CGP dapat mengembangkan ide kolaboratif menjadi prakarsa perubahan melalui perencanaan
program/kegiatan menggunakan model manajemen perubahan BAGJA.
Pertanyaan Pemantik:
3. Siapa yang perlu terlibat dalam menyusun perencanaan program/kegiatan, termasuk pemangku
kepentingan di dalam dan di luar sekolah?
4. Bagaimana strategi efektif untuk memobilisasi dukungan, memandu dialog, dan mendorong
kolaborasi di antara murid, guru, kepala sekolah, dan anggota komunitas?
Jawaban
3. Keterlibatan murid, guru, kepala sekolah, dan anggota komunitas sekolah adalah kunci dalam
menyusun perencanaan. Dukungan, dialog, dan kolaborasi mendorong keberhasilan implementasi
program/kegiatan.
4. Kerangka BAGJA juga memandu dalam menentukan suara, pilihan, dan kepemilikan murid untuk
mewujudkan program/kegiatan yang relevan dan efektif. Pemikiran ini membantu menciptakan
lingkungan belajar yang memadukan keberagaman. Saat menggunakan kerangka BAGJA, perhatian
harus diberikan pada komponen Profil Pelajar Pancasila, aset sekolah, dan karakteristik lingkungan.
Dasar Filosofis
Ki Hajar Dewantara
Filosofi KHD bertujuan memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat), dengan fokus
pada pengajaran dan pendidikan yang bermanfaat untuk kehidupan bersama.
1. Mandiri
Program Spensa Masagi (SMPN 1 Sumedang Membuat poster Aksara Sunda Digital) dapat
membantu murid untuk mengembangkan kemandirian dalam diri mereka. Misalnya, murid dapat
membuat poster aksara Sunda digital yang mereka buat sendiri.
2. Kreatif
Program Spensa Masagi (SMPN 1 Sumedang Membuat poster Aksara Sunda Digital) ini dapat
membantu murid untuk mengembangkan kreativitas dalam diri mereka. Misalnya, murid dapat
membuat poster aksara Sunda digital yang unik dan inovatif.
1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan
merasakan emosi yang positif. Membuat poster aksara Sunda digital dapat membantu murid untuk
mengembangkan kreativitas, kesadaran, dan kemandirian.
2. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif. Membuat poster
aksara Sunda digital dapat menjadi aktivitas yang menarik dan membangun hubungan antar siswa.
Program Spensa Masagi (SMPN 1 Sumedang Membuat poster Aksara Sunda Digital) adalah upaya
inovatif untuk melestarikan aksara Sunda melalui pendekatan digital.
Melibatkan siswa, program ini menginspirasi kreativitas dalam pembuatan poster digital berisi aksara
Sunda tentang idiom atau pakeman basa (Babasan Paribasa dan maknanya). Dengan tujuan
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan siswa tentang aksara Sunda.
Program ini mendorong pemanfaatan teknologi digital sebagai sarana edukasi. Prakarsa perubahan
mencakup pengembangan kurikulum, pemanfaatan teknologi digital, dan kerjasama dengan
stakeholder dalam hal ini percetakan.
Kegiatan Spensa Masagi ini dilaksanakan secara intrakurikuler di dalam kelas sesuai jadwa pelajaran
Bahasa Sunda untuk jenjang kelas 7 dan 8.
Diharapkan program ini menghasilkan dampak positif berupa peningkatan minat siswa, karya seni
digital edukatif, dan pelestarian aksara Sunda di kalangan generasi muda. Kesimpulannya, Spensa
Masagi memiliki potensi besar untuk mencapai tujuan melestarikan budaya Sunda.
Tahapan Bagja
BAGJA, singkatan dari lima tahapan kunci dalam metode inkuiri apresiatif dalam program guru
penggerak, mencakup langkah-langkah berikut dan tujuannya:
Menyusun pertanyaan kunci untuk mengarahkan penelitian pada kekuatan, potensi, dan peluang;
merumuskan tujuan; dan menginspirasi perubahan.
Ambil Pelajaran
Dok. Pribadi
Menganalisis pembelajaran dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, atau literatur yang
relevan.
Gali Mimpi
Dok. Pribadi
Melibatkan komunitas sekolah, termasuk murid, guru, kepala sekolah, dan staf, untuk memahami
pentingnya mewujudkan mimpi dan cita-cita.
Jabarkan Rencana
Dok. Pribadi
Atur Eksekusi
Tujuan dari tahapan BAGJA dalam program Spensa Masagi adalah menumbuhkembangkan rasa cinta
peserta didik terhadap aksara Sunda sebagai warisan budaya leluhur Sunda, menciptakan lingkungan
positif untuk pertumbuhan dan perkembangan sekolah yang peduli pada kearifan lokal yang
berkelanjutan, serta mengelola perubahan positif secara lebih efektif.
Sebagai penutup, demonstrasi kontekstual Modul 3.3 Pengelolaan Program bukan sekadar
penerapan teori secara harfiah, melainkan juga meresapi nilai-nilai pendidikan yang mendasari setiap
keputusan.