Disusun Oleh :
Kelompok 2
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia –
Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Ibu hamil dengan
Mola Hidatidosa “ dapat terselesaikan pada waktunya.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Reproduksi. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, saran, dan petunjukbersifat moral, spiritual
maupun materi yang sangat berharga.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurna nya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagipenulis dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
2
BAB I
KONSEP DASAR
1.1. Definisi
Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang tidak wajar, yang sebagian atau seluruh
vili korialisnya mengalami degenerasi hidroponik berupa gelembung yang menyerupai
anggur (Tarigan 2020). Mola Hidatidosa merupakan salah satu Penyakit Trofoblas
Gestasional (PTG) yang ditampilkan sebagai mola hidatidosa. Penyakit ini didiagnosis
secara klinis berupa tumor akibat proliferasi abnormal jaringan trofoblas. (Andriana dan
Islamy 2020). Klasifikasi PTG meliputi Mola Hidatidosa dan Neoplasia Trofoblastik
Gestasional. Menurut Vina dan Ratna, 2020. Mola hidatidosa adalah salah satu dari
sedikit spesimen kuretase yang memiliki ciri-ciri gross yang berbeda, yaitu vili yang
besar dan tembus cahaya. Klasifikasi Mola Hidatidiform (secara abnormal membentuk
plasenta) yaitu Mola komplit, Mola parsial, Mola invasive.
Mola invasif adalah bentuk paling umum dari GTD persisten setelah mola hidatidosa,
dan mungkin 6 sampai 10 kali lebih umum dari pada koriokarsinoma. Risiko
pengembangan menjadi koriokarsinoma tampaknya sama dengan mola Ikomplit. Terlebih
lagi, mola invasif muncul sebagai gambaran hemoragik, massa erosif yang menginvasi
miometrium. Perforasi dimungkinkan ketika ada keterlibatan ketebalan penuh. Mola
invasif adalah tumor jinak yang muncul dari invasi miometrium dari mola hatidiformis
melalui ekstensi langsung melalui jaringan atau saluran vena. Sekitar 10-17% dari mola
hidididiformis akan menghasilkan mola invasif, dan sekitar 15% di antaranya akan
bermetastasis ke paru-paru atau vagina. Contoh mola hidatidosa dan normal uterus
sebagai berikut :
3
1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya Mola Hidatidosa sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Namun faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan ini adalah :
(Zulhij, Parewasi, dan Sabir 2020) :
Menurut sukarni, 2014 faktor lain yang mempengaruhi wanita untuk kehamilan mola
yaitu berkaitan dengan genetika dan riwayat reproduksi. Berikut faktor resiko untuk
kehamilan mola hidatidosa :
Tanda dan Gejala Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata
dari kehamilan biasa, mual, muntah, pusing, terdapat tanda toksemia gravidarum,
adanya perdarahan dalam jumlah sedikit-banyak pada trimester I atau awal trimester II
dengan tanda khas berwarna kecoklatan, keluar jaringan mola seperti buah anggur atau
mata ikan (Zulhij, Parewasi, dan Sabir 2020).
Keluhan perdarahan ini yang menyebabkan klien datang mencari pertolongan ke rumah
sakit. Sifat perdarahan dapat terjadi intermiten, seikit sedikit maupun sekaligus banyak
sehingga dapat menyebabkan terjadinya anemia, syok ataupun kematian (Dewi, 2018).
4
perkembangan villi korialis berjalan norma I sehingga janin dapat tumbuh dan
berkembang bahkan sampai aterm. (Paputunga n, Wagey, & Lengkong, 2018)
a. Mola Hidatidosa Komplit: merupakan hasil kehamilan tidak normal tanpa adan
ya embrio-janin, dengan pembengkakan hidrofik villi plasenta dan seringkali memiliki
hiperplasia trofoblastik pada kedua lapisan. Pembengkakan villi menyebabkan
pembentukan sisterna sentral disertai penekanan jaringan penghubung matur yang
mengalami kerusakan pembuluh darah. Mola hidatidosa komplit hanya mengandung
DNA paternal sehingga bersifat androgenetik tanpa adanya jaringan janin.
b. Mola Hidatidosa Parsial: merupakan triploid yang mengandung dua set kromo som
paternal dan satu set kromosom maternal, tetapi pada triploid akibat dua set kromosom
maternal tidak menjadi mola hidatidosa parsial. Seringkali terdap at mudigah atau jika
ditemukan sel darah merah berinti pada pembuluh darah villi.
Mola Hidatidosa dapat terbagi menjadi Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak
diketemukan janin. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Dan disebabkan oleh ovum yang sudah atropi, faktor sosial ekonomi yang rendah (kurang
gizi), infeksi virus, parietas yang tinggi, imunoselektif dari trafoblas. Ada beberapa teori
yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast, seperti teori missed
abortion, mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah
darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi yang akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung dan pendarahan secara terus menerus. Teori neoplasma dari Park
yaitu Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung. Teori Studi dari
Hertig mengungkapkan Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa
semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya
embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus
menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan
fungsinya selama pembentukan cairan.
Fase awal sebelum melakukan tindakan curetage yaitu pre curetage klien akan merasa
cemas, kehilangan banyak cairan dan didapatkan masalah: Ansietas dan Hipovolemia
(kehilangan cairan aktif). Saat tindakan curetage klien akan mengalami perlukaan jalan
lahir yang menimbulkan masalah : Nyeri Akut dan Resiko Infeksi (Sihombing, 2018).
5
1.6 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan pemeriksaan USG, dimana akan terlihat
gambaran yang khas berupa badai salju (snow storm pattern) atau gambaran seperti sarang
lebah (honey comb). Selain USG, bisa juga dilakukan pemeriksaan //- hCG untuk diagnosis
maupun untuk pemantauan pada penderita penyakit trofoblas. B-hCG (Human Chorionic
Gonadotropin) adalah hormone glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta yang memiliki
6
aktivitas biologis mirip L.H.Pada kasus mola hidatidosa biasanya didapatkan B-hCG jauh
lebih tinggi dari pada kehamilan biasa. Sedangkan pada pemeriksaan histologis akan
tampak adanya beberapa villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu
berproliferasi, dan ditempat lain masih tampak villi yang normal. Secara sitogenetik mola
hidatidosa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu mola hidatidosa parsial dan mola
hidatidosa parsial atau komplit. (Zulhij. Parewasi, dan Sabir 2020).
7
BAB II
A. Pengkajian
8
B. Pengkajian Data Objektif
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berkebih) ( D.0077 )
2. Hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ( D.0023 )
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ( D.0056 )
4. Risiko infeksi berhubungan dengan efek tindakan invasif ( D.0142 )
5. Anxietas berhubungan dengan krisis situasional ( D.0080 )
D. Intervensi
9
- Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
( mis. TENS , hipnosis
, akupresur , terapi
musik , biofeedback ,
terapi pijat imajinasi
terbimbing , kompres
hangat / dingin , terapi
bermain )
- Kontrol ligkungan yang
memperberat rasa nyeri
( mis. Suhu ruangan ,
pencahayaan ,
kebisingan )
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab ,
periode , dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmalogis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik , jika perlu
10
2. Hypovolemia b.d kehilangan Status Cairan ( L.03208 ) Manajemen
cairan aktif ( D.0023 ) Hipovolemia ( I.03116 )
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 3 x 24 jam Observasi
diharapkan status cairan - Periksa tanda dan gejala
pasien dapat membaik dengan hipovolemia ( mis.
kriteria hasil : Frekuensi nadi
meningkat , nadi teraba
1. Kekuatan nadi membaik lemah , tekanan darah
2. Output urine meningkat menurun , tekanan nadi
3. Membran mukosa lembab menyempit , turgor kulit
4. Frekuensi nadi membaik menurun , membran
5. Tekanan darah membaik mukosa kering , volume
6. Hemoglobin membaik urin menurun ,
7. Intake cairan membaik hematokrit meningkat ,
8. Suhu tubuh membaik haus lemah )
9. Berat badan membaik - Monitor intake dan
10. Perasaan lemah menurun output cairan
11. konsentrasi
urine meningkat Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified
Trendelenburg
- Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (
mis. NaCl , RL )
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
( mis.glukosa 2,5 %
, NaCl 0,4 % )
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid
( mis.albumin ,
Plasmanate )
- Kolaborasi pemberian
produk darah
11
3. Intoleransi aktivitas b.d Toleransi Aktivitas ( L.05047 ) Manajemen
kelemahan ( D.0056 ) Energi ( I.05178 )
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 3 x 24 jam Observasi
diharapkan pasien dapat - Identifikasi gangguan
membaik dengan kriteria hasil : fungsi tubuh yang
mengakibatkan
1. Kemudahan kelelahan
melakukan aktivitas - Monitor kelelahan
sehari-hari meningkat fisik dan emosional
2. Kecepatan berjalan - Monitor pola
meningkat dan jam tidur
3. Tekanan darah meningkat - Monitor lokasi dan
4. Kekuatan tubuh bagian ketidaknyamanan
bawah meningkat selama melakukan
5. Keluhan lelah menurun aktivitas
6. Perasaan lemah menurun
7. Frekuensi nadi meningkat Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus ( mis.cahaya ,
suara , kunjungan )
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif / aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur , jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
bekurang
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
12
4. Risiko infeksi b.d efek prosedur Toleransi Aktivitas ( L.14137 ) Pencegahan Infeksi
invasif ( D.0142 ) ( I.14539 )
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 3 x 24 jam Observasi
diharapkan pasien dapat - Monitor tanda dan
membaik dengan kriteria hasil : gejala infeksi lokal
dan sistemik
1. Nafsu makan meningkat
2. Demam menurun Terapeutik
3. Cairan berbau - Batasi jumlah
busuk menurun pengunjung
4. Tidak ada letargi - Berikan perawatan
5. Bengkak menurun kulit pada area edema
6. Kemerahan menurun - Cuci tangan sebelum
7. Kadar sel darah putih dan sesudah kontak
membaik dengan pasien
- Pertahankan teknik
berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi , jika perlu
13
5. Anxietas b.d krisis situasional Tingkat Ansietas ( L.09093 ) Reduksi Ansietas ( I.09314 )
( D. 0080 )
Setelah di lakukan asuhan Observasi
keperawatan 3 x 24 jam - Identifikasi saat tingkat
diharapkan pasien dapat ansietas berubah
membaik dengan kriteria hasil : ( mis.kondisi , waktu ,
stresor )
1. Perilaku gelisah dan - Identifikasi kemampuan
tegang menurun mengambil keputusan
2. Keluhan pusing menurun - Monitor tanda-tanda
3. Anoreksia menurun ansietas ( verbal dan
4. Frekuensi non verbal )
pernapasan menurun
5. Frekuensi nadi dan Terapeutik
tekanan darah menurun - Ciptakan suasana
6. Konsentrasi membaik terapeutik untuk
7. Pola tidur membaik menumbuhkan
8. Orientasi membaik kepercayaan
- Temani pasien
untuk mengurangi
kecemasan , jika
memungkinkan
- Pahami situasi yang
membuat ansietas
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
- Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
- Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
- Diskusikan perencanaan
realitis tentang
peristiwa yang akan
datang
Edukasi
- Jelaskan Prosedur ,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan seacara
faktual mengenai
diagnosis , pengobatan ,
dan prognosis
14
- Anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien , jika perlu
- Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif , sesuai
kebutuhan
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat antiansietas , jika
perlu
E. Implementasi
F. Evaluasi
15
a) S (Data Subjek) Perawat mengetahui dan menuliskan keluhan pasien yang dirasakan
setelah diberikan tindakan keperawatan
b) O (Data Objek) Berdasarkan hasil pengukuran ataupun observasi perawat secara
langsung kepada pasien dan yang dirasakan setelah diberikan tindakan keperawatan
c) A (Analisa) Suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau
juga dapat dituliskan masalah diagnosisi baru akibat perubahan status
kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam subjektif dan objektif
d) P (Planning) Perencanaan keperawatan yang bisa saja dilanjutkan, berhentikan,
ubah, tambahkan dari rencana yang sudah yang terah dipersiapkan sebelumnya
16
DAFTAR PUSTAKA
Paputungan, T. V., Wagey, F. W., & Lengkong, R. A. (2018). Profil penderita mola
hidatidos a di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou, Jurnal E-Clinic (ECI), 4(1), 215-222.
Islamy. 2020. "Kehamilan Mola Hidatidosa Disertai Hipertiroid." JIMKI Jurnal lmiah
Mahasiswa Kedokteran Indonesia 8 (2): 3-9. https://doi.org/10.53366/jimki.v8i2.137.
Dewi, Rusmala. 2018. "Gambaran Kejadian Mola Hidatidosa Di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Provinsi Lampung." Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung 6 (1): 30-34.Octiara,
Devi Liana.dkk. 2021. "Mola Hidatidosa. Lampung"..JK Unila. Vol 4 No. 1. 2021
Munawarah, Masrina, dan Widiyono. 2019. "Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Mola
Hidatidosa Di Padangsidimpuan Utara." Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKI) 12
http://www.jurnal.usahidsolo.ac.id/index.php/JIKI/article/view/373.
Tarigan, Rosmeri Natalia. 2020. "Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kehamilan
Mola Hidatidosa di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 2012,"
Januari.http://ecampus.poltekkesmedan.ac.id/xmlui/handle/123456789/1965
Zulhij, Diah Irfaini, Heryani Parewasi, dan M. Sabir. 2020. "Wanita 21 Tahun Dengan Mola
Hidatidosa: Laporan Kasus." (Medpro)2(2):118-23. Diacses di: Jurnal Medical Profession
Http://duniakita777.blogspot.co.id/2012/04/laporanpendahuluan.molahidatidoa.html
Vina Amelia, Ratna Dewi Puspita Sari. 2020. "Penyakit Trofoblastik Gestasional: Varian
Histopatologi Mola Hidatidosa" Lampung. Medula, Vol.10 No.3. Oktober 2020.
Yulita Sari Purba, Dkk. 2019. "Mola Hidatidosa." Palu. Jurnal Medical Profession (Medpro)
17