Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
MANAJEMEN EKONOMI
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Manajemen Pemasaran dengan tema utama ”Membangun Nilai,
Kepuasan, dan Loyalitas Pelanggan”.
Kami mengucapkan terima kasih Bapak I Gede Saka Wiladitya, S.E., M.M.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pemasaran atas bimbingan,
arahan, dan penjelasan yang telah diberikan sehingga kami dapat memahami materi
dengan lebih baik.
Dalam makalah ini, kami akan membahas secara dalam tentang konsep
membangun nilai, kepuasan, dan loyalitas pelanggan, serta strategi yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi para pembaca yang sedang
mempelajari manajemen pemasaran dalam perusahaan.
Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terlibat
yang telah memberi dukungan, informasi, dan inspirasi dalam penyusunan makalah
ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masi jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan di masa
mendatang. Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
para pembaca yang ingin memahami lebih dalam mengenai materi yang dibahas.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................ i
1. 3 Tujuan...................................................................................................................5
A. PELANGGAN ..........................................................................................................6
4.2 Saran...................................................................................................................26
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pada saat ini kemajuan teknologi sangat pesat, sehingga berbagai jenis barang
yang dibutuhkan pelanggan dapat dengan mudah didapatkan. Dengan adanya
berbagai ragam produk tersebut menyebabkan pelanggan harus berfikir kritis
terhadap menentukan pilihan produknya, sehingga produsen berusaha bersaing
untuk merebut minat pelanggan dan pangsa pasar dengan cara yang lebih agresif
dalam melakukan strategi pemasaran. Secara umum semua perusahaan bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, maka kegagalan dalam
melaksanakan kegiatan pemasaran akan membawa akibat-akibat yang cukup fatal
bagi perusahaan.
4
berpindah kepada produk atau jasa perusahaan lain. Kepuasan pelanggan yang di
berikan oleh perusahaan menjadi nilai tersendiri dari pelanggan maka sepatutnya
perusahaan harus tahu betul siapa pelanggan itu, dan harus tahu betul apa yang
mesti dilakukan/diberikan kepada pelanggan?, sehingga pada akhirnya pelanggan
itu akan memberikan konstribusi besar dalam bisnis perusahaan.
1. 2 Rumusan Masalah
1. 3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat dikemukakan tujuan dari makalah ini
Ialah sebagai berikut :
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PELANGGAN
Di dalam era perdagangan bebas dewasa ini, perusahaan dituntut untuk menemukan
dan membangun sistem manajemen yang mampu secara profesional memperhatikan para
pelanggannya. Dua hal yang menjadi pertimbangan utama perusahaan dalam melakukan
pelayanan kepada pelanggan ini adalah pertama karena semakin mahalnya biaya perolehan
pelanggan baru dalam iklim kompetisi yang sedemikian ketat, kedua adalah adanya
kenyataan bahwa tingkat kemampulabaan perusahaan berbanding lurus dengan
pertumbuhan hubungan antara perusahaan dan pelanggan.
Dalam perusahaan yang bergerak di bidang jasa, pelanggan adalah orang yang
menggunakan jasa pelayanan. Dalam dunia perbankan pelanggan diartikan sebagai
pelanggan, pandangan tradisional ini menyimpulkan, bahwa pelanggan adalah orang yang
berinteraksi dengan perusahaan setelah proses produksi selesai, karena mereka adalah
pengguna produk.
Menurut Webster’s 1928 Dictionary dalam Hamdani (2006: 143) pelanggan adalah :
”Seseorang yang beberapa kali datang ke tempat yang sama untuk membeli suatu
barang atau peralatan”.
6
”Pelanggan adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk
atau jasa. Seseorang bisa disebut pelanggan tanpa perlu membeli produk atau
jasa, melainkan cukup hanya mengkonsumsi atau menggunakan produk atau
jasa tersebut.”
Pelanggan tidak bergantung kepada kita, tetapi kita yang bergantung kepadanya.
Pelanggan tidak pernah menganggu pekerjaan kita, sebab dia adalah tujuan dari pekerjaan
kita. Kita tidak melakukan yang baik dengan melayani dia, tetapi justru pelangganlah yang
memberikan kesempatan kepada kita untuk dapat melayani dia. Tidak seorang pun dapat
memenangkan apabila berargumentasi dengan pelanggan, sebab pelanggan adalah orang
yang membawa kita kepada pemenuhan kebutuhannya. Oleh karena itu, adalah pekerjaan
kita untuk dapat memperlakukan pelanggan yang menguntungkan bagi pelanggan dan juga
buat perusahaan kita.
A. Pelanggan Internal
Pelanggan internal atau konsumen internal adalah orang-orang yang terlibat dalam
proses penyediaan jasa atau proses produksi barang, sejak dari perencanaan, penciptaan
jasa atau pembuatan barang, sampai dengan pemasaran dan penjualan dan
pengadministrasian.Mereka itu antara lain adalah jajaran direksi, manajer, pimpinan
bagian, pimpinan seksi, penyelia, dan para pegawai organisasi komersial (perusahaan),
pengurus dan pegawai organisasi non komersial (nirlaba), pegawai pada instansi
pemerintah.
B. Pelanggan Eksternal
Pelanggan eksternal atau konsumen eksternal adalah semua orang yang berada di luar
organisasi komersil atau organisasi non komersil, yang menerima layanan penyerahan
barang atau jasa dari organisasi (perusahaan). Apabila ditinjau dari sisi kegiatan komersil
dan non komersil, pelanggan eksternal tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu:
Penerima layanan yang termasuk kelompok pelanggan dalam kegiatan komersil adalah
sebagai berikut :
7
• Mereka yang berada di pasar konsumen, yaitu para konsumen/pelanggan selaku
pemakai akhir.
• Di pasar produsen/industri, yaitu para produsen yang membeli barang modal untuk
digunakan sebagai alat pengolah dan yang membeli bahan baku untuk diolah
kembali.
• Di pasar pedagang perantara, yaitu para pedagang perantara yang membeli produk
untuk dijual kembali.
• Di pasar pemerintah yaitu, instansi-instansi pemerintah pusat dan daerah yang
membeli produk untuk memenuhi keperluannya.
B. Kelompok pelanggan dalam kegiatan non-komersil
Pelanggan seperti pelanggan bank, pasien rumah sakit, penumpang pesawat, pembeli di
pasar swalayan, pembeli makanan di restoran, tamu hotel, pelanggan bengkel, bisa merasa
tidak puas kalau kebutuhan dan harapannya tidak dipenuhi. Pelanggan akan sangat puas
kalau apa yang dialami lebih baik dari yang diharapkan dan akan kecewa kalau terjadi
sebaliknya.
Dalam perusahaan yang bergerak di bidang jasa, pelanggan adalah orang yang
menggunakan jasa pelayanan. Dalam dunia perbankan nasabah diartikan pelanggan,
pandangan tradisional ini menyimpulkan, bahwa pelanggan adalah orang yang berinteraksi
dengan perusahaan setelah proses produksi selesai, karena mereka adalah pengguna
produk. Sedangkan orang yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi
berlangsung adalah dianggap sebagai pemasok.
Jadi dengan kata lain, pelanggan adalah seseorang yang secara kontinyu dan berulang
kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki
suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut.
8
B. Pengertian Nilai, Kepuasan, dan Loyalitas pelanggan
Kotler (2005:68), menyatakan bahwa “Customer value adalah selisih antara evaluasi
calon pelanggan atas semua manfaat serta semua biaya tawaran tertentu dan alternatif-
alternatif lainnya yang dipikirkan.’’ Definisi yang diungkapkan Kotler menunjukan bahwa
customer value menyangkut manfaat dan pengorbanan, di mana pelanggan akan
membandingkan perolehan dari manfaat dan pengorbanan yang dilakukan. Apabila
manfaat yang dirasakan lebih besar dari pengorbanan maka kemungkinan besa ria akan
memilih nilai tawaran tersebut, begitu pun sebaliknya apabila manfaat yang dirasakan lebih
sedikit dari pengorbanan yang dilakukan maka pelanggan tersebut akan meninggalkan
tawaran perusahaan.
Menurut Zeithaml dan Bitner (2000:441), terdapat empat cara yang tepat bagi
perusahaan untuk menetapkan harga jasa atau produk berdasarkan definisi value di mata
pelanggan, yaitu sebagai berikut :
1. Value is low price. Value adalah harga rendah atau murah. Konsumen
mempersepsikan bahwa suatu produk atau jasa akan bernilai jika menetapkan harga
yang rendah atau murah.
2. Value is everything I want in a service. Value adalah segala sesuatu yang diinginkan
konsumen dalam produk atau jasa. Harga yang ditetapkan bukan merupakan hal
yang utama selama konsumen mendapatkan apa yang diinginkan dari produk atau
jasa yang diterima, sehingga nilai dipersepsikan sebagai kualitas tertinggi dari
produk atau jasa.
3. Value is the quality I get for the price I pay. Value adalah kualitas yang diterima
konsumen dari harga yang dibayarkan. Sebagian konsumen melihat value sebagai
suatu pertukaran yang seimbang antara uang yang dibayarkan dengan kualitas dari
produk atau jasa yang diperoleh.
9
4. Value is all that I get from all that I give. Value ialah apa yang diperoleh dari apa
yang diberikan. Akhirnya konsumen menganggap bahwa segala keuntungan yang
diperoleh seperti uang, waktu, dan usaha dapat menjelaskan arti dari value.
Keempat pengertian value di mata pelanggan tersebut dapat diartikan dalam satu konsep
pengertian ekonomi yang konsisten, value yang diperoleh adalah segala hasil yang didapat
oleh konsumen dari bidang produk atau jasa berdasarkan persepsi dari apa yang diperoleh
dan apa yang diberikan. Persepsi pelanggan dalam menyikapi suatu produk berbeda-beda
dan evaluasi terhadap produk yang dilakukan tidak hanya pada saat memutuskan akan
membeli tapi juga selama penggunaan dan setelah menggunakan produk. Customer value
merupakan bagian akhir dari sistem nilai yang akan menunjukan keberhasilan produsen
dalam memasarkan produk dan jasa kepada konsumen.
Tantangan klasik yang dihadapi oleh pemasar adalah bagaimana membuat produk atau jasa
mereka lebih bernilai bagi konsumen daripada kompetitornya. Apa yang dibutuhkan
pelanggan? Apa yang membuat mereka membeli? Dan apa yang menyebabkan mereka
memilih satu produk atau jasa secara konsisten dari para kompetitornya?
Dihadapkan dengan tantangan seperti ini, Kotler (2005:68) mendefinisikan customer value
melalui faktor-faktor penentu customer value yang meliputi sebundel manfaat serta semua
biaya tawaran tertentu. Faktor penentu tersebut adalah sebagai berikut:
1) Product Value
Product Value yaitu evaluasi pelanggan mengenai seberapa besar keuntungan yang
dapat dinikmati oleh pelanggan terhadap produk yang ditawarkan oleh produsen.
Perusahaan dapat memberikan keuntungan bagi pelanggan melalui fitur,
performasi, konformasi, durabilitas atau masa pakai, tingkat keandalan,
kemudahan dalam perbaikan, model, dan desain.
2) Service Value
Yaitu value yang membedakan suatu produk dengan produk pesaingnya yang
dirasakan pembeli dalam pelayanan yang menyertai pembelian suatu produk atau
jasa. Service value dapat dilihat dalam bentuk proses pelayanan yang diterima oleh
pelanggan, apakah cepat, tepat, memuaskan.
3) Personnel Value
Merupakan ukuran kemampuan, pengetahuan, dan keahlian karyawan dalam
menangani pelanggan. Personnel Value dapat dilihat dari kemampuan
10
berkomunikasi, kecepatan dan ketelitian karyawan menangani pelanggan, serta
kesopanan dan keramahan dari karyawan terhadap pelanggan.
4) Image Value
Merupakan value yang didapat dari persepsi pelanggan terhadap keseluruhan
komponen yang menghasilkan jasa atau reputasi perusahaan di mata konsumen.
Citra bisa didapatkan melalui produk, merek, gedung, lokasi, langganan, dan
sebagainya.
5) Cost Value
Merupakan biaya yang dibayar oleh pelanggan untuk mendapatkan produk atau
jasa.
Cost Value ini meliputi :
a. Biaya moneter, yaitu uang yang dikeluarkan untuk melakukan pembelian
terhadap suatu produk (harga beli).
b. Biaya waktu, yaitu besarnya waktu yang harus dikeluarkan pelanggan untuk
memperoleh suatu produk. Misalnya waktu yang dihabiskan untuk mencapai
lokasi, kecepatan transaksi.
c. Biaya energi, yaitu biaya yang harus dikeluarkan oleh pelanggan untuk
menggunakan produk. Misalnya ongkos perawatan, konsumsi bahan bakar.
d. Biaya fisik, berupa rasa kesal, tidak sabar, atau senagn selama proses
memperoleh servis.
Customer value yang diwakili oleh total produk yang meliputi keseluruhan nilai
dalam suatu produk atau jasa yang kemudian dilempar ke pasar sasaran untuk
kemudian pasar sasaran tersebut melakukan proses pengambilan keputusan
berdasarkan persepsi mereka terhadap nilai yang dirasakan. Produk atau tidak
hanya dibeli atau digunakan terhadap komponen material dan kemampuannya,
namun lebih kepada apa yang dapat dilakukan dan seberapa baik (what it does
and how well it does). Produk tidak hanya mencakup fungsi dari produk tapi hal-
hal lain yang perlu dikedepankan, seperti:
12
Ketiga pendekatan di atas dibutuhkan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan di
mana setiap pelangan mempunyai daur hidup (life cycle) mulai pelanggan sebagai prospek,
pembeli pertama (first time customer), menjadi pembeli tetap (core customer), sampai
akhirnya pindah ke kompetitor (defectors). Hal ini dapat ditunjukan dalam gambar di
bawah ini di mana semakin lama seorang konsumen membeli produk atau layanan,
pendapatan keuntungan yang dapat diperoleh semakin besar. Jika pada tahap awal daur
hidup konsumen sudah pindah ke pesaing, perusahaan akan rugi, karena hilangnya
kesempatan.
Perusahaan perlu melakukan kreasi atau penciptaan nilai yang mampu menarik hati
pelanggan, sehingga pelanggan mau membayar dengan tingkat tarif atau harga yang
menguntungkan bagi perusahaan. Reicheild (1996:3) mengemukakan bahwa “penciptaan
customer value merupakan landasan bagi usaha yang sukses, karena penciptaan nilai
mampu membangun pertumbuhan, laba, dan nilai lebih lainnya.”
Konsumen membeli sesuatu dilakukan berdasarkan kebutuhan tertentu dan mengharapkan
produk tersebut sesuai dengan harapannya. Mereka mengevaluasi beberapa penawaran dan
mengambil keputusan yang terbaik. Konsumen akan mengkonsumsi produk dari
perusahaan yang dalam persepsi mereka menawarkan nilai terantar pada pelanggan
(customer delivered value) paling tinggi. Untuk membantu organisasi bisnis dalam
menciptakan superior customer value Kotler (2000:184) menganjurkan pemilihan untuk
mempertimbangkan salah satu dari lima skenario “generic value strategie” sebagai berikut:
Jadi perusahaan setidaknya harus memiliki dua dari lima dimensi Value Star ( equity,
experience, energy, price, product ), sehingga perusahaan memiliki kekuatan dari
mereknya yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan kompetitor dan untuk dimensi yang
tersisa dari Value Star, diusahakan agar perusahaan memiliki value yang netral (sama
dengan pesaing) agar merek perusahaan tetap ada dalam benak konsumen untuk melakukan
keputusan pembelian.
3.2 Pengertian Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan)
Menurut Philip Kotler serta Lane Keller (2007), Customer Satisfaction dapat diartikan
sebagai perasaan gembira maupun perasaan kecewa dari para konsumen yang muncul, usai
konsumen melakukan perbandingan pada performa dari suatu produk dengan apa yang
diekspetasikan oleh konsumen tersebut.
Cambridge Dictionary mendefinisikan customer satisfaction sebagai kepuasan
pelanggan yang mengacu pada seberapa bahagia seorang pelanggan, ketika mereka
melakukan transaksi bisnis dengan suatu perusahaan maupun pedagang. Apabila pelanggan
merasa puas, maka pelanggan pun akan menjadi konsumen yang loyal serta dapat
meningkatkan citra baik dari bisnis perusahaan.
Secara garis besar, customer satisfaction merupakan ukuran dari tingkat kesenangan
konsumen, usai konsumen menggunakan suatu produk maupun layanan yang disediakan
oleh suatu perusahaan. Kegiatan membeli tersebut, termasuk seluruh aktivitas sebelum,
selama melaksanakan hingga sesudah melaksanakan transaksi jual beli dengan suatu
perusahaan. Customer satisfaction atau dapat kita sebut sebagai CSAT, dapat diartikan pula
sebagai seberapa baik usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan rasa puas
sekaligus berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan ketika melakukan interaksi jual beli.
Faktor kepuasan pelanggan tersebut, sangat penting bagi pelaku usaha. Sebab ketika
pelanggan tidak merasa puas, maka konsumen pun dapat berpaling ke perusahaan atau
penyedia jasa lainnya. Pada dasarnya, tujuan dari suatu bisnis adalah untuk membuat
konsumen merasa puas terhadap barang maupun jasa yang ditawarkan. Tujuan tersebut,
tidak hanya menjadi tujuan bagi perusahaan besar saja, akan tetapi juga untuk perusahaan
kecil, mikro maupun menengah.
14
3.2.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Customer Satisfaction
Kepuasan pelanggan dapat menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan serta
perkembangan bisnis suatu perusahaan. Kepuasan pelanggan tersebut, dapat menjadi
metrik lainnya untuk mengukur kualitas dari produk maupun pelayanan, asumsi, retensi
hingga loyalitas konsumen yang dapat memengaruhi keputusan pelanggan ketika membeli
produk maupun menggunakan jasa yang ditawarkan.
Begitu pula sebaliknya, ketidakpuasan dari pelanggan akan memberikan pengaruh buruk
pada perusahaan maupun bisnis seseorang. Sebab konsumen tidak akan kembali membeli
produk atau jasa ketika mereka memiliki pengalaman yang buruk serta akan menyebarkan
testimoni yang negatif pada suatu brand.
Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi customer satisfaction, berikut
penjelasannya.
15
Konsumen ingin dijawab dan merasa diperhatikan, ketika ia berusaha membeli
barang atau jasa yang ia inginkan. Oleh karena itu, pelayanan pun menjadi salah
satu faktor customer satisfaction. Ketika pelayanan yang diberikan kurang baik,
maka konsumen kebanyakan akan pergi serta kemungkinan dapat memberikan
testimoni buruk mengenai perusahaan.
c. Adanya kenyamanan serta kemudahan ketika melakukan transaksi
Kenyamanan serta kemudahan ketika melakukan transaksi ini menjadi faktor
penting yang memengaruhi customer satisfaction, terutama ketika pelanggan
belanja secara daring. Ketika mencari barang yang ia inginkan sesuai dengan
kriteria dari konsumen, maka konsumen pun akan berharap bahwa proses pencarian
dan membeli barang dapat berjalan dengan lancar, mudah maupun cepat. Beberapa
faktor yang dapat mengurangi kepuasan pelanggan ketika berbelanja secara online,
ialah kecepatan sistem website, user interface yang lebih mudah dimengerti,
kemudahan sistem dalam pembayaran serta kelengkapan dari deskripsi produk.
Selain itu, kenyamanan ketika melakukan transaksi pun menjadi faktor penting bagi
konsumen yang membeli barang atau jasa secara langsung. Contohnya, konsumen
akan senang ketika ia tidak perlu mengantre lama, tempat belanja yang disediakan
oleh perusahaan nyaman serta bersih, mendapatkan pelayanan yang baik serta
ramah dari para petugas dan lain sebagainya.
d. Ketersediaan produk maupun jasa
Selain kualitas produk maupun jasa, ketersediaan produk maupun jasa menjadi
salah satu faktor penentu customer satisfaction. Konsumen akan puas, ketika
barang yang mereka cari dan inginkan tersedia. Sehingga, konsumen tidak perlu
merasa repot karena harus pergi ke tempat lain untuk mencari barang atau jasa
pengganti. Sebaliknya, setiap kali konsumen ingin membeli barang tertentu dan
barang atau jasa yang mereka inginkan selalu kosong, maka konsumen pun akan
merasa kecewa atau kesal karena ketersediaan produk yang ada selalu tidak
lengkap.
e. Harga produk yang bersaing di pasar
Harga merupakan salah satu faktor penting dalam transaksi bisnis. Pelanggan akan
bersedia membayar harga yang mahal, apabila produk yang ditawarkan oleh
perusahaan memiliki kualitas sebanding atau tinggi. Akan tetapi pelanggan pun
akan merasa senang ketika perusahaan menawarkan potongan harga maupun
promosi lainnya. Oleh karena itu, ketika perusahaan menawarkan produk dengan
16
harga mahal, namun kualitas produk tidak sebanding atau bahkan buruk, maka
konsumen pun akan merasa kecewa. Selain itu, pelanggan pun akan kecewa ketika
perusahaan menawarkan suatu produk maupun jasa dengan potongan harga yang
cukup besar, namun kualitas produk sangat buruk. Ada baiknya, ketika melakukan
cuci gudang atau diskon besar-besaran, perusahaan perlu secara jujur memberikan
deskripsi dari produk yang mereka sale. Sehingga, konsumen tidak akan merasa
kecewa sebab, deskripsi produk secara telah tercantum secara detail.
f. Teknologi
Dunia bisnis mampu berkembang secara pesat, berkat kemajuan teknologi. Dengan
adanya kemajuan teknologi, saat ini banyak perusahaan yang melakukan penjualan
atau menaikan penjualan dengan cara digital marketing. Bahkan saat ini, karena
kemudahan tersebut tidak hanya perusahaan besar saja yang menggunakan digital
marketing. Akan tetapi, toko kecil, perusahaan mikro maupun menengah pun juga
melakukan digital marketing berkat kemudahan teknologi. Oleh karena itu, saat ini
kebanyakan konsumen pun akan berharap bahwa semua toko baik itu kecil, mikro
atau menengah, memiliki akses pada teknologi agar dapat mempermudah transaksi
dalam berbisnis. Akses tersebut, bisa berupa layanan pesan, sosial media hingga
website khusus toko yang proporsional. Kepuasan pelanggan atau customer
satisfaction ini juga telah menjadi bagian dari integral dalam visi, misi, tujuan,
positioning statement, hingga slogan yang beraneka ragam dalam perusahaan.
17
• Meningkatkan brand awareness serta citra baik dan reputasi yang dimiliki oleh
brand.
• Membuat pelanggan memberikan testimoni yang jujur serta baik mengenai produk
dan layanan toko.
• Mengurangi risiko pelanggan kabur, usai melakukan transaksi pertama.
• Dapat meningkatkan pendapatan, karena pelanggan akan terus kembali.
• Memudahkan promosi, karena pelanggan yang merasa puas akan
merekomendasikan toko secara sukarela pada orang lain.
18
telah terkonsep dalam pikirannya. Harapan tersebut muncul dari produk atau jasa yang teah
diterima sebelumnya (pengalaman) serta berita dari mulut ke mulut yang sampai pada
pelanggan. Penilaian tersebut akan menimbulkan kepuasan dan ketidakpuasan. Pelanggan
akan merasa puas jika kualitas yang diberikan telah sesuai atau bahkan melebihi harapan
pelanggan. Namun sebaliknya jika kualitas produk atau jasa yang diberikan kurang atau
berada di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Konsumen yang loyal biasanya
memiliki peran besar dalam perkembangan perusahaan, mereka biasanya memberikan ide
atau saran kepada perusahaan agar produk lebih berkualitas dan baik dan pada akhirnya
mereka tidak akan begitu mempermalahkan harga karena mereka percaya pada produk dan
kualitas yang dimiliki perusahaan.
Pada umumnya perusahaan memfokuskan diri untuk mencari pelanggan baru sebanyak-
banyaknya, sedangkan usaha untuk memberdayakan pelangan lama kurang diperhatikan.
Padahal biaya untuk mencari pelanggan baru lebih besar daripada biaya untuk
mempertahankan pelanggan lama dan menjadikannya sejati. Pelanggan yang merasa puas
dengan saja belum menjamin pelanggan akan loyal karena, seperti dilaporkan Harvard
Business Schooll Review, tiap tahun 15% – 40% dari pelanggan yang semula puas
kemudian beralih ke pesaing. Dengan kata lain, kepuasan tidak lantas berarti loyalitas.
Loyalitas ditunjukan oleh aksi yang dilakukan pelanggan tanpa ada keterpaksaan dan
tekanan dari pihak manapun. Sikap loyal tersebut merupakan tujuan akhir dari perusahaan
dalam membina pelanggan. Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan
dalam meningkatkan laba dan prospek prusahaan di masa datang.
Selanjutnya Griffin (2003:31) menyebutkan karakteristik atau sikap yang dilakukan oleh
pelanggan yang loyal, yaitu:
19
3. Mereferensikan kepada orang lain
Pelanggan yang loyal akan menunjukan sikap penolakan terhadap produk atau
jasa lainnya karena telah menaruh kepercayaan dan merasa menjadi bagian dalam
perusahaan tersebut.
4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing
Pelanggan yang loyal tidak akan tertarik pada promosi atau bentuk tawaran yang
diberikan perusahaan lain.
Pada tahap ini, hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan pelanggan
terbatas pada transaksi, pelanggan masihmempertimbangkan produk dan harga.
Apabila penawaran produk danharga yang dilakukan pesaing lebih baik, maka
mereka akanberpindah.
b. The Relationship
Pada tahapan ini tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dengan
pelanggan. Loyalitas yang terbentuk tidak lagi didasarkan pada pertimbangan
harga dan produk, walaupun tidak ada jaminan konsumen akan melihat produk
pesaing, selain itu pada tahap ini terjadi hubungan saling menguntungkan bagi
kedua belah pihak.
c. The marriage
Pada tahapan ini hubungan jangka panjang telah tercipta dan keduanya tidak dapat
dipisahkan, loyalitas terbentuk akibat adanya tingkat kepuasan yang tinggi. Pada
tahapan ini pelanggan akan terlibat secara pribadi dengan perusahaan dan loyalitas
tercipta seiring dengan kepuasan terhadap perusahaan dan ketergantungan
pelanggan. Tahapan marriage yang sempurna diterjemahkan ke dalam advocate
customer yaitu pelanggan yang merekomendasikan produk perusahaan kepada
orang lain dan memberikan masukan kepada perusahaan apabila terjadi ketidak
puasan.”
20
Tahapan loyalitas tersebut sebanding dengan customer lifetime value. Customer lifetime
value adalah profit yang dihasilkan oleh masing-masing pelanggan dalam waktu tertentu.
Semakin lama seseorang menjadi pelanggan, maka semakin besar kontribusi pelanggan
tersebut bagi perusahaan. Oleh karena itu kebijakan pemasaran yang diterapkan harus dapat
mempertahankan pelanggan dalam jangka waktu panjang. Lifetime dapat digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan penetapan strategi
pemasaran. Fokus utama perusahaan pada tahapan mendapatkan pelanggan baru dengan
cara membuat data base pelanggan lama sehingga perusahaan dapat membuat profil
pelanggan sebagai acuan mendapatkan pelanggan baru, dengan melakukan berbagai riset.
Selanjutnya, pada tahapan kedua, strategi yang dilakukan perusahaan adalah Customer
Retention, yaitu mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan menjalin hubungan
jangka panjang. Kemudian pada tahap ketiga strategi yang dilakukan perusahaan adalah
Strategic customer care, yaitu memperhatikan pelanggan dengan melakukan berbagai
pendekatan dan merancang program khusus untuk merebut kembali pelanggan yang telah
pergi atau beralih ke pesaing.
Griffin (2003:22) membagi loyalitas ke dalam empat jenis loyalitas yang berbeda
berdasarkan keterikatan rendah dan tinggi yang diklasifikasi-silang dengan pola pembelian
ulang yang rendah dan tinggi.
21
“karena kami selalu menggunakannya” atau “karena sudah terbiasa”. Dengan kata
lain, faktor nonsikap dan faktor situasi merupakan alasan utama membeli. Pembeli
ini merasakan tingkat kepuasan tertentu dengan perusahaan atau minimal tiada
ketidakpuasan yang nyata. Loyalitas jenis ini paling umum terjadi pada produk
yang sering dibeli. Pembeli ini rentan beralih ke produk pesaing yang dapat
menunjukan manfaat yang jelas.
3) Loyalitas tersembunyi (latent loyalty)
Tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pebelian berulang
yang rendah menunjukan loyalitas tersembunyi (latent loyalty). Pada jenis ini
pelanggan dipengaruhi oleh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan
pembelian berulang.
4) Loyalitas premium
Jenis loyalitas premium terjadi apbila ada tingkat keterikatan yang tinggi dan
tingkat pembelian ulang yang juga tinggi. Pada tingkat preferensi paling tinggi
tersebut, orang bangga karena menemukan dan menggunakan produk tertentu dan
senang membagi pengetahuan mereka dengan rekan dan keluarga. Para pelanggan
ini menjadi pendukung vokal produk atau jasa tersebut dan selalu menyarankan
orang lain untuk membelinya.”
Sebuah produk dikatakan mempunyai nilai yang tinggi di mata pelanggan apabila
mampu memberikan kualitas, manfaat dan pengorbanan yang seminimal
mungkin. Semakin baik nilai bagi pelanggan yang diberikan oleh perusahaan,
maka pelanggan semakin merasa puas terhadap produk tersebut. Hal ini berarti
nilai bagi pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
pelanggan.
22
yang diterima pelanggan akan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha, oleh
karena persepsi dan harapan sesuai. Jika persepsi pelanggan setelah melakukan
transaksi ternyata tidak sesuai dengan harapan, maka pelanggan akan kecewa dan
tidak mengulang transaksinya kembali dan sebaliknya.
25
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Asari, M., & Rubiah, S. (2017). PENGARUH KEPERCAYAAN DAN IMAGE TERHADAP
KEPUASAN NASABAH PADA BANK PEMERINTAH (STUDI KASUS PADA
MAHASISWA STIE IPWIJA JAKARTA). Jurnal Pengembangan Wiraswasta, 18(3), 233-
242.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2013). Marketing Management (Fourteenth). Pearson Education
Limited.
27