MAKALAH
1. Firmansyah (20.01.00.059)
2. Oktavianita (20.01.00.072)
KATA PENGANTAR
yang telah melimpahkan karunia, taufiq, dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam selalu
terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat petunjuk dari Allah Subhaanahu wa ta’ala,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul: “ unsur unsur pidana menurut
ulama mazhab ”, untuk itu kami menyampaikan ucapan banyak terimakasih kepada : Dr.
Abdul Rosyid Teguhdin Hamid, S.Sos.i, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqih
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Siasah Dan Jinayah
semoga memberikan manfaat bagi pembaca khususnya untuk kami sendiri. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini, kami berharap makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Tulisan ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan
kelengkapan naskah tulisan ini.
Kelompok 8
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
A. Kesimpulan..................................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum pidana Islam mengatur segala permasalahan kejahatan yang dilakukan oleh
seseorang, karena sudah pasti perbuatan atau kejahatan tersebut melanggar syari’at yang
ada. Seseorang yang melakukan kejahatan akan menerima akibatnya seperti dikenakan
salah satu jenis jarimah. Dalam hukum pidana Islam, ketentuan-ketentuan tentang jarimah
telah diatur sedemikian rupa. Jadi, apabila seseorang berani melakukan sebuah kejahatan,
maka dia juga telah siap menerima jarimah sesuai kejahatan yang dia lakukan.
Umat Islam, perlu mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam tindak pidana,
agar sikap yang dipilihnya adalah sikap yang bijak. Karena hal ini menyangkut pula
syari’at, dimana Al-Qur’an dan As-Sunnah selamanya akan dipegang teguh. Oleh sebab
itu, dalam makalah ini penulis mengangkat tema yang didasarkan pada pentingnya
wawasan umat akan unsur-unsur dalam tindak pidana Islam, sehingga penulis akan
memaparkan masalah tersebut dalam makalah dengan judul “Unsur-Unsur Tindak Pidana
Islam.”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian unsur-unsur tindak pidana Islam ?
2. Bagaimana klasifikasi unsur-unsur tindak pidana Islam ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab seluruh pertanyaan
dari rumusan masalah dan untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih siasah dan jinayah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk menentukan suatu hukuman terhadap suatu tindak pidana dalam hukum Islam,
Secara yuridis normatif disuatu aspek harus didasari oleh suatu dalil yang menentukan
larangan terhadap perilaku tertentu dan diancam dengan hukuman. Aspek lainnya secara
yuridis normatif mempunyai unsur materiil, yaitu sikap yang dapat dinilai sebagai suatu
Unsur moral, yaitu kesanggupan seseorang untuk menerima sesuatu yang secara
Suatu perbuatan baru dianggap sebagai tindak pidana apabila unsur-unsurnya telah
terpenuhi. Unsur-unsur ini ada yang umum dan ada yang khusus. Unsur umum berlaku
untuk semua jarimah, sedangkan unsur khusus hanya berlaku untuk masing-masing
jarimah dan berbeda antara jarimah yang satu dengan jarimah yang lain.2
Abdul Qadir Audah mengemukakan bahwa unsur-unsur umum untuk jarimah itu ada
tiga macam:
1. Unsur formal, yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang perbuatan dan
2. Unsur material, yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik
3. Unsur moral, yaitu bahwa pelaku adalah orang mukallaf yakni orang yang dapat
1
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm.22.
2
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, (Jakarta : Sinar Grafika,
2006), hlm.27-28.
3
Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al-Jinay Al-Islamiy, (Beirut : Dar Al-Kitab, t.t.), hlm.110-111.
2
3
Sebagai contoh, suatu perbuatan baru dianggap sebagai pencurian dan pelakunya
َو الَّساِر ُق َو الَّساِر َقُة َفاْقَطُع ْٓو ا َاْيِدَيُهَم ا َج َز ۤا ًۢء ِبَم ا َك َسَبا َنَك ااًل ِّم َن ِهّٰللاۗ َو ُهّٰللا َع ِز ْيٌز َحِكْيٌم
Artinya : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
3. Orang yang melakukannya adalah orang yang cakap (mukallaf) yaitu baligh dan
berakal. Dengan demikian apabila orang yang melakukannya gila atau masih di
bawah umur maka ia tidak dikenakan hukuman, karena ia orang yang tidak bisa
Suatu perbuatan baru dianggap sebagai jarimah (tindak pidana) apabila sebelumnya
sudah ada nash (ketentuan) yang melarang perbuatan tersebut dan mengancamnya dengan
hukuman. Unsur ini disebut unsur formal jarimah. Dalam membicarakan unsur formal ini,
Salah satu kaidah yang penting dalam syariat Islam adalah : “Sebelum ada nash
(ketentuan), tidak ada hukuman bagi perbuatan orang-orang yang berakal sehat.4
Kaidah di atas juga identik dengan kaidah lain yang berbunyi : “Pada dasarnya semua
Kesimpulan dari kaidah tersebut adalah sebagai berikut : “Suatu perbuatan atau sikap
tidak berbuat tidak boleh dianggap sebagai jarimah, kecuali karena adanya nash
(ketentuan) yang jelas yang melarang perbuatan dan sikap tidak berbuat tersebut.
Apabila tidak ada nash yang demikian sifatnya, maka tidak ada tuntutan atau hukuman
atas pelakunya.6
Asas legalitas yang terkenal di dalam hukum positif telah ada sejak Islam diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat yang menggambarkan adanya asas legalitas
diantaranya adalah Surah Al-Isra ayat 15 dan Al-Qashash ayat 59. Dengan demikian
Jumhur ulama telah sepakat bahwa sumber hukum Islam pada umumnya ada empat,
yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’, dan qiyas. Untuk hukum pidana Islam formil, atau
hukum acara pidana semua sumber hukum tersebut bisa terpakai. Akan tetapi,
penggunaan qiyas dalam jarimah tertentu masih diperdebatkan oleh para fuqaha.
Menurut hukum pidana Islam ketentuan tentang masa berlakunya peraturan pidana
ini, pada prinsipnya sama dengan hukum positif. Seperti halnya dalam hukum positif,
peraturan pidana dalam hukum Islam berlaku sejak ditetapkannya dan tidak berlaku
terhadap peristiwa yang terjadi sebelum peraturan itu dikeluarkan. Dengan demikian
4
Ibid, hlm.115.
5
Jalaluddin As-Sayuthi, Al Asybah wa An Nazhair fi Al Furu’, Dar Al Fikr, t.t., hlm.43
6
Abdul Qadir Audah, op.cit, hlm.116
5
peraturan pidana dalam hukum pidana Islam juga tidak berlaku surut. 7 Hal ini juga
dijelaskan oleh Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 22-23, Al-Maidah ayat 38.
teoritis para fuqaha membagi dunia ini kepada dua bagian, yaitu Negeri Islam dan Negeri
Bukan Islam. Termasuk kelompok negeri Islam adalah negeri-negeri dimana hukum
Islam tampak di dalamnya, karena penguasanya adalah penguasa Islam. Juga termasuk
dalam kelompok ini, negeri dimana penduduknya yang beragama Islam dapat
menjalankan hukum-hukum Islam. Termasuk dalam kelompok negeri bukan Islam adalah
negeri-negeri yang tidak dikuasai oleh kaum muslimin atau negeri dimana hokum Islam
bedakan tingkatan manusia. Sejak pertama kali diturunkan syariat Islam memandang
bahwa semua orang di depan hukum itu sama tingkatannya. Tidak ada perbedaan antara
orang kaya dan miskin, dan sebagainya. Dalam Islam perbedaan tingkatan itu hanya satu,
yaitu yang paling takwa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat : 13
ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر
Artinya : “Wahai sekalian manusia, kami ciptakan engkau dari laki-laki dan perempuan
paling mulia diantara kamu adalah yang paling takwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.”
7
Ibid, hlm.261
6
Unsur materiil adalah perbuatan atau ucapan yang menimbulkan kerugian kepada
individu atau masyarakat. Misalnya dalan jarimah zina unsur materiilnya adalah
perbuatan yang merusak keturunan, jarimah qadzaf unsut materiilnya adalah perkataan
yang berisi tuduhan zina, sedangkan jarimah pembunuhan unsur materiilnya adalah
perbuatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Dengan kata lain pengertian
unsur materiil dari suatu jarimah adalah sebagaimana yang dikemukakan Muhammad
Abu Zahrah : “Melakukan perbuatan atau perkataan yang dilarang dan telah ditetapkan
perbuatan dengan maksud melakukan (jinayah atau janhah), tetapi perbuatan tersebut
tidak selesai atau berhenti karena ada sebab yang tidak ada sangkut pautnya dengan
kehendak pelaku.8
Untuk mengetahui sampai dimana suatu perbuatan percobaan dapat dihukum maka
terdapat tiga fase pelaksanaan jarimah, yaitu fase pemikiran dan perencanaan, fase
Pada fase pemikiran dan perencanaan, memikirkan dan merencanakan suatu jarimah
tidak dianggap sebagai maksiat yang dijatuhi hukuman, karena menurut ketentuan yang
berlaku dalam syariat Islam, seseorang tidak dapat dituntut atau dipersalahkan karena
lintasan hatinya atau niat yang terkandung di dalam hatinya. Hal ini didasarkan kepada
hadis Nabi SAW : Abu Hurairah ra. Berkata : Nabi SAW telah bersabda :
8
Muhammad Abu Zahrah, Al Jarimah wa Al Uqubah fi Al Fiqh Al Islamy, (Kairo : Maktabah Al Angelo Al
Mishriyah, t.t.), hlm.374.
7
“Sesungguhnya Allah mengampuni umatku karena aku atas apa yang terlintas dalam
Fase persiapan juga tidak dianggap sebagai maksiat yang dapat dihukum, kecuali
apabila perbuatan persiapan itu sendiri dipandang sebagai maksiat. Akan tetapi mazhab
Hambali dan Maliki, perbuatan persiapan dipandang sebagai perantara kepada perbuatan
yang haram dan hukumnya adalah haram. Sehingga dengan demikian pelakunya
dikenakan hukuman.
Fase pelaksanaan, pada fase inilah perbuatan pelaku dapat dianggap sebagai jarimah.
Untuk dikenakan hukuman maka dalam hal ini cukup apabila perbuatan itu sudah
Turut serta melakukan jarimah itu ada dua macam yaitu turut serta secara langsung
dan secara tidak langsung. Turut serta secara langsung terjadi apabila orang yang
melakukan jarimah dengan nyata lebih dari satu orang. Turut berbuat tidak langsung
adalah setiap orang yang mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk melakukan
suatu perbuatan yang dapat dihukum, menyuruh (menghasut) orang lain atau memberikan
1) Pertanggungjawaban pidana
9
Musthafa Muhammad ‘Imarah, Jawahir Al Bukhari, (Kairo : Maktabah At Tujariyah Al Kubra, 1356 H),
hlm.271.
10
A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1967), hlm.121.
8
Orang yang harus bertanggung jawab atas suatu kejahatan adalah orang yang
melakukan kejahatan itu sendiri, bukan orang lain. Faktor yang menyebabkan
sebab-sebab yang berkaitan dengan keadaan pelaku disebut asbab raf’i al-uqubah
yang dilarang itu ada enam macam, yaitu pembelaan yang sah, pendidikan dan
Sedangkan sebab-sebab hapusnya hukuman itu ada empat macam, yaitu paksaan,
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Unsur formal, yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang perbuatan dan
2. Unsur material, yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa
3. Unsur moral, yaitu bahwa pelaku adalah orang mukallaf yakni orang yang dapat
1. Unsur formal jarimah, meliputi asas legalitas, sumber-sumber aturan pidana Islam,
masa berlaku, lingkungan berlaku, serta terhadap siapa aturan itu berlaku.
2. Unsur materiil jarimah, meliputi percobaan dan turut serta melakukan tindak pidana
Islam.
B. Saran
Demikianlah tugas makalah yang telah kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah fiqih siasah dan jinayah. Harapan kami semoga dengan adanya makalah yang telah
kami susun ini kita bisa mengmbil banyak pelajaran berharga di dalamnya. Kritik dan
saran sangatlah kami harapkan dari para pembaca, terkhusus dari dosen pembimbing kita.
Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan- kesalahan, kami tim
9
10
penyusun mohon maaf, kesalahan semata-mata terletak pada kami dan kesempurnaan
Audah, Abdul Qadir, At Tasyri’ Al-Jinay Al-Islamiy, Beirut : Dar Al-Kitab, t.t.
Hanafi, A., Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1967.
1356 H.
Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, Jakarta :
11