Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ulandari

NIM : 210710101142
Mata :
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Kuliah
Kelas : Kelas E
Email : ulandari204@gmail.com

HAK ASASI MANUSIA DAN PEMILU: MENJAGA PRINSIP-


PRINSIP DEMOKRASI SESUAI PUTUSAN MAHKAMAH
KONSTITUSI NOMOR 90/PUU-XXI/2023

ABSTRACT

KEYWORDS

ABSTRAK

KATA KUNCI

PENDAHULUAN

Prinsip demokrasi memiliki keterikatan dengan hak asasi manusia (“HAM”) dan
pemilihan umum (“Pemilu”). HAM merupakan dasar bagi warga negara untuk
berpartisipasi dalam Pemilu. Pemilu merupakan sarana bagi warga negara untuk
ikut serta dalam politik dengan tujuan membentuk suatu tata kelola negara yang
baik. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (“Konstitusi”),
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia (“UU HAM”), Universal Declaration of Human Rights (“UDHR”) dan
International Covenant on Civil and Political Rights (“ICCPR”) yang telah diratifikasi
oleh Indonesia mengakomodir hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan dan
hak untuk memilih dan/atau mencalonkan diri dalam Pemilu. 2 (dua) hak tersebut
merupakan implementasi dari prinsip kesetaraan dan non-diskriminasi yang
merupakan prinsip demokrasi.
Prinsip kesetaraan merupakan perlakuan yang sama pada situasi yang sama dan
perlakuan berbeda pada situasi yang berbeda. Prinsip kesetaraan akan
berdampingan dengan prinsip non-diskriminasi dan saling mempengaruhi. Prinsip
non diskriminasi ialah tidak boleh ada perlakuan berbeda yang didasarkan pada
suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, dll. Kedua prinsip tersebut dalam
negara demokrasi menjadi syarat mutlak dalam menyelenggarakan kehidupan
bertata negara yang baik.

Menariknya, di Indonesia dalam putusan nomor 90/PUU-XXI/2023 prinsip


kesetaraan dan prinsip non-diskriminasi menjadi alasan pemohon dalam memohon
pengujian pengujian Pasal 169 huruf (q) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum (“UU Pemilu”) terhadap Konstitusi. Pembatasan
berpartisipasi dalam pemerintahan dan hak untuk memilih dan/atau mencalonkan
diri dalam Pemilu dapat diinterpretasikan sebagai pelemahan prinsip demokrasi.
UU Pemilu yang baru diundangkan pada 16 (enam belas) Agustus 2017 masih
memiliki pro-kontra dikalangan warga negara.

Pro-Kontra yang terjadi dapat dibuktikan dengan berbagai permohonan pengujian


materiil UU Pemilu pada MK. Putusan terbaru permohonan pengujian materiil pada
MK tertuang dalam putusan nomor 90/PUU-XXI/2023 yang diputus pada tanggal
16 (enam belas) Oktober 2023. Putusan tersebut menarik untuk dikaji guna
memverifikasi apakah Putusan nomor 90/PUU-XXI/2023 telah menjaga prinsip
kesetaraan dan non-diskriminasi yang menjadi bagian dari prinsip demokrasi
sendiri.

METODE

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai