Anda di halaman 1dari 19

SIMULASI PENANGANAN DAN MANAJEMEN BENCANA SAAT

BANJIR

Diajukan untuk memenuhi Tugas Skillab


Mata Kuliah :
Keperawatan Bencana
Dosen Pengampu:
Dr. Nopriadi,S.KM.,M.Kes
Disusun oleh:
KELOMPOK 4 (A 2019 1)
Putri Rahmadani 1911124751 Rukit Altan Pinari Mukendah 1911113053

Putri Yosepin Hutagalung 1911111704 Sabaryanti Sinaga 1911113085

Rahmi Khairunnisa 1911113438 Selly Anjely 1911112741

M. Alwari 1911110672 Siti Rahmi Indri Wulandari 1911114495

Rani Rahmawati 1911111832 Sonia Pransiska 1911110454

Rhea asfiranda Ersya 1911110451 Sri Lestari 1911112844

Riska Noviani 1911110459 Stevfina Afrilia Marwafa 1911124330

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022/20
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Simulasi Penanganan dan Manajemen Bencana saat Banjir”.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Bencana pada Semester Ganjil (VII) Fakultas Keperawatan,
jurusan Ilmu Keperawatan tahun ajaran 2022/2023.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, dan dapat sebagai sumber acuan bahan
belajar.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan sarandan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, September 2022

Kelompok 4

PAGE \* MERGEFORMAT i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
2.1 Konsep Banjir...................................................................................3
2.2 Penanganan atau Manajemen Banjir................................................6
2.3 Penanganan Bencana Saat Banjir.....................................................8
2.4 SOP Manajemen Bencana Saat Banjir...........................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................15
3.1 Kesimpulan....................................................................................15
3.2 Saran...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................16

PAGE \* MERGEFORMAT 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banjir merupakan peristiwa dimana air dapat menggenangi suatu
wilayah yang biasanya tidak di genangi oleh air dalam selang waktu tertentu,
yang disebabkan hujan terus menerus yang akan mengakibatkan luapnya air
sungai, danau, laut, dan drainase saat aliran melebihi volume yang ditampung
(BNPB, 2017). Penyebab banjir biasanya karena curah hujan tinggi dan
disertai dengan ketidakmampuan drainase dalam menampung intensitas hujan.
Air hujan yang mengalir di tanah sebagian besar terserap oleh tanah, sebagian
dialirkan dan sebagian lainnya menguap (Situmorang, 2013).
Menurut Kodoatie dan Sjarief (2013) banjir bisa terjadi sangat cepat
maupun sangat perlahan, hal ini dipengaruhi oleh musim. Terdapat 2 peristiwa
banjir yang pertama banjir di daerah bukan akumulasi banjir dan yang kedua
adalah banjir yang disebabkan oleh tidak teralirkan atau tertampung debit
banjir oleh sungai sehingga terjadi limpasan (Kodoatie dan Sjarief, 2013).
Banjir terjadi karena kapasitas pengaliran sungai lebih kecil dari debit banjir
(Kodoatie dan Sjarief, 2013).
Banjir itu termasuk sebagai salah satu gejala alam yang bisa
berpengaruh pada keberlangsungan hidup setiap manusia dan tentu saja bisa
menyebabkan adanya kerusakan didaratan. Munculnya banjir itu dapat
disebabkan oleh dua faktor yakni faktor alam dan faktor manusia. Dari faktor
manusia yang dapat menyebabkan banjir yakni munculnya kegiatan
penggundulan hutan dan kegiatan membuang sampah pada sembarangan
tempat. Sampah yang telah dibuang dengan sembarangan tempat dapat
menyebabkan saluran atau sungai akan tersumbat sehingga dapat
memunculkan luapan air. Sedangkan dari faktor alam bisa dalam bentuk curah
hujan yang tinggi, dan terletak pada daerah yang lebih pada permukaan laut,
serta daerah tersebut berada di suatu cekungan yang ada di perbukitan di
sekelilingnya dimana untuk jalan keluar dari air tersebut mempunyai ruangan
yang begitu sempit. (Bakornas, 2007). Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis tertarik untuk menguraikan lebih lanjut mengenai konsep banjir,

PAGE \* MERGEFORMAT 16
penanganan banjir, manajemen, upaya penanganan serta SOP manajemen
bencana banjir.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah
dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Apa definisi dari banjir ?
2. Bagaimana penanganan dari banjir ?
3. Bagaimana penanganan saat proses terjadinya banjir ?
4. Apa saja SOP manajemen bencana banjir ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan
untuk :
1. Untuk mengetahui definisi dari banjir ?
2. Untuk mengetahui penanganan dari banjir ?
3. Untuk mengetahui penanganan saat proses terjadinya banjir ?
4. Untuk mengetahui SOP manajemen bencana banjir ?

PAGE \* MERGEFORMAT 16
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Banjir


2.1.1 Definisi Banjir
Bencana banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi
permukaan tanah, dengan ketinggian melebihi batas normal akibat fenomena
alam dan/atau disebabkan oleh manusia yang menyebabkan timbulnya korban
jiwa, kerugian material, dan kerusakan lingkungan (Steven & Nugrohadi,
2021).
2.1.2 Jenis-Jenis Banjir
Menurut Raharjo (2021) jenis-jenis banjir dibedakan berdasarkan
tempat/keadaan dan jenis air/materialnya.
a. Berdasarkan Tempat/Keadaan
1) Banjir Sungai (River Flood)
Banjir sungai terjadi ketika permukaan air naik di atas tepian
sungai (riverbanks) karena hujan berlebihan. Banjir sungai adalah
salah satu jenis banjir yang paling umum terjadi ketika badan air
melebihi kapasitasnya. Ketika sebuah sungai meluap ke tepiannya,
biasanya karena curah hujan yang tinggi dalam periode waktu yang
lama. Banjir yang terlokalisasi dapat menyebabkan kerusakan yang
cukup besar pada properti di sekitarnya serta menimbulkan ancaman
keamanan yang signifikan. Untuk mencegah banjir, sungai
membutuhkan penahan yang baik (seperti tanggul) terutama di
daerah datar atau padat penduduk.
2) Banjir Pantai (Coastal Flood)
Banjir pantai di Indonesia sama dengan disebut banjir rob
atau banjir laut pasang. Banjir pantai atau penggenangan area
daratan di sepanjang pantai, disebabkan oleh pasang naik yang lebih
tinggi dari rata-rata dan diperburuk curah hujan tinggi dan angin
yang bertiup ke arah darat dari laut.
3) Gelombang Badai (Storm Surge)

PAGE \* MERGEFORMAT 16
Gelombang badai adalah kenaikan permukaan air yang tidak
normal di daerah pantai, di atas dan di atas gelombang astronomis
biasa. Gelombang badai disebabkan oleh kekuatan yang dihasilkan
dari angin badai yang hebat, gelombang dan tekanan atmosfer yang
rendah.
4) Banjir di Daratan (Inland Flooding)
Masuknya air dari daratan dalam jumlah yang berlebihan,
baik melalui aliran sungai ke muara ataupun limpasan air permukaan
ke pesisir pantai karena besarnya curah hujan di daratan dapat
mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan perairan secara
drastis.
5) Banjir Bandang (Flash Flood)
Banjir bandang disebabkan curah hujan yang deras dan tiba-
tiba, kadang terjadi ketika tanah tidak dapat menyerap air secepat
jatuhnya. Banjir bandang disebabkan hujan lebat atau berlebihan
dalam waktu singkat, umumnya kurang dari enam jam. Banjir
bandang biasanya ditandai dengan derasnya arus setelah hujan deras
yang merobek dasar sungai, jalan-jalan kota atau ngarai gunung dan
menyapu semua yang dilewatinya. Banjir bandang dapat terjadi
dalam beberapa menit atau beberapa jam akibat curah hujan yang
berlebihan. Bahkan, banjir bandang dapat terjadi tanpa didahului
hujan. Biasanya terjadi akibat jebolnya tanggul atau bendungan atau
pelepasan air tiba-tiba akibat pusing-pusing atau sumbatan es. Banjir
bandang ini biasanya surut dengan cepat dan berbahaya. Banjir
bandang dapat dicegah dengan sistem drainase yang baik.
b. Berdasarkan Jenis Air atau Materialnya
1) Banjir Air Tanah (Groundwater Flood)
Banjir air tanah berbeda dengan banjir bandang, sebab
membutuhkan waktu untuk bisa terjadi. Saat hujan turun dalam waktu
yang lama, tanah menjadi jenuh dengan air sampai tidak dapat
menyerap lagi. Ketika ini terjadi, air naik di atas permukaan tanah dan
menyebabkan banjir. Jenis banjir ini dapat bertahan selama berminggu-

PAGE \* MERGEFORMAT 16
minggu atau bahkan berbulan-bulan.
2) Banjir Selokan (Drain and Sewer Flooding)
Banjir selokan tidak selalu terkait dengan cuaca seperti halnya curah
hujan. Banjir selokan dapat terjadi akibat penyumbatan atau kegagalan
dalam sistem drainase. Banjir selokan bisa bersifat internal di dalam
bangunan atau eksternal.
3) Banjir Lahar
Banjir lahar adalah banjir akibat lahar dari erupsi atau letusan
gunung berapi yang masih aktif. Akibat letusan gunung berapi tersebut,
lahar dingin akan dimuntahkan kemudian menyebar ke lingkungan
sekitarnya. Akibatnya, air dalam sungai akan mengalami pendangkalan
sehingga ikut meluap kemudian merendam daratan.
4) Banjir Lumpur
Banjir lumpur adalah banjir yang disebabkan oleh luapan lumpur.
Meski menyerupai banjir bandang tetapi bedanya lumpur keluar dari
dalam bumi kemudian menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari
dalam bumi tersebut tidak sama dengan lumpur yang ada di permukaan
bumi sebab terdapat kandungan gas-gas kimia berbahaya.
2.1.3 Dampak Banjir
Menurut Steven & Nugrohadi (2021) banjir dapat menimbulkan beberapa
akibat yang cukup merugikan masyarakat, diantaranya adalah:
a. Timbulnya berbagai macam penyakit (diare, penyakit kulit,
leptospirosis, DBD)
b. Hilangnya harta benda. Akibat banjir, harta benda para korban menjadi
rusak bahkan lenyap terseret banjir.
c. Lumpuhnya perekonomian. Perekonomian menjadi lumpuh, karena
banjir para korban menjadi sulit beraktivitas normal seperti biasanya.
d. Lumpuhnya sarana umum. Banjir membuat sarana umum menjadi
lumpuh, jalan-jalan sulit dilalui, kantor kantor pelayanan publik, rumah
sakit, sekolah dan tempat-tempat lainnya menjadi sulit untuk di akses.
e. Erosi (pengikisan tanah). Air yang menggenang dalam jumlah di atas
batas normal dapat mengakibatkan struktur tanah menjadi tidak stabil

PAGE \* MERGEFORMAT 16
sehingga mengakibatkan tanah terkikis.
2.1.4 Upaya Pencegahan Banjir
Menurut Steven & Nugrohadi (2021) ada beberapa upaya yang bisa dilakukan
masyarakat untuk mengurangi risiko terjadinya bencana banjir diantaranya
adalah:
a. Kontrol banjir bendungan, saluran air, kontrol erosi.
b. Manajemen penggunaan tanah.
c. Mengurangi struktur tingkat kerentanan
d. Penghijauan (reboisasi)
2.2 Penanganan atau Manajemen Banjir
Beberapa upaya penting dalam kesiapsiagaan yaitu, memahami bahaya di
sekitar, memahami sistem peringatan dini setempat, mengetahui rute evakuasi dan
rencana pengungsian, memiliki keterampilan untuk mengevaluasi situasi secara
cepat dan mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi diri, memiliki rencana
antisipasi bencana untuk keluarga dan mempraktekkan rencana tersebut dengan
latihan, mengurangi dampak bahaya melalui latihan mitigasi, dan melibatkan diri
dengan berpartisipasi dalam pelatihan. Upaya kesiapsiagaan dapat dilakukan
dengan cara pengaktifan pos-pos siaga bencana, pelatihan atau simulasi bencana
(SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum), inventarisasi sumber
daya pendukung kedaruratan, penyiapan sumber daya logistik, penyiapan system
informasi dan komunikasi yang cepat, penyiapan dan pemasangan system
peringatan dini, penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan) dan mobilisasi
sumber daya atau personil dan prasarana (BNPB,2017) .
Upaya kesiapsiagaan bencana banjir terdiri dari prabencana, saat bencana,
dan Pasca bencana (BNPB, 2017).
a. Prabencana (tindakan sebelum terjadinya bencana) meliputi :
1) Mengetahui istilah peringatan yang berhubungan dengan bahaya banjir,
seperti siaga I sampai dengan siaga IV dan langkah-langkah yang harus
dilakukan.
2) Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal (apakah berada di zona
rawan banjir)
3) Mengetahui saluran atau aliran air kemana arusnya, melakukan persiapan

PAGE \* MERGEFORMAT 16
untuk evakuasi, termasuk memahami rute evakuasi ke daerah yang lebih
tinggi.
4) Membicarakan dengan anggota keluarga tentang ancaman banjir dan
merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga terpencar-
pencar, menyimpan atau membawa dokomen penting ketempat yang lebih
aman, mematikan panel listrik.
5) Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama kurang lebih tiga hari
dengan membawa tas siaga bencana, penyediaan makanan dan air minum.
b. Saat bencana (tindakan yang dilakukan pada saat terjadi bencana banjir)
meliputi:
1) Apabila banjir terjadi diwilayah anda, maka simaklah informasi dari
berbagai media terkait informasi banjir untuk meningkatkan kesiapsiagaan
banjir
2) Apabila terjadi banjir segera melakukan evakuasi ke tempat lebih tinggi,
waspadai terhadap arus deras, kubangan dan tempat yang tergenang air.
3) Apabila anda harus bersiap untuk evakuasi amankan barang-barang
berharga seperti dokomen penting ke tempat lebih tinggi atau bisa dibawa.
4) Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak yang
berwenang.
5) Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila anda berdiri di
atas air
6) Jika ada perintah evakuasi Anda harus meninggalkan rumah jangan berjalan
di arus air yang deras untuk menghindari jatuh dan terseret arus.
7) Apabila anda harus berjalan di air, berjanlanlah pada pijakan yang tidak
bergerak dan gunakan tongkat untuk mengechek kepadatan tempat anda
berpijak.
c. Pasca bencana (tindak yang harus dilakukan ketika bencana sudah terjadi)
meliputi:
1) Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan
ancaman kesetrum (waspadai dengan instalasi listrik).
2) Hindari air bergerak,hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan
bisa ambles.

PAGE \* MERGEFORMAT 16
3) Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kembali kerumah sesuai dengan
perintah dari pihak berwenang.
4) Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak
terlihat seperti pada pondasi.
5) Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun jika terkana air banjir,
6) Buang makanan yang terkomtinasi air banjir.
7) Dengarkan informasi mengenai kondisi banjir serta di mana mendapatkan
bantuan tenda shelter, pakaian, dan makanan.
8) Dapatkan fasilitas perawatan kesehatan, bersihkan tempat tinggal dan
lingkungan rumah dari sisa-sisa kotoran setelah banjir
9) Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan terlibat dalam
perbaikan saluran air disungai sekitar.
2.3 Penanganan Bencana Saat Banjir
Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Tujuan dari penanggulangan
bencana adalah :
a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
b. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh;
d. Menghargai budaya lokal;
e. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan
g. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:


1. Pra Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:
1) Dalam situasi tidak terjadi bencana; meliputi :

PAGE \* MERGEFORMAT 16
a) Perencanaan penanggulangan bencana; yang terdiri atas : pengenalan
dan pengkajian ancaman bencana; pemahaman tentang kerentanan
masyarakat; analisis kemungkinan dampak bencana; pilihan tindakan
pengurangan risiko bencana; penentuan mekanisme kesiapan dan
penanggulangan dampak bencana; dan alokasi tugas, kewenangan, dan
sumber daya yang tersedia.
b) Pengurangan risiko bencana; yang terdiri atas : pengenalan dan
pemantauan risiko bencana; perencanaan partisipatif penanggulangan
bencana; pengembangan budaya sadar bencana; peningkatan komitmen
terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan penerapan upaya fisik,
nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.
c) Pencegahan; yang terdiri atas : identifikasi dan pengenalan secara pasti
terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana; kontrol terhadap
penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara tiba-tiba
dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;
pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau
berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana;
penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan penguatan
ketahanan sosial masyarakat.
d) Pemaduan dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan dengan
cara mencantumkan unsur-unsur rencana penanggulangan bencana ke
dalam rencana pembangunan pusat dan daerah, dilakukan secara berkala
dikoordinasikan oleh suatu Badan.
e) Analisis resiko bencana
f) pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk
mengurangi resiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan
tentang penataan ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksi
terhadap pelanggar.
g) Pendidikan dan pelatihan; dan
h) Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
2) dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana, meliputi : kesiapsiagaan,
peringatan dini, dan mitigasi bencana.

PAGE \* MERGEFORMAT 16
2. Pada Saat Bencana (Tanggap Darurat)
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya; untuk mengidentifikasi: cakupan lokasi bencana; jumlah korban;
kerusakan prasarana dan sarana; gangguan terhadap fungsi pelayanan umum
serta pemerintahan; dan kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
2) Penentuan status keadaan darurat bencana;
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya:
pencarian dan penyelamatan korban; pertolongan darurat; dan/atau evakuasi
korban.
4) Pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi : kebutuhan air bersih dan
sanitasi; pangan; sandang; pelayanan kesehatan; pelayanan psikososial; dan
penampungan dan tempat hunian.
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan yaitu dengan memberikan prioritas
kepada kelompok rentan (bayi, balita, dan anak-anak; ibu yang sedang
mengandung atau menyusui; penyandang cacat; dan orang lanjut usia)
berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan
psikososial.
6) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital, dilakukan dengan
memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana.
3. Pasca Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana meliputi:
1) Rehabilitasi; melalui kegiatan: perbaikan lingkungan daerah bencana;
perbaikan prasarana dan sarana umum; pemberian bantuan perbaikan rumah
masyarakat; pemulihan sosial psikologis; pelayanan kesehatan; rekonsiliasi
dan resolusi konflik; pemulihan sosial ekonomi budaya; pemulihan
keamanan dan ketertiban; pemulihan fungsi pemerintahan; dan pemulihan
fungsi pelayanan publik.
2) Rekonstruksi, dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik,
meliputi: pembangunan kembali prasarana dan sarana; pembangunan
kembali sarana sosial masyarakat; pembangkitan kembali kehidupan sosial
budaya masyarakat; penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan

PAGE \* MERGEFORMAT 16
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana; partisipasi dan peran serta
lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat;
peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; peningkatan fungsi
pelayanan publik; dan peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
2.4 SOP Manajemen Bencana Saat Banjir
PENANGANAN BENCANA BANJIR
Definisi Penanggulangan kebanjiran adalah upaya dalam mengatasi
bencana banjir yang terjadi
Tujuan Melakukan jiwa korban bencana, menyelamatkan sarana dan
prasarana yang ada dan melakukan tindak lanjut untuk pelayanan
korban bencana
Ruang Prosedur ini meliputi tahap pra bencana, tahap bencana dan tahap
Lingkup pasca bencana
Kebijakan UU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana alam
Prosedur A. Tahap Sebelum Terjadi Banjir
Kegiatan yang dilakukan sebelum terjadi adalah meningkatkan
kesiapsiagaan menghadapi ancaman bahaya banjir meliputi:
1. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan/informasi-
informasi baik dari Pemerintah Pusat maupun dari
Pemerintah Daerah berkaitan dengan masalah banjir.
2. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus
menerus.
3. Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali
banjir.
4. Penyebarluasan informasi Daerah Rawan Banjir, ancaman
bahaya dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat
yang tinggal di daerah rawan bencana.
5. Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan menejemen
pengendalian banjir dengan menyiapkan dukungan
sumberdaya yang diperlukan dan berorientasi kepada
pemotivasian individu dalam masyarakat setempat agar
selalu siap sedia mengendalikan ancaman bahaya.

PAGE \* MERGEFORMAT 16
6. Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman.
7. Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat
seperti karung plastik, bronjong kawat, dan material
material pengisinya seperti pasir, batu dan lain-lain, dan
disediakan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan
rawan/kritis.
8. Penyediaan peralatan berat (backhoe/excavator, truk,
bulldozer dil) disiagakan pada lokasi yang strategis,
sehingga sewaktu-waktu mudah dimobilisasi.

B. Saat terjadi banjir


Selama banjir terjadi, dampak-dampak bencana banjir perlu
segera ditangani melalui upaya penanganan darurat
(emergency response & relief), agar tidak menimbulkan
dampak lanjutan yang menyebabkan rasa keputusasaan bagi
penduduk yang terkena musibah. Upaya yang dilakukan harus
cepat seperti :
1. Mengamati elevasi (ketinggian) muka air sungai/waduk
atau mengamati kondisi tanggul dan bangunan pengendali
banjir dan bangunan lainnya yang berada di sungai (dinilai
kritis), mencegah timbulnya bahan banjir di samping harus
tetap ada beberapa anggota regu peronda yang
melaksanakan tugas perondaan.
2. Bila muka air sungai telah mencapai suatu batas elevasi
bahaya/tingkat tertentu setiap regu diharuskan segera
mengirim berita kepada petugas yang telah ditetapkan.
3. Setiap berita yang dilaporkan oleh beberapa pihak
hendaknya dikonfirmasikan pada suatu tempat yang
ditetapkan sebagai Pos Komando. Penanggulangan banjir
untuk mengantisipasi terjadinya berita.
4. Peringatan dini/pemberitaan kepada masyarakat tentang
adanya tingkat bahaya banjir, agar dapat memberikan

PAGE \* MERGEFORMAT 16
kesempatan kepada masyarakat untuk menyelamatkan diri
dari kemungkinan terlanda bencana banjir.
5. Tanggap darurat, yang merupakan usaha pengerahan
unsur-unsur penanggulangan bencana alam/banjir, untuk
segera melaksanakan usaha-usaha pencegahan
meluasnya/parahnya kerusakan bangunan pengendali
banjir serta mengurangi dampak yang akibatnya/mungkin
terjadi.
6. Evakuasi penduduk yang terkena banjir.
7. Menyediakan tempat penampungan sementara.
8. Pembuatan MCK sementara di tempat penampungan.
9. Dapur umum dan bantuan keperluan sehari-hari: pakaian
layak pakai, selimut, alas tidur, obat-obatan.

C. Setelah Terjadinya Banjir


Pengaruh negatif yang timbul selama banjir terjadi, pada
umumnya terus berlanjut, dengan intensitas yang relatif lebih
kecil, karena telah adanya upaya-upaya penanggulangan
darurat (emergency response & relief). Untuk mengatasi
permasalahan tersebut diperlukan tindakan segera yaitu:
1. Melaksanakan inventarisasi kerusakan yang
diakibatkanb(misalnya: jumlah korban, kerusakan
bangunan pengendali banjir, bangunan prasarana umum,
besar kerugian yang diderita dan lain sebagainya).
2. Membuat peta akibat banjir dilengkapi dengan data-data,
tanggal kejadian, lokasi kejadian, luas genangan,
kedalaman genangan dan lain-lain.
3. Mengadakan evaluasi sebab-sebab terjadinya bencana
banjir
4. Mengusulkan rencana perbaikan kembali kerusakan-
kerusakan yang diakibatkan banjir, yang bersifat
darurat/permanen segera dengan dilengkapi rencana

PAGE \* MERGEFORMAT 16
kebutuhan biayanya.
5. Membuat laporan mengenai butir-butir di atas ke instansi
yang berwenang/lebih tinggi.
6. Bersifat rehabilitasi untuk pemulihan prasarana dan sarana
umum yang mengalami kerusakan.
7. Pemulihan terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya
masyarakat seperti pengobatan gratis.
8. Bantuan air bersih.
Unit Tim tanggap darurat
Terkait

PAGE \* MERGEFORMAT 16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bencana banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi
permukaan tanah, dengan ketinggian melebihi batas normal akibat fenomena
alam dan/atau disebabkan oleh manusia yang menyebabkan timbulnya korban
jiwa, kerugian material, dan kerusakan lingkungan.
Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi..
3.2 Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari dosen dan pembaca
sungguh kami harapkan agar makalah ini dapat lebih baik dan dapat menjadi
perbaikan untuk makalah selanjutnya. Dengan adanya makalah ini,
diharapkan perawat dan calon perawat di masa yang akan datang dapat
mengatasi masalah atau mengurangi resiko akibat bencana banjir.

PAGE \* MERGEFORMAT 16
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. (2017). Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana. Jakarta: Author


Istihora., & Ahmad, H. B. (2020). Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat
“Kesiapan Bencana Banjir”. Surabaya : CV Jakad Media Publishing
Raharjo, R. (2021). Panduan Keselamatan Saat Bencana Banjir. Yogyakarta:
Diva Press.
Steven, & Nugrohadi, G. E. (2021). Kesiapsiagaan Ibu Rumah Tangga dalam
Menghadapi Banjir dengan Mekanisme Koping di Dusun Tamping. Koto
Baru: Insan Cendekia Mandiri.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.

PAGE \* MERGEFORMAT 16

Anda mungkin juga menyukai