Anda di halaman 1dari 97

DRAFT BUKU

BIOMEKANIKA OLAHRAGA
(Tingkat Dasar)

Tim Penyusun :

Bambang Ks.
Abdul Azis Hakim
Moh. Nanang HK

Asdep Ketenagaan Olahraga


Deputi Olahraga Prestasi Kemenpora
2014

1
Bag 1
PENDAHULUAN

Setelah mempelajari Bab ini, kita akan mampu:

1. Memahami pengertian umum Biomekanika Olahraga.


2. Memahami manfaat Biomekanika Olahraga bagi pelatih.

A. APA ITU BIOMEKANIKA OLAHRAGA

Biomekanika adalah studi tentang struktur dan fungsi sistem biologi


dengan metode atau pendekatan mekanika, yang berkaitan dengan statika,
dinamika, kinematika dan kinetika. Meliputi gerak linier (lurus) dan angular
(melingkar), serta gerak-gerak umum lainnya (gerak gabungan), yang dapat
terjadi. Bukan hanya gerak benda yang ada di darat, akan tetapi juga gerak
benda yang ada pada media lain, seperti air, udara, dan bahkan gerak benda
yang ada pada ruang hampa udara.

Pastinya, Olahraga juga mengenal Biomekanika, yang disebut sebagai


Biomekanika Olahraga. Biomekanika Olahraga dapat diartikan sebagai ilmu yang
menerapkan prinsip-prinsip mekanika terhadap struktur tubuh manusia pada
saat melakukan aktivitas olahraga. Dalam Biomekanika Olahraga, sasarannya
jelas terfokus pada Atlet. Namun demikian, Biomekanika Olahraga juga
membahas tentang gerak-gerak dan sifat benda mati yang digunakan dalam
berolahraga, khususnya yang berkaitan dengan gaya-gaya yang bekerja, serta
efek-efek yang ditimbulkannya. Semua dibahas dan dipelajari dengan teliti dan
pasti, oleh karena seluruh peralatan yang digunakan atlet sangat memberikan
kontribusi yang sangat berarti bagi penampilan dan keberhasilan prestasinya.
Peralatan yang digunakan dalam olahraga adalah seperti raket, bola, sepatu, dan

2
permukaan lapangan, pada cabang tenis. Kemudian, perahu cano, dan dayung
pada cabang rowing. Lalu, frame, roda, gigi bertingkat, ban, pakaian, dan helem,
pada cabang sepeda, dan masih banyak yang lainnya.

Gbr. 1-1 : Rancangan semua peralatan Balap Sepeda,


merupakan hasil analisis Biomekanika Olahraga.

Seluruh teknik gerak olahraga yang dilakukan atlet, pada semua


cabang olahraga, diciptakan dan dikembangkan oleh para ahli Biomekanika
Olahraga. Demikian pula seluruh peralatan yang digunakan dalam olahraga,
semuanya didisain oleh para ahli Biomekanika Olahraga. Sebagai contoh
misalnya, 1) Perubahan teknik gaya pada lompat tinggi, mulai dari gaya bebas,
lalu gunting, kemudian straddle, dan akhirnya teknik gaya flop. 2) Perubahan
teknik servis pada cabang bola voli, mulai dari servis bawah, servis atas
(termasuk floating service), hingga sekarang yang kita kenal dengan jumping
service, dengan topspin bolanya yang menukik. 3) Disain pada raket tenis, mulai
dari yang terbuat dari kayu, alumunium, karbon, dan titanium. Mulai dari yang

3
bentuk normal, lebar, hingga long body. Semua dikembangkan oleh para ahli
biomekanika olahraga, dalam rangka meningkatkan prestasi setinggi-tingginya.

Gbr. 1-2 : Teknik Lompat Tinggi gaya Flop. Dikembangkan oleh ahli Biomekanika.

Gbr. 1-3 :

Teknik Jumping Service pada Bolavoli,


merupakan pengembangan strategi,
yang secara teori merupakan bagian
dari Tujuan Mekanik Utama dalam
Biomekanika Olahraga, yaitu melaku-
kan pukulan cepat & tepat dari posisi
yang lebih tinggi, sehingga diharapkan
dapat menghasikan poin dengan cepat.

4
Long Body Normal

Gbr. 1-4 : Disain Raket Tenis long body, menghasilkan pukulan lebih keras.
Merupakan hasil rancangan ahli Biomekanika Olahraga.

B. PENTINGNYA BIOMEKANIKA OLAHRGA BAGI PELATIH


Biomekanika olahraga sangat dibutuhkan oleh para pelatih. Mulai dari
tingkat yang paling rendah, hingga pada tingkat yang paling tinggi. Mulai dari
mengidentifikasi bakat, melatih teknik, mengevaluasi teknik, memberikan
latihan terapi (latihan pembetulan teknik gerak), hingga dalam menentukan
peralatan yang akan digunakan oleh atletnya. Kemudian, Biomekanika Olahraga
diperlukan dalam mengevaluasi program latihan yang diberikan oleh pelatih,
termasuk program latihan fisik. Bahkan diperlukan juga dalam mengevaluasi
cidera olahraga dan proses penyembuhannya. Untuk hal yang terakhir ini,
tentunya ditangani oleh para dokter dan fisioterapist. Dalam hal ini, pelatih
berperan sebagai pelaku preventif, penjaga atau pemberi arahan cara latihan
yang aman, agar tidak terjadi kecelakaan dan cidera. Kinesiotaping, mungkin
masih dapat dilakukan oleh pelatih, karena tidak terlalu sulit.

5
Gbr. 1-5 : Foot scan, dengan Analisis Gait.

Dengan analisis Gait, yakni dengan melakukan scan telapak kaki,


dengan berjalan atau berlari, cidera dapat diketahui dengan lebih jelas. Pada
gambar telapak kaki akan terlihat warna biru, hijau, kuning, dan merah, yang
menggambarkan tingkat kekuatan tekanan dan kesempurnaan tekanan kaki.
Semua dapat dievaluasi dan bahkan diketahui bagian tubuh mana yang sedang
mengalami cidera.

Gbr. 1-6 : Kinesiotaping, untuk pencegahan cidera dan untuk memaksimalkan


kerja otot dan persendian, terutama ketika mengalami cidera ringan.

6
Pelatih tingkat dasar dan menengah yang menguasai Biomekanika
Olahraga, dan didukung dengan pengetahuan Kinesiologi serta Belajar Motorik,
dalam hal melatih skill/teknik, akan lebih cepat berhasil 3-5 kali lipat,
dibandingkan dengan pelatih yang tidak memahami ketiga ilmu di atas. Bahkan
hasil gerakan tekniknya pun akan lebih sempurna. Jelaslah pasti akan lebih
efisien dan efektif, baik dalam hal tenaga, waktu, maupun biaya yang harus
dikeluarkan. Di negara-negara maju, sudah menjadi target umum bahwa,
program latihan 4-5 tahun harus jadi pemain nasional, dan program 8-10 tahun
harus jadi pemain dunia.

KINESIOLOGI BIOMEKANIKA OR

TEKNIK
OLAHRAG
A

BELAJAR MOTORIK T & P CABOR

Gbr. 1-7 : Ilmu pendukung melatih teknik olahraga, yang harus dikuasai oleh pelatih.

Oleh karenanya tidak boleh diragukan lagi bahwa, Biomekanika


Olahraga merupakan ilmu yang harus dipahami oleh para pelatih olahraga, yang
selalu terlibat dalam masalah pemanduan/seleksi bakat, melatih teknik,
mengembangkan teknik, melatih fisik, hingga menentukan/memilih alat-alat
yang digunakan, serta berkaitan dengan masalah cedera atlet, khususnya pada
saat latihan. Dengan memahami ilmu ini diharapkan para pelatih akan mampu,

7
tidak saja dalam mengidentifikasi kesalahan-kesalahan teknik yang ditampilkan
atletnya, tetapi juga pelatih mampu memberikan koreksi (feedback) dan
treatment yang benar, sehingga akan lebih efektif dan efisien dalam pencapaian
prestasi yang diinginkan. Pada akhirnya pelatih pun dapat membuat dan
melaksanakan semua program latihan dengan baik dan benar.

Agar para pelatih menjadi lebih profesional, dan sempurna dalam


mengaplikasikan Iptek olahraga, mampu mengidentifikasi kesalahan-kesalahan
teknik yang ditampilkan atletnya, maka tidak ada cara yang paling baik kecuali
harus mempelajari Biomekanika Olahraga dengan sungguh-sungguh, secara
teoritik maupun praktek. Dari level paling bawah, hingga level paling atas.
Dengan demikian kekuatan pengamatan (observational power) pelatih, ketika
mengamati penampilan atletnya di lapangan akan semakin meningkat.

8
Bag 2
URAIAN DAN MATERI
BIOMEKANIKA OLAHRAGA

Setelah mempelajari Bab ini, kita akan mampu:

1. Memahami materi dan isi Biomekanika Olahraga.


2. Memahami ruang lingkup Biomekanika Olahrga.
3. Memahami contoh-contoh aplikasi Biomekanika Olahraga.

A. DEFINISI

Perlunya pengetahuan mekanika dalam memahami teknik cabang


olahraga dan seluruh gerak manusia (human movement) sudah tidak disangsikan
lagi. Biomekanika Olahraga adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip
mekanika terhadap struktur tubuh manusia dan seluruh alat yang digunakan
pada saat melakukan aktivitas olahraga.

Guru pendidikan jasmani, pelatih, dan atlet akan menghadapi


kesulitan jika tidak memiliki pengetahuan mekanika yang mendasari teknik
cabang olahraga yang diajarkan. Mereka akan mempunyai kerugian ketika
dihadapkan pada pemilihan teknik terbaik yang harus digunakan, keputusan
bagaimana memodifikasi teknik tertentu yang memudahkan untuk karakteristik
pribadi atlet, mengamati kesalahan dan mengidentifikasi penyebabnya, serta
cara-cara tertentu untuk membetulkan kesalahan tersebut.

Biomekanika Olahraga seringkali dijelaskan dengan menggunakan


beberapa cabang pengetahuan matematika. Tetapi hal ini sering menimbulkan
kesulitan bagi mereka yang kurang memahami matematika. Para pengajar telah
berusaha keras untuk mengatasi kesulitan ini dengan menyederhanakan rumus-
rumus matematika dengan menyajikan konsep-konsep dasar dalam istilah-istilah

9
non-matematika. Oleh karena itu, untuk memudahkan pembaca dalam
memahami buku ini, maka tidak digunakan rumus-rumus atau penghitungan
matematika. Buku ini diperuntukkan bagi para pelatih, guru penjas, atlet, dan
penggemar olahraga secara sederhana – tidak ada istilah-istilah matematika dan
menyajikan contoh-contoh yang menarik tentang persoalan gerak. Tulisan dalam
buku ini sangat mudah untuk dibaca dan sangat memudahkan pembaca untuk
memahami Biomekanika Olahraga.

Gbr. 2-1 : Guru, Pelatih dan Atlet, wajib memahami Biomekanika Olahraga.

B. BIOMEKANIKA OLAHRAGA HARUS DIPELAJARI


Biomekanika Olahraga telah banyak ditulis untuk para guru penjas,
pelatih, dan atlet. Ilmu ini menjelaskan bagaimana pengetahuan mekanika
diaplikasikan pada cabang olahraga, untuk membantu menciptakan penampilan
(performance) yang lebih baik. Bagi para pelatih, ilmu ini akan membantunya
menjadi seorang pelatih yang lebih baik. Bagi para atlet akan menemukan
bahwa informasi pengetahuan ini membantu memperbaiki penampilannya.

10
Bahkan bagi seorang penggemar olahraga, dengan memahami ilmu ini akan
mengubahnya menjadi seorang pengamat yang kritis.

Gbr. 2-2 : Biomekanika Olahraga harus dipelajari secara teori maupun praktek.

Para ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang mekanika pasti


mempelajari pengaruh dari gaya-gaya (force), seperti gravitasi, gesekan, dan
tahanan udara pada benda hidup dan benda mati. Pengetahuan ini digunakan
untuk membantu mendesain benda-benda yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti gedung-gedung, jembatan, kendaraan, dan pesawat terbang.
Selain itu pula, para ahli mengukur pengaruh dari gaya-gaya tersebut yang
bekerja pada manusia dan sebaliknya, pengaruh gaya yang disebabkan oleh
manusia.

Nampaknya jelas bagi kita bahwa gaya gravitasi, gesekan, dan tahanan
udara tidak menyebabkan adanya pengaruh yang berbeda selama aktivitas
olahraga dan kehidupan sehari-hari. Seorang pelompat tinggi harus melawan
gaya gravitasi, seseorang yang sedang menaiki tangga atau sebuah pesawat
terbang yang sedang lepas landas (take off). Begitu pula, gaya tahanan udara
(air resistance) dan gaya gesek (friction) menghambat para pembalap mobil dan
pembalap sepeda yang sedang berlomba. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip-

11
prinsip mekanika yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari berlaku juga pada
situasi olahraga.

Dalam olahraga, prinsip-prinsip mekanika tidak lain adalah aturan-


aturan dasar yang mengatur aksi atlet. Contohnya, jika pelatih dan atlet
memahami karakteristik gaya gravitasi, maka mereka harus mengetahui apa
yang harus dilakukan untuk melawan pengaruh gaya ini, dan sebaliknya, aksi-
aksi apa saja yang harus ditampilkan untuk memanfaatkan gaya gravitasi ini.
Seorang peloncat indah yang menyadari bahwa gaya gravitasi bekerja tegak
lurus terhadap permukaan bumi, akan mengetahui lintasan bagaimana yang
memudahkan teknik loncatan optimalnya. Demikian juga, para pegulat akan
mempelajari bahwa gaya gravitasi adalah temannya ketika lawannya telah
berada pada posisi yang tidak seimbang (off balance). Sebaliknya, jika pegulat
tidak bisa mempertahankan stabilitas tubuhnya, maka gaya gravitasi akan
memutarnya ke samping dan menjadi sahabat lawannya.

Terdapat lebih banyak lagi gaya-gaya di permukaan bumi ini selain


gravitasi, tahanan udara, dan gesekan. Gaya-gaya tersebut beraksi degan cara-
cara yang berbeda, dan jika atlet terlibat dalam olahraga yang mengandung
unsur kontak tubuh, maka pelatih harus mempertimbangkan gaya-gaya yang
diciptakan oleh lawannya. Jika anda seorang pelatih dan anda memahami
bagaimana seluruh gaya-gaya tersebut saling berkaitan, maka anda akan lebih
mampu untuk menganalisis teknik atlet dan memperbaiki penampilannya. Jika
anda seorang atlet yang memahami pengetahuan mekanika gerak, maka akan
mengetahui mengapa lebih baik mengerahkan kekuatan otot pada situasi
tertentu dan mengapa gerakan dalam teknik lebih baik ditampilkan dengan cara
tertentu dan bukan dengan cara yang lainnya.

12
4 Gbr. 2-3 : Pukulan Tennis.
3 2 Ada 5 gaya yang bekerja pada
5 saat yang bersamaan :
0) Bola datang (top-spin)
1 1) Gaya Gravitasi
0 2) Gaya Gesek
3) Gaya Elastis (senar)
4) Gaya Pantul (bola datang)
5) Gaya Dorong

Dalam olahraga, hukum-hukum mekanika tidak diterapkan pada atlet


saja. Prinsip-prinsip mekanika juga digunakan untuk memperbaiki efisiensi
peralatan olahraga. Sepatu yang digunakan untuk atletik, ski, dan peralatan
keselamatan seluruhnya dibuat dengan menggunakan pengetahuan tentang
gaya-gaya eksternal (external force) yang ada di muka bumi dan kekuatan otot
yang diciptakan atlet.

Ketika membandingkan penampilan dua orang atlet, kita seringkali


menyatakan bahwa salah satu atlet mempunyai bentuk gerakan yang lebih baik,
atau lebih tepatnya mempunyai teknik yang lebih baik. Apa yang dimaksud
dengan teknik ? Teknik merupakan pola dan rangkaian gerak yang digunakan
atlet untuk menampilkan keterampilan cabang olahraga, seperti pass bawah
dalam bola voli, bantingan panggul dalam judo, atau handspring dalam senam.

13
Keterampilan cabang olahraga bervariasi dalam jumlah dan tipenya.
Dalam beberapa cabang olahraga (seperti lempar cakram dan lembing) hanya
terdapat satu keterampilan yang harus ditampilkan. Pelempar harus
memberikan putaran dan melemparkan cakram. Tetapi dalam permainan tenis,
pemain harus melakukan forehand, backhand, voli dan servis. Tiap keterampilan,
apakah dalam servis tenis atau lempar cakram, mempunyai tujuan khusus yang
ditentukan oleh aturan cabang olahraga itu sendiri. Pemain tenis ingin
menempatkan bolanya melewati atas net dan jatuh di daerah servis dengan cara
tertentu sehingga lawan tidak bisa mengembalikannya. Pelempar cakram harus
melemparkan cakramnya sejauh mungkin, dan memastikan cakramnya jatuh di
daerah yang sah. Kedua atlet berusaha menggunakan teknik yang baik, sehingga
tujuan tiap keterampilan dapat tercapai dengan tingkat efisiensi dan
keberhasilan tertinggi.

Seorang atlet dapat menampilkan suatu keterampilan dengan teknik


yang baik atau kurang baik. Teknik yang kurang baik berarti tidak efektif dan
gagal dalam menciptakan hasil terbaik. Penampilan teknik ini bisa kita amati di
tempat-tempat latihan golf (driving range), dan bersamaan dengan teknik yang
kurang baik adalah hasil yang tidak memuaskan. Kalau kita bandingkan para
pegolf biasa dengan para pegolf profesional yang berbeda dalam tinggi,
kekuatan, dan berat badan, tetapi teknik dasar yang digunakan oleh seluruh
pegolf adalah sama. Dari backswing sampai follow-through terlihat aplikasi gaya
yang begitu tepat dan gerakannya yang begitu indah. Efisiensi gerakan ini
menunjukkan bahwa para pegolf profesional menggunakan teknik yang sangat
baik, aksinya begitu sangat efektif.

Di luar perbedaan tersebut, para atlet dunia dari berbagai cabang


olahraga menggunakan teknik superior yang didasarkan pada penggunaan
prinsip-prinsip mekanika gerak yang mengontrol gerak manusia. Tetapi

14
sangatlah penting untuk dipahami bahwa teknik yang ditampilkan para atlet
dunia tidak terjadi secara kebetulan. Sangat tidak mungkin bagi seorang atlet
bisa memperoleh status atlet dunia tanpa bantuan seorang pelatih yang
memahami Biomekanika Olahraga. Pada masa sekarang ini para atlet dunia
memperoleh bantuan dari para pelatih yang berilmupengetahuan, dan kalau
disertai dengan bakat dan disiplin atlet, maka akan membantu menciptakan
penampilan terbaik.

Apa yang harus diketahui agar pengajaran teknik yang baik bisa
dilakukan? Kita ambil contoh, apa yang diperlukan ketika kita mengajar pemula
memukul bola golf. Ketika keterampilan ini diperkenalkan, alangkah baiknya
pelatih dapat mendemonstrasikan pukulan dengan teknik yang baik. Kemudian
menjelaskan tiap fase gerakan yang harus dilakukan. Tetapi hanya “menjelaskan
dan mendemonstrasikan” saja belumlah cukup! Sangatlah penting bagi pelatih
untuk mengetahui mengapa gerak memukul tersebut harus dilakukan dengan
cara tertentu dan bukan dengan cara lainnya, dan harus memahami apa yang
dapat diperoleh dari sikap siap (stance), perpindahan berat badan (weight shift),
putaran panggul (hip rotation), dan meluruskan kedua lengan (extension of the
arms) ketika terjadi impact dengan bola golf. Guru pendidikan jasmani yang
sedang mengajar bola voli perlu memiliki pengetahuan mekanika tentang voli.
Dalam bola voli sangatlah penting mengetahui alasan-alasan mekanika mengapa
dengan gerakan tertentu seorang pemain bisa melompat ke atas untuk
melakukan spike dan mengapa dengan gerakan lainnya tidak bisa. Begitu pula
ketika melakukan servis atas, mengapa bola harus dipukul dengan memberikan
putaran (spin) pada bolanya sehingga bola bisa memasuki lapangan permainan.

Masih banyak para pelatih dan atlet yang menggunakan metode lama
(tradisional) selama proses latihannya, yaitu metode yang memperlihatkan
kurangnya pemahaman prinsip-prinsip mekanika. Beberapa pelatih merasa

15
bangga menggunakan metode trial and error. Kadang-kadang diperoleh hasil
yang baik, tetapi ternyata lebih sering memperoleh kegagalan. Beberapa pelatih
mengajarkan teknik kepada atletnya berdasarkan juara dunia, tanpa
memperhatikan perbedaan-perbedaan pada fisik, latihan, dan kematangan.
Begitu pula, banyak para atlet muda usia yang meniru setiap gerakan yang
ditampilkan atlet dunia. Alangkah lebih baik, jika mereka dapat membedakan
antara gerakan yang benar secara mekanik dengan gerakan yang salah. Dengan
memiliki latar belakang pengetahuan Biomekanika Olahraga, maka guru
pendidikan jasmani dan para pelatih akan mampu menganalisis penampilan dan
mengajarkan pola-pola gerak teknik yang lebih efisien, terhindar dari cedera,
serta bisa meningkatkan penampilan atletnya !

Sekarang kita kaji dan melihat diri kita sendiri, apakah dalam proses
melakukan pembinaan olahraga, sudah menerapkan IPTEK Olahraga atau belum,
science atau hanya experience, dan Biomekanika Olahraga adalah sport science
yang paling pokok. Apa perbedaannya, mari kita lihat dalam matrik berikut.

Tabel. 2-1 : Perbandingan latihan dengan pendekatan Non-Iptek dan Iptek.


Kita ada di mana … ? Ingat, 4-5 thn, seharusnya sudah pemain
nasional dan 8-10 thn, seharusnya sudah pemain dunia.

VARIABEL NON IPTEK IPTEK


SIFAT Tradisional Modern
METODE Coba – Salah Coba – Benar
DURASI Lambat Cepat
KUALITAS Rendah Tinggi

Bagi pelatih yang belum menggunakan Iptek, mulailah dari sekarang


meninggalkan cara lama dan menggunakan Iptek. Jangan takut dan malu, semua
pasti bisa. Jujurlah dengan kemampuan kita sekarang. Biomekanika Olahraga
merupakan ilmu yang paling dahulu yang harus anda pelajari, karena ketika anak
mulai belajar gerak melakukan teknik olahraga, harus benar sejak awal. Jika
tidak, maka akan relatif sulit merubahnya kelak ketika sudah dewasa.

16
C. RUANG LINGKUP BIOMEKANIKA
Biomekanika (Biomechanics) tidak saja digunakan untuk perbaikan
teknik cabang olahraga, tetapi juga banyak digunakan oleh para ahli di luar
bidang ilmu olahraga, misalnya bidang kedokteran, dan desain alat-alat
kebutuhan manusia. Ruang lingkup Biomekanika (area spesialisasi) mencakup:

1. Developmental biomechanics, yaitu biomekanika yang secara khusus


mempelajari perubahan pola-pola gerak selama hidup dan orang-orang
cacat. Misalnya: analisis yang dilakukan terhadap orang-orang yang
menderita celebral palsy.
2. Biomechanics of exercise, yaitu biomekanika yang mempelajari usaha-usaha
untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari latihan dan
mengurangi kemungkinan terjadinya cedera.
3. Rehabilitation mechanics, yaitu biomekanika yang mempelajari pola gerak
orang-orang yang mengalami cedera.
4. Equipment design, yaitu biomekanika yang mempelajari desain peralatan
yang digunakan dalam olahraga. Misalnya: desain raket tenis, bulutangkis,
sepatu atletik, bola, pakaian, sepeda balap, peralatan golf, dan lain-lain.
5. Sports Biomechanics (Biomekanika Olahraga), yaitu ilmu biomekanika yang
digunakan untuk meningkatkan efisiensi gerak atlet ketika menampilkan
cabang olahraga. Misalnya dengan cara, Analisis Teknik, Identifikasi Cidera
Olahraga, dan Evaluasi Program Latihan.

D. STATIKA DAN DINAMIKA

1. Statika
Statika adalah cabang atau bagian dari mekanika yang membahas
tentang kestabilan atau konstanta. Pembahasan bukan sebatas benda diam

17
tidak bergerak, tetapi juga pada benda-benda yang bergerak konstan, dan
tidak mengalami perubahan gerak. Jadi tidak ada penambahan atau
pengurangan kecepatan, serta perubahan arah gerak. Di dalam
pembahasannya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan,
Hukum dan Azas-azas Kestabilan.

Stabilitas berkaitan dengan seberapa besar tahanan yang


diciptakan atlet untuk melawan gangguan lawan terhadap keseimbangannya.
Semakin stabil atlet, maka semakin besar tahanan yang diciptakannya untuk
mengatasi gaya yang mengganggunya. Cabang olahraga yang sangat
memerlukan tingkat stabilitas yang tinggi termasuk gulat, dan judo.

Gbr. 2-4 : Gulat dan Judo sangat membutuhkan tingkat kestabilan yang tinggi.
Oleh karenanya, secara teknik disebut sebagai permainan kestabilan.
Yang kedua, disebut juga sebagai permainan bantingan. Yang ketiga
disebut sebagai permainan kuncian.

18
Faktor-faktor yang menentukan Stabilitas
Kondisi-kondisi yang memberikan stabilitas minimal bagi pesenam
dan stabilitas maksimal bagi pegulat merupakan petunjuk prinsip-prinsip
mekanika yang menentukan stabilitas. Prinsip-prinsip ini penting karena
terjadi dalam setiap keterampilan cabang olahraga. Faktor-faktor tersebut
antara lain:

a. Bahan Benda (Tingkat Koefisien Gesek)


Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin tinggi tingkat koefisien gesek
suatu benda, maka akan semakin stabil.’ Sol sepatu atlet yang terbuat dari
karet murni akan lebih stabil dibandingkan dengan yang terbuat dari bahan
campuran plastik, karena bahan karet murni memiliki tingkat koefisien
gesek yang lebih tinggi dari bahan campuran karet-plastik. Hal ini berlaku
juga pada permukaan lapangan seperti, lantai teraso, kayu, rumput,
karpet, gravel, dan tartan, semua memiliki tingkat koefisien yang berbeda,
dan dapat mempengaruhi kestabilan atlet. Dalam aplikasinya, diperlukan
jenis sepatu yang berbeda-beda untuk permukaan lapangan yang berbeda.

b. Massa Benda
Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin besar massa benda, maka akan
semakin stabil.’ Jadi massa benda berbanding lurus dengan tingkat
kestabilan. Atlet yang massa badannya 100 kg akan lebih stabil bila
dibandingkan dengan atlet yang mempunyai massa badan 75 kg, dan atlet
yang massa badannya 75 kg akan lebih stabil bila dibandingkan dengan
atlet yang mempunyai massa badan 50 kg, dan seterusnya. Massa dalam
pemahaman mekanika adalah suatu kuantitas dasar materi sebuah benda.
Selama tidak ada perubahan fisik, besaran massa sebuah benda akan tetap
hingga akhir jaman, meskipun dipindahkan keplanet-planet lain di luar
angkasa.

19
c. Gravitasi
Gravitasi bumi, pertama kali ditemukan oleh Sir Isac Newton (1643-
1727) dalam ’tragedi buah apel’. Maksudnya, ia menemukannya secara
tidak sengaja tertimpa buah apel di kebunnya, ketika ia sedang belajar.
Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin besar gravitasi, maka akan
semakin stabil.’ Namun demikian, gravitasi merupakan besaran yang
konstan dan relatif sama besarnya dipermukaan bumi (kecuali planet lain).
Biasanya gravitasi digabungkan dengan massa, sehingga menjadi apa yang
disebut dengan Berat. Berat dengan massa memiliki definisi yang berbeda
dalam mekanika. Dalam pemamahaman mekanika Berat adalah hasil
perkalian antara Massa dan Gravitasi, dalam rumus ditulis W = m x g.

d. Bentuk atau Susunan Segmen Benda


Alat-alat yang digunakan dalam olahraga bentuknya bermacam-
macam. Demikian pula sikap tubuh atlet ketika ia melakukan suatu
gerakan. Setiap bentuk dan sikap tubuh memiliki tingkat stabilitas yang
berbeda-beda. Berkaitan dengan hal ini maka, azas hukumnya berbunyi,
1) ‘Semakin bundar atau bulat bentuk sebuah benda, maka akan semakin
labil benda tersebut.’ Kemudian, 2) ‘Semakin menjauhi bidang tumpu,
proyeksi gabungan PMB tiap segmen, maka akan semakin labil benda
tersebut.’

5 6

1 2 3
4

Gbr. 2-5 :
Benda no. 1 paling labil, benda no. 4 paling stabil.
Benda no. 5 dan 6 adalah benda yang tingkat kestabilannya rendah.

20
e. Luas Bidang Tumpu
Bidang tumpu merupakan hal yang penting dalam cabang olahraga
yang menuntut stabilitas. Mobil Formula 1 dirancang sangat stabil, dengan
melebarkan letak bannya ke samping. Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin
luas bidang tumpu, maka akan semakin stabil keadaan sebuah benda.’ Jadi
atlet pun, ketika bergerak dapat meningkatkan stabilitasnya bila ukuran
bidang tumpuannya diperluas.

Gbr. 2-6 :
Bidang tumpuan merupakan daerah yang ditunjukkan
oleh garis putus-2, yang menghubungkan bagian sisi kaki.

f. Pusat Massa Benda


Azas hukumnya berbunyi, 1) ‘Semakin rendah letak Pusat Massa
Benda (Center of Gravity), maka akan semakin stabil benda tersebut.’
Kemudian azas yang lain berbunyi, 2) ‘Semakin dekat ke pusat bidang
tumpu, proyeksi (garis gravitasi) pusat massa benda (CG), maka akan
semakin stabil benda tersebut.’ Atlet, ketika mendapat gaya dorong
eksternal, ia mempertahankan stabilitasnya dengan cara 1) merendahkan
tubuhnya, dan 2) menjaga agar garis vertikalnya, melalui titik berat atlet,
tetap jatuh di dalam bidang tumpuannya.

21
Gbr. 2-7 :
Lokasi dan proyeksi titik berat badan atlet. Kiri labil, kanan lebih stabil.

g. Tenaga Luar
Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin besar tenaga luar yang bekerja
pada sebuah benda, maka semakin labil keadaan benda tersebut.’ Atlet
dapat meningkatkan stabilitasnya bila garis gravitasinya dipindahkan ke
arah datangnya gaya. Melebarkan bidang tumpuan dan memindahkan
letak titik berat badan ke arah datangnya gaya, merupakan contoh untuk
prinsip ini.

Gbr. 2-8 :
Seseorang sedang memberikan tenaga luar kepada lawan tanding gulat dan judo.

22
h. Keseimbangan (balance)
Keseimbangan dan stabilitas merupakan dua istilah yang hampir
sama tetapi mempunyai arti yang berlainan. Keseimbangan berkaitan
dengan koordinasi dan kontrol. Jadi daya balance ini hanya ada pada
makhluk hidup. Seorang atlet yang mempunyai keseimbangan yang baik,
dapat mempertahankan keadaan equilibriumnya dan menetralkan gaya-
gaya yang akan mengganggu penampilannya. Seorang atlet harus
mempertahankan keseimbangannya dalam keterampilan yang dinamis
(seperti keseimbangan pada palang sejajar). Lawan yang dihadapi atlet
ketika mencoba mempertahankan keseimbangannya adalah gaya
eksternal. Gravitasi, gesekan, tahanan udara, atau gaya yang diberikan
lawan untuk mengganggu penampilannya. Dengan demikian maka azas
hukumnya berbunyi, ‘Semakin baik tingkat koordinasi dan daya kontrol
seseorang, maka akan semakin tinggi tingkat kestabilannya.’

i. Pandangan
Pandangan merupakan bagian dari sistem keseimbangan tubuh.
Stimulus berupa informasi lingkungan, yang datang dari luar masuk melalui
mata dan diteruskan menuju pusat sistem syaraf keseimbangan
(equilibrium). Informasi tersebut diperlukan untuk mengetahui tingkat
stabilitas tubuh, untuk kemudian diteruskan lagi menuju sistem syaraf
motorik, hingga ke otot, sebagai respon untuk menjaga stabilitas tubuh.
Agar stabilitas dapat terjaga dengan baik maka stimuslus (informasi) tidak
boleh berubah-ubah. Oleh karena itu azas hukumnya berbunyi, ‘Keadaan
seseorang akan stabil apabila pandangannya ditujukan pada satu titik
tertentu.’ Seorang pesenam yang melakukan kontra salto, akan berhasil
lurus jika ia tidak menoleh ke samping. Demikian pula seorang pembalap
sepeda, jika ia menoleh ke samping maka lintasannya akan menjadi

23
berbelok. Seorang atlet senam yang berjalan di atas balok titian (beam),
pandangannya harus tetap lurus ke depan (tidak melihat ke bawah) , jika
tidak maka ia akan segera oleng dan jatuh.

Gbr. 2-9 :
Seorang atlet senam sedang
berjalan di atas balok titian.
Pandangan selalu tetap ke
depan.

2. Dinamika

a. Gerak

Dinamika identik dengan gerak, yakni gerak yang tidak konstan dan
selalu berubah. Dalam mekanika, gerak dibahas dan dipelajari melaui 2 sisi,
yakni; 1) Kinematika, yaitu yang membahas tentang gerak benda itu sendiri
berkaitan dengan masalah ruang dan waktu, tanpa melihat apa penyebab
bergeraknya benda tersebut. Aspek-aspek yang terdapat di dalamnya
adalah; Jarak, Kecepatan, Waktu, dan Percepatan. 2) Kinetika, yaitu yang
membahas tentang hal-hal yang menyebabkan terjadinya gerak sebuah
benda. Aspek-aspek yang terdapat di dalamnya adalah; Gaya, Power,
Momentum, Tekanan, dan seterusnya.

Dalam Kinematika, sejatinya gerak hanya ada dua macam, yaitu


Gerak Lurus (linier) dan Gerak Melingkar (anguler). Namun seorang atlet
dapat bergerak dengan tiga cara yang berbeda. Geraknya bisa linier (yaitu

24
dalam garis lurus), bisa anguler (dalam bentuk rotasi), atau bisa juga
gabungan/kombinasi, yang disebut juga sebagai gerak umum (general
motion). Dalam olahraga, kombinasi kedua gerak ini yang paling sering
terjadi, dan gerak anguler yang paling dominan dilakukan oleh atlet. Hal ini
terjadi karena gerak atlet berasal dari ayunan, aksi putaran anggota tubuh
ketika berputar melalui sendinya. Bahkan seluruh gerak yang dilakukan
oleh setiap bagian tubuh atlet (segmen), adalah gerak anguler atau
melingkar.

b. Gerak Lurus (Linier Motion)

Gerak linier disebut juga translasi, menggambarkan situasi dimana


seluruh bagian benda bergerak dengan jarak, arah, dan waktu yang sama.
Seperti yang dapat kita bayangkan, hal ini sukar terjadi pada atlet, karena
beberapa bagian anggota tubuh dapat bergerak ketika bagian tubuh
lainnya tidak bergerak. Tetapi contohnya ada, seorang atlet sepatu roda
berada pada posisi diam ketika rodanya meluncur dalam garis lurus adalah
gerak translasi.

Ada dua macam gerak lurus yaitu; Gerak Lurus Beraturan (GLB), dan
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Keduanya selalu terjadi dalam
kegiatan olahraga. Namun pada kenyataannya, lebih sering terjadi gerak
lurus yang berubah beraturan. GLB memiliki kecepatan yang konstan,
sedang GLBB kecepatannya selalu berubah-ubah.

Seorang pelari sprint 100 m, melakukan gerak lurus yang tidak


konstan. Kecepatannya berubah. Pada awal meninggalkan garis start,
penambahan kecepatannya sangat tinggi, hingga kurang lebih 5 detik.
Kemudian kecepatannya konstan, dan setelah itu, 2-3 detik terakhir,
kecepatannya menurun.

25
10

Kec.
m/t

Jarak 100 m

Gbr. 2-10 :
Perubahan kecepatan pada lari sprint 100 m, (garis merah).

c. Gerak Melingkar (Angular Motion)

Gerak rotasi, spin, salto, dan twist, merupakan nama lain untuk
gerak anguler. Seluruh istilah tersebut menunjukkan bahwa sebuah benda
atau seorang atlet sedang berputar beberapa derajat. Dalam olahraga
seperti senam, loncat indah, atlet sering melakukan setengah putaran (180
derajat), putaran penuh (revolution) 360 derajat.

Untuk menciptakan gerak anguler, maka gerakan harus terjadi di


sekitar poros. Tubuh atlet mempunyai banyak persendian dan seluruhnya
bekerja sebagai poros. Gerak rotasi yang paling sering terlihat adalah di
sekitar sendi bahu, lengan bawah sekitar sendi sikut, dan tangan sekitar
sendi pergelangan tangan. Sendi panggul beraksi sebagai poros bagi
tungkai, sendi lutut untuk tungkai bawah, dan sendi pergelangan kaki
untuk kaki. Gerakan tergantung pada gerak rotasi dari tiap segmen (yaitu
kaki, tulang kering, dan paha) anggota tubuh atlet ketika bergerak pada
sendinya.

26
Gbr. 2-11 :

Seorang pesenam
melakukan gerak
rectilinear, dan rotasi.

d. Gerak Umum (General Motion)

Gerak umum sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam


dunia olahraga pun sering kita lakukan. Contoh gerak umum misalnya
seperti, Gerak Lengkung, Gerak Slalom, Gerak Parabola, dan sebagainya.
Anda mungkin tidak pernah berfikir bahwa gerak lengkung, gerak slalom,
dan gerak parabola, adalah gabungan dari dua buah gerak lurus. Seorang
penerjun bebas, sebelum ia membuka payungnya, gerak yang dialami
tubuhnya merupakan gerak lengkung, gabungan antara gerak lurus
horizontal dan gerak lurus jatuh bebas. Demikian pula gerak slalom yang
dilakukan oleh atlet ski air, merupakan gabungan antara gerak lurus ke
arah depan dengan gerak lurus bolak-balik ke arah kiri dan kanan. Juga
sama dengan gerak parabola, yang terjadi pada gerak peluru, cakram dan
lembing, semua merupakan gabungan gerak lurus horizontal dan gerak
lurus vertical, yang dipengaruhi gaya gravitasi.

27
Jenis gerak gabungan juga dapat diamati pada lari sprint. Pada
nomor lari 100 m, atlet berlari dari star sampai finish secepat mungkin.
Meskipun atlet mengetahui bahwa jarak terpendek antara start dan finish
adalah garis lurus dan harus ditempuh dengan gerak linier, maka sangatlah
tidak mungkin untuk berlari dengan menggunakan gerak linier. Jika kita
amati pelari sprint, maka akan terlihat naik turunnya posisi tubuh atlet dari
satu langkah ke langkah lainnya. Beberapa gerakannya adalah linier, tetapi
sebagian besar adalah anguler. Secara keseluruhan, gerak sprint atlet
termasuk gerak kombinasi.

Terjun bebas (free fall) pada saat awal jatuh dari pesawat, juga
sebenarnya merupakan pola gerak gabungan, yang dapat diamati. Gerak
tersebut merupakan gabungan dari gerak lurus horizontal (laju pesawat)
dan gerak lurus berubah beraturan (jatuh bebas).

Gbr. 2-12 :
Beberapa contoh gerak umum
(General motions)

1) Gerak tangan pelari.


2) Gerak Bola Football.
3) Gerak Penerjun Freefall.

28
3. Gerak Parabola (Projectile)

Gerak parabola sebenarnya merupakan gerak umum atau gerak


gabungan, namun oleh karena gerak ini unik dan sering ditemui dalam
kegiatan olahraga sehari-hari, maka kiranya perlu dibahas secara khusus.
Semua gerak benda yang melayang ke udara (selain vertical dan horizontal),
akan membentuk sebuah lintasan parabola.

Dalam berbagai cabang olahraga, seringkali atlet dan alat-alat yang


digunakannya diproyeksikan (bergerak melayang di udara), yang selanjutnya
disebut sebagai proyektil. Proyektil bisa berupa bola golf, bola basket,
lembing, atau pelompat dan pesenam. Cabang-cabang olahraga ini menuntut
atlet untuk memanipulasi, mengontrol, atau menilai lintasan melayang yang
terjadi. Contoh, pelompat tinggi bertujuan untuk memperoleh ketinggian,
jarak, dan rotasi, sehingga dapat berhasil melompat melewati atas mistar.
Pemanah menempatkan busur dan anak panah serta menarik tali busur
dengan jarak yang sesuai, sehingga anak panahnya bisa tepat mengenai
sasaran. Penjaga gawang dalam sepakbola harus dapat memperkirakan
kecepatan dan jalur melayangnya bola, agar tidak kemasukan gol. Dalam
berbagai cabang olahraga tersebut, beberapa faktor mempengaruhi sifat-sifat
jalur melayangnya adalah : sudut, kecepatan, dan ketinggian saat lepas.

Dalam lompat jauh, pada tahap melayang merupakan pola gerak


parabola, yang take-off dan landing-nya berada pada ketinggian yang sama.
Secara teori, kecepatan awal sangat menentukan jauhnya lompatan. Lalu
sudut elevasi, sejatinya untuk lompatan terjauh harus 45 o. Namun demikian
hal tersebut tidak mungkin dapat dilakukan, disebabkan karena kecepatan
tolakan vertikal tidak dapat menyamai kecepatan awalan horizontal. Selama
ini yang tercatat hanya sebesar 20 o-22o saja. Agar sudut lepas (melayang)
mendekati 45o, maka tolakan kaki harus sekuatnya dan secepat mungkin

29
dilakukan, dan yang lebih penting lagi adalah tolakan kaki benar-benar murni
diarahkan vertikal ke atas.

Gbr. 2-13 :
20o

Dua buah gaya yang dilakukan oleh


pelompat jauh, horizontal dan
vertical, menghasilkan Resultan
Gaya berwarna merah sebesar +20o.
L1 merupakan jarak horizontal pada
saat take-off.

L1

4. Inersia, Gaya, Power dan Momentum

a. Inersia (Kelembaman)
Inersia adalah kecenderungan benda untuk tetap dalam keadaan
semula. Jika ia diam, maka akan tetap diam selamanya, hingga ada
kekuatan tenaga luar yang bekerja mempengaruhinya. Jika ia bergerak,
maka akan tetap bergerak lurus dengan kecepatan tetap selamanya,
hingga ada gaya luar yang bekerja mempengaruhinya. Hal ini tertuang
dalam hukum gerak Newton I. Inersia bersifat sebagai hambatan, karena
ia juga merupakan besaran. Dalam gerak melingkar, disebut sebagai
Momen Inersia, yang juga memiliki sifat yang sama.
Momen inersia ini dapat dianggap sebagai hambatan rotasi. Istilah
ini menjelaskan kecenderungan seluruh benda atau atlet yang pada
awalnya menghambat rotasi dan seterusnya ingin melanjutkan rotasi.
Prinsip mekanika ini terjadi dalam setiap situasi dimana atlet melakukan
rotasi, spin, atau twist, dan dalam setiap situasi dimana bat, golf club, dan

30
alat lainnya diayunkan. Pendek kata, momen inersia selalu ada dalam
seluruh situasi olahraga dimana terjadi gerak anguler.

Terdapat dua faktor penting yang menentukan seberapa besar


inersia yang dimiliki benda yang berputar. Faktor-faktor tersebut adalah:

1). Massa Benda


Semakin besar massa yang dimiliki sebuah benda, maka semakin
besar tahanan yang menghambat gerak rotasinya. Selain itu pula, semakin
besar massa, semakin besar pula keinginan benda untuk tetap berputar.
Sebuah bat baseball lebih sulit untuk diayunkan dari pada bat yang ringan.
Setelah pemukul memberikan efek putaran yang memadai agar bat
bergerak, maka bat yang berat tetap ingin terus bergerak. Semakin berat
bat, maka semakin kuat atlet untuk menggerakkan, mengontrol dan
menghentikan bat.

2). Distribusi Massa


Distribusi massa yaitu bagaimana massa tersebar seberapa dekat
atau jauh terhadap poros rotasinya. Dua club golf A dan B, panjang dan
bentuknya sama, dan pada timbangan menunjukkan berat yang sama.
Club B, massanya lebih banyak terkumpul di sekitar ujung clubnya. Club B
mempunyai momen inersia yang lebih besar dari pada club A, karena
hampir seluruh massanya terdistribusi ke ujung clubnya. Bila Club B
diayunkan, maka pada awalnya akan mengalami kesulitan, juga akan
kesulitan untuk mengontrolnya selama diayunkan, dan mengalami
kesulitan apabila akan menghentikan ayunannya.

Pemahaman ini tentunya dapat digunakan ketika pelatih atau para


Pembina memilih calon atlet berbakat, khususnya dalam melihat bentuk
tubuh (somatoype) atlet. Bentuk kaki yang ramping di bagian ujung (betis),

31
akan lebih ringan digerakkan, dibandingkan dengan bentuk kaki yang agak
besar. Dengan demikian maka betis yang ramping memiliki keuntungan
dalam hal kecepatan dan kelincahan. Di negara-negara maju, telah lama
menerapkan pengetahuan ini pada cabang olahraga yang membutuhkan
kecepatan dan mobilitas tinggi, seperti nomor lari pada atletik, sepakbola,
futsal, bola basket, bulutangkis, tenis lapangan, dan tenis meja.

Gbr. 2-14 : Bentuk kaki yang ideal untuk seorang atlet cabang-cabang
Olahraga yang butuh kecepatan dan mobilitas tinggi.

b. Gaya (Force)
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan gaya? Dalam pemahaman
mekanika, gaya adalah Kuantitas yang dapat memungkinkan bergeraknya
sebuah benda. Kita sebenarnya tidak bisa melihat gaya, tetapi kita bisa
melihat dan merasakan efeknya. Sebuah gaya merupakan dorongan atau
tarikan yang mengubah atau cenderung untuk mengubah keadaan gerak
suatu benda atau atlet.
Dalam olahraga weight-lifting, kita contohkan dua lifter yang
sedang mengerahkan kekuatan ototnya untuk mengangkat sebuah barbel
dengan arah vertikal. Kombinasi kedua gaya menunjukkan jumlah dan

32
diangkat pada arah tertentu. Ketika arah dan jumlah gaya yang diterapkan
diketahui, maka kombinasi keduanya disebut vektor gaya. Istilah vektor
menunjukkan kuantitas yang mempunyai arah. Dalam kasus ini, jumlah
gaya tertentu divektorkan dengan arah vertikal.
Ada banyak gaya yang kita kenal, yang ditemukan dalam olahraga,
di antaranya adalah, Gaya Gravitasi, Gaya Internal dan Eksternal, Gaya
Sentrifugal dan Sentripetal, serta Gaya Gesek.

1) Gaya Gravitasi
Gaya Gravitasi yang disebut juga sebagai gaya tarik bumi,
merupakan salah satu gaya tahanan yang paling besar yang harus diatasi
oleh atlet. Untuk lompat ke udara setinggi mungkin, mempertahankan
stabilitas dan keseimbangan, melempar benda sangat jauh, seluruhnya
memerlukan pemahaman bagaimana gaya-gaya itu bekerja.
Gaya tarik bumi akan menarik atlet pada titik berat tubuh atlet.
Dalam posisi apa saja, berdiri ataupun sedang bergerak, maka gaya
gravitasi selalu terpusat pada titik berat atlet. Tubuh atlet berbeda dengan
besi tolak peluru (titik beratnya tepat di tengah-tengah besi), karena tubuh
atlet tidak terbuat dari bahan yang sama, dan juga massanya tidak
terdistribusikan merata dari kepala sampai ujung kaki. Tetapi tubuh atlet
tersusun dari bentuk-bentuk dan substansi yang berbeda seperti tulang,
otot, lemak, jaringan, yang seluruhnya tidak sama densitasnya. Tulang dan
otot lebih padat dari lemak, sehingga lebih besar massanya dan mengisi
setiap ruangan yang ditempatinya. Bumi akan menarik lebih kuat bagian-
bagian tubuh atlet yang lebih berat. Ini berarti bahwa letak titik berat atlet
tidak selalu sama dari berbagai permukaan tubuh atlet, seperti pada besi
peluru. Jika seorang atlet mempunyai massa lebih besar di bagian togok
dan tubuh bagian atas dari pada bagian tungkainya, maka letak titik berat
atlet akan lebih terpusat ke arah tubuh bagian atas. Jika bagian tungkainya

33
lebih berat, maka sebaliknya. Meskipun letak titik berat atlet tidak sama
jaraknya dari bagian-bagian tubuhnya, tetapi massa tubuhnya akan
seimbang di sekitar titik beratnya.
Cabang-cabang olahraga yang memanfaatkan gaya gravitasi di
antaranya adalah Terjun Payung dan Loncat Indah.

Gbr. 2-15 : Dalam beberapa detik, atlet berusaha melakukan maneuver


gerakan yang telah ditentukan.

2) Gaya Internal dan Eksternal

Yang disebut sebagai gaya internal adalah gaya yang terdapat di


dalam sebuah benda, yang terjadi dari sebuah sistem gerak. Sedangkan
gaya eksternal adalah gaya yang berada di luar sebuah benda, dalam
sebuah sistem gerak, yang setiap saat dapat ditransfer masuk ke benda
lain dan menjadi gaya internal bagi benda tersebut.
Kapan saja atlet menampilkan suatu keterampilan, maka atlet
menciptakan gaya internal (internal force) dalam tubuhnya dengan
mengkontraksikan otot-ototnya. Otot-otot menarik melalui tendon dan
tendon menarik tulang. Gaya- gaya yang diciptakan atlet ditujukan untuk
melawan gaya eksternal (external force) yang diciptakan gravitasi, gaya

34
reaksi dari tanah, gesekan, tahanan udara, dan dalam berbagai cabang
olahraga, kekuatan dorongan yang diciptakan pemain lawan.
Tumbukan bola-bola bilyard merupakan contoh yang jelas dari
pemahaman tentang gaya internal dan eksternal. Ketika seorang atlet
menyodokkan stiknya pada bola putih, maka tangan atlet merupakan gaya
eksternal bagi stik, dan stik itu sendiri merupakan gaya eksternal bagi bola
putih. Bola putih kemudian memiliki gaya internal setelah menerimanya
dari stik. Stik juga memiliki gaya internal setelah menerimanya dari gerak
ayunan tangan atlet. Dengan demikian sumber dari gaya internal adalah
otot tangan.
Contoh lain dari terjadinya gaya internal dan eksternal adalah pada
olahraga soccer, rugby, dan basketball, ketika terjadi dorongan antar
pemain. Demikian pula ketika melakukan shooting bola ke gawang atau
keranjang lawan, dan seterusnya.

Gbr. 2-16 : Gaya Internal ditransfer dari tangan ke stik, lalu ke bola putih,
kemudian ke bola merah-putih.

35
3) Gaya Sentrifugal dan Sentripetal
Benda yang mengalami gerak rotasi pada porosnya juga tunduk
terhadap gaya linier. Bila suatu benda diikat dengan tali dan diputar
kemudian dilepaskan, maka benda itu akan lepas dari jalur lingkarannya
dan membentuk singgungan (tangen) dengan jalur lingkarannya pada titik
dimana benda itu lepas. Hal ini terjadi akibat adanya gaya sentrifugal
(centrifugal force) yang selalu bekerja ketika benda bergerak melingkar
atau melengkung. Besarnya gaya ini berbanding lurus antara massa benda
yang bergerak dengan kecepatannya, dan berbanding terbalik dengan
jarak benda dari poros putarannya (jari-jari radius).
Bila sebuah bola diikat dengan tali dan diayun melingkar, maka tali
memberikan Gaya Sentripetal (centripetal force) pada bola tersebut, yang
menyebabkan bola tetap berada pada jalur lingkarannya, dan bola
memberikan gaya sentrifugal pada tali yang menyebabkan tali menjadi
tegang. Jika tali itu putus dan bola akan lepas pada titik singgung jalur
lingkarannya dimana kedua gaya berhenti bekerja. Menurut hukum
Newton III, kedua gaya ini besarnya sama dan berlawanan arah yang
disebut sebagai gaya aksi dan reaksi.
Pengaruh kedua gaya di atas pada aktivitas olahraga banyak
sekali. Pada saat pemain tenis mengayunkan raketnya ke udara dengan
jalur melingkar, maka tangan yang memegang raket memberikan gaya
sentripetal untuk mempertahankan raket yang memutar pada jalur
lingkarannya, dan raket memberikan gaya sentrifugal terhadap tangan.
Jika peralatan olahraga yang diayun lebih berat, seperti lontar martil, maka
jumlahnya kedua gaya ini akan meningkat, sehingga atlet harus
memiringkan tubuhnya menjauhi martil yaitu untuk menghindari tarikan
yang diakibatkan oleh gaya sentrifugal. Demikian pula, pesenam yang
besar tubuhnya melakukan gerakan memutar pada palang tunggal

36
memerlukan pegangan yang lebih kuat untuk melawan gaya sentrifugal
dari putaran tubuh yang diberikan terhadap palang.

Gbr. 2-17 : Atlet Lontar Martil berputar membangun Gaya Sentrifugal. Gaya
Sentrifugal bekerja ketika tangan melepas martil dan palang
bertingkat pada Senam.

4) Gaya Gesek

Gaya gesek terjadi ketika orang berjalan, berlari, atau melompat ke


depan. Pada roda sepeda, motor, dan mobil pun terjadi gaya gesek ketika
ia berputar menarik badan kendaraannya. Seorang atlet tidak dapat
berjalan atau berlari dengan cepat jika gesekan atara sol sepatunya
dengan aspal jalan tidak sempurna. Demikian pula pada kendaraan roda
dua dan empat. Semua tidak akan dapat bergerak jiaka tidak terjadi
gesekan di antara kedua benda yang bersentuhan. Hal inilah yang disebut
dengan gaya gesek (friction force). Besarnya gaya ini tergantung dari
materi atau bahan benda yang digunakan. Masing-masing memiliki tingkat
koefisien gesek yang berbeda.
Aplikasi pada cabang tenis adalah jenis sepatu yang digunakan,
yaitu ketika bermain di lapangan hard-cort, clay-cort, dan grass-cort.

37
Sepatu yang digunakan tentunya harus berbeda, khususnya pada jenis
karet sol dan bentuk kembangannya.
Pada olahraga balap motor, dan cabang sepeda nomor road race,
jenis ban yang digunakan tentunya tidak memiliki kembangan (kecuali saat
hujan). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gaya gesek yang maksimal,
sehingga memiliki tarikan percepatan yang tinggi, selain efisien dalam hal
tenaga dan bahan bakar.
Pada cabang tenis meja terjadi ketika pemain melakukan pukulan
topspin (looping). Karet bet serang halus akan menghasilkan putaran bola
yang lebih tinggi ketimbang karet bet serang bintik. Semakin renggang
jarak bintiknya, maka akan semakin rendah putarannya, dan sebaliknya,
semakin rapat jarak bintiknya, maka akan semakin tinggi putarannya.
Bidang kontak bola dengan karet bet serang yang halus terjadi 100%
sempurna, sedang pada karet bet serang bintik terjadi tidak sempurna,
disebabkan karena adanya celah atau rongga antara bintik-bintik tersebut.

Gbr. 2-18 : Karet Bet serang ’halus’ menghasilkan gesekan bola yang maksimal.
Demikian pula Ban motor Superbike atau GP yang ’halus,’ memiliki
gesekan yang tinggi, sehingga menghasilkan kecepatan maksimal.

38
c. Titik Berat Badan (Center of Gravity)

Dimanakah sebenarnya letak titik berat tubuh atlet ? Untuk


kebanyakan atlet laki-laki dewasa yang berdiri dengan kedua lengan di
samping, maka titik beratnya terletak sekitar ketinggian sabuk atau sekitar
1 inch di bawah pusar. Untuk atlet wanita, titik beratnya terletak sedikit
lebih bawah. Alasannya, karena laki-laki lebih berat di sekitar bahu dan
lebih ringan di sekitar panggul, sedangkan wanita sebaliknya.

Gbr. 2-19 :

Letak Pusat Massa Badan.


- Pria : + 57 %
- Wanita : + 55 %
dari tinggi badan.

Letak titik berat atlet jarang tetap pada tempat yang sama selama
beberapa waktu. Bahkan ketika sedang tidur, posisi tubuh sedikit berubah,
maka akan mengubah distribusi massa pada tubuh. Akibatnya, akan terjadi
perubahan letak titik berat badannya.
Jika atlet berdiri tegak dan kemudian menggerakkan tungkainya ke
arah depan satu langkah, maka titik beratnya berpindahn ke arah yang
sama. Jika menggerakkan tungkai dan lengannya, maka titik beratnya

39
berpindah ke depan bahkan lebih jauh karena lebih banyak massa yang
dipindahkannya.
Berdasarkan hukum gaya yang berlaku, agar semua teknik gerakan
lebih sempurna dan maksimal, maka Pusat Massa Badan (CG) harus selalu
dipindahkan searah dengan arahnya pukulan, dorongan, dan seterusnya.
Jika tidak, maka hasilnya tidak akan maksimal, atau harus mengerahkan
tenaga yang lebih besar.

d. Power (Daya Ledak)


Hampir semua cabang olahraga membutuhkan Power. Power
sangat dibutuhkan oleh cabang-cabang olahraga yang bersifat eksplosif
seperti Atletik, Bolabasket, Sepakbola, Tenis, Bulutangkis, dan Tenis meja.
Power dalam istilah olahraga adalah daya ledak otot. Maksudnya
adalah kemampuan otot dalam satu kali kontraksi maksimal yang sangat
cepat, dengan suatu tahanan (beban) tertentu. Dalam istilah umum power
dikenal sebagai perpaduan antara kekuatan dan kecepatan (P = St x Sp).
Jelas, untuk membangun powernya seorang atlet harus melakukan latihan
beban dan kecepatan, serta latihan perpaduan antara keduanya seperti
plyometrik.
Ketika seorang pelompat tinggi menolakan kakinya ke atas untuk
melewati mistar, maka ketika itu ia sedang mengerahkan kemampuan
power yang ada pada dirinya. Sama ketika petolak peluru menolakkan
pelurunya, atau pelempar cakram dan lembing saat melempar cakram dan
lembingnya. Sama juga ketika seorang pemain bola basket pada saat
melakukan jumpshot. Demikian juga ketika shooting dilakukan oleh pemain
sepakbola, smash yang dilakukan oleh pemain bulutangkis dan tenis meja.
Semakin besar power yang dimiliki seorang atlet, maka akan semakin baik
dan menguntungkan.

40
Gbr. 2-20 : Cabang olahraga yang mengerahkan Power maksimal, diantaranya
Bolabasket (melompat) dan Lempar Lembing.

e. Momentum (Kuantitas Gerak)

Pengertian momentum dalam Biomekanika olahraga sangatlah


berbeda dengan istilah yang digunakan pada masyarakat umum. Momentum
di sini artinya jumlah gerak atau kuantitas gerak sebuah benda. Hanya benda
yang bergeraklah yang memilki momentum. Besar momentum gerak lurus
merupakan perbandingan lurus antara massa benda dengan kecepatan
liniernya (M = m x V). Sedang momentum gerak melingkar adalah merupakan
perbandingan lurus antara momen inersia dengan kecepatan sudut atau
angulernya (L = I x ω).
Dalam olahraga prestasi, besar momentum gerak linier sangat
diperlukan pada cabang olahraga yang melakukan benturan atau tumbukan,
seperti sepakbola pada saat kontak badan dan shooting, bolabasket ketika
kontak badan, tenis ketika kontak raket dengan bola, softball ketika kontak
bat dengan bola.
Mengapa atlet sepakbola yang lebih tinggi memiliki tendangan yang
relatif lebih keras? Mengapa atlet Eropa memiliki pukulan yang relatif lebih

41
keras pada cabang softball, tenis dan tenis meja, dibanding atlet Asia? Pada
shooting sepakbola, tidak lain oleh karena ia memiliki momemtum yang lebih
besar pada ujung kakinya, disebabkan oleh massa kaki yang lebih besar, dan
kecepatan linier di ujung kaki yang lebih tinggi. Hal ini berlaku juga pada
ketiga cabang lainnya.
Khusus pada cabang tenis, berkaitan dengan disain raket. Mengapa
massa raket tenis yang tersebar di Amerika dan Eropa lebih berat dari pada
yang ada di Asia? Apa maksud dibuatnya jenis raket long body? Semua
didisain tidak lain untuk menghasilkan linier momentum yang lebih besar,
yang pada akhirnya menghasilkan kecepatan bola yang lebih keras ketika
dipukul.

5. Sistem Tuas

Penggunaan tuas terjadi dalam seluruh cabang olahraga. Untuk


memahami bagaimana sistem tuas ini bekerja pada tubuh manusia dan
melihat bagian-bagian apa yang berguna dalam olahraga, kita lihat dahulu
komponen-komponen sistem tuas.
Tuas merupakan sebuah mesin sederhana yang memindahkan dan
mengubah energi mekanik dari satu tempat ke tempat lainnya. Tuas selalu
mengkombinasikan sebuah benda kaku yang berputar pada sebuah poros dan
menciptakan gerak anguler. Otot-otot, tulang-tulang, dan persendian atlet
saling bekerja sama sebagai tuas. Sebuah poros dalam tuas pada tubuh
manusia adalah sendi. Dalam sistem tuas, gaya diterapkan pada salah satu
tempat pada tuas dan tahanan memberikan gayanya pada tempat lainnya.
Aksi dari pada gaya membantu tuas untuk berputar pada salah satu arah.
Gaya yang diciptakan oleh tahanan mencoba untuk memutar tuas dengan
arah berlawanan. Gaya dan tahanan saling berlawanan.

42
Pada tubuh atlet, gaya diciptakan oleh kontraksi otot. Jarak tegak
lurus dari mana gaya diterapkan terhadap poros dinamakan lengan gaya
(force arm). Begitu pula, jarak tegak lurus dari mana tahanan memberikan
gayanya terhadap poros dinamakan lengan beban (resistance arm).

Jenis-jenis Tuas

Tuas merupakan batang yang kaku yang memiliki tiga buah titik
penentu, yaitu titik gaya, titik beban, dan titik poros (as). Tuas dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu tuas kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Klasifikasi ini
didasarkan pada bagaimana titik gaya, beban, dan poros ditempatkan pada
batang tuas. Dalam tubuh atlet, kita amati bahwa tuas kelas tiga yang paling
banyak. Sekalipun demikian, dalam penampilan keterampilan cabang
olahraga, ditemukan bahwa ketiga tuas ini digunakan.

a. Tuas Kelas Satu


Pada tuas kelas satu, poros terletak antara gaya dan beban. Lengan
gaya dan lengan beban dapat sama sama panjang atau tidak sama panjang.
Jika lengan gaya lebih panjang dari lengan beban, maka tuasnya tuas gaya.
Jika lengan gaya lebih pendek dari lengan beban, maka tuasnya tuas
kecepatan. Apa yang hilang dari gaya, maka akan menciptakan kecepatan dan
jarak, dan sebaliknya. Contoh tuas kelas satu : triceps extension.

F Gbr. 2-21 :
R A
Contoh Tuas
Kelas Satu.

43
b. Tuas Kelas Dua
Tuas kelas dua ditandai dengan letak gaya dan beban berada pada
samping poros yang sama, dengan lengan gaya selalu lebih panjang dari
lengan beban. Gaya yang diterapkan bekerja pada salah satu arah dan
tahanan pada arah yang berlawanan. Tuas kelas dua adalah tuas yang
menghasilkan gaya. Semakin besar lengan gaya, maka semakin besar
kekuatan yang dihasilkan. Ini berarti bahwa seorang atlet yang menggunakan
tuas kelas dua menerapkan sedikit gaya dengan jarak yang besar untuk
memindahkan beban yang lebih berat. Contoh tuas kelas dua: calf rise, dan
push-up.

A R F

Gbr. 2-22 :
Contoh Tuas Kelas Dua.

c. Tuas Kelas Tiga

Pada tuas kelas tiga, porosnya berada pada salah satu ujung sisi
tuas dan bebannya berada pada ujung sisi lainnya. Gaya yang diterapkan
beraksi antara poros dan beban. Seperti tuas kelas dua, gaya dan beban
menarik dan mendorong dalam arah yang berlawanan. Tuas kelas tiga selalu
menggerakkan beban dengan ruang gerak yang lebih besar. Sebaliknya, gaya
yang diterapkan selalu lebih besar dari pada bebannya. Contoh tuas kelas
tiga: bicep curl

44
A F R

Gbr. 2-23 :
Contoh Tuas Kelas Tiga.

E. AERODINAMIKA DAN HIDRODINAMIKA

1. Gaya-Gaya Yang Bekerja


Aerodinamika adalah bahasan mekanika tentang gerak-gerak benda
yang berada dalam ruang udara, dan Hidrodinamika adalah bahasan
mekanika tentang gerak-gerak benda yang berada di air atau zat cair. Pada
prinsipnya Aerodinamika dan Hidrodinamika sama. Hukum-hukum yang ada
dapat berlaku sama. Ada lima gaya yang bekerja pada saat bersamaan ketika
benda berada baik di dalam media udara maupun dalam media air. Gaya-gaya
tersebut adalah; gravity, buoyant, lift, propulsion, dan drag.

2 3 4
3
5 2
4

1 5
1

Gbr. 2-24 :
Gaya-gaya yang bekerja pada media air dan udara adalah relatif sama.
1) Gravity, 2) Buoyant, 3) Lift, 4) Propulsion, 5) Drag. Gaya buoyant
pada pesawat udara besarnya nol (0). Karena Berat Jenis pesawat udara
jauh lebih besar dibandingkan dengan Berat Jenis udara.

45
a. Gravity
Gravity atau gravitasi, adalah gaya tarik bumi yang arahnya selalu ke
bawah dan besarnya konstan 9,8 m/t2. Setiap benda, di mana pun ia
berada, apa pun bentuknya, termasuk air dan udara akan selalu mendapat
gaya gravitasi ini. Jika tidak ada gravitasi, maka setiap benda akan terus
melayang ke atas dan tidak akan jatuh ke bumi lagi. Cabang olahraga yang
berkaitan dengan aerodinamika dan hidrodinamika, yang memanfaatkan
gaya gravitasi ini adalah; Terjun Payung, Selam, Balap Mobil dan Balap
Motor. Khusus balap mobil dan motor adalah pada gesekan ban dengan
aspal yang terjadi untuk mendapatkan tarikan percepatan yang tinggi dan
sebagai salah satu unsur kestabilan yang harus ada. Jika tidak ada gravitasi
maka tidak akan terjadi gesekan dan tidak akan terjadi percepatan.

Gbr. 2-25 :
Gaya gravitasi selalu
bekerja ke arah pusat
bumi.

Gbr. 2-26 :
Jika tidak ada gravitasi, maka
pada ban belakang tidak akan
terjadi gesekan yg sempurna.
Dengan demikian sepeda pun
tidak dapat bergerak dengan
cepat.

46
b. Buoyant
Buoyant, adalah gaya angkat ke atas yang disebabkan oleh perbedaan
massa jenis benda dan perbedaan tekanan media secara vertikal, dalam
hal ini, air/udara. Gaya angkat buoyant terjadi tanpa disebabkan oleh
pergerakan benda terlebih dahulu. Gaya angkat buoyant lebih tepat
disebut Gaya Apung. Contoh sederhana yang terjadi sehari-hari di dalam
media udara adalah balon gas yang naik terbang ke atas dan zeppelin.
Contoh sederhana yang terjadi sehari-hari di dalam media air adalah bola
tenis yang dimasukkan ke dasar kolam, kemudian dilepas. Besar gaya ini
tergantung oleh massa jenis benda dan perbedaan tekanan ruang secara
vertikal. Contoh cabang olahraga aerodinamika dan hidrodinamika yang
membutuhkan buoyant adalah; Renang, Selam, dan Dayung. Atlet renang
yang bagus adalah yang massa Jenis tubuhnya relatif lebih kecil, karena ia
harus selalu terapung di bawah permukaan air untuk mendapatkan laju
kecepatan yang maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi tubuh dan
besar tulang atlet. Pada olahraga Selam buoyant diperlukan sebagai salah
satu unsur kestabilan sikap tubuh ketika meluncur, agar mendapatkan
kecepatan luncur yang maksimal. Pada cabang olahraga Dayung buoyant
dibutuhkan untuk mengapungkan perahu, agar tidak terlalu masuk ke
dalam air yang menyebabkan tahanan air dan menghambat lajunya
perahu.

Gbr. 2-27 :
Disain perahu yang baik. Ringan, ceper, ramping, dan licin. Hal ini dirancang untuk
mengurangi hambatan yang terjadi (profile drag, surface drag, dan wave drag).

47
c. Lift
Lift, juga merupakan gaya angkat ke atas yang dapat terjadi di dalam air
atau ruang udara. Meskipun sama-sama gaya angkat ke atas, dan sama-
sama disebabkan perbedaan tekanan secara vertikal, namun lift berbeda
dengan buoyant. Buoyant terjadi tanpa ada pergerakan dari benda,
sedangkan lift terjadi karena adanya pergerakan dari benda tersebut
sebelumnya, misalnya gerakan horizontal pesawat dan gerakan berputar
baling-baling helikopter. Pada olahraga dapat ditemukan pada gerak
lembing dan cakram yang sedang meluncur ke udara. Besar gaya ini
ditentukan oleh bentuk (profile) dan kecepatan benda bergerak. Seorang
pelempar lembing dan cakram akan memiliki keuntungan ganda jika dapat
mengerahkan kekuatannya dengan kecepatan yang tinggi. Pertama adalah

karena rumus formula gerak parabola itu sendiri (R=Vi2.sin2α/g), dan


kedua, lembing dan cakram akan mendapat lift yang lebih besar, sehingga
jarak horizontal yang dihasilkan akan lebih jauh.

Gbr. 2-28 :
Lift terjadi akibat pergerakan benda dan bentuk/sikap benda.
Mana yang lebih besar gaya lift-nya.

48
d. Propulsion
Propulsion atau gaya dorong ke depan, merupakan gaya yang disebabkan
oleh dorongan gaya internal atau eksternal. Gaya Propulsion dapat berasal
dari kontraksi otot untuk menggerakkan tubuhnya sendiri, atau juga untuk
melontarkan benda lain seperti lembing dan cakram pada cabang olahraga
atletik, serta untuk mengkayuh dayung dan pedal pada cabang Dayung dan
Sepeda. Besar gaya ini tergantung dari kekuatan dan percepatan yang
dibangun. Gaya ini dapat berasal dari putaran mesin, seperti pada pesawat
terbang, motor boat, motor balap dan mobil balap. Dapat juga berasal dari
angin, seperti pada cabang olahraga Layar dan Selancar Angin. Dalam
olahraga prestasi, gaya inilah yang harus dibangun secara maksimal. Pada
tubuh manusia (atlet), besarnya gaya ini ditentukan oleh; kekuatan otot,
kecepatan bergerak dan frekuensi gerakan segmen tubuh.

Gbr. 2-29 :
Gaya propulsion pada
motor balap, terjadi
akibat dari putaran
mesin, dan gesekan
ban pada aspal.

e. Drag
Drag, merupakan gaya tarik ke belakang dari sebuah benda yang bergerak,
baik pada media air maupun dalam ruang udara. Gaya ini akan terjadi bila
benda bergerak. Pada benda yang diam tidak akan terjadi drag. Drag
merupakan hambatan yang menahan lajunya gerak benda. Besar gaya ini

49
tergantung dari bentuk benda, permukaan benda, dan pusaran atau
gelombang yang terjadi di belakang benda tersebut. Oleh karena itu maka
dinyatakan ada tiga macam drag pada benda yang bergerak, yaitu Profile
Drag, Surface Drag, dan Wave Drag. Pada Profile Drag, dijelaskan bahwa,
bentuk benda yang streamline akan lebih laju dan sebaliknya bentuk
benda yang tidak streamline akan bergerak lebih lambat. Pada Surface
Drag dijelaskan bahwa, permukaan benda yang lebih rata, licin, atau
memiliki pori-pori yang lebih halus, akan bergerak lebih laju dan sebaliknya
permukaan benda yang tidak rata dan kasar akan bergerak lebih lambat.
Pada Wave Drag dicontohkan bahwa, semakin kecil atau sedikit pusaran,
atau kibaran benda yang ada di belakang benda bergerak, maka akan
semakin laju jalan benda tersebut, dan sebaliknya, semakin besar atau
banyak pusaran, atau kibaran benda yang ada di belakang benda bergerak,
maka akan semakin lambat geraknya.

Drag

Gbr. 2-30 :
Drag yang terjadi akibat benda bergerak. Kemana arah drag-nya ?

Buoyant, Lift dan Drag, ketiganya terjadi karena adanya perbedaan


tekanan media udara dan air di sekitar benda. Buoyant dan Lift bersifat
positif, sedang Drag bersifat negatif. Aplikasi dalam olahraga, bagaimana
sedapat mungkin gaya Drag ini dikurangi. Pada teknik renang, kaki tidak boleh

50
keluar dari permukaan air, karena akan membawa masuk udara ke dalam air
yang menyebabkan terjadinya gelembung udara serta menghambat lajunya
kecepatan renang. Shark Skin diciptakan untuk menutup sebagian besar
permukaan tubuh yang kasar, berbulu dan adhesif, yang dapat menyebabkan
terjadinya Surface Drag. Dengan demikian kecepatan renang akan lebih laju.
Sikap tubuh pada teknik renang harus rata-rata air (horizontal), agar tidak
terjadi tahanan ke belakang yang disebabkan oleh Profile Drag.

Gbr. 2-31 :
Perbedaan sikap tubuh pada renang. Mana yang lebih baik.

2. Aliran Udara Dan Air


Bagaimana seorang perenang dapat meluncur ke depan, dan
bagaimana pula perahu dayung dapat melaju ke depan. Faktor apakah yang
menyebabkan pergerakan tersebut. Yang jelas bukan aksi-reaksi seperti yang
berlaku pada hukum Newton III. Hukum Newton III (Aksi-Reaksi) terjadi
ketika kita mengerahkan gaya pada sebuah benda yang memiliki inersia
(tahanan) jauh lebih besar dari gaya yang kita berikan. Gaya tersebut
kemudian dikembalikan sebesar gaya yang sama dengan yang kita berikan.
Contohnya dalam olahraga adalah ketika seorang atlet melompat. Aksi-Reaksi
dapat terjadi juga ketika seseorang, secara alami ingin mempertahankan
kestabilannya (posisinya). Contoh, ketika atlet tenis melakukan pukulan
backhand dengan tumpuan kaki kanan, sebagai fungsi keseimbangan tubuh
kemudian kaki kiri yang tertinggal di belakang melakukan gerakan ke arah

51
yang sama dengan arah pukulan. Pergerakan benda di ruang udara dan air
bukanlah karena hukum aksi-reaksi.

Kembali dengan pergerakan atlet renang dan perahu dayung,


ternyata semua disebabkan karena perbedaan kecepatan aliran air yang
dapat menyebabkan perbedaan tekanan di depan dan belakang telapak
tangan dan telapak kaki, serta daun batang dayung, seperti yang berlaku
pada hukum Boys Ballot dan Bernoulli. Dan pada kenyataannya kedua hukum
ini berlaku sama pada media udara dan air.

a. Hukum Boys Ballot


Hukum Boys Ballot berbunyi; ’Udara bergerak dari daerah bertekanan
tinggi ke arah daerah bertekanan rendah.’ Hukum ini berbicara tentang
aliran udara. Tapi pada kenyataannya dapat berlaku sama pada aliran air.
Udara yang bergerak akan membawa apa saja ke arah yang sama dengan
arah geraknya udara. Awan, balon, kertas, hingga perahu layar. Perhatikan
gambar di bawah ini.

Gbr. 2-32 :
Perahu Layar dan Selancar Angin yang bergerak menggunakan tenaga angin.

Bahkan pesawat udara pun terangkat akibat dari terjadinya perbedaan


tekanan pada bagian bawah dan atas sayap. Tekanan udara di bawah

52
sayap lebih tinggi dari tekanan udara di atas sayap. Lalu, karena sayap
menyatu dengan badan pesawat, maka seluruh badan pesawat akan
terangkat ke atas (terbang).

b. Hukum Bernoulli
Hukum Bernoulli berbunyi; ’Aliran air yang lebih cepat memiliki tekanan
yang lebih rendah, dan sebaliknya aliran air yang lebih lambat memiliki
tekanan yang lebih tinggi.’ Hukum ini berbicara mengenai aliran air. Tetapi
pada kenyataannya dapat berlaku sama pada aliran udara.

1 2 1 2

Gbr. 2-33 :
Perahu bergerak karena kayuhan dayung cano. Pergerakan terjadi karena ada
perbedaan aliran air, yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan pada
bagian depan dan belakang dayung cano. 1) Aliran air lambat, 2) Aliran air cepat.

Terbangnya pesawat disebabkan oleh daya angkat (lift) yang terjadi pada
sayap. Daya angkat terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara di
bagian bawah dan atas sayap pesawat. Perbedaan tekanan terjadi karena
adanya perbedaan kecepatan aliran udara. Aliran udara di atas sayap lebih
cepat dari pada aliran udara di bawah sayap. Menurut Bernoulli, aliran
udara yang lebih cepat menghasilkan teknan udara yang lebih rendah, dan
sebaliknya aliran udara yang lebih lambat, menghasilkan tekanan udara
yang lebih tinggi. Dengan demikian hukum Bernoulli pun berlaku sama

53
untuk ruang/media udara. Boys Ballot mengatakan, udara akan bergerak
dari daerah bertekanan tinggi ke arah daerah bertekanan rendah. Hal
inilah yang menyebabkan sebuah pesawat naik ke atas.

Gbr. 2-34 :
Badan pesawat diangkat oleh kedua sayap, karena lift yang terjadi
akibat perbedaan tekanan (+) di bawah sayap dan (-) di atas sayap.

3. Massa Jenis Benda


Massa Jenis benda atau dalam bahasa asing disebut Density
(kepadatan benda), adalah merupakan hal yang sangan penting diperhatikan
dalam olahraga prestasi bagi cabang renang, selam, dayung, dan selancar
angin. Sebelum kita bahas dalam masalah olahraga tersebut, ada baiknya kita
pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud Massa Jenis tersebut.
Mengapa jarum dan batu kecil tenggelam ke dalam air, sedang
batang pohon yang besar dan kapal perang induk tidak tenggelam. Itulah
Massa Jenis. Mengapa batu kecil jika dilepas akan jatuh ke bawah, sedang
balon gas yang lebih berat dapat terapung ke atas. Itulah Massa Jenis. Lalu

apa sebenarnya Massa Jenis itu. Perhatikan formulanya ( ρ = m/V). Jadi Massa
Jenis adalah hasil bagi antara massa dan volumenya. Jarum dan batu kecil

54
tenggelam karena; Massa Jenis jarum dan batu lebih besar dari pada air.
Demikian pula batu yang jatuh ke bawah karena; massa jenis batu lebih besar
dari pada massa jenis udara. Sedangkan massa jenis batang pohon dan kapal
perang induk lebih kecil dari pada massa jenis air, dan massa jenis balon gas
lebih kecil dari pada massa jenis udara.

Gbr. 2-35 :
Perbandingan massa jenis benda. Mana yang terapung di air.

4. Efek Magnus

Efek Magnus adalah efek berbeloknya benda yang bergerak sambil


berputar. Tentu saja efek ini dapat terjadi pada ruang media udara dan air.
Efek Magnus tidak dapat terjadi pada ruang hampa. Mengapa dapat terjadi
efek magnus tersebut. Lagi-lagi efek magnus terjadi karena terjadinya
perbedaan tekanan udara antara sisi benda yang bergerak. Tekanan udara
positif di sebelah bola, terjadi karena tabrakan permukaan bola dengan aliran
udara yang arahnya berlawanan (terjadi tahanan). Tekanan udara negatif di
sebelah bola, terjadi karena gerak permukaan bola searah dengan arah aliran
udara (tidak terjadi tahanan). Semaikin tinggi putaran bola, akan semakin
berbelok bola tersebut. Semakin kasar permukaan bola, semakin berbelok

55
bola tersebut. Semakin ringan massa bola (density), semakin berbelok pula
bola tersebut.

Gbr. 2-36 :
Perbedaan tekanan udara di sekitar bola menyebabkan berbeloknya bola.

Pukulan topspin tenis dan tenis meja akan menghasilkan putaran


bola yang arahnya ke atas. Bola akan melengkung ke bawah dan jatuh lebih
cepat. Sebaliknya pukulan slice akan menghasilkan putaran bola yang arahnya
ke bawah. Bola akan melengkung ke atas, dan jatuh lebih lama. Lemparan
pitching softball, dapat menghasilkan lengkungan arah gerak bola yang
arahnya ke samping (kiri/kanan). Demikian juga tendangan (shooting)
sepakbola.

Gbr. 2-31 :
Efek Magnus dapat terjadi juga pada tendangan sepak bola. Arah
lengkung bola dapat diatur sesuai tujuan.
56
Bag 3
APLIKASI BIOMEKANIKA OLAHRAGA
PADA PELATIHAN TEKNIK TINGKAT DASAR

Setelah mempelajari Bab ini, kita akan mampu:

1. Memahami perbedaan makna antara teknik, fisik, taktik dan mental.


2. Memahami perbedaan prinsip bagaimana melatih teknik dan taktik.
3. Mampu memberikan latihan teknik dasar olahraga dengan benar.
4. Mampu menggunakan format penilaian teknik dasar atlet.
5.

A. PEMAHAMAN TEKNIK DALAM OLAHRAGA

Definisi teknik olahraga yang benar hanya ada dalam Biomekanika


Olahraga. Sungguh masih banyak para Pembina atau pelatih yang belum
memahami arti dari teknik dalam olahraga, sehingga mereka salah dalam
menerapkan metode latihannya. Jika salah melatih, apakah mungkin akan
tercapai sasaran yang dinginkannya. Passing dan shooting yang tidak akurat,
servis dan dropshot yang gagal, pukulan dan smash yang pelan, tangkapan bola
yang tidak sempurna, semua merupakan kelemahan teknik pada atlet.
Dalam sepakbola, kekalahan dapat disebabkan hanya oleh karena
kegagalan-kegagalan passing, dan hal ini merupakan masalah Biomekanika
Olahraga. Bagaimana bisa? Ya benar sekali; ’Gol terjadi oleh karena ada
shooting/heading. Shooting/heading terjadi oleh karena ada peluang. Peluang
terjadi oleh karena penguasaan permainan yang dominan. Penguasaan
permainan dominan terjadi oleh karena passing yang akurat.’ Passing dan
shooting yang akurat dalam berbagai situasi permainan didefinisikan sebagai
keterampilan atau skill. Dan skill yang baik didasari oleh teknik yang baik. Begitu
seterusnya. Lalu apa sesungguhnya teknik olahraga itu?

57
Dalam definisi Biomekanika Olahraga, teknik adalah serangkaian pola
gerak yang dilakukan oleh seorang atlet, untuk mencapai tujuan mekanik
tertentu. Penilaiannya adalah benar atau salah. Dalam bahasa umum, teknik
olahraga dapat didefinisikan sebagai cara melakukan gerakan. Bagaimana cara
melakukannya (How to do). Teknik yang benar akan terlihat indah, sebaliknya
teknik yang salah akan terlihat kaku dan tidak indah. Teknik memiliki
pemahaman yang sangat berbeda dengan taktik, terlebih lagi dengan fisik dan
mental. Masih banyak pelatih yang memberikan latihan teknik dengan materi
latihan taktik. Sesungguhnya hanya pelatih yang menguasai Biomekanika
Olahraga lah yang dapat melatih teknik dengan baik.
Untuk memahami lebih jelas apa itu teknik, baiknya diuraikan pula
pemahaman tentang apa itu fisik, taktik, dan mental, sehingga terlihat dengan
gamblang semua perbedaan yang ada. Hal ini perlu dilakukan agar jangan terjadi
lagi kesalahan konsep dalam melatih, sehingga dapat membedakan bagaimana
melatih teknik, taktik, fisik, dan mental.
Teknik dalam olahraga adalah serangkaian pola gerak yang dilakukan
oleh tubuh, untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa sehari-hari adalah
’cara bagaimana melakukan gerakan.’ Penilaiannya adalah benar atau salah.
Seberapa benar gerak yang sudah dilakukan. Penilaian dilakukan dengan
pengamatan, baik dengan mata telanjang, dengan kamera biasa, atau dengan
kamera canggih. Pendekatan atau metodenya dapat dilakukan dengan kualitatif
maupun kuantitatif.
Taktik dalam olahraga adalah serangkaian pola penyerangan dan pola
pertahanan. Baik secara individu, grup, maupun tim. Dalam bahasa yang
sederhana adalah, ’cara bagaimana bermain.’ Penilaiannya adalah tepat atau
keliru. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada konsep umum dan khusus.
Juga dilakukan dengan pengamatan, baik dengan mata telanjang atau dengan
kamera biasa.

58
Fisik dalam olahraga adalah ’serangkaian sistem energi/metabolisme
yang terjadi dalam tubuh,’ sesuai dengan sifat dan karakter cabang olahraga
yang ada. Dalam bahasa umum, fisik adalah kekuatan, kecepatan, dan daya
tahan, serta gabungan antara ketiganya. Penilaiannya adalah kuat, cepat, tahan,
atau tidak, ketiga aspek tersebut dengan kebutuhan cabang olahraga yang ada.
Seberapa kuat dia, seberapa cepat dia, dan seberapa tahan dia.
Mental dalam olahraga adalah ’kondisi psikologis yang terjadi dalam
tubuh atlet,’ baik dalam keadaan normal (tidak bertanding), maupun dalam
kondisi mengalami tekanan (saat bertanding). Secara umum mental bersifat
positif (mendukung) dan bersifat negatif (mengganggu). Hal ini akan terjadi
tergantung dari konsep diri, pengalaman, dan lingkungan atlet. Penilaiannya
adalah baik atau buruk.
Dengan demikian maka jelaslah bahwa, teknik dalam olahraga
mempunyai makna yang sangat berbeda dengan ketiga aspek yang lainnya. Oleh
karenanya maka, harus berbeda pulalah metode atau cara bagaimana melatih
keempat aspek tersebut. Dalam Annual Chart Program Latihan, keempat aspek
tersebut harus tertuang dengan jelas, pada tahap apa diberikannya, dan berapa
besar persentasenya.

Kembali ke masalah teknik olahraga. Atlet yang memiliki teknik dasar


olahraga baik, dipastikan akan memiliki keterampilan (skill) yang baik pula. Skill
merupakan aplikasi atau implementasi dari teknik-teknik dasar yang dikuasai,
dengan segala macam kombinasi dan variasinya. Skill sulit dilatih dan dibentuk,
relatif lama, bahkan hingga memakan waktu tahunan, tergantung dari cabang
olahraganya, closed skilled atau opened skilled, gross atau fine skilled, individu
atau tim, dan seterusnya. Namun demikian yakinlah bahwa, dengan melakukan
pendekatan science (Iptek), semua pasti akan menjadi relatif singkat. Akan tetapi
jika sudah terbentuk, skill akan sulit hilang, bahkan malah menjadi permanen,
meskipun lama tidak latihan.

59
Berbeda dengan taktik dan fisik. Dalam membentuk kedua aspek ini
pelatih tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama (relatif singkat). Waktu 6
bulan hingga 1 tahun sudah cukup untuk membentuk fisik yang prima. Demikian
pula taktik. Namun, sifatnya pun relatif singkat (tidak permanen). Dalam waktu
yang sama, jika atlet tidak melakukan latihan, maka kondisinya akan kembali
seperti semula.

Dalam kajian Biomekanika, teknik olahraga terbagi menjadi dua


bagian, yaitu pertama, teknik mengatur tubuh sendiri tanpa menghiraukan alat
yang digunakan, dan kedua, teknik mengatur alat atau benda di luar tubuh
sendiri. Perhatikan gambar diagram di bawah ini.

TEKNIK

Mengatur Mengatur
Tubuh Alat
Di darat Di air Di Di alat Membe Meneri
udara ri ma
- Fleksi - Timing - Pusat tekanan

- Ekstensi - Sudut alat - Luas area


tekanan
- Abduksi - Arah gerakan
alat
- Adduksi KUNCI-KUNCI TEKNIK OLAHRAGA

- Rotasi
Gbr. 3-2 :
Teknik olahraga, terbagi dua atas 1) Mengatur Tubuh Sendiri, 2) Mengtur
Alat/Benda di luar tubuh sendiri. Teknik olahraga ada yang sederhana, ada
juga yang merupakan gabungan dari beberapa aspek di atas. Dalam kotak
transparan merupakan kunci-kunci teknik yang dibuat untuk mempermudah
pelatih dalam memberikan koreksi atau feedback, atau mencari tahu inti
kesalahan teknik, dan memperbaikinya. Kunci-kunci tersebut berlaku untuk
semua cabang olahraga.
60
B. PROSES BELAJAR GERAK PADA ATLET

1. Klasifikasi Keterampilan Gerak


Pelatih yang baik harus dapat mengklasifikasikan cabang olahraga
yang dibinanya, untuk mengetahui dan memahami sifat dan karakter cabang
olahrga tersebut secara tepat. Dengan demikian maka pelatih akan dapat
membuat program latihan dengan tepat pula. Berikut ini akan diuraikan
klasifikasi keterampilan menurut Ilmu Belajar Gerak.

a. Keterampilan Kasar (Gross)


b. Keterampilan Halus (Fine)
c. Keterampilan Berangkai (Serial)
d. Keterampilan Asiklik (Descreet)
e. Keterampilan Siklik (Continuous)
f. Keterampilan Tertutup (Closed)
g. Keterampilan Terbuka (Opened)

Satu cabang bisa tergolong dalam satu klasifikasi keterampilan


saja, atau bisa juga dua, tiga, bahkan bisa tergolong dalam semua jenis
klasifikasi keterampilan yang ada. Semakin banyak jenis keterampilan yang
ada, semakin sulit cabang olahraga tersebut.

2. Tahapan Belajar Gerak (Teknik)

Ketika kita melatih teknik olahraga, biasanya anak atau atlet


langsung diberikan teknik pukulan, tanpa diberikan pemahaman atau
pengertian secara kognitif, bahkan dari awal hingga akhir latihannya. Padahal
ada tiga tahapan belajar gerak yang harus dilakukan, agar atlet lebih

61
memahami, sehingga membantu dalam proses pembelajarannya. Jika hal ini
dilakukan secara terus-menerus, maka dapat dipastikan atlet akan lebih
cepat bisa dan memahami sepenuhnya teknik-teknik gerak yang mereka
lakukan. Tahapan tersebut adalah :

a. Tahap Kognitif
b. Taap Asosiatif
c. Tahap Otomatisasi (Otonom)

Maksud dari tahapan ini adalah, 1) atlet diberi pengetahuan


secara science sejelas-jelasnya, semua yang sudah dan akan mereka lakukan.
Kemudian 2) atlet dirangsang untuk berfikir tentang masalah-masalah yang
ada dan mungkin terjadi, terkait dengan gerak yang mereka lakukan. Lalu
yang terakhir 3) atlet dilatih dan dipacu untuk dapat melakukan gerakan-
gerakan yang diajarkan menjadi otomatis (benar, akurat dan cepat).

3. Proses Terjadinya Gerakan Pada Tubuh


Gerakan-gerakan singkat yang biasa dilakukan oleh para atlet,
sesungguhnya melalui sebuah proses yang panjang yang terjadi dalam
sistem motorik dalam tubuh. Kesalahan-kesalahan gerak dapat terjadi
karena kesalahan dalam proses ini. Ada pos-pos yang harus dilalui oleh
rangsangan (informasi gerak) yang masuk ke dalam tubuh, hingga terjadi
sebuah gerakan. Dalam bagan sederhana, proses tersebut digambarkan
seperti berikut :

PROSES

Input Sensor Input Memori Motor Control


Output
Identifikasi Seleksi Program
Stimulus Respon
Stimulus Respon Respon
Visual Pengalaman-IQ Kekayaan Gerak Kunci-2 Teknik Motorik

Gbr. 3-3 :
Proses terjadinya gerak dalam tubuh.

62
Stimulus yang datang diidentifikasi karakteristiknya dalam pos Sensor
Input. Pendukungnya adalah Pengalaman dan IQ. Setelah tahu, kemudian
memilih Respon mana yang akan dikeluarkan dalam pos Memory. Pendukungnya
adalah Kekayaan Gerak. Setelah satu Respon dipilih, maka diprogram bagaimana
cara melakukan Respon tersebut agar hasilnya baik, benar dan akurat, dalam pos
Motor Control. Pendukungnya adalah Kunci-kunci Teknik. Hasilnya adalah, gerak
yang dilakukan oleh atlet, disebut sebagai Respon Motorik.

Kesalahan gerak atau hasil gerakan (respon) dapat terjadi karena


akibat dari 1) kesalahan dalam mengidentifikasi stimulus, atau 2) kesalahan
dalam menseleksi respon, atau 3) kesalahan dalam memprogramkan rerpon,
atau 4) kesalahan pada dua aspek, atau juga 5) kesalahan pada ketiga-tiganya.
Seorang pelatih harus tahu letak kesalahan gerak yang dialami atletnya, sebab
kalau tidak, proses pembenaran gerak (teknik) akan sulit dilakukan dan akan
memakan waktu yang sangat lama, dengan hasil yang tidak pasti.

Dalam hal membaca kesalahan yang terjadi, bagi cabang olahraga atau
keterampilan tertutup (closed) dan kasar (gross) seperti, Atletik, Renang, Sepeda
(road-race), Angkat Besi, tidak terlalu sulit karena tidak melalui proses pada pos
identifikasi stimulus, dan bahkan juga pada pos seleksi respon. Yang paling sulit
adalah cabang olahraga yang mengandung keterampilan terbuka (opened), kasar
dan halus (gross-fine), serta berangkai (serial) seperti sepakbola, bolabasket,
bulutangkis, tenis, dan tenis meja. Pelatih harus lebih jeli lagi membacanya.

Khusus pada keterampilan terbuka, hal yang paling penting adalah


identifikasi stimulus, sebab jika terjadi kesalahan di sini, maka dipastikan akan
salah pula hasil atau jawaban gerak (respon) yang dilakukan atlet. Kemudian, hal
penting berikutnya adalah program respon. Jika pada pos ini pelatih tidak
memperhatikan kunci-kunci teknik yang ada, dapat dipastikan akan mengalami
kesulitan dan kesalahan dalam melakukan respon gerak (teknik).

63
C. METODE SEDERHANA MELATIH TEKNIK

Sebagaimana kita ketahui bahwa faktor-faktor yang menentukan


tercapainya prestasi olahraga ketika bertanding adalah faktor teknik, fisik, taktik,
dan mental. Tanpa dukungan yang prima dari keempat aspek tersebut, seorang
atlet tidak mungkin untuk berprestasi secara optimal. Keempat aspek tersebut
harus dibangun, dilatih, dan dibuatkan program latihannya. Setelah dibuat
program latihannya, kemudian perlu diperhatikan metode latihannya. Harus
tepat, jika tidak maka akan mendapatkan hasil yang tidak signifikan.
Tidak tepatnya metode pemberian latihan teknik oleh para pelatih,
menyebabkan pemborosan waktu, biaya, dan tenaga. Hal yang perlu diingat
adalah bahwa; 1) Teknik identik dengan How to do, 2) Fisik identik dengan How
strong/fast/endure, 3) Taktik identik dengan How to play, dan 4) Mental identik
dengan How aware/dare/calm. Hal di atas perlu difahami oleh para pelatih,
berkaitan dengan bagaimana menerapkan metode melatih yang tepat/sesuai.
Ada tujuh konsep acuan yang tepat dalam menerapkan metode
latihan teknik. Acuan ini berlaku umum untuk semua cabang olahraga.
Konsepnya adalah sebagai berikut;
1. Pertama, latihan diberikan dari yang mudah hingga semakin sulit.
2. Kedua, latihan dilakukan dengan part (block) dan whole system, bolak-balik.
3. Ketiga, latihan dilakukan dengan perlahan dan cepat, bolak-balik.
4. Keempat, latihan dilakukan dengan frekuensi yang lambat.
5. Kelima, latihan dilakukan dengan pengulangan stimulus & respon yang sama.
6. Keenam, pemberian feedback relatif lebih sering dilakukan.
7. Ketujuh, jadikan kunci-kunci teknik sebagai acuan feedback.

Dari ketujuh konsep acuan di atas, kunci-kunci teknik merupakan hal


yang paling penting diperhatikan. Kunci-kunci itulah yang mengarahkan atlet
pada ketepatan gerak dan kesempurnaan hasil yang diinginkan.

64
Berikut akan diperlihatkan dengan jelas perbedaan-perbedaan yang
sesungguhnya harus difahami oleh para pelatih, agar tidak keliru lagi dalam
mempersiapkan program latihan yang baik. Perbedaan tersebut dibuat dalam
sebuah matrik, meliputi aspek-aspek teknik, taktik, fisik, dan mental, yang diukur
dengan tiga variable pembeda, yaitu Pengertian, Penilaian, dan Konsep
Pelatihan.

Tabel 3-1 :
Perbedaan pengertian, penilaian, dan konsep melatih antara
Aspek Teknik, Taktik, Fisik, dan Mental.

ASPEK PENGERTIAN PENILAIAN KONSEP PELATIHAN


1) 1) Inv. Macam2 Teknik
2) 2) Lambat <–> Cepat
TEKNIK How to do Benar – Salah 3) 3) Stimul-Resp. tetap
4) 4) Kunci-kunci Teknik
5) 5) Feedback sering
1) Serang – Bertahan
TAKTIK How to play Tepat – Keliru 2) Melihat Zona
3) Indiv., Kelpk., Tim.
4) Pola-pola
1) Fisik Umum
Kuat 2) Fisik Khusus Cabor
How strong, fast, Cepat – Tidak 3) Biomotorik
FISIK
and endure Tahan 4) Super Kompensasi
5) Metd. Recovery
1) Verbal
MENTAL How aware, dare, Baik – Buruk 2) Tindakan
and calm 3) Punishment
4) Reward

C. FORMAT EVALUASI TEKNIK

Evaluasi teknik memang agak sulit dilakukan, oleh karena cenderung


bersifat subjektif. Namun demikian haruslah ada acuan yang standard, agar
penyimpangan tidak terlalu jauh, dan mendekati objektif.

65
Sesungguhnya penilaian teknik adalah benar atau salah, akan tetapi
hal ini dapat dimodifikasi dengan penilaian; Kurang Sekali, Kurang, Sedang, Baik,
dan Baik Sekali. Bahkan dapat juga dikonversi menjadi angka; 1, 2, 3, 4, dan 5,
atau dikalikan 2, hingga total nilai menjadi 100. Berikut adalah contoh sebuah
format penilaian teknik yang dapat digunakan untuk semua nomor/cabang
olahraga. Jenis teknik/skill dapat diganti sesuai cabang olahraga dan kebutuhan.

Tabel 3-2 : Contoh format penilaian teknik (skill)

Nama Atlet : Hengky Duwiri Hengky


Tpt. Tgl. Lahir : 12-12-1992 Usia : 20 th.
Jenis Kelamin : Laki-laki Cabor : Bola Voli
Drs. Bambang Kridasuwarso, M.Pd.
Nilai
No Jenis Teknik/Skill Keterangan
KS K S B BS
1 Servis Float X
2 Servis Lompat X
3 Passing Atas X
4 Passing Bawah X
5 Smash Tinggi X
6 Smash Cepat X Selalu salah dalam timing
7 Block Tunggal X
8 Block Ganda X
9 Jatuhan X
10 Tipuan X
0 0 1 4 5 Nilai BS x 10 = 50
Level : Baik (B) Nilai B x 8 = 32 82
Jakarta, 20 Oktober 2012.
Tanggal : Pelatih :
Jayapura, 12 - 12 - 12 Fritz Heipon

66
Bag 4
KONSEP MELAKSANAKAN SELEKSI BAKAT ATLET

Setelah mempelajari Bab ini, kita akan mampu:

1. Memahami bakat atlet sesuai dengan cabang olahraga.


2. Mampu menyeleksi bakat atlet melalui prinsip dasar Biomekanika Olahraga.
3. Mampu menggunakan format seleksi bakat atlet.

A. ASPEK-ASPEK BAKAT ATLET

Telah disampaikan bahwa Biomekanika Olahraga memiliki kontribusi


yang sangat besar terhadap pencapaian prestasi olahraga. Bukan saja pada
tahap proses pembinaan, yaitu ketika melatih teknik dan menentukan peralatan
atlet, tetapi juga pada tahap input pembinaan, yakni ketika merekrut dan
memilih calon atlet berbakat. Tahap ini sangat penting, karena bakat merupakan
faktor internal/primer yang lebih menentukan keberhasilan atlet mencapai
puncak prestasinya. Di sini Biomekanika olahraga memiliki peran yang sangat
besar. Kita sering lupa melakukan seleksi atlet dengan benar pada tahap input.

INPUT PROSES OUTPUT

Gbr. 4-1 :
Input merupakan tahap seleksi bakat atlet. Tahap ini sering tidak dilakukan
dengan benar, padahal sangat menentukan prestasi puncak seorang atlet.
Biomekanika Olahraga memiliki peran yang sangat besar pada tahap ini.

Postur tubuh, bentuk tubuh, dan jenis serabut otot, harus diketahui
dan ditentukan sejak awal, ketika melakukan seleksi atlet berbakat, di samping
kepribadian dan kecerdasan atlet. Ketiga aspek pertama merupakan ranah

67
Biomekanika olahraga, oleh karena semua berkaitan dengan masalah-masalah
kekuatan, gaya, power, momentum, kecepatan, efisiensi, dan seterusnya.
Mengapa ketiga aspek tersebut harus diketahui sejak awal? Pertama, karena
aspek-aspek tersebut merupakan faktor genetik, yang tidak dapat atau sulit
dirubah/dibentuk melalui program latihan pada tahap proses. Kedua, karena tiap
cabang olahraga memiliki tuntutan kebutuhan yang relatif berbeda satu dengan
yang lainnya.

B. PROFILE ATLET BERBAKAT

Ada sebuah konsep yang mengatakan bahwa, sang juara dilahirkan.


Ada juga yang mengatakan bahwa, sang juara diciptakan. Apa artinya dilahirkan,
dan apa artinya diciptakan? Dilahirkan artinya atlet memiliki bakat yang luar
biasa, yang dibawa sejak lahir. Diciptakan artinya dibentuk dengan proses latihan
yang canggih dengan menggunakan pendekatan Iptek olahraga. Pelatih harus
mengggunakan kedua konsep tersebut, agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Namun demikian pelatih harus tahu, manakah yang lebih besar memberikan
kontribusi di antara keduanya, jelas adalah bakat yang dibawa sejak lahir.
Mengapa demikian?
Iptek olahraga dapat berubah dan dikembangkan, menjadi lebih baik
dan lebih baik lagi. Sedang bakat tidak bisa berubah meskipun direkayasa
dengan Iptek apapun. Inilah yang disebut dengan given, pemberian Tuhan. Iptek
dapat diberikan dengan sama canggih kepada kedua atlet yang berbeda bakat.
Pastilah yang memiliki bakat yang sesuai akan menjadi lebih baik hasilnya.
Mudah-mudahan ilustrasi berikut dapat menambah wawasan kita semua; Kuda
dan Cheeta dapat berlari cepat, apakah ada yang melatihnya? Jelas tidak. Oleh
karena itu pelatih atau pembina yang bijak, sepatutnya tidak hanya melatih saja,
tetapi juga harus benar-benar membuat program untuk melakukan pencarian

68
bakat atlet, agar hasilnya menjadi lebih maksimal. Pertanyaan berikut adalah;
Apakah sama bakat atlet untuk semua cabang olahraga? Adakah ketentuan atau
ciri-ciri yang spesifik? Bagaimana cara melakukan seleksi bakat atlet?
Di bawah ini digambarkan sebuah ’perangkat lunak’ dalam bentuk
matrik (belum terlalu rinci), yaitu bakat-bakat atlet yang sesuai untuk 30 macam
nomor/cabang olahraga. Aspek-aspek yang akan menjadi acuan adalah aspek-
aspek Biomekanis, Fisiologis dan Psikologis, yang dibawa calon atlet sejak lahir,
yang tidak dapat atau sulit diurubah dengan perlakuan program latihan.

Tabel 4-1 : Matrik Aspek bakat atlet, untuk 30 nomor/cabang olahraga.

No Cabor Pstur Type Tngkai Lengan Otot Koord. Kap.Vit IQ EQ


1 Sprinter Tinggi Mezo Panjang Sedang- Putih Sedang Sedang Sedang Tinggi
2 Lari Mngh Tinggi Mezo- Panjang Sedang Jingga Sedang Besar Sedang Sedang
3 Lari Jauh Tinggi Ecto Panjang Sedang Merah Sedang Besar Sedang Sedang
4 Lpt.Tinggi Tinggi Mezo- Pnjang+ Sedang Putih Sedang Rendah Sedang Sedang
5 Lpt.Jauh Tinggi Mezo Panjang Sedang Putih Sedang Rendah Sedang Tinggi
6 Lpt.Galah Tinggi Mezo Sedang Panjang Putih Sedang Rendah Sedang Sedang
7 Lpr.Lembing Tinggi Mezo Sedang Panjang Putih Sedang Rendah Sedang Tinggi
8 Tlk.Peluru Tinggi Mezo+ Sedang Panjang Putih Sedang Rendah Sedang Tinggi
9 Renang 50m Tinggi Mezo Panjang Sedang Putih Sedang Sedang Sedang Tinggi
10 Renang 100m Tinggi Mezo Panjang Panjang Putih Sedang Sedang Sedang Tinggi
11 Renang 200m Tinggi Mezo Panjang Panjang Jingga Sedang Besar Sedang Sedang
12 Renang jauh Tinggi Mezo Panjang Panjang Merah Sedang Besar Sedang Sedang
13 Loncat Indah Sedang Mezo Panjang Sedang- Putih Sedang Rendah Sedang Sedang
14 Selam Tinggi Mezo Panjang Panjang Jingga Sedang Besar Sedang Sedang
15 Senam Art. Sedang Mezo Sedang Sedang Putih Sedang Sedang Sedang Sedang
16 Sepak Bola Tinggi Mezo Sedang Sedang Putih Tinggi Besar Tinggi Sedang
17 Bola Basket Tinggi Mezo Panjang Panjang Jingga Tinggi Besar Tinggi Sedang
18 Bola Voli Tinggi Mezo Panjang Panjang Putih Tinggi Besar Tinggi Sedang
19 Bulutangkis Tinggi- Mezo- Sedang Panjang Putih Tinggi Besar Tinggi Sedang
20 Tenis Tinggi Mezo Sedang Panjang Putih Tinggi Besar Tinggi Sedang
21 Tenis Meja Tinggi Mezo- Sedang Panjang Putih Tinggi Besar Tinggi Sedang
22 Angkat Besi Sedang Mezo+ Sedang- Pendek Putih Sedang Sedang Sedang Tinggi
23 Binaraga Tinggi Mezo+ Panjang Sedang Jingga Rendah Sedang Sedang Rendah
24 Sepeda Sprint Tinggi Mezo Panjang Pendek Putih Sedang Besar Sedang Tinggi
25 Sepeda Rd.Race Tinggi Mezo- Panjang Pendek Merah Sedang Besar Sedang Sedang
26 Tinju Amatir Tinggi Mezo Sedang Panjang Putih Tinggi Sedang Sedang Tinggi
27 Tinju Profesional Tinggi Mezo Sedang Panjang Jingga Tinggi Besar Sedang Sedang
28 Silat Seni Sedang Mezo Sedang Sedang Jingga Sedang Sedang Sedang Sedang
29 Silat Tanding Tinggi Mezo Panjang Panjang Putih Tinggi Sedang Sedang Sedang
30 Panahan Tinggi Mezo Sedang Panjang Putih Rendah Besar Sedang Rendah

69
C. FORMAT SELEKSI BAKAT ATLET

Seleksi bakat merupakan suatu hal yang harga mati harus dilakukan.
Sudah jelas alasannya, tidak lain adalah untuk pencapaian prestasi maksimal,
bahkan hingga ke tingkat dunia. Berkaitan dengan hal ini, perlu kiranya dibuat
suatu format tes bakat atlet, untuk dilakukan dengan sebaik-baiknya. Ya, pasti
harus dilakukan tes, baik dalam skala lapangan, maupun skala laboratorium.
Berikut akan disajikan sebuah format tes sederhana, yang kiranya
dapat digunakan untuk semua pelatih tingkat dasar/menengah, dan semua
cabang olahraga.

Tabel 4-2 : Format Tes Bakat Atlet

Nama Cal. Atlet :


Tpt. Tgl. Lahir : Usia :
Jenis Kelamin : Cabor :
Drs. Bambang Kridasuwarso, M.Pd.
Tinggi / Berat : / Tipe Badan :
Panjang Tungkai : Bentuk Betis :
Panjang Lengan :
Drs. Bambang Kridasuwarso, M.Pd.
Lari 30/40/50 m : Komps. Otot % Mrh. :
Lari 1,6/2/2,4 km : Pth. :
Koordinasi : Ket. :
Reaksi Tangan :
Reaksi Kaki :
Kapasitas Paru-2 :
Jakarta, 20 Oktober 2012.
IQ : Ket. :
EQ : Ket. :
Jakarta, 20 Oktober 2012.
Rekomendasi : Tanggal: Tester :

70
Bag 5
KONSEP DASAR ANALISIS BIOMEKANIKA
TEKNIK OLAHRAGA

Setelah mempelajari Bab ini, kita akan mampu:

1. Memahami konsep analisis Biomekanika pada cabang olahraga.


2. Mampu melakukan analisis Biomekanika secara sederhana.
3. Memiliki kebiasaan menganalisis gerak.

Analisis biomekanik teknik olahraga dapat diklasifikasikan sebagai berikut


(Hay dan Red, 1982), adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitaif. Kedua jenis
analisis tersebut sama-sama bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana
karakteristik dari penampilan olahraga yang di observasi dan dianalisis.

Analisis kualitatif merupakan analisis yang mendeskripsikan teknik


gerakan atau penampilan dalam olahraga sehingga salah atau benarnya gerakan
bisa diketahui. Biasanya disajikan dalam model hirearki. Untuk melakukan analisis
ini, tidak selalu diperlukan video berkecepatan tinggi, namun dengan handycam
saja suda bisa dilakukan baik dengan cara memutar hasil rekaman secara gerak
lambat atau pada waktu yang sebenarnya (kecepatan pemutaran normal).

Analisis kuantitatif merupakan analisis gerak yang mendeskripsikan


kinematikan gerakan dan menghasilkan ukuran-ukuran berupa angka-angka. Dalam
metode analisis ini diperlukan peralatan perekam yang berkecepatan tinggi agar
analisis yang dilakukan dapat lebih detail. Sekarang, penggunaan analisis dengan
komputer sudah menjadi tren, karena banyak sekali software-software yang bisa
digunakan untuk analisis gerak. Analisis kuantitatif dapat juga digunakan untuk
menentukan faktor-faktor kunci, dan membantu dalam mendefinisikan parameter-
parameter optimal dalam suatu gerakan teknik olahraga (Hay, 1997).

71
A. Analisis Biomekanika Pendekatan Kualitatif

Terdapat berbagai prosedur dalam melakukan analisis kualitatif yang


telah dipublikasikan oleh berbagai ahli biomekanika (Kreighbaum & Barthels, 1996).
Disini, adalah salah satu prosedur sistematis yang di anjurkan untuk dipakai dalam
melakukan analisis kualitatif gerak manusia. Adapun langkah-langkah dalam
melakukan analisis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi. Membentuk sebuah model teoritis dari teknik yang paling efektif dan
mendeskripsikan apa yang telah diamati dan Menentukan apa yang ingin
diamati. Untuk bisa mendeskripsikan anda harus memiliki, hal hal sebagai
berikut:
a. Pengetahuan terhadap pengetahuan dasar dari keterampilan yang
diobeservasi. Sebelum melakukan evaluasi terhadap keterampilan gerak
teknik olahraga atau gerak manusia lainnya, anda harus tahu dan mengenal
keterampilan tersebut. Ini sangat penting dimiliki jika anda akan menentukan
keterampilan yang ideal. Demikian juga aturan-aturan dalam pelaksanaan
teknik olahraga harus diketahui sebelum anda melakukan analisis
keterampilan tersebut, agar dapat memberikan saran yang sesuai dan tidak
melanggar aturan yang berlaku dalam cabang olahraga yang diamati.
b. Tujuan atau fungsi keterampilan. Setelah anda mengetahui keterampilan
dasar dari suatu cabang olahraga yang akan dianalisis, langkah selanjutnya
adalah mengidentifikasi tujuan atau fungsi keterampilan gerak, dan jika
mungkin juga menginterpretasikan tujuan dan fungsi mekanik gerak
keterampilan tersebut. Tujuan dari gerak keterampilan adalah apa yang ingin
dicapai dari pelaksanaan gerakan itu, kriteria dari penampilannya atau
ukuran-ukuran tertentu sehingga penampilan gerak tersebut dianggap
berhasil.

72
c. Karakteristik teknik yang paling efektif. Langkah berikutnya adalah
mengedientifikasi karakteristik teknik yang paling efektif. Untuk dapat
menentukan kefektifan suatu gerakan, anda harus lebih banyak mengamati
keterampilan yang dilakukan oleh atlet-atlet elit. Cobalah untuk
mengidentifikasi dari posisi dan gerakan-gerakan tekniknya. Sehingga anda
tahu bagaimana kontribusi secara mekanis gerakan atau posisi tersebut
terhadap tujuan atau fungsi keterampilan. Untuk lebih mudahnya anda bisa
menguraikan tujuan-tujuan dari setiap keterampilan dari suatu cabang
olahraga. Setelah itu, coba untuk mencari tahu bagaimana setiap gerak
keterampilan itu berkontribusi terhadap pencapaian tujuan gerakan.

2. Observasi. Melakukan observasi penampilan atlet untuk menentukan


bagaimana teknik yang telah dilakukan. Observasi biasanya dilakukan secara
visual namun hanya dengan melihat suatu rekaman keterampilan olahraga
masih belum cukup untuk melakukan analaisis kualitatif. Oservasi yang akan
anda lakukan harus terencana, dengan mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
a. Siapa?. Harus diketahui dulu tingkat keterampilannya karena hal ini bisa
mempengaruhi hasil analisis yang akan anda lakukan. Observasi pada atlet
elit harus dilakukan secara lebih berhati-hati dengan perhatian yang lebih
juga, ini disebabkan oleh minimnya kesalahan-kesalahan teknik gerak yang
dilakukan oleh mereka. Kalau mungkin anda bisa mengulang-ulang
pengamatan anda sehingga kesalahan-kesalahan kecil bisa teridentifikasi.
b. Bagaimana kondisinya?. Cobalah untuk melakukan observasi dengan kondisi
menyerupai pertandingan atau kompetisi yang sebenarnya. Karena,
walaupun kompetisisi merupakan kondisi yang paling ideal untuk melakukan
observasi, tetapi beberpa hal dalam lingkungan pertandingan sering
menyulitkan kita untuk dapat melakukan observasi dari sudut yang paling
baik

73
c. Dibagian mana yang akan diobservasi?. Tentukan bagian gerakan yang akan
anda observasi. Anda bisa melakukan perkeman dari samping atau dari
depan, bergantung pada tujuan dan jenis gerak keterampilan suatu cabang
olahraga.
d. Apa yang anda cari?. Biasanya, anda akan melihat suatu rekaman video
berulang-ulang. Pada amatan pertama melihat rekaman mungkin anda
hanya akan melihat bagaimana atlet melakukan keterampilannya (untuk
pemula anda bisa langsung mencari kesalahan-kesalahan yang terjadi).
Kemudian baru pada tayangan ulang berikutnya anda dapat menentukan
kefektifan gerakan-gerakan yang telah dilakukan oleh atlet tersebut.

3. Evaluasi. Membandingkan teknik ideal dengan teknik yang telah diobservasi dari
penampilan atlet. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada gerakan teknik.
4. Instruksi. Memberikan bimbingan dan edukasi kepada atlet dengan
menyediakan umpan balik (feedback) dari hasil analisis yang telah dilakukan
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan gerakan. Ini adalah langkah terakhir
dari analisis biomekanika secara kualitatif. Kefektifan komunikasi antara pelatih
dan atlet sangat diperlukan disini agar kesalahan-kesalahan dapat segera
dibetulkan, untuk itu anda perlu menyampaikan kesalahan-kesalahan gerakan
yang telah dilakukan kepada atlet, dan anda juga harus menjelaskan apa yang
perlu atlet lakukan untuk memperbaiki atau membetulkan kesalahannya.

B. Analisis Biomekanika Pendekatan Kuantitatif

Analisis biomekanika secara kuantitatif meliputi pengukuran-pengukuran


berbagai variabel biomekanis. Beberapa variabel tersebut meliputi; timing
(ketepatan waktu gerak), kinematika (posisi, perpindahan, kecepatan, percepatan),
atau kinetika (gaya (Force), energi (E), Usaha (work), dan Power). Untuk dapat

74
melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut, kita membutuhkan
alat khusus untuk itu.

Perlalatan untuk mengukur variabel-varibel biomekanika

Peralatan untuk mengukur variabel-varibel biomeknika sangat beragam,


baik dari bentu maupun harganya. Mulai dari yang paling sederhana seperti
stopwatch sampai dengan force plattform yang sangat sensitif. Teknologi
pengukuran ini berkembang seiring dengan peningkatan dan perkembangan
teknologi. Dalam aplikasinya dapat dibedakan menjadi peralatan untuk pengukuran
kinematika dan kinetika.

1. Peralatan untuk pengukuran kinematika

Variabel-variabel kinematika didasarkan pada setiap perubahan-perubahan


posisi dan waktu. Peralatan yang populer untuk mengukur variabel kinematika di
biomekanika meliputi timing system, velocity-measuring systems (berdasar
radar atau laser), optical imaging systems (film cameras, video cameras) dan
accelerometer.

a. Timing devices
Peralatan yang paling sederhana untuk mengukur waktu adalah jam. Jika
waktu yang dicatat agak panjang dapat menggunakan stopwatch yang
sederhana. Namun, jika keakuratan waktu sangat diperlukan maka dapat
digunakan stopwatch digital yang mampu mencatat waktu seper seribu
detik. Sekarang sebagian besar alat pencatat waktu otomatis sudah
bisa/telah dihubungan dengan komputer sehingga kekuratan pencatatn
waktu lebih bisa didapat. Dengan penggabungan beberapa sensor yang
ditempat pada tempat tertentu perlatan pengukur waktu juga dapat
mengukur secara langsung kecepatan suatu gerakan.

75
b. Velocity-Measuring Systems
Radar gun adalah alat yang dapat digunakan dalam mengukur kecepatan
suatu objek (manusia) yang sedang bergerak di udara. Radar gun dapat
mentransimisikan satu sinyal radio microwave pada khusus frekuensi dan
mengukur frekuensi dan mengukur frekuensi yang pantulkan balik oleh objek
yang sedang bergerak. Radar gun dapat digunakan dalam golf, tenis
lapangan, hockey, sepak bola dan olahraga-olahraga lainnya. Alat pengukur
kecepatan yang lain berbasis sinar laser biasa digunakan untuk mengkur
kecepatan pelari.

Gbr. 5-1 :
Pengukuran kecepatan lari dengan sensor sinar laser (light gate)

c. Optical Imaging System

Yang paling banyak digunakan dalam sistem ini adalah kamera video. Untuk
mendapatkan hasil gambar yang berkualitas dan lebih akurat ketika
dianalisis, diperlukan kamera video berkecepatan tinggi. Sedangkan di
pasaran, banyak kemera hanya berkecapatn 60 frame per detik, artinya
dalam 1 detik rekaman tersebut dapat dipecah dalam 60 gambar. Untuk
analisis 2 D, 1 kamera mungkin cukup untuk digunakan perekaman, dengan
tetap memperhatikan penempatan posisi kamera saat merekam. Tetapi

76
untuk analisis 3 D, kamera yang digunakan bisa 2 atau lebih dengan
dintegrasikan sofware khusus analisis 3 Dimensi (Gruen, 1997).

Gbr. 5-2 :
Perekaman teknik
bolavoli untuk analisis
2 D (2 dimensi).

d. Accelerometer

Pengukuran percepatan sebenarnya dapat dilakukan dari data yang


diperoleh dari laser dan radar velocity-measuring device atau dari data yang
diperoleh melalui optical imaging system. Namun, pengukuran secara tidak
langsung tersebut kurang akurat. Sehingga accelerometer merupakan alat
yang lebih baik karena dapat mengukru percepatan secara langsung. Selain
dapat mengukur percepatan, accelerometer juga dapat mengukur getaran
dan pengaruhnya terhadap tubuh (Dainty & Norman, 1987).

Gbr. 5-3 :
Alat pengukur
kecepatan dan
percepatan

77
2. Peralatan untuk pengukuran kinetika

Variabel-variabel kinetika adalah gaya. Beberapa alat yang biasa digunakan


dalam analisis biomekanika antara lain force platforms, strain gauges, pressure-
sensing device, electromyography (EMG) dan simulasi komputer (William, dkk,
2002; Matthew, dkk., 2005.; James, dkk., 2007).

a. Force Platform

Force platform atau force plates mengukur gaya reaksi dan arah dari resultan
gaya reaksi. Force platform biasanya digunakan untuk mengukur gaya reaksi
pada tumpuan ketika jalan (Barrett, dkk., 1998). Ini juga biasa digukan untuk
mengukur gaya reaksi tumpuan pada atlet tolak peluru dan lempar cakram
ketika melempar; atlet lompat jauh, lompat tinggi, dan lompat jangkit ketika
take off; atlet angkat besi selama mengangkat beban, dan atlet-atlet cabang
olahraga lainnya yang menggunakan kaki sebagai tumpuannya.

Gbr. 5-4 :
Alat pengukur
kecepatan dan
percepatan

78
b. Force tranducers

Force tranducer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur gaya


(Krosshaug, dkk. 2005; Hakim, 2006). Salah satu alat alat yang termasuk
katagori ini adalah strain gauges yang mengukur strain (ketegangan)-
perubahan panjang dari panjang normalnya. Ini biasa digunakan dalam
mengukur ketegangan alat-alat olahraga seperti alat-alat senam, dan lain-
lainya.

c. Pressure Sensors

Sebagaimana force platform, pressure sensors yang berbentuk seperti


matras juga mengukur ground reaction force, tetapi lebih lengkap karena
bisa mengukur gaya yang berlaku dibeberapa titik dimana gaya itu berlaku
pada matras. Alat ini lebih sering digunakan dalam pengembangan sole
sepatu, untuk mengingkatkan penampilan olahraga.

Gbr. 5-5 :
Proses pengukuran
kemampuan lompat
tegak di preesure
sensor

79
d. Elektromyography (EMG)

Gaya otot yang dihasilkan selama gerakan dapat diukur dengan


electromyigraphy (EMG). EMG mengukur aktivitas elektric dari kontraksi
otot melalui elektroda yang ditempatkan pada permukaan kulit di atas otot
atau elektroda yang ditanamkan di dalam otot. Dengan alat ini dapat
diketahui kondisi kontraksi otot pada saat melaksanakan suatu gerakan
(Pink, dkk., 1993; Mero, dkk. 1994). Bagian mana otot yang berkontraksi atau
tidak akan diketahui. Walaupun demikian, menghitung gaya otot yang
bekerja saat bergerak masih belum bisa dilakukan dengan EMG, jadi EMG
hanya bisa mengetahui tingkat kontraksi otot.

Gbr. 5-6 :
Alat Electromyography
(EMG).

e. Simulasi komputer dan pemodelan

Alat terakhir yang digunakan oleh para ahli biomekanika adalah simulasi
komputer dan pemodelan. Simulasi komputer dan pemodelan bukanlah sekedar
alat pengukuran, melainkan lebih dari itu merupakan alat analisis (Hatze, 1996).
Di Olahraga, dengan simulasi komputer dapat memprediksi hasil dari suatu
gerakan berdasarkan input yang sesuai (Hammond, 2006).

80
Simulasi komputer biasanya menggunakan model matematik yang diturunkan
dari hukum gerak Newton. Input yang dimasukkan dalam membuat suatu
simulasi antara lain massa, panjang, moment of inertia dari bagian-bagian tubuh,
kondisi awal pada awal simulasi (posisi dan kecepatan tubuh) dan runtutan
waktu gerak bagian-bagian tubuh. Setelah berbagai bagian input tersebut di
entry maka akan menghasilkan simulasi gerakan. Dengan simulasi komputer juga
kita dapat lebih jauh melakukan penyelidikan yang bertujuan untuk mencari
solusi dari pertanyaan "apa yang terjadi jika?", sehingga hasil suatu gerakan bisa
diprediksi sebelumnya.

Gbr. 5-7 :
Six configurations of a computer simulation animation sequence showing
various phases of an overrotated rock’n roll Betterini somersault. From top left
to bottom right (pre-impact times in brackets): Initial position (1.243 s),
somersault half completed (0.949 s); somersault completed, overrotation
already obvious (0.466 s); female dancer passes partner (0.277 s); accident
unavoidable (0.067 s); impact (0.0 s). (Hatze,1996)

81
Gbr. 5-8 : Hatze's anthropometric model (Hatze,1980)

C. CONTOH HASIL ANALISIS BIOMEKANIK DALAM CABANG OLAHRAGA

Seorang pelatih pada saat melihat atlet asuhannya sedang melakukan


latihan meningkatkan performanya atau mungkin pertandingan dapat muncul
perasaan gembiranya, atau cemas, tetapi mungkin juga muncul rasa bersalah. Pada
umumnya pelatih tidak punya cukup waktu untuk memberikan bimbingan kepada
sejumlah anak asuhannya termasuk memberikan informasi secara individual

82
tentang kesalahan-kesalahan gerak yang mereka lakukan. Disamping itu atlet juga
perlu ada waktu luang untuk dapat menerima informasi tentang kesalahan yang
ada pada dirinya.

Informasi yang diberikan pada suatu proses pembelajaran atau latihan


yang pada umumnya menunjukkan keselahan-kesalahan disebut dengan feedback
atau umpan balik (Drowatzky, 1981). Dengan diberikannya umpan balik ini atlet
akan lebih mudah memahami gerakannya (Bouquet, C.A. dkk., 2007).

Dapat dipastikan bahwa salah satu hal penting dalam proses


pembelajaran termasuk kepelatihan olahraga adalah adanya penerapan feedback
yang berkenaan dengan perilaku atau gerakan selama proses berlangsung. Feedback
merupakan konsekuensi logis dalam sutu pembelajaran gerak apapun untuk
meningkatkan Tentu saja komentar secara verbal paling sering dilakukan untuk
memberikan pengarahan kepada atlet secara simultan.

Sebagaimana diketahui jenis dan tujuan umpan balik (feedback)


bergantung kepada jenis keterampilan dan performa yang dipelajarinya. Umpan
balik dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:

Gbr. 5-9 :
Intrinsic dan exstrinsic
feedback

83
Jika ditinjau dari bentuk feedback tersebut, maka Biomechanical
feedback pada umumnya termasuk jenis Extrinsic feedback karena hasil analisis
pengamatan yang dilakukan pada proses latihan menyangkut perihal performan
tayang ulang kegiatan untuk dibandingkan dengan performa sebelumnya dan
ditujukan untuk memperbaiki performa selanjutnya.

Umpan balik biomekanik dapat dilakukan dengan maksimal


manakala disertai sarana dan prasarana yang memadai. Hasil analisis atau informasi
gerak yang telah dilakukan atlet dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif.
Untuk mendapatkan informasi kuantitatif dari suatu gerak atlet diperlukan
perlalatan dan software analisis gerak tertentu baik 2 Dimensi maupun 3 Dimensi
misalnya: Dartfish, APAS dan MOVEN. Sedangkan untuk informasi kualitatif, selain
dengan peralatan khusus analisis gerak seperti qualisys dan simi, juga bisa
diperoleh secara sederhana dengan program komputer bawaan windows yaitu
movie maker. Berikut contoh penerapan analisis Biomekanika Teknik Sepak Takraw.

Analisis Mekanika
Teknik Sepak Takraw

Feed Tekong Spiker


er

- Arah Bola ● Posisi bola saat ■ Tinggi Lompatan


- Ketinggian disepak ■ Tinggi Jangkauan
Bola ● Posisi tubuh ■ Jarak Bola dengan Posisi
- Bentuk ● Posisi Awal Awal Tubuh
Lintasan ● GRF ■ Posisi Tubuh Awal, di
Bola ● Ayunan Tungkai Udara, Mendarat
- Posisi Bola (Kec, F) ■ Posisi Tubuh Terhadap
Terhadap ● Perkenaan Bola Bola (arah dan posisi)
Pemain dengan kaki ■ Kecepatan Smash
Penerima ■ Perkenaan Bola dengan
Kaki
■ Power kaki
■ Tenaga yang dibutuhkan
untuk 1 kali melompat

Gbr. 5-10 :
Contoh feedback analisis teknik pada Sepak Takraw

84
Bagan di atas menunjukkan bagian-bagian dari teknik sepak takraw yang
perlu dan bisa dilakukan analisis mekanik baik secara kuantitaif maupun kualitatif.
Hasil analisis dapat digunakan sebagai koreksi atas teknik yang telah dilakukan
sebagai upaya meningkatkan kualitas teknik olahraga khususnya cabang olahraga
Sepak Takraw. Berikut ini adalah hubungan dari analisis biomekanik dengan upaya
peningkatan kualitas teknik gerak (Ae dkk, 1995; Ae dan Kubo, 1999) Didalam
meningkatkan kualitas teknik biasanya dimulai dengan membandingkan performa
atlet dengan model mekanik dari performa suatu teknik gerak. Model yang
digunakan sebagai pembanding adalah pemain yang memiliki teknik yang sangat
bagus dan benar-benar terampil. Sehingga ketika kemudian membandingkannya
bisa digunakan untuk mengetahui kekuarangan dan faktor-faktor keterbatasan
pemain. Kemudian dapat dapat disusun dan dipilih suatu model pendekatan latihan
yang tepat sehingga kualitas teknik benar bisa meningkat. Setelah dilakukan koreksi
terhadap teknik dalam latihan maka selanjutnya dapat diulang kembali untuk di
analisis ulang jika perlu.

Gbr. 5-11 :
Hubungan Analisis Biomekanika Olahraga dalam
proses pelatihan teknik gerak.

85
Gbr. 5-12 :
Alur pemanfaatan Analisis Biomekanika Olahraga
untuk perbaikan teknik olahraga.

1. Analisis Biomekanik Teknik Sepak Mula

Perkenaan Bola Dengan Kaki

Dalam hasil penelitian pada suatu pertandingan sepak takraw yang


ditemukan bahwa perolehan angka dalam permainan sepak takraw terbesar 24
% diperoleh dari teknik sepak mula (Hakim, 2007), maka disini akan dicontohkan
analisis teknik sepak mula. Perhatikan gambar pada halaman berikut.

86
A

Gbr. 5-13 :
Stik Analisis, Teknik Sepak Mula.

Gambar 5.13 di atas merupakan hasil analisis batang dari teknik sepak
mula, yang digunakan untuk mengetahui posisi bola dan model sepak mula.
Pengaruh posisi bola saat perkenaan dengan kaki tekong saat melakukan sepak
mula, sangat mempengaruhi pola gerak bola hasil sepak mula, khususnya bentuk
lintasan bola. Yang tentunya berpengaruh juga terhadap kecepatan bola.
Berdasarkan hasil analisis tiga model perkenaan bola tersebut diatas maka dapat
jelaskan sebagai berikut. Pada model sepak mula A merupakan bentuk
sepakmula yang paling sering digunakan oleh atlet yang setingkat pemain PON
sebagaimana hasil analasis yang dilakukan pada pertandingan di PON XVII Kaltim
2008 (Hakim, 2008). Pada model A, merupakan teknik yang menghasilkan sepak

87
mula paling optimal, karena bola yang dihasilkan memiliki kecepatan yang cukup
cepat dan cenderung terarah. Demikian juga dengan jangkauan kaki ketika
menyepak bola akan pada titik tertinggi sehingga h 0 (height of release) bola
mendapatkan tinggi yang optimal. Sedangkan model B, dimana perkenaan bola
sedikit di belakang tubuh, maka cenderung menghasilkan bola yang relatif lebih
lambat, sehingga bola hasil sepakmula lebih mudah diterima lawan. Kondisi bola
yang demikian biasanya disebabkan oleh umpan atau lambungan yang
terlampau jauh. Sebaliknya, untuk model C, perkenaan bola dengan kaki sedikit
lebih di depan. Kekurangan model ini adalah bola yang dihasilkan cenderung
selalu cepat, dan relatif sedikit lebih sulit untuk diarahkan. Pada tekong yang
memiliki ketinggian tubuh relatif pendek (<165 cm), sepak mula model C akan
menghasilkan bola yang sering tidak menyebrang sebagai akibat nyangkut di
Net. Sebaliknya pada, tekong dengan ketinggian tubuh yang relatif tinggi maka
ini sangat efektif untuk menghasilkan tekong yang sangat cepat. Berikut
berbandingan hasil lintasan, dan kecepatan bola dari ketiga model sepak mula di
atas:

Gbr. 5-14 :
Lintasan bola, Sepak Mula dari model A, B dan C.

88
Sedangkan kecepatan rata-rata masing-masing model adalah sebagai berikut:

Model Rata-Rata Kecepatan Bola


A 15.74074 meter/detik
B 11.64384 meter/detik
C 32.69231 meter/detik

1. Faktor Mekanik Yang Mempengaruhi Sepak Mula

V bola

Lintasan Kaki

Melingkar

Gbr. 5-15 :
Bentuk lintasan kaki pada teknik sepak mula.

Pada dasarnya bentuk sepakan dalam teknik sepak mula mebentuk


lingkaran, sehingga kecepatan bola (Vbola) sepakan bergantung pada kecepatan
sudut (ωkaki) yang di hasilkan oleh perputaran kaki yang digunakan untuk
menyepak. Sehingga berdasarkan rumus perhitungan Moment of Inertia (I) =
m.r2 , maka dalam hal ini bisa ditentukan faktor-faktor mekanik yang
berpengaruh terhadap Gaya (F), Momentum (L), Energi Kinetik (KE) dan Work-
Energy (WE) (Tnetθ) pada teknik gerak sepak mula.

89
Gbr. 5-16 :
Hubungan Moment of Inertia dengan
Gaya, Momentum, KE dan WE.

Berdasarkan bagan hubungan pada gambar 5-16 di atas, maka semakin


besar moment of inertia, akan semakin besar pula, gaya, momentum, dan, KE
yang dihasilkan. Demikian juga WE yang diperlukan juga semakin besar.
Sehinggga jika seorang tekong ingin menghasilkan sepak mula dengan bola yang
cepat dan kuat maka juga harus di perhatikan pula momentum of inertia yang ia
hasilkan yaitu dengan memperbesarnya. Dengan demikian, karena Moment of
Inertia (I) = m.r2 dalam hal ini m = massa tungkai, r = panjang tungkai. Dalam
proses pelatihan maka yang perlu dilakukan adalah dengan menambah massa
tungkai dengan memberi latihan beban, sehingga kekuatan tungkai semakin
meningkat. Demikian juga dengan latihan beban, massa otot dan tulang akan
juga mengalami peningkatan sebagai akibat hypertropy dan memadatnya tulang.
Tidak hanya itu, latihan kecepatan juga harus dilakukan oleh karena, dengan
otot yang kuat dan cepat bisa menghasilkan power (P), Momentum, dan
kecepatan sudut (ωkak).

Implikasi lainnya adalah dalam proses pemanduan bakat atlet sepak


takraw khususnya posisi tekong, hendaknya dipilih calon atlet yang memiliki

90
karakteristik antropometri tungkai panjang. Dengan panjangnya tungkai seorang
tekong maka beberapa keuntungan yang akan dapat diperoleh adalah mement
of inertia (I) akan menjadi semakin besar oleh karena lebih besarnya jari-jari (r),
jangkauan ketinggian bola semakin tinggi sehingga menungkinkan untuk
melakukan servis yang keras dan cepat sehingga bola lurus menukik.

Bagaimanapun juga untuk melakukan analisis teknik olahraga sepak


takraw, sebaiknya dan akan lebih optimal jika petugas observer juga memahami
tentang karakteristik teknik cabang olahraga sepak takraw. Demikian juga
dengan karakteristik fisik dan mental atlet yang harus diketahui. Sehingga dapat
benar-benar menghasilkan umpan balik yang tepat untuk melakukan perbaikan
teknik dan strategi pelatihan teknik. Walaupun analisis biomekanika berupa
pengamatan teknik cenderung membutuhkan software yang relatif mahal dan
membutuhkan keterampilan khusus yang biasanya hanya dimiliki oleh ahli
biomekanika olahraga, namun melalui penjelasan berikut ini diharapkan dapat
membantu pelatih untuk mampu melakukan analisis teknik gerak sepak takraw
secara kualitatif dengan hanya bantuan perekam video dan seperangkat
komputer yang terdapat software widows movie maker.

2. Pembuatan Umpanbalik Biomekanik Secara Kualitatif

Didalam pembuatan umpanbalik kualitatif yang dilakukan hanya dengan bantuan


peralatan sederhana, yang paling harus diperhatikan adalah:

a. Tentukan tujuan perekaman atau observasi. Misalnya: ingin mengetahui


kecenderungan arah sepak mula sebagai akibat tidak konstanya lambungan.
b. Siapkan kamera perekam beserta tempat yang digunakan sebagai tempat
kamera agar tidak goyang-goyang.
c. Penempatan posisi kamera terhadap objek yang akan diobservasi harus
sesuai dengan tujuan perekaman atau observasi.

91
d. Setelah penempatan kamera ditetapkan, atur fokus dan area yang bisa
direkam kamera. Lakukan percobaan, karena pada saat perekaman, fokus
kamera harus tidak boleh diubah-ubah.
e. Lakukan perekaman pada pemain secara bergantian.
f. Kemudian hasil rekaman ditransfer ke hardisk, dan disimpan dalam bentuk
Mpg.
g. Setelah tersimpan di dalam hardisk, kemudian bukalah program movie
maker.
h. Dalam program movie maker, import video untuk membuka file rekaman.
i. Play video pada tampilan frame video, untuk memainkan video. Jika
diperlukan anda bisa memainkan video tersebut secara lebih lambat, dari
frame-per frame dengan menekan tombol Alt + , bahkan anda juga bisa
memutar ulang (rewind) secara frame-per frame dengan tombol Alt + .
j. Berdasarkan hasil rekaman dan olah data melalui movie maker tersebut anda
akan bisa melakukan analisis sebagaimana tujuan awal. Sehingga pada
akhirnya dapat diketahui faktor yang mempengaruhi arah sepak mula.
k. Hasil analisis tersebut kemudian dapat digunakan sebagai pelatih untuk
menyusun pelatihan guna memperbaiki teknik atlet. Akan lebih baik lagi jika
hasil rekaman pada saat di Asrama dan dalam kondisi yang santai, rekaman-
rekaman tersebut ditayangkan kembali oleh kepada atlet sambil pelatih
memberikan keterangan tentang koreksi gerakan atlet. Dengan demikian
akan meningkatkan persepsi gerak atlet dan akan meningkatkan waktu atlet
dalam memahami konsep geraknya.

92
Gbr. 5-17 :
Contoh Analisis Kualitatif dengan program windows movie maker.

Cam Cam

Cam
Cam

Cam

Gbr. 5-18 :
Contoh penempatan posisi kamera untuk perekaman gerak atlet Sepak Takraw.

93
Analisis Lari Gawang (melewati gawang)

Lari Gawang merupakan jenis keterampilan ’membawa tubuh untuk


mencapai waktu secepat mungkin,’ dan juga ’mengatur tubuh diudara,’ dengan
’melakukan pola gerak yang telah diisyaratkan.’ Perhatikan analisis gerak berikut
(Melewati Gawang), dengan menggunakan kamera high speed dari samping dan
depan, dan menggunakan soft-ware Kinovea.

Gbr 5-19 : Take-off, Flying, and Landing. Lari Gawang.

TEKNIK LARI
Mengatur Mengatur
Di Di
- Fleksi -
Ekstensi
- Abduksi
-
Gbr. 5-20 : Feedbak lari gawang, ketika melewati mistar.

94
a. Saat Take-off
1) Sikap kaki :
2) Sikap badan :
3) Sikap tangan :
4) Waktu take-off :

b. Saat Melayang
1) Sikap kaki :
2) Sikap badan :
3) Sikap tangan :
4) Tinggi melayang :
5) Waktu melayang :

c. Saat Landing
1) Sikap kaki :
2) Sikap badan :
3) Sikap tangan :
4) Waktu landing :

95
Penutup

Sebagaimana yang telah disebutkan jelaskan di atas, bahwa dengan


pemanfaatan umpan balik biomekanik dalam suatu pelatihan teknik cabang
olahraga khususnya sepak takraw, proses pelatihan teknik akan menjadi lebih
efektif. Hal ini didukung oleh karena dengan analisis biomekanik, dapat diketahui
kesalahan gerakan teknik atket sehingga dapat membantu atlet dan dalam
mencari solusi permasalahaannya, dan memberikan motivasi kepada atlet untuk
membenarkan kesalahan-kesalahan gerakan teknik yang telah dilakukannya.
Sebagai umpan balik yang efektif hasil analisis biomekanik dapat digunakan
sebagai berikut:

1. Membuat atlet mengetahui konsep gerakannya


2. Mendorong atlet untuk menemukan teknik baru (modifikasi) sebagai upaya
perbaikan dan optimalisasi gerakan.
3. Memberikan data-data biomekanis dari pola gerakan-gerakan atlet.
4. Melakukan koreksi teknik gerak dengan membandingkannya dengan model.
5. Mengidentifikasi gap antara subjektifitas persepsi atlet terhadap teknik
geraknya yang merupakan hasil analisis yang objektif.

96
DAFTAR REFERENSI

Adrian, M.J. (1995). Biomechanics of Human Movement. New York. WCB /


McGraw-Hill.

Battinelli, Thomas (2007). Physique, Fitness, and Performance, Second Edition.


Boca Raton London New York. Taylor & Francis Group, CRC Press.

Carr, G. (1997). Mechanics of Sport, A Practitioner’s Guide. Australia – America.


Human Kinetics

Dadang Masnun (2007). Kinesiologi, Materi Perkuliahan FIK UNJ. Jakarta.

Hay, J. (1993). The Biomechanics of Sports Techniques. New Jersey. Prentice-Hall


Inc.

Hall, S.J. (1995). Basic Biomechanics. New York. The McGraw-Hill Companies Inc.

Imam Hidayat (…….).Biomekanika Olahraga, Materi Perkuliahan. UPI, Bandung.

Lippert, Lynn S. (2006). Clinical Kinesiology and Anatomy. Philadelphia, F.A.


Davis Company.

McLester, John and St.Pierre, Peter (2008). Applied Biomechanics: Concept and
Connections. Belmont, USA. Thomsons Wadsworth.

McMorris, Terry (2004). Acquisition and Performance of Sport Skills. University


College, Chichester, UK. John Wiley & Sons, Ltd.

Saladin (2003). Anatomy and Physiology, The Unity of Form and Function, Third
Edition. The McGraw-Hill Company.

Winter, D.A. (1979). Biomechanics of Human Movement. New York. John Wiley
& Sons.

97

Anda mungkin juga menyukai