Anda di halaman 1dari 3

Nama : YUDI SAPUTRA SANGJAYA.

SR
Kelas : A
Prodi : Ilmu Hukum
Fakultas Hukum

A. KONSEP DAN FILOSOFI RUMAH ADAT BUGIS


Rumah adat suku Bugis lebih sering disebut dengan nama Saoraja, dan sedikit banyak memiliki pengaruh
dari agama Islam. Bangunan Saoraja kebanyakan menghadap arah kiblat, dan tidak dibangun menggunakan
paku melainkan dengan kayu atau besi. Ada 2 jenis rumah Saoraja, yakni Saoraja untuk kalangan bangsawan
dan rumah Bola untuk rakyat biasa.

Makna Filosofis Rumah Adat Bugis


Selanjutnya ada makna yang terkandung pada rumah adat suku Bugis (Saoraja), yakni sebagai berikut:
Bonting Langit: Bagian atap rumah yang diberi rongga. Ini merupakan tanda perkawinan di atas langit yang
pernah dilakukan oleh raja pertama Gorontalo.
Ale Kawaq: Bagian tengah rumah biasanya akan menggambarkan bagaimana kondisi dari bumi pertiwi.
Buri Liy: Bagian kolong atau bawah rumah yang menjadi lambang dari dunia bawah tanah atau bawah laut,
biasanya juga dijadikan sebagai tempat untuk memelihara hewan ternak.

Rumah adat Sulawesi Selatan masyarakat Suku Bugis merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu.
Bentuk atapnya berlereng dua dan dihubungkan dengan bubungan memanjang ke belakang dengan
menggunakan sirap, rumbia, atau seng.

B. KONSEP DASAR ILAGALIGO


I Lagaligo adalah karya tulis dan karya lisan. Panjang ceritanya mengalahkan kisah perang saudara
Mahabarata (India). Kisah ini berasal dari Sulawesi Selatan, Luwu. Bertutur tentang asal muasal kehidupan
manusia di Bumi. Naskah yang berjumlah 12 jilid ini mengandung 6000 halaman, 300.000 bait syair yang
menurut pengumpulnya pada abad ke-18 diawetkan baru sepertiga dari seluruh cerita. Melebihi epos India
Mahabarata atau Ramayana yang jumlah barisnya antara 160.000 dan 200.000.

Episode Turunnya Manusia Pertama ini bercerita tentang, awal mula diturunkannya manusia pertama yakni
putra penguasa langit Patotoqe (penentu nasib) bernama La Togeq Langiq atau Batara Guru. “Tenangkanlah
hatimu, anakku Latogeq Langiq. Turunlah ke bumi dengan hati yang lapang. I La Galaligo adalah sebuah epik
mitos penciptaan dari peradaban Bugis Sulsel yang ditulis antara abad ke 13-15 dalam bentuk puisi bahasa
Bugis ditulis dengan huruf Lontara kuno. Puisi ini terdiri dalam “sajak bersuku lima” yang selain
menceritakan kisah asal usul manusia. Hanya orang tertentu yang memiliki manuskrip. Perspektif orang Bugis
para bissu, pasure dan To Lotang adalah para penyimpan dan pewaris I Lagaligo.

C. FILOSOFI MAKANAN KHAS BUGIS


Makanan adalah bagian dari budaya karena merupakan wujud otentik sejarah dan budaya suatu daerah.
Contoh makanan berat tradisional bugis :

CONTOH MAKANAN BERAT TRADISIONAL BUGIS


1. COTO MAKASSAR
Coto makassar atau Pallu coto mangkasarak adalah hidangan tradisional Suku makassar, Sulawesi
Selatan.Makanan ini terbuat dari jeroan sapi yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan jeroan bercampur
daging sapi ini kemudian diiris-iris, lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus. Biasanya, Coto
makassar dihidangkan dalam mangkuk dan dinikmati dengan Ketupat dari daun kelapa dan Burasa, yakni sejenis
ketupat yang dibungkus daun pisang.

Filosifi Coto makassar


Makassar tumbuh menjadi kota yang dinamis dengan beragam suku bangsa yang hidup
berdampingan dengan damai. Hal ini yang membentuk cita rasa dan kuliner Makassar
berasimulasi dengan baik. Ini pula yang menjadi daya tarik kota Makassar tidak hanya
keindahan kota dan alamnya yang patut dikunjungi wisatawan, kulinernya pun menarik
perhatian wisatawan untuk mencicipinya.

Berburu panganan khas Makassar bukan hal yang sulit. Cita rasa dan beragam
hidangan dapat ditemui di kota ini. Salah satunya hidangan masakan berkuah yang
berbagai macam. Ada palubasa, sop konro dan juga sop saudara.

Diantara sederet hidangan berkuah tersebut terdapat hidangan tradisional berkuah


yang sangat legendaris, yang sering dicari dan menjadi hidangan wajib oleh masyarakat
kota Makassar. Adalah coto Makassar, hidangan rakyat rasa sultan.

2. NASU PALEKKO
Nasu Palekko merupakan olahan daging itik atau bebek yang menjadi salah satu kuliner khas Sulawesi Selatan
(Sulsel). Masakan yang disebut berasal dari Kabupaten Sidrap, namun dipopulerkan di Pinrang.

"Palekko itu berasal dari kata 'likku' (artinya) itu lengkuas, nasu artinya masakan. Kalau dilihat dari kosa kata
nasu palekko itu, ya itu tadi, masakan yang terdiri dari ada lengkuasnya,"

CONTOH MAKANAN RINGAN TRADISIONAL BUGIS


1. BARONGKO
Barongko adalah singkatan dari kata "Barangku mua udoko' atau barang yang dibungkus sendiri. Kue ini
punya filosofi tersendiri bagi orang Bugis-Makassar.
Membungkus bisa diibaratkan sebagai menjaga siri' atau harga diri. Seperti diketahui, suku Bugis-Makassar
memegang teguh prinsip harkat dan martabat untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara, untuk
pisang daunnya melambangkan keharmonisan dan keselarasan dalam bertindak baik di keluarga maupun di
masyarakat. Makan ini juga wajib berbahan dasar daun pisang dan tidak boleh diganti pembungkus lainnya.
Rasa manis Barongko memiliki makna akan kejujuran. Jika jujur, maka kehidupan sejahtera akan terjadi di
dalam kehidupan rumah tangga, baik dalam bentuk rezeki maupun keturunan.
2. TARIPANG
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan taripang adalan tepung beras ketan dengan campuran kelapa
yang memiliki filosofi mendalam. Bagi masyarakat Sulsel, beras merupakan sumber kehidupan, beras juga
dianggap sebagai simbol kehidupan.

"Kalau filosofinya itu tentu saja beras merupakan sumber kehidupannya masyarakat di Sulawesi Selatan atau
sebagai makanan pokok. Sehingga hampir semua makanan atau kue-kue tradisional berbahan baku tepung
beras ketan atau pisang. Beras juga dianggap sebagai simbol kehidupan,"

Anda mungkin juga menyukai