Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

MANAJEMEN FARMASI DAN AKUNTANSI


EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI
INSTALASI FARMASI RSUD MAKASSAR

Disusun oleh :
Nama : Nur Indah Cahya

NIM : (F20248401005)

Dosen Pembimbing :
apt. Wiwi Kartiwi, S.Farm., M.Farm

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


JURUSAN FARMASI
AKADEMI KESEHATAN KONAWE
2024
ANALISIS MANAJEMEN PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN
OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUD KOTA MAKASSAR

1. PENYIMPANAN OBAT

Tabel 1. Hasil pencapaian indikator penyimpanan obat RSUD Kota Makassar.

Salah satu unsur penting dalam penyimpanan obat adalah kesesuaian


antara jumlah fisik dan kartu stok. Di RSUD Kota Makassar, kesesuaian ini
sebesar 99% pada tahun 2021, namun masih kurang efisien dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya. Pencatatan masih dilakukan secara manual
meskipun sudah ada aplikasi komputer yang belum dimanfaatkan sepenuhnya.

IFRS RSUD Kota Makassar memiliki dua gudang utama dan dua
satelit farmasi. Mekanisme penyimpanan obat di rumah sakit tersebut dianggap
efektif berdasarkan hasil wawancara, telaah dokumen, dan observasi langsung.
Namun, masih terdapat kekurangan berdasarkan standar pelayanan kefarmasian
di rumah sakit dan peraturan kesehatan.

Hasil observasi menunjukkan beberapa kekurangan dalam kondisi


penyimpanan dan prosedur penyimpanan obat di gudang obat. Perlu perhatian
lebih lanjut sesuai dengan petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di
rumah sakit dan peraturan kesehatan yang berlaku.

Ruang penyimpanan farmasi memiliki dinding pemisah antara


sediaan padat dan cairan, dengan luas gudang 4x12m untuk sediaan padat dan
5x7m untuk cairan, sesuai Permenkes nomor 72 tahun 2016. Suhu ruangan
gudang obat sulit dipantau karena termometer rusak dan lemari pendingin tidak
akurat, padahal standar suhu penyimpanan obat di bawah 25°C menurut
Petunjuk Teknis Kemenkes 2019.

Gudang penyimpanan obat di RSUD Kota Makassar memiliki


kondisi suhu ruangan yang terasa panas karena AC tidak berfungsi dengan
baik. Tidak ada alat pemantau suhu ruangan, serta minimal dua pintu harus
tersedia dalam ruangan. Menurut informan, kondisi ini menyebabkan kesulitan
dalam memantau suhu ruangan dan pendingin tidak berfungsi dengan baik.
Pentingnya memperhatikan suhu ruangan dalam penyimpanan obat
sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Kemenkes. Diperlukan pemantauan
suhu yang akurat dan perbaikan pada sistem pendingin ruangan untuk menjaga
kualitas obat yang disimpan. Kondisi ruangan yang tidak memenuhi standar
dapat mempengaruhi efektivitas obat dan kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan.

Sistem pengaturan obat di Gudang penyimpanan RSUD Kota


Makassar menggunakan metode gabungan FIFO dan FEFO. FIFO adalah
menyimpan obat baru di belakang obat yang sudah ada untuk keluar lebih dulu.
FEFO adalah meletakkan obat dengan expired date lebih lama di belakang obat
dengan expired date lebih baru.
2. DISTRIBUSI OBAT

Pada tahap distribusi menggunakan metode desentralisasi, sistem


pendistribusian memiliki cabang di dekat unit perawatan atau pelayanan, yang
dikenal sebagai depo farmasi. Proses distribusi dimulai dari unit
perawatan/pelayanan menyusun daftar permintaan perbekalan farmasi yang
ditandatangani kepala bagian sebagai permintaan kebutuhan obat ke depo.

Depo atau apotek meneruskan daftar permintaan ke Gudang obat.


Setelah petugas Gudang menerima daftar permintaan, petugas akan mengecek
obat terlebih dahulu. Jika stok obat cukup, petugas menyiapkan obat sesuai
permintaan, mencatat pengeluaran di kartu stok, dan buku pengeluaran. Setelah
dibuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), obat boleh diambil oleh petugas
depo atau apotek untuk didistribusikan dan diteruskan ke unit
perawatan/pelayanan yang membutuhkan.

Gambar 1. Skema Distribusi Perbekalan Farmasi di IFRS RSUD Kota Makassar.


Hasil observasi menunjukkan bahwa tahapan pendistribusian obat
telah dilakukan secara efektif dengan distribusi yang merata ke unit-unit
perawatan dan pelayanan. Proses pengiriman dan penerimaan obat dilakukan
tepat waktu dengan prosedur pencatatan yang baik, termasuk penerbitan SBBK
sebelum obat didistribusikan ke depo atau apotek.

Meskipun sistem informasi di RSUD Kota Makassar sudah


diterapkan sejak 2016 dan stok obat di Gudang IFRS diupdate secara berkala,
ditemukan bahwa sistem komputerisasi dalam manajemen logistik belum
berjalan optimal. Kendala terjadi karena permintaan obat masih dilakukan
secara manual oleh petugas depo atau apotek, sehingga integrasi antara gudang
obat, apotek, dan unit perawatan/pelayanan belum tercapai, menyebabkan
informasi stok obat tidak dapat dilihat secara real-time di setiap unit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Asmawati, D., & Adisasmito, W. B. B. (2022). Analisis Manajemen


Penyimpanan dan Pendistribusian Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota
Makassar. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(12), 17386-17397.

Anda mungkin juga menyukai