Lk. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - Kelompok 5
Lk. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - Kelompok 5
1. Budaya literasi Hasil eksplorasi masalah berdasarkan literatur Faktor penyebab masalah yang
siswa madrasah berkaitan dengan literasi
masih rendah. 1. Anggun Winata, dkk dalam jurnal yang berjudul “Analisis Kemampuan numerasi berdasarkan kajian
2. Siswa Terlalu Numerasi dalam Pengembangan Soal Asesmen Kemampuan Minimal pada literatur dan wawancara dengan
banyak menonton, Siswa Kelas XI SMA untuk Menyelesaikan Permasalahan Science Literasi pakar adalah sebagai berikut:
main game atau numerasi”. 2021.
Indikator literasi numerasi: 1. Rendahnya minat baca
gadget sehingga
a. menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan operasi siswa
kemampuan
pada bentuk aljabar untuk memecahkan masalah dalam konteks sehari hari 2. Kurangnya pemahaman
mengeksplorasi
b. menganalisis informasi (grafik, tabel, diagram) guru terhadap materi literasi
masalah kurang.
c. menafsirkan hasil analisis untuk memprediksi dan mengambil keputusan. numerasi
3. Siswa Terbiasa
3. Kemampuan matematika
dengan hal –hal
https://www.google.com/url? dasar siswa rendah
yang bersifat instan,
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiWxcPIpfH- 4. Kurangnya pelatihan yang
sehingga mencari
AhXG7jgGHVUoCE8QFnoECAsQAw&url=https%3A%2F diadakan oleh pihak-pihak
jawaban soalpun
%2Fejournal.unma.ac.id%2Findex.php%2Feducatio%2Farticle%2Fdownload terkait seperti lembaga atau
ingin instan seperti
%2F1090%2F723&usg=AOvVaw0Y3dKWWvirDNqx2fHchNM1 madrasah mengenai literasi
searching di
2. Suswandari, dalam jurnalnya yang berjudul “MEMBANGUN BUDAYA numerasi
Google, dll.
LITERASI BAGI SUPLEMEN PENDIDIKAN DI INDONESIA”. 2018. 5. Kurang terintegrasinya
4. Minat belajar
Budaya literasi di Indonesia menjadi persoalan yang sangat menarik untuk antara kurikulum, buku
matematika siswa
diperbincangkan. Mengingat budaya literasi di Indonesia masih rendah, belum paket dan metode mengajar.
kurang, sehingga
membudaya, dan belum mendarah daging dikalangan masyarakat. Ditengah 6. Literasi numerasi baru
kurang semangat
melesatnya budaya populer, buku tidak pernah lagi menjadi prioritas utama. digaungkan, jadi belum
dalam mempelajari
Bahkan masyarakat lebih mudah menyerap budaya berbicara dan mendengar, dari terlihat hasilnya.
materi yang
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
pada membaca kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan. Masyarakat
berkaitan dengan Indonesia masih lebih banyak didominasi oleh budaya komunikasi lisan atau
matematika. budaya tutur. Masyarakat cenderung lebih senang menonton HP dengan update
5. Siswa kurang status dan mengikuti siaran televisi daripada membaca.
memahami materi https://journal.univetbantara.ac.id/index.php/dikdasbantara/article/view/105/94
prasyarat. 3. Kartikasari, Kusmayadi, & Usodo dalam Fiangga et al dalam Prosiding
6. Siswa kurang Seminar Matematika Dan Pendidikan Matematika yang berjudul
memahami konsep “KREATIVITAS GURU SMA DALAM MENYUSUN SOAL RANAH
materi yang KOGNITIF DITINJAU DARI PENGALAMAN KERJA”. 2016.
dipelajari. Permasalahan utama yang menyebabkan siswa masih belum dapat menyelesaikan
7. Kurangnya pembelajaran yang berbasis literasi numerasi adalah guru yang belum
pelatihan yang membiasakan siswa dengan soal-soal berbasis literasi. Hal ini disebabkan masih
diikuti guru banyak guru yang masih belum mampu menyusun soal literasi numerasi terutama
untuk guru-guru di tingkat sekolah dasar agar siswa menjadi lebih terbiasa untuk
menyelesaiakn soal-soal non-rutin tersebut. Guru cenderung membuat soal rutin
yang tertutup dan dapat langsung diselesaikan dengan penggunaan suatu rumus
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snmpm/article/view/10852/7750
4. Ebel dalam Somadayo dalam Agustina dalam skripsi yang berjudul
PENGARUH STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY
(DRTA) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA
SISWA KELAS V DI SD NEGERI BONTORAMBA KECAMATAN
TAMALANREA KOTA MAKASSAR. 2021.
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan memahami bacaan yang
dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada
faktor :
a. Siswa yang bersangkutan.
b. Keluarganya.
c. Kebudayaannya.
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
d. Situasi sekolah
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/19469-Full_Text.pdf
1.1 Siswa kurang Hasil eksplorasi masalah berdasarkan literatur Faktor penyebab masalah yang
paham konsep berkaitan dengan sering
1. Ratnah Kurniati M.A dalam jurnal yang berjudul “Miskonsepsi Siswa terjadinya miskonsepsi pada
penjumlahan dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) terhadap Bilangan Bulat, Operasi dan proses pembelajaran,
perkalian bilangan,
Sifat-Sifatnya”. 2018. Miskonsepsi yang dialami sebagian siswa beserta berdasarkan kajian literatur dan
terutama bilangan
penyebab terjadinya pada beberapa siswa SMP dalam bilangan bulat, operasi dan wawancara dengan pakar adalah
negatif.
sifat-sifatnya adalah: sebagai berikut:
1.2 Siswa kurang
Ada miskonsepsi dalam menentukan besarnya nilai suatu bilangan.
paham konsep
Penyebab miskonsepsi pada indikator ini adalah ada siswa yang mengganggap 1. Rendahnya pemahaman
penjumlahan suku-
bahwa suatu bilangan akan bernilai lebih besar jika letaknya berada lebih jauh guru terkait makna
suku aljabar yang
dari 0. miskonsepsi sehingga
memuat variabel.
Ada miskonsepsi dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. menyebabkan miskonsepsi
2.1 Siswa kurang
Penyebab miskonsepsi ini adalah pun terjadi pada guru bukan
paham konsep
Ada siswa yang salah dalam memahami aturan “negatif kali negatif hanya siswa saja
penjumlahan dan
hasilnya positif”. Siswa tersebut memahami aturan ini sebagai “negatif 2. Kurangnya pemahaman siswa
perkalian bilangan
ketemu negatif hasilnya positif”. Perlu ditekankan, kesalahan ini terjadi tehadap konsep dasar
bentuk akar.
karena menggunakan kata ketemu bukan kali. matematika yang mungkin juga
terjadi di jenjang sebelumnya
Ada siswa yang menganggap jika tanda negatif (-) sudah berfungsi
sehingga menghambat proses
sebagai tanda kurang (binary function), maka, tanda tersebut sudah tidak
pembelajaran yang sedang
lagi berfungsi sebagai bilangan negatif (unary function). berlangsung
Ada miskonsepsi dalam perkalian dan pembagian bilangan bulat
Penyebab miskonsepsi ini adalah ada siswa yang cenderung menyamakan
operasi pengurangan dengan operasi pembagian atau menyamakan operasi
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
penjumlahan dengan operasi perkalian.
Ada miskonsepsi dalam memahami operasi campuran
Penyebab miskonsepsi ini adalah :
Ada siswa yang menganggap jika tanda „-„ sudah berfungsi sebagai tanda
kurang, maka, tanda tersebut sudah tidak lagi berfungsi sebagai negatif
Ada siswa yang mengaplikasikan sifat komutatif pada pengurangan,
padahal jelas bahwa sifat komutatif hanya berlaku pada penjumlahan dan
perkalian saja.
Ada miskonsepsi dalam menyederhanakan persamaan linear satu variabel.
Penyebab miskonsepsi dalam indicator ini adalah:
Ada siswa yang sengaja mengubah operasi “+” menjadi “ ” dan berdalih
ada rumus yang mengatakan demikian.
Ada siswa yang cenderung mengesampingkan variabel dan
menjumlahkan semua bilangan konstan (baik yang memiliki variabel
ataupun tidak), kemudian hasilnya nanti berupa bilangan konstan yang
„diberi‟ variabel sesuai dengan yang ada pada soal.
Ada siswa yang menganggap dalam menyederhanakan variabel, yang
harus dihasilkan adalah bentuk paling singkat sehingga semua bilangan
konstan, baik yang bervariabel maupun tidak harus dijumlahkan, dan
hasilnya nanti berupa bilangan konstan.
Ada miskonsepsi dalam memahami sifat distributif
Penyebab miskonsepsi ini adalah ada siswa yang menganggap dalam
mengaplikasikan sifat distributif ia harus mengalikan semua bilangan yang
ada, misalnya pada soal 3(a+2)+2a dimana jawabannya adalah
3(a+2)+2a=3a+6+6a .
Ada miskonsepsi dalam penulisan jawaban
Penyebab miskonsepsi ini adalah ada siswa yang salah pengertian terhadap
makna tanda “=”.
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/inteligensi/article/download/1137/1019
http://eprints.umsida.ac.id/656/1/148620600072%20Firdatul%20Jannah.pdf
3. Toni Phibeta dalam jurnal yang berjudul “Miskonsepsi Peserta Didik SMP
Pada Materi Bentuk Akar Dengan Menggunakan Instrumen Four-Tier Test”.
2022.
Miskonsepsi yang ditemukan pada penelitian ini terdapat pada konsep sifat bentuk
akar, merasionalkan bentuk akar, dan definisi bentuk akar.
Faktor penyebab
peserta didik hanya menghafal materi yang diajarkan
jarang mengerjakan soal latihan untuk mengasah pemahaman peserta didik
terhadap sifat bentuk akar.
https://www.researchgate.net/publication/
355349615_Analisis_Miskonsepsi_Menggunakan_Metode_Four-
_Tier_Certainty_of_Response_Index_Studi_Eksplorasi_Di_SMP_Negeri_60_Sura
baya
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
Hasil eksplorasi masalah berdasarkan Wawancara
1.1 Guru belum mampu Hasil eksplorasi masalah berdasarkan literatur Faktor penyebab masalah yang
mengembangkan berkaitan dengan soal HOTS
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
1. Ummi Inayati pada jurnal yang berjudul ”Strategi Guru Dalam Menerapkan
soal-soal HOTs. Pembelajaran Hots Menggunakan Model Problem Based Learning”. 2020. berdasarkan kajian literatur dan
1.2 Siswa kurang Pada prakteknya pembelajaran HOTS tidak mudah dilakukan oleh guru. Perlu wawancara dengan pakar adalah
berlatih soal-soal adanya persiapan khusus selain penguasaan materi, metode, media, dan evaluasi sebagai berikut:
HOTs. pembelajaran. Persiapan tersebut jarang dilakukan oleh guru sebelum mengajar.
Rata-rata guru hanya berbekal metode penugasan dan ceramah. Media 1. Kemampuan siswa
pembelajaran yang diterapkan juga seadanya, belum ada pembaharuan. Guru bervariasi
merasa ada yang kurang meskipun ada guru yang sudah mulai menerapkan 2. Guru blm bisa menyusun
pembelajaran sesuai prosedural. Pada pembelajaran berbasis masalah ini guru soal hots
merasa kesulitan menentukan tema atau masalah yang tepat untuk dijadikan bahan 3. Kurangnya pelatihan terkait
pembelajaran yang dikemas dalam pembelajaran HOTS ini pembuatan soal-soal hots
http://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/auladuna/article/view/410 4. Siswa belum terbiasa latihan
soal HOTS
3. Rostien Puput Anggoro pada jurnal yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1457884
9. Putu Manik Sugiari Saraswati dan Gusti Ngurah Sastra Agustika pada jurnal
yang berjudul ”Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Menyelesaikan
Soal HOTS Mata Pelajaran Matematika”. 2020.
Faktor-faktor penyebab kendala yang dialami siswa dalam menyelesiakan soal
HOTS mata pelajaran matematika, yaitu:
a. kurangnya latihan soal berorientasi HOTS,
b. kemalasan siswa membaca soal dengan kalimat yang panjang,
c. kebingunan siswa menentukan cara yang digunakan menjawab soal dan
d. kurangnya pemahaman materi kecepatan, jarak waktu serta pecahan.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/view/25336
6. Dr. Ali Mahmudi (Wakil Dekan Bidang Perencanaan, Keuangan, Umum, dan
Sumber Daya)
Beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran pada umumnya adalah masih
rendahnya literasi dan kecakapan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa. Indikasi
hal itu diantaranya dapat dilihat dari hasil ujian nasional bidang metematika
jenjang SMP/MTs (Puspendik, 2019). Data tersebut misalnya menunjukkan bahwa
rata-rata nasional untuk materi bilangan (40,01), Aljabar (51,90), Geometri dan
Pengukuran (43,02), dan Statistika dan Peluang (57,83).
Hasil studi internasional, PISA/ Programme for International Student Assessment
(PISA) tahun 2018 juga menunjukkan masih rendahnya kemampuan literasi dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hasil survei PISA tersebut menempatkan
Indonesia di urutan ke 74,peringkat keenam dari bawah. Kemampuan membaca
siswa Indonesia di skor 371 berada di posisi 74, kemampuan Matematika mendapat
379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
71.
Terdapat banyak sebab terkait dengan masih rendahnya prestasi belajar siswa.
Salah satu penyebab itu terkait pembelajaran yang pada umumnya dilakukan secara
kurang bermakna, bersifat mekanistik, dan mengedepankan hafalan. Pembelajaran
konsep pada umumnya diberikan secara langsung tanpa melalui proses rasional
bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep-konsep itu dibelajarkan secara terpisah
dengan konsep lain dan terpisah pula dengan konteks relevan yang semestinya
dieksplorasi. Pembahasan soal cenderung bersifat hafalan dan kurang
mengeksplorasi kecakapan berpikir tingkat tinggi dan kecakapan literasi, terutama
berpikir analisis, evaluasi, dan kreasi. Hal itu biasanya diperburuk dengan persepsi
guru yang kurang tepat terhadap literasi dan kecakapan berpikir tingkat tinggi.
Persepsi yang tidak tepat itu, diantaranya menganggap bahwa soal kategori
berpikir tingkat tinggi selalu merupakan soal dengan tingkat kesulitan tinggi dan
hanya bisa dikembangkan pada siswa pada jenjang pendidikan lebih tinggi.
Padahal, semestinya, pengembangan literasi dan kecakapan berpikir tingkat tinggi
bisa dilakukan pada siswa jenjang sekolah apapun dan tidak mesti berupa soal
dengan tingkat kesulitan tinggi.
7. apt. Perdana Priya Haresmita, M. Pharm.Sci (Dosen Universitas
Muhammadiyah Magelang (Unimma))
Masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan
materi hots adalah kondisi input siswa yang berbeda – beda dengan latar belakang
yang bervariasi pula. Hal itu menyebabkan perhitungan waktu efektif dalam
pembelajaran tidak tercapai dengan baik, otomatis materi yang diajarkan mundur
tidak sesuai waktu yang direncanakan. Advanced Material tidak dapat diupayakan
karena keterbatasan waktu.
Pembelajaran Hots terkendala dengan kemampuan dasar mahasiswa yang beragam,
pembiasaan dan materi yang dipelajari di jenjang sebelumnya berbeda – beda,
selain itu dosen harus mampu mengelola keterbatasan waktu, kapan mengajar,
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
kapan melakukan penelitian, kapan melaksanakan pengabdian masyarakat.
8. Deni Handayani, M.Pd. (Fasilitator Matematika MA Provinsi Jawa Barat)
a. Keterampilan untuk menerapkan konsep matematika pada situasi dunia nyata
dan masalah yang tidak terstruktur terabaikan.
b. Siswa belum dibiasakan dan dilatih untuk memecahkan soal-soal berbasis
numerasi dan HOTS di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh guru.
Keterbatasan waktu Hasil eksplorasi masalah berdasarkan literatur Faktor penyebab masalah yang
untuk membahas materi berkaitan dengan advance
1. Lusi Linda Sari dalam skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR material berdasarkan kajian
karena siswa banyak
PENGHAMBAT PELAKSANAAN PROGRAM PENGAYAAN PADA literatur dan wawancara dengan
yang belum paham
MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG pakar adalah sebagai berikut:
materi esensial sehingga
TAHUN PELAJARAN 2014/2015”. 2015.
guru memprioritaskan
Faktor-faktor penghambat pelaksanaan program pengayaan antara lain: 1. Kurangnya pemahaman
materi esensial saja.
a. Kemampuan Guru: guru terhadap advanced
1. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang material
mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. Guru kurang maksimal
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dalam memanagement
bidang pengembangan yang diampu. waktu
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 3. Guru lebih memprioritaskan
4. Mengembangkan keprofesional secara berkelanjutan dengan melakukan siswa yg di bawah KKM
tindakan reflektif. 4. Pengalaman belajar siswa di
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dan mengembangkan tahapan/jenjang sebelumnya
diri. belum tercapai sehingga
b. Faktor waktu. menghambat pemahaman
Guru harus memilih kegiatan pengayaan yang tepat sesuai dengan waktu yang materi yang sedang
telah tersedia bagi setiap peserta didik.
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
https://text-id.123dok.com/document/ky6jwgvoq-faktor-faktor-penghambat- dipelajari
pelaksanaan-program-pengayaan.html i.
2. Linguistika, dkk, dalam skripsi yang berjudul “TINGKAT PENGUASAAN
MATERI MATEMATIKA SEKOLAH LANJUT DAN KOMPETENSI
PEDAGOGIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA PADA
MATA KULIAH MICROTEACHING”. 2013.
Guru matematika SMA/MA program IPA memiliki tingkat penguasaan materi
paling rendah pada topik dimensi tiga (32,632%), turunan (39,495%), dan
transformasi (39,600%), serta pada pokok bahasan geometri (32,362%),
trigonometri (51,340%), dan kalkulus (54,790%). Sementara itu pada program IPS,
tingkat penguasaan materi guru paling rendah terdapat pada topik program linear
(56,852%), logaritma (58,000%), dan statistik (63,592%), serta pada pokok
bahasan aljabar (66,402%) dan kalkulus (65,892%).
http://digilib.uinsgd.ac.id/15500/4/4_bab1.pdf