Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Mola Hidatidosa

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Aldina Yunianti ( 220117009 )


2. Alisha Rahmadina ( 220117010 )
3. Atika Yuliana ( 220117011 )
4. Aulia Ningtias Rahma F ( 220117012 )
5. Aura Rizka Salsabila ( 220117013 )
6. Bela Ocmawati ( 220117014 )
7. Calisa Nisa ’ Ayyubi ( 220117015 )

Dosen pengampu : Ns. Elfira Sri Futriani , S.Pd , S.Kep , M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA PERIODE 2022/2023

Jl. Swadaya No.7, RT.001/RW.014, Jatibening, Kec. Pondok Gede, Kota


Bekasi, Jawa Barat 17412

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia –
Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Ibu hamil dengan
Mola Hidatidosa “ dapat terselesaikan pada waktunya.

Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Reproduksi. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, saran, dan petunjukbersifat moral, spiritual
maupun materi yang sangat berharga.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurna nya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagipenulis dan umumnya bagi pembaca.

Bekasi , 16 April 2024

Penulis

2
BAB I

KONSEP DASAR
1.1. Definisi

Mola Hidatidosa merupakan penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan


Trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenarasi kristik villi dan
perubahan hidopik. Mola hidatidosa yang dikenal awam sebagai hamil anggur merupakan
kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan
pembentukan bakal janin, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (villi) yang
mirip gerombolan buah anggur (Munawarah dan Widiyono 2019).

Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang tidak wajar, yang sebagian atau seluruh
vili korialisnya mengalami degenerasi hidroponik berupa gelembung yang menyerupai
anggur (Tarigan 2020). Mola Hidatidosa merupakan salah satu Penyakit Trofoblas
Gestasional (PTG) yang ditampilkan sebagai mola hidatidosa. Penyakit ini didiagnosis
secara klinis berupa tumor akibat proliferasi abnormal jaringan trofoblas. (Andriana dan
Islamy 2020). Klasifikasi PTG meliputi Mola Hidatidosa dan Neoplasia Trofoblastik
Gestasional. Menurut Vina dan Ratna, 2020. Mola hidatidosa adalah salah satu dari
sedikit spesimen kuretase yang memiliki ciri-ciri gross yang berbeda, yaitu vili yang
besar dan tembus cahaya. Klasifikasi Mola Hidatidiform (secara abnormal membentuk
plasenta) yaitu Mola komplit, Mola parsial, Mola invasive.

Mola invasif adalah bentuk paling umum dari GTD persisten setelah mola hidatidosa,
dan mungkin 6 sampai 10 kali lebih umum dari pada koriokarsinoma. Risiko
pengembangan menjadi koriokarsinoma tampaknya sama dengan mola Ikomplit. Terlebih
lagi, mola invasif muncul sebagai gambaran hemoragik, massa erosif yang menginvasi
miometrium. Perforasi dimungkinkan ketika ada keterlibatan ketebalan penuh. Mola
invasif adalah tumor jinak yang muncul dari invasi miometrium dari mola hatidiformis
melalui ekstensi langsung melalui jaringan atau saluran vena. Sekitar 10-17% dari mola
hidididiformis akan menghasilkan mola invasif, dan sekitar 15% di antaranya akan
bermetastasis ke paru-paru atau vagina. Contoh mola hidatidosa dan normal uterus
sebagai berikut :

3
1.2 Etiologi

Penyebab terjadinya Mola Hidatidosa sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Namun faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan ini adalah :
(Zulhij, Parewasi, dan Sabir 2020) :

a. Faktor Ovum, yang memang sudah patologik sehingga mati, tetapi


terlambat dikeluarkan.
b. Imunoselektif dari trofoblas,
c. Kehamilan usia lanjut 35 tahun) atau terlalu muda (<20 tahun)
d. Paritas tinggi
e. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
f. Faktor infeksi
g. Sosial ekonomi rendah yang mempengaruhi hygiene, nutrisi dan pendidikan
h. Malnutrisi terutama apabila kekurangan protein.

Menurut sukarni, 2014 faktor lain yang mempengaruhi wanita untuk kehamilan mola
yaitu berkaitan dengan genetika dan riwayat reproduksi. Berikut faktor resiko untuk
kehamilan mola hidatidosa :

a) Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya Wanita yang pernah mengalami


kehamilan mola hidatidosa memiliki resiko 2 kali lipat dibandingkan dengan
yang belum pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa.
b) Riwayat genetik Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa kehamilan
mola hidatidosa memiliki penyebab genetik terkait dengan mutasi gen
c) Faktor makanan Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan
peningkatan resiko kehamilan mola hidatidosa sempurna, termasuk juga
kekurangan vitamin A.

1.3 Manifestasi Klinis

Tanda dan Gejala Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata
dari kehamilan biasa, mual, muntah, pusing, terdapat tanda toksemia gravidarum,
adanya perdarahan dalam jumlah sedikit-banyak pada trimester I atau awal trimester II
dengan tanda khas berwarna kecoklatan, keluar jaringan mola seperti buah anggur atau
mata ikan (Zulhij, Parewasi, dan Sabir 2020).

Keluhan perdarahan ini yang menyebabkan klien datang mencari pertolongan ke rumah
sakit. Sifat perdarahan dapat terjadi intermiten, seikit sedikit maupun sekaligus banyak
sehingga dapat menyebabkan terjadinya anemia, syok ataupun kematian (Dewi, 2018).

1.4 Jenis – Jenis


Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu: Mola hidatidosa komplit dan
Mola hidatidosa parsialis. Mola hidatidosa komplit yaitu penyimpangan pertumbuhan dan
perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh villi korialis mengalami
perubahan hidropik. Mola hidatidosa parsial, yaitu sebagian pertumbuhan dan

4
perkembangan villi korialis berjalan norma I sehingga janin dapat tumbuh dan
berkembang bahkan sampai aterm. (Paputunga n, Wagey, & Lengkong, 2018)

a. Mola Hidatidosa Komplit: merupakan hasil kehamilan tidak normal tanpa adan
ya embrio-janin, dengan pembengkakan hidrofik villi plasenta dan seringkali memiliki
hiperplasia trofoblastik pada kedua lapisan. Pembengkakan villi menyebabkan
pembentukan sisterna sentral disertai penekanan jaringan penghubung matur yang
mengalami kerusakan pembuluh darah. Mola hidatidosa komplit hanya mengandung
DNA paternal sehingga bersifat androgenetik tanpa adanya jaringan janin.

b. Mola Hidatidosa Parsial: merupakan triploid yang mengandung dua set kromo som
paternal dan satu set kromosom maternal, tetapi pada triploid akibat dua set kromosom
maternal tidak menjadi mola hidatidosa parsial. Seringkali terdap at mudigah atau jika
ditemukan sel darah merah berinti pada pembuluh darah villi.

1.5 Patofisiologi (Pathway)

Mola Hidatidosa dapat terbagi menjadi Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak
diketemukan janin. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Dan disebabkan oleh ovum yang sudah atropi, faktor sosial ekonomi yang rendah (kurang
gizi), infeksi virus, parietas yang tinggi, imunoselektif dari trafoblas. Ada beberapa teori
yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast, seperti teori missed
abortion, mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah
darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi yang akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung dan pendarahan secara terus menerus. Teori neoplasma dari Park
yaitu Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung. Teori Studi dari
Hertig mengungkapkan Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa
semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya
embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus
menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan
fungsinya selama pembentukan cairan.

Fase awal sebelum melakukan tindakan curetage yaitu pre curetage klien akan merasa
cemas, kehilangan banyak cairan dan didapatkan masalah: Ansietas dan Hipovolemia
(kehilangan cairan aktif). Saat tindakan curetage klien akan mengalami perlukaan jalan
lahir yang menimbulkan masalah : Nyeri Akut dan Resiko Infeksi (Sihombing, 2018).

5
1.6 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan pemeriksaan USG, dimana akan terlihat
gambaran yang khas berupa badai salju (snow storm pattern) atau gambaran seperti sarang
lebah (honey comb). Selain USG, bisa juga dilakukan pemeriksaan //- hCG untuk diagnosis
maupun untuk pemantauan pada penderita penyakit trofoblas. B-hCG (Human Chorionic
Gonadotropin) adalah hormone glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta yang memiliki

6
aktivitas biologis mirip L.H.Pada kasus mola hidatidosa biasanya didapatkan B-hCG jauh
lebih tinggi dari pada kehamilan biasa. Sedangkan pada pemeriksaan histologis akan
tampak adanya beberapa villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu
berproliferasi, dan ditempat lain masih tampak villi yang normal. Secara sitogenetik mola
hidatidosa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu mola hidatidosa parsial dan mola
hidatidosa parsial atau komplit. (Zulhij. Parewasi, dan Sabir 2020).

1.7 Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Yulita,dkk 2019. Penanganan yang biasa dilakukan pada


mola hidatidosa adalah :
a. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
b. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana
sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan fokus pada :

1) Riwayat haid terakhir dan kehamilan.


2) Perdarahan tidak teratur atau spotting
3) Pembesaran abnormal uterus
4) Pelunakan serviks dan korpus uteri (badan uterus)
5) Kajian uji kehamilan dengan pengeneeran urin
6) Pastikan tidak ada janin atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat.
7) Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
8) Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)

7
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN ( TEORITIS )

A. Pengkajian

Pengkajian Data Subjetif Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1. Biodata, mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi: nama.


umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan.
perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.

2. Keluhan utama, Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya


perdarahan pervaginam berulang.

3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :

a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke


Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginaan di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu.
c. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pemah
dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana
tindakan tersebut berlangsung.
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan
dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit
turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
f. Riwayat kesehatan reproduksi Kaji tentang mennorhoc, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya.
g. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h. Riwayat seksual :Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
i. Riwayat pemakaian obat :Kaji riwayat pemakaian obat-
obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
j. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

8
B. Pengkajian Data Objektif

1. TTV : ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas


2. Status Gizi : Berat Badan meningkat/menurun
3. Status Kardiovaskuler : Bunyi jantung, karakter nadi
4. Status Respirasi : Pola pemafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan
5. Status Hidrasi : Edema, derajat kelembaban
6. Keadaan Integumen : Observasi kulit terhadap warna, lesi, laserasi, bekas luka
operasi, kontraksi dinding perut
7. Genital : nyeri kostovertebral dan suprapubik, perdarahan yang abnormal
8. Status Eliminasi : Perubahan konstipasi feses, konstipasi dan perubahan
frekuensi berkemih
9. Keadaan Muskoloskeletal : Bahasa tubuh, pergerakan, tegangan otot, ketut lutut
10. Pemeriksaan janin : Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin ( apakah
sesuai dengan usia kehamilan )

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berkebih) ( D.0077 )
2. Hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ( D.0023 )
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ( D.0056 )
4. Risiko infeksi berhubungan dengan efek tindakan invasif ( D.0142 )
5. Anxietas berhubungan dengan krisis situasional ( D.0080 )

D. Intervensi

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Tingkat Nyeri ( L.08066 ) Manajemen Nyeri ( I.08238 )
1. Nyeri akut b.d agen pencedera
fisik ( mis. Abses , amputasi , Setelah dilakukan asuhan Observasi :
terbakar , terpotong , keperawatan 1 x 24 jam - Identifikasi lokasi ,
mengangkat berat , prosedur diharapkan tingkat nyeri menurun karakteristik , durasi ,
operasi , trauma , latihan fisik dengan kriteria hasil : frekuensi , kualitas ,
berlebihan ) 1. Kemampuan menuntaskan intensitas nyeri
( D.0077 ) aktivitas meningkat - Identifikasi skala nyeri
2. Keluhan nyeri menurun - Identifikasi respons
3. Meringis menurun nyeri non verbal
4. Gelisah menurun - Identifikasi faktor
5. Keluhan sulit tidur memperberat dan
menurun memperingan nyeri
6. Tekanan darah membaik - Identifikasi
7. Kesulitan tidur menurun pengetahuan dan
8. Frekuensi nadi membaik keyakinan tentang nyeri
9. Nafsu makan membaik - Identifikasi pengaruh
10. Pola tidur membaik budaya terhadap respon
nyeri

9
- Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
( mis. TENS , hipnosis
, akupresur , terapi
musik , biofeedback ,
terapi pijat imajinasi
terbimbing , kompres
hangat / dingin , terapi
bermain )
- Kontrol ligkungan yang
memperberat rasa nyeri
( mis. Suhu ruangan ,
pencahayaan ,
kebisingan )
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab ,
periode , dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmalogis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik , jika perlu

10
2. Hypovolemia b.d kehilangan Status Cairan ( L.03208 ) Manajemen
cairan aktif ( D.0023 ) Hipovolemia ( I.03116 )
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 3 x 24 jam Observasi
diharapkan status cairan - Periksa tanda dan gejala
pasien dapat membaik dengan hipovolemia ( mis.
kriteria hasil : Frekuensi nadi
meningkat , nadi teraba
1. Kekuatan nadi membaik lemah , tekanan darah
2. Output urine meningkat menurun , tekanan nadi
3. Membran mukosa lembab menyempit , turgor kulit
4. Frekuensi nadi membaik menurun , membran
5. Tekanan darah membaik mukosa kering , volume
6. Hemoglobin membaik urin menurun ,
7. Intake cairan membaik hematokrit meningkat ,
8. Suhu tubuh membaik haus lemah )
9. Berat badan membaik - Monitor intake dan
10. Perasaan lemah menurun output cairan
11. konsentrasi
urine meningkat Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified
Trendelenburg
- Berikan asupan
cairan oral

Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (
mis. NaCl , RL )
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
( mis.glukosa 2,5 %
, NaCl 0,4 % )
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid
( mis.albumin ,
Plasmanate )
- Kolaborasi pemberian
produk darah

11
3. Intoleransi aktivitas b.d Toleransi Aktivitas ( L.05047 ) Manajemen
kelemahan ( D.0056 ) Energi ( I.05178 )
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 3 x 24 jam Observasi
diharapkan pasien dapat - Identifikasi gangguan
membaik dengan kriteria hasil : fungsi tubuh yang
mengakibatkan
1. Kemudahan kelelahan
melakukan aktivitas - Monitor kelelahan
sehari-hari meningkat fisik dan emosional
2. Kecepatan berjalan - Monitor pola
meningkat dan jam tidur
3. Tekanan darah meningkat - Monitor lokasi dan
4. Kekuatan tubuh bagian ketidaknyamanan
bawah meningkat selama melakukan
5. Keluhan lelah menurun aktivitas
6. Perasaan lemah menurun
7. Frekuensi nadi meningkat Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus ( mis.cahaya ,
suara , kunjungan )
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif / aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur , jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan

Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
bekurang
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

12
4. Risiko infeksi b.d efek prosedur Toleransi Aktivitas ( L.14137 ) Pencegahan Infeksi
invasif ( D.0142 ) ( I.14539 )
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 3 x 24 jam Observasi
diharapkan pasien dapat - Monitor tanda dan
membaik dengan kriteria hasil : gejala infeksi lokal
dan sistemik
1. Nafsu makan meningkat
2. Demam menurun Terapeutik
3. Cairan berbau - Batasi jumlah
busuk menurun pengunjung
4. Tidak ada letargi - Berikan perawatan
5. Bengkak menurun kulit pada area edema
6. Kemerahan menurun - Cuci tangan sebelum
7. Kadar sel darah putih dan sesudah kontak
membaik dengan pasien
- Pertahankan teknik
berisiko tinggi

Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan cairan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi , jika perlu

13
5. Anxietas b.d krisis situasional Tingkat Ansietas ( L.09093 ) Reduksi Ansietas ( I.09314 )
( D. 0080 )
Setelah di lakukan asuhan Observasi
keperawatan 3 x 24 jam - Identifikasi saat tingkat
diharapkan pasien dapat ansietas berubah
membaik dengan kriteria hasil : ( mis.kondisi , waktu ,
stresor )
1. Perilaku gelisah dan - Identifikasi kemampuan
tegang menurun mengambil keputusan
2. Keluhan pusing menurun - Monitor tanda-tanda
3. Anoreksia menurun ansietas ( verbal dan
4. Frekuensi non verbal )
pernapasan menurun
5. Frekuensi nadi dan Terapeutik
tekanan darah menurun - Ciptakan suasana
6. Konsentrasi membaik terapeutik untuk
7. Pola tidur membaik menumbuhkan
8. Orientasi membaik kepercayaan
- Temani pasien
untuk mengurangi
kecemasan , jika
memungkinkan
- Pahami situasi yang
membuat ansietas
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
- Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
- Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
- Diskusikan perencanaan
realitis tentang
peristiwa yang akan
datang

Edukasi
- Jelaskan Prosedur ,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan seacara
faktual mengenai
diagnosis , pengobatan ,
dan prognosis

14
- Anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien , jika perlu
- Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif , sesuai
kebutuhan
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat antiansietas , jika
perlu

E. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke statuskesehatan yag lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.Tahapan implementasi adalah pelaksanaan sesuai rencana yang sudah
disusun padatahap sebelumnya

F. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, di mana


perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh
mana masalah ibu dapat diatasi. Di samping itu, perawat juga memberikanumpan
balik atau pengkajian ulang,seandainya tujuan yang ditetapkan belumtercapai, maka
dalam hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi .

Untuk memudahkan dalam pengevaluasian pasien, digunakan komponen SOAP


sebagai berikut :

15
a) S (Data Subjek) Perawat mengetahui dan menuliskan keluhan pasien yang dirasakan
setelah diberikan tindakan keperawatan
b) O (Data Objek) Berdasarkan hasil pengukuran ataupun observasi perawat secara
langsung kepada pasien dan yang dirasakan setelah diberikan tindakan keperawatan
c) A (Analisa) Suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau
juga dapat dituliskan masalah diagnosisi baru akibat perubahan status
kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam subjektif dan objektif
d) P (Planning) Perencanaan keperawatan yang bisa saja dilanjutkan, berhentikan,
ubah, tambahkan dari rencana yang sudah yang terah dipersiapkan sebelumnya

16
DAFTAR PUSTAKA

Paputungan, T. V., Wagey, F. W., & Lengkong, R. A. (2018). Profil penderita mola
hidatidos a di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou, Jurnal E-Clinic (ECI), 4(1), 215-222.
Islamy. 2020. "Kehamilan Mola Hidatidosa Disertai Hipertiroid." JIMKI Jurnal lmiah
Mahasiswa Kedokteran Indonesia 8 (2): 3-9. https://doi.org/10.53366/jimki.v8i2.137.

Dewi, Rusmala. 2018. "Gambaran Kejadian Mola Hidatidosa Di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Provinsi Lampung." Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung 6 (1): 30-34.Octiara,
Devi Liana.dkk. 2021. "Mola Hidatidosa. Lampung"..JK Unila. Vol 4 No. 1. 2021

Munawarah, Masrina, dan Widiyono. 2019. "Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Mola
Hidatidosa Di Padangsidimpuan Utara." Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKI) 12
http://www.jurnal.usahidsolo.ac.id/index.php/JIKI/article/view/373.

Tarigan, Rosmeri Natalia. 2020. "Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kehamilan
Mola Hidatidosa di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 2012,"
Januari.http://ecampus.poltekkesmedan.ac.id/xmlui/handle/123456789/1965
Zulhij, Diah Irfaini, Heryani Parewasi, dan M. Sabir. 2020. "Wanita 21 Tahun Dengan Mola
Hidatidosa: Laporan Kasus." (Medpro)2(2):118-23. Diacses di: Jurnal Medical Profession
Http://duniakita777.blogspot.co.id/2012/04/laporanpendahuluan.molahidatidoa.html

Sihaloho. 2019. Bagaimana Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa. Jurnal Medical


Pofession (Medpro) 2 (2): 118-23.

Vina Amelia, Ratna Dewi Puspita Sari. 2020. "Penyakit Trofoblastik Gestasional: Varian
Histopatologi Mola Hidatidosa" Lampung. Medula, Vol.10 No.3. Oktober 2020.
Yulita Sari Purba, Dkk. 2019. "Mola Hidatidosa." Palu. Jurnal Medical Profession (Medpro)

17

Anda mungkin juga menyukai