Anda di halaman 1dari 2

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS
Lindungi Supply dan Harga CPO, Pemerintah Sesuaikan Pungutan Ekspor CPO dan Turunannya
Jakarta, 26 November 2018

Pemerintah sepakat untuk melakukan penyesuaian pungutan ekspor oleh Badan Pengelola Dana
Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) terhadap Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya.
Pasalnya, harga CPO belakangan ini terus menurun hingga 23 November 2018 menyentuh angka
410 USD/Ton.

“Kami membahas pergerakan harga yang menurun dengan sangat cepat pada seminggu terakhir.
Padahal 8-9 hari yang lalu masih bertahan cukup lama di kisaran 530 USD/Ton,” ujar Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat Konferensi Pers hasil Rapat Komite
Pengarah BPDP-KS tentang Penetapan Pungutan BPDP-KS dan Implementasi Biodiesel, Senin
(26/11) di kantornya.

Darmin menegaskan, kondisi saat ini memang membutuhkan emergency measure untuk ikut
membantu harga di level petani. Penyesuaian dari pungutan ekspor yang diputuskan dalam rapat ini
akan diterapkan untuk sementara waktu. Apabila harga sudah mulai membaik ke level 550 USD/Ton,
pungutan akan dikembalikan ke mekanisme pungutan awal.

Senada dengan Menko Perekonomian, Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil menambahkan, kebijakan ini diambil karena kondisi darurat.
Pemerintah harus mengintervensi agar supply tidak berlebihan, sekaligus agar harga juga bisa
berpihak dan menjamin kepentingan petani maupun industri.

“BPDP-KS adalah instrumen kebijakan publik yang dewan pengarahnya adalah beberapa menteri.
Jika tidak ada instrumen ini akan sangat sulit kita merespons kondisi saat ini,” ungkap Sofyan.

Adapun mekanisme pungutan ekspor yang diputuskan oleh Komite Pengarah BPDP-KS adalah
sebagai berikut:

Pungutan Pungutan jika Pungutan jika harga di


Harga > 549
No. Keterangan sekarang harga < 500 antara 500 USD/Ton s.d
USD/Ton
(USD/Ton) USD/Ton 549 USD/Ton
1 CPO 50 0 25 50
2 Turunan 1 30 0 10 30
3 Turunan 2 20 0 5 20
Menko Perekonomian meyakinkan bahwa publik tidak perlu khawatir bahwa dengan adanya kebijakan
ini, BPDP-KS tetap memiliki dana yang cukup untuk melaksanakan program kelapa sawit lainnya.
“Program B-20, Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), dan sebagainya tetap akan berjalan normal. Dana
BPDP-KS lebih dari cukup,” terangnya.

Sementara mengenai implementasi pemberlakuan kebijakan ini akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Menteri Keuangan. “Saya sudah sepakat dengan Menteri Keuangan. Dia akan
menandatangani kebijakan ini sepulang dari Argentina. Tentu saja kebijakan ini akan mulai berlaku
sejak PMK-nya keluar,” ujar Menko Darmin.

Rapat juga menyepakati perlunya penguatan pengumpulan data dari semua perkebunan, baik
perkebunan rakyat maupun perkebunan besar kelapa sawit. Pendataan ini, kata Darmin, sebagai
bentuk tata kelola perkebunan Indonesia. Pendataan ini pun akan dilakukan bersamaan dengan
Program Penyelesaian Penguasaan Tanah Dalam Kawasan Hutan (PPTKH) dan Program Moratorium
Kelapa Sawit.

Hadir pula dalam rapat komite pengarah BPDP-KS tersebut antara lain Direktur Jenderal Bea dan
Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi, Direktur Jenderal Pembendaharaan Kementerian
Keuangan Marwanto Harjowiryono, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang,
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian
Perdagangan Oke Nurwan, Direktur Utama BPDP-KS Dono Boestami. Para pejabat Eselon 1 ini telah
mendapatkan mandat dari menteri masing-masing untuk menghadiri dan mengambil keputusan dalam
rapat. (ekon)

***
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Hermin Esti Setyowati

Website : www.ekon.go.id
Twitter & IG : @perekonomianRI
Email : humas@ekon.go.id

Anda mungkin juga menyukai