Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan ramhat, h
idayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kulia
h Akuntansi Keuangan Menengah & Praktik yang berjudul “Akutansi Metode Fifo, Lifo dan
Averange”.
Semoga dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang hal-hal yang berkaitan deng
an Akuntansi Menengah di Indonesia. Mungkin kami tidak bisa membuat makalah ini sesemp
urna mungkin. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pembaca memberikan kritik dan saran
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada dosen pengampu dan juga kepada orang-or
ang di sekitar kami yang telah membantu kami dalam mendapatkan sumber materi yang dapa
t digunakan untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis
II
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan Berdasarkan Latar Belakang........................................................5
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Pengertian Persediaan........................................................................................................5
B. Biaya Persediaan.................................................................................................................6
C. Metode Fifo..........................................................................................................................8
D. Metode Lifo.........................................................................................................................8
E. Metode Rata-rata ( Averange )........................................................................................10
1. Metode Perhitungan Persediaan dengan Metode Lain.............................................12
2. Pengestimasian Persediaan..........................................................................................12
3. Metode Penelitian..........................................................................................................13
4. Contoh Soal dan Cara Menjawab...............................................................................16
BAB III....................................................................................................................................56
KESIMPULAN.......................................................................................................................56
Daftar Pustaka........................................................................................................................57
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem akuntansi merupakan ikhtisar yang terdiri dari catatan manual atau komputerisasi transak
si keuangan untuk tujuan rekaman, mengkategorikan, menganalisis dan melaporkan informasi m
anajemen keuangan yang tepat waktu. Persediaan merupakan barang dagangan yang dibeli kemu
dian disimpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan sehingga perusahaan senantiasa me
mberi perhatian yang besar dalam persediaan. Persediaan merupakan harta milik perusahaan yan
g cukup besar atau bahkan terbesar jika dibandingkan dengan harta lancar lainnya. Dan persediaa
n juga merupakan elemen yang paling banyak menggunakan sumber keuangan perusahaan yang
perlu disediakan agar perusahaan dapat beroperasi secara layak sebagaimana mestinya. Persediaa
n barang dagangan juga termasuk salah satu sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, maka d
ari itu persediaan harus dikelolah dengan sebaik baiknya tanpa adanya persediaan perusahaan tid
ak dapat melakukan kegiatan penjualan. Pesediaan merupakan asset besar yang dimiliki perusaha
an investasi yang besar ditanamkan dalam bentuk persediaan akan menimbulkan permasalahan y
ang berkenaan dengan biaya penyelenggaraan dimana biaya tersebut akan meningkat baik berupa
biaya gudang, selain itu persediaan sangat rentan terhadap kerusakan, pencurian, dan penyelewen
gan.
Sistem persediaan barang dagang memegang peranan penting dalam pengaturan menghindari pe
manipulasi terhadap kekayaan perusahaan khususnya persediaan. Penilaian persediaan dapat dila
kukan dengan beberapa metode sesuai dengan prinsip - prinsip akuntansi yang berlaku umum dia
ntaranya adalah : metode FIFO (First In First Out ) pada metode ini barang yang terlebih dahulu
dijual adalah barang yang pertama masuk, metode LIFO (Last In First Out) metode ini kebalikan
dari metode yang pertama yang mana barang terakhir masuk adalah barang awal yang akan dijua
l, metode selanjutnya adalah metode AVERAGE atau biasa disebut metode rata rata pertimbanga
n. Metode pencatatan persediaan terdapat 2 metode diantaranya; Metode Pisik/Periodik (periodik
/physical inventory sistem), metode pencatatan ini hanya dilakukan diakhir periode akuntansi me
lalui ayat jurnal penyesuaian. Metode Perpetual (continual inventory sistem), metode pencatatan
ini dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan1.
1
Dian Indah Sari, “Analisis Perhitungan Persediaan dengan Metode FIFO dan Average Pada PT. Harapan,” Perspektif
XVI, no. 1 (2018): 31–38.
4
B. Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan salah satu perkiraan yang terpenting dalam sebuah perusahaan. Bagi perus
ahaan, persediaan merupakan asset yang cukup besar nilainya. Keberadaan persediaan dalam seb
uah perusahaan mengandung implikasi dilihat dari ada atau tidaknya persediaan. Jika persediaan
yang tersedia cukup besar maka dampaknya juga biaya yang dibutuhkan untuk menjaga keberada
an persediaan tidak dapat dihindari. Sebaliknya jika persediaan tidak tersedia, maka implikasi ke
proses produksi dan penjualan akan menjadi terganggu. Keberadaan persediaan mempengaruhi n
eraca dan laporan laba rugi. Persediaan merupakan salah satu aktiva lancar yang harus dikelola d
engan baik, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki persediaan barang dagangan.
Persediaan yang dimiliki perusahaan akan dapat ditentukan harga perolehan persediaan dan nilai
persediaan akan disajikan di neraca. Dalam menghitung nilai persediaan perusahaan dapat meng
unakan tiga metode yaitu Metode FIFO, LIFO dan Average. Setiap perusahaan menggunakan me
tode pencatatan persediaan disesuaikan dengan jenis usaha. Menurut Mulyadi (2016) sistem akun
tansi persediaan merupakan sekelompok unsur yang bertujuan untuk mencatat mutasi tiap jenis p
ersediaan yang disimpan digudang. Sistem ini berkaitan erat dengan sistem penjualan, sistem ret
ur, sistem penjualan, sistem pembelian dan sistem akuntansi biaya produksi.
Menurut Martini (2016) persedian adalah satu asset yang sangat penting bagi suatu entitas baik b
agi perusahaan ritel, dagang, manufaktur maupun jasa. Persediaan adalah barang-barang yang dis
impan untuk digunakan dan dijual pada masa yang akan datang (Mustika et al., 2022). Dalam du
nia usaha, terutama usaha di bidang produksi barang ataupun dagang, istilah persediaan sering ka
li digunakan untuk menggambarkan stok barang yang dimiliki oleh perusahaan. Persediaan biasa
nya di kelola sedemikian rupa sehingga perusahaan berada pada zona aman dari berbagai kemun
gkinan yang bisa mengancam perusahaan terkait dengan suplay bahan baku ataupun produk jadi
yang mereka butuhkan.
6
B. Biaya Persediaan
Biaya persediaan Menurut (Mulya,2010) Biaya yang timbul dari pembentukan persediaan antara
lain :
1. Biaya penanganan, meliputi biaya perawatan, penyimpanan, asuransi, pajak property, dan pen
yusutan.
2. Biaya pemesanan adalah biaya yang berkenaan dengan penempatan dari pemrosesan pesanan
kepada pemasok
3. Biaya stockout, meliputi biaya kegagalan memenuhi biaya pelanggan, bagi perusahaan produk
si yatu biaya dari hilangnya penjualan dan laba serta hilangnya goodwill pelanggan. Bagi perusa
haan manufaktur, biaya stockout meliputi biaya penundaan produksi dan biaya penurunan waktu
serta biaya yang berkaitan dengan memulai kembali produksi.
Kesalahan dalam Penghitungan Persediaan Kesalahan dalam mencatat besarnya fisik persediaan
akan menyebabkan salah saji dalam saldo persediaan akhir. Karena persediaan akhir merupakan
salah satu perkiraan di aktiva lancar, maka besarnya aktiva lancar maupun total aktiva perusahaa
n secara keseluruhan juga akan menjadi salah saji di neraca. Disamping itu, kesalahan dalam pen
ghitungan atas persediaan ini juga akan mengakibatkan besarnya harga pokok penjualan, laba kot
or dan laba bersih yang tersaji dalam laporan laba rugi menjadi keliru.
Rumus untuk harga pokok penjualan :
Persediaan Awal + Harga Pokok Pembelian – Persediaan Akhir = Harga Pokok Penjualan
Laba bersih akan ditutup ke akun modal pada setiap akhir periode akuntansi, sehingga besarnya
modal juga akan menjadi salah saji di neraca.
2
Hadri Mulya, “Memahami Akuntansi Dasar Edisi 2 : Pendekatan Teknis Siklus Akuntansi” (2018): 5–15.
7
Sistem Pencatatan Persediaan Menurut (Hermawan,2008) Sistem Pencatatan Persediaan ada dua
yakni sistem pencatatan perpetual dan periodik.
1. Sistem pencatatan Perpetual mencatat (mendebet) rekening persediaan barang dagangan dan m
engkredit kas atau utang dagang, pada saat pembelian barang dagangan. Pada saat penjualan bara
ng dagangan sistem pencatatan perpetual menggunakan dua jurnal pencatatan yakni Piutang daga
ng disebelah debet dan penjualan di sebelah kredit, Harga pokok penjualan di sebelah debet dan
Penjualan di sebelah kredit.
2. Sistem pencatatan Periodik mendebet rekening pembelian dan mengkredit rekening kas atau ut
ang dagang. Pada saat penjualan barang dagangan sistem pencatatan periodik menggunakan satu
jurnal pencatatan yakni piutang dagang di sebelah debet dan penjualan di sebelah kredit 3.
C. Metode Fifo
First In First Out (FIFO) Barang yang pertama kali masuk (dibeli) menjadi barang yang pertama kali kelu
ar (dijual). Masuk pertama keluar pertama Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai peroleh
an awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai denga
n nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). Metode ini cenderung menghasilkan persediaan
yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli.Metode FIFO merupakan m
etode penilaian persediaan yang sangat realistis dan cocok digunakan untuk semua sifat produk. Realistis
nya terletak pada barang yang pertama kali dibeli, maka barang itulah yang pertama kali dijual. Jika perus
ahaan menggunakan metode FIFO dalam menilai persediaan dengan asumsi telah terjadi peningkatan har
ga barang atau inflasi. Penggunaan metode FIFO Menurut (Hermawan, 2008), Metode FIFO menghasilka
n persediaan akhir yang paling tinggi dan menghasilkan HPP yang paling rendah. Hal tersebut terjadi sela
ma masa inflasi atau saat harga-harga meningkat. Namun tingginya laba kotor hanya bersifat sementara k
arena persediaan harus diganti dengan harga yang terus meningkat.
D. Metode Lifo
Last In First Out (LIFO) Barang yang terakhir kali masuk (dibeli) menjadi barang yang pertama
kali keluar (dijual). Metode LIFO menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir
masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan
berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cende
rung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusaha
an yang rendah. Metode LIFO bisa saja realistis apabila didukung oleh kondisi fisik produk yang
dijual. Produk yang kualitasnya semakin lama disimpan maka semakin bagus, tentu akan cocok
menggunakan metode ini. Namun apabila produknya merupakan barang yang cepat rusak seperti
pabrik roti, maka menggunakan metode LIFO bukanlah pilihan yang tepat.Metode LIFO akan m
enghasilkan nilai persediaan yang lebih besar kalau dihitung dengan metode LIFO. Penggunaan M
etode LIFO Menurut (Hermawan, 2008), Metode LIFO menghasilkan jumlah HPP yang paling tinggi. De
3
William K.Carter, “Akuntasi Biaya,” Gastronomía ecuatoriana y turismo local., 2005.
8
mikian juga dengan jumah laba kotor dan persediaan akhir yang paling rendah. Hal tersebut terjadi karena
biaya yang digunakan untuk membeli paling akhir kurang lebih sama dengan biaya penggantiannya. Peng
gunaan metode LIFO pada masa inflasi akan menghasilkan penghematan pajak penghasilan.
E.
9
etode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor. Hasil perhitungan nilai p
ersediaan dengan menggunakan metode rata-rata selalu berada ditengah-tengah antara perhitungan FIFO
dan LIFO. Metode rata-rata termasuk metode yang praktis untuk digunakan. Penggunaan Metode Rata-rat
a (Average) Menurut (Hermawan, 2008), penggunaan Metode Rata-rata pada masa inflasi akan menghasil
kan jumlah diantara metode FIFO dan LIFO. Jumlah HPP metode rata-rata berada diantara metode FIFO
dan metode LIFO, demikian juga dengan jumlah persediaan akhir dan laba kotor.
Perbadingan Metode Penentuan Biaya Persediaan dan Pengaruhnya terhadap Laporan Keuangan.
Setiap metode penilaian persediaan akan menghasilkan jumlah yang berbeda untuk :
3) laba kotor.
Berikut ilustrasinya pada laporan laba rugi. Jika kita perhatikan pada ilustrasi setiap metode mem
punyai pengaruh terhadap laporan keuangan yaitu laporan laba rugi dan neraca.
Pada laporan laba rugi, harga pokok penjualan dan laba kotor untuk penerapan setiap metode me
nghasilkan nilai yang berbeda. Demikan pada nilai persediaan yang ada pada neraca dimana jika
menggunakan metode FIFO nilai persediaan sebesar Rp 225.000, jika LIFO sebesar Rp 215.000
dan jika metode rata-rata adalah Rp 219.243. Perbandingan Metode Perhitungan Persediaan Men
urut (Hermawan, 2008), perhitungan persediaan dengan Metode FIFO, LIFO dan Average mengg
unakan arus biaya yang berbeda-beda.
10
Apabila biaya per unit tidak berubah dari waktu ke waktu maka ketiga metode akan menghasilka
n jumlah yang sama. Namun karena harga terus berubah maka ketiga metode tersebut akan meng
hasilkan jumlah yang berbeda yaitu :
Menurut (Hermawan, 2008), selain metode FIFO, LIFO dan Average, metode yang lain yang dap
at digunakan untuk menilai persediaan antara lain :
Yaitu metode mana yang lebih rendah antara karga pokok dan harga pasar digunakan apabila terj
adi perubahan nilai persediaan yang lebih rendah daripada biaya pembelian awal. Hal ini terjadi
11
pada bisnis-bisnis yang berbasis teknologi atau yang terkait dengan mode atau tren. Menurut met
ode ini, persediaan dicatat atas dasar harga perolehan atau harga pasar, tergantung mana yang leb
ih rendah. Harga pasar yang dimaksud diukur dengan harga pengganti barang yaitu harga untuk
mengganti persediaan yang bersangkutan dengan membeli atau memproduksi kembali.
Menurut metode ini, penilaian harga barang ditentukan dengan nilai realisasi bersih. Nilai realisa
si barang dapat turun nilainya karena barang telah rusak, ketinggalan jaman atau usang, sehingga
dijual dibawah harga pokok barang. Bila terjadi demikian maka barang tersebut harus dinilai ses
uai dengan nilai realisasi bersih, yakni nilai yang terealisasi dikurangi dengan biaya-biaya yang d
ikenakan.
2. Pengestimasian Persediaan
Pada keadaan tertentu, perusahaan perlu melakukan pengestimasian persediaan apabila tidak me
mungkinkan untuk melakukan pencatatan persediaan secara perpetual atau melakukan perhitung
an secara fisik. Misalnyaperusahaan tidak berkenan untuk melakukan perhitungan fisik tetapi ing
in menyusun laporan keungan bulanan atau terjadinya bencana alam (kebakaran) yang menghanc
urkan persediaan dan harus diestimasikan kerugian yang ditanggung. Menurut (Hermawan, 200
8) pada kondisi ini perusahaan dapat menggunakan metode estimasi persediaan yakni :
Penerapan metode ini dilakukan dengan menggunakan prosentase laba kotor terhadap penjualan
untuk mengestimasikan persediaan akhir. Hal ini dilakukan guna proses penyusunan laporan keu
angan bulanan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1) Menghitung harga pokok penjualan
dengan rumus penjualan bersih dikurangi estimasi laba kotor. 2) Menghitung harga pokok persed
iaan akhir dengan rumus barang siap untuk dijual dikurangi harga pokok penjualan. 2. Metode H
arga Eceran (Retail Method) Metode ini diterapkan pada perusahaan retail seperti AlfaMart, Hyp
ermarket, Matahari atau retail lainnya yang memiliki ribuan jumlah barang. Untuk dapat menggu
nakan metode ini perusahaan harus mengetahui catatan yang menunjukkan harga perolehan bara
ng yang tersedia untuk dijual dan harga ecerannya (harga jual).
12
Menentukan estimasi harga perolehan persediaan akhir :
3. Metode Penelitian
1. Observasi (Observation) Memperoleh data penelitian dengan cara melihat secara langsung ke
objek yang diteliti yaitu PT. Harapan di Bandar Lampung.
2. Wawancara (Interview) Memperoleh data melalui wawancara dan melakukan tanya jawab seca
ra langsung kepada narasumber untuk mendapatkan data tentang persediaan.
3. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Memperoleh data melalui sumber literatur seperti
membaca buku literatur serta tulisan yang relevan yang berhubungan dengan teori Persediaan da
n teori yang mendukung isi penulisan.
A. Analisis Kualitatif
PT. Harapan adalah perusahaan yang bergerak dibidang penjualan Gas Elpiji 12 Kg yang berloka
si di Bandar Lampung. Apabila perusahaan menggunakan analisa kualitatif maka perusahaan dap
at melakukan analisis melalui data penelitian yang diperoleh melalui dokumen kuesioner, dokum
en wawancara, data dari buku atau data dari web. Selama tahun 2015, persediaan awal barang da
gangan Rp 459.600.000, pembelian Rp 7.946.645.000, Penjualan Rp 8,004,245,000, persediaan a
khir barang dagangan Rp 402.000.000.
B. Analisis Kuantitatif
Apabila perusahaan menggunakan metode analisis kuantitatif maka perusahaan dapat melakukan analisis
setelah semua data-data terkumpul. Selama tahun 2015, persediaan akhir barang dagangan sebanyak 14.6
00 tabung elpiji. Sedangkan nilai persediaan akhir barang dagangan Rp 402.000.000.PT. Harapan menggu
nakan Metode FIFO untuk menghitung persediaan akhir barang dagangan.
13
Ap
abi
la
per
usa
ha
an
me
ng
gu
na
ka
n
Me
tod
eF
IF
O
ma
ka
nil
ai
per
sed
iaan akhir Rp 402.000.000. Sedangkan jika perusahaan menggunakan metode Average maka nila
i persediaan akhir Rp 403.413.000. Selisih antara metode FIFO dan metode Average sebesar Rp
1.413.000. Adapun perhitungan harga pokok penjualan apabila Perusahaan menggunakan Metod
e FIFO sebagai berikut :
Adapun perhitungan harga pokok penjualan apabila Perusahaan menggunakan Metode AVERA
GE sebagai berikut:
14
Persediaan akhir Rp 403,413,000 (-)
Harga pokok penjualan Rp 8.002.832.000
Soal 1 :
PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018 adalah seba
gai berikut.
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga 2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000 10 Maret Pembeli
an 300 unit Rp.10.000 5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000 7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000
21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000 18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000 20 Nov Penjualan 2
00 unit Rp.17.000 10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000
Diminta :
1. Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan Average.
2. Hitunglah HPP dan Laba Kotor.
Jawab :
1.FIFO (masuk pertama keluar pertama)
15
2.LIFO (masuk terakhir keluar pertama)
3.
R
at
a-
r
at
a
(a
v
e
r
a
g
e)
4.
H
a
r
g
a
P
o
kok Penjualan
A.Sistem Periodik
16
FIFO LIFO Rata-rata Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000 Pembelian 8.600.000 8.600.
000 8.600.000 Barang tersedia utk dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000 Persediaan akhir (3.4
00.000) (2.800.000) (3.120.000) Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.600.000 7.280.000
B.Sistem Perpetual
FIFO LIFO Rata-rata Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000 Pembelian 8.600.000 8.600.
000 8.600.000 Barang tersedia utk dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000 Persediaan akhir (3.4
00.000) (2.900.000) (3.224.000) Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.500.000 7.176.000
5.Laba Kotor
A. Sistem Periodik
FIFO LIFO Rata-rata Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000 Harga Pokok Penjualan (7.00
0.000) (7.600.000) (7.280.000) Laba Kotor 4.500.000 3.900.000 4.220.000
B. Sistem Perpetual
FIFO LIFO Rata-rata Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000 Harga Pokok Penjualan (7.00
0.000) (7.500.000) (7.176.000) Laba Kotor 4.500.000 4.000.000 4.324.000
Soal 2 :
Berikut adalah transaksi PT. Dipa Jaya selama Bulan Juli 2017.
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga 1 Juli Persediaan awal 100 unit Rp.10.000 5 Juli Pembelian
500 unit Rp.12.000 12 Juli Pembelian 100 unit Rp.15.000 22 Juli Penjualan 300 unit Rp.25.000 2
7 Juli Pembelian 100 unit Rp 20.000 30 Juli Penjualan 50 unit Rp.30.000
Diminta:
17
1.Tentukan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan (HPP) dan laba kotor, Bila di asumsikan perusah
aan menggunakan Sistem periodik FIFO dan Sistem Perpetual LIFO.
Jawab:
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga (Rp.) 1 Juli Persediaan awal 100 unit @ Rp.10.000 1.000.00
0 5 Juli Pembelian 500 unit @ Rp.12.000 6.000.000 12 Juli Pembelian 100 unit @ Rp.15.000 1.50
0.000 27 Juli Pembelian 100 unit @ Rp 20.000 2.000.000 800 unit 10.500.000
18
Nilai persediaan (harga) yang tersedia untuk dijual — nilai persediaan (harga) unit akhir
3. Laba Kotor:
Soal 3 :
Diminta :
A. Metode Perpetual & Periodik: FIFO, LIFO, AVERAGE
B. Harga jual Rp.30.000
C. Barang tidak laki sebanyak 200 unit
D. Analisis metode yang paling sesuai dalam menentukan nilai laba
A. PERPETUAL
Tanggal Keterangan Unit Harga Perolehan
10 Maret Persediaan Awal 800 10.000
14 Maret Penjualan 200 12.000
18 Maret Penjualan 300 12.000
20 Maret Pembelian 500 11.000
24 Maret Penjualan 200 13.000
29 Maret Pembelian 900 12.000
1. FIFO
Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Tgl
Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total
10 800 10.000 8.000.000
19
14 200 10.000 2.000.000 600 10.000 6.000.000
18 300 10.000 3.000.000 300 10.000 3.000.000
20 500 11.000 5.500.000 300 10.000 3.000.000
500 11.000 5.500.000
24 200 10.000 2.000.000 100 10.000 1.000.000
500 11.000 5.500.000
29 900 12.000 10.800.000 100 10.000 1.000.000
500 11.000 5.500.000
900 12.000 10.800.000
2. LIFO
Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Tgl
Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total
10 800 10.000 8.000.000
14 200 10.000 2.000.000 600 10.000 6.000.000
18 300 10.000 3.000.000 300 10.000 3.000.000
20 500 11.000 5.500.000 300 10.000 3.000.000
500 11.000 5.500.000
24 200 11.000 2.200.000 300 10.000 3.000.000
300 11.000 3.300.000
29 900 12.000 10.800.000 300 10.000 3.000.000
300 11.000 3.300.000
900 12.000 10.800.000
3. BIAYA RATA-RATA
Tg Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
l Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total
10 800 10.000 8.000.000
14 200 10.000 2.000.000 600 10.000 6.000.000
18 300 10.000 3.000.000 300 10.000 3.000.000
20 500 11.000 5.500.000 800 10.625 8.500.000
24 200 10.625 2.125.000 600 10.625 6.375.000
29 900 12.000 10.800.000 900 11.450 10.305.000
20
*Setiap pembelian dihitung harga baru (Harga Perolehan)
A. PERIODIK
1.FIFO
2. LIFO
21
300 Unit x 10.000 = 3.000.000
300 Unit x 11.000 = 3.300.000
900 Unit x 12.000 = 10.800.000
1.500 Unit = 17.100.000
Besarnya harga pokok perolehan sebanyak 700 Unit:
500 Unit x 10.000 = 5.000.000
200 Unit x 11.000 2.200.000
700 Unit = 7.200.000
Besar Harga Pokok Penjualan di atas dapat juga dihitung dengan cara biasa:
= Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual – Harga Pokok Persediaan Akhir
= 24.300.000 – 17.100.000
= 7.200.000
3. BIAYA RATA-RATA
Dengan menggunakan data ilustrasi yang sama, maka besarnya harga pokok rata-rata tertimbang
dari 2.200 unit yang tersedia untuk dijual adalah :
B. PERFETUAL
1. FIFO
22
Penjualan 21.000.000
Harga Pokok Perolehan 7.000.000
2. LIFO
Penjualan 21.000.000
Harga Pokok Perolehan 7.200.000
3. BIAYA RATA-RATA
Penjualan 21.000.000
Harga Pokok Perolehan 7.125.000
Laba Kotor 13.875.000
C. PERIODIK
1. FIFO
2. LIFO
23
200 Unit x 10.000 = 2.000.000
Besarnya harga pokok perolehan sebanyak 2000 unit :
600 Unit x 10.000 = 6.000.000
500 Unit x 11.000 = 5.500.000
900 Unit x 12.000 = 10.800.000
= Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual – Harga Pokok Persediaan Akhir
= 24.300.000 – 2.000.000
= 22.300.000
3. BIAYA RATA-RATA
Dengan menggunakan data ilustrasi yang sama, maka besarnya harga pokok rata-rata tertimbang
dari 2.200 unit yang tersedia untuk dijual adalah :
24
Metode yang paling sesuai menentukan nilai laba adalah metode FIFO. Karena mudah dipahami,
meminimalisir pemborosan dan laporan keuangan sulit untuk dimanipulasi.
Melalui metode perpetual LIFO kita dapat mengetahui hal-hal berikut ini :
Nilai persediaan akhir Rp. 5.600.000 Harga Pokok penjualan Rp. 4.900.000 Laba kotor = Rp. 9.0
00.000 — Rp. 4.900.000= Rp. 4.100.000
PD Abadi adalah sebuah perusahaan dagang yang melakukan pencatatan berdasarkan sistem per
petual. Berikut ini transaksi PD Abadi selama bulan Juli 2015
o 2. Juli. Membeli sejumlah barang dagang dari PD Jaya Rp 3.000.000,00 dengan syar
at 2/10 n/30 dan beban angkut sebesar Rp.200.000,00
o 5 Juli. Membeli barang dagang dari PD Sejahtera Rp 5.000.000,00 dengan syarat 2/1
5 n/30
25
o 6 Juli. Mengembalikan barang dagang yang telah dibeli dari PD Sejahtera karena rus
ak sebesar Rp 500.000,00
o 10 Juli. Menjual barang dagang pada PD Ceria sebesar Rp.6.000.000,00 (harga poko
k Rp 4.500.000,00) dengan syarat pembayaran 2/10 n/30 dan beban angkut sebesar
Rp 200.000,00
o 11 Juli. Membeli barang dagang dari PD Jaya Rp 5.000.000,00 dengan syarat 2/10 n
/30 dan beban angkut sebesar Rp.500.000,00
o 15 Juli. Membayar hutang pada PD Jaya atas faktur tanggal 2 Oktober 2015
Diminta:
26
27
A.Jurnal Metode Perpetual
Pembelian barang dagangan secara kredit sebesar Rp 600.000.
2. Hutang 75.000
3. Piutang 450.000
Penjualan 450.000
(penjualan kredit)
Piutang 36.000
28
Dari hal tersebut diatas dapat kita sebutkan bahwa pada metode perpetual :
1. Pada Jurnal pembelian rekening yang didebet adalah rekening “persediaan barang dagangan”.
2. Pada jurnal penjualan, ada satu jurnal tambahan untuk mencatat pembebanan harga pokok bar
ang yang dijual, yaitu di debet rekening “harga pokok penjualan dan kredit “Persediaan barang d
agangan”.
Dengan demikian harga pokok penjualan akan menampilkan harga pokok barang-barang yang di
jual. Selisih persediaan tidak termasuk dalam hpp (harga pokok penjualan) tetapi dicatat sendiri.
Sedangkan dalam metode fisik, karena harga pokok dihitung menggunakan metode selisih perse
diaan maka kekurangan atau kelebihan persediaan akan termasuk dalam harga pokok penjualan.
A.Metode Periodik
Metode periodik (periodic inventory system) adalah sistem pencatatan yang akan mencatat transa
ski mutasi pembelian ke dalam akun pembelian yang merupakan akun sementara dan harus dilak
ukan pengecekan fisik terhadap persediaan barang dagang di akhir periode, atau biasa disebut sto
ck opname.Penggunaan metode fisik mengharuskan perusahaan mengadakan perhitungan barang
yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan.Perhitungan persediaan (stock opna
me) dibutuhkan untuk mengetahui jumlah barang yang masih ada di gudang dan untuk dapat dihi
tung harga pokoknya.Dalam metode ini setiap pembelian barang dagang dicatat dalam rekening
pembeian karena setiap mutasi persediaan barang dagang tidak diikuti dalam buku-buku.
Catatan:
29
2.Data diperoleh dari hasil stock opname
Contoh Soal Metode Periodik
Contoh transaksi perusahaan yang pencatatan persediaannya menggunakan sistem periodik.PD.
Dipasena merupakan perusahaan dagang yang menggunakan sistem pencatatan persediaan perio
dik. Persediaan awal barang dagang sebesar Rp. 2.000.000 berikut transaksi bulan Oktober 2015
o 2 Okt. Membeli barang dagang dari PD. Jaya dengan jumlah Rp 3.000.000,00 denga
n syarat 2/10 n/30 dan terdapat beban angkut sebesar Rp.200.000,00
o 6 Okt. Mengembalikan barang dagang yang dibeli dari PD Sejahtera karena rusak se
besar Rp 500.000,00
o 11 Okt. Membeli barang dagang dari PD Jaya sebesar Rp 5.000.000,00 dengan syara
t 2/10 n/30 serta beban angkut sebesar Rp.500.000,00
o 15 Okt. Membayar hutang pada PD Jaya atas faktur tanggal 2 Oktober 2015
Diminta:
30
1.Jurnal transaksi
31
2.
PD. Jaya
Laporan Laba Kotor
Periode Oktober 2015
Penjualan 11.000.000
32
(2.600.000)
Pembelian 13.000.000
13.700.000
Perusahaan melakukan retur penjualan sebesar Rp 36.000 dengan harga pokok Rp 32.000
1. Pembelian 600.000
33
Hutang Dagang 600.000
2. Hutang 75.000
3. Piutang 450.000
Penjualan 450.000
Piutang 36.000
Masalah yang akan timbul dari metode fisik adalah jika ingin menyusun laporan keuangan jangka pendek
(bulanan) maka setiap bulan harus dilakukan perhitungan fisik persediaan barang. Bayangkan waktu yang
dihabiskan jika persediaan yang jumlahnya banyak dan penyusunan laporan keuangan juga akan terlamba
t.Tidak dilibatkan mutasi persediaan dalam buku, menjadikan metode ini sangat sederhana pada saat pem
beian atau pada saat mencatat penjualan4.
Perusahaan yang menggunakan sistem persediaan priodik akan mencatat pembelian barang daga
ng, dengan mendebet rekening pembelian yang merupakan rekening sementara, untuk mengump
ulkan seluruh harga pokok barang yang dibeli pada periode tertentu dan pada akhir periode reken
ing ini harus ditutup.Berikut ini adalah table perbedaan sistem periodik dengan perpetual.
4
Mulya, “Memahami Akuntansi Dasar Edisi 2 : Pendekatan Teknis Siklus Akuntansi.”
34
Contoh Soal FIFO:
Masih dengan contoh soal yang sama dengan sebelumnya, pada Harga Pokok Penjualan metode r
ata rata (average method):
UD Maju Jaya yang merupakan sebuah toko yang berdagang menjual beras pada tanggal 1 April
mempunyai persediaan sejumlah 1 kwintal (100 kg) beras senilai Rp 300.000.
Qty Jumlah
Transaksi pada 1 April: Karena persediaan barang pada tanggal 1 April 2015 hanya bersaldo a
wal 100 kgMaka 40 kg dijual menggunakan unit cost
= Rp 3.000
= Rp 120.000
= Rp 180.000
35
Transaksi 10 April:
1.Pembelian barang dagang 30 kg senilai Rp 3.100 per kg, total pembelian : Rp 93.000
60 x Rp 3.000 = Rp180.000
FIFO METHOD
Qty 100 60 30 25 50
Opening Balanc
e
Rp 300.000 180.000 93.000 77.500 157.500
Qty 30 25 40 95
36
Rp 120.000 180.000 15.500 77.500 393.000
Qty 60 30 25 50 65 65
Closing Balanc
e
Rp 180.000 93.000 77.500 157.500 210.000 210.000
Summary
Purchase 95 303.000
37
30-Apr Penjualan 25 4.875 121.875
Rangkuman
Kita bisa mengetahui hasilkan akan sama dengan metode metode sebelumnya, jadi kita lewati saja
transaksi per 10 April 2015.Opening Balance (saldo awal) 60 kg dengan unit cost Rp 3.000Purchase (pem
belian) 30 kg dengan harga Rp 3.100 per kg, jadi total pembelian sebesar Rp 93.000
yang berhasil dijual sebanyak 65 kg, unit cost mana yang digunakan?
LIFO METHOD
Qty 100 60 60 25 50 50
Opening Balance
Rp 300.000 180.000 180.000 77.500 155.000 155.000
Qty 30 25 40 95
U/Pr
Purchase 3.100 3.200 3.250
x
303.00
Rp 93.000 80.000 130.000
0
38
Rp 120.000 93.000 105.000 80.000 398.000
Qty 60 60 50 50 65 65
Closing Balance
157.50
Rp 180.000 180.000 155.000 205.000 205.000
0
Summary :
Purchase 95 303.000
39
FIFO : 210.000
LIFO : 205.000
A.Kajian Perpajakan
Akuntansi Perpajakan bisa memainkan HPP, Harga Pokok Penjualan (COGS) bersifat sangat vita
l pengaruhnya dalam besaran perhitungan pajak. nilai besar kecilnya PPh yang akan di tanggung
nantinya sangat dipengaruhii oleh besaran HPP.
Dengan angka penjualan yang sama, makin besar harga HPP nya, maka laba yang diperoleh sem
akin kecil, dan sudah barang tentu pajak yang harus ditanggung akan makin kecil juga.
Discount atau potongan harga haruslah dihitung dengan semestinya, apabila lupa dalam menghit
ung potongan harga, maka akibatnya pembebanan HPP akan jadi lebih tinggi dari yang semestin
ya. HPP yang lebih tinggi akan mengakibatkan pajak yang dibayarkan tentu lebih rendah, dan ap
abila ditjend pajak tidak mengetahui hal ini, ya bersukurlah, namun apabila ketahuan,makan hal i
ni menjadi koreksi ketika pemeriksaan.
Rp 2.000.
Januari 1 Persediaan 100 Unit Biaya Rp 20.000 Per Unit
000
Rp 1.680.
10 Persediaan 80 Unit Biaya Rp 21.000 Per Unit
000
40
Rp 2.200.
30 Persediaan 100 Unit Biaya Rp 22.000 Per Unit
000
Rp 5.880.
Tersedia untuk dijual 280
000
Sebagai contoh ilustrasi tentang metode penilaian persediaan FIFO dalam sistem persediaan peri
ode, disini akan diberikan contoh ayat jurnal persediaan awal dan pembelian barang dagang pada
bulan Januari 2018 seperti berikut :
Perhitungan fisik yang dilakukan pada tanggal 31 Januari 2018 ternyata ada sisa persediaan seba
nyak 150 unit.Dengan cara memakai metode FIFO, biaya sisa dari persediaan akhir pada akhir pe
riode bersumber dari biaya perolehan yang paling akhir.Biaya 150 unit dalam persediaan per 31 J
anuari 2018 senilai Rp 3.250.000 dari biaya barang tersedia untuk dijual senilai Rp 5.880.000 seh
ingga diperoleh harga pokok penjualan senilai Rp 2.630.000
Setelah itu dengan mengurangkan biaya persediaan per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.250.000 ata
s biaya barang yang tersedia untuk dijual senilai Rp 5.880.000 sehingga hasil yang diperoleh seb
esar Rp 2.630.000. Sehingga akan diperlihatkan seperti tabel dibawah ini:
Persediaan akhir 31 Januari 2018 senilai Rp 3.250.000 asalnya dari biaya perolehan paling akhir.
HPP senilai Rp 2.630.000 asalnya dari biaya persediaan awal serta biaya paling awal.
41
Pada hakikatnya metode LIFO (Last In First Out) maksudnya bahwa persediaan barang yang dite
rima terakhir masuk maka akan dijual pertama, sehingga penilaian perolehan persediaan akhir be
rdasarkan dari nilai perolehan ang pertama (awal) masuk (beli).Sehingga dalam penggunaanya m
etode LIFO dianggap berdampak pada nilai aktiva yanng rendah bagi perusahaan dan cenderunn
g menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah juga.Ketika sudah mulai meneggunakan meto
de persediaan LIFO, sisa biaya persediaan pada akhir periode bersumber dari biaya perolehan pal
ing awal.
Sesuai data seperti contoh metode FIFO diatas, biaya 150 unit dalam persediaan akhir per 31 Jan
uari 2018 akan dihitung seperti berikut:
Dengan Mengurangkan biaya persediaian per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.050.000 berasal dari biaya bar
ang untuk dijual senilai Rp 5.880.000 maka akan diperoleh harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.83
0.000
Persediaan akhir per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.050.000 sumbernya dari biaya perolehan palin
g awal.
Jumlah Harga Pokok Penjualan (HPP) senilai Rp 2.830.000 sumbernya dari biaya persediaan pali
ng akhir.
42
Penggunaan Metode Penilaian Persediaan FIFO
Pada saat metode penilaian persediaan FIFO dipakai selama periode inflasi atau terjadi kenaikan
harga-harga secara umum, biaya unit yang lebih awal akan lebih rendah apabila dibandingkan de
ngan biaya unit yang paling akhir, seperti yang sudah di tunjukkan dalam contoh di atas.
Oleh sebab itu dengan memakai metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi.N
amun, persediaan harus diganti dengan harga yang lebih tinggi dari pada yang diperlihatkan oleh
HPP (Harga Pokok Penjualan).
Ketika sudah mulai meneggunakan metode persediaan LIFO, sisa biaya persediaan pada akhir pe
riode bersumber dari biaya perolehan paling awal.
Sesuai data seperti contoh metode FIFO diatas, biaya 150 unit dalam persediaan akhir per 31 Jan
uari 2018 akan dihitung seperti berikut:
Dengan Mengurangkan biaya persediaian per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.050.000 berasal dari b
iaya barang untuk dijual senilai Rp 5.880.000 maka akan diperoleh harga pokok penjualan (HPP)
sebesar Rp 2.830.000
43
00.000)
Biaya Barang tersedia untuk dijual
Rp 5.880.000 Rp 3.050.000
Persediaan akhir 31 Januari 2018
Harga Pokok Penjualan (HPP) Rp 2.830.000
Persediaan akhir per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.050.000 sumbernya dari biaya perolehan palin
g awal.
Jumlah Harga Pokok Penjualan (HPP) senilai Rp 2.830.000 sumbernya dari biaya persediaan paling akhir.
Persediaan 31 Januari 2018, 150 unit dengan biaya Rp 21.000 per unit = Rp 3.150.000
44
Mrngurangi biaya persediaan per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.150.000 dari biaya barang tersedia
untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan memperoleh harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.
730.000, seperti tabel dibawah ini:
Metode ini pada dasaranya merupakan hasil kompromi antara metode LIFO serta metode FIFO.
Pengaruh kecenderungan harga di dapat dari rata-rata dalam menghitung HPP serta persediaan a
khir.Contoh ilustrasi, urutan biaya unit yang secara keseluruhanya dibalik dengan biaya unit sepe
rti yang disajikan dalam contoh di atas, tentu tidak akan bisa memgpengaruhi harga pokok penju
alan, laba kotor maupun persediaaan akhir yang dilaporkan.
seperti berikut:
Rp 300.00
Januari 1 Persediaan 6 Unit Biaya Rp 50.000 Per Unit
0
Rp 770.00
Maret 20 Persediaan 14 Unit Biaya Rp 55.000 Per Unit
0
Rp 1.240.0
Oktbr 30 Persediaan 20 Unit Biaya Rp 62.000 Per Unit
00
Rp 2.310.0
Tersedia untuk dijual 40
00
Ada 16 unit barang dalam perhitungan fisik persediaan per 31 Desember. Memakai sistem period
ik untuk bisa menentukan persediaan.
45
Selanjutnya hirunglah biaya persediaan tersebut memakai : 1) Metode FIFO, 2) Metode LIFo, 3)
Metode biaya rata-rata.
Jawab Soal :
= Rp 2.310.000 / 40 = Rp 57.750
Kesimpulan :
Pada pembahasan dari ketiga metode tadi arus biaya yang berbeda diasumsikan untuk masing-ma
sing dari tiga metode alternatif biaya persediaan.Coba anda perhatikan kalau biaya unitnya masih
tetap stabil, semua metode akan memperoleh hasil yang sama.
Namun dikarenakan harga kebutuhan yang tidak stabil dan terus berubah-rubah, tiga metode diat
as biasanya akan mendapatkan jumlah yang berbeda untuk :
Laba bersih dan laba kotor untuk periode tersebut Persediaan akhir
Contoh Soal Akuntansi FIFO dan LIFO – METODE PERHITUNGAN PERSEDIAAN FIF
O, LIFO, AVERAGE DENGAN SISTEM PERPETUAL (SOAL & JAWABAN)
PT ABCD mencatat persediaan menggunakan sistem perpetual, berikut adalah data persediaan se
lama bulan Januari 2019 :
Harga
Tanggal Keterangan Unit Total
/ Unit
46
Januari 1 Awal 20 2.500 50.000
DIMINTA :
1. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode FIFO.
2. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode LIF
O.
3. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode AVE
RAGE.
JAWABAN
47
Unit Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total
10 2.300 23.000
10 2.300 23.000
4 2.300 9.200
7 2.700 18.900
7 2.700 18.900
5 2.550 12.750
7 2.700 18.900
10 2.750 27.500
10 2.750 27.500
48
10 2.750 27.500
4 2.900 11.600
= 44.200
= 99.550
HPP = (99.550)
IN OUT SALDO
Tanggal
Uni
Unit Harga Total Unit Harga Total Harga Total
t
10 2.300 23.000
5 2.500 12.500
49
12-Jan-0
9 2.500 22.500 6 2.500 15.000
8
15-Jan-0
7 2.700 18.900 6 2.500 15.000
8
7 2.700 18.900
17-Jan-0
5 2.550 12.750 6 2.500 15.000
8
7 2.700 18.900
5 2.550 12.750
20-Jan-0
5 2.550 12.750 5 2.500 12.500
8
7 2.700 18.900
1 2.500 2.500
23-Jan-0
10 2.750 27.500 5 2.500 12.500
8
10 2.750 27.500
25-Jan-0
3 2.750 8.250 5 2.500 12.500
8
7 2.750 19.250
31-Jan-0
4 2.900 11.600 5 2.500 12.500
8
7 2.750 19.250
4 2.900 11.600
50
Saldo persediaan akhir = 12.500 + 19.250 + 11.600
= 43.350
Harga pokok penjualan = 23.000 + 12.500 + 22.500 + 12.750 + 18.900 + 2.500 + 8.250
= 100.400
HPP = (100.400)
IN OUT SALDO
Tanggal
Unit Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total
51
23-Jan-08 10 2.750 27.500 15 2.689 40.345
= 99.856
HPP = (99.856)
Diminta:
Tentukan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan (HPP) dan laba kotor, jika diasumsikan p
erusahaan memakai sistem periodik FIFO dan sistem perpertual LIFO
Jawab :
52
1. Sistem Periodik FIFO
= Nilai persediaan (harga) yang tersedia untuk dijual – nilai persediaan (harga) unit akhir
Laba Kotor :
53
= 9.000.000 – Rp 4.000.000 = Rp 5.000.000
Melalui metode perpetual LIFO kita bisa mengetahui hal-hal sebagai berikut:
= Rp. 4.100.000
BAB III
KESIMPULAN
Perusahaan lebih tepat jika menggunakan Metode Average daripada metode FIFO dalam menghit
ung nilai persediaan, karena nilai persediaan akhir metode Average lebih besar daripada met
ode FIFO. Metode Average akan memberikan harga pokok penjualan yang lebih rendah dari
pada metode FIFO dan Metode Average akan memberikan laba bersih yang lebih besar jika
54
dibandingkan Metode FIFO. Apabila Perusahaan menggunakan Metode FIFO maka nilai pe
rsediaan akhir barang dagangan lebih kecil daripada metode Average. Metode FIFO akan m
emberikan harga pokok penjualan yang lebih tnggi daripada metode Average dan Metode FI
FO akan memberikan laba bersih yang lebih kecil jika dibandingkan Metode Average. Meto
de FIFO sangat cocok digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang menjual barang yang s
ejenis, cepat kadaluarsa dan model yang cepat berubah5.
Daftar Pustaka
5
Umi Muawanah, konsep dasar akuntansi dan pelaporan keuangan, vol. 6, 2017.
55
56