Anda di halaman 1dari 12

Makalah

PATOLOGI
“EDEMA”
Dosen Pengampuh : Faramita Hiola, M.Sc

OLEH
Kelompok : II (DUA)
Kelas : A-S1 FARMASI 2022
D-S1 FARMASI 2022
Anggota : 1. Gustirandawati Husain A-S1 (821422007)
2. Marsela Idrus Mohamad A-S1 (821422017)
3. Tita Arikah Aulia A-S1 (821422018)
4. Indah nurwahida lalu D-S1 (821422078)
5. Rani Orelia A. Unga D-S1 (821422081)
6. Aditya Putra Bastari D-S1 (821422101)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024

1
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Patologi
yang berjudul “Edema" ini tepat pada waktunya.
Masih banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah ini. Namun kami
telah berusaha semaksimal mungkin dalam melaksanakannya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan ide, kritik, dan saran yang membangun atas isi Makalah.
Masukan tersebut akan dengan senang hati kami terima guna perbaikan di
kemudian hari.
Dengan ini kami menyadari bahwa Makalah ini tidak akan tersusun dengan
baik tanpa adanya bantuan dan kerja sama dari pihak-pihak terkait. Kami harap
Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta dapat menambah ilmu
pengetahuan.
Wassalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, 23 April 2024

Kelompok II

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Manfaat......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................2
2.1 Pengertian Edema .....................................................................................2
2.2 Ciri-Ciri Edema .........................................................................................2
2.3 Penyebab Edema Secara Patologi .............................................................2
2.4 Jenis-Jenis Edema .....................................................................................4
BAB III PENUTUP ................................................................................................8
3.1 Kesimpulan................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum patologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit dan
bagaimana suatu penyakit terjadi. Ilmu patologi berperan sebagai penghubung
antara ilmu pengetahuan dan kedokteran. Dalam dunia medis, patologi berperan
untuk membantu dokter mendiagnosis berbagai penyakit.
Selain untuk mendiagnosis penyakit, ilmu patologi juga diperlukan untuk
menentukan penyebab dan tingkat keparahan suatu penyakit, memutuskan langkah
pencegahan dan pengobatan yang tepat, serta memantau efektivitas pengobatan
yang telah diberikan.
Tidak hanya di kedokteran, patologi juga sering dipelajari pada bidang
medis seperti kesmas, keperawatan bahkan farmasi. Di farmasi ilmu patologi
berguna untuk menyesuaikan bentuk terapi yang dibutuhkan pasien dengan
menyesuaikan kondisi tubuh dari pasien itu sendiri.
Patologi dikenal dengan ilmu yang memiliki cangkupan luas tentang
penyakit,seperti penyakit genetik, penyakit menular dan masih banyak lagi. Slalah
satu penyakit yang dipelajari adalah Edema.
Edema adalah membengkaknya bagian tubuh tertentu karena terdapat
penumpukan cairan berlebih. Edema bisa terjadi pada seluruh bagian tubuh mulai
dari lengan, perut, kaki, hingga organ vital seperti paru-paru.
Bila masih tergolong ringan, edema tidak menimbulkan bahaya tertentu dan
dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, edema juga bisa menjadi gejala dari
penyakit serius, seperti gangguan ginjal hingga gagal jantung. Maka dari itu,
penting untuk mengenal apa itu edema sebagai bentuk kewaspadaan.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaiman kondisi patologis penyakit Edema, dan apa
saja ciri-ciri dari penyakit Edema
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui bagaiman kondisi patologis penyakit Edema, dan apa
saja ciri-ciri dari penyakit Edema

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Edema
Edema merupakan kondisi vena yang terbendung karena adanya
peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler (tekanan yang mendorong darah
mengalir di dalam vaskuler oleh kerja pompa jantung), sehingga menimbulkan
pembesaran atau penumpukan cairan plasma ke ruang interstitium. Dalam keadaan
edema pasien tidak bisa melakukan aktivitas sehari hari dan hal ini dapat
menimbukan komplikasi (Budiono & Ristanti, 2019).
Edema atau dikenal dengan istilah bengkak sering kali timbul pada tangan,
kaki, maupun wajah. Edema sendiri terjadi akibat adanya perluasan volume cairan
pada jaringan atau organ. Edema adalah akumulasi abnormal kelebihan cairan
dalam ruang jaringan intraselular, paling sering terjadi pada bagian tubuh yang
menggantung, seperti kaki dan pergelangan kaki (Mayo Clinic, 2020).
2.2 Ciri-Ciri Edema
Menurut Minh (2017), secara umum ciri-ciri dan gejala dari edema adalah
sebagai berikut.
1. Bagian tubuh yang membengkak terlihat kencang dan mengilap.
2. Bagian tubuh yang membengkak akan membentuk lekukan seperti lesung
pipi jika area kulit tersebut ditekan.
3. Kesulitan bernapas jika edema terjadi pada paru-paru.
4. Kesulitan berjalan jika edema terjadi pada kaki.
2.3 Penyebab Edema Secara Patologi
Apa pun yang meningkatkan tekanan kapiler, menurunkan tekanan onkotik,
meningkatkan permeabilitas endotel, atau mengganggu drainase limfatik akan
menyebabkan edema. Peningkatan tekanan kapiler adalah penyebab umum edema
termasuk gagal jantung seperti gagal ventrikel kanan, gagal ventrikel kiri yang
disebabkan oleh edema paru, atau gagal jantung kongestif. Tekanan hidrolik kapiler
memiliki kapasitas autoregulasi yang memungkinkan perubahan resistensi pada
sfingter prakapiler dan dengan demikian menentukan tekanan arteri yang dipaksa
ke kapiler. Sebaliknya, ujung vena kapiler memiliki regulasi yang buruk, dan

2
akibatnya, perubahan tekanan vena menyebabkan perubahan paralel pada tekanan
hidrolik kapiler. Tekanan vena dapat meningkat dalam dua keadaan. Pertama,
ketika volume darah membesar, dan kedua, ketika ada penyumbatan pada ujung
vena. Gagal jantung dan penyakit ginjal menyebabkan peningkatan volume,
sedangkan sirosis atau gagal jantung kanan menyebabkan obstruksi vena, yang
keduanya pada akhirnya menyebabkan edema. Obstruksi vena lokal juga dapat
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler seperti trombosis vena dalam, kompresi
eksternal, dan obstruksi vena cava superior (Hommel dkk., 1990).
Penurunan tekanan onkotik, biasanya karena hipoalbuminemia, terjadi pada
beberapa penyakit seperti penyakit ginjal dimana hilangnya albumin terjadi di
seluruh glomerulus (sindrom nefrotik), dan penyebab umum mungkin termasuk
nefropati diabetik, nefropati lupus, amiloidosis, penyakit perubahan minimal,
glomerulonefritis membranosa. Nefropati terkait HIV, glomerulosklerosis
segmental fokal, nefropati IgA, gangguan ginjal terkait rantai ringan,
glomerulonefritis kronis, dan nefropati radiasi. Penyakit hati, seperti sirosis dan
penyakit hati kronis, akibat sintesis albumin yang tidak memadai, serta
malabsorpsi/malnutrisi, seperti kwashiorkor, akibat asupan dan sintesis albumin
yang tidak memadai, juga dapat menyebabkan penurunan tekanan onkotik dan
akhirnya edema (Hommel dkk., 1990)
Peningkatan permeabilitas kapiler, biasanya disebabkan oleh cedera
pembuluh darah, menyebabkan edema karena beberapa alasan. Ketika pembuluh
darah terluka, porositas dinding kapiler meningkat, dan akibatnya, filtrasi bersih
meningkat. Selanjutnya, koefisien protein melintasi dinding kapiler menurun,
sehingga mempersempit perbedaan antara tekanan onkotik kapiler dan tekanan
onkotik di bawah glikokaliks endotel. Gradien tekanan onkotik berkurang dan
terjadi edema. Biasanya, permeabilitas kapiler meningkat pada pasien luka bakar
dimana histamin dan radikal bebas oksigen menyebabkan cedera mikrovaskular dan
fisik langsung. Pengobatan dengan interleukin 2 manusia rekombinan atau faktor
pertumbuhan endotel vaskular juga meningkatkan permeabilitas kapiler Setiap
kejadian di mana terjadi pelepasan sitokin seperti interleukin 1 atau faktor nekrosis
tumor, seperti pada sindrom gangguan pernapasan, meningkatkan permeabilitas

3
kapiler paru yang mengakibatkan edema, terutama edema paru. Beberapa orang
bahkan berpendapat bahwa kwashiorkor atau diabetes mellitus juga dapat
menyebabkan edema karena peningkatan permeabilitas kapiler (Hommel dkk.,
1990).
Makan setelah puasa tiga hari atau lebih menyebabkan edema, yang diduga
disebabkan oleh peningkatan kadar insulin setelah pemberian kembali karbohidrat
dan dengan demikian mengakibatkan peningkatan reabsorpsi natrium. Selain itu,
obstruksi limfatik merupakan penyebab umum edema, dan penyebab umum
termasuk limfedema, tumor, fibrosis, peradangan, infeksi seperti Filariasis akibat
Wuchereria bancrofti , pembedahan, dan kelainan bawaan. Myxedema, biasanya
disebabkan oleh kelainan tiroid, menyebabkan akumulasi albumin interstisial dan
protein lain, sehingga menyebabkan protein dan cairan interstisial berlebihan tanpa
peningkatan aliran limfatik. Beberapa pihak berpendapat bahwa hal ini disebabkan
oleh protein yang disaring yang berikatan dengan mukopolisakarida interstisial dan
mencegah pembuangan melalui saluran limfatik. Ada banyak penyebab terjadinya
edema, namun fisiologi spesifiknya bergantung pada penyebab utama terjadinya
edema (Veverbrant & Arky, 1969).
2.4 Jenis-Jenis Edema
Menurut Budiono & Ristanti (2019), berdasarkan letak penumpukan
cairannya, edema dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, diantaranya sebagai
berikut.
1. Edema Perifer
Edema perifer adalah jenis edema yang dapat terjadi pada bagian
pergelangan tangan, lengan, engkel dan telapak kaki. Edema perifer sering kali
disebabkan oleh gangguan aliran darah, masalah ginjal, serta gangguan kelenjar
getah bening.

Gambar 2.1 Edema Perifer

4
2. Edema Pedal
Edema pedal merupakan penumpukan cairan pada bagian betis serta kaki
bagian bawah. Kondisi ini menyebabkan penderitanya kesulitan untuk bergerak.
Edema pedal umumnya dialami oleh orang tua serta wanita yang sedang hamil.
Edema pedal juga menjadi salah satu indikasi terjadinya penyakit gagal jantung.

Gambar 2.2 Edema Pedal


3. Limfedema
Limfedema merupakan pembengkakan pada lengan dan kaki yang terjadi
karena kerusakan atau masalah pada kelenjar getah bening. Limfedema kerap kali
dipicu oleh penanganan kanker, seperti perawatan radioterapi atau pembedahan.

Gambar 2.3 Limfedema


4. Edema Paru
Sesuai dengan namanya, edema paru adalah penumpukan cairan yang
terjadi pada paru-paru. Kondisi ini dapat mengakibatkan penderitanya mengalami
sesak napas hingga batuk berdarah. Biasanya gejala akan memburuk ketika
penderitanya sedang berbaring.

5
Gambar 2.4 Edema Paru
5. Edema Serebral
Edema serebral adalah pembengkakan yang terjadi pada otak. Beberapa
faktor yang menyebabkan edema serebral di antaranya cedera kepala, pembuluh
darah tersumbat, hingga tumor otak.

Gambar 2.5 Edema Seberbral


6. Edema Makula
Jenis edema ini terjadi pada makula, yaitu bagian mata yang terletak di
tengah retina. Edema makula termasuk ke dalam salah satu komplikasi retinopati
diabetik.

Gambar 2.6 Edema Makula

6
7. Angioedema
Angioedema merupakan kondisi yang berhubungan dengan pembengkakan
atau benjolan yang muncul pada lapisan dalam dari kulit. Benjolan ini bisa di
beberapa bagian tubuh terutama bagian wajah dan bibir. Pembengkakan
angioedema terjadi karena penumpukan cairan. Terkadang, pembengkakan
angioedema juga dapat terjadi bersamaan dengan munculnya gatal-gatal.

Gambar 2.7 Angioedema

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Edema merupakan kondisi vena yang terbendung karena adanya
peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler (tekanan yang mendorong darah
mengalir di dalam vaskuler oleh kerja pompa jantung), sehingga menimbulkan
pembesaran atau penumpukan cairan plasma ke ruang interstitium. Edema memliki
ciri-ciri yaitu bagian tubuh yang membengkak terlihat kencang dan mengilap,
bagian tubuh yang membengkak akan membentuk lekukan seperti lesung pipi jika
area kulit tersebut ditekan, kesulitan bernapas jika edema terjadi pada paru-paru,
kesulitan berjalan jika edema terjadi pada kaki. Berdasarkan letak penumpukan
cairannya, edema dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yaitu: Edema perifer,
Edema pedal, edema limfedema, edema paru, edema serebral, edema makula.

8
DAFTAR PUSTAKA

Budiono, B., & Ristanti, R. S. (2019). Pengaruh Pemberian Contrast Bath dengan
Elevasi Kaki 30 Derajat terhadap Penurunan Derajat Edema pada Pasien
Congestive Heart Failure. Health Information: Jurnal Penelitian, 11(2), 91-
99.

Hommel E, Mathiesen ER, Aukland K, Parving HH. Aspek patofisiologi


pembentukan edema pada nefropati diabetik. Ginjal Int. 1990
Desember; 38 (6):1187-92.

Mayo Clinic. (2020). Diseases & Conditions Edema. Medical


Education and Research.

Minh, 2017. Edema: Classification, causes, symptoms and treatment.


Vietnam Diterjemahkan

Veverbrant E, Arky RA. Efek puasa dan pemberian makan kembali. I. Studi tentang
ekskresi natrium, kalium dan air pada asupan elektrolit dan cairan yang
konstan. J Clin Endokrinol Metab. 1969 Januari; 29 (1):55-62.

Anda mungkin juga menyukai