Anda di halaman 1dari 24

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah

5 Literasi numerasi Literasi numerasi Literasi numerasi

1. Budaya literasi Hasil eksplorasi masalah berdasarkan literatur Faktor penyebab masalah yang
siswa madrasah berkaitan dengan literasi
masih rendah. 1. Anggun Winata, dkk dalam jurnal yang berjudul “Analisis Kemampuan numerasi berdasarkan kajian
2. Siswa Terlalu Numerasi dalam Pengembangan Soal Asesmen Kemampuan Minimal pada literatur dan wawancara dengan
banyak menonton, Siswa Kelas XI SMA untuk Menyelesaikan Permasalahan Science Literasi pakar adalah sebagai berikut:
main game atau numerasi”. 2021.
Indikator literasi numerasi: 1. Rendahnya minat baca
gadget sehingga
a. menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan operasi siswa
kemampuan
pada bentuk aljabar untuk memecahkan masalah dalam konteks sehari hari 2. Kurangnya pemahaman
mengeksplorasi
b. menganalisis informasi (grafik, tabel, diagram) guru terhadap materi literasi
masalah kurang.
c. menafsirkan hasil analisis untuk memprediksi dan mengambil keputusan. numerasi
3. Siswa Terbiasa
3. Kemampuan matematika
dengan hal –hal
https://www.google.com/url? dasar siswa rendah
yang bersifat instan,
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiWxcPIpfH- 4. Kurangnya pelatihan yang
sehingga mencari
AhXG7jgGHVUoCE8QFnoECAsQAw&url=https%3A%2F diadakan oleh pihak-pihak
jawaban soalpun
%2Fejournal.unma.ac.id%2Findex.php%2Feducatio%2Farticle%2Fdownload terkait seperti lembaga atau
ingin instan seperti
%2F1090%2F723&usg=AOvVaw0Y3dKWWvirDNqx2fHchNM1 madrasah mengenai literasi
searching di
2. Suswandari, dalam jurnalnya yang berjudul “MEMBANGUN BUDAYA numerasi
Google, dll.
LITERASI BAGI SUPLEMEN PENDIDIKAN DI INDONESIA”. 2018. 5. Kurang terintegrasinya
4. Minat belajar
Budaya literasi di Indonesia menjadi persoalan yang sangat menarik untuk antara kurikulum, buku
matematika siswa
diperbincangkan. Mengingat budaya literasi di Indonesia masih rendah, belum paket dan metode mengajar.
kurang, sehingga
membudaya, dan belum mendarah daging dikalangan masyarakat. Ditengah 6. Literasi numerasi baru
kurang semangat
melesatnya budaya populer, buku tidak pernah lagi menjadi prioritas utama. digaungkan, jadi belum
dalam mempelajari
Bahkan masyarakat lebih mudah menyerap budaya berbicara dan mendengar, dari terlihat hasilnya.
materi yang
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
pada membaca kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan. Masyarakat
berkaitan dengan Indonesia masih lebih banyak didominasi oleh budaya komunikasi lisan atau
matematika. budaya tutur. Masyarakat cenderung lebih senang menonton HP dengan update
5. Siswa kurang status dan mengikuti siaran televisi daripada membaca.
memahami materi https://journal.univetbantara.ac.id/index.php/dikdasbantara/article/view/105/94
prasyarat. 3. Kartikasari, Kusmayadi, & Usodo dalam Fiangga et al dalam Prosiding
6. Siswa kurang Seminar Matematika Dan Pendidikan Matematika yang berjudul
memahami konsep “KREATIVITAS GURU SMA DALAM MENYUSUN SOAL RANAH
materi yang KOGNITIF DITINJAU DARI PENGALAMAN KERJA”. 2016.
dipelajari. Permasalahan utama yang menyebabkan siswa masih belum dapat menyelesaikan
7. Kurangnya pembelajaran yang berbasis literasi numerasi adalah guru yang belum
pelatihan yang membiasakan siswa dengan soal-soal berbasis literasi. Hal ini disebabkan masih
diikuti guru banyak guru yang masih belum mampu menyusun soal literasi numerasi terutama
untuk guru-guru di tingkat sekolah dasar agar siswa menjadi lebih terbiasa untuk
menyelesaiakn soal-soal non-rutin tersebut. Guru cenderung membuat soal rutin
yang tertutup dan dapat langsung diselesaikan dengan penggunaan suatu rumus
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snmpm/article/view/10852/7750
4. Ebel dalam Somadayo dalam Agustina dalam skripsi yang berjudul
PENGARUH STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY
(DRTA) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA
SISWA KELAS V DI SD NEGERI BONTORAMBA KECAMATAN
TAMALANREA KOTA MAKASSAR. 2021.
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan memahami bacaan yang
dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada
faktor :
a. Siswa yang bersangkutan.
b. Keluarganya.
c. Kebudayaannya.
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
d. Situasi sekolah
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/19469-Full_Text.pdf

Hasil eksplorasi masalah berdasarkan Wawancara

1. Samrorul Ilmi, S.Pd (Guru IPA MTs Negeri 7 Sleman)


Penyebab minat baca tulis siswa rendah karena:
 Motivasi belajar siswa yang tidak didukung oleh lingkungan belajar di rumah
 Buku bacaan tentang riset masih belum memadahi
2. Laily Herni Kurniati (Guru Matematika MAN 1 Kota Bandung)
Kendala penyusunan bahan ajar yang memuat konten literasi numerasi adalah
sulit menemukan sumber bahan ajar dan memunculkan kreativitas literasi numerasi
guru.
3. Dimas Enggar Satria (Guru Matematika MAN 2 Subang)
Kendala penyusunan bahan ajar yang memuat konten literasi numerasi adalah
karena guru belum memahami konsep pembelajaran yang berbasis literasi
numerasi
4. Hendra Dermawan, S.Pd. (Wakil Kepala Bidang Kurikulum Man Kota
Cimahi)
Kendala dalam menerapkan pembelajaran berbasis literasi numerasi adalah
mencari bahan yang sesuai tema itu tidak mudah.

Hasil eksplorasi masalah berdasarkan wawancara pengawas dan pakar

1. Darul Falah, S.Ag. M.Pd.I. (Pengawas Madya Kab. Ciamis)


Guru kurang mengetahui arti dan makna dari istilah literasi, numerasi, adapun
faktor penyebabnya adalah:
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
a. Guru kurang suka membaca
b. Guru kurang peduli terhadap regulasi pendidikan
c. Guru terlalu lama di zona nyaman, sehingga enggan mengalami perubahan
d. Kurangnya diklat-diklat untuk mengetahui dan melaksanakan hal-hal tersebut
diatas
e. Kurangnya suport dari Kepala Madrasah
f. Tidak maksimalnya pelaksanaan supervisi dari Kepala Madrasah
g. Sekolah tidak mengadakan program atau kegiatan yang mengarah untuk
kemajuan hal-hal tersebut diatas
h. Minimnya anggaran dari pihak sekolah untuk mengadakan kegiatan
peningkatan kompetensi guru
i. Dari tunjangan sertifikasi yang diperoleh, guru lebih senang membelikan motor,
mobil, seblak, baju dll daripada buku-buku dan alat-alat penunjang peningkatan
pembelajaran
2. Prof.Dr.Hj. Rahayu Kariadinata, M.Pd., AMLE ( Guru Besar Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
Hal yang menyebabkan adanya kendala dalam penerapan literasi numerasi adalah:
a. kurang terintegrasinya antara kurikulum, buku paket, dan metode mengajar
guru di kelas. Kurikulum di indonesia menuntut untuk anak agar punya
kemampuan literasi numerasi, namun lingkungan keseharian saat belajar (baik
dari metode maupun sumber materi) kurang membudayakan kegiatan yg
menuju pada keahlian tersebut. Sehingga ada gap antara tujuan yg ingin dicapai
dengan proses pembelajaran siswa.
b. Terjadinya pergantian kurikulum dengan rentang waktu yang tidak lama.
Perubahan kurikulum yang biasanya terjadi setiap kali berganti periode
kepemimpinan ini mengakibatkan kurang solidnya arah/tujuan pendidikan
nasional sehingga berdampak pada ketidaksiapan guru/siswa dalam menerapkan
buadaya pembelajaran.
c. Literasi dan numerasi di Indonesia terhitung baru digaungkan, sehingga
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
pembiasaan dari guru untuk menyelesaikan masalah literasi dan numerasi masih
kurang.
d. Kurangnya budaya membaca pada anak-anak di indonesia.
3. Dr. Lia Nurasriahmaulia,M.Pd. (Dosen Kurikulumdi STAI)
Kendala dalam menerapkan pembelajaran berbasis literasi numerasi:
a. Mencari bahan yang sesuai tema itu tidak mudah
b. Kurang sarana prasarana pendukung
c. Kurang pekanya guru dan siswa dalam memanfatkan lingkungan yang bisa
dijadikan bahan literasi numerasi
d. Guru dan siswa masih belum terbiasa dalam budaya literasi numerasi.
e. Guru belum paham dalam menyusun soal literasi numerasi.
4. Nusrotul Bariyah, S.Pd (Reviewer AKMI)
Masalah terkait literasi numerasi, siswa tidak terbiasa dengan membaca dan
menelaah hal-hal yang ada disekitar. Sehingga ketika disajikan literasi numerasi
mereka menganggap bahwa itu sulit dan proses pembelajaran berlangsung lebih
lama dari biasanya padahal konsep matematika yang disajikan melibatkan
perhitungan yang sederhana.
5. Dr. Rudy Kurniawan, M.Pd. (Pengawas MA Kota Cimahi dan Dosen
Matematika di STKIP Siliwangi)
Penyebab masalah kurangnya lterasi numerasi antara lain :
a. Dari gurunya tidak membiasakan membahas materi yang berbasis literasi
numerasi
b. Dari asesmen yang dibuat guru belum memuat materi lietrasi numerasi
c. Input siswa dari SD dan SMP nya belum terbiasa dengan literasi numerasi
6. Dr. Ali Mahmudi (Wakil Dekan Bidang Perencanaan, Keuangan, Umum, dan
Sumber Daya)
Beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran pada umumnya adalah masih
rendahnya literasi siswa. Indikasi hal itu diantaranya dapat dilihat dari hasil ujian
nasional bidang metematika jenjang SMP/MTs (Puspendik, 2019). Data tersebut
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
misalnya menunjukkan bahwa rata-rata nasional untuk materi bilangan (40,01),
Aljabar (51,90), Geometri dan Pengukuran (43,02), dan Statistika dan Peluang
(57,83).
Hasil studi internasional, PISA/ Programme for International Student Assessment
(PISA) tahun 2018 juga menunjukkan masih rendahnya kemampuan literasi dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hasil survei PISA tersebut menempatkan
Indonesia di urutan ke 74,peringkat keenam dari bawah. Kemampuan membaca
siswa Indonesia di skor 371 berada di posisi 74, kemampuan Matematika mendapat
379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71
Terdapat banyak sebab terkait dengan masih rendahnya prestasi belajar siswa.
Salah satu penyebab itu terkait pembelajaran yang pada umumnya dilakukan secara
kurang bermakna, bersifat mekanistik, dan mengedepankan hafalan. Pembelajaran
konsep pada umumnya diberikan secara langsung tanpa melalui proses rasional
bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep-konsep itu dibelajarkan secara terpisah
dengan konsep lain dan terpisah pula dengan konteks relevan yang semestinya
dieksplorasi. Pembahasan soal cenderung bersifat hafalan dan kurang
mengeksplorasi kecakapan berpikir tingkat tinggi dan kecakapan literasi, terutama
berpikir analisis, evaluasi, dan kreasi. Hal itu biasanya diperburuk dengan persepsi
guru yang kurang tepat terhadap literasi dan kecakapan berpikir tingkat tinggi.
Persepsi yang tidak tepat itu, diantaranya menganggap bahwa soal kategori
berpikir tingkat tinggi selalu merupakan soal dengan tingkat kesulitan tinggi dan
hanya bisa dikembangkan pada siswa pada jenjang pendidikan lebih tinggi.
Padahal, semestinya, pengembangan literasi dan kecakapan berpikir tingkat tinggi
bisa dilakukan pada siswa jenjang sekolah apapun dan tidak mesti berupa soal
dengan tingkat kesulitan tinggi.
7. apt. Perdana Priya Haresmita, M. Pharm.Sci (Dosen Universitas
Muhammadiyah Magelang (Unimma))
Masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan
materi literasi numerasi adalah kondisi input siswa yang berbeda – beda dengan
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
latar belakang yang bervariasi pula. Hal itu menyebabkan perhitungan waktu
efektif dalam pembelajaran tidak tercapai dengan baik, otomatis materi yang
diajarkan mundur tidak sesuai waktu yang direncanakan.
8. H. Munip, M.Pd.I. (Pengawas Kemenag Kab. Garut Fasilitator Provinsi
Dosen di Univ. Al-Musadadiyah).
Pelaksanaan literasi numerasi di sekolah memiliki beberapa hambatan yakni
rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran yang berkaitan dengan matematika,
kemampuan siswa dalam memahami masalah masih rendah, sistem pembelajaran
yang masih bersifat konvensional dan monoton, buku yang digunakan kurang
maksimal, dan keterampilan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran
juga masih belum maksimal.
9. Deni Handayani, M.Pd. (Fasilitator Matematika MA Provinsi Jawa Barat).
Kendala guru dalam menyusun materi atau soal yg berbasis literasi numerasi.
a. Rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran yang berkaitan dengan
matematika, rendahnya kemampuan siswa dalam memahami suatu masalah,
dan sistem pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan monoton.
b. Kurangnya pembiasaan yang diberikan oleh guru dalam melatih siswa untuk
memecahkan soal-soal berbasis numerasi di dalam proses pembelajaran
c. Kegiatan dalam pembelajaran belum berfokus kepada penanganan literasi
numerasi siswa
d. Kurangnya penyediaan sumber buku secara khusus mengenai literasi numerasi
di sekolah.
e. Ketidaktersediaan dan minimnya penggunaan media pembelajaran terkait
dengan numerasi yang cocok dengan karakter anak kelas rendah. Hal ini
disebabkan oleh adanya kesulitan dalam mengembangkan media yang cocok
dengan karaktersistik siswa di kelas rendah yang dihadapi oleh guru, sehingga
siswa hanya menggunakan sumber belajar dari buku siswa, LKS, dan beberapa
video dari youtube
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
f. Kurang aktifnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran di kelas, sehingga
mereka cenderung cepat merasa bosan untuk belajar.

Miskonsepsi : Miskonsepsi : Miskonsepsi:

1.1 Siswa kurang Hasil eksplorasi masalah berdasarkan literatur Faktor penyebab masalah yang
paham konsep berkaitan dengan sering
1. Ratnah Kurniati M.A dalam jurnal yang berjudul “Miskonsepsi Siswa terjadinya miskonsepsi pada
penjumlahan dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) terhadap Bilangan Bulat, Operasi dan proses pembelajaran,
perkalian bilangan,
Sifat-Sifatnya”. 2018. Miskonsepsi yang dialami sebagian siswa beserta berdasarkan kajian literatur dan
terutama bilangan
penyebab terjadinya pada beberapa siswa SMP dalam bilangan bulat, operasi dan wawancara dengan pakar adalah
negatif.
sifat-sifatnya adalah: sebagai berikut:
1.2 Siswa kurang
 Ada miskonsepsi dalam menentukan besarnya nilai suatu bilangan.
paham konsep
Penyebab miskonsepsi pada indikator ini adalah ada siswa yang mengganggap 1. Rendahnya pemahaman
penjumlahan suku-
bahwa suatu bilangan akan bernilai lebih besar jika letaknya berada lebih jauh guru terkait makna
suku aljabar yang
dari 0. miskonsepsi sehingga
memuat variabel.
 Ada miskonsepsi dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. menyebabkan miskonsepsi
2.1 Siswa kurang
Penyebab miskonsepsi ini adalah pun terjadi pada guru bukan
paham konsep
 Ada siswa yang salah dalam memahami aturan “negatif kali negatif hanya siswa saja
penjumlahan dan
hasilnya positif”. Siswa tersebut memahami aturan ini sebagai “negatif 2. Kurangnya pemahaman siswa
perkalian bilangan
ketemu negatif hasilnya positif”. Perlu ditekankan, kesalahan ini terjadi tehadap konsep dasar
bentuk akar.
karena menggunakan kata ketemu bukan kali. matematika yang mungkin juga
terjadi di jenjang sebelumnya
 Ada siswa yang menganggap jika tanda negatif (-) sudah berfungsi
sehingga menghambat proses
sebagai tanda kurang (binary function), maka, tanda tersebut sudah tidak
pembelajaran yang sedang
lagi berfungsi sebagai bilangan negatif (unary function). berlangsung
 Ada miskonsepsi dalam perkalian dan pembagian bilangan bulat
Penyebab miskonsepsi ini adalah ada siswa yang cenderung menyamakan
operasi pengurangan dengan operasi pembagian atau menyamakan operasi
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
penjumlahan dengan operasi perkalian.
 Ada miskonsepsi dalam memahami operasi campuran
Penyebab miskonsepsi ini adalah :
 Ada siswa yang menganggap jika tanda „-„ sudah berfungsi sebagai tanda
kurang, maka, tanda tersebut sudah tidak lagi berfungsi sebagai negatif
 Ada siswa yang mengaplikasikan sifat komutatif pada pengurangan,
padahal jelas bahwa sifat komutatif hanya berlaku pada penjumlahan dan
perkalian saja.
 Ada miskonsepsi dalam menyederhanakan persamaan linear satu variabel.
Penyebab miskonsepsi dalam indicator ini adalah:
 Ada siswa yang sengaja mengubah operasi “+” menjadi “ ” dan berdalih
ada rumus yang mengatakan demikian.
 Ada siswa yang cenderung mengesampingkan variabel dan
menjumlahkan semua bilangan konstan (baik yang memiliki variabel
ataupun tidak), kemudian hasilnya nanti berupa bilangan konstan yang
„diberi‟ variabel sesuai dengan yang ada pada soal.
 Ada siswa yang menganggap dalam menyederhanakan variabel, yang
harus dihasilkan adalah bentuk paling singkat sehingga semua bilangan
konstan, baik yang bervariabel maupun tidak harus dijumlahkan, dan
hasilnya nanti berupa bilangan konstan.
 Ada miskonsepsi dalam memahami sifat distributif
Penyebab miskonsepsi ini adalah ada siswa yang menganggap dalam
mengaplikasikan sifat distributif ia harus mengalikan semua bilangan yang
ada, misalnya pada soal 3(a+2)+2a dimana jawabannya adalah
3(a+2)+2a=3a+6+6a .
 Ada miskonsepsi dalam penulisan jawaban
Penyebab miskonsepsi ini adalah ada siswa yang salah pengertian terhadap
makna tanda “=”.
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/inteligensi/article/download/1137/1019

2. Firdatul Jannah dalam jurnal yang berjudul “ANALISIS MISKONSEPSI


SISWA SD PADA MATERI BILANGAN BULAT”. 2017.
Seseorang mengalami miskonsepsi apabila :
 Pengertian yang tidak akurat tentang konsep
 Penggunaan konsep yang salah
 Klasifikasi contoh yang salah tentang penerapan konsep
 Pemaknaan konsep yang berbeda
 Kekacauan konsep-konsep yang berbeda
 Hubungan hierarkis konsep yang tidak benar.

http://eprints.umsida.ac.id/656/1/148620600072%20Firdatul%20Jannah.pdf

3. Toni Phibeta dalam jurnal yang berjudul “Miskonsepsi Peserta Didik SMP
Pada Materi Bentuk Akar Dengan Menggunakan Instrumen Four-Tier Test”.
2022.
Miskonsepsi yang ditemukan pada penelitian ini terdapat pada konsep sifat bentuk
akar, merasionalkan bentuk akar, dan definisi bentuk akar.
Faktor penyebab
 peserta didik hanya menghafal materi yang diajarkan
 jarang mengerjakan soal latihan untuk mengasah pemahaman peserta didik
terhadap sifat bentuk akar.
https://www.researchgate.net/publication/
355349615_Analisis_Miskonsepsi_Menggunakan_Metode_Four-
_Tier_Certainty_of_Response_Index_Studi_Eksplorasi_Di_SMP_Negeri_60_Sura
baya
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
Hasil eksplorasi masalah berdasarkan Wawancara

1. Drs. H. Tendi Setiadi, M.M.Pd. (Kepala Madrasah MTsN 1 Kota Bandung)


Terdapat miskonsepsi pada siswa karena bisa jadi pada gurunya juga terdapat
miskonsepsi.
2. Dra. Ida Herlinda (Guru Matematika MTsN 1 Kota Bandung)
Miskonsepsi berawal dari kesalahan pembelajaran di jenjang sebelumnya sehingga
waktu banyak tersita untuk mengulang materi sebelumnya (prasyarat)
3. Diana Meida Ismayanti, S.Pd. (Guru Matematika MAN Kota Cimahi)
Kendala yang ditemui terkait materi miskonsepsi adalah:
 Dalam pembagian pecahan tertukar dengan perkalian pecahan
 Dalamperkalian matriks mengerjakan seperti pada penjumlahan matriks
 Barisan dan deret aritmatika tertukan dengan geometri
Hal tersebut dikarenakan siswa kurang paham konsep dasar nya
(pembagian, perkalian)
Dan juga kurang pahamnya materi barisan dan deret sehingga belum bisa
membedakan materi aritmatika dengan geometri

Hasil eksplorasi masalah berdasarkan wawancara pengawas dan pakar

1. Dr. Lia Nurasriahmaulia,M.Pd. (Dosen Kurikulumdi STAI)


a. Guru kurang jelas dalam menjelaskan materi
b. Siswa belum berpengalaman dalam materi yang dipelajari
c. Perbedaan pengalaman belajar siswa pada tahap sebelumnya yang
mengakibatkan salah dalam menyimpulkan
2. Darul Falah, S.Ag. M.Pd.I. (Pengawas Madya Kab. Ciamis)
Guru kurang mengetahui arti dan makna dari istilah miskonsepsi, adapun faktor
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
penyebabnya adalah:
 Guru kurang suka membaca
 Guru kurang peduli terhadap regulasi pendidikan
 Guru terlalu lama di zona nyaman, sehingga enggan mengalami perubahan
 Kurangnya diklat-diklat untuk mengetahui dan melaksanakan hal-hal tersebut
diatas
 Kurangnya suport dari Kepala Madrasah
 Tidak maksimalnya pelaksanaan supervisi dari Kepala Madrasah
 Sekolah tidak mengadakan program atau kegiatan yang mengarah untuk
kemajuan hal-hal tersebut diatas
 Minimnya anggaran dari pihak sekolah untuk mengadakan kegiatan peningkatan
kompetensi guru
 Dari tunjangan sertifikasi yang diperoleh, guru lebih senang membelikan motor,
mobil, seblak, baju dll daripada buku-buku dan alat-alat penunjang peningkatan
pembelajaran
3. Prof.Dr.Hj. Rahayu Kariadinata, M.Pd., AMLE ( Guru Besar Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Hal yang menyebabkan adanya kendala dalam miskonsepsi adalah:
a. kurang terintegrasinya antara kurikulum, buku paket, dan metode mengajar guru
di kelas.
b. Terjadinya pergantian kurikulum dengan rentang waktu yang tidak lama.
Perubahan kurikulum yang biasanya terjadi setiap kali berganti periode
kepemimpinan ini mengakibatkan kurang solidnya arah/tujuan pendidikan
nasional sehingga berdampak pada ketidaksiapan guru/siswa dalam menerapkan
buadaya pembelajaran.
4. Nusrotul Bariyah, S.Pd (Reviewer AKMI)
Miskonsepsi terjadi sejak di bangku SD, karena pengajar matematika di SD
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
kebanyakan bukan murni guru matematika
5. Dr. Rudy Kurniawan, M.Pd. (Pengawas MA Kota Cimahi dan Dosen
Matematika di STKIP Siliwangi)
Dari siswanya dalam memahami materi sebelumnya (materi dasarnya) tidak kuat
sehingga materi lanjutannyapun kurang paham.
6. Apt. Perdana Priya Haresmita, M. Pharm.Sci (Dosen Universitas
Muhammadiyah Magelang (Unimma))
Masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan
materi Miskonsepsi adalah kondisi input siswa yang berbeda – beda dengan latar
belakang yang bervariasi pula. Hal itu menyebabkan perhitungan waktu efektif
dalam pembelajaran tidak tercapai dengan baik, otomatis materi yang diajarkan
mundur tidak sesuai waktu yang direncanakan.
Di masa pasca pandemi ini dosen berupaya untuk selalu melaksanakan
pembelajaran secara offline untuk dapat melakukan matrikulasi materi di semester
awal, hal ini untuk pencegahan terjadinya misonsepsi ketika perkuliahan.
7. H. Munip, M.Pd.I. (Pengawas Kemenag Kab. Garut, Fasilitator Provinsi, dan
Dosen di Univ. Al-Musadadiyah)
Penyebab miskonsepsi dibagi menjadi lima sebab utama, yaitu berasal dari siswa,
pengajar, buku teks, konteks, dan cara mengajar.
8. Deni Handayani, M.Pd. (Fasilitator Matematika MA Provinsi Jawa Barat)
Penyebab miskonsepsi karena kelemahan peserta didik dalam memahami konsep
Komputasi, kurang memahami generalisasi bilangan , kesalahan dalam mengubah
bentuk permasalahan secara nyata kedalam bentuk Matematika .

Soal Hots Soal Hots Soal HOTS:

1.1 Guru belum mampu Hasil eksplorasi masalah berdasarkan literatur Faktor penyebab masalah yang
mengembangkan berkaitan dengan soal HOTS
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
1. Ummi Inayati pada jurnal yang berjudul ”Strategi Guru Dalam Menerapkan
soal-soal HOTs. Pembelajaran Hots Menggunakan Model Problem Based Learning”. 2020. berdasarkan kajian literatur dan
1.2 Siswa kurang Pada prakteknya pembelajaran HOTS tidak mudah dilakukan oleh guru. Perlu wawancara dengan pakar adalah
berlatih soal-soal adanya persiapan khusus selain penguasaan materi, metode, media, dan evaluasi sebagai berikut:
HOTs. pembelajaran. Persiapan tersebut jarang dilakukan oleh guru sebelum mengajar.
Rata-rata guru hanya berbekal metode penugasan dan ceramah. Media 1. Kemampuan siswa
pembelajaran yang diterapkan juga seadanya, belum ada pembaharuan. Guru bervariasi
merasa ada yang kurang meskipun ada guru yang sudah mulai menerapkan 2. Guru blm bisa menyusun
pembelajaran sesuai prosedural. Pada pembelajaran berbasis masalah ini guru soal hots
merasa kesulitan menentukan tema atau masalah yang tepat untuk dijadikan bahan 3. Kurangnya pelatihan terkait
pembelajaran yang dikemas dalam pembelajaran HOTS ini pembuatan soal-soal hots
http://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/auladuna/article/view/410 4. Siswa belum terbiasa latihan
soal HOTS

2. Popon Mariam, dkk. Dalam jurnal yang berjudul ”Penerapan Evaluasi


Pembelajaran Berbasis HOTS”. 2020.
Permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru yaitu kesulitan para guru untuk:
a. Guru-guru mengalami kesulitan terhadap konsep penilaian berbasis HOTS
yang digunakan dalam kurikulum Nasional. Guru juga kurang terampil dalam
merancang, membuat dan mengembangkan instrumen evaluasi belajar
sehingga evaluasi yang selama ini dilakukan masih bersifat asal-asalan.
b. Guru-guru mengalami kesulitan dalam merancang dan membuat bank-bank
soal yang berbasis HOTS pada mata pelajaran yang diampu.
c. Kualifikasi kompetensi akademis yang tidak sesuai dengan mata pelajaran
yang diampu sehingga membutuhkan pelatihan dan pendampingan untuk para
guru didalam pembuatan alat evaluasi berbasis HOTS pada mata pelajaran
yang diampu.
http://journal.unla.ac.id/index.php/tribhakti/article/view/1696

3. Rostien Puput Anggoro pada jurnal yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah

Kooperatif Berbasis Hots Terhadap Kemampuan Berpikir Matematis”. 2019.


Faktor penyebab rendahnya kemampuan pembelajaran HOTS adalah :
a. Siswa kurang dilatih mengerjakan soal berkaitan pemecahan masalah
b. Pembelajaran masih bersifat konvensional
c. Guru kurang menggali kreatifitas siswa dalam menyelesaikan soal

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1457884

9. Putu Manik Sugiari Saraswati dan Gusti Ngurah Sastra Agustika pada jurnal
yang berjudul ”Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Menyelesaikan
Soal HOTS Mata Pelajaran Matematika”. 2020.
Faktor-faktor penyebab kendala yang dialami siswa dalam menyelesiakan soal
HOTS mata pelajaran matematika, yaitu:
a. kurangnya latihan soal berorientasi HOTS,
b. kemalasan siswa membaca soal dengan kalimat yang panjang,
c. kebingunan siswa menentukan cara yang digunakan menjawab soal dan
d. kurangnya pemahaman materi kecepatan, jarak waktu serta pecahan.

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/view/25336

Hasil eksplorasi masalah berdasarkan Wawancara

1. Drs. H. Tendi Setiadi, M.M.Pd. (Kepala Madrasah MTsN 1 Kota Bandung)


Penerapan pembelajaran HOTS belum maksimal karena:
a. Kemampuan siswa bervariasi.
b. Masa pandemi yang membuat dunia pendidikan terdegradasi sehingga konsep
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
dasar matematikanya tidak tersampaikan dengan maksimal
2. Dimas Enggar Satria (Guru Matematika MAN 2 Subang)
Penerapan pembelajaran HOTS belum maksimal karena:
a. Penerapan pembelajaran HOTS belum maksimal karena rendahnya
kemampuan matematika dasar siswa.
b. Guru belum mampu membuat dan ngembangkan soal-soal HOTs.
3. Dra. Sugiyatmi (Guru Bahasa Indonesia MTsN 7 Sleman)
Kendala dalam mengarahkan siswa untuk berpikir tingkat tinggi adalah siswa
kurang memiliki daya berpikir kritis karena tidak semangat membaca.
4. Hendra Dermawan, S.Pd. (Wakil Kepala Bidang Kurikulum Man Kota
Cimahi)
Kendala dalam melaksanakan pembelajaran dalam hal mengarahkan siswa
untuk berpikir tingkat tinggi adalah karena siswa terbiasa diberi. Jadi untuk
menggali sendiri cara menyelesaikan soal belum mudah dan harus ekstra
pikiran, tenaga, dan waktu.

Hasil eksplorasi masalah berdasarkan wawancara pengawas dan pakar

1. Dr. Lia Nurasriahmaulia,M.Pd. (Dosen Kurikulumdi STAI)


Kendala dalam melaksanakan pembelajaran dalam hal mengarahkan siswa untuk
berpikir tingkat tinggi :
a. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung seperti ketersediaan
sumber dan bahan belajar, fasilitas internet yang kurang merata.
b. Kurangnya media pembelajaran yang memadai.
c. Guru kurang paham dalam membuat soal HOTS, sehingga siswa jugan akan
kurang paham tentang HOTS.
d. Guru, siswa, dan Orangtua Kurang pahamnya tujuan-tujuan belajar.
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
e. Kurangnya perhatian khusus dari stakeholder pada penerapan soal HOTS.
2. Darul Falah, S.Ag. M.Pd.I. (Pengawas Madya Kab. Ciamis)
Guru kurang mengetahui arti dan makna dari istilah miskonsepsi, adapun faktor
penyebabnya adalah:
a. Guru kurang suka membaca
b. Guru kurang peduli terhadap regulasi pendidikan
c. Guru terlalu lama di zona nyaman, sehingga enggan mengalami perubahan
d. Kurangnya diklat-diklat untuk mengetahui dan melaksanakan hal-hal tersebut
diatas.
e. Kurangnya suport dari Kepala Madrasah
f. Tidak maksimalnya pelaksanaan supervisi dari Kepala Madrasah
g. Sekolah tidak mengadakan program atau kegiatan yang mengarah untuk
kemajuan hal-hal tersebut diatas
h. Minimnya anggaran dari pihak sekolah untuk mengadakan kegiatan
peningkatan kompetensi guru
i. Dari tunjangan sertifikasi yang diperoleh, guru lebih senang membelikan
motor, mobil, seblak, baju dll daripada buku-buku dan alat-alat penunjang
peningkatan pembelajaran
3. Prof.Dr.Hj. Rahayu Kariadinata, M.Pd., AMLE ( Guru Besar Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Hal yang menyebabkan adanya kendala dalam penerapan HOTS adalah:
a. Kurang terintegrasinya antara kurikulum, buku paket, dan metode mengajar
guru di kelas. Kurikulum di indonesia menuntut untuk anak agar punya
kemampuan HOTS, namun lingkungan keseharian saat belajar (baik dari
metode maupun sumber materi) kurang membudayakan kegiatan yg menuju
pada keahlian tersebut. Sehingga ada gap antara tujuan yg ingin dicapai dengan
proses pembelajaran siswa.
b. Terjadinya pergantian kurikulum dengan rentang waktu yang tidak lama.
Perubahan kurikulum yang biasanya terjadi setiap kali berganti periode
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
kepemimpinan ini mengakibatkan kurang solidnya arah/tujuan pendidikan
nasional sehingga berdampak pada ketidaksiapan guru/siswa dalam menerapkan
buadaya pembelajaran.
c. HOTS di Indonesia terhitung baru digaungkan, sehingga pembiasaan dari guru
untuk menyelesaikan
4. Nusrotul Bariyah, S.Pd (Reviewer AKMI)
Nilai kecil, mengeluh katanya soalnya berbeda dari yang dicontohkan, buntu, lama
sekali mengerjakannya, bahkan ada yang sampai menyerah.
5. Dr. Rudy Kurniawan, M.Pd. (Pengawas MA Kota Cimahi dan Dosen
Matematika di STKIP Siliwangi)
Adapun penyebab belum tercapainya HOTS adalah:
a. Guru tidak membiasakan membahas materi yang HOTS
b. Asesmen yang dibuat guru belum memuat HOTS
c. Input siswanya dari SD dan SMPnya belum terbiasa dengan soal HOTS

6. Dr. Ali Mahmudi (Wakil Dekan Bidang Perencanaan, Keuangan, Umum, dan
Sumber Daya)
Beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran pada umumnya adalah masih
rendahnya literasi dan kecakapan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa. Indikasi
hal itu diantaranya dapat dilihat dari hasil ujian nasional bidang metematika
jenjang SMP/MTs (Puspendik, 2019). Data tersebut misalnya menunjukkan bahwa
rata-rata nasional untuk materi bilangan (40,01), Aljabar (51,90), Geometri dan
Pengukuran (43,02), dan Statistika dan Peluang (57,83).
Hasil studi internasional, PISA/ Programme for International Student Assessment
(PISA) tahun 2018 juga menunjukkan masih rendahnya kemampuan literasi dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hasil survei PISA tersebut menempatkan
Indonesia di urutan ke 74,peringkat keenam dari bawah. Kemampuan membaca
siswa Indonesia di skor 371 berada di posisi 74, kemampuan Matematika mendapat
379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
71.
Terdapat banyak sebab terkait dengan masih rendahnya prestasi belajar siswa.
Salah satu penyebab itu terkait pembelajaran yang pada umumnya dilakukan secara
kurang bermakna, bersifat mekanistik, dan mengedepankan hafalan. Pembelajaran
konsep pada umumnya diberikan secara langsung tanpa melalui proses rasional
bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep-konsep itu dibelajarkan secara terpisah
dengan konsep lain dan terpisah pula dengan konteks relevan yang semestinya
dieksplorasi. Pembahasan soal cenderung bersifat hafalan dan kurang
mengeksplorasi kecakapan berpikir tingkat tinggi dan kecakapan literasi, terutama
berpikir analisis, evaluasi, dan kreasi. Hal itu biasanya diperburuk dengan persepsi
guru yang kurang tepat terhadap literasi dan kecakapan berpikir tingkat tinggi.
Persepsi yang tidak tepat itu, diantaranya menganggap bahwa soal kategori
berpikir tingkat tinggi selalu merupakan soal dengan tingkat kesulitan tinggi dan
hanya bisa dikembangkan pada siswa pada jenjang pendidikan lebih tinggi.
Padahal, semestinya, pengembangan literasi dan kecakapan berpikir tingkat tinggi
bisa dilakukan pada siswa jenjang sekolah apapun dan tidak mesti berupa soal
dengan tingkat kesulitan tinggi.
7. apt. Perdana Priya Haresmita, M. Pharm.Sci (Dosen Universitas
Muhammadiyah Magelang (Unimma))
Masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan
materi hots adalah kondisi input siswa yang berbeda – beda dengan latar belakang
yang bervariasi pula. Hal itu menyebabkan perhitungan waktu efektif dalam
pembelajaran tidak tercapai dengan baik, otomatis materi yang diajarkan mundur
tidak sesuai waktu yang direncanakan. Advanced Material tidak dapat diupayakan
karena keterbatasan waktu.
Pembelajaran Hots terkendala dengan kemampuan dasar mahasiswa yang beragam,
pembiasaan dan materi yang dipelajari di jenjang sebelumnya berbeda – beda,
selain itu dosen harus mampu mengelola keterbatasan waktu, kapan mengajar,
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
kapan melakukan penelitian, kapan melaksanakan pengabdian masyarakat.
8. Deni Handayani, M.Pd. (Fasilitator Matematika MA Provinsi Jawa Barat)
a. Keterampilan untuk menerapkan konsep matematika pada situasi dunia nyata
dan masalah yang tidak terstruktur terabaikan.
b. Siswa belum dibiasakan dan dilatih untuk memecahkan soal-soal berbasis
numerasi dan HOTS di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh guru.

Advance material Advance material Advance material

Keterbatasan waktu Hasil eksplorasi masalah berdasarkan literatur Faktor penyebab masalah yang
untuk membahas materi berkaitan dengan advance
1. Lusi Linda Sari dalam skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR material berdasarkan kajian
karena siswa banyak
PENGHAMBAT PELAKSANAAN PROGRAM PENGAYAAN PADA literatur dan wawancara dengan
yang belum paham
MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG pakar adalah sebagai berikut:
materi esensial sehingga
TAHUN PELAJARAN 2014/2015”. 2015.
guru memprioritaskan
Faktor-faktor penghambat pelaksanaan program pengayaan antara lain: 1. Kurangnya pemahaman
materi esensial saja.
a. Kemampuan Guru: guru terhadap advanced
1. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang material
mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. Guru kurang maksimal
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dalam memanagement
bidang pengembangan yang diampu. waktu
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 3. Guru lebih memprioritaskan
4. Mengembangkan keprofesional secara berkelanjutan dengan melakukan siswa yg di bawah KKM
tindakan reflektif. 4. Pengalaman belajar siswa di
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dan mengembangkan tahapan/jenjang sebelumnya
diri. belum tercapai sehingga
b. Faktor waktu. menghambat pemahaman
Guru harus memilih kegiatan pengayaan yang tepat sesuai dengan waktu yang materi yang sedang
telah tersedia bagi setiap peserta didik.
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
https://text-id.123dok.com/document/ky6jwgvoq-faktor-faktor-penghambat- dipelajari
pelaksanaan-program-pengayaan.html i.
2. Linguistika, dkk, dalam skripsi yang berjudul “TINGKAT PENGUASAAN
MATERI MATEMATIKA SEKOLAH LANJUT DAN KOMPETENSI
PEDAGOGIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA PADA
MATA KULIAH MICROTEACHING”. 2013.
Guru matematika SMA/MA program IPA memiliki tingkat penguasaan materi
paling rendah pada topik dimensi tiga (32,632%), turunan (39,495%), dan
transformasi (39,600%), serta pada pokok bahasan geometri (32,362%),
trigonometri (51,340%), dan kalkulus (54,790%). Sementara itu pada program IPS,
tingkat penguasaan materi guru paling rendah terdapat pada topik program linear
(56,852%), logaritma (58,000%), dan statistik (63,592%), serta pada pokok
bahasan aljabar (66,402%) dan kalkulus (65,892%).
http://digilib.uinsgd.ac.id/15500/4/4_bab1.pdf

Hasil eksplorasi masalah berdasarkan Wawancara

1. Drs. H. Tendi Setiadi, M.M.Pd. (Kepala Madrasah MTsN 1 Kota Bandung)


Penerapan pembelajaran HOTS belum maksimal karena:
 Kemampuan siswa bervariasi.
 Masa pandemi yang membuat dunia pendidikan terdegradasi sehingga konsep
dasar matematikanya tidak tersampaikan dengan maksimal
 Guru menyamaratakan kemampuan siswa
2. Drs. H. Rudaya, M.M.Pd. (Kepala MAN Kota Cimahi)
Kendala yang dihadapi ketika menerapkan advance material dalam proses
pembelajaran adalah karena keterbatasan waktu tatapmuka dalam pembelajaran
3. Samsul Arifin, S.Ag (Kepala MTs Negeri 7 Sleman)
Kendala advanced material belum tersampaikan ke siswa adalah manajemen
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
pembelajaran belum dimaksimalkan (manajemen waktu)
4. Dra. Ida Herlinda (Guru Matematika MTsN 1 Kota Bandung)
Jumlah siswa yang memerlukan remedial lebih banyak dari siswa yang
memerlukan advance material (pengayaan).
5. Dimas Enggar Satria (Guru Matematika MAN 2 Subang)
Guru lebih fokus pada siswa yang nilainya di bawah KKM dan mengikuti remedial
daripada siswa yang nilainya di atas KKM.

Hasil eksplorasi masalah berdasarkan Wawancara pengawas dan pakar

1. Darul Falah, S.Ag. M.Pd.I. (Pengawas Madya Kab. Ciamis


Guru kurang mengetahui arti dan makna dari istilah advanced material, adapun
faktor penyebabnya adalah:
 Guru kurang suka membaca
 Guru kurang peduli terhadap regulasi pendidikan
 Guru terlalu lama di zona nyaman, sehingga enggan mengalami perubahan
 Kurangnya diklat-diklat untuk mengetahui dan melaksanakan hal-hal tersebut
diatas
 Kurangnya suport dari Kepala Madrasah
 Tidak maksimalnya pelaksanaan supervisi dari Kepala Madrasah
 Sekolah tidak mengadakan program atau kegiatan yang mengarah untuk
kemajuan hal-hal tersebut diatas
 Minimnya anggaran dari pihak sekolah untuk mengadakan kegiatan
peningkatan kompetensi guru
 Dari tunjangan sertifikasi yang diperoleh, guru lebih senang membelikan motor,
mobil, seblak, baju dll daripada buku-buku dan alat-alat penunjang peningkatan
pembelajaran
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
2. Dr. Lia Nurasriahmaulia,M.Pd. (Dosen Kurikulumdi STAI)
a. Guru tidak melakukan need assessment dan tidak mempunyai jurnal siswa
b. Siswa belum mempunyai pengalaman belajar terkait materi yg kita sampaikan.
c. Siswa Belum pernah belajar itu
d. Guru tidak memperhatikan setiap indivisu siswa
3. Nusrotul Bariyah, S.Pd (Reviewer AKMI)
Biasanya lama dalam pembahasan, harus pelan sekali, satu pertemuan hanya
dihabiskan untuk membahas satu dua soal.
Faktor penyebab yang mungkin bisa dituliskan:
 Siswa tidak terbiasa membaca dan menelaah, membaca asal membaca tapi
tidak memahami dan tidak menelaah
 Siswa kurang berlatih soal2 matematika sehingga keterampilan matematika
mereka kurang.
4. Dr. Rudy Kurniawan, M.Pd. (Pengawas MA Kota Cimahi dan Dosen
Matematika di STKIP Siliwangi)
Pengaturan waktunya harus baik karena Advanced material sangat penting untuk
kemampuan literasi numerasi dan HOTS.
5. apt. Perdana Priya Haresmita, M. Pharm.Sci (Dosen Universitas
Muhammadiyah Magelang (Unimma))
Masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan
Advanced Material adalah kondisi input siswa yang berbeda – beda dengan latar
belakang yang bervariasi pula. Hal itu menyebabkan perhitungan waktu efektif
dalam pembelajaran tidak tercapai dengan baik, otomatis materi yang diajarkan
mundur tidak sesuai waktu yang direncanakan. Advanced Material tidak dapat
diupayakan karena keterbatasan waktu.
6. Deni Handayani, M.Pd. (Fasilitator Matematika MA Provinsi Jawa Barat)

Kendala dalam advanced material :


Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
a. Rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran yang berkaitan dengan
matematika, rendahnya kemampuan siswa dalam memahami suatu masalah,
dan sistem pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan monoton.
b. Ketidaktersediaan dan minimnya penggunaan media pembelajaran terkait
dengan advanced material yang cocok dengan karakter anak kelas rendah. Hal
ini disebabkan oleh adanya kesulitan dalam mengembangkan media yang
cocok dengan karaktersistik siswa di kelas rendah yang dihadapi oleh guru,
sehingga siswa hanya menggunakan sumber belajar dari buku siswa, LKS,
dan beberapa video dari youtube
c. Kurang aktifnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran di kelas, sehingga
mereka cenderung cepat merasa bosan untuk belajar.

Anda mungkin juga menyukai