Anda di halaman 1dari 3

RESUME MATERI PERTEMUAN

KE-4 MANAJEMEN
PEMASARAN

Nama : Syifani Auliya Hasanudin


NIM 1212010168
Kelas : MPI/6E
Mata Kuliah : Manajemen
Pemasaran Dosen Pengampu : Dr. H.
Nifasri, M.Pd

PENGEMBANGAN NILAI, KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN


PENDIDIKAN

A. Pengembangan Nilai dalam Pendidikan


Pengembangan nilai dalam pendidikan merupakan aspek penting dalam
membentuk karakter dan moralitas siswa. Hal ini melibatkan desain kurikulum berbasis
nilai, pengajaran yang menekankan integritas dan empati, serta pengelolaan disiplin
yang konsisten. Kegiatan ekstrakurikuler dan kemitraan dengan orang tua juga berperan
penting dalam memperkuat nilai-nilai yang diajarkan.

Dalam "Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter" oleh Pusat Kurikulum,


terdapat 18 nilai karakter yang membentuk karakter siswa, seperti religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Lembaga pendidikan dapat mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam


kurikulum, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pembentukan karakter
siswa, mengembangkan nilai-nilai unik yang menjadi ciri khas mereka, serta terbuka
terhadap umpan balik untuk terus melakukan evaluasi dan perbaikan.

Dengan mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai karakter yang kuat, lembaga


pendidikan dapat meningkatkan kualitas dan reputasi mereka sebagai penyedia
pendidikan yang bertanggung jawab dalam membentuk generasi penerus yang
berkarakter dan berdaya saing.

B. Loyalitas Pelanggan dan Dampaknya Pada Lembaga Pendidikan


Menurut Kotler (2003), kesetiaan pelanggan merupakan kunci dalam meraih
keunggulan dalam persaingan yang ketat. Oliver (1997) menjelaskan bahwa loyalitas
mencakup komitmen yang kuat yang mendorong pelanggan untuk melakukan
pembelian berulang, serta merekomendasikan produk kepada orang lain. Dalam
konteks pendidikan, hal ini mengacu pada siswa yang tetap setia pada institusi atau
guru yang memberikan pengalaman belajar yang baik.

Kepuasan pelanggan, menurut Tjiptono (2002), menciptakan hubungan harmonis


antara perusahaan dan pelanggan, memicu pembelian berulang, dan menghasilkan
loyalitas dan rekomendasi yang menguntungkan perusahaan. Konsep ini juga berlaku
dalam pendidikan, di mana siswa yang puas dengan pengalaman belajar cenderung
loyal terhadap institusi atau guru yang memberikan pengalaman belajar yang baik.

Dalam konteks pendidikan, indikator loyalitas siswa terhadap institusi atau guru
dapat diukur melalui pembelian ulang, kebiasaan mengkonsumsi layanan pendidikan
dari institusi atau guru yang sama, preferensi terhadap institusi atau guru tertentu, tetap
memilih institusi atau guru yang sama, keyakinan bahwa institusi atau guru yang dipilih
adalah yang terbaik, dan rekomendasi kepada orang lain. Tingkat loyalitas yang tinggi
dari siswa dan orang tua siswa dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, retensi
siswa, dan reputasi institusi atau guru.

Dampak Loyalitas Pelanggan terhadap Pendidikan:

1. Pembelian Ulang

2. Kebiasaan mengkonsumsi merk tersebut

3. Selalu menyukai merk tersebut

4. Tetap memilih merk tersebut

5. Yakin bahwa merk tersebut yang terbaik

6. Merekomendasikan merk/brand tersebut ke orang lain

C. Strategi Pengembangan Nilai untuk Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas


Pelanggan dalam Pendidikan

Strategi pengembangan nilai untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas


pelanggan dalam pendidikan meliputi pendidikan nilai, pendidikan karakter, pendidikan
heuristik, pendidikan kognitif, dan pendidikan sikap.
1. Pendidikan Nilai: Melalui metode seperti modeling, penguatan positif/negatif,
simulasi, dan role games, siswa dipandu untuk memahami, menyukai, dan
membuat pilihan yang tepat terkait dengan nilai-nilai sosial.
2. Pendidikan Karakter: Program pembiasaan karakter dan evaluasi karakter siswa
digunakan untuk menanamkan karakter baik seperti kasih sayang dan hormat.
3. Pendidikan Heuristik: Strategi ini membantu siswa mencari fakta, prinsip, dan
konsep yang mereka butuhkan melalui data terpilih, merumuskan kesimpulan, dan
menggunakan proses berpikir rasional.
4. Pendidikan Kognitif: Melalui diskusi kelompok dan dilema moral, siswa didorong
untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam
menganalisis masalah sosial.
5. Pendidikan Sikap: Dengan menggunakan pembiasaan yang baik dan pembelajaran
melalui model strategi, siswa dikembangkan sikap yang baik.Lingkungan
demografis
D. Pengelolaan Konflik dan Keluhan Pelanggan Pendidikan
1. Collaborating : Mengidentifikasikan masalah yang dihadapi, mencari
permasalahannya, mempertimbangkan serta mencari solusi yang tepat untuk
memecahkan masalah. mengatasi konflik ini memerlukan waktu yang lama dalam
penyelesaian masalah.
2. Obliging : Berupaya mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada dan
mengungkapkan persamaan-persamaan di antara pihak-pihak yang terlibat konflik,
Penyelesaian konfliknya hanya bersifat sementara.
3. Dominating : Gaya mengatasi konflik ini lebih cenderung ingin menang sendiri
dan tidak peduli terhadap kepentingan orang lain, serta memaksa seseorang untuk
mengikuti kehendaknya.
4. Avoiding : Gaya yang memilih untuk menghindar dari suatu masalah yang kecil
atau sepele daripada harus menanggapinya. Penyelesaian masalah hanya bersifat
sementara.
5. Compromising : Ada tawar-menawar untuk mendapatkan kesepakatan. Kedua
belah pihak yang berkonflik saling memberi dan menerima masukan dari pihak
pihak yang terlibat konflik.

Anda mungkin juga menyukai