Anda di halaman 1dari 5

1

UAS HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Emaeve Nur Berliantari (2310622050)

Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Unversitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta, Jalan RS. Fatmawati Raya, Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Kota
Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12450, Indonesia

Email : emaeveb@gmail.com

1. Sengketa Logo antara Brand Nike dan Kawhi Leonard.


a. Ringkasan Kasus
Posisi Jawaban :

produsen sepatu raksasa, yaitu Nike dengan seorang atlet NBA yang bernama
Kawhi Leonard. Tahun 2019, pihak Kawhi Leonard menggugat produsen sepatu
Nike atas logo 'Klaw' yang mereka gunakan sebagai merek dagang. Pihak Kawhi
Leonard menyebutkan jika logo itu merupakan sketsa yang ia buat semasa kuliah.
Namun pihak Nike membantah argumen tersebut dan menyebutkan bahwa logo
yang mereka pakai sebagai merek dagang merupakan karya dari tim desain
mereka. Selanjutnya pihak hakim pun menerima pendapat tersebut dan menolak
gugatan dari pihak Kawhi Leonard.

Sengketa logo itu berawal dari gugatan yang dilayangkan Leonard terhadap Nike
pada Juni 2019 dengan tuntutan pendaftaran hak cipta secara tidak sah atas logo
"Klaw" yang disebutnya dibuat sketsanya semasa masih kuliah dengan arsiran
tangannya disertai dua huruf awal namanya "KL" dan nomor 2. Dia diduga
menggunakan logo tersebut selama beberapa tahun sebelum menyadari
jawabannya ada di hadapannya sepanjang waktu: sarung tangannya yang sangat
besar dan legendaris. Pada akhir tahun 2011 atau awal tahun 2012, ia membuat
logo berdasarkan tangannya yang memuat inisial dan nomor punggungnya (2).
Dan dalam semangat kerja tim yang diharapkan dari pemain bola basket kelas
dunia
2

seperti Leonard, dia meminta saran dari keluarga, teman, dan bahkan desainer
tentang cara memperbaikinya.

b. Upaya Penyelesaian Kasus


Jawaban :
Kawhi Leonard menggugat produsen sepatu Nike atas logo ‘Klaw’ yang
mereka gunakan sebagai merek dagang.
c. Analisa Hukum
Jawaban :
Logo merupakan tanda pengenal sekaligus ciri khas yang memudahkan orang
untuk menemukan sebuah bisnis atau usaha. Selain itu, logo juga menjadi simbol
identitas bagi sebuah instansi, badan usaha ataupun organisasi. Namun bagaimana
cara agar logo usaha Anda tidak mengalami peniruan? Karena bagaimana pun
pelanggaran hak cipta logo kerap terjadi.
Untuk mencegah adanya pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang melakukan
plagiasi terhadap sebuah brand atau usaha tertentu. Sangat penting bagi pemilih
usaha untuk mendaftarkan logo mereka dengan klaim hak cipta.
Pendaftaran hak cipta merupakan cara yang tepat untuk menghindari kasus
pelanggaran hak cipta logo. Sebab ketika sudah mendaftarkan merek dagang, Anda
dapat mencegah adanya penyalahgunaan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab.
Jika di analisa megnggunakan hukum yang berlaku di Indonesia diatur pada
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 tertulis bahwa semua jenis merek yang
berupa logo, baik nama ataupun tulisan yang penggunaannya sebagai tanda
pengenal untuk sebuah produk atau jasa. Maka wajib mendapatkan perlindungan
hukum apabila sudah didaftarkan oleh pemiliknya.
Jadi apabila ada orang yang dengan sengaja atau tidak sengaja menggunakan
logo atau simbol itu untuk tujuan komersial. Maka mereka akan mendapatkan
sanksi yaitu terancam hukuman pidana sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, Bab
XVIII Ketentuan Pidana, Pasal 100 ayat (1) dan (2).

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada
keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana
dengan pidana
3

penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

2. Sengketa Logo Tugu Selamat Datang di Mall Grand Indonesia


a. Ringkasan Kasus
Posisi Jawaban :
Sengketa tersebut bermula ketika ahli waris Alm. Henk Ngantung, yakni Sena Meaya
Ngantung, Geniati Heneve Ngantoeng, Kamang Solana, dan Christie Pricilla
Ngantung mengajukan gugatan atas pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh PT.
Grand Indonesia. Semasa hidupnya, Alm. Henk Ngantung adalah seorang seniman
sekaligus Gubernur Jakarta untuk periode tahun 1964 sampai 1965. Pada tahun 1962
Alm. Henk Ngantung telah menciptakan suatu sketsa sepasang pria dan wanita yang
sedang melambaikan tangan yang kemudian direalisasikan ke dalam bentuk Tugu
yang berlokasi di Bundaran Hotel Indonesia bernama sketsa “Tugu Selamat Datang”
yang sudah diumumkan oleh pencipta, serta didukung dengan pernyataan alm. Edi
Sunarso yang menerangkan bahwa Tugu yang dipahatnya berasal dari sketsa ciptaan
alm. Henk Ngantung. Ciptaan tersebut telah dicatatkan pada Kementerian Hukum dan
HAM Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual berdasarkan
sertifikat Hak Cipta Nomor 46190 sehingga berhak mendapat perlindungan bagi
pencipta semasa hidup maupun pemegang hak cipta setelah pencipta meninggal dalam
jangka waktu yang ditetapkan oleh UU Hak Cipta.
Alm. Henk Ngantung meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 12 Desember 1991 dan
mewariskan hak tersebut kepada ahli warisnya. Hak atas sketsa Tugu Selamat Datang
sudah dicatatkan dalam surat yang diterbitkan dengan nomor HKI.2-KI.01.01-193
tertanggal 25 Oktober 2019 tentang pencatatan pengalihan hak atas ciptaan tercatat
Nomor 46190, yakni Seni Gambar Sketsa “TUGU SELAMAT DATANG”, yang
saat ini tercatat atas nama ahli warisnya sebagai Penggugat.
Mall Grand Indonesia sejak 2004 telah mengelola pusat perbelanjaan komersil yang
berdiri tepat berhadapan dengan Tugu Selamat Datang yang merupakan realisasi dari
4

ciptaan sketsa “Tugu Selamat Datang” karya Alm. Henk Ngantung. PT. Grand
Indonesia menggunakan logo sepasang pria dan wanita menyerupai siluet Tugu
Selamat Datang sebagai Merek terdaftar miliknya. Sehingga menurut Penggugat
perbuatan pendaftaran logo Grand Indonesia tersebut melanggar hak Penggugat
sebagai Pemegang Hak Cipta atas sketsa “Tugu Selamat Datang”.

b. Upaya Penyelesaian Kasus


Ahli waris Alm. Henk Ngantung menuntut PT. Grand Indonesia untuk membayar
kerugian materiil yang dialami oleh Ahli waris Alm. Henk Ngantung atas penggunaan
Logo Grand Indonesia yang sudah terjadi sejak tahun 2004 hingga tahun 2020, yaitu
kurang lebih selama 16 tahun. Para pemegang hak meminta kompensasi ganti rugi
sebesar Rp.1.000.000.000,-/tahun (satu milyar rupiah per tahun), sehingga apabila
diperhitungkan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2020, maka kompensasi ganti
rugi yang dimohonkan Penggugat mencapai Rp.16.000.000.000,- (enam belas milyar
rupiah).
c. Analisa Hukum
Jawaban :
Dalam UUHC, pencipta mempunyai hak eksklusif yang mencantumkan 2
(dua) hak yaitu hak moral serta hak ekonomi. Jika seseorang melakukan pemanfaatan
suatu ciptaan, diperlukan izin dari pencipta dan/atau pemegang hak cipta. Dalam hal
ini, dilarang untuk melakukan penggandaan dan/atau penggunaan secara komersial
ciptaan tanpa izin dari pencipta atau pemegang hak cipta. Dengan terciptanya sketsa
dan patung tugu selamat datang berasal dari Presiden Soekarno, dimana ide tersebut
diwujudkan dalam bentuk sketsa kemudian direalisasikan dalam bentuk patung.
Sketsa tugu selamat datang merupakan ciptaan dari Alm. Henk Ngantung yang dibuat
atas perintah dari Presiden Soekarno dalam kapasitas Alm. Henk Ngantung sebagai
Wakil Gubernur Jakarta. Sehingga, ciptaan sketsa tugu selamat datang tersebut dibuat
dalam rangka kedinasan dan atas perintah sebagaimana diatur dalam UUHC. Lalu,
patung tugu selamat datang yang dipahat oleh Alm. Edhi Sunarso, merupakan ciptaan
yang terwujud karena adanya perintah dari Presiden Soekarno, sehingga ciptaan
tersebut dibuat dibawah pimpinan perancang ciptaan. Dalam ketentuan Pasal 34
UUHC dijelaskan bahwa “Dalam hal Ciptaan dirancang oleh seseorang dan
diwujudkan serta dikerjakan oleh Orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan
Orang yang merancang, yang dianggap Pencipta yaitu Orang yang merancang
Ciptaan”.12 Adapun penjelasan
5

mengenai di bawah pimpinan dan pengawasan disebutkan dalam Penjelasan Pasal 34


UUHC bahwa “yang dimaksud dengan dibawah pimpinan dan pengawasan adalah
yang dilakukan dengan bimbingan, pengarahan, ataupun koreksi dari Orang yang
memiliki rancangan tersebut”
Dengan adanya ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UUHC, tepatnya ketentuan
dalam Pasal 34 beserta Penjelasannya, dan Pasal 35 beserta Penjelasan Pasal 35 ayat
(1) UUHC memberikan dasar bahwa terciptanya sketsa tugu selamat datang dan
patung tugu selamat datang karena atas hubungan kerja/dinas sehingga ciptaan
tersebut menjadi milik Negara sepenuhnya. Suatu ciptaan yang menjadi milik negara
atau pemerintah, diperbolehkan untuk dapat dijadikan inspirasi oleh masyarakat.
Ketika suatu ciptaan tersebut dimanfaatkan secara komersil, maka hanya dapat
dimanfaatkan setelah mendapatkan izin. Demikian halnya dengan adanya penggunaan
dan pendaftaran merek Logo Mal Grand Indonesia yang berbentuk siluet seperti
sketsa/patung tugu selamat datang, maka seharusnya PT Grand Indonesia melakukan
izin terlebih dahulu sebelum melakukan pendaftaran merek logo tersebut. Hal ini
sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Putusan Nomor 35/Pdt.Sus-Hak Cipta/2020/PN Niaga Jkt.Pst tersebut terdapat
ketidaksesuaian dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada. Karena
sketsa tugu selamat datang dan patung tugu selamat datang tercipta karena adanya
perintah dari Presiden Soekarno kepada Alm. Henk Ngantung (dalam kapasitas
sebagai Wakil Gubernur Jakarta) dan Alm. Edhi Sunarso. Sehingga ciptaan tersebut
dibuat karena adanya rangka hubungan kerja/dinas dan adanya perintah yang
menjadikannya dibuat karena dibawah pimpinan perancang ciptaan. Maka, sketsa
tugu selamat datang dan patung tugu selamat datang seharusnya diketahui sebagai
milik negara sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai