Anda di halaman 1dari 27

SKRIPSI

TEKNIK RADIOTERAPI VOLUMETRIC MODULATED ARC THERAPY


(VMAT) PADA KASUS KANKER SERVIKS DI DEPARTEMEN ONKOLOGI
RADIASI MRCCC SILOAM SEMANGGI PADA TAHUN 2024

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kesehatan (S.Tr.Kes)


pada Program Studi Teknologi Radiologi Pencitraan

Oleh :

GRESYA YOLANDA SARI BR BARUS

NIM :022306157

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN
AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI BALI
(ATRO BALI)
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “TEKNIK
RADIOTERAPI VOLUMETRIC MODULATED ARC THERAPY (VMAT) PADA
KASUS KANKER SERVIKS DI DEPARTEMEN ONKOLOGI RADIASI MRCCC
SILOAM SEMANGGI PADA TAHUN 2024”.

Adapun skripsi ini disusun dan disajikan dalam rangka memperoleh

gelar Sarjana Terapan Kesehatan (S.Tr.Kes) pada Program Studi Teknologi

Radiologi Pencitraan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan

dan saran-saran dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan

dengan tulus yang sebesar-besarnya ditunjukkan kepada :

1. Yth. Dr. Ir. I Wayan Adnyana, S.H., M.Kn. selaku Ketua Yayasan

Pendidikan Usadha Teknik Bali yang menaungi kampus ATRO Bali.

2. Yth. Dr. I Bagus Gede Dharmawan, Sp. Rad selaku Direktur Akademi

Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali.

3. Yth. Anak Agung Aris Diartama, M.Tr.ID selaku dosen pembimbing I

dalam penyelesaian proposal ini.

4. Yth. selaku dosen pembimbing II dalam penyelesaian proposal ini.

5. Yth. Para Dosen dan Staf Akademi Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi Bali.
6. Teristimewa Kepada kedua Orang Tua saya (Andarius Barus dan Topan Klara) serta

adik-adik saya (Yesica Arta Mevia dan Lyiora Helgarius) serta Kekasih Tercinta

( Wafi Zaidan ) atas segala doa, dukungan, kasih sayang, dan perhatian yang selalu

diberikan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan sampai penyelesaian

skripsi ini.

7. Kepada semua pihak yang membantu saat perkuliahan, teman mahasiswa/i

Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Mengingat keterbatasan waktu, tempat, maupun kemampuan penulis dalam

menyusun Skripsi, penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih banyak

kekurangan dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga akan lebih

baik lagi pada masa yang akan datang.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, berharap Tuhan Yang Maha Esa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya pada kita semua. Semoga Skripsi ini dapat

bermanfaat dikemudian hari bagi seluruh pembaca, khususnya bagi penulis dan

Mahasiswa/i Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali.

Denpasar,

Gresya Yolanda Sari Br Barus


Nim : 022306157
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

kanker sebagai penyebab kematian utama di seluruh dunia. Berdasarkan perkira


an WHO pada tahun 2019, kanker menempati peringkat pertama atau kedua sebagai
penyebab kematian sebelum usia 70 tahun di sebagian besar negara. Hal ini menunju
kkan bahwa kanker memiliki dampak yang signifikan terhadap harapan hidup dan ke
sehatan populasi global (1).

Penurunan signifikan dalam tingkat kematian akibat penyakit lain seperti stroke
dan penyakit jantung koroner, relatif terhadap kanker, juga menyoroti peran kanker
sebagai masalah kesehatan global yang semakin mendominasi. Karena faktor-faktor s
eperti penuaan populasi, pertumbuhan populasi, dan perubahan pola hidup, prevalen
si kanker dan tingkat kematian akibat kanker terus meningkat di seluruh dunia (1).

Kanker serviks, juga dikenal sebagai kanker leher rahim, merupakan salah satu
masalah kesehatan global yang signifikan, terutama bagi populasi wanita di seluruh d
unia. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pa
da wanita di berbagai negara, khususnya di wilayah sub-Sahara Afrika, Melanesia, A
merika Selatan, dan Asia Tenggara. Setiap tahun, kanker serviks menyebabkan ribua
n kematian di seluruh dunia. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
diperkirakan ada sekitar 604.000 kasus baru kanker serviks dan sekitar 342.000 kem
atian akibat penyakit ini pada tahun 2020 (2,3).
serviks disebabkan oleh infeksi Human papillomavirus (HPV), yang dapat ditular
kan melalui kontak seksual (4). Faktor risiko lainnya termasuk merokok, memiliki ba
nyak pasangan seksual, sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan riwayat paparan ter
hadap zat karsinogenik(5).merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya kanker s
erviks. Meskipun demikian, kanker serviks dapat dicegah melalui langkah-langkah pe
ncegahan yang efektif, seperti vaksinasi HPV dan skrining kanker serviks. Selain itu, s
krining rutin, seperti tes Pap smear dan tes HPV, sangat penting untuk mendeteksi pe
rubahan sel-sel serviks yang abnormal pada tahap awal, sehingga tindakan dapat dia
mbil sebelum menjadi kanker(7).
Meskipun kanker serviks dapat dicegah dan diobati jika terdeteksi secara dini, ti
ngkat kematian masih tinggi di beberapa negara, terutama di wilayah-wilayah di man
a akses terhadap layanan kesehatan terbatas dan kesadaran akan pentingnya skrinin
g rendah. upaya pencegahan telah diambil, implementasi program vaksinasi HPV dan
skrining kanker serviks belum merata di seluruh dunia. Negara-negara berpenghasila
n rendah dan menengah, terutama di wilayah-wilayah yang terpinggirkan, sering kali
menghadapi tantangan dalam melaksanakan program-program pencegahan ini karen
a keterbatasan sumber daya, aksesibilitas, dan infrastruktur kesehatan yang memada
i. Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya global yang meningkat untuk memperlu
as akses terhadap vaksinasi HPV dan skrining kanker serviks, terutama di negara-neg
ara dengan tingkat insiden dan mortalitas kanker serviks yang tinggi. Namun, masih
ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan eliminasi kanker
serviks secara global (8).

Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang masalah kanker serviks, faktor ris
iko yang terkait, tantangan dalam pencegahan, serta langkah-langkah yang diperluka
n untuk meningkatkan akses terhadap pencegahan dan pengobatan sangatlah pentin
g untuk memerangi penyakit yang mematikan ini di seluruh dunia. Dengan langkah-l
angkah pencegahan yang tepat dan penerapan program-program yang efektif, elimin
asi kanker serviks menjadi tujuan yang dapat dicapai di masa depan.

Radioterapi adalah pengobatan kanker yang menggunakan radiasi dosis tinggi


untuk membunuh sel kanker atau mengecilkan tumor(9).

Prinsip radioterapi adalah memberikan dosis radiasi yang mematikan tumor pada
daerah yang telah ditentukan (volume target) sedangkan jaringan normal sekitarnya
mendapat dosis seminimal mungkin. Pemberian radiasi eksterna pada kanker
payudara perlu memperhatikan letak kanker atau daerah penyebaran kanker
terhadap OAR (10).

Penggunaan teknik modulasi intensitas yang saat ini direkomendasikan untuk


radioterapi eksternal kanker serviks diantaranya Intensity Modulated Radiation
Therapy(IMRT) dan Volumetric Modulated Rapid Arc Therapy (VMAT),karena dapat
menyebabkan penurunan toksisitas akut yang signifikan(11). VMAT memungkinkan
gerakan gantry,MLC,dan laju dosis secara simultan menggunakan busur yang
termodulasi dinamis,sehingga dapat menjaga organ kritis yang berada di dekat
target(12).

VMAT menggunakan inverse planning sebagai metode perencanaannya(13) jika


perbandingan dengan Intensity Modulated Radiation Therapy(IMRT),VMAT memiliki
durasi pengobatan yang lebih singkat dan monitor unit (MU) yang lebih sedikit.VMAT
dapat memberikan dosis fraksi dalam satu putaran untuk target berbentuk
kompleks,yang diperlukan lebih dari satu rotasi untuk menghasilkan hasil yang
setara dengan IMRT(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai


berikut “ Bagaimana Penggunaan Teknik Radioterapi Volumetric Modulated Arc
Therapy (VMAT) pada kasus Kanker Serviks ?”

C. Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian yang diteliti adalah penyinaran radiasi pada kasus
kanker serviks dengan meneliti prosedur radioterapi menggunakan Teknik
Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT).

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis penyinaraan kasus kanker serviks pada Teknik
Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT) di Departemen Radioterapi MRCCC
Siloam Semanggi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis persiapan pasien,alat,dan bahan radioterapi pada kasus
kanker serviks dengan teknik Volumetric Modulated Rapid Arc Therapy (VMAT)
di Departemen Radioterapi MRCCC Siloam Semanggi.
b. Mengevaluasi prosedur pelaksanaan radiasi Kanker Serviks menggunakan
Teknik Volumetric Modulated Rapid Arc Therapy (VMAT) di Depatemen
Radioterapi MRCCC Siloam Semanggi.

E. Manfaat Penelitian
1. Dapat diaplikasikan dan menjadi bahan refrensi keilmuan untuk
mengembangkan prosedur Teknik radioterapi tersebut di tempat-tempat lain.
2. Dapat menambah pengetahuan tentang prosedur penyinaran teknik radioterapi
Volumetric Modulated Rapid Arc Therapy pada kasus kanker serviks.
3. Dapat memberikan pelayanan yang optimal di departemen radioterapi sehingga
penyinaran dapat tepat dan akurat.

F. Keaslian Penelitian
Penulisan ini merupakan hasil penelitian lapangan yang dilakukan
penulis,menggunakan berbagai referensi ,yang berkaitan dengan penulisan
penelitian ini. Namun,untuk menjamin keaslian penelitian ini,penulis tidak menjamin
bahwa penelitian ini dilakukan untuk pertama kalinya.
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Teknik radioterapi
Volumetric Modulated Arc Therapy pada kanker serviks pada aspek prosedur
penyinaran radioterapi yang digunakan ,serta pada Teknik yang digunakan sangat
jarang digunakan di lapangan.perbedaan dari penelitian ini penelitian sebelumnya
terletak pada Teknik VMAT lebih efektif digunakan dibandingkan IMRT dalam kasus
kanker serviks stadium awal.

Judul,Penulis,Tahun Metode Hasil

The role of volumetric Metode penelitian yang VMAT menunjukkan


modulated arc therapy digunakan dalam peningkatan dalam

(VMAT) in gynaecological penelitian ini meliputi penghematan OAR

radiation therapy: A evaluasi perencanaan dibandingkan IMRT.

dosimetric comparison of pengiriman, perbandingan Cakupan volume target


intensity modulated dosimetri, pengukuran dengan VMAT setara atau
radiation therapy versus waktu pengiriman lebih baik dibandingkan
VMAT perawatan, pengukuran dengan IMRT. Hasil ini,
dosimetri absolut, dan ditambah dengan waktu
penilaian kualitas rencana. pemberian pengobatan

Penelitian ini juga yang lebih singkat, telah


melibatkan analisis mengarah pada
pengembangan dan
statistik untuk
penerapan protokol
membandingkan hasil
klinis.
antara IMRT dan VMAT,
serta melibatkan tinjauan
oleh tiga ahli onkologi
radiasi terkait penerimaan
klinis.

Tingkat respons
Dosimetric comparison of Metode Penelitian tumor keseluruhan
volumetric-modulated arc yang di gunakan adalah 85%, dengan
therapy and intensity- Dilakukan studi tingkat kelangsungan
modulated radiation retrospektif terhadap 50
hidup 3 tahun sebesar
therapy in patients with pasien dengan kanker
70%. Efek samping
cervical cancer: a meta- serviks stadium lanjut
yang paling umum
analysis yang menjalani VMAT di adalah mual dan
Departemen Radioterapi muntah (25%) serta
kami antara tahun 2018 diare (15%). VMAT
dan 2020. Dianalisis adalah metode yang
tingkat respons tumor, efektif dalam
tingkat kelangsungan pengobatan kanker
hidup, dan efek samping serviks stadium lanjut,
terkait pengobatan dengan tingkat
respons tumor yang
baik dan efek samping
yang dapat ditangani.
Conventional 3D Penelitian telah Hasil pencarian
Conformal Radiotherapy membandingkan kualitas menunjukkan bahwa
and Volumetric Modulated dosimetri VMAT dengan VMAT adalah teknik
Arc Therapy for Cervical 3DCRT dan IMRT, terapi radiasi yang
Cancer: Comparison of menyoroti manfaat VMAT menjanjikan untuk
Clinical Results with dalam hal pengurangan pengobatan kanker
Special Consideration of dosis pada jaringan serviks, menawarkan
the Influence of Patient- normal dan peningkatan peningkatan kualitas
and Treatment-Related cakupan volume target dosimetri dan
Parameters mengurangi waktu
pemberian
pengobatan
dibandingkan dengan
teknik konvensional.
Namun, penelitian
lebih lanjut diperlukan
untuk memahami
sepenuhnya hasil
klinis dan efek jangka
panjang VMAT pada
pasien kanker serviks.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Anatomi Rahim

Rahim terdiri dari vagina,uterus,tuba falopi,dan ovarium


Anatomi rahim dari tampak depan dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut :

a. Uterus
Uterus adalah uterus adalah organ reproduksi wanita yang terletak di panggul
dan berfungsi sebagai tempat pertumbuhan janin selama kehamilan(15). Uterus
memiliki empat bagian: fundus, tubuh, isthmus, dan cervix. Tubuh uterus adalah bagian
terbesar, sedangkan isthmus uterus adalah lokasi di mana tubuh uterus bertemu dengan cervix.
Fundus adalah bagian uterus yang berada di atas pembukaan tuba falopian ke dalam rahim.
Seluruh rahim uterus memiliki membran pelapis khusus yang disebut endometrium.
b. Vagina
Vagina adalah saluran pada tubuh wanita yang terletak di antara vulva dan
serviks. Fungsinya sebagai tempat masuknya sperma selama hubungan seksual
dan sebagai saluran keluar bagi darah menstruasi(16).
c. Serviks
Serviks adalah bagian dari sistem reproduksi wanita yang terletak di bawah
rahim dan menghubungkan rahim dengan vagina dan memiliki peran penting
dalam proses kehamilan dan persalinan (17).atau merupakan daerah pada organ
reproduksi Wanita,letaknya antara rahim(uterus) dengan liang senggama
Wanita(vagina).serviks memiliki ukuran Panjang 4 cm dan diameter 3 cm.
2. Kanker
a. Defenisi dan penyebaran kanker
Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal. Sel-sel telah kehilangan
mekanisme kontrol normal sehingga mampu berkembang biak terus menerus,
menyerang jaringan di dekatnya. Kanker terjadi ketika sel-sel abnormal
membelah secara tidak terkendali.Kanker disebabkan oleh
neoplasia,dysplasia,dan hyperplasia. Neoplasia adalah kondisi dimana sel yang
terdapat pada jaringan berproliferasi secara tidak normal,dysplasia adalah
kondisi dimana sel yang berkembangnya tidak normal dengan perubahan kondisi
pada nucleus(inti sel),dan sedangkan hyperplasia merupakan kondisi sel sel pada
jaringan pada pertumbuhannya berlebuhan(18).
b. Kanker serviks adalah terjadi jika sel-sel abnormal berkembang dan menyebar di
leher rahim,merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada Wanita,lebih
dari 12.000 kasus baru didiagnosa setiap tahunnya(28,29). Diketahui penyebab
utama dari kanker serviks berasal dari virus yang bertransmisi secara seksual
yaitu Human Pappiloma Virus (HPV) adalah factor signifikasi penyebab
terjadinya kanker serviks. HPV sering ditemukan pada Wanita subur yang berusia
30-40 tahun(29). Pada kasusnya kanker serviks terjadi secara perlahan yang
semula dari sel normal menjadi sel sel pra-kanker dan menjadi sel kanker dapat
terjadi bertahun tahun sehingga sering disebut dysplasia (30).
3. Etiologi dan Factor Risiko
1) Hubungan seksual merupakan sebagai salah satu penyebab ditularkannya
kanker serviks. Melakukan hubungan seksual pada usia muda maka akan
meningkatkan risiko 5 kali lipat terkena kanker serviks pada wanit. Hal itu
dikarenakan sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama
usia(3).
2) Human Pappiloma Virus (HPV) memiliki beberapa bukti yang menunjukkan
bahwa HPV merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker serviks,pada
saat seseorang Wanita terkena HPV yang mana memiliki Riwayat seksual yang
aktif dapat teridenvikasi HPV dengan risiko tinggi dan 80% akan menjadi NIS
sehingga akan menunggu sel serviks dan berubah menjadi kanker invasive(3)
3) Merokok memiliki risiko lebih besar terhadap pemicu terjadinya kanker
serviks,bahan bahan tembakau dapat dijumpai dalam lender pada mulut rahim
serta bahan karsinogenetik pada tembakau dapat merusak DNA dan apabila
bersamaan dengan inveksi HPV dapat menyebabkan kanker serviks yang ganas.
4) Penggunaan kontrasepsi hormoral lebih dari 4 atau 5 tahun dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks 1.5-2.5 kali.ketika penggunaan
kontrasepsi hormoral,akan terjadi peradangan pada genitalia yang disebabkan
oleh meningkatnya sensitifitas terhadap HPV.selain penggunaan kontrasepsi
hormoral , kanker serviks juga berhubungan terhadap usia pertama kali
berhubungan ,usia,penyakit menular seksual ,Pendidikan dan pekerjaan(31).

2. Stadium Kanker Serviks

Stadium kanker serviks memiliki tingkatan sebagaimana yang terdapat


pada table 2.1.dibawah ini :

Stadium Kriteria TNM


FIGO
Tumor primer tidak dapat digambarkan Tx
0 Tidak ada bukti adanya tumor primer T0
1 Karsinoma in situ(pre-insave carcinoma) T1
IA Proses terbatasnya pada serviks,meskipun ada perluasan ke T1a
korpus arteri
IA1 Karsinoma mikroinvasif T1b
IA2 Kedalaman invasi stroma ≤ 3mm dan perluasan horizontal Ta2
≤7mm.
IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau T1b
secara mikroskopik lesi lebih besar dari 1A2
IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter T1b1
terbesar ≤ 4 cm.
IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter T1b2
terbesar ≥ 4 cm
II Kanker serviks menyebar luas tetapi tidak sampai sepertiga T2
bawah vagina
IIA Tanpa invasi ke parametrium T2a
IIB Tumor dengan invasi parametrium T2b
III Tumor menyebar hingga panggul dan menimbulkan T3
hidronefrosis
IIIA Tumor mengenai sepertiga bagian bawah vagina T3a
IIIB Tumor mengenai dinding panggul T3b
IV Tumor telah menyebar keluar panggul dan menyebabkan T4
mukosa rectum dan kandung kemih
IVA Metastasis jauh melibatkan penyebaran hingga kelenjar T4a
getah bening,supraklavikula,mediastinal,paru paru,hati,atau
tulang
IVB Metasis jauh T4B

Pengobatan Knaker Serviks tergantung pada tingkatan stadium klinis,secara


umum dapat digolongkan ke dalam tiga golongan terapi yaitu :

a. Operasi
Operasi dapat dilakukan pada stadium I dan II ,termasuk histerektomi
radikal,limpadenotomi dan histerektomi ekstrafasial. Pada stadium II,dapat
dilakukan juga radioterapi untuk mengurangi risiko penyakit sentral yang
terus berlanjut.
b. Radioterapi
Radioterapi merupakan pengobatan utama dalam pengobatan kanker serviks
dengam menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara
internal maupun eksternal. Terapi radiasi dilakukan pada stadium klinis
III.Selain terapi radiasi terkadang diberikan kemoterapi sebagai kombinasi
terapi.
c. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan bagian integral dari regimen pengobatan kanker


serviks standar dan biasanya diberikan sebagai terapi adjuvant setelah
operasi. Kemoterapi juga digunakan dalam kombinasi dengan radiasi dan
sebagai pengobatan mandiri untuk penyakit yang sepenuhnya dipercepat
secara lokal. Agens kemoterapi yang paling efektif selama tiga dekade terakhir
untuk mengobati kanker serviks adalah kemoterapi berbasis platin, cisplatin.

4. Radioterapi
Radioterapi saja dapat dilaksanakan pada kasus stadium IA,IB dan IIA yang
masih operable ataupun tidak resektabel oleh karena tumor yang besar (bulky
mass),serta IIB,IIIA,IIIB dan IVA.
Radioterapi kuratif juga dapat dilaksanakan bagi pasien-pasien dengan
kontraindikasi untuk pembedahan.
Pemberian radioterapi terdiri atas kombinasi radiasi eksterna daerah pelvis
dan brakiterapi. Beberapa senter radioterapi menganjurkan pemberian
brakiterapi prabedah sebagai Upaya untuk mematikan sel tumor di sekitar
daerah operasi.
Radiasi pascabedah diberikan pada kasus-kasus :
a) Keterlibatan lebih dari 1/3 stoma leher rahim.
b) Invasi limfovaskuler.
c) Tumor bulky yaitu ukuran tumor > 4 cm.
d) Pada jenis adenokarsinoma atau adenoskwamosa.

Dengan berkembangnya berbagai kemoterapi,saat ini kasus lanjut local KLR


masih dapat tertangani secara kuratif dengan pemberian kombinasi radiasi
dengan kemoterapi.

Radiasi paliatif diberikan pada kasus metastasis ke tulang,otak,dan kelenjar


getah bening supraklavicula. Pada kasus perdarahan atau penekanan oleh
massa tumor yang mengakibatkan disfungsi suatu organ dapat dilakukan
Tindakan radiasi kedaruratan(18).

5. Tahapan Radioterapi
Tahapan dalam radioterapi sangat kompleks dan melibatkan peran dokter
onkologi,perawat,fisikawan medis,dan radioterapis. Masing-masing disiplin ilmu
ini bekerja dalam proses terpadu untuk memberikan pelayanan radioterapi.

Menurut buku Technical Manual Radiotherapy Risk Profile yang digunakan untuk
rujukan keselamatan radiasi pasien dalam radioterapi (19).Tahapan radioterapi
yaitu :

1) Assessment Of Patient
Tahap dimana pasien berkonsultasi dengan onkologi radiasi mengenai
penyakitnya, dengan merujuk pada hasil patologi anatomi, hasil lab,hasil
diagnostic CT Scan,Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Positron
Emission Tomography (PET) dan mengenai kebijakan-kebijakan dalam
tindak lanjut dari diagnose tersebut(19)
2) Decision to Treat
Tahap Ketika pasien menyetujui Keputusan dilakukannya Tindakan
radioterapi. Persetujuan ini adalah Langkah awal memasuki masa
pengobatan yang akan dilakukan pasien (19).
3) Prescribing Treatmnt Protocol
Tahap penentuan lokasi ,dosis total dan Langkah tambahan yang
diperlukan seperti perlu tidaknya Tindakan kemoterapi (19).tahap
penentuan ini dilakukan oleh dokter onkologi radiasi. Dalam radioterapi,
dengan memperhatikan aspek radiobiology, pemberian dosis radiasi
dibagi menjadi jumlah kecil secara berkala yang disebut fraksinasi.
4) Immobilization and positioning
Tahap menyiapkan keperluan pasien sesuai dengan diagnose,
memposisikan pasien dengan alat bantunya, untuk memberikan
kenyamanan kepada pasien dan mengurangi pergerakan yang mungkin
ditimbulkan (19). Immobilisasi saat treatment berguna untuk
memberikan kenyamanan dan mengurangi pergerakan pasien , sehingga
meminimalisis kesalahan set up saat treatment delivery. Alat immobilisasi
pada pasien tergantung pada kebutuhan pasien saat proses penyinaran
dan ditentukan saat proses simulasi.
5) Simulation,Imaging and Volume Determination
Tahap penentuan lokasi dan volume organ yang akan di radiasi dengan
pesawat simulator konversional atau CT Simulator. Penggambraan target
tumor,Batasan sekitar tumor atau lokasi menggunakan film radiografi
atau Computerized Tomograpy (19).
6) Planning
Tahap perencanaan radiasi yang dilakukan di ruang Treatment Planning
System (TPS). Tahap Countouring target dan jarinagn sehat disekitarnya
dilakukan oleh dokter onkologi, sementara tahap penentuan arah sinar
sehingga distribusi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pasien serta
kalkulasi dosis dilakukan oleh fisikawan medis(19).
7) Treatment Information Transfer
Tahap perpindahan data atau transfer data dari TPS ke pesawat
penyinaran radiasi (19).
8) Patient Set Up
Tahap memposisikan pasien sesuai dengan saat simulasi atau CT
Simulasi. Pasien Set-up untuk treatment harian dibuat memastikan posisi
pasien tepat setiap harinya(19).
9) Treatment Delivery
Tahap melakukan pengiriman dosis radiasi kepada pasien dengan alat
Radiation Treatment ,Contohnya dengan Linear Accelarator (Linac). Dosis
radiasi yang telah direncanakan dapat diaplikasikan dengan benar sesuai
dengan kebutuhan terapi pasien (19).
10) Treatment Verification and Monitoring
Tahap verifikasi atau konfirmasi posisi pasien ,apakah posisi pasien saat
mau disinar sama dengan saat dimulasi . verifikasi bisa dilakukan
sebelum treatment delivery dengan menggunakn portal film,On board
imager (OBI) atau Cone Beam Computed Tomograpy (CBCT) untuk
meminimalkan kesalahan dalam memposisikan pasien. Tahap ini juga
merupakan monitoring pasien selama penyinaran radioterapi
berlangsung . selama menjalani terapi,pemeriksaan rutin atau monitoring
dilakukan oleh perawat dan radioterapis terhadap kondisi pasien dan
pasien akan berkonsultasi kepada dokter onkologi radiasi untuk
menindak lanjuti prosesnya selama penyinaran radioterapi.
6. CT Simulator
CT Simulator merupakan alat penunjang radioterapi yang digunakan untuk
mempermudah program perencanaan terapi radiasi. Alat ini dilengkapi dengan
gambaran 3 dimensi terapi radiasi (3D conformal radiation therapy) (17). CT-
Simulator ini sama dengan CT-Scan Radiodiagnostik, hanya saja yang
membedakan adalah hal berikut ini : Laser Field Positioning (3 point) dengan
moving laser,gantry CT-Simulator ≥ 85 cm,meja CT-Simulator harus datar (flat).
System 3 dimensi hasil gambaran CT-Simulator akan menghasilkan gambaran
sebenarnya secara detail dari tumor tersebut. CT-Simulator ini berhubungan
langsung dengan TPS (Treatment Planning System). Hasil CT-Scan dikirim ke TPS
dalam bentuk Software Dicom,lalu TPS akan membuat Perencanaan radioterapi.
7. Treatment Planning System (TPS)
Traatment Planning System (TPS) adalah perencanaan radioterapi untuk
menentukan secara akurat mengenai jenis sinar ,energi dan arah sinar yang
digunakan dalam penyinaran radiasi. Peralatan ini mempunyai program 3
dimensi yang dihasilkan dari CT Simulator sehingga akan terbentuk gambaran
target tumor secara tepat pada volume tumor/target yang dituju dan
meminimalkan efek radiasi pada jaringan sehat sekitar tumor. Program ini
memudahkan dokter memberikan dosis radiasi secara tepat dan akurat karena
pengobatan radioterapi yang berhasil tergantung pada penentuan dosis optimal
untuk volume tumor dan jaringan normal disekitarnya(17).
a. Ada 2 metode penentuan beban radiasi yang diberikan pada masing-masing
arah penyinaran, yaitu :
1) Metode Forward Planning
Pada perkembangan awal perencanaan radiasi menggunakan metode
forward planning.pada metode ini intensitas radiasi setiap arah gantry
homogen dan kekuatannya ditentukan secara manual oleh pembuat
perencanaan sampai dihasilkan distribusi dosis yang diinginkan. Metode
kalkulasi dengan forward planning biasanya perhitungan akan dilakukan
dengan computer setelah data penyinaran yang terdiri dari
arah ,lapangan,susut gantry,sudut kolimator,MLC ditentukan oleh
fisikawan medis(17).
2) Metode Inverse Planning
Metode inverse planning digunakan pada perencanaan Teknik IMRT dan
VMAT. Metode ini dilakukan dengan menentukan jumlah dan arah
lapangan penyinaran yang terdiri dari beberapa segmen. Selanjutnya
dimasukkan parameter Batasan dosis pada target tumor dan organ
beresiko di sekitarnya pada bagian optimisasi di computer TPS .
Optimisasi adalah proses untuk menentukan intensitas radiasi dari
masing-masing segmen untuk semua arah penyinaran radiasi yang sesuai
dengan tujuan yang ditentukan diawal. Jika diperlukan, dilakukan
penambahan segmen pada setiap arah lapangan radiasi dan dilakukan
optimisasi ulang sampai tujuan dosis tercapai. Hasil akhir dari proses
optimisasi ini dihasilkannya intensitas yang tidak homogen pada masing-
masing arah penyinaran sesuai dengan distribusi dosis yang ingin dicapai
pada volume target dan organ kritis disekitarnya (17).
b. Data dari TPS
Dari Treatment Planning System didapatkan data-data sebagai berikut :
1) Penetapan Volume tumor
Penetapan volume tumor memegang peranan penting dalam rangka
menghindari kegagalan local ,regional dan metastasis. Penggambaran
target dan volume tumor sesuai internasional commission on radiation
units and measurements (ICRU) 50 yaitu :
a. Gross Target Volume (GTV) adalah volume tumor yang tampak
nyata,dapat dilihat secara makroskopi,dientukan secara palpasi, diteliti
dengan bentuan pencitraan imaging CT Scan dan MRI(18).
b. Clinical Target Volume (CTV) adalah suatu volume sasaran yang
meliputi GTV dan jaringan sehat, mempunyai potensi penjalaran
mikroskopik secara limfogen(18).
c. Planning Target Volume (PTV) adalah suatu konsep geometric yang
digunakan untuk perencanaan terapi,spesifikasi dosis,ukuran dan
bentuknya tergantung pada GTV dan CTV serta efek akibat Gerakan
internal tubuh dan posisi serta Teknik terapi yang digunakan(18).
8. Linear Accelator (Linac)
Alat terapi radiasi eksternal yang paling umum digunakan untuk mengobati

pasien kanker adalah akselerator linear (LINAC). Dengan menggunakan sinar-x

berenergi tinggi, LINAC dapat mengobati semua lokasi yang terkena kanker

dengan dosis yang sama kepada daerah tumor pasien. Alat ini tidak hanya

digunakan dalam terapi radiasi eksternal, tetapi juga dalam Radiosurgery

Stereotactic dan Badan Stereotactic yang menggunakan sinar gamma. Sinar-

Rontgen yang dihasilkan oleh alat ini dapat memusnahkan sel kanker dalam

jaringan yang terkena, sambil tetap melindungi jaringan sehat di sekitarnya (22).

Pesawat LINAC awalnya hanya dipakai untuk mempercepat partikel bermuatan

positif (proton). Setelah dimodifikasi, LINAC dapat digunakan untuk


mempercepat partikel bermuatan negatif (elektron) (19). Berkas proton

digunakan untuk mengobati kelainan yang letaknya jauh di bawah permukaan

kulit. Untuk kelainan yang terdapat di daerah superfisial menggunakan berkas

elektron (18).

Gambar 2. 1 Linear Accelerator (Khan, 2014)

Prinsip kerja dari Linear Accelerator (LINAC) sebagai berikut:

Modulator yang ada pada pesawat linac mengirim daya berupa pulsa pulsa

bertegangan tinggi yang dibangkitkan dari arus listrik searah yang dihasilkan

oleh Power supply menuju ke Klystron atau magnetron. Gelombang mikro yang

dihasilkan di magnetron atau klystron diinjeksikan ke dalam accelerator tube

melalui sistem waveguide. Pada saat yang bersamaan, elektron yang dihasilkan

oleh electron gun juga diinjeksikan ke dalam accelerator sructure sehingga

elektron mempunyai tegangan kinetik. Elektron akan dipercepat disepanjang

waveguide hingga mendekati kecepatan cahaya. Elektron yang memiliki energi

yang lebih tinggi akan dibelokkan oleh bending magnet ke arah 90 o atau 270o.

Elektron menumbuk target dan dihasilkan foton energi tinggi untuk tujuan

radioterapi sel kanker (18)(20).


Gambar 2. 2 Ilustrasi dengan pesawat LINAC ( M. Suhaedi, 2016)

Dengan memutar gantry pada pesawat LINAC, sinar-X yang dihasilkan diarahkan

pada target (tumor) pasien, dengan adanya MLC dan balok Pb maka berkas sinar

yang keluar akan mengikuti bentuk (kontur) dan tumor. Balok Pb dapat dibentuk

oleh blok Pb yang ditempatkan di gantry atau dengan kolimator multileaf (MLC)

yang dimasukkan ke dalam gantry. Gantry dapat diputar di sekitar pasien, karena

itu radiasi yang dihasilkan pesawat LINAC dapat diarahkan ke tumor dari sudut

manapun dengan memutar gantry. Ruang radioterapi LINAC dilengkapi juga

dengan laser, yang digunakan untuk memastikan pasien dalam posisi yang tepat.

Meja pemeriksaan dimana tempat pasien dibaringkan, dapat digerakkan ke

berbagai arah termasuk ke atas, bawah, kanan, dan ke kiri.

9. Teknik Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT)

Teknik radioterapi Volumetric Modulated Rapid Arc Therapy yaitu Teknik

radioterapi terbaru dimana Multi Leaf Colimator (MLS) dan gantry melakukan

pergerakan selama pendistribusian dosis saat mengelilingi pasien.

Gantry yang berputar dan perubahan lapangan penyinaran mengikuti bentuk

tumor,bermanfaat dalam mengurangi dosis yang terima oleh organ beresiko

sekitar tanpa mengurangi dosis radiasi yang sampai ke organ target. Perencanaan

terapi radiasi Volumetric Modulated Rapid Arc Therapy atau pada Linac dengan
merk Varian dikenal dengan nama Rapid Arc ini dilakukan melalui proses di

ruang Treatment Planning System (TPS) dengan penggambaran bentuk target

tumor dan pemberian dosis yang diterima jaringan sehat ditentukan terlebih

dahulu,yang dikenal dengan konsep Inverse planning.dalam proses terapi radiasi

dengan Teknik Volumetric Modulated Arc Therapy diperlukan ketepatan

pemberian dosis radiasi secara geometri yang harus didukung dengan Teknik set-

up pasien dan verifikasi yang tepat(21).

Kelebihan VMAT ,teknik penyinaran ini,menggunakan alat yang bersegmen Multi

Leaf Colimator(MLC) yang memiliki kolimator atau bukan celah sinar,untuk

pendistribusian dosis,mengikuti bentuk berkas lapangan,meja dan sudut gantry

yang dapat sesuai dengan setiap posisi atau lokasi start/stop penyinaran.teknik

ini digunakan karena letak tumor pada organ pasien berdekatan dengan banyak

organ kritis disekitarnya.dibandingkan dengan Intensity Modulated Radiation

Therapy (IMRT),VMAT memiliki kelebihan durasi pengobatan yang lebih singkat

dan monitor unit (MU) yang lebih sedikit.VMAT dapat memberikan dosis fraksi

dalam satu putaran untuk target yang sederhana dan kecil.Namun,untuk volume

target berbentuk kompleks,diperlukan lebih dari satu rotasi untuk menghasilkan

hasil yang setara dengan IMRT(14).

B. Kerangka Konsep

INPUT

1. Melakukan prosedur
persiapan pasien Kanker
serviks di poliklinik
menggunakan Teknik
volumetric Modulated
rapid arc therapy(VMAT)
2. Melakukan prosedur
simulasi di ruang CT
Scan ,planning radiasi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan penulis ambil tentang Teknik Volumetric Modulated

Rapid Arc Therapy Pada Kanker Serviks merupakan penelitian kualitatif.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif studi

kasus yaitu untuk mendeskripsikan dan analisis prosedur “Teknik Radioterapi


Volumetric Modulated Arc Therapy pada kasus kanker serviks di Departemen

Radioterapi MRCCC Siloam Semanggi”.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Radioterapi MRCCC Siloam Semanggi.

Pengambilan data dilakukan pada bulan maret 2024 sampai dengan bulan April

2024.

B. Subjek Penelitian

C. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Hasil dokumentasi berupa dokumentasi berupa dokumentasi alat dan bahan yang

digunakan selama pasien menjalani prosedur radioterapi,yaitu data proses CT

Simulasi ,hasil print out data Treatment Planning System ,dan proses penyinaran

radiasi di ruang Linac.

2. Lembar pedoman wawancara,yaitu untuk mencatat data verbal berupa

wawancara yang di dapat dari dokter onkologi radiasi,fisiskawan medis dan

radioterapis.

D. Pertanyaan Penelitian

E. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.

Analisis data dimulai dengan melakukan pengolahan data yang diperoleh melalui

observasi dan dengan melakukan wawancara dengan radioterapis,fisikawan


medis ,dan dokter onkologi radiasi yang berkaitan dengan proses planning dan

penyinaran radiasi terhadap jalannya prosedur penyinaran radioterapi Teknik

Volumetric Modulated Rapid Arc Therapy pada kasus kanker serviks di Departemen

Radioterapi MRCCC Siloam Semanggi.

F. Metode Analisis Data

Metode pengumpulan data pada Teknik penyinaran volumetric Modulated

Rapid Arc Therapy Kasus Kanker Serviks di Departemen Radioterapi MRCCC

Siloam Semanggi Menggunakan metode Kualitatif sebagai berikut :

1. Observasi

Dimana penulis melakukan observasi dengan pengamatan langsung pada

Teknik penyinaran radiasi eksternal Volumetric Modulated Rapid Arc

Therapy kasus Kanker Serviks ,sehingga penulis dapat mengamati dan

mendapatkan data yang dibutuhkan selama penelitian ini.

2. Wawancara

Penulis mengumpulkan data berupa keterangan dan informasi langsung dari

pihak-pihak di bidang radioterapi yaitu dokter onkologi radiasi,fisikawan medis

dan radioterapis yang diberikan sejumlah pertanyaan terbuka tentang pasien

kanker serviks ,penetapan dosis,proses simulasi ,perencanaan dan Teknik

penyinaran dan prosedur penyinaran radioterapi berdasarkan pedoman

wawancara.

REFRENCE
1. Bray F, Ferlay J, Soerjomataram I, Siegel RL, Torre LA, Jemal A. Global cancer statistics 2018:
GLOBOCAN estimates of incidence and mortality worldwide for 36 cancers in 185 countries. CA
Cancer J Clin. 2018;68(6):394–424. doi: 10.3322/ caac.21492
2. World Health Organization (WHO). Global Health Estimates 2020: Deaths by Cause, Age, Sex, by
Country and by Region, 2000-2019. WHO; 2020. Accessed December 11, 2020. who.int/
data/gho/data/themes/mortality-andglobal-health-estimates/ghe-leadingcauses-of-death
3. World Health Organization (WHO). WHO guidelines for the use of thermal ablation for cervical
pre-cancer lesions. WHO; 2019. Accessed November 23, 2020.
who.int/reproductivehealth/publi cations/thermal-ablation-for-cervicalpre-cancer-lesions/en/
4. Ronco G, Dillner J, Elfstrom KM, et al. Efficacy of HPV-based screening for prevention of invasive
cervical cancer: follow-up of four European randomised controlled trials. Lancet. 2014;383:524-
532
5. Stumbar SE, Stevens M, Feld Z. Cervical Cancer and Its Precursors: A Preventative Approach to
Screening, Diagnosis, and Management. Prim Care - Clin Off Pract [Internet]. 2019;46(1):117–
34. Available from
6. Tsikouras P, Zervoudis S, Manav B, Tomara E, Iatrakis G, Romanidis C, et al. Cervical cancer:
Screening, diagnosis and staging. J BUON. 2016;21(2):320–5.
7. Ernest A, Emmanuel M, Gregory K. Post-coital posterior fornix perforation with vaginal
evisceration. BMC Womens Health. 2014 Nov 25;14:141. [PMC free article] [PubMed]
8. Agency for Healthcare Research and Quality (US); 2018 Aug.
9. Gong, L., Zhang, Y., Liu, C., Zhang, M., & Han, S. (2021). Application of radiosensitizers in cancer
radiotherapy. International Journal of Nanomedicine, 16, 1083–1102.
10. Meydiana, L. S., Indrati, R., & Daryati, S. (2019). Teknik radioterapi eksterna cobalt 60 pada
kasus kanker payudara dengan axial field di instalasi radiologi unit radioterapi rsud prof. dr.
margono soekarjo purwokerto. Poltekkes Kemenkes Semarang, 8.
11. Mazonakis M, Lyraraki E, Tolia M, Damilakis j. Risk For Second Bladder And Rectal Malignancies
From Cervical Cancer Irradiation. J Appl Clin Med Phys. 2021 jul 1;22(7):103-9.
12. Hunte SO, Clark CH, Zyuzikov N, Nisbet A. Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT): A Review
Of Clinical Outcomes-What Is The Clinical Evidence For The Most Effective Implementation? Vol.
95, British Journal Of Radiology. British Institute Of Radiology ; 2022
13. Licon AL, Defoor D, Ford j, Crownover R, Li Y, Ha C, Et AI. A Quantitative Measure
For Radiation Treatment Plan Quality. JBUON. 2018;23(5):1460-6.
14. Palani D, Govindaraj K, Sampathrajan S, Karunagaran L, Ganesh KM. A Dosimetric
Analysis Of Modified Volumetric Modulated Arc Therapy For Bone Marrow Sparing
Radiotherapy In Cervical Cancer-An Alternative Approach To Conventional VMAT.
Asian Pac j Cancer Prev. 2022 Dec 1;23(12):4323-32.
15. B.W. Stewart, C.P. Wild, World Cancer Report 2014, IARC WHO, 2014
16. P.A. Cohen, A. Jhingran, A. Oaknin, L. Denny, Cervical cancer, Lancet (2019)
17. M. Arbyn, E. Weiderpass, L. Bruni, S. de Sanjos´e, M. Saraiya, J. Ferlay, F. Bray, Estimates of
incidence and mortality of cervical cancer in 2018: a worldwide analysis, Lancet Global Health
(2020)
18. JS Brown, SR Amend, RH Austin, RA Gatenby - Molecular Cancer, 2023 – AACR
19.
20. R. Susworo. Dasar-Dasar Radioterapi Tata laksana Radioterapi Penyakit Kanker
[Internet]. II. Jakarta: Universitas Indonesia; 2017. Available from:
http://uipress.ui.ac.id
21. Nizić D, Pervan M, Kos I, Šimunović Marko [Flexion and version of the uterus on pelvic
ultrasound examination]. Acta Med Croatica. 2014 Jun;68(3):311-5. [PubMed]
22. Cagnacci A, Grandi G, Cannoletta M, Xholli A, Piacenti I, Volpe A. Intensity of menstrual pain and
estimated angle of uterine flexion. Acta Obstet Gynecol Scand. 2014 Jan;93(1):58-63. [PubMed]
23. Roach MK, Andreotti RF. The Normal Female Pelvis. Clin Obstet Gynecol. 2017
Mar;60(1):3-10.
24.

Anda mungkin juga menyukai