Anda di halaman 1dari 3

Nama : Bernadette Christianti Tamy Beda, S.

Pd

Nim : 2464803047

Kasus I

1. Seorang Guru mengajar materi matematika yakni mencari nilai rata- rata (mean)
dikelas VII, untuk memudahkan siswa dalam memahami serta proses pengerjaan
menggunakan metode pembelajaran dengan model penugasan dan latihan soal.
Langkah yang dilakukan Guru tersebut antara lain:
1. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai
2. Menyampaikan materi dan memberikan contoh soal
3. Memberikan tugas dengan jelas dan sesuai dengan kesanggupan peserta didik.

Jadi Menurut sayasiswa dapat mengerjakan soal pada percobaan kedua tanpa melihat
dengan baik dan benar dikarenakan siswa sudah memahami tata cara langkah yang
diberikan oleh gurunya. Guru tersebut memiliki cara agar langkah dan urutan
pengerjaan soal tersebut dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu siswa dapat
mengerjakan soal dengan baik dan benar pada percobaan kedua tanpa melihat
langkah- langkah yang diberikan oleh gurunya.

2. Metode yang diterapkan pada pembelajaran tersebut adalah metode latihan soal dan
penugasan. Hal ini berdasar pada teori belajar behavioristik yang berfungsi sebagai
dasar penguatan pada implementasi metode belajar diatas. Teori belajar behavioristik
adalah teori belajar yang berfokus pada perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil
dari proses pembelajaran. Menurut teori ini, perubahan perilaku peserta didik
disebabkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Pemilihan teori ini
berkaca pada kelebihan antara lain:
Teori behavioristik mampu menghasilkan suatu perilaku yang bersifat konsisten
terhadap bidang tertentu. Hal ini dapat dicapai dengan menyusun materi ajar secara
hirarkis dalam bentuk bagian-bagian kecil, dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks.
Teori behavioristik mampu mengoptimalkan bakat dan kecerdasan peserta didik yang
sudah terbentuk sebelumnya melalui kegiatan pengulangan dan pelatihan yang
berkesinambungan. Menurut teori belajar behavioristik, kegiatan pengulangan dan
pelatihan tersebut berfungsi sebagai proses penguatan untuk mengoptimalkan
kemampuan peserta didik agar semakin terampil.

Kasus II

1. Diferensiasi Instruksi: Kenali gaya belajar unik masing-masing peserta didik dan
sesuaikan pendekatan pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan mereka.
Misalkan anak yng lebih suka menulis diberi tugas menulis angka berurutan yang
lebih senang gambar boleh menggambar angkanya sesuai imajinasi peserta didik.

2. Aktivitas Berbasis Permainan: Buat permainan matematika yang interaktif dan


menyenangkan. Misalnya, permainan jongklang dimana anak secara tidak sadar
berhitung, ini akan melatih mereka untuk berhitung dengan lancar. Ini tidak hanya
membuat pembelajaran lebih menarik, tetapi juga meningkatkan motivasi peserta
didik.

3. Kolaborasi dalam Kelompok Kecil: Susun aktivitas kelompok kecil yang


mendorong kolaborasi dan pertukaran ide antara peserta didik. Mereka dapat
belajar satu sama lain dan merasa lebih nyaman dalam mengatasi tantangan
bersama.

4. Simulasi Situasi Nyata: Kaitkan konsep matematika dengan situasi nyata yang
akrab bagi anak-anak. Misalnya, menggunakan tanaman sekitar, anak bisa
diarahkan agar menghitung kelopak bunga atau berapa pohon yang ada di taman
sekolah.

5. Umpan Balik Positif: Berikan pujian dan umpan balik positif ketika peserta didik
berhasil menyelesaikan tugas atau memahami suatu konsep. Ini dapat
meningkatkan kepercayaan diri dan memotivasi mereka untuk terus belajar.

Tahapan perkembangan pada usia 6-7 tahun termasuk kedalam tahap


perkembangan kognitif yang disebut pra – operasional konkret. Tahapan ini membuat
anak berpikir pada tingkat simbolik tapi menggunakan operasi kognitifnya. Jadi, pada
tahap perkembangan ini anak mulai berhitung dengan cara sederhana. Mungkin yang
dpat dilakakuan Sebagai guru, rina dapat membuat simbolik angka diganti dengan
bentuk konkrit, seperti: permen, buah, dan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan tahap
perkembangan sang anak dalam fase pra - operasional konkrit. Rani bisa menciptakan
pembelajaran dengan menerapkan logika pada objek fisik agar bisa menstimulus
kemampuan anak dalam berfikir. Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan
menyediakan benda-benda disekitar siswa, seperti buku, pensil, kriyon, spidol yang
setiap harinya siswa gunakan dalam belajar. Rani bisa menggunakan benda-benda
tersebut sebagai media untuk siswa berhitung. Dengan mengaitkan pelajaran
berhitung dengan kehidupan sehari-hari tentu akan menjadi salah satu cara belajar
berhitung cepat dan mudah karena anak-anak dapat mempraktikkannya secara
langsung. Selain itu, Rani juga bisa menyediakan permainan yang berkaitan dengan
hitung-menghitung seperti congklak, dimana dalam permainan tersebut secara tidak
langsung anak telah diajarkan berhitung.

Kasus III

1. Pak Made membuat contoh yang berbeda dari buku untuk memudahkan siswa
memahami materi teks deskripsi. Sebagai seorang Guru, Pak Made terlebih dahulu
memahami latar belakang peserta didik secara keseluruhan, kemudia memilih konten
dalam pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman dan lingkungan peserta didik,
agar peserta didik dapat mengaitkan materi dengan pengalaman mereka sendiri.
Contohnya tentang kebudayaan Khas Bali.
2. Selain itu, Pak Made menggunakan prinsip keterlibatan atau (Engagement Principle)
dengan memilih topik yang menarik minat peserta didik, seperti pantai dan makanan
khas Bali. Hal ini,memiliki potensi untuk meningkatkan keinginan peserta didik untuk
dapat belajar lebih banyak dan berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut Pak Made telah membuat keputusan yang
tepat tentang membuat pembelajaran yang menarik dan relevan bagi peserta didik

Anda mungkin juga menyukai