Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH

“AKUTANSI METODE FIFO, LIFO DAN AVERANGE”


Dibuat sebagai tugas mata kuliah Akutansi Menengah
Dosen: Yulia Mujiaty, SE, MM

Disusun Oleh :

Titisani Wiraniaga 64225289


Noval Rizki Ramadhan 64225244
Dwi Ayu Aprina 64225207
Nurul Amalia 64225210
Dewi Septiani 64225020
Musdalifah 64225225
Rohana Agustin 64225296
Nabila Asroyan Fadilah 64225227
Nuraini Latifah 64225154
Erista Rosaliana 64225021
Salsabila Azkiya 64225132

PROGRAM STUDI AKUNTANSI MENENGAH DAN PRAKTIK


FAKULTAS MANAJEMEN
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan ramhat, h
idayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kulia
h Akuntansi Keuangan Menengah & Praktik yang berjudul “Akutansi Metode Fifo, Lifo dan
Averange”.

Semoga dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang hal-hal yang berkaitan deng
an Akuntansi Menengah di Indonesia. Mungkin kami tidak bisa membuat makalah ini sesemp
urna mungkin. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pembaca memberikan kritik dan saran
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada dosen pengampu dan juga kepada orang-or
ang di sekitar kami yang telah membantu kami dalam mendapatkan sumber materi yang dapa
t digunakan untuk menyelesaikan makalah ini.

Jakarta, Desember 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan Berdasarkan Latar Belakang........................................................5
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Pengertian Persediaan........................................................................................................5
B. Biaya Persediaan.................................................................................................................6
C. Metode Fifo..........................................................................................................................8
D. Metode Lifo.........................................................................................................................8
E. Metode Rata-rata ( Averange )........................................................................................10
1. Metode Perhitungan Persediaan dengan Metode Lain.............................................12
2. Pengestimasian Persediaan..........................................................................................12
3. Metode Penelitian..........................................................................................................13
4. Contoh Soal dan Cara Menjawab...............................................................................16
BAB III....................................................................................................................................56
KESIMPULAN.......................................................................................................................56
Daftar Pustaka........................................................................................................................57

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sistem akuntansi merupakan ikhtisar yang terdiri dari catatan manual atau komputerisasi transak
si keuangan untuk tujuan rekaman, mengkategorikan, menganalisis dan melaporkan informasi m
anajemen keuangan yang tepat waktu. Persediaan merupakan barang dagangan yang dibeli kemu
dian disimpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan sehingga perusahaan senantiasa me
mberi perhatian yang besar dalam persediaan. Persediaan merupakan harta milik perusahaan yan
g cukup besar atau bahkan terbesar jika dibandingkan dengan harta lancar lainnya. Dan persediaa
n juga merupakan elemen yang paling banyak menggunakan sumber keuangan perusahaan yang
perlu disediakan agar perusahaan dapat beroperasi secara layak sebagaimana mestinya. Persediaa
n barang dagangan juga termasuk salah satu sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, maka d
ari itu persediaan harus dikelolah dengan sebaik baiknya tanpa adanya persediaan perusahaan tid
ak dapat melakukan kegiatan penjualan. Pesediaan merupakan asset besar yang dimiliki perusaha
an investasi yang besar ditanamkan dalam bentuk persediaan akan menimbulkan permasalahan y
ang berkenaan dengan biaya penyelenggaraan dimana biaya tersebut akan meningkat baik berupa
biaya gudang, selain itu persediaan sangat rentan terhadap kerusakan, pencurian, dan penyelewen
gan.

Sistem persediaan barang dagang memegang peranan penting dalam pengaturan menghindari pe
manipulasi terhadap kekayaan perusahaan khususnya persediaan. Penilaian persediaan dapat dila
kukan dengan beberapa metode sesuai dengan prinsip - prinsip akuntansi yang berlaku umum dia
ntaranya adalah : metode FIFO (First In First Out ) pada metode ini barang yang terlebih dahulu
dijual adalah barang yang pertama masuk, metode LIFO (Last In First Out) metode ini kebalikan
dari metode yang pertama yang mana barang terakhir masuk adalah barang awal yang akan dijua
l, metode selanjutnya adalah metode AVERAGE atau biasa disebut metode rata rata pertimbanga
n. Metode pencatatan persediaan terdapat 2 metode diantaranya; Metode Pisik/Periodik (periodik
/physical inventory sistem), metode pencatatan ini hanya dilakukan diakhir periode akuntansi me
lalui ayat jurnal penyesuaian. Metode Perpetual (continual inventory sistem), metode pencatatan
ini dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan1.

1
Dian Indah Sari, “Analisis Perhitungan Persediaan dengan Metode FIFO dan Average Pada PT. Harapan,” Perspektif
XVI, no. 1 (2018): 31–38.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah sebagai berukut:


1. Pengertian Persediaan
2. Biaya Persediaan
3. Metode Fifo
4. Metode Lifo
5. Metode Rata-rata (Averange)

C. Tujuan Pembahasan Berdasarkan Latar Belakang

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan persediaan


2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan biaya persediaan
3. Mengetahui apa yang dimaksud metode Fifo
4. Mengetahui apa yang dimaksud metode Lifo
5. Mengetahui apa yang dimaksud metode Rata-rata

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan salah satu perkiraan yang terpenting dalam sebuah perusahaan. Bagi perus
ahaan, persediaan merupakan asset yang cukup besar nilainya. Keberadaan persediaan dalam seb
uah perusahaan mengandung implikasi dilihat dari ada atau tidaknya persediaan. Jika persediaan
yang tersedia cukup besar maka dampaknya juga biaya yang dibutuhkan untuk menjaga keberada
an persediaan tidak dapat dihindari. Sebaliknya jika persediaan tidak tersedia, maka implikasi ke
proses produksi dan penjualan akan menjadi terganggu. Keberadaan persediaan mempengaruhi n
eraca dan laporan laba rugi. Persediaan merupakan salah satu aktiva lancar yang harus dikelola d
engan baik, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki persediaan barang dagangan.
Persediaan yang dimiliki perusahaan akan dapat ditentukan harga perolehan persediaan dan nilai
persediaan akan disajikan di neraca. Dalam menghitung nilai persediaan perusahaan dapat meng
unakan tiga metode yaitu Metode FIFO, LIFO dan Average. Setiap perusahaan menggunakan me
tode pencatatan persediaan disesuaikan dengan jenis usaha. Menurut Mulyadi (2016) sistem akun
tansi persediaan merupakan sekelompok unsur yang bertujuan untuk mencatat mutasi tiap jenis p
ersediaan yang disimpan digudang. Sistem ini berkaitan erat dengan sistem penjualan, sistem ret
ur, sistem penjualan, sistem pembelian dan sistem akuntansi biaya produksi.

Menurut Martini (2016) persedian adalah satu asset yang sangat penting bagi suatu entitas baik b
agi perusahaan ritel, dagang, manufaktur maupun jasa. Persediaan adalah barang-barang yang dis
impan untuk digunakan dan dijual pada masa yang akan datang (Mustika et al., 2022). Dalam du
nia usaha, terutama usaha di bidang produksi barang ataupun dagang, istilah persediaan sering ka
li digunakan untuk menggambarkan stok barang yang dimiliki oleh perusahaan. Persediaan biasa
nya di kelola sedemikian rupa sehingga perusahaan berada pada zona aman dari berbagai kemun
gkinan yang bisa mengancam perusahaan terkait dengan suplay bahan baku ataupun produk jadi
yang mereka butuhkan.

6
B. Biaya Persediaan

Biaya persediaan Menurut (Mulya,2010) Biaya yang timbul dari pembentukan persediaan antara
lain :

1. Biaya penanganan, meliputi biaya perawatan, penyimpanan, asuransi, pajak property, dan pen
yusutan.

2. Biaya pemesanan adalah biaya yang berkenaan dengan penempatan dari pemrosesan pesanan
kepada pemasok

3. Biaya stockout, meliputi biaya kegagalan memenuhi biaya pelanggan, bagi perusahaan produk
si yatu biaya dari hilangnya penjualan dan laba serta hilangnya goodwill pelanggan. Bagi perusa
haan manufaktur, biaya stockout meliputi biaya penundaan produksi dan biaya penurunan waktu
serta biaya yang berkaitan dengan memulai kembali produksi.

Kesalahan dalam Penghitungan Persediaan Kesalahan dalam mencatat besarnya fisik persediaan
akan menyebabkan salah saji dalam saldo persediaan akhir. Karena persediaan akhir merupakan
salah satu perkiraan di aktiva lancar, maka besarnya aktiva lancar maupun total aktiva perusahaa
n secara keseluruhan juga akan menjadi salah saji di neraca. Disamping itu, kesalahan dalam pen
ghitungan atas persediaan ini juga akan mengakibatkan besarnya harga pokok penjualan, laba kot
or dan laba bersih yang tersaji dalam laporan laba rugi menjadi keliru.
Rumus untuk harga pokok penjualan :
Persediaan Awal + Harga Pokok Pembelian – Persediaan Akhir = Harga Pokok Penjualan

Rumus untuk laba kotor sebagai berikut :

Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan = Laba Kotor

Rumus untuk laba bersih sebagai berikut :

Laba Kotor – Beban Operasional + / - 2Pendapatan(Beban)Lain-lain = Laba Bersih

Laba bersih akan ditutup ke akun modal pada setiap akhir periode akuntansi, sehingga besarnya
modal juga akan menjadi salah saji di neraca.

2
Hadri Mulya, “Memahami Akuntansi Dasar Edisi 2 : Pendekatan Teknis Siklus Akuntansi” (2018): 5–15.

7
Sistem Pencatatan Persediaan Menurut (Hermawan,2008) Sistem Pencatatan Persediaan ada dua
yakni sistem pencatatan perpetual dan periodik.

1. Sistem pencatatan Perpetual mencatat (mendebet) rekening persediaan barang dagangan dan m
engkredit kas atau utang dagang, pada saat pembelian barang dagangan. Pada saat penjualan bara
ng dagangan sistem pencatatan perpetual menggunakan dua jurnal pencatatan yakni Piutang daga
ng disebelah debet dan penjualan di sebelah kredit, Harga pokok penjualan di sebelah debet dan
Penjualan di sebelah kredit.

2. Sistem pencatatan Periodik mendebet rekening pembelian dan mengkredit rekening kas atau ut
ang dagang. Pada saat penjualan barang dagangan sistem pencatatan periodik menggunakan satu
jurnal pencatatan yakni piutang dagang di sebelah debet dan penjualan di sebelah kredit 3.

C. Metode Fifo

First In First Out (FIFO) Barang yang pertama kali masuk (dibeli) menjadi barang yang pertama kali kelu
ar (dijual). Masuk pertama keluar pertama Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai peroleh
an awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai denga
n nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). Metode ini cenderung menghasilkan persediaan
yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli.Metode FIFO merupakan m
etode penilaian persediaan yang sangat realistis dan cocok digunakan untuk semua sifat produk. Realistis
nya terletak pada barang yang pertama kali dibeli, maka barang itulah yang pertama kali dijual. Jika perus
ahaan menggunakan metode FIFO dalam menilai persediaan dengan asumsi telah terjadi peningkatan har
ga barang atau inflasi. Penggunaan metode FIFO Menurut (Hermawan, 2008), Metode FIFO menghasilka
n persediaan akhir yang paling tinggi dan menghasilkan HPP yang paling rendah. Hal tersebut terjadi sela
ma masa inflasi atau saat harga-harga meningkat. Namun tingginya laba kotor hanya bersifat sementara k
arena persediaan harus diganti dengan harga yang terus meningkat.

D. Metode Lifo

Last In First Out (LIFO) Barang yang terakhir kali masuk (dibeli) menjadi barang yang pertama
kali keluar (dijual). Metode LIFO menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir
masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan
berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cende
rung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusaha
an yang rendah. Metode LIFO bisa saja realistis apabila didukung oleh kondisi fisik produk yang
dijual. Produk yang kualitasnya semakin lama disimpan maka semakin bagus, tentu akan cocok
menggunakan metode ini. Namun apabila produknya merupakan barang yang cepat rusak seperti
pabrik roti, maka menggunakan metode LIFO bukanlah pilihan yang tepat.Metode LIFO akan m
enghasilkan nilai persediaan yang lebih besar kalau dihitung dengan metode LIFO. Penggunaan M
etode LIFO Menurut (Hermawan, 2008), Metode LIFO menghasilkan jumlah HPP yang paling tinggi. De
3
William K.Carter, “Akuntasi Biaya,” Gastronomía ecuatoriana y turismo local., 2005.

8
mikian juga dengan jumah laba kotor dan persediaan akhir yang paling rendah. Hal tersebut terjadi karena
biaya yang digunakan untuk membeli paling akhir kurang lebih sama dengan biaya penggantiannya. Peng
gunaan metode LIFO pada masa inflasi akan menghasilkan penghematan pajak penghasilan.

Berikut data transaksi metode Fifo dan Lifo :

E.

Metode Rata-rata ( Averange )


Metode Rata-rata Metode ini tidak memperdulikan waktu barang masuk dan keluar. Penentuan harga dipe
roleh didasarkan pada rata-rata harga perolehan semua barang. Dengan menggunakan metode ini nilai per
sediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. M

9
etode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor. Hasil perhitungan nilai p
ersediaan dengan menggunakan metode rata-rata selalu berada ditengah-tengah antara perhitungan FIFO
dan LIFO. Metode rata-rata termasuk metode yang praktis untuk digunakan. Penggunaan Metode Rata-rat
a (Average) Menurut (Hermawan, 2008), penggunaan Metode Rata-rata pada masa inflasi akan menghasil
kan jumlah diantara metode FIFO dan LIFO. Jumlah HPP metode rata-rata berada diantara metode FIFO
dan metode LIFO, demikian juga dengan jumlah persediaan akhir dan laba kotor.

Perbadingan Metode Penentuan Biaya Persediaan dan Pengaruhnya terhadap Laporan Keuangan.
Setiap metode penilaian persediaan akan menghasilkan jumlah yang berbeda untuk :

1) harga pokok penjualan periode berjalan

2) nilai persediaan akhir dan

3) laba kotor.

Berikut ilustrasinya pada laporan laba rugi. Jika kita perhatikan pada ilustrasi setiap metode mem
punyai pengaruh terhadap laporan keuangan yaitu laporan laba rugi dan neraca.

Pada laporan laba rugi, harga pokok penjualan dan laba kotor untuk penerapan setiap metode me
nghasilkan nilai yang berbeda. Demikan pada nilai persediaan yang ada pada neraca dimana jika
menggunakan metode FIFO nilai persediaan sebesar Rp 225.000, jika LIFO sebesar Rp 215.000
dan jika metode rata-rata adalah Rp 219.243. Perbandingan Metode Perhitungan Persediaan Men
urut (Hermawan, 2008), perhitungan persediaan dengan Metode FIFO, LIFO dan Average mengg
unakan arus biaya yang berbeda-beda.

10
Apabila biaya per unit tidak berubah dari waktu ke waktu maka ketiga metode akan menghasilka
n jumlah yang sama. Namun karena harga terus berubah maka ketiga metode tersebut akan meng
hasilkan jumlah yang berbeda yaitu :

(1) Harga pokok penjualan

(2).Laba kotor (laba bersih)

(3) Persediaan akhir

1. Metode Perhitungan Persediaan dengan Metode Lain

Menurut (Hermawan, 2008), selain metode FIFO, LIFO dan Average, metode yang lain yang dap
at digunakan untuk menilai persediaan antara lain :

1.Lower of Cost or Market Methode (LCM)

Yaitu metode mana yang lebih rendah antara karga pokok dan harga pasar digunakan apabila terj
adi perubahan nilai persediaan yang lebih rendah daripada biaya pembelian awal. Hal ini terjadi

11
pada bisnis-bisnis yang berbasis teknologi atau yang terkait dengan mode atau tren. Menurut met
ode ini, persediaan dicatat atas dasar harga perolehan atau harga pasar, tergantung mana yang leb
ih rendah. Harga pasar yang dimaksud diukur dengan harga pengganti barang yaitu harga untuk
mengganti persediaan yang bersangkutan dengan membeli atau memproduksi kembali.

2.Nilai Realisasi Bersih

Menurut metode ini, penilaian harga barang ditentukan dengan nilai realisasi bersih. Nilai realisa
si barang dapat turun nilainya karena barang telah rusak, ketinggalan jaman atau usang, sehingga
dijual dibawah harga pokok barang. Bila terjadi demikian maka barang tersebut harus dinilai ses
uai dengan nilai realisasi bersih, yakni nilai yang terealisasi dikurangi dengan biaya-biaya yang d
ikenakan.

2. Pengestimasian Persediaan

Pada keadaan tertentu, perusahaan perlu melakukan pengestimasian persediaan apabila tidak me
mungkinkan untuk melakukan pencatatan persediaan secara perpetual atau melakukan perhitung
an secara fisik. Misalnyaperusahaan tidak berkenan untuk melakukan perhitungan fisik tetapi ing
in menyusun laporan keungan bulanan atau terjadinya bencana alam (kebakaran) yang menghanc
urkan persediaan dan harus diestimasikan kerugian yang ditanggung. Menurut (Hermawan, 200
8) pada kondisi ini perusahaan dapat menggunakan metode estimasi persediaan yakni :

Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)

Penerapan metode ini dilakukan dengan menggunakan prosentase laba kotor terhadap penjualan
untuk mengestimasikan persediaan akhir. Hal ini dilakukan guna proses penyusunan laporan keu
angan bulanan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1) Menghitung harga pokok penjualan
dengan rumus penjualan bersih dikurangi estimasi laba kotor. 2) Menghitung harga pokok persed
iaan akhir dengan rumus barang siap untuk dijual dikurangi harga pokok penjualan. 2. Metode H
arga Eceran (Retail Method) Metode ini diterapkan pada perusahaan retail seperti AlfaMart, Hyp
ermarket, Matahari atau retail lainnya yang memiliki ribuan jumlah barang. Untuk dapat menggu
nakan metode ini perusahaan harus mengetahui catatan yang menunjukkan harga perolehan bara
ng yang tersedia untuk dijual dan harga ecerannya (harga jual).

Rumus untuk menggunakan metode ini antara lain :

Menghitung rasio harga perolehan terhadap harga eceran :

harga perolehan - jumlah barang tersedia berdasar harga eceran

Menentukan persediaan akhir berdasar harga eceran :

harga eceran - penjualan bersih

12
Menentukan estimasi harga perolehan persediaan akhir :

harga eceran - rasio harga perolehan terhadap harga eceran

3. Metode Penelitian

Teknik pengumpulan datayang digunakan untuk penelitian ini antara lain:

1. Observasi (Observation) Memperoleh data penelitian dengan cara melihat secara langsung ke
objek yang diteliti yaitu PT. Harapan di Bandar Lampung.

2. Wawancara (Interview) Memperoleh data melalui wawancara dan melakukan tanya jawab seca
ra langsung kepada narasumber untuk mendapatkan data tentang persediaan.

3. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Memperoleh data melalui sumber literatur seperti
membaca buku literatur serta tulisan yang relevan yang berhubungan dengan teori Persediaan da
n teori yang mendukung isi penulisan.

Contoh Hasil Pembahasan Kualitatif & Kuantitatif

A. Analisis Kualitatif

PT. Harapan adalah perusahaan yang bergerak dibidang penjualan Gas Elpiji 12 Kg yang berloka
si di Bandar Lampung. Apabila perusahaan menggunakan analisa kualitatif maka perusahaan dap
at melakukan analisis melalui data penelitian yang diperoleh melalui dokumen kuesioner, dokum
en wawancara, data dari buku atau data dari web. Selama tahun 2015, persediaan awal barang da
gangan Rp 459.600.000, pembelian Rp 7.946.645.000, Penjualan Rp 8,004,245,000, persediaan a
khir barang dagangan Rp 402.000.000.

B. Analisis Kuantitatif

Apabila perusahaan menggunakan metode analisis kuantitatif maka perusahaan dapat melakukan analisis
setelah semua data-data terkumpul. Selama tahun 2015, persediaan akhir barang dagangan sebanyak 14.6
00 tabung elpiji. Sedangkan nilai persediaan akhir barang dagangan Rp 402.000.000.PT. Harapan menggu
nakan Metode FIFO untuk menghitung persediaan akhir barang dagangan.

13
Ap
abi
la
per
usa
ha
an
me
ng
gu
na
ka
n
Me
tod
eF
IF
O
ma
ka
nil
ai
per
sed
iaan akhir Rp 402.000.000. Sedangkan jika perusahaan menggunakan metode Average maka nila
i persediaan akhir Rp 403.413.000. Selisih antara metode FIFO dan metode Average sebesar Rp
1.413.000. Adapun perhitungan harga pokok penjualan apabila Perusahaan menggunakan Metod
e FIFO sebagai berikut :

Persediaan awal Rp 459.600.000


Pembelian Rp 7.946.645.000 +
Tersedia untuk dijual Rp 8.406.245.000
Persediaan akhir Rp 402.000.000 (-)
Harga pokok penjualan Rp 8.004.245.000

Adapun perhitungan harga pokok penjualan apabila Perusahaan menggunakan Metode AVERA
GE sebagai berikut:

Persediaan awal Rp 459.600.000


Pembelian Rp 7.946.645.000 +
Tersedia untuk dijual Rp 8.406.245.000

14
Persediaan akhir Rp 403,413,000 (-)
Harga pokok penjualan Rp 8.002.832.000

4. Contoh Soal dan Cara Menjawab

Soal 1 :
PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018 adalah seba
gai berikut.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga 2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000 10 Maret Pembeli
an 300 unit Rp.10.000 5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000 7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000
21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000 18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000 20 Nov Penjualan 2
00 unit Rp.17.000 10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000
Diminta :
1. Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan Average.
2. Hitunglah HPP dan Laba Kotor.

Jawab :
1.FIFO (masuk pertama keluar pertama)

15
2.LIFO (masuk terakhir keluar pertama)

3.
R
at
a-
r
at
a
(a
v
e
r
a
g
e)

4.
H
a
r
g
a
P
o
kok Penjualan

A.Sistem Periodik

16
FIFO LIFO Rata-rata Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000 Pembelian 8.600.000 8.600.
000 8.600.000 Barang tersedia utk dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000 Persediaan akhir (3.4
00.000) (2.800.000) (3.120.000) Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.600.000 7.280.000

B.Sistem Perpetual

FIFO LIFO Rata-rata Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000 Pembelian 8.600.000 8.600.
000 8.600.000 Barang tersedia utk dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000 Persediaan akhir (3.4
00.000) (2.900.000) (3.224.000) Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.500.000 7.176.000

5.Laba Kotor

A. Sistem Periodik

FIFO LIFO Rata-rata Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000 Harga Pokok Penjualan (7.00
0.000) (7.600.000) (7.280.000) Laba Kotor 4.500.000 3.900.000 4.220.000

B. Sistem Perpetual

FIFO LIFO Rata-rata Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000 Harga Pokok Penjualan (7.00
0.000) (7.500.000) (7.176.000) Laba Kotor 4.500.000 4.000.000 4.324.000

Soal 2 :

Berikut adalah transaksi PT. Dipa Jaya selama Bulan Juli 2017.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga 1 Juli Persediaan awal 100 unit Rp.10.000 5 Juli Pembelian
500 unit Rp.12.000 12 Juli Pembelian 100 unit Rp.15.000 22 Juli Penjualan 300 unit Rp.25.000 2
7 Juli Pembelian 100 unit Rp 20.000 30 Juli Penjualan 50 unit Rp.30.000

Diminta:

17
1.Tentukan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan (HPP) dan laba kotor, Bila di asumsikan perusah
aan menggunakan Sistem periodik FIFO dan Sistem Perpetual LIFO.

Jawab:

A.Sistem periodik FIFO

Persediaan barang yang siap dijual (unit) adalah :

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga (Rp.) 1 Juli Persediaan awal 100 unit @ Rp.10.000 1.000.00
0 5 Juli Pembelian 500 unit @ Rp.12.000 6.000.000 12 Juli Pembelian 100 unit @ Rp.15.000 1.50
0.000 27 Juli Pembelian 100 unit @ Rp 20.000 2.000.000 800 unit 10.500.000

Persediaan yang siap di jual (harga) adalah Rp. 10.500.000.

1.Unit persediaan akhir adalah :

persediaan (unit) yang siap dijual — Unit yang terjual

800 unit — 350 unit = 450 unit

Nilai unit akhir.

100 unit @ Rp. 20.000 = Rp. 2.000.000

100 unit @ Rp. 15.000 = Rp. 1.500.000

250 unit @ Rp. 12.000 = Rp. 3.000.000

450 unit=Rp. 6.500.000

2. Harga pokok penjualan:

18
Nilai persediaan (harga) yang tersedia untuk dijual — nilai persediaan (harga) unit akhir

10.500.000 — Rp. 6.500.000 = 4.000.000

3. Laba Kotor:

Hasil penjualan — Harga pokok penjualan

9.000.000 — Rp. 4.000.000 = 5.000.000

Soal 3 :

Persediaan awal 10 Maret 800 unit Rp.10.000


Penjualan 14 Maret 200 unit Rp.12.000
Penjualan 18 Maret 300 unit Rp.12.000
Pembelian 20 Maret 500 unit Rp.11.000
Penjualan 24 Maret 200 unit Rp.13.000
Pembelian 29 Maret 900 unit Rp.12.000

Diminta :
A. Metode Perpetual & Periodik: FIFO, LIFO, AVERAGE
B. Harga jual Rp.30.000
C. Barang tidak laki sebanyak 200 unit
D. Analisis metode yang paling sesuai dalam menentukan nilai laba

A. PERPETUAL
Tanggal Keterangan Unit Harga Perolehan
10 Maret Persediaan Awal 800 10.000
14 Maret Penjualan 200 12.000
18 Maret Penjualan 300 12.000
20 Maret Pembelian 500 11.000
24 Maret Penjualan 200 13.000
29 Maret Pembelian 900 12.000

1. FIFO
Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Tgl
Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total
10 800 10.000 8.000.000

19
14 200 10.000 2.000.000 600 10.000 6.000.000
18 300 10.000 3.000.000 300 10.000 3.000.000
20 500 11.000 5.500.000 300 10.000 3.000.000
500 11.000 5.500.000
24 200 10.000 2.000.000 100 10.000 1.000.000
500 11.000 5.500.000
29 900 12.000 10.800.000 100 10.000 1.000.000
500 11.000 5.500.000
900 12.000 10.800.000

2. LIFO
Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Tgl
Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total
10 800 10.000 8.000.000
14 200 10.000 2.000.000 600 10.000 6.000.000
18 300 10.000 3.000.000 300 10.000 3.000.000
20 500 11.000 5.500.000 300 10.000 3.000.000
500 11.000 5.500.000
24 200 11.000 2.200.000 300 10.000 3.000.000
300 11.000 3.300.000
29 900 12.000 10.800.000 300 10.000 3.000.000
300 11.000 3.300.000
900 12.000 10.800.000

3. BIAYA RATA-RATA
Tg Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
l Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total
10 800 10.000 8.000.000
14 200 10.000 2.000.000 600 10.000 6.000.000
18 300 10.000 3.000.000 300 10.000 3.000.000
20 500 11.000 5.500.000 800 10.625 8.500.000
24 200 10.625 2.125.000 600 10.625 6.375.000
29 900 12.000 10.800.000 900 11.450 10.305.000

* 18 Maret Persediaan 300 Unit X 10.000 = 3.000.000


20 Maret Pembelian 500 Unit HP = 5.500.000
X 11.000
HP
800 Unit 8.500.000
8.500.000 : 800 = 10.625
* 24 Maret Persediaan 600 Unit X 10.625 = 6.375.000
29 Maret Pembelian 900 Unit HP =
X 11.000 10.800.000
HP
1500 17.175.000
Unit
17.175.000 : 1500 = 11.450

20
*Setiap pembelian dihitung harga baru (Harga Perolehan)

A. PERIODIK

Tanggal Keterangan Unit Harga Perolehan Total Harga Perolehan

10 Maret Persediaan Awal 800 10.000 8.000.000

20 Maret Pembelian 500 11.000 5.500.000

29 Maret Pembelian 900 12.000 10.800.000

Tersedia untuk Dijual 2.200 24.300.000

1.FIFO

Besarnya persediaan akhir sebanyak 1.500 Unit:

100 Unit x 10.000 = 1.000.000


500 Unit x 11.000 = 5.500.000
900 Unit x 12.000 = 10.800.000
1.500 Unit = 17.300.000

Besarnya harga pokok perolehan sebanyak 700 unit :

700 Unit x 10.000 = 7.000.000


Besar Harga Pokok Penjualan di atas dapat juga dihitung dengan cara biasa:
= Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual – Harga Pokok Persediaan Akhir
= 24.300.000 – 17.300.000
= 7.000.000

2. LIFO

Besarnya persediaan akhir sebanyak 1.500 Unit:

21
300 Unit x 10.000 = 3.000.000
300 Unit x 11.000 = 3.300.000
900 Unit x 12.000 = 10.800.000
1.500 Unit = 17.100.000
Besarnya harga pokok perolehan sebanyak 700 Unit:
500 Unit x 10.000 = 5.000.000
200 Unit x 11.000 2.200.000
700 Unit = 7.200.000
Besar Harga Pokok Penjualan di atas dapat juga dihitung dengan cara biasa:

= Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual – Harga Pokok Persediaan Akhir

= 24.300.000 – 17.100.000

= 7.200.000

3. BIAYA RATA-RATA

Dengan menggunakan data ilustrasi yang sama, maka besarnya harga pokok rata-rata tertimbang
dari 2.200 unit yang tersedia untuk dijual adalah :

= 24.300.000 : 2.200 unit = 11.045,45 per unit

Jadi besarnya Harga Pokok Penjualan untuk 700 unit adalah:

= 11.045,4 x 700 unit = 7.731.780

Sedangkan nilai persediaan akhir adalah:

= 11.045,4 x 1.500 unit = 16.568.100

B. PERFETUAL

1. FIFO

22
Penjualan 21.000.000
Harga Pokok Perolehan 7.000.000

Laba Kotor 14.000.000

2. LIFO
Penjualan 21.000.000
Harga Pokok Perolehan 7.200.000

Laba Kotor 13.800.000

3. BIAYA RATA-RATA

Penjualan 21.000.000
Harga Pokok Perolehan 7.125.000
Laba Kotor 13.875.000
C. PERIODIK

1. FIFO

Besarnya persediaan akhir sebanyak 200 unit :

200 Unit x 12.000 = 2.400.000

Besarnya harga pokok perolehan sebanyak 2000 unit :

800 Unit x 10.000 = 8.000.000


500 Unit x 11.000 = 5.500.000
700 Unit x 12.000 = 8.400.000
2000 = 21.900.000
Unit

2. LIFO

Besarnya persediaan akhir sebanyak 200 unit :

23
200 Unit x 10.000 = 2.000.000
Besarnya harga pokok perolehan sebanyak 2000 unit :
600 Unit x 10.000 = 6.000.000
500 Unit x 11.000 = 5.500.000
900 Unit x 12.000 = 10.800.000

2000 Unit = 22.300.000


Besar Harga Pokok Penjualan di atas dapat juga dihitung dengan cara biasa:

= Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual – Harga Pokok Persediaan Akhir

= 24.300.000 – 2.000.000

= 22.300.000

3. BIAYA RATA-RATA

Dengan menggunakan data ilustrasi yang sama, maka besarnya harga pokok rata-rata tertimbang
dari 2.200 unit yang tersedia untuk dijual adalah :

= 24.300.000 : 2.200 unit = 11.045,45 per unit

Jadi besarnya Harga Pokok Penjualan untuk 2.000 unit adalah:

= 11.045,4 x 2.000 unit = 7.731.780

Sedangkan nilai persediaan akhir adalah:

= 11.045,4 x 200 unit = 2.209.080

D. Analisis metode yang paling sesuai menentukan nilai laba

24
Metode yang paling sesuai menentukan nilai laba adalah metode FIFO. Karena mudah dipahami,
meminimalisir pemborosan dan laporan keuangan sulit untuk dimanipulasi.

Metode LIFO Perpetual

Melalui metode perpetual LIFO kita dapat mengetahui hal-hal berikut ini :

Nilai persediaan akhir Rp. 5.600.000 Harga Pokok penjualan Rp. 4.900.000 Laba kotor = Rp. 9.0
00.000 — Rp. 4.900.000= Rp. 4.100.000

Contoh Metode Perpetual

PD Abadi adalah sebuah perusahaan dagang yang melakukan pencatatan berdasarkan sistem per
petual. Berikut ini transaksi PD Abadi selama bulan Juli 2015

o 2. Juli. Membeli sejumlah barang dagang dari PD Jaya Rp 3.000.000,00 dengan syar
at 2/10 n/30 dan beban angkut sebesar Rp.200.000,00

o 5 Juli. Membeli barang dagang dari PD Sejahtera Rp 5.000.000,00 dengan syarat 2/1
5 n/30

25
o 6 Juli. Mengembalikan barang dagang yang telah dibeli dari PD Sejahtera karena rus
ak sebesar Rp 500.000,00

o 10 Juli. Menjual barang dagang pada PD Ceria sebesar Rp.6.000.000,00 (harga poko
k Rp 4.500.000,00) dengan syarat pembayaran 2/10 n/30 dan beban angkut sebesar
Rp 200.000,00

o 11 Juli. Membeli barang dagang dari PD Jaya Rp 5.000.000,00 dengan syarat 2/10 n
/30 dan beban angkut sebesar Rp.500.000,00

o 13 Juli. Pengembalian barang dagang dari PD Ceria sebesar Rp.1.000.000,00 (harga


pokok Rp 700.000,00)

o 14 Juli. Diterima dari PD Ceria pelunasan faktur tanggal 10 Oktober 2015

o 15 Juli. Membayar hutang pada PD Jaya atas faktur tanggal 2 Oktober 2015

o 20 Juli. Menjual barang dagang pada PD Mentari sebesar Rp.5.000.000,00 (harga po


kok Rp 4.000.000,00) dengan syarat pembayaran 2/10 n/30 dan beban angkut sebesa
r Rp 200.000,00

o 28 Juli. Pengembalian barang dagang dari PD Mentari sebesar Rp.1.500.000,00 (har


ga pokok Rp 900.000,00)

Diminta:

1.Buatlah jurnal atas transaksi di atas

2.Susunlah laporan penjualan untuk periode Oktober 2015

26
27
A.Jurnal Metode Perpetual
Pembelian barang dagangan secara kredit sebesar Rp 600.000.

Retur Pembelian sebesar Rp 75.000.

Penjualan Kredit Rp 450.000 dengan harga pokok Rp 400.000.

Retur penjualan Rp 36.000 dengan harga pokok Rp 32.000.

No. Keterangan Debet Kredit

1. Persediaan Barang Dagangan 600.000

Hutang Dagang 600.000

2. Hutang 75.000

Persediaan Barang Dagangan 75.000

3. Piutang 450.000

Penjualan 450.000

(penjualan kredit)

Harga Pokok Penjualan 400.000

Persediaan Barang dagangan 400.000

(mencatat harga pokok penjualan)

4. Retur Penjualan 36.000

Piutang 36.000

(Mencatat retur penjualan)

Persediaan Barang dagangan 32.000

Harga Pokok Penjualan 32.000

(mencatat masuknya kembali persediaan barang dagang)

28
Dari hal tersebut diatas dapat kita sebutkan bahwa pada metode perpetual :

1. Pada Jurnal pembelian rekening yang didebet adalah rekening “persediaan barang dagangan”.

2. Pada jurnal penjualan, ada satu jurnal tambahan untuk mencatat pembebanan harga pokok bar
ang yang dijual, yaitu di debet rekening “harga pokok penjualan dan kredit “Persediaan barang d
agangan”.

Dengan demikian harga pokok penjualan akan menampilkan harga pokok barang-barang yang di
jual. Selisih persediaan tidak termasuk dalam hpp (harga pokok penjualan) tetapi dicatat sendiri.

Sedangkan dalam metode fisik, karena harga pokok dihitung menggunakan metode selisih perse
diaan maka kekurangan atau kelebihan persediaan akan termasuk dalam harga pokok penjualan.

A.Metode Periodik
Metode periodik (periodic inventory system) adalah sistem pencatatan yang akan mencatat transa
ski mutasi pembelian ke dalam akun pembelian yang merupakan akun sementara dan harus dilak
ukan pengecekan fisik terhadap persediaan barang dagang di akhir periode, atau biasa disebut sto
ck opname.Penggunaan metode fisik mengharuskan perusahaan mengadakan perhitungan barang
yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan.Perhitungan persediaan (stock opna
me) dibutuhkan untuk mengetahui jumlah barang yang masih ada di gudang dan untuk dapat dihi
tung harga pokoknya.Dalam metode ini setiap pembelian barang dagang dicatat dalam rekening
pembeian karena setiap mutasi persediaan barang dagang tidak diikuti dalam buku-buku.

Persediaan barang awal Rp xxx

Pembelian (neto) xxx (+)

Barang tersedia untuk dijual Rp xxx

Persediaan barang akhir xxx (-)

Harga pokok penjualan Rp xxx

Catatan:

1.Data diperoleh dari saldo buku besar rekening yang bersangkutan.

29
2.Data diperoleh dari hasil stock opname
Contoh Soal Metode Periodik
Contoh transaksi perusahaan yang pencatatan persediaannya menggunakan sistem periodik.PD.
Dipasena merupakan perusahaan dagang yang menggunakan sistem pencatatan persediaan perio
dik. Persediaan awal barang dagang sebesar Rp. 2.000.000 berikut transaksi bulan Oktober 2015

o 2 Okt. Membeli barang dagang dari PD. Jaya dengan jumlah Rp 3.000.000,00 denga
n syarat 2/10 n/30 dan terdapat beban angkut sebesar Rp.200.000,00

o 5 Okt. Membeli barang dagang dari PD Sejahtera Rp 5.000.000,00 dengan syarat pe


mbayaran 2/15 n/30

o 6 Okt. Mengembalikan barang dagang yang dibeli dari PD Sejahtera karena rusak se
besar Rp 500.000,00

o 10 Okt. Menjual barang dagang pada PD Ceria sebesar Rp.6.000.000,00dengan syar


at 2/10 n/30 dan beban angkut sebesar Rp 200.000,00

o 11 Okt. Membeli barang dagang dari PD Jaya sebesar Rp 5.000.000,00 dengan syara
t 2/10 n/30 serta beban angkut sebesar Rp.500.000,00

o 13 Okt. Pengembalian barang dagang oleh PD Ceria sebesar Rp 1.000.000,00 karena


tidak sesuai pesanan.

o 14 Okt. Diterima pelunasan faktur tanggal 10 Oktober 2015 dari PD Ceria

o 15 Okt. Membayar hutang pada PD Jaya atas faktur tanggal 2 Oktober 2015

o 20 Okt. Menjual barang dagang pada PD Sentosa senilai Rp.5.000.000,00 dengan sy


arat pembayaran 2/10 n/30 dan beban angkut sebesar Rp 200.000,00

o 28 Okt. Pengembalian barang dagang dari PD Sentosa sebesar Rp 1.500.000,00

o 31 Okt. Persediaan barang dagang akhir Rp 8.000.000,00

Diminta:

1.Buatlah jurnal atas transaksi tersebut di atas.

2.Susunlah laporan laba kotor untuk periode Oktober 2015.

30
1.Jurnal transaksi

31
2.

Susunan Laba Kotor

PD. Jaya
Laporan Laba Kotor
Periode Oktober 2015

Penjualan 11.000.000

Retur Penjualan 2.500.000

Potongan Penjualan 100.000

32
(2.600.000)

Penjualan Bersih 8.400.000

Persediaan Barang Dagang Awal Periode 2.000.000

Pembelian 13.000.000

Beban Angkut Pembelian 700.000

13.700.000

Retur Pembelian (500.000)

Pot Pembelian (64.000)

Pembelian Bersih 13.136.000

Barang Yang Tersedia Untuk di Jual 15.136.000

Pers. Barang Akhir Periode (8.000.000)

Total Harga Pokok Penjualan 7.136.000

Laba Kotor Periode Otober 2015 1.264.000

A.Jurnal Metode Periodik

1.Perusahaan membeli barang dagang secara kredit seharga Rp 600.000.

2.Transaksi retur pembelian sebesar Rp 75.000.

3.Perusahaan melakukan penjualan kredit dengan harga pokok sebesar Rp 400.000.

Perusahaan melakukan retur penjualan sebesar Rp 36.000 dengan harga pokok Rp 32.000

No. Keterangan Debet Kredit

1. Pembelian 600.000

33
Hutang Dagang 600.000

2. Hutang 75.000

Retur pembelian 75.000

3. Piutang 450.000

Penjualan 450.000

4. Retur Penjualan 36.000

Piutang 36.000

Masalah yang akan timbul dari metode fisik adalah jika ingin menyusun laporan keuangan jangka pendek
(bulanan) maka setiap bulan harus dilakukan perhitungan fisik persediaan barang. Bayangkan waktu yang
dihabiskan jika persediaan yang jumlahnya banyak dan penyusunan laporan keuangan juga akan terlamba
t.Tidak dilibatkan mutasi persediaan dalam buku, menjadikan metode ini sangat sederhana pada saat pem
beian atau pada saat mencatat penjualan4.

A.Perbedaan Metode Perpetual dan Periodik

Perusahaan yang menggunakan sistem persediaan priodik akan mencatat pembelian barang daga
ng, dengan mendebet rekening pembelian yang merupakan rekening sementara, untuk mengump
ulkan seluruh harga pokok barang yang dibeli pada periode tertentu dan pada akhir periode reken
ing ini harus ditutup.Berikut ini adalah table perbedaan sistem periodik dengan perpetual.

4
Mulya, “Memahami Akuntansi Dasar Edisi 2 : Pendekatan Teknis Siklus Akuntansi.”

34
Contoh Soal FIFO:

Masih dengan contoh soal yang sama dengan sebelumnya, pada Harga Pokok Penjualan metode r
ata rata (average method):
UD Maju Jaya yang merupakan sebuah toko yang berdagang menjual beras pada tanggal 1 April
mempunyai persediaan sejumlah 1 kwintal (100 kg) beras senilai Rp 300.000.

Date Transaksi Qty Unit Price Jumlah

01-Apr Penjualan 40 4.500 180.000

10-Apr Pembelian 30 3.100 93.000

10-Apr Penjualan 65 4.650 302.000

20-Apr Pembelian 25 3.200 80.000

30-Apr Pembelian 40 3.250 130.000

30-Apr Penjualan 25 4.875 121.875


Tampak beberapa transaksi yang terlihat pada buku catatan UD Maju Jaya seperti berikut:

Qty Jumlah

Total Pembelian 95 303.000

Total Penjualan 130 604.000


* Agar lebih mudah total penjualan yang 603.875 kita bulatkan menjadi 604.000

Transaksi pada 1 April: Karena persediaan barang pada tanggal 1 April 2015 hanya bersaldo a
wal 100 kgMaka 40 kg dijual menggunakan unit cost

Saldo Awal = Rp 300.000 / 100

= Rp 3.000

Total COGS 1 April = Rp 3.000 x 40 kg

= Rp 120.000

Persediaan Akhir = Rp 300.000 – 120.000

= Rp 180.000

35
Transaksi 10 April:

1.Pembelian barang dagang 30 kg senilai Rp 3.100 per kg, total pembelian : Rp 93.000

2.Terjual barang dagang 65 kg.

Unit cost yang mana yang digunakan?


Karena pada 01 April telah terjual 40 kg, sisa barang dagang yang sebelumnya menggunakan uni
t price hanya sisa 60 kg, dan tidak cukup untuk menutupi transaksi penjualan yang sebanyak 65 k
g, jadi:

 60 kg barang dagang menggunakan unit price Rp 3.000


 5 kg barang dagang mempergunakan unit price Rp 3.100

Total COGS 10 April 2015:

60 x Rp 3.000 = Rp180.000

5 x Rp 3.100 = Rp 15.000 (+)

Total COGS Rp195.500


 Apabila dibuatkan tabel, maka akan tampak seperti ini:

FIFO METHOD

Date/Acc 01-Apr 10-Apr 10-Apr 20-Apr 30-Apr Total

Qty 100 60 30 25 50
Opening Balanc
e
Rp 300.000 180.000 93.000 77.500 157.500

Qty 30 25 40 95

Purchase U/Prx 3.100 3.200 3.250

Rp 93.000 80.000 130.000 303.000

Sold (COGS) Qty 40 60 5 25 130

U/Prx 3.000 3.000 3.100 3.100

36
Rp 120.000 180.000 15.500 77.500 393.000

Qty 60 30 25 50 65 65
Closing Balanc
e
Rp 180.000 93.000 77.500 157.500 210.000 210.000

Summary

Opening Balance 100 300.000

Purchase 95 303.000

Sold (COGS) 130 393.000

Closing Balance 65 210.000

Harga Pokok Penjualan Metode LIFO dan Kajian Perpajakan


LIFO, yang berakronim Last In First Out, adalah barang yang terakhir masuk, akan dijual paling
awal (lebih dahulu). Aneh? bisa dibilang iya, karena dengan metode ini akan membuat HPP akan
menjadi tidak realistis. Coba dipikirkan, biaya yang dibebankan mempergunakan cost dari pemb
elian yang terakhir dan tidak memperhitungkan bahwa ada kemungkinan barang dagang yang dij
ual bercampur antara persediaan barang yang menggunakan harga yang lama dengan persediaan
barang baru dengan harga yang berbeda (harga baru). di Amerika, metode LIFO ini tidak dianjur
kan untuk diimplementasikan dan dianggap sebuah praktek yang ilegal, pun bila ada yang mengg
unakan metode LIFO akan diawasi dengan sangat ketat oleh pemerintah disana.
Mari kita coba untuk menghitung Harga Pokok Penjualan atau HPP dengan metode LIFO ini.UD
Maju Jaya yang merupakan sebuah toko yang berdagang menjual beras pada tanggal 1 April me
mpunyai persediaan sejumlah 1 kwintal (100 kg) beras senilai Rp 300.000. tampak beberapa tran
saksi yang terlihad pada buku catatan UD Maju Jaya seperti berikut:

Date Transaksi Kuantitas Unit Price Jumlah

01-Apr Penjualan 40 4.500 180.000

10-Apr pembelian 30 3.100 93.000

10-Apr Penjualan 66 4.650 302.000

20-Apr pembelian 25 3.200 80.000

30-Apr pembelian 40 3.250 130.000

37
30-Apr Penjualan 25 4.875 121.875

Rangkuman

Total Pembelian 95 303.000

Total Penjualan 130 604.000


Berikut adalah rangkumannya:

Transaksi pada 1 April:

Kita bisa mengetahui hasilkan akan sama dengan metode metode sebelumnya, jadi kita lewati saja
transaksi per 10 April 2015.Opening Balance (saldo awal) 60 kg dengan unit cost Rp 3.000Purchase (pem
belian) 30 kg dengan harga Rp 3.100 per kg, jadi total pembelian sebesar Rp 93.000
yang berhasil dijual sebanyak 65 kg, unit cost mana yang digunakan?

dengan konsep LIFO, maka :


30 kg x Rp 3.100 = Rp 93.000
35 kg x Rp 3.000 = Rp 105.000
————— (+)
Total COGS = Rp 198.000

LIFO METHOD

Date/Acc 01-Apr 10-Apr 10-Apr 20-Apr 30-Apr Total

Qty 100 60 60 25 50 50
Opening Balance
Rp 300.000 180.000 180.000 77.500 155.000 155.000

Qty 30 25 40 95

U/Pr
Purchase 3.100 3.200 3.250
x

303.00
Rp 93.000 80.000 130.000
0

Sold (COGS) Qty 40 30 35 25 130

U/Pr 3.000 3.100 3.000 3.200


x

38
Rp 120.000 93.000 105.000 80.000 398.000

Qty 60 60 50 50 65 65
Closing Balance
157.50
Rp 180.000 180.000 155.000 205.000 205.000
0

Summary :

Opening Balance 100 300.000

Purchase 95 303.000

Sold (COGS) 130 398.000

Closing Balance 65 205.000


Notes: Jangan Lupa perhatikan summary-nya juga.

Kesimpulan Akuntansi FIFO dan LIFO


Dengan mempergunakan tiap masing masing metode, baik metode rata-rata, metode FIFO, metode LIFO
pada postingan sebelumnya, dengan soal yang sama, hasilnya:
Summary-nya seperti berikut, mari kita coba perhatikan pada summary-nya masing masing:
Average Method FIFO Method LIFO Method
Summary
Qty Value Qty Value Qty Value

Opening Balance 100 300.000 100 300.000 100 300.000

Purchase 96 303.000 96 303.000 96 303.000

Sold (COGS) 130 396.565 130 393.000 130 398.000

Closing Balance 65 206.435 65 210.000 65 205.000

Opening Balance (Saldo Awal) tetap sama:


Qty = 100 kg – Rp 300.000
Purchase (Pembelian) tetap sama:
Qty = 95 kg – Rp 303.000
Kuantitas HPP sama yakni 135 kg, tetapi value (nilainya) berbeda:
Average : 396.565
FIFO : 393.000
LIFO : 398.000
Closing Balance (Saldo Akhir) Qty sama, yakni 65 kg namun nilainya berbeda-beda:
Average : 206.435

39
FIFO : 210.000
LIFO : 205.000
A.Kajian Perpajakan
Akuntansi Perpajakan bisa memainkan HPP, Harga Pokok Penjualan (COGS) bersifat sangat vita
l pengaruhnya dalam besaran perhitungan pajak. nilai besar kecilnya PPh yang akan di tanggung
nantinya sangat dipengaruhii oleh besaran HPP.

Dengan angka penjualan yang sama, makin besar harga HPP nya, maka laba yang diperoleh sem
akin kecil, dan sudah barang tentu pajak yang harus ditanggung akan makin kecil juga.

Berikut beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan:

 Freight, elemen pembentuk HPP, pengakuan biaya ini harus sesuai

 Discount dan Retur Pembelian:

Discount atau potongan harga haruslah dihitung dengan semestinya, apabila lupa dalam menghit
ung potongan harga, maka akibatnya pembebanan HPP akan jadi lebih tinggi dari yang semestin
ya. HPP yang lebih tinggi akan mengakibatkan pajak yang dibayarkan tentu lebih rendah, dan ap
abila ditjend pajak tidak mengetahui hal ini, ya bersukurlah, namun apabila ketahuan,makan hal i
ni menjadi koreksi ketika pemeriksaan.

Metode dalam Penentuan Harga Pokok Penjualan dan Penilaian Persediaan


Apabila diperhatikan dari kesimpulan tadi, bisa dilihat dengan jelas bahwa metode LIFO adalah
metode yang menghasilkan HPP yang paling tinggi, ini karena harga pembelian trendnya kan aka
n terus meningkat. perlu diingat, dalam konsep LIFO, biaya unit yang digunakan sebagai dasar p
erhitungan HPP merupakan harga pembelian yang palint terkini (most recent).Kita semua juga ta
hu, dinegara ini tingkat inflasi terus cenderung menigkat dari waktu ke waktu. jarang sekali ada k
ejadian sebuah harga mengalami penurunan. dengan demikian, metode LIFO adalah metode yan
g akan memghasilkan PPh yang paling kecil!HPP yang paling tinggi berikutnya ialah Metode Ra
ta Rata (Average Method), hampir mendekati metode LIFO, hanya saja, nilai yang diambil adala
h nilai tengahnya.

1. Metode Penilaian Persediaan Fifo

Rp 2.000.
Januari 1 Persediaan 100 Unit Biaya Rp 20.000 Per Unit
000

Rp 1.680.
10 Persediaan 80 Unit Biaya Rp 21.000 Per Unit
000

40
Rp 2.200.
30 Persediaan 100 Unit Biaya Rp 22.000 Per Unit
000

Rp 5.880.
Tersedia untuk dijual 280
000

Sebagai contoh ilustrasi tentang metode penilaian persediaan FIFO dalam sistem persediaan peri
ode, disini akan diberikan contoh ayat jurnal persediaan awal dan pembelian barang dagang pada
bulan Januari 2018 seperti berikut :

Perhitungan fisik yang dilakukan pada tanggal 31 Januari 2018 ternyata ada sisa persediaan seba
nyak 150 unit.Dengan cara memakai metode FIFO, biaya sisa dari persediaan akhir pada akhir pe
riode bersumber dari biaya perolehan yang paling akhir.Biaya 150 unit dalam persediaan per 31 J
anuari 2018 senilai Rp 3.250.000 dari biaya barang tersedia untuk dijual senilai Rp 5.880.000 seh
ingga diperoleh harga pokok penjualan senilai Rp 2.630.000

Setelah itu dengan mengurangkan biaya persediaan per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.250.000 ata
s biaya barang yang tersedia untuk dijual senilai Rp 5.880.000 sehingga hasil yang diperoleh seb
esar Rp 2.630.000. Sehingga akan diperlihatkan seperti tabel dibawah ini:

Persediaan awal, 1 Januari 2018Pembelian (Rp 1.680.000 + Rp 2.200.00 Rp 2.000.000Rp 3.880.000


0)

Biaya Barang tersedia untuk dijual Rp 5.880.000Rp 3.250.000

Persediaan akhir 31 Januari 2018


Rp 2.630.000
Harga Pokok Penjualan (HPP)

Persediaan akhir 31 Januari 2018 senilai Rp 3.250.000 asalnya dari biaya perolehan paling akhir.
HPP senilai Rp 2.630.000 asalnya dari biaya persediaan awal serta biaya paling awal.

Penggunaan Metode Penilaian Persediaan FIFO


Pada saat metode penilaian persediaan FIFO dipakai selama periode inflasi atau terjadi kenaikan
harga-harga secara umum, biaya unit yang lebih awal akan lebih rendah apabila dibandingkan de
ngan biaya unit yang paling akhir, seperti yang sudah di tunjukkan dalam contoh di atas.Oleh se
bab itu dengan memakai metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi.Namun, p
ersediaan harus diganti dengan harga yang lebih tinggi dari pada yang diperlihatkan oleh HPP (H
arga Pokok Penjualan).

Contoh Soal Metode Lifo

41
Pada hakikatnya metode LIFO (Last In First Out) maksudnya bahwa persediaan barang yang dite
rima terakhir masuk maka akan dijual pertama, sehingga penilaian perolehan persediaan akhir be
rdasarkan dari nilai perolehan ang pertama (awal) masuk (beli).Sehingga dalam penggunaanya m
etode LIFO dianggap berdampak pada nilai aktiva yanng rendah bagi perusahaan dan cenderunn
g menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah juga.Ketika sudah mulai meneggunakan meto
de persediaan LIFO, sisa biaya persediaan pada akhir periode bersumber dari biaya perolehan pal
ing awal.

Sesuai data seperti contoh metode FIFO diatas, biaya 150 unit dalam persediaan akhir per 31 Jan
uari 2018 akan dihitung seperti berikut:

Perseidaan awal, 1 Januari 2018 100 Rp 22.000 Rp 2.000.000

Biaya paling awal selanjutnya, pembelian 10/1/2018 50 Rp 21.000 Rp 1.050.000

Persediaan 31 Januari 2018 150 Rp 3.050.000

Dengan Mengurangkan biaya persediaian per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.050.000 berasal dari biaya bar
ang untuk dijual senilai Rp 5.880.000 maka akan diperoleh harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.83
0.000

Coba anda perhatikan tabel dibawah ini:

Persediaan awal, 1 Januari 2018Pembelian (Rp 1.680.000 + Rp 2.2 Rp 2.000.000 Rp 3.880.000


00.000)
Rp 5.880.000 Rp 3.050.000
Biaya Barang tersedia untuk dijual
Persediaan akhir 31 Januari 2018
Rp 2.830.000
Harga Pokok Penjualan (HPP)

Persediaan akhir per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.050.000 sumbernya dari biaya perolehan palin
g awal.

Jumlah Harga Pokok Penjualan (HPP) senilai Rp 2.830.000 sumbernya dari biaya persediaan pali
ng akhir.

42
Penggunaan Metode Penilaian Persediaan FIFO

Pada saat metode penilaian persediaan FIFO dipakai selama periode inflasi atau terjadi kenaikan
harga-harga secara umum, biaya unit yang lebih awal akan lebih rendah apabila dibandingkan de
ngan biaya unit yang paling akhir, seperti yang sudah di tunjukkan dalam contoh di atas.

Oleh sebab itu dengan memakai metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi.N
amun, persediaan harus diganti dengan harga yang lebih tinggi dari pada yang diperlihatkan oleh
HPP (Harga Pokok Penjualan).

Contoh Soal Metode Lifo


Pada hakikatnya metode LIFO (Last In First Out) maksudnya bahwa persediaan barang yang dite
rima terakhir masuk maka akan dijual pertama, sehingga penilaian perolehan persediaan akhir be
rdasarkan dari nilai perolehan ang pertama (awal) masuk (beli).Sehingga dalam penggunaanya m
etode LIFO dianggap berdampak pada nilai aktiva yanng rendah bagi perusahaan dan cenderunn
g menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah juga.

Ketika sudah mulai meneggunakan metode persediaan LIFO, sisa biaya persediaan pada akhir pe
riode bersumber dari biaya perolehan paling awal.

Sesuai data seperti contoh metode FIFO diatas, biaya 150 unit dalam persediaan akhir per 31 Jan
uari 2018 akan dihitung seperti berikut:

Perseidaan awal, 1 Januari 2018 100 Rp 22.000 Rp 2.000.000

Biaya paling awal selanjutnya, pembelian 10/1/20


50 Rp 21.000 Rp 1.050.000
18

Persediaan 31 Januari 2018 150 Rp 3.050.000

Dengan Mengurangkan biaya persediaian per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.050.000 berasal dari b
iaya barang untuk dijual senilai Rp 5.880.000 maka akan diperoleh harga pokok penjualan (HPP)
sebesar Rp 2.830.000

Coba anda perhatikan tabel dibawah ini:

Persediaan awal, 1 Januari 2018Pembelian (Rp 1.680.000 + Rp 2.2 Rp 2.000.000 Rp 3.880.000

43
00.000)
Biaya Barang tersedia untuk dijual
Rp 5.880.000 Rp 3.050.000
Persediaan akhir 31 Januari 2018
Harga Pokok Penjualan (HPP) Rp 2.830.000

Persediaan akhir per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.050.000 sumbernya dari biaya perolehan palin
g awal.

Jumlah Harga Pokok Penjualan (HPP) senilai Rp 2.830.000 sumbernya dari biaya persediaan paling akhir.

Penggunaan Metode Penilaian Persediaan Lifo


Ketika metode LIFO sudah dipakai selama periode inflasi atau kenaikan harga-harga hasilnya ial
ah kebalikan dengan dua metode yang lain.Seperti yang diperlihatkan pada contoh diatas, metode
LIFO akan menghasilkan jumlah yang lebih tinggi lagi untuk HPP (Harga Pokok Penjualan)Kem
udian untuk jumlah yang lebih rendah untuk laba kotor serta jumlah yang lebih rendah lagi untuk
persediaan akhir, jika dibandingkan dengan metode lainya.Pengaruh ini disebabkan oleh biaya pe
rolehan unit yang paling akhir kurang lebih tidak ada yang berbeda dengan biaya penggantinya.P
ada periode inflasi, biaya unit yang lebih baru akan semakin tinggi jika dibandingkan dengan har
ga unit lebih awal.Maka dari itu, bisa dibilang kalau metode LIFO hampir sukses membandingka
n biaya saat ini dengan pendapatan sekarang ini.

Penggunaan Metode Penilaian Persediaan Average


Metode average atau yang sering dikenal dengan sebutan metode rata-rata, dimana dalam metode
ini dijelaskan bahwa nilai dari persediaan akhir akan menghasilkan antara nilai persediaan denga
n metode FIFO.Dengan memakai metode ini sehingga akan menimbulkan dampak pada laba kot
or dan harga pokok penjualan.Biaya unti rata-rata tertimbang yang sama dipakai guna menghitun
g biaya persediaan pada akhir periode.Pada perusahaan yang mempunyai barang penjualan yang
terdiri dari berbagai pembelian unit yang identik, adalam penerapan metode biaya rata-rata hamp
ir sama dengan dengan arus fisik barang.Untuk bisa menghitung biaya unti rata-rata tertimbang y
akni dengan membagi total biaya unti setiap barang yang tersedia untuk dijual selama periode ter
tentu dengan jumlah unit barang terkait.

Contoh Soal Average Methode


Dengan memakai data biaya yang sama dengan contoh padaa metode LIFO dan juga FIFO, maka
biaya rata-rata 280 unit senilai Rp 21.000, dan untuk biaya unit dalam persediaan akhir, dihitung
seperti dibawah ini:

Biaya unit rata-rata : Rp 5.880.000 / 280 unit = Rp 21.000

Persediaan 31 Januari 2018, 150 unit dengan biaya Rp 21.000 per unit = Rp 3.150.000

44
Mrngurangi biaya persediaan per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.150.000 dari biaya barang tersedia
untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan memperoleh harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.
730.000, seperti tabel dibawah ini:

Persediaan awal, 1 Januari 2018Pembelian (Rp 1.680.000 + Rp 2.200. Rp 2.000.000Rp 3.880.000


000)
Rp 5.880.000Rp 3.150.000
Biaya Barang tersedia untuk dijual
Persediaan akhir 31 Januari 2018
Rp 2.830.000
Harga Pokok Penjualan (HPP)

Penggunaan Metode Penilaian Persediaan Biaya Rata-rata

Metode ini pada dasaranya merupakan hasil kompromi antara metode LIFO serta metode FIFO.
Pengaruh kecenderungan harga di dapat dari rata-rata dalam menghitung HPP serta persediaan a
khir.Contoh ilustrasi, urutan biaya unit yang secara keseluruhanya dibalik dengan biaya unit sepe
rti yang disajikan dalam contoh di atas, tentu tidak akan bisa memgpengaruhi harga pokok penju
alan, laba kotor maupun persediaaan akhir yang dilaporkan.

Perhatikan Contoh Soal Dibawah ini :

seperti berikut:

Rp 300.00
Januari 1 Persediaan 6 Unit Biaya Rp 50.000 Per Unit
0

Rp 770.00
Maret 20 Persediaan 14 Unit Biaya Rp 55.000 Per Unit
0

Rp 1.240.0
Oktbr 30 Persediaan 20 Unit Biaya Rp 62.000 Per Unit
00

Rp 2.310.0
Tersedia untuk dijual 40
00

Ada 16 unit barang dalam perhitungan fisik persediaan per 31 Desember. Memakai sistem period
ik untuk bisa menentukan persediaan.

45
Selanjutnya hirunglah biaya persediaan tersebut memakai : 1) Metode FIFO, 2) Metode LIFo, 3)
Metode biaya rata-rata.

Jawab Soal :

(1) Metode FIFO

= 16 Unit x Rp 62.000 = Ro 992.000

(2) Metode LIFO

= (6 Unit x Rp 50.000) + (10 unit x Rp 55.000) = Rp 850.000

(3) Metode Rata-rata

= Rp 2.310.000 / 40 = Rp 57.750

= 16 unit x Rp 57.750 = Rp 924.000

Kesimpulan :

Pada pembahasan dari ketiga metode tadi arus biaya yang berbeda diasumsikan untuk masing-ma
sing dari tiga metode alternatif biaya persediaan.Coba anda perhatikan kalau biaya unitnya masih
tetap stabil, semua metode akan memperoleh hasil yang sama.

Namun dikarenakan harga kebutuhan yang tidak stabil dan terus berubah-rubah, tiga metode diat
as biasanya akan mendapatkan jumlah yang berbeda untuk :

 Haarga Pokok Penjualan (HPP) untuk periode berjalan.

 Laba bersih dan laba kotor untuk periode tersebut Persediaan akhir

Contoh Soal Akuntansi FIFO dan LIFO – METODE PERHITUNGAN PERSEDIAAN FIF
O, LIFO, AVERAGE DENGAN SISTEM PERPETUAL (SOAL & JAWABAN)
PT ABCD mencatat persediaan menggunakan sistem perpetual, berikut adalah data persediaan se
lama bulan Januari 2019 :

Harga
Tanggal Keterangan Unit Total
/ Unit

46
Januari 1 Awal 20 2.500 50.000

5 Beli 10 2.300 23.000

7 Jual 15 2.600 39.000

12 Jual 9 2.400 21.600

15 Beli 7 2.700 18.900

17 Beli 5 2.550 12.750

20 Jual 13 2.800 36.400

23 Beli 10 2.750 27.500

25 Jual 3 2.850 8.550

31 Beli 4 2.900 11.600

DIMINTA :

1. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode FIFO.
2. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode LIF
O.
3. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode AVE
RAGE.

JAWABAN

1. Menggunakan Metode FIFO

2. Tanggal IN OUT SALDO

47
Unit Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total

01-Jan-08 20 2.500 50.000

05-Jan-08 10 2.300 23.000 20 2.500 50.000

10 2.300 23.000

07-Jan-08 15 2.500 37.500 5 2.500 12.500

10 2.300 23.000

12-Jan-08 5 2.500 12.500 6 2.300 13.800

4 2.300 9.200

15-Jan-08 7 2.700 18.900 6 2.300 13.800

7 2.700 18.900

17-Jan-08 5 2.550 12.750 6 2.300 13.800

7 2.700 18.900

5 2.550 12.750

20-Jan-08 6 2.300 13.800 5 2.550 12.750

7 2.700 18.900

23-Jan-08 10 2.750 27.500 5 2.550 12.750

10 2.750 27.500

25-Jan-08 3 2.550 7.650 2 2.550 5.100

10 2.750 27.500

31-Jan-08 4 2.900 11.600 2 2.550 5.100

48
10 2.750 27.500

4 2.900 11.600

Saldo persediaan akhir = 5.100 + 27.500 + 11.600

= 44.200

Harga pokok penjualan = 37.500 + 12.500 + 9.200 + 13.800 + 18.900 + 7.650

= 99.550

Laba/ Rugi Kotor :

Penjualan = 105.550 (39.000 + 21.600 + 36.400 + 8.550)

HPP = (99.550)

Laba Kotor = 6.000

2.Menggunakan Metode LIFO

IN OUT SALDO

Tanggal
Uni
Unit Harga Total Unit Harga Total Harga Total
t

1-Jan-08 20 2.500 50.000

5-Jan-08 10 2.300 23.000 20 2.500 50.000

10 2.300 23.000

7-Jan-08 10 2.300 23.000 15 2.500 37.500

5 2.500 12.500

49
12-Jan-0
9 2.500 22.500 6 2.500 15.000
8

15-Jan-0
7 2.700 18.900 6 2.500 15.000
8

7 2.700 18.900

17-Jan-0
5 2.550 12.750 6 2.500 15.000
8

7 2.700 18.900

5 2.550 12.750

20-Jan-0
5 2.550 12.750 5 2.500 12.500
8

7 2.700 18.900

1 2.500 2.500

23-Jan-0
10 2.750 27.500 5 2.500 12.500
8

10 2.750 27.500

25-Jan-0
3 2.750 8.250 5 2.500 12.500
8

7 2.750 19.250

31-Jan-0
4 2.900 11.600 5 2.500 12.500
8

7 2.750 19.250

4 2.900 11.600

50
Saldo persediaan akhir = 12.500 + 19.250 + 11.600

= 43.350

Harga pokok penjualan = 23.000 + 12.500 + 22.500 + 12.750 + 18.900 + 2.500 + 8.250

= 100.400

Laba/ Rugi Kotor :

Penjualan = 105.550 (39.000 + 21.600 + 36.400 + 8.550)

HPP = (100.400)

Laba Kotor = 5.150

3. Menggunakan Metode AVERAGE

IN OUT SALDO
Tanggal
Unit Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total

1-Jan-08 20 2.500 50.000

5-Jan-08 10 2.300 23.000 30 2.433 73.000

7-Jan-08 15 2.433 36.495 15 2.433 36.495

12-Jan-08 9 2.433 21.897 6 2.433 14.598

15-Jan-08 7 2.700 18.900 13 2.576 33.498

17-Jan-08 5 2.550 12.750 18 2.569 46.248

20-Jan-08 13 2.569 33.397 5 2.569 12.845

51
23-Jan-08 10 2.750 27.500 15 2.689 40.345

25-Jan-08 3 2.689 8.067 12 2.689 32.268

31-Jan-08 4 2.900 11.600 16 2.742 43.868

Saldo persediaan akhir = 43.868

Harga pokok penjualan = 36.495 + 21.897 + 33.397 + 8.067

= 99.856

Laba/ Rugi Kotor :

Penjualan = 105.550 (39.000 + 21.600 + 36.400 + 8.550)

HPP = (99.856)

Laba Kotor = 5.694

Contoh Soal sistem periodik FIFO dan sistem perpertual LIFO


Soal: Berikut adalah transaksi PT. ABC selama Bulan Juli 2018

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga


1 Juli Persediaan awal 100 unit Rp.10.000
5 Juli Pembelian 500 unit Rp.12.000
12 Juli Pembelian 100 unit Rp.15.000
22 Juli Penjualan 300 unit Rp.25.000
27 Juli Pembelian 100 unit Rp 20.000
30 Juli Penjualan 50 unit Rp.30.000

Diminta:
Tentukan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan (HPP) dan laba kotor, jika diasumsikan p
erusahaan memakai sistem periodik FIFO dan sistem perpertual LIFO

Jawab :

52
1. Sistem Periodik FIFO

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga (Rp.)


1 Juli Persediaan awal 100 unit @ Rp.10.000 1.000.000
5 Juli Pembelian 500 unit @ Rp.12.000 6.000.000
12 Juli Pembelian 100 unit @ Rp.15.000 1.500.000
27 Juli Pembelian 100 unit @ Rp 20.000 2.000.000
800 unit 10.500.000
Persediaan yang siap untuk dijual (harga) ialah Rp 10.500.000

Unit persediaan akhir yakni:

= Persediaan (unit) yang siap untuk dijual – Unit terjual

= 800 unit – 350 unit = 450 unit

Nilai unit akhir :

= 100 unit @ Rp. 20.000 = Rp. 2.000.000

= 100 unit @ Rp. 15.000 = Rp. 1.500.000

= 250 unit @ Rp. 12.000 = Rp. 3.000.000

450 unit = Rp. 6.500.000

Harga Pokok Penjualan :

= Nilai persediaan (harga) yang tersedia untuk dijual – nilai persediaan (harga) unit akhir

= Rp 10.500.000 – Rp 6.500.000 = Rp 4.000.000

Laba Kotor :

= Hasil penjualan – Harga pokok penjualan

53
= 9.000.000 – Rp 4.000.000 = Rp 5.000.000

2. Sistem Perpetual LIFO

Melalui metode perpetual LIFO kita bisa mengetahui hal-hal sebagai berikut:

Nilai persediaan akhir Rp. 5.600.000

Harga Pokok penjualan Rp. 4.900.000

Laba kotor = Rp. 9.000.000 – Rp. 4.900.000

= Rp. 4.100.000

BAB III
KESIMPULAN

Perusahaan lebih tepat jika menggunakan Metode Average daripada metode FIFO dalam menghit
ung nilai persediaan, karena nilai persediaan akhir metode Average lebih besar daripada met
ode FIFO. Metode Average akan memberikan harga pokok penjualan yang lebih rendah dari
pada metode FIFO dan Metode Average akan memberikan laba bersih yang lebih besar jika

54
dibandingkan Metode FIFO. Apabila Perusahaan menggunakan Metode FIFO maka nilai pe
rsediaan akhir barang dagangan lebih kecil daripada metode Average. Metode FIFO akan m
emberikan harga pokok penjualan yang lebih tnggi daripada metode Average dan Metode FI
FO akan memberikan laba bersih yang lebih kecil jika dibandingkan Metode Average. Meto
de FIFO sangat cocok digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang menjual barang yang s
ejenis, cepat kadaluarsa dan model yang cepat berubah5.

Daftar Pustaka

K.Carter, William. “Akuntasi Biaya.” Gastronomía ecuatoriana y turismo local., 2005.


Muawanah, Umi. konsep dasar akuntansi dan pelaporan keuangan. Vol. 6, 2017.
Mulya, Hadri. “Memahami Akuntansi Dasar Edisi 2 : Pendekatan Teknis Siklus Akuntansi” (2018): 5–15.
Sari, Dian Indah. “Analisis Perhitungan Persediaan dengan Metode FIFO dan Average Pada PT. Harapan.”
Perspektif XVI, no. 1 (2018): 31–38.

5
Umi Muawanah, konsep dasar akuntansi dan pelaporan keuangan, vol. 6, 2017.

55
56

Anda mungkin juga menyukai