Anda di halaman 1dari 12

Penelitian Hukum Islam Normatif

MAKALAH
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Hukum Islam Yang Diampu Oleh : Moh. Hafid, Lc., M.H.

Oleh
AISIYATURROHMAH
2017.174.42.0030
SITI AISYAH
2017.174.42.0031

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH AS SALAFIYAH
SUMBER DUKO PAMEKASAN JAWA TIMUR
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada Rasulullah SAW. Penyusun bersyukur kepada Ilahi Rabbi yang telah memberikan hidayah
serta taufik-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Penelitian Hukum Islam Normatif”

Dengan adanya makalah ini diharapkan para mahasiswa dapat memahami secara
mendalam tentang “Penelitian Hukum Islam Normatif”

Kami mengucapkan banyak Terima Kasih kepada Moh. Hafid. Lc., M.H. selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberi tugas, karena dengan makalah ini kami dapat mengetahui
tentang Penelitian Hukum Islam Normatif

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan.
Oleh karena itu, kepada para pembaca, penyusun mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, hanyalah Allah yang dapat memberikan balasan yang setimpal terhadap amal
baik kita. Semoga amal ibadah dan kerja keras kita, senantiasa mendapatkan ridho dan ampunan
dari-Nya. Aamiin...

Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para mahasiswa.

Aamiin, Ya Rabbal ‘Alamiin.

Pamekasan, 30 JANUARI 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3

A. Inventaris hukum positif ............................................................................................. 3


B. Menemukan Asas dan doktrin hukum islam................................................................ 4

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat melepaskan diri aktivitas-aktivitas yang
bernuansa hukum. Selama kita melakukan suatu aktivitas, kita berarti melakukan tindakan hukum.
Setiap muslim seharusnya memahami hukum dan permasalahannya, hususnya hukum islam.
Aktivitas seorang muslim sehari-hari tidak lepas dari permasalahan hukum islam, baik itu ketika
dia melakukan ibadah kepada Allah atau ketika dia melakukan hubungan sosial di tengah-tengah
masyarakat.

Permasalahan yang muncul, yakni tidak sedikit kaum muslim yang belum memahami
hukum islam, bahkan sama sekali tidak memahaminya, sehingga aktivitas yang dilakukan sbanyak
yang belum sesuai atau bertentangan dengan hukum islam. Memahami hukum islam secara
mendalam bukanlah pekerjaan yang mudah dibutuhkan kualifikasi yang cukup untuk melakukan
hal itu dan juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Untuk melaksanakan hukum islam
diperlukan pemahaman yang benar terhadap hukum islam itu melalui metodologi penelitian
hukum islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Inventaris hukum positif ?


2. Bagaimana Menemukan Asas dan doktrin hukum islam ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Inventaris Hukum Positif

Inventarsisasi secara kebahasaan yakni pencatatan atau pengumpulan data tentang


kegiatan, hasil yang dicapai, pendapatan umum, persurat kabaran, kebudayaan, dan sebagainya.
dengan inventarisasi hukum positif, dalam kontek ini yaitu pengumpulan data tentang hukum-
hukum islam yang telah diratifikasi menjadi hukum positif. Meskipun aktifitas inventarisasi
hukum terlihat tidak lebih dari mengupulkan belaka, sekedar kerja kumpul mengumpul belaka,
tetapi hal tersebut pada kenyataannya dilakukan melalui proses identifikasi yang kritis dan analitis
juga, dan selanjutnya melalui proses klasifikasi yang logis sistematis. Proses yang kritis, analitis,
logis, dan sistematis tersebut berbentuk dari keharusan untuk:

1. Terlebih dahulu menemukan dan menetapkan kriteria identifikasi untuk menyeleksi


manakah norma-norma yang harus disebut dan dibedakan sebagai noma hukum positif dan
hnorma-norma sosial lainnya yang non hukum.
2. Menemukan dan menetapkan kriteria identifikasi norma-norma yang harus disebut sebagai
norma-norma hukum islam.
3. Menguji dan melakukan koreksi terhadp norma-norma yang teridentifikasi sebagai norma
hukum positif yang berasal dari norma hukum islam.
4. Mengorganisasikan norma-norma yang sudah berhasil diidentifikasi dan teruji itu dalam
suatu sistematik yang komprehensif.

Sebagai contoh penelitian hukum islam normative berupa inventarisasi hukum islam yang
telah dipositifkan” serta hukum positif lain yang terkait, oleh pagar, misalnya telah menghasilkan
himpunan peraturan perundang-undangan peradilan agama dindonesia yang memuat berbagai
undang-undang, peraturan pemerintah, instruksi presiden, peraturan mahkamah agung mentri

5
agama, kesepakatan mentri agama dengan lembaga negara lainnya serta penjelasan-penjelasan
terkait yang diperlukan.1

Ada anggapan bahwa penelitian inventarisasi hukum positif ini bukanlah suatu penelitian
ilmiah. Sering diperbincangkan bahwa pada dasarnya aktivitas inventaris hukum yang demikian
itu tidak lebih mengumpulkan belaka dari sekedar kerja kumpul mengumpul seperti ini jelas sulit
untuk dapat disebut sebagai suatu aktivitas penelitian.

Terhadap keberatan semacam itu dapat diajukan tangkisan bahwa tidak ada alasan untuk
tidak menyebut aktivitas inventarisasi demikian sebagai suatu aktivitas penelitian, argumentasinya
adalah:

1. Bahwa kenyataan yang dikatakan sebagai sekedar kerja mengumpulkan itu sesungguhnya
dilakukan melalui proses identifikasi yang kritis analitis juga, dari selanjutnya melalui
proses klasifikasi yang logis-sistematis.
2. Aktivitas inventarisasi hukum positif ini analog dengan aktivitas-aktivitas dibidang studi-
studi lain yang lazim diakui sebagai proses penelitian atau bagian penting dari suatu proses
penelitian misalnya, kegiatan biology yang melakukan aktivitas ekspedisi untuk mencari
dan menemukan varietas speciesi (fosil-fosilnya) untuk kemudian didaftar “dari”
diklasifikasikan didalam koleksi. Oleh karena itu, keberatan terhadap identifikasi
inventarisasi hukum positif dalam hal ini hukum islam positif tidak dapat dipertahankan,
tentu dengan tidak mengenyampingkan bahwa inventarisasi semacam itu tidak lebih dari
salah satu fase saja dalam rangkaian proses suatu penelitian yang tuntas, yang besifat awal
tetapi bernilai penting dan berpengaruh besar terhadap fase-fase berikut dalam rangkaian
tersebut.
3. Kerja inventarisasi semacam ini tidaklah berdiri sendiri, melainkan merupakan salah satu
fase saja dalam rangkaian proses suatu penelitian yang tuntas dan meskipun bersifat awal
akan tetapi bernilai penting.

Istilah hukum positif didalam khazanah hukum islam dikenal degan sebutan qanun dan
prosesnya disebut dengan taqnin. Sama dengan istilah syariat yang prosesnya disebut tasyri’.

1
Faisar Ananda Arfa, Watni Marpaung, Metodologi Penelitian Hukum Islam, (Jakarta: PRENAMEDIA GROUP, 2018),
Hlm 45-46.

6
Dinegara-negara yang mengidentifikasi diri sebagai negara islam maka seluruh perangkat hukum
disana telah menjadikan hukum islam sebagai hukum positif mereka. Didalam sistem hukum
diindonesia yang memiliki palig tidak tiga sumber hukum nasional berkompetisi dengan sistem
hukum barat dan hukum adat untuk dapat dianggap sebagai hukum positif. Maka kegiatan
inventarisasi hukum positif dalam konteks hukum islam diindonsia adalah suatu kerja untuk
mengidentifikasi apa saja hukum islam yang telah dijadikan sebagai undang-undang atau hukum
positif. Dalam hal ini KHI dan qanun yang ada di NAD telah dapat diidentifikasi sebagai hukum
positif.

B. Menemukan Asas dan Doktrin Hukum Islam

Penelitian ini pada hakikatnya merupakan suatu penelitian hukum yang dikerjakan dengan
tujuan menemukan asas atau doktrin hukum positif yang berlaku. Penelitian tipe ini lazim disebut
sebagai “studi dogmatic” atau yang dieknal dengan doctrinal research. Didalam penelitian hukum
ini orang (peneliti) bekerja secara “analitis induktif”. Prosesnya bertolak dari pemirsa-pemirsa
yang berupa norma-norma hukum positif yang diketahui, dan berakhir (sementara) pada penemuan
asas-asas hukum atau doktrin. Karena yang menjadi pangkal tolak pencarian asas dan doktrin ini
adalah norma-norma hukum positif, maka sebenarnya kemungkinan penyelenggaraan penelitian
empirisisme bergantung pada “sudah tau belum selesainya” dari pada “sudah atau belum
lenyapnya” penelitian inventarisasi. Sementara itu, hasil-hasil yang akan diperoleh dalam
penelitian ini akan ditentukan pula oleh bahan-bahan apa yang didalam penelitian inventarisasi
nyatanya diidentifikasikan dan diklasifikasi sebagai hukum. Dalam hubungan ini, dapatlah secara
ringkas disimpulkan bahwa konsepsi hukum yang dipilih dalam penelitian inventarisasi akan
sepenuhnya menjadi pre-determininan hasil akhir setiap penelitian doctrinal.

Diantara contoh yang dapat dikemukakan pada bagian ini adalah:

1) “Jangan dekatkan panggang dengan kucing”, kira-kira normanya berbunyi “yang lemah
akan ditelan yang kuat”. Sedangkan norma hukum positifnya dapat dirumuskan dengan
bantuan ahli atau sarjana ekonomi.
2) “Harouta jak haboh, harout oh tandong” (harta yang dicari sendiri sendiri boleh habis, harta
dikampung tidak). Normanya kira-kira berbunyi,”harta pencarian terserah pada kekuasaan
pemiliknya,harta kampong family-keluarga,kembali ke asal’’.sedangkan norma hukum

7
positifnya kira-kira berbunyi’’harta pencarian selama perkawinan penggunaannya
ditentukan oleh kehendak suami atau istri’’.

Untuk penelitian asas hukum ini dapat memanfaatkan beberapa metode,yaitu metode
historis, deskriptif, dari eksperimental. Pemanfaatan metode-metode ini berkait erat dengan
dimensi waktu;yang meliputi:

a) penjelasan tentang masa lampau;


b) penjelasan tentang apa yang sekarang sedang berlangsung atau berlaku;
c) penjelasan tentang masa yang akan datang,

Para fuqaha sebutan untuk ahli hukum islam melakukan penelitian ini sebagai landasan
terhadap pemikiran hukum yang mereka kemukakan.Hasil penelitian terhadap asas-asas hukum
islam ini terkristalisasi didalam kitab-kitab ushul fiqh.yang pertama sekali disusun secara
sistematis oleh imam al-syafi’I dalam sifat risalahnya kemudian diikuti oleh para ahli hukum islam
lainnya yang menulis banyak tentang kitab-kitab ushul fiqh seperti kitab al-luma’ karya imam
syaraksi.

Bentuk kedua yang dihasilkan dengan penelitian asas-asas hukum islam ini adalah filsafat
hukum islam.Para ahli hukum islam kontemporer ada yang mempersamakan antara ushul fiqh
dengan filsafat hukum islam. pendapat ini mungkin ada benarnya tapi paling tidak dari penelitian
terhadap asas ini muncul kaedah-kaedah ushuliah yang bersumber dari kaedah lughawiah, kaedah
fiqhiyah yang dari sini muncul kemungkinan untuk melakukan legal proses atau istinbath al-
ahkam.

Apabila peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk menarik asas-asas hukum maka
hal itu juga dapat dilakukannya terhadap hukum positif tertulis maupun hukum positif tidak
tertulis. Asas-asas hukum tersebut merupakan kecenderungan yang memberikan suatu penelitian
susila terhadap hukum.Secara logis,asas hukum tersebut harus ada pada pengambilan keputusan
secara konkrit, akan tetapi di dalam kenyataannya,hal itu juga dapat ditelusuri pada hukum positif
tertulis.

Salah satu fungsi yang utama dari ilmu hukum adalah mengadakan penelusuran terhadap
asas hukum yang terdapat didalam hukum positif. Akan tetapi hal itu tidak hanya diterapkan

8
didalam penafsiran saja, namun juga dalam analogi dan penghalusan. Di samping itu,maka
penarikan asas hukum juga dilakukan di dalam sistematik hukum. Dalam hal dipertanyakan apakah
berbagai kaedah hukum memang berasal dari satu asas hukum tertentu.

Salah satu contoh dari asas hukum tersebut asas untuk melindungi pihak ketiga yang
beriktidad baik, didalam hukum perkaitan.Didalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat
dihimpun sejumlah pasal yang merupakan kaedah hukum untuk dicari asas hukumnya. Dalam
hukum acara dikenal asas persamaan antara pihak yang berperkarra. Dalam hukum pidana dikenal
suatu asas hukum yang tidak dikemukakan secara explisit, yakni asas tanpa kesalahan.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi adanya asas hukum tersebut menurut Paul Scholten
adalah hati nurani yang bersih dari perasaan hukum. Faktor tersebut merupakan asas bagi siapapun
yang berusaha utuk mencari dasar bagi perilaku yang pantas dan diharuskan menjadi dasar dari
hukum oleh karena sifatnya yang normative maka kepantasan dari keharusan memang menjadi
dasarnya. Secara etis kebenaran itu memang tidak dapat dibuktikan,akan tetapi harus dialami dan
dipahami. setiap orang cenderung untuk mempunyai hati nurani bersih yang melarang melakukan
perbuatan tertentu, yang kemudian untuk selanjutnya dipergunakan sebagai dasar penelitian bagi
perilaku pihak-pihak lain didalam pergaulan hidup bersama.

Disamping hati nurani yang bersih ada faktor lain, yaitu perasaan hukum. Perasaan hukum
tidak hanya menyangkut perilaku tertentu yang menurut ukuran moral (yakni etika dalam arti
sempit atau kesusilaan yag bertujuan agar manusia mempunyai hati nurani yang bersih) dilarang,
akan tetapi mengandung suatu kesadaran agar perilaku tersebut juga dilarang oleh pihak yang
mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk melarangmya. Kalau suatu pelaku secara moral
hendaknya dihindari karena merupakan perilaku yang buruk, maka hal itu merupakan suatu
pendapat pribadi, dan tidak dihubungkan dengan akibat-akibatnya bagi pihak lainnya dengan siapa
dia berhubungan.

Memang perlu diakui bahwa faktor yang disebutkan diatas merupakan hal yang sangat
subyektif sifatnya. Hal ini dapat dimengerti dari eksesnya akan dapat dibatasi dengan kenyataan
bahwa suatu asas hukum tidaklah identic dengan hukum itu sendiri.

Suatu contoh yang dapat dikemukakan adalah apabila seorang peneliti ingin menelaah asas
hukum yang terdapat di dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 perundangan tentang

9
perkawinan. Asas tersebut memang telah tercantum didalam penjelasan undang-undang dan
mencakup enam asas. misalnya mengenai asas bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal. Asas tersebut dapat dijumpai di dalam pasal UU tersebut,baik
secara eksplisit maupun implisit.

Namun, UU tersebut ruang lingkupnya bukanlah semata-mata mengenai masalah


penelitian tentang perkawinan, tetapi juga mengenai hukum keluarga pada umumnya. Oleh karena
itu,peranan peneliti pertama sekali harus mengadakan seleksi terhadap pasal-pasal yang berisikan
perbandingan kaedah-kaedah hukum perkawinan saja, Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan
yang perlu dilakukan diklasifikasi dalam penelitian hukum normatif tersebut adalah:

A. memilih pasal-pasal yang berisikan kaedah hukum yang mengatur masalah yang
pengertian akan diteliti;
B. membuat sistematika dari pasal-pasal tersebut, sehingga menghasilkan klasifikasi-
klasifikasi tertentu;
C. menganalisa pasal-pasal tersebut dengan mempergunakan asas-asas hukum yang
ada;
D. menyusun suatu konstruksi, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Mencakup semua bahan hukum yang diteliti
b. Konsisten
c. Memenuhi syarat-syarat estetis
d. Sederhana didalam merumuskan.2

2
Faisar Ananda Arfa, Metodologi Penelitian Hukum Islam, (Bandung: CITAPUSTAKA MEDIA PERINTIS, 2010),
Hlm 52-58.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Inventarsisasi secara kebahasaan yakni pencatatan atau pengumpulan data tentang


kegiatan, hasil yang dicapai, pendapatan umum, persurat kabaran, kebudayaan, dan sebagainya.
dengan inventarisasi hukum positif, dalam kontek ini yaitu pengumpulan data tentang hukum-
hukum islam yang telah diratifikasi menjadi hukum positif.

Ada anggapan bahwa penelitian inventarisasi hukum positif ini bukanlah suatu penelitian
ilmiah. Sering diperbincangkan bahwa pada dasarnya aktivitas inventaris hukum yang demikian
itu tidak lebih mengumpulkan belaka dari sekedar kerja kumpul mengumpul seperti ini jelas sulit
untuk dapat disebut sebagai suatu aktivitas penelitian.

Menemukan Asas dan Doktrin Hukum Islam, Penelitian ini pada hakikatnya merupakan
suatu penelitian hukum yang dikerjakan dengan tujuan menemukan asas atau doktrin hukum
positif yang berlaku. Penelitian tipe ini lazim disebut sebagai “studi dogmatic” atau yang dieknal
dengan doctrinal research. Didalm penelitian hukum ini orang (peneliti) bekerja secara “analitis
induktif”. Prosesnya bertolak dari pemirsa-pemirsa yang berupa norma-norma hukum positif yang
diketahui, dan berakhir (sementara) pada penemuan asas-asas hukum atau doktrin.

B. Saran

Dengan disusunnya makalah mengenai Penelitian Hukum Islam Normatif diharapkan


dapat menambah wawasan tentang Penelitian Hukum Islam Normatif. Disamping itu kami juga
menyadari bahwa pada makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik beserta
saran sangat kami butuhkan agar bisa lebih memahami Penelitian Hukum Islam Normatif.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ananda Faisar Arfa. Marpaung, Watni. 2018. Metodologi Penelitian Hukum Islam, Jakarta:
PRENAMEDIA GROUP.
Arfa Faisar Ananda. 2010. Metodologi Penelitian Hukum Islam, Bandung: CITAPUSTAKA
MEDIA PERINTIS.

12

Anda mungkin juga menyukai