Lapoan Praktikum Kelompok 3
Lapoan Praktikum Kelompok 3
OLEH:
AYALIA 193030404141
SURIANSYAH 193030404128
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
2020
Lembar Pengesahan
Palangka raya,……………2020
Laporan Dosen Pengampu,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Bidang/Penampang Kayu,Arah Kayu Dan Identifikasi Kayu Secara Makroskopis” ini
tepat pada waktu meski jauh dari kata sempurna.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sifat-Sifat Dasar Kayu. Selain itu,laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang bidang/penampang kayu,arah kayu dan identifikasi kayu secara
makroskopis”. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan terlibat dalam proses pembuatan laporan praktikum Sifat-
Sifat Dasar Kayu ini, terkhusus kepada:
Demikian laporan yang kami buat ini ,mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan bagi kami selaku penulis.
.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................. iv
I . PENDAHULUAN
1.1 .LatarBelakang...................................................................................................1
1.2 .Tujuan Praktikum.............................................................................................. 2
iii
Daftar Gambar
Gambar 3.2.Cara Mengukur Dan Menghitung Lebar Dan Volume Kayu Teras Dan Kayu
Gubal.................................................................................................................10
Gambar 4.1. Bagian Pada Sepotong Kayu Berbentuk Cakram Setebal 15 Cm............12
Gambar 4.2. Arah Pada Potongan Kayu Berbentuk Kubus 5x5 Cm..............................12
iv
I .PENDAHULUAN
1
topeng atau lemari kecil. Selain mudah dibentuk, kayu sengon juga mudah diberi
warna karena mudah menyerap air dan tahan terhadap berbagai cuaca.
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menggambar bidang dan arah sampel
kayu,mengamati bagian-bagian kayu dan mencatumkan
keterangannya,menjelaskan perbedaan antara bidang dan arah kayu,mengamati
struktur kayu secara makroskopis,mengenali jenis-jenis kayu perdagangan yang
penting sehingga dapat membedakan jenis-jenis kayu tersebut dalam
praktek,mengamati warna kayu,arah serat kayu,lingkatran tahun kayu,kayu teras
dan kayu gubal dan menghitung proporsi kayuteras dan kayu gubal.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kayu merupakan material atau jenis bahan yang diperoleh secara alami dari
pohon. Kayu bersifat renewable, yaitu selama pengelolaan sumber daya alamnya
dilakukan secara lestari, sumbernya menjamin ketersediaan sepanjang masa
(Surjokusumo dkk, 2003). Kayu dapat terurai secara sempurna di alam dan juga dapat
didaur ulang secara sempurna (bio-degradable). Oleh karena itu, kayu merupakan
satu-satunya bahan struktur saat ini yang ramah lingkungan.
Kayu adalah salah satu bahan material struktur yang sudah lama dikenal oleh
masyarakat. Kayu sebagai hasil utama hutan akan tetap terjaga keberadaannya
selama hutan dikelolai secara lestari dan berkesinambungan, bila dibandingkan
dengan material struktur lain, material kayu memiliki berat jenis yang ringan dan proses
pengerjaannya dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana dan ringan. Sebagai
bahan dari alam, kayu dapat terurai secara sempurna sehingga tidak ada istilah limbah
pada konstruksi kayu.
Kayu adalah bahan dari alam yang tidak homogen. Perilaku ini disebabkan oleh
pola pertumbuhan batang dan kondisi lingkungan pertumbuhan yang sering tidak
sama. Oleh karena itu, sifat-sifat fisik dan sifat-sifat mekanik pada arah longitudinal,
radial, dan tangensial tidak sama. Kekuatan kayu pada arah longitudinal lebih besar
bila dibandiing dengan arah tangensial ataupun radial, dan angka kembang susut pada
arah longitudinal jauh lebih kecil daripada arah tangensial maupun arah radial.
3
nama sika, di daerah Sulawesi dikenal dengan nama tedehu pute dan di Papua dikenal
dengan bae/wahagon. Sengon juga memiliki beberapa nama di negara lain yaitu batai
(Perancis, Jerman, Italia, Usa dan Kanada), kayu machis (Serawak- Malaysia), dan
puah (Brunei Darussalam).
Berikut adalah klasifikasi ilmiah dari tanaman sengon (Warisno dan Dahana, 2009):
Subclassis : Rosidae
Ordo : Fabales
Nama ilmiah tanaman sengon adalah P. falcataria (L.) Nielson. namun juga
sering disebut Albizzia falcataria. Kedua nama ilmiah ini dibenarkan secara 8 ilmiah,
namun P. falcataria (L.) Nielson lebih dianjurkan penggunaannya (Warisno dan
Dahana, 2009).
Pada penggunaan kayu dituntut syarat kestabilan dimensi kayu. Perubahan dimensi
kayu tidak sama dalam ketiga arah yaitu longitudinal, tangensial, dan radial. Dengan
perkataan lain, kayu memiliki sifat anisotropi. Perubahan dimensi meliputi
pengembangan dan penyusutan. Masing-masing sama pentingnya, tetapi umumnya
perhatian lebih besar ditujukan kepada penyusutan dalam penggunaan kayu tersebut.
Kayu menyusut lebih banyak dalam arah lingkaran tumbuh (tangensial), agak kurang
ke arah melintang lingkaran tumbuh (radial) dan sedikit seklai dalam arah sepanjang
serat (longitudinal). Untuk perubahan dimensi dalam arah longitudinal berkisar 0,1-
0,2%, dalam arah radial angka penyusutan bervariasi antara 2,1-8,5%, sedangkan
dalam arah tangensial angka penyusutan lebih kurang 2 kali angka penyusutan radial
bervariasi 4,3-14% (Dumanauw, 1993).
Kembang susut kayu mempunyai arah tertentu karena adanya perbedaan struktur
pori-pori kayu atau trakeida pada kayu berdaun jarum. Pada umumnya, terdapat 3 arah
penyusutan utama pada kayu, yaitu tangensial, radial, dan longitudinal (aksial).
Tangensial merupakan arah penyusutan searah dengan arah lingkaran
tahun. Besar penyusutan pada arah ini adalah 4,3%-14% atau rata-rata 10%.
Radial merupakan arah penyusutan searah dengan jari-jari kayu atau memotong
tegak lurus lingkaran tahun. penyusutan pada arah ini berkisar antara 2,1%-
8,5% atau rata-rata 5 %.
Longitudinal (aksial) merupakan arah peyusutan searah dengan panjang kayu
atau serat batang kayu. Penyusutan arah ini berkisar antara 0,1%-0,3% atau
biasa diperhitungkan 0,3%.
Penyusutan longitudinal kayu normal dapat diabaikan untuk kebanyakan
penggunaan praktis. Ini adalah salah satu ciri yang membuat papan gergajian dan
5
produk-produk papan gergajian menjadi bahan bangunan yang begitu berguna. Jika
hal ini tidak demikian, perubahan kandungan air selama pemakaian akan
mendatangkan bencana. Biasanya, pengusutan longitudinal benar terjadi dalam
pengeringan dari keadaan segar ke kering tanur, tetapi besarnya hanya 0,1 – 0,2 %
untuk kebanyakan spesies dan jarang melebihi 0,4 %. Penyusutan tangensial lebih
besar daripada penyusutan radial dengan suatu faktor antara atau setengah dan tiga
berbanding satu. Beberapa ciri anatomis diduga menjadi penyebab perbedaan ini,
termasuk adanya jaringan jari-jari, pernoktahan rapat pada dinding sel, dominasi kayu
musim panas dalam arah tangensial dan perbedaan-perbedaan dalam jumlah zat
dinding sel secara radial lawan tangensial (Budianto, 2000).
Perubahan dari kayu gubal menjadi kayu teras akan disertai dengan
pembentukan zat ekstraktif yang semakin tinggi atau bahan extraneous.Ada pula yang
mengemukakan bahwa terbentuknya kayu teras akibat terjadinya pemupukan dan
penguraian zat makanan pada batang lebih cepat sehingga terbentuk senyawa
polyfenol (Jayme,1968).Senyawa ini dapat menyumbat sebagian atau seluruh
bagian jaringan tanaman yang berakibat distribusi zat makanan menjadi terganggu.
Pada jaringan yang tersumbat makakonsentrasinya lebih tinggi dan jaringannya
akan tertutup sehingga tidak terjadi pertukaran zat yang baru (Kellomaki,1998).
Kondisi ini menyebabkan sel menjadi tidak aktif dan sel akan mati sehingga
dengan kurun waktu tertentu akan terbentuk kayu teras. Tidak aktifnya sel pada kayu
teras akan diikuti dengan menebalnya dinding sel dan menghilangnya inti sel. Ada
sebagian sel dari kayu gubal yakni antara 4 –40% masih memiliki inti selnya. Secara
6
umum kayu teras memiliki massa jenis yang tinggi dan aroma bau yang khas.
Kayu teras sering dilalui oleh zat ekstraktif dari golongan polyfenol. Bahan ini
dikonversi dari jenis gula, pati dan ekstraktif yang banyak ditemukan pada kayu
gubal. Sel penyusun pada kayu gubal dibentuk sebagai sel penyimpan cadangan
makanan (sel parenchym) pada saat terjadi proses metabolisme yang berlangsung
sempurna. Tetapi pada sel kearah empulur kecepatan metabolismenya menjadi
berkurang bahkan banyak ditemukan sel yang sudah mati yang akhirnya
membentuk kayu teras. (Hygreen, 1989 ; Tsoumis,1952).
7
III. METODE PRAKTIKUM
1. Cutter
2. Gergaji
3. Loupe
4. Penggaris
1. Menuliskan nama daerah dan nama ilmiah kayu yang akan diamati (risalah
kayu)
9
Gambar 3.1 Sumbu Orthotopik Kayu
10
4. Mengamati dan menggambarkan bidang Transversal kayu, menghitung
lingkaran tahun (Gambar.2)
5. Mengukur dan menghitung lebar dan volume kayu teras dan kayu Gubal
Kayu Gubal
Gr Gr
T
D1
Gambar 3.2. Cara Mengukur dan Menghitung Lebar dan Volume Kayu Teras dan
Kayu Gubal
Dengan rumus :
Keterangan :
D = Diameter
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pada praktikum ini yaitu sebagai berikut ini. Pada praktikum ini jenis kayu
yang digunakan adalah kayu Sengon (Paraserianthes falcataria). Di daerah Jawa sengon
dikenal dengan nama jeungjing (sunda) dan sengon laut (jawa), di daerah Maluku
dikenal dengan nama sika, di daerah Sulawesi dikenal dengan nama tedehu pute dan
di Papua dikenal dengan bae/wahagon. kayu ini termasuk pada jenis kayu daun kecil.
Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas,
perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lain.
Pada praktikum ini kayu dibentuk menjadi 3 bentuk yaitu bentuk baji dengan panjang 10
cm, bentuk kubus dengan ukuran 5 cm x 5 cm dan berbentuk cakram dengan panjang
15 cm. Setelah dilakukkan pengamatan pada kayu tersebut didapatkan hasil bahwa ada
3 bidang yaitu bidang melintang, bidang radial dan bidang tangensial sedangkan pada
arah didapatkan 3 arah yaitu arah tangensial, arah radial dan arah longitudinal.
Adapun bagian- bagian kayu yang dapat dilihat dengan mata biasa dan loupe,
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
12
Gambar 4.1. Bagian pada sepotong kayu berbentuk cakram setebal 15 cm
Keterangan :
1. Kulit
2. Kayu Gubal
3. Kayu Teras
4. Empelur
5. Lingkaran tahun
6. Jari – jari
7. Pori – pori
Adapun arah kayu yang dapat dilihat pada potongan berbentuk kubus 5x5 cm,
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Keterangan :
T : Arah Tengensial
R : Arah Radial
13
Berikut ini arah dan bidang yang terlihat pada potongan kayu berbentuk seperti
baji dengan panjang 10 cm, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.3. Arah dan bidang pada potongan kayu seperti baji
Keterangan :
T : Bidang Tangensial
R : Bidang Radial
A : Arah Tangensial
B : Arah Radial
C : Arah Longitudinal
14
Berikut ini arah yang terlihat pada potongan kayu cakram dengan panjang 15
cm, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Keterangan :
T : Arah Tengensial
R : Arah Radial
15
Menurut Pandit, I Ketut N. dan Ramdan Hikmat (2002) bidang orientasi adalah
bidang pembantu yang diperlukan dalam pengenalan kayu sehingga diperoleh kesan
yang sebernya dari sifat-sifat atau tanda-tanda yang diperlukan untuk pengenalan.
Sedangkan arah berpengaruh pada anisotropic kayu. Anisotropic kayu adalah sifat kayu
yang mempunyai perilaku dan tanggapan beban yang berbeda menurut arah yang
berbeda. Pada ketiga arah kayu memiliki perilaku fisik, mekanika, pengembangan dan
penyusutan yang berbeda. Sehingga harus menyebutkan arah mana yang ditinjau.
Setelah dilakukannya pengamatan terhadap bidang didapatkan bahwa sifat
makroskopis kayu berbeda-beda menurut bidang orientasinya. Adapun struktur kayu
yang ditemukan dari ketiga bidang yang telah diamati adalah sebagai berikut.
16
Pada penampang melintang juga terlihat adanya garis-garis konsentrasi, garis-
garis konsentrasi ini disebut sebagai lingkaran tumbuh (growth ring) yang terjadi
sehubung dengan mekanisme pertumbuhan pohon. Lingkaran tumbuh dalam
penampang melintang dapat nampak menyolok, ini disebabkan karena intensitas
pertumbuhan dan kerapatan kayu yang dihasilkan sepanjang periode pertumbuhan
tidak seragam. Masa kayu dari lingkaran tumbuh yang dibentuk pada usik semi disebut
kayu awal atau carlywood. Bagian kayu atau masa kayu yang dibentuk mendekati akhir
musim tumbuh disebut kayu akhir atau latewood.
Pada penampang lintang kayu daun lebar juga dapat ditemukan adanya lubang-
lubang berukuran kecil yang disebut pori (sel pembuluh). Penyebaran pori pada
penampang melintang dapat teratur dan dapat juga tidak teratur.
Jari-jari pada penampang melintang kelihatan seperti gari-garis tipis dimulai dai
empelur menuju ke kulit. Bila diperhatikan lebih mendalam, tidak semua jari-jari dimulai
dari empelur. Jari-jari dapat dimulai dari lingkaran tahun tumbuh tertentu, tetapi seali
dimulai, maka jari-jari tersebut akan terbentuk terus sampai ke kulit.
17
luar, dan lingkaran tumbuh pada penampang ini akan terlihat seperti garis-garis atau
pita-pita memanjang aksial tipis atau lebar.
Jari-jari kayu pada penampang lintang kelihatan seperti garis-garis memusat ke
empelur, pada penampang radial akan kelihatan seperti pita-pita bersambung atau
terputus-putus kea rah horizontal.
Hasil dari perhitungan volume kayu teras dan kayu gubal yaitu, volume kayu
teras adalah 188,4 cm3 dan volume kayu gubal adalah 753,6 cm3. Hal ini menunjukan
bahwa volume kayu gubal besar dari volume kayu teras. Menurut Pandit (1996),
ketebalan kayu tergantung kepada jenis kayunya. Umumnya jenis yang tumbuh cepat
mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal dibandingkan dengan kayu terasnya. Jumlah
relative kayu teras dan kayu gubal didalam pohon berbeda-beda. Menurut jenis pohon,
umur dan keadaan lingkungan pertumbuhan.
18
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Kegiatan makalah ini untuk menentukan suatu jenis kayu,
secara teknismenjadi sangat penting dalam rangka menentukan rencana
penggunaannya, serta untuk kepentingan transaksi jual-beli atau perdagangan kayu
Secara teoritis, metoda pengenalan/penentuan/identifikasi jenis kayu mudah dipelajari
sebagai suatu pengetahuan. Namun demikian, keterampilan teknis pengenalan /
penentuan / identifikasi jenis kayu hanya akan diperoleh melalui proses latihan yang
rutin, berulang-ulang dan terus menerus.
5.2 Saran
Semoga laporan ini dapat membantu dalam pemahaman mengenai bidang dan
arah penampang kayu. Selain itu, semoga praktikum untuk kedepan nya bisa
dilaksanakan dengan baik dan lancar seperti praktikum sebelumnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Pandit, I.K.N. 1996. Anatomi, Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Bidang Studi Ilmu
Pengetahuan Kehutanan.Program Pascasarjana IPB Bogor.
Pandit, IKN. dan Ramdan, H. 2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu Sebagai
Bahan Baku. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan (YPFK) IPB. Bogor.
Sarajar CG. Dasar-dasar Identifikasi Kayu. Buku I. Direktorat Pemasaran, Dirjen
Kehutanan.
Surjokusumo, S., N. Naresworo, J. Priyono, dan A.Suroso. 2003. Buku Petunjuk
Penggunaan Mesin Pemilah Kayu Versi Panter MPK-5. Laboratorium Keteknikan
Kayu, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tsoumis, G. 1952. Properties and effects of the abnormal wood produced by leathening
hardwood.Yale for.Sch.
Warisno dan Kres Dahana. 2009. Klasifikasi kayu sengon. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
20
LAMPIRAN
21
22