Diajukan oleh :
A. Latar Belakang
Perubahan menjadi lansia atau tua merupakan suatu fase kehidupan yang
pasti dialami setiap orang dan setiap manusia. Proses menua ditandai dengan
perubahan yang meliputi anatomi dan fisiologi organ sistem, sehingga dapat
penyakit rematik dari 0,1 % menjadi 0,3% menunjukan bahwa pada orang yang
kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Badan kesehatan dunia
mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang.
signifikanpada tahun 2007, yakni jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta
jiwa. Jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang.
Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari
seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Pada tahun 2017 terdapat 23,66 juta
rentan terkena infeksi penyakit yang dikarenakan menurunnya fungsi tubuh dan
terganggunya psikologis pada lansia. Salah satunya nyeri pada persendian yang
sering dialami oleh lansia yaitu Rheumatoid arthritis (Yuni, 2018). Penyakit
kekakuan sendi pada pagi hari (Iltchev et al., 2016). Rheumatoid Arthtritis (RA)
wanita dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Dargham et al.,
2018). WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari
populasi, hanya 24% yang pergi kedokter, sedangkan 71% nya cenderung
langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang terjual bebas. Angka ini
jumlah lansia pada tahun 2013 adalah 8,9% dari jumlah penduduk Indonesia,
persentase tersebut akan terus meningkat dan diperkirakan menjadi 21,4% pada
Dikutip dari Prio et al., (2017) bahwa berbagai penelitian telah dilakukan
penurunan nyeri yaitu oleh fehr G.L; Junior A.C; Cacho E.W.A; dan Miranda J.B
tentang penggunaan sendi yang baik, dan cara menghemat energy tubuh.
Aktivitas gerak fisik atau olahraga dapat mengurangi nyeri dan kekakuan sendi,
informasi tentang status kesehatan kepada klien dan keluarga dalam mencapai
keperawatan diri yang sesuai dengan kemampuannya (Potter & Perry, 2017).
Menurut Tabloski (2014), edukasi yang dapat diberikan kepada lansia dan
yang sehat, pengobatan terhadap penyakit yang dialami serta rehabilitasi penyakit
pada lansia dan keluarga. Latihan gerak sendi merupakan salah satu cara
efektif dan efisien karena pelaksanaannya lebih fleksibel dan berfokus pada sendi
yang sakit (Monayo & Akuba, 2019). Latihan ini menekankan pada pikiran,
gerakan fisik, dan pernafasan. Gerakan pada latihan ini juga terkoordinasi dari
otot-otot tubuh sehingga diperoleh stabilitas dan fleksibilitas tubuh yang baik
Menurut Mujib (2016), nyeri yang dialami oleh penderita dapat dikurangi
dengan melakukan latihan gerak sendi dan ROM, dimana pada saat latihan
menopang beban dan juga dapat meningkatkan metabolisme cairan sensi synovil
Penelitian Prio et al. (2017) yang berjudul Pengaruh Latihan Gerak Aktif
Kaki dengan Teknik Open Kinetic Chain Exercise terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri pada Lansia dengan Nyeri Sendi Osteoartritis dan Rheumatoid yang
diketahui hasil bahwa ada efektivitas latihan kaki dengan metode rantai kinetik
terbuka untuk menurunkan tingkat rasa sakit pada orang tua dengan rasa sakit
terapi lutut. Menurut Marlina (2015), latihan lutut secara intensif dapat
digunakan adalah dengan cara melakukan gerakan Open Kinetic Chain. Tujuan
gerakan Open Kinetic Chain adalah menghambat terjadinya atrofi otot dan
melalui gerak antar persendian secara berlahan yang akan menstimulasi mechano
Keluarga (KK) dengan jumlah lansia sebanyak 41 orang. yang satu diantaranya
dengan Osteroartritis dan mengeluhkan nyeri sendi. Dari data yang didapatkan
Exercise.
Kesehatan Open Kinetic Chain Dalam Upaya Pengurangan Nyeri Pada Lansia
Kesehatan Open Kinetic Chain Dalam Upaya Pengurangan Nyeri Pada Lansia
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Kesehatan Open Kinetic Chain Dalam Upaya Pengurangan Nyeri Pada Lansia
2. Tujuan khusus
D. Manfaat
1. Teoritis
pasien dan keluarga Reumatik dan pegurangan nyeri dengan Open Kinetic
Chain.
pada Lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit,
seorang diri.
sebagai berikut :
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
3. Ciri–Ciri Lansia
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi
(Kholifah, 2016).
yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
2016).
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh :
2016).
(Kholifah, 2016):
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
3) Sistem Muskuloskeletal
lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem respirasi
7) Sistem perkemihan
8) Sistem saraf
9) Sistem reproduksi
b. Perubahan Kognitif
2) IQ (Intellegent Quotient)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan mental
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
dan famili.
d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
3) Depresi
4) Gangguan cemas
5) Parafrenia
6) Sindroma Diogenes
perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena
1. Pengertian
Dewi (2020) adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
mencium bau wangi atau busuk,mengecap rasa manis atau pahit yang
meskipun begitu nyeri berbeda dengan stimulus panca indera itu dikarenakan
karena stimulus nyeriadalah hal yang berasal dari kerusakan pada jaringan
mengalami nyeri
3. Dampak Nyeri
nyeri tidak segera diatasi secara adekuat akan memberikan efek yang
melalui respon fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Penilaian intensitas
kata. Dalam hal ini pasien menilai nyeri yang dirasakan dengan
menggunakan skala 0-10. Skala ini efektif untuk digunakan sebagai alat
terapeutik
Gambar 2. 1. Skala Penilaian Numerik
Sumber : Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (Mubarak et al., 2015)
Skala Keterangan
1. Pengertian
fungsi banyak sendi (Afwa et al., 2018). Reumatoid arthritis menurut Noor
menyerang sendi sertai nyeri sendi. Penyakit ini dapat menyebabkan sinovitis
profilatif non supuratif yang dapat merusak tulang rawan dan tulang
sinovial disertai dengan edema, kogesti vaskuler eksudat dan infiltrasi seluler.
artikular sebagai contoh kulit, jantung, pembulu darah, otot dan paru,
(radang sendi) ada 3 jenis yang paling sering yang diderita adalah
benjolan pada sendi atau juga bisa menyebabkan peradangan pada sendi.
2018).
deformitas. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan
inflames erosive, kronis, dan simetris pada jaringan sendi sinovial sendi.
hasil akhir umum dari penyakit yang menetap. Gejala non artikuler dapat
terjad iantara lain nodus subkutan, vaskulitis, nodulus paru, atau fibrosisusus
dan perikarditis.
virus Epstein Barr, atau virus lain dapat memainkan peran dalam memulai
rheumatoid artritis antara lain jenis kelamin, ada riwayat keluarga yang
menderita reumatoid artritis, umur lebih tua, paparan salisilat, dan merokok.
Konsumsi kopi lebih dari tiga cangkir sehari, khususnya kopi decaffeinated
yang bermakna selama kehamilan dan biasanya akan kambuh kembali setelah
terlibat pada indeks yang lebih tinggi pada 32% untuk kembar identik
perbedaan genetik antara ibu dan anak. Ini merupakan area yang menarik
untuk diteliti. Bukti genetik terkait terlihat pada hubungan antara reumatoid
artritis dan HLA-DR4, yang merupakan alel di MHC pada lengan pendek
kromosom 6.
a. Jenis Kelamin.
b. Umur
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (arthritis
rheumatoid juvenil)
c. Keluarga.
d. Merokok.
Dapat meningkatkan risiko terkena Artritis Reumatoid.
3. Patofisiologi
berubah ini, biasanya terdapat pada orang yang mengalami reumatoid artritis,
4. Manifestasi Klinis
Ada beberapa gejala klinis yang lazim ditemukan pada penderita
rheumatoid artritis. Gejala klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat
yang bersamaan oleh karena itu penyakit ini memiliki gejala aran klinis yang
sangat bervariasi.
aktivitas dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul pada pagi hari
bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi
atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan berkurang setelah melakukan
aktivitas.
d. Kekakuan sendi di pagi hari lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisata
e. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
tempat-tempat lainnya.
5. Jenis Rematik
b. Artritis Reumatoid.
morfologis, dan keluaran klinis yang sama. Pada stadium lanjut, rawan
dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini
tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui
berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis
d. Atritis Gout.
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat
makanan dengan kadar purin yang tinggi. Produksi asam urat meningkat
yang tinggi.
pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu
berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses
lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila
a. Nyeri
2010). Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang
c. Krepitasi sensasi
yang progresif.
genetik, jenis kelamin, usia, obesitas, infeksi, dan lingkungan. Salah satu
artritis seperti daerah 18q21 dari gen TNFRSR11A yang memberi kode
aktivator reseptor faktor nuklear kappa B. Gen ini memiliki peran penting
dalam resorpsi tulang pada rheumatoid arthritis (Yuni, 2018).
pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil atau sel-
dan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema, rasa hangat,
erythema dan rasa sakit atau nyeri.(Suarjana, 2009 dalam Yuni, 2018).
9. Pemeriksaan Penunjang
terutama pada (RA) tahap Reumatoid Arthritis awal. USG juga menjadi
diakses serta lebih aman dibanding sinar-X, CT-scan atau MRI (Amoako dan
Pujalte, 2014). Radiologi setiap sendi yang menyangga berat badan dapat
terkena, seperti panggul, lutut, selain itu bahu, tangan, pergelangan tangan,
tulang baru (semacam taji) yang terbentuk di tepi sendi. Penyempitan rongga
tidak sama. Badan yang longgar terjadi akibat terpisahnya kartilago dengan
badan yang terlalu berat, sehingga disertai pembentukan osteofit femoral dan
10. Penatalaksanaan
fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001 dalam
(Yuni, 2018).
a. Pemberian terapi
autoimun.
b. Pengaturan aktivitas dan istirahat
terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu
analgesik dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektif
d. Diet
dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat
f. Fisioterapi
sepatu yang bagian dalam dan luar di desain khusus pasien (RA),
spesifik. Keamanan dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu
dosis untuk terapi penyakit sendi adalah 2 x 250 - 375 mg sehari. Bila
dan menyebabkan rata infeksi yang rendah (di bawah 0,1%). Pasien
k. Celecoxib adalah obat yang lebih spesefik dan memiliki efek samping
Obat ini dapat menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang
tambahan bagi penderita rematik dalam fase tenang. Tetapi senam ini
adalah program olaraga ringan yang terdiri dari beberapa tahapan seperti
pemanasan, latihan inti satu (low impact untuk menguatkan kerja jantung
dan paru-paru). Latihan inti dua (dasar pencegahan dan terapi rematik).
dapat mengurangi gejala kekakuan sendi dan nyeri pada rematik (Yuni,
2018).
n. Terapi Pemijatan
antara gerakan pijat spesifik, massage, dan jenis gerakan pijat yang dapat
obat oles berbentuk krim ke bagian yang sedang sakit. Salah satu obat
dewasa dan anak-anak di atas umur 12 tahun karena mengandung zat non-
steroid dan anti peradangan (NSAID). Selain itu, krim ini juga
mengandung diklofenak yang dapat membantu meredakan rasa nyeri,
2018).
11. Komplikasi RA
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.
pada paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat
1) Osteoporosis.
Salah satu terapi non farmakologi yaitu terapi lutut. Terapi lutut yang
digunakan adalah dengan cara melakukan gerakan Open Kinetic Chain. Menurut
Colby & Kisner, Open kinematic chain exercise merupakan suatu bentuk latihan
dengan gerakan satu sendi, hanya terjadi pergerakan pada segmen distal tanpa
umumnya dilakukan pada posisi Non-Weight Bearing. Pada latihan jenis ini,
bagian distal dari segmen yang akan dilatih dapat bebas bergerak, tanpa
kontraksi pada salah satu otot saja atau satu kelompok otot saja. Selama Open-
Chain Exercise, akan dihasilkan kontrol gerakan yang lebih baik karena hanya
yang terjadi pergerakan pada multiple joint. Pada Open Kinematic Chain
kontak pada bagian proksimal sendi. Kontrol pergerakan yang lebih besar pada
Open-Chain Exercise dapat bermanfaat pada fase awal dalam proses rehabilitasi
lutut merupakan kombinasi dari leg extension dan leg curl. Berikut rincian
bentuk latihan:
1. Leg Curl
belakang terutama otot hamstring. Ini merupakan gerakan isolasi untuk paha
belakang. Latihan ini dapat dilakukan sebanyak 3-5 sets dengan 6-12 repetisi
(Darren, 2015).
Gambar 2.3
Open Kinematic Chain Exercise dengan Leg Curl
(Sumber : Colby & Kisner, 2007; Purnama, 2016)
2. Leg Extension
Duduk pada bangku leg extension dan posisikan kaki di belakang bantalan
dapat dilihat pada gambar 2.4. Latihan ini dapat dilakukan sebanyak 3-5 sets
Ko-aktivasi pada otot agonis dan otot antagonis terjadi selama proses
latihan open kinematic chain exercise. Beberapa latihan yang bersifat open
Stabilization). Latihan ini juga dapat meningkatkan kekuatan otot fleksor dan
memiliki efek samping pada sendi yang tidak stabil, cidera, atau sendi yang
sedang berada dalam proses penyembuhan akut (Colby & Kisner, 2007;
A. Pengkajian
1. Data inti
a. Lokasi :
2) Kota : Padang
5) RT :X
6) RW : 03
b. Demografis
c. Etnis
semua, tetapi masih ada yang utuh dan ada juga yang tidak utuh.
survey terdapat masjid untuk beribadah dan sebagian besar lansianya suka
a. Lingkungan
reumatik dan yang lainnya karna jangkauan dari puskesmas sangat tidak
alternative.
c. Ekonomi
kebanyakan sudah tidak bekerja dan hanya mengandalkan anak nya yang
bekerja.
d. Politik dan pemerintahan
e. Transportasi
f. Komunikasi
g. Pendidikan
h. Rekreasi
rekreasi.
B. Analisa Data
1. Posyandu Lansia
Pernah
64%
Diagram 3.1
Pengetahuan Lansia Tentang Posyandu
Tidak Pernah
100%
Diagram 3.2
Mengikuti Posyandu Lansia
Kencing manis
22%
Diagram 3.3
Penyakit yang diderita Lansia
penyakit reumatik, 29% Lansia dengan penyakit Darah tinggi, dan 22%
Berobat ke RS
50%
Berobat kepraktek Dokter
21%
Diagram 3.4
Tindakan lansia untuk mengatasi penyakit
berobat ke alternatif.
5. Aktifitas lansia sehari-hari
Diagram 3.5
Aktifitas lansia sehari-hari
Tabel 3.1
Analisa Data
No Data Masalah
1 Berdasarkan hasil studi dokumen Defisiensi
Berdasarkan hasil studi dokumen bahwa 85% penduduk Kesehatan
lansia kebanyakan sudah tidak bekerja dan hanya Komunitas
mengandalkan anak nya yang bekerja
Berdasarkan hasil wawancara
- Berdasarkan hasil wawancara bahwa pelayanan
kesehatan sulit dijangkau oleh masyarakat
- Jumlah tenaga kesahatan yang tidak mencukupi,
sehingga sulit untuk melakukan kegiatan di luar
gedung
Berdasarkan hasil angket
- Berdasarkan hasil angket, hanya 21% lansia yang
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan serta
puskesmas. Yang melakukan kunjungan ke Rumah
Sakit sebanyak 50% karena masih tinggal dengan
anak sehingga diantar ke Rumah Sakit.
2 Berdasarkan hasil wawancara Ketidak
- Terdapat kader kesehatan namun belum terlalu efektifan
memahami tentang penyakit reumatik pemeliharaan
- Berdasarkan hasil wawancara kader bahwa mereka kesehatan
jarang mengkaji kesehatan pada lansia lansia
Berdasarkan hasil angket
- 75% lansia tidak paham mengenai penyakit rematik
dan akibat yang ditimbulkannya.
- Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 orang
lansia mereka belum pernah mendapatkan
penyuluhan terkait penyakit reumatik.
Berdasarkan hasil angket
- Berdasarkan hasil angket 49% lansia mengalami
masalah kesehatan reumatik
C. Intervensi
Kesehatan Open Kinetic Chain dalam upaya pengurangan nyeri pada lansia
Buaya Kota Padang Tahun 2022. Pembahasan ini akan dibuat berdasarkan
teori dan asuhan yang nyata, dalam hal ini penulis akan membahas melalui
A. Analisis Pengkajian
Lubuk Buaya yang memiliki 1unit fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas yang
Buaya berjalan dengan baik dan juga kegiatan posyandu juga aktif di lakukan
Namun kendala yang terjadi saat ini ialah lansia sulit mengakses layanan
puskesmas dan lebih memilih ke Rumah Sakit untuk berobat dan diatarkan oleh
bahwa jumlah tenaga kesahatan yang tidak mencukupi, sehingga sulit untuk
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data klien,
Ganting yang di lakukan pada 2 Desember 2021 melalui wawancara ada beberapa
Scale (NRS) dan di dapatkan 7 orang lansia tersebut mengalami nyeri ringan
ringan dan 13 orang mengalami nyeri sedang dengan kekakuan sendi di pagi hari
Sesuai dengan pendapat Saifudin (2018), Gejala klinis ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena itu penyakit ini memiliki gejala
aran klinis yang sangat bervariasi, salah satunya kKekakuan sendi di pagi hari
lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-
sendi, kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang
biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
kaku pada pagi hari. Nyeri yang dirasakan lansia dengan rheumatoid arthritis
dimulai dari adanya faktor pencetus, yaitu berupa autoimun atau infeksi,
dilanjutkan dengan adanya poliferasi makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit
terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil atau sel-sel inflamasi (Yuni,
2018).
bahwa lansia yang menjadi responden sesuai dengan tanda dan gejala yang ada
diteori dan pengkajian dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara teori dan
tinjauan kasus.
C. Analisis Intervensi
tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan
keperawatan yang telah disusun oleh NANDA, NIC, NOC, dalam hal ini setiap
logis dan sesuai dengan kondisi masyarakat. Penulis melakukan intervensi Open
Kinetic Chain untuk mengurangi nyeri yang di alami oleh lansia yang dikarenakan
Rheumatoid Arthritis.
oleh Prio et al. (2017) yang berjudul Pengaruh Latihan Gerak Aktif Kaki dengan
Teknik Open Kinetic Chain Exercise terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada
Lansia dengan Nyeri Sendi Osteoartritis dan Rheumatoid yang diketahui hasil
bahwa ada efektivitas latihan kaki dengan metode rantai kinetik terbuka untuk
menurunkan tingkat rasa sakit pada orang tua dengan rasa sakit yang disebabkan
Salah satu terapi non farmakologi yaitu terapi lutut. Terapi lutut yang
digunakan adalah dengan cara melakukan gerakan Open Kinetic Chain. Open
distal dari segmen yang akan dilatih dapat bebas bergerak, tanpa melibatkan
bagian distal dari sendi yang terkait dan aktivasi otot terjadi pada otot yang
melewati otot tersebut. Open Kinematic Chain Exercise pada umumnya dilakukan
pada posisi Non-Weight Bearing (tidak menumpu berat badan). Dalam Open
berpengaruh untuk mengurangi rasa nyeri pada lansia dengan Rheumatoid, hal ini
tidak memiliki kesenjangan dalam penelitian yang di lakukan dan di terapkan oleh
peneliti terhadap evidence based yang ada tentang penerapan Open Kinematic
Chain Exercise ini untuk mengatasi masalah nyeri pada penderita Rheumatoid
yang terjadi pada lansia khususnya pada 20 orang lansia yang ada Kelurahan
Batang Kabuang Ganting. Secara garis besar, tindakan yang dilakukan pada
intervensi tidak bertolak belakang dengan evidance besed yang di lakukan juga
oleh Prio et al. (2017) yang berjudul Pengaruh Latihan Gerak Aktif Kaki dengan
Teknik Open Kinetic Chain Exercise terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada
D. Implementasi Keperawatan
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
keperawatan langsung.
dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien saat
Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi pasien. Setelah
tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat
consent) dengan pasien yang isinya menjelaskan apa yang akan dilaksanakan
peran serta yang diharapkan dari pasien, dokumentasikan semua tindakan yang
nyeri, Dullu (2016) menambahkan 40% pasien menggunakan terapi lutut guna
mengurangi nyeri sendi pada Osteoarthritis. Terapi lutut yang digunakan adalah
dengan cara melakukan gerakan Open Kinetic Chain. Tujuan gerakan Open
sirkulasi darah, mengubah serabut matriks yang tidak beraturan melalui gerak
antar persendian secara berlahan yang akan menstimulasi mechano growth faktor
Kinetic Chain kepada lansia, maka hasilnya sudah dapat dilihat bahwa lansia
sudah mengerti tentang Open Kinetic Chain dan dan data yang di dapatkan pada
berkesinambungan bisa menjadi suatu yang baik untuk penanganan masalah nyeri
pada lansia dengan Rheumatoid, hal ini dapat di jadikan sebagai keahlian mandiri
yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien,
evaluasi dilakukan secara terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan
menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada
data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil
dengan tujuan. Planning, perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis
pada respon pasiennya yang terdiri dari tindak lanjut pasien dan tindak lanjut oleh
Berdasarkan hasil penelitian dapat di lihat hasil dari Open Kinetic Chain
F. TELAAH JURNAL
Pengaruh Latihan Gerak Aktif Kaki Dengan Teknik Open Kinetik Chain
Exercise Terhadap Kekakuan Sendi Dan Aktivitas Fungsional Pada Lansia
Dengan Osteoarthritis Dan Rheumatoid Di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari
Judul : Pengaruh Latihan Gerak Aktif Kaki Dengan Teknik Open
Kinetik Chain Exercise Terhadap Kekakuan Sendi Dan
Aktivitas Fungsional Pada Lansia Dengan Osteoarthritis Dan
Rheumatoid Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
Peneliti : Asminarsih Zainal Prio, Sitti Rachmi Misbah, Fitri Wijayati
1. Abstrak
kecacatan pada orang tua. Dimanifestasikan oleh rasa sakit, sendi yang tidak
aktivitas sendi dan fungsional lansia yang tidak fleksibel yang disebabkan
ada senaman khas untuk orang tua dengan aktiviti fleksibel dan fungsi
metode rantai kinetic terbuka terhadap aktivitas sendi dan fungsional yang
tidak fleksibel yang disebabkan oleh osteoarthritis dan reumatoid di Panti
kontrol).
intervensi berkurang 4,83 setelah latihan kaki dengan metode rantai kinetik
value = 0,000), dan ada efektifitas latihan kaki dengan metode rantai kinetik
keperawatan penelitian ini adalah latihan kaki metode rantai kinetik terbuka
rumah disarankan untuk dibuat dan perlu untuk simulasi latihan kaki dengan
diakibatkan oleh terbentuknya osteofit pada kartilago hialin pada sendi lutut.
membrane synovial yang banyak terdapat reseptor nyeri. Hal ini akan diikuti
penggunaan sendi yang baik, dan cara menghemat energy tubuh. Aktivitas
gerak fisik atau olahraga dapat mengurangi nyeri dan kekakuan sendi, serta
dapat meningkatkan kelenturan, otot yang kuat dan ketahanan. Latihan gerak
ditimbulkan oleh penyakit. Laatihan gerak aktif harus dibarengi dengan terapi
medis atau komplementer lain seperti pengaturan pola makan. Latihan gerak
otor yang diakibatkan gerak aktif juga akan membawa metabolisme kedalam
bahwa, terapi latihan adalah latihan fleksibilitas, kekuatan, dan daya tahan
otot yangditujukan untuk meningkatkan ROM, kekuatan, dan daya tahan pada
daerah kaki dan tungkai bawah, lutut, dan tungkai atas, serta bahu, dan lengan
lebih baik. Terapi latihan adalah salah satu metode fisioterapi dengan
3. Metode Penelitian
perlakuan.
Populasi penelitian ini seluruh usia lanjut yang mengalami nyeri sendi
ada dua variabel yang dapat masuk dalam model multivariat yaitu
variabel riwayat dan IMT. Hal ini disebabkan karena kedua variabel ini
teknik open kinetic chain dan riwayat dengan kekakuan otot. Lansia yang
sendi sebesar 5,286 kali lebih besar dibandingkan lansia yang tidak
model multivariat yaitu variabel riwayat dan Latihan Gerak Aktif Kaki.
Hal ini disebabkan karena kedua variabel ini mempunyai nilai p value
<0,25. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel riwayat dan
dengan nyeri sendi. Hasil uji regresi logistik pada variabel yang
dengan nyeri sendi adalah variabel yang memiliki nilai coef. B yang paling
5. Kesimpulan
a. Ada pengaruh latihan gerak aktif kaki dengan teknik open kinetik chain
terhadap kekakuan sendi lansia dengan nyeri sendi di Panti Sosial Trena
riwayat keluarga.
c. Ada pengaruh latihan gerak aktif kaki dengan teknik Open Kinetik Chain
adalah IMT.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penulisan karya ilmiah Akhir Ners setelah praktek
Arthtriti.
Kinetik Chain
mengurangi nyeri.
Kinetik Chain.
Ganting.
B. Saran
diharapkan bermanfaat :
1. Bagi Puskesmas
kesadaran dan deteksi dini penyakit khususnya penyakit pada lansia, agar
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bahan referensi bagi
Dari hasil penelitian ini adalah agar Latihan gerak aktif kaki dengan
teknik open kinetik chain menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki
pelaksanaan latihan gerak aktif kaki dengan teknik open kinetik chain oleh
Bastian, F., Muhammad, H., Nurjamjam, L., Lutfiani, R., & Eka N, R. (2020).
Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Agregat Lansia Dengan Reumatik.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi.
Dargham, S. R., Zahirovic, S., Hammoudeh, M., Emadi, S. Al, Masri, B. K., Halabi,
H., Badsha, H., Uthman, I., Mahfoud, Z. R., Ashour, H., Haq, W. G. El,
Bayoumy, K., Kapiri, M., Saxena, R., Plenge, R. M., Kazkaz, L., & Arayssi, T.
(2018). Epidemiology and treatment patterns of rheumatoid arthritis in a large
cohort of Arab patients. PLoS ONE, 13(12), 1–12.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0208240
Di, W. T., Vergara, F., Bertiller, E., De Los Angeles Gallardo, M., Gandino, I.,
Scolnik, M., Martinez, M. J., Schpilberg, M. G., Rosa, J., & Soriano, E. R.
(2016). Incidence and prevalence of rheumatoid arthritis in a health
management organization in Argentina: A 15-year Study. Journal of
Rheumatology, 43(7), 1306–1311. https://doi.org/10.3899/jrheum.151262
Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar. Salemba Medika.
Mujib, H. (2016). Pengaruh Range Of Motion Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada
Lansia Dengan Osteoartritis Di Posyandu Lansia Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep. JURNAL ILMU KESEHATAN, 1(2), 55–62.
https://doi.org/https://doi.org/10.24929/jik.v1i2.382
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2017). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and
Practice (7. Vol. 3). EGC.
Prio, A. Z., Misbah, S. R., & Wijayati, F. (2017). Pengaruh Latihan Gerak Aktif Kaki
dengan Teknik Open Kinetic Chain Exercise terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri pada Lansia dengan Nyeri Sendi Osteoartritis dan Rheumatoid. Health
Information : Jurnal Penelitian, 9(1), 15–25.
https://doi.org/10.36990/hijp.v9i1.76
Purnama, N. M. D., Andayani, N., Wahyuni, N., & Sugiritama, I. W. (2016).
Intervensi Ultrasound Dan Closed Kinematic Chain Exercise Lebih Efektif
Daripada Intervensi Ultrasound Dan Open Kinematic Chain Exercise Dalam
Menurunkan Nyeri Pada Pasien Osteoarthritis Lutut Dengan Skor Nyeri 8-20 Di
Daerah Badung. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, 5(1), 5–8.
Saifudin, D. M. (2018). Asuhan Keperawatan pada Lansia Ny. S dan Tn. S yang
Mengalami Reumatoid Artritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Kronis di
UPT PSTW Jember Tahun 2017.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/87633