. Perbedaan tersebut dibuat dalam
sebuah matrik, meliputi aspek-aspek teknik, taktik, fisik, dan mental, yang diukur
dengan tiga variable pembeda, yaitu Pengertian, Penilaian, dan Konsep
Pelatihan.
Tabel 3-1 :
Perbedaan pengertian, penilaian, dan konsep melatih antara
Aspek Teknik, Taktik, Fisik, dan Mental.
65
Sesungguhnya penilaian teknik adalah benar atau salah, akan tetapi
hal ini dapat dimodifikasi dengan penilaian; Kurang Sekali, Kurang, Sedang, Baik,
dan Baik Sekali. Bahkan dapat juga dikonversi menjadi angka; 1, 2, 3, 4, dan 5,
atau dikalikan 2, hingga total nilai menjadi 100. Berikut adalah contoh sebuah
format penilaian teknik yang dapat digunakan untuk semua nomor/cabang
olahraga. Jenis teknik/skill dapat diganti sesuai cabang olahraga dan kebutuhan.
66
Bag 4
KONSEP MELAKSANAKAN SELEKSI BAKAT ATLET
Gbr. 4-1 :
Input merupakan tahap seleksi bakat atlet. Tahap ini sering tidak dilakukan
dengan benar, padahal sangat menentukan prestasi puncak seorang atlet.
Biomekanika Olahraga memiliki peran yang sangat besar pada tahap ini.
Postur tubuh, bentuk tubuh, dan jenis serabut otot, harus diketahui
dan ditentukan sejak awal, ketika melakukan seleksi atlet berbakat, di samping
kepribadian dan kecerdasan atlet. Ketiga aspek pertama merupakan ranah
67
Biomekanika olahraga, oleh karena semua berkaitan dengan masalah-masalah
kekuatan, gaya, power, momentum, kecepatan, efisiensi, dan seterusnya.
Mengapa ketiga aspek tersebut harus diketahui sejak awal? Pertama, karena
aspek-aspek tersebut merupakan faktor genetik, yang tidak dapat atau sulit
dirubah/dibentuk melalui program latihan pada tahap proses. Kedua, karena tiap
cabang olahraga memiliki tuntutan kebutuhan yang relatif berbeda satu dengan
yang lainnya.
68
bakat atlet, agar hasilnya menjadi lebih maksimal. Pertanyaan berikut adalah;
Apakah sama bakat atlet untuk semua cabang olahraga? Adakah ketentuan atau
ciri-ciri yang spesifik? Bagaimana cara melakukan seleksi bakat atlet?
Di bawah ini digambarkan sebuah ’perangkat lunak’ dalam bentuk
matrik (belum terlalu rinci), yaitu bakat-bakat atlet yang sesuai untuk 30 macam
nomor/cabang olahraga. Aspek-aspek yang akan menjadi acuan adalah aspek-
aspek Biomekanis, Fisiologis dan Psikologis, yang dibawa calon atlet sejak lahir,
yang tidak dapat atau sulit diurubah dengan perlakuan program latihan.
69
C. FORMAT SELEKSI BAKAT ATLET
Seleksi bakat merupakan suatu hal yang harga mati harus dilakukan.
Sudah jelas alasannya, tidak lain adalah untuk pencapaian prestasi maksimal,
bahkan hingga ke tingkat dunia. Berkaitan dengan hal ini, perlu kiranya dibuat
suatu format tes bakat atlet, untuk dilakukan dengan sebaik-baiknya. Ya, pasti
harus dilakukan tes, baik dalam skala lapangan, maupun skala laboratorium.
Berikut akan disajikan sebuah format tes sederhana, yang kiranya
dapat digunakan untuk semua pelatih tingkat dasar/menengah, dan semua
cabang olahraga.
70
Bag 5
KONSEP DASAR ANALISIS BIOMEKANIKA
TEKNIK OLAHRAGA
71
A. Analisis Biomekanika Pendekatan Kualitatif
1. Deskripsi. Membentuk sebuah model teoritis dari teknik yang paling efektif dan
mendeskripsikan apa yang telah diamati dan Menentukan apa yang ingin
diamati. Untuk bisa mendeskripsikan anda harus memiliki, hal hal sebagai
berikut:
a. Pengetahuan terhadap pengetahuan dasar dari keterampilan yang
diobeservasi. Sebelum melakukan evaluasi terhadap keterampilan gerak
teknik olahraga atau gerak manusia lainnya, anda harus tahu dan mengenal
keterampilan tersebut. Ini sangat penting dimiliki jika anda akan menentukan
keterampilan yang ideal. Demikian juga aturan-aturan dalam pelaksanaan
teknik olahraga harus diketahui sebelum anda melakukan analisis
keterampilan tersebut, agar dapat memberikan saran yang sesuai dan tidak
melanggar aturan yang berlaku dalam cabang olahraga yang diamati.
b. Tujuan atau fungsi keterampilan. Setelah anda mengetahui keterampilan
dasar dari suatu cabang olahraga yang akan dianalisis, langkah selanjutnya
adalah mengidentifikasi tujuan atau fungsi keterampilan gerak, dan jika
mungkin juga menginterpretasikan tujuan dan fungsi mekanik gerak
keterampilan tersebut. Tujuan dari gerak keterampilan adalah apa yang ingin
dicapai dari pelaksanaan gerakan itu, kriteria dari penampilannya atau
ukuran-ukuran tertentu sehingga penampilan gerak tersebut dianggap
berhasil.
72
c. Karakteristik teknik yang paling efektif. Langkah berikutnya adalah
mengedientifikasi karakteristik teknik yang paling efektif. Untuk dapat
menentukan kefektifan suatu gerakan, anda harus lebih banyak mengamati
keterampilan yang dilakukan oleh atlet-atlet elit. Cobalah untuk
mengidentifikasi dari posisi dan gerakan-gerakan tekniknya. Sehingga anda
tahu bagaimana kontribusi secara mekanis gerakan atau posisi tersebut
terhadap tujuan atau fungsi keterampilan. Untuk lebih mudahnya anda bisa
menguraikan tujuan-tujuan dari setiap keterampilan dari suatu cabang
olahraga. Setelah itu, coba untuk mencari tahu bagaimana setiap gerak
keterampilan itu berkontribusi terhadap pencapaian tujuan gerakan.
73
c. Dibagian mana yang akan diobservasi?. Tentukan bagian gerakan yang akan
anda observasi. Anda bisa melakukan perkeman dari samping atau dari
depan, bergantung pada tujuan dan jenis gerak keterampilan suatu cabang
olahraga.
d. Apa yang anda cari?. Biasanya, anda akan melihat suatu rekaman video
berulang-ulang. Pada amatan pertama melihat rekaman mungkin anda
hanya akan melihat bagaimana atlet melakukan keterampilannya (untuk
pemula anda bisa langsung mencari kesalahan-kesalahan yang terjadi).
Kemudian baru pada tayangan ulang berikutnya anda dapat menentukan
kefektifan gerakan-gerakan yang telah dilakukan oleh atlet tersebut.
3. Evaluasi. Membandingkan teknik ideal dengan teknik yang telah diobservasi dari
penampilan atlet. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada gerakan teknik.
4. Instruksi. Memberikan bimbingan dan edukasi kepada atlet dengan
menyediakan umpan balik (feedback) dari hasil analisis yang telah dilakukan
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan gerakan. Ini adalah langkah terakhir
dari analisis biomekanika secara kualitatif. Kefektifan komunikasi antara pelatih
dan atlet sangat diperlukan disini agar kesalahan-kesalahan dapat segera
dibetulkan, untuk itu anda perlu menyampaikan kesalahan-kesalahan gerakan
yang telah dilakukan kepada atlet, dan anda juga harus menjelaskan apa yang
perlu atlet lakukan untuk memperbaiki atau membetulkan kesalahannya.
74
melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut, kita membutuhkan
alat khusus untuk itu.
a. Timing devices
Peralatan yang paling sederhana untuk mengukur waktu adalah jam. Jika
waktu yang dicatat agak panjang dapat menggunakan stopwatch yang
sederhana. Namun, jika keakuratan waktu sangat diperlukan maka dapat
digunakan stopwatch digital yang mampu mencatat waktu seper seribu
detik. Sekarang sebagian besar alat pencatat waktu otomatis sudah
bisa/telah dihubungan dengan komputer sehingga kekuratan pencatatn
waktu lebih bisa didapat. Dengan penggabungan beberapa sensor yang
ditempat pada tempat tertentu perlatan pengukur waktu juga dapat
mengukur secara langsung kecepatan suatu gerakan.
75
b. Velocity-Measuring Systems
Radar gun adalah alat yang dapat digunakan dalam mengukur kecepatan
suatu objek (manusia) yang sedang bergerak di udara. Radar gun dapat
mentransimisikan satu sinyal radio microwave pada khusus frekuensi dan
mengukur frekuensi dan mengukur frekuensi yang pantulkan balik oleh objek
yang sedang bergerak. Radar gun dapat digunakan dalam golf, tenis
lapangan, hockey, sepak bola dan olahraga-olahraga lainnya. Alat pengukur
kecepatan yang lain berbasis sinar laser biasa digunakan untuk mengkur
kecepatan pelari.
Gbr. 5-1 :
Pengukuran kecepatan lari dengan sensor sinar laser (light gate)
Yang paling banyak digunakan dalam sistem ini adalah kamera video. Untuk
mendapatkan hasil gambar yang berkualitas dan lebih akurat ketika
dianalisis, diperlukan kamera video berkecepatan tinggi. Sedangkan di
pasaran, banyak kemera hanya berkecapatn 60 frame per detik, artinya
dalam 1 detik rekaman tersebut dapat dipecah dalam 60 gambar. Untuk
analisis 2 D, 1 kamera mungkin cukup untuk digunakan perekaman, dengan
tetap memperhatikan penempatan posisi kamera saat merekam. Tetapi
76
untuk analisis 3 D, kamera yang digunakan bisa 2 atau lebih dengan
dintegrasikan sofware khusus analisis 3 Dimensi (Gruen, 1997).
Gbr. 5-2 :
Perekaman teknik
bolavoli untuk analisis
2 D (2 dimensi).
d. Accelerometer
Gbr. 5-3 :
Alat pengukur
kecepatan dan
percepatan
77
2. Peralatan untuk pengukuran kinetika
a. Force Platform
Force platform atau force plates mengukur gaya reaksi dan arah dari resultan
gaya reaksi. Force platform biasanya digunakan untuk mengukur gaya reaksi
pada tumpuan ketika jalan (Barrett, dkk., 1998). Ini juga biasa digukan untuk
mengukur gaya reaksi tumpuan pada atlet tolak peluru dan lempar cakram
ketika melempar; atlet lompat jauh, lompat tinggi, dan lompat jangkit ketika
take off; atlet angkat besi selama mengangkat beban, dan atlet-atlet cabang
olahraga lainnya yang menggunakan kaki sebagai tumpuannya.
Gbr. 5-4 :
Alat pengukur
kecepatan dan
percepatan
78
b. Force tranducers
c. Pressure Sensors
Gbr. 5-5 :
Proses pengukuran
kemampuan lompat
tegak di preesure
sensor
79
d. Elektromyography (EMG)
Gbr. 5-6 :
Alat Electromyography
(EMG).
Alat terakhir yang digunakan oleh para ahli biomekanika adalah simulasi
komputer dan pemodelan. Simulasi komputer dan pemodelan bukanlah sekedar
alat pengukuran, melainkan lebih dari itu merupakan alat analisis (Hatze, 1996).
Di Olahraga, dengan simulasi komputer dapat memprediksi hasil dari suatu
gerakan berdasarkan input yang sesuai (Hammond, 2006).
80
Simulasi komputer biasanya menggunakan model matematik yang diturunkan
dari hukum gerak Newton. Input yang dimasukkan dalam membuat suatu
simulasi antara lain massa, panjang, moment of inertia dari bagian-bagian tubuh,
kondisi awal pada awal simulasi (posisi dan kecepatan tubuh) dan runtutan
waktu gerak bagian-bagian tubuh. Setelah berbagai bagian input tersebut di
entry maka akan menghasilkan simulasi gerakan. Dengan simulasi komputer juga
kita dapat lebih jauh melakukan penyelidikan yang bertujuan untuk mencari
solusi dari pertanyaan "apa yang terjadi jika?", sehingga hasil suatu gerakan bisa
diprediksi sebelumnya.
Gbr. 5-7 :
Six configurations of a computer simulation animation sequence showing
various phases of an overrotated rock’n roll Betterini somersault. From top left
to bottom right (pre-impact times in brackets): Initial position (1.243 s),
somersault half completed (0.949 s); somersault completed, overrotation
already obvious (0.466 s); female dancer passes partner (0.277 s); accident
unavoidable (0.067 s); impact (0.0 s). (Hatze,1996)
81
Gbr. 5-8 : Hatze's anthropometric model (Hatze,1980)
82
tentang kesalahan-kesalahan gerak yang mereka lakukan. Disamping itu atlet juga
perlu ada waktu luang untuk dapat menerima informasi tentang kesalahan yang
ada pada dirinya.
Gbr. 5-9 :
Intrinsic dan exstrinsic
feedback
83
Jika ditinjau dari bentuk feedback tersebut, maka Biomechanical
feedback pada umumnya termasuk jenis Extrinsic feedback karena hasil analisis
pengamatan yang dilakukan pada proses latihan menyangkut perihal performan
tayang ulang kegiatan untuk dibandingkan dengan performa sebelumnya dan
ditujukan untuk memperbaiki performa selanjutnya.
Analisis Mekanika
Teknik Sepak Takraw
Gbr. 5-10 :
Contoh feedback analisis teknik pada Sepak Takraw
84
Bagan di atas menunjukkan bagian-bagian dari teknik sepak takraw yang
perlu dan bisa dilakukan analisis mekanik baik secara kuantitaif maupun kualitatif.
Hasil analisis dapat digunakan sebagai koreksi atas teknik yang telah dilakukan
sebagai upaya meningkatkan kualitas teknik olahraga khususnya cabang olahraga
Sepak Takraw. Berikut ini adalah hubungan dari analisis biomekanik dengan upaya
peningkatan kualitas teknik gerak (Ae dkk, 1995; Ae dan Kubo, 1999) Didalam
meningkatkan kualitas teknik biasanya dimulai dengan membandingkan performa
atlet dengan model mekanik dari performa suatu teknik gerak. Model yang
digunakan sebagai pembanding adalah pemain yang memiliki teknik yang sangat
bagus dan benar-benar terampil. Sehingga ketika kemudian membandingkannya
bisa digunakan untuk mengetahui kekuarangan dan faktor-faktor keterbatasan
pemain. Kemudian dapat dapat disusun dan dipilih suatu model pendekatan latihan
yang tepat sehingga kualitas teknik benar bisa meningkat. Setelah dilakukan koreksi
terhadap teknik dalam latihan maka selanjutnya dapat diulang kembali untuk di
analisis ulang jika perlu.
Gbr. 5-11 :
Hubungan Analisis Biomekanika Olahraga dalam
proses pelatihan teknik gerak.
85
Gbr. 5-12 :
Alur pemanfaatan Analisis Biomekanika Olahraga
untuk perbaikan teknik olahraga.
86
A
Gbr. 5-13 :
Stik Analisis, Teknik Sepak Mula.
Gambar 5.13 di atas merupakan hasil analisis batang dari teknik sepak
mula, yang digunakan untuk mengetahui posisi bola dan model sepak mula.
Pengaruh posisi bola saat perkenaan dengan kaki tekong saat melakukan sepak
mula, sangat mempengaruhi pola gerak bola hasil sepak mula, khususnya bentuk
lintasan bola. Yang tentunya berpengaruh juga terhadap kecepatan bola.
Berdasarkan hasil analisis tiga model perkenaan bola tersebut diatas maka dapat
jelaskan sebagai berikut. Pada model sepak mula A merupakan bentuk
sepakmula yang paling sering digunakan oleh atlet yang setingkat pemain PON
sebagaimana hasil analasis yang dilakukan pada pertandingan di PON XVII Kaltim
2008 (Hakim, 2008). Pada model A, merupakan teknik yang menghasilkan sepak
87
mula paling optimal, karena bola yang dihasilkan memiliki kecepatan yang cukup
cepat dan cenderung terarah. Demikian juga dengan jangkauan kaki ketika
menyepak bola akan pada titik tertinggi sehingga h 0 (height of release) bola
mendapatkan tinggi yang optimal. Sedangkan model B, dimana perkenaan bola
sedikit di belakang tubuh, maka cenderung menghasilkan bola yang relatif lebih
lambat, sehingga bola hasil sepakmula lebih mudah diterima lawan. Kondisi bola
yang demikian biasanya disebabkan oleh umpan atau lambungan yang
terlampau jauh. Sebaliknya, untuk model C, perkenaan bola dengan kaki sedikit
lebih di depan. Kekurangan model ini adalah bola yang dihasilkan cenderung
selalu cepat, dan relatif sedikit lebih sulit untuk diarahkan. Pada tekong yang
memiliki ketinggian tubuh relatif pendek (<165 cm), sepak mula model C akan
menghasilkan bola yang sering tidak menyebrang sebagai akibat nyangkut di
Net. Sebaliknya pada, tekong dengan ketinggian tubuh yang relatif tinggi maka
ini sangat efektif untuk menghasilkan tekong yang sangat cepat. Berikut
berbandingan hasil lintasan, dan kecepatan bola dari ketiga model sepak mula di
atas:
Gbr. 5-14 :
Lintasan bola, Sepak Mula dari model A, B dan C.
88
Sedangkan kecepatan rata-rata masing-masing model adalah sebagai berikut:
V bola
Lintasan Kaki
Melingkar
Gbr. 5-15 :
Bentuk lintasan kaki pada teknik sepak mula.
89
Gbr. 5-16 :
Hubungan Moment of Inertia dengan
Gaya, Momentum, KE dan WE.
90
karakteristik antropometri tungkai panjang. Dengan panjangnya tungkai seorang
tekong maka beberapa keuntungan yang akan dapat diperoleh adalah mement
of inertia (I) akan menjadi semakin besar oleh karena lebih besarnya jari-jari (r),
jangkauan ketinggian bola semakin tinggi sehingga menungkinkan untuk
melakukan servis yang keras dan cepat sehingga bola lurus menukik.
91
d. Setelah penempatan kamera ditetapkan, atur fokus dan area yang bisa
direkam kamera. Lakukan percobaan, karena pada saat perekaman, fokus
kamera harus tidak boleh diubah-ubah.
e. Lakukan perekaman pada pemain secara bergantian.
f. Kemudian hasil rekaman ditransfer ke hardisk, dan disimpan dalam bentuk
Mpg.
g. Setelah tersimpan di dalam hardisk, kemudian bukalah program movie
maker.
h. Dalam program movie maker, import video untuk membuka file rekaman.
i. Play video pada tampilan frame video, untuk memainkan video. Jika
diperlukan anda bisa memainkan video tersebut secara lebih lambat, dari
frame-per frame dengan menekan tombol Alt + , bahkan anda juga bisa
memutar ulang (rewind) secara frame-per frame dengan tombol Alt + .
j. Berdasarkan hasil rekaman dan olah data melalui movie maker tersebut anda
akan bisa melakukan analisis sebagaimana tujuan awal. Sehingga pada
akhirnya dapat diketahui faktor yang mempengaruhi arah sepak mula.
k. Hasil analisis tersebut kemudian dapat digunakan sebagai pelatih untuk
menyusun pelatihan guna memperbaiki teknik atlet. Akan lebih baik lagi jika
hasil rekaman pada saat di Asrama dan dalam kondisi yang santai, rekaman-
rekaman tersebut ditayangkan kembali oleh kepada atlet sambil pelatih
memberikan keterangan tentang koreksi gerakan atlet. Dengan demikian
akan meningkatkan persepsi gerak atlet dan akan meningkatkan waktu atlet
dalam memahami konsep geraknya.
92
Gbr. 5-17 :
Contoh Analisis Kualitatif dengan program windows movie maker.
Cam Cam
Cam
Cam
Cam
Gbr. 5-18 :
Contoh penempatan posisi kamera untuk perekaman gerak atlet Sepak Takraw.
93
Analisis Lari Gawang (melewati gawang)
TEKNIK LARI
Mengatur Mengatur
Di Di
- Fleksi -
Ekstensi
- Abduksi
-
Gbr. 5-20 : Feedbak lari gawang, ketika melewati mistar.
94
a. Saat Take-off
1) Sikap kaki :
2) Sikap badan :
3) Sikap tangan :
4) Waktu take-off :
b. Saat Melayang
1) Sikap kaki :
2) Sikap badan :
3) Sikap tangan :
4) Tinggi melayang :
5) Waktu melayang :
c. Saat Landing
1) Sikap kaki :
2) Sikap badan :
3) Sikap tangan :
4) Waktu landing :
95
Penutup
96
DAFTAR REFERENSI
Hall, S.J. (1995). Basic Biomechanics. New York. The McGraw-Hill Companies Inc.
McLester, John and St.Pierre, Peter (2008). Applied Biomechanics: Concept and
Connections. Belmont, USA. Thomsons Wadsworth.
Saladin (2003). Anatomy and Physiology, The Unity of Form and Function, Third
Edition. The McGraw-Hill Company.
Winter, D.A. (1979). Biomechanics of Human Movement. New York. John Wiley
& Sons.
97