Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang mendapat banyak
perhatian dari para ilmuwan. Hal ini karena di samping peranannya yang amat strategis dalam
rangka meningkatkan sumber daya manusia, juga karena di dalam pendidikan Islam terdapat
berbagai masalah yang kompleks dan memerlukan penanganan segera.

Bagi mereka yang akan terjun ke dalam dunia pendidikan Islam harus memiliki
wawasan yang cukup tentang pendidikan Islam dan memiliki kemampuan untuk
mengembangkannya sesuai dengan tuntutan zaman.

Terkait dengan hal di atas, maka sekiranyalah kita memahami apa yang dimaksud
dengan pendidikan Islam serta berbagai masalah yang berhubungan dengannya, dan
mengetahui berbagai model yang dilakukan dalam penelitian kependidikan Islam sebagai
bahan perbandingan untuk melakukan konsep-konsep pendidikan Islam sesuai tuntutan
zaman.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Penelitian

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem,
atau konsep yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasai. Bentuknya dapat berupa
model fisik (market, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau
rumusan matematis.

Sedangkan penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang
dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan
menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang
sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah.

Dari definisi model dan penelitian di atas, maka bisa kita simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan model penelitian adalah rencana, representasi, dan deskripsi atas suatu
usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah.

B. Pengertian Pendidikan Islam

Setelah kita membahas tentang model penelitian, selanjutnya kita akan membahas
tentang pendidikan Islam. Tetapi terlebih dahulu kita akan membahas tentang pendidikan.
Banyak para pakar pendidikan yang mendefinisikan pendidikan secara berbeda-beda tetapi
pada intinya sama. 1

Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan


secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. Definisi ini selanjutnya dinilai oleh Ahmad Tafsir
sebagai definisi yang belum mencakup semua yang kita kenal sebagai pendidikan. Definisi itu
cukup memadai bila kita membatasi pendidikan hanya pada pengaruh seseorang kepada orang
lain, dengan sengaja (sadar).

1 Nata Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2010


2
Pendidikan oleh diri sendiri dan oleh lingkungan, Nampak belum tercakup ke dalam
batasan pendidikan yang diberikan oleh Ahmad D. Marimba tersebut. Namun demikian,
Ahmad Tafsir lebih lanjut mengatakan bahwa pengertian mana yang akan Anda ambil, boleh
saja, terserah kepada Anda.

Selain itu, dijumpai pula formulasi pendidikan yang diajukan tokoh pendidikan
nasional, Ki Hajar Dewantara. Menurutnya pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan
penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia.

Pengertian pendidikan dengan agak lebih terperinci lagi cakupannya dikemukakan


oleh Soegarda Poerbakacawa. Menurutnya, dalam arti umum pendidikan mencakup segala
usaha dan perbutan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya,
kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya
dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya.

Secara formal, pendidikan adalah pengajaran (at-tarbiyah, at-ta’lim). Sebagaimana


Muhaimin (2001:37) katakana bahwa pendidikan adalah aktivitas atau upaya yang sadar dan
terencana, dirancang untuk membantu seseorang mengembangkan pandangan hidup, sikap
hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental
dan sosial.2

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. menyimpulkan bahwa pendidikan adalah merupakan
usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya
agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Dengan
demikian, pendidikan pada intinya menolong manusia agar dapat menunjukkan eksistensinya
secara fungsional di tengah-tengah kehidupan manusia. Pendidikan demikian akan dapat
dirasakan manfaatnya bagi manusia.3

Dari definisi-definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah proses
perubahan dan pengembangan potensi serta kualitas seseorang baik melalui dirinya,
lingkungan, atau pun orang lain demi mencapai kehidupan yang sempurna dengan
menunjukkan eksistensinya secara fungsional di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

2 Nata Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
3 Basri Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009
3
Setelah membahas Pendidikan selanjutnya kita akan memaparkan tentang pendidikan
Islam. Berikut ini adalah beberapa pengertian Pendidikan Islam secara terminologi yang
diformulasikan oleh para ahli Pendidikan Islam, diantaranya adalah:

1) Menurut al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses


mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat,
dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran
sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam
masyarakat.

2) Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai


upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis
dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses
tersebut, diharapkan bisa membentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik
yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.
3) Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil)
4) Ahmad Tafsir mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan
oleh seseorang, agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem
yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai
dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk
kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.

C. Pengertian Model Penelitian Pendidikan Islam

Dari beberapa pengertian di atas tentang pengertian model penelitian dan pendidikan
Islam, maka bisa kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan model penelitian pendidikan
Islam adalah bentuk-bentuk usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap
masalah-masalah pendidikan Islam yang berkisar pada peserta didik, pendidik, lingkungan,
dan komponen-komponen lainnya.

4
D. Aspek-Aspek Pendidikan Islam

Pendidikan Islam sebagaimana pendidikan lainnya memiliki berbagai aspek yang tercakup
di dalamnya. Aspek tersebut dapat dilihat dari segi cakupan materi didikannya, filsafatnya,
sejarahnya, kelembagaannya, sistemnya, dan dari segi kedudukannya sebagai sebuah ilmu.
Dari aspek materi didikannya, pendidikan Islam sekurang-kurangnya mencakup pendidikan
fisik, akal, agama (akidah dan syari’ah), akhlak, kejiwaan, rasa keindahan, dan sosial
kemasyarakatan.

Berbagai aspek materi yang tercakup dalam pendidikan Islam tersebut dapat dilihat dalam
Al-Qur’an dan Al-Sunnah serta pendapat para ulama. Pendapat lain mengatakan bahwa materi
pendidikan Islam itu pada prinsipnya ada dua, yaitu materi didikan yang berkenaan dengan
masalah keduniaan dan materi didikan yang berkenaan dengan masalah keakhiratan. Hal ini
didasarkan pada kandungan ajaran Islam yang mengajarkan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.4

Dilihat dari segi sejarah atau periodenya, pendidikan Islam mencakup:

1) Peride pembinaan Islam yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad SAW. Masa
ini berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dan menerima
pengangkatannya sebagai rasul, sampai dengan lengkap dan sempurnanya ajaran Islam
menjadi warisan budaya umat Islam. Masa tersebut berlangsung selama lebih kurang
23 tahun, yaitu Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali, yaitu tanggal
17 bulan Ramadhan di tahun sebelum hijrah, bertepatan dengan 6 Agustus 610 M,
sampai dengan wafatnya pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal, tahun 11 hijrah, bertepatan
dengan 8 Juni 832 M.
2) Periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak zaman Nabi
Muhammad wafat sampai masa akhir Bani Umayyah yang diwarnai oleh
berkembangnya ilmu-ilmu naqliyah. Pada masa pertumbuhan dan perkembangannya
itu, pendidikan Islam mempunyai dua sasaran. Pertama, yaitu generasi muda sebagai
generasi penerus dan masyarakat bangsa lain yang belum menerima ajaran Islam; dan
kedua, adalah penyampaian ajaran Islam dan usaha internalisasinya dalam masyarakat
bangsa yang baru menerimanya yang di dalam Islam lazim disebut sebagai dakwah
Islami.

4 Basri Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009


5
3) Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam, yang berlangsung sejak
permulaan Daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Bagdad, yang diwarnai oleh
berkembangnya ilmu akliah dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya
perkembangan kebudayaan Islam;
4) Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Bagdad sampai jatuhnya
Mesir ke tangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan
Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat;
5) Periode pembaharuan pendidikan Islam yang berlangsung sejak pendudukan Mesir
oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditandai oleh gejala-gejala kebangkitan
kembali umat dan kebudayaan Islam.

Selanjutnya, dilihat dari segi kelembagaannya pendidikan Islam mengenal adanya


pendidikan yang dilaksanakan di rumah, mesjid, pesantren, dan madrasah dengan berbagai
macam corak dan pendekatannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam ini dapat dibagi lagi
menurut periodesasinya, yaitu lembaga pendidikan Islam zaman Rasulullah SAW, lembaga
pendidikan di zaman Khulafaur Rasyidin, lembaga pendidikan di zaman Umayyah, dan
lembaga pendidikan di zaman Abbasiyah dan Andalusia.5

Selanjutnya, pendidikan Islam sebagai sebuah sistem adalah suatu kegiatan yang di
dalamnya mengandung aspek tujuan, kurikulum, guru (pelaksana pendidikan), metode,
pendekatan, sarana prasarana, lingkungan, administrasi, dan sebagainya yang antara satu dan
lainnya saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang terpadu. Apabila salah satu aspek
pendidikan tersebut berubah, bagian aspek lainnya juga berubah. Misalnya, jika tujuan
pendidikan berubah, bagian aspek lainnya juga berubah. Misalnya, jika tujuan pendidikan
berubah, kurikulum, guru, metode, pendekatan dan lainnya akan berubah.

Dari berbagai aspek pendidikan demikian selanjutnya telah membentuk berbagai


disiplin ilmu pendidikan Islam, yaitu ilmu yang membahas berbagai masalah yang berkaitan
dengan pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai adanya ilmu yang khusus membahas tujuan
pendidikan yang dipadukan dengan fillsafat pendidikan Islam; ilmu yang membahas tentang
kurikulum, ilmu yang membahas tentang guru, lingkungan pendidikan, administrasi
pendidikan dan sebagainya. Dari keadaan demiikian itulah selanjutnya dibuka Fakultas
Tarbiyah pada seluruh Institut Agama Islam Negri (IAIN) yang tersebar di seluruh Indonesia.

5 Nata Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2010


6
E. Model Penelitian Ilmu Pendidikan Islam

Dilihat dari segi objek kajiannya, ilmu pendidikan dapat dibagi kepada tiga bagian.

- Pertama, ada pengetahuan ilmu, yaitu pengetahuan tentang hal-hal atau objek-objek
yang empiris, diperoleh dengan melakukan penelitian ilmiah, dan teori-teorinya
bersifat logis dan empiris. Pengujian teorinya pun diukur secara logis dan empiris. Bila
logis dan empiris, teori ilmu itu benar, dan inilah yang selanjutnya disebut science.
- Kedua, pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan tentang objek-objek yang abstrak logis,
diperoleh dengan berpikir, dan teori-teorinya bersifat logis dan hanya logis (tidak
empiris). Kebenaran atau kesalahan teori filsafat hanya diukur dengan logika; bila logis
dinilai benar; bila tidak maka salah. Bila logis dan ada bukti empiris, teori itu bukan
filsafat, melainkan teori ilmu (sains).
- Ketiga, Pengetahuan mistik, yaitu pengetahuan yang objek-objeknya tidak bersifat
empiris, dan tidak pula terjangkau oleh logika. Objek pengetahuan ini bersifat abstrak,
supra logis. Objek ini dapat diketahui melalui berbagai cara, misalnya dengan
merasakan pengetahuan batin, dengan latihan atau cara lain. Pengetahuan kita tentang
yang gaib, diperoleh dengan cara ini.

Ketiga macam pengetahuan tentang pendidikan Islam tersebut dapat digambarkan dalam
matrik sebagai berikut.

Pengetahuan :Objek :Metode :Ukuran

Sains (ilmu) :Empiris :Ilmiah :Logis-empiris

Filsafat :Abstrak-logis :Logika :Logis

Mistik :Abstrak-Supra logis :Supra rasional :Yakin, kadang-


kadang empiris

7
Berdasarkan matrik tersebut, maka pengetahuan (ilmu) pendidikan Islam terdiri dari
pengetahuan pengetahuan filsafat pendidikan, tasawuf (mistik) pendidikan dan ilmu
pendidikan. Filsafat dan tasawuf terkadang disebut ilmu, padahal secara akademis keduanya
itu bukan ilmu tetapi pengetahuan karena yang disebut ilmu harus bersifat empiris dan
memiliki cirri-ciri ilmiah. Dengan demikian jika disebutkan Ilmu Pendidikan Islam,
cakupannya ialah masalah-masalah yang berada dalam dataran ilmu(sains), yaitu objek-objek
yang logis dan empiris tentang pendidikan.

Dengan demikian, maka peta penelitian Ilmu Pendidikan Islam, mencakup penelitian
terhadap pengetahuan filsafat pendidikan Islam, pengetahuan mistik pendidikan Islam, dan
ilmu pendidikan Islam. Penelitian dalam kajian yang berdasarkan logika (filsafat) dan
keyakinan (mistik) telah banyak dilakukan para ulama Islam. Mohammad Al-Toumy Al-
Syaibani misalnya mengkhususkan diri pada kajian bidang filsafat pendidikan Islam, melalui
karya tulisnya berjudul Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah yang diterjemahkan oleh Hasan
Langgulung dengan judul Falsafah Pendidikan Islam yang diterbitkan oleh Bulan Bintang,
Jakarta, tahun 1979. Demikian pula Ahmad D. Marimba menulis buku berjudul Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam, yang diterbitkan Al-Ma’arif, Bandung, tahun 1980, pada cetakan
keempatnya.6

Sementara itu, kajian terhadap pengetahuan tasawuf (mistik) mengenai pendidikan


antara lain dilakukan oleh Al-Ghazali yang terintegrasi dalam bukunya Ihya ‘Ulum al-Din.
Pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan telah diteliti oleh Fathiyah Hasan Fahmi dalam
bukunya berjudul Sistem Pendidikan versi Al-Ghazali, yang diterjemahkan oleh Fathur
Rahman May dan Syamsuddin Asyrafi dari judul al-Madzhabut Tarbawi ‘ind al-Ghazali,
diterbitkan oleh Ma’arif, Bandung tahun 1986.

Adapun kajian atau tepatnya penelitian terhadap Ilmu Pendidikan Islam yang bersifat
empiris dinilai masih belum banyak dilakukan para pakar Islam. Sedangkan kajian atau
penelitian yang berkenaan dengan ilmu yang terakhir inilah yang menjadi modal bagi
pengembangan ilmu pendidikan Islam.

6 Model Penelitian Ilmu Pendidikan Islam


8
Dari penelitian Ilmu Pendidikan Islam (sains yang empiris) itu akan muncul teori yang
selanjutnya disesuaikan dengan ajaran ajaran Islam. Teori-teori itulah yang kelak disebut teori
Ilmu Pendidikan Islam. Dengan demikian, pengembangan Ilmu Pendidikan Islam tidaklah
mencakup pekerjaan mengembangkan filsafat pendidikan Islam dan tidak pula
mengembangkan manual-manual pendidikan Islam.

Teori-teori yang perlu dikembangkan dalam Ilmu Pendidikan Islam, menurut Ahmad
Tafsir, ternyata luas sekali. Keluasan itu disebabkan karena kegiatan pendidikan Islam
memang luas sekali. Pendidikan Islam itu dimulai dari sejak anak didik dapat dibayangkan
adanya, kemudian ia berada dalam kandungan, dalam masa bayi, kanak-kanak, remaja,
pemuda, dewasa sampai dengan masa tua. Dari pemikiran demikian, teori-teori pendidikan
Islam yang dapat dikembangkan dari hasil penelitian antara lain teori tentang pendidikan
Islam pada masa pra-natal, teori pendidikan Islam bagi anak di rumah tangga, teori
pendidikan Islam bagi para remaja di rumah tangga, dan sebagainya.

Teori-teori pendidikan Islam untuk masing-masing jenjang tersebut dapat dirinci lebih
lanjut. Untuk teori-teori pendidikan anak di rumah tangga misalnya, dapat dibagi lagi menurut
jenis rumah tangga yang sibuk, rumah tangga kelas bawah, rumah tangga kelas atas, dan
seterusnya.

Demikian pula teori-teori pendidikan Islam untuk pendidikan di masyarakat juga


banyak variasinya yang dapat diteliti. Misalnya penelitian tentang teori pendidikan di
pesantren biasa, teori pendidikan untuk di pesantren kilat, di majlis ta’lim, khutbah, kursus-
kursus dan sebagainya.

Penelitian Ilmu Pendidikan Islam tersebut dapat pula diarahkan pada aspek-aspek
yang terkandung dalam pendidikan tersebut. Misalnya penelitian terhadap problema yang
dihadapi guru, penelitian tentang cara memperbaiki tingkah laku guru dalam mengajar, dan
penelitian terhadap peranan kepala sekolah dalam memperlancar pembaharuan pendidikan. 7

7 Model Penelitian Pendidikan Islam


9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

- Model penelitian pendidikan Islam adalah bentuk-bentuk usaha yang sistematis untuk
menemukan jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah pendidikan Islam yang berkisar
pada peserta didik, pendidik, lingkungan, dan komponen-komponen lainnya.
- Ada lima periode yang bisa kita jadikan bahan penelitian pendidikan Islam dari segi
sejarah, yaitu: Periode pembinaan Islam, periode pertumbuhan pendidikan Islam,
Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam, periode kemunduran
pendidikan Islam, periode pembaharuan pendidikan Islam.
- Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem adalah suatu kegiatan yang di dalamnya
mengandung aspek tujuan, kurikulum, guru, metode, pendekatan, sarana prasarana,
lingkungan, administrasi, dan sebagainya yang antara satu dan lainnya saling berkaitan
dan membentuk suatu sistem yang terpadu.
- Penelitian Ilmu Pendidikan Islam mencakup tiga aspek, yaitu: pengetahuan filsafat
pendidikan Islam, pengetahuan mistik pendidikan Islam, dan ilmu pendidikan Islam.
- Dari ketiga model penelitian yang diuraikan dalam bab pembahasan, ada empat metode
penelitian yang kita dapatkan, yaitu: metode survei, pengamatan (observasi),
wawancara, dan studi dokumentasi.

B. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat kami sampaikan yaitu:

- Agar para peembaca bisa mempelajari makalah yang kami buat, dan sekiranya
memahami tentang model-model penelitian pendidikan Islam, sehingga merangsang
untuk melakukan penelitian tentang pendidikan Islam.
- Semoga para pembaca dapat mengkaji dengan baik dan bisa melengkapi kekurangan
makalah yang kami susun.

10
DAFTAR PUSTAKA

- Nata Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.


- Nata Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
- Basri Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
- http://id.wikipedia.org/wiki/Model
- http://www.makalah-metode-penelitian-pendidikan

11
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan petunjuk kepada
kita sekalian untuk mengenal kebenaran dan mengikutinya agar terhindar dari cela dan siksa
didunia dan diakhirat, dengan rahmat dan hidayah-Nya juga penulis dapat melaksanakan
makalah ini . Shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikut beliau hingga akhir zaman.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya, terutama kepada Bapak Dosen Pengasuh Mata Metodelogi Studi Islam yang telah
memberikan pengetahuan, bimbingan, dan arahan kepada penulis terutama tentang mata
kuliah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan wataknya.

Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan,
sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan Penulis menyadari dalam
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, dan perlu penyempurnaan oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif guna penyempurnaan tugas ini.

Penulis berharap semoga makalah tentang “Laporan Arus Kas” ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya

Sibuhuan, 15 Desember 2012


Penulis,

KELOMPOK IX

12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 2
A.Pengertian Model Penelitian...................................................................... 2
B. Pengertian Pendidikan Islam..................................................................... 2
C. Pengertian Model Penelitian Pendidikan Islam......................................... 4
D. Aspek-Aspek Pendidikan Islam................................................................ 5
E. Model Penelitian Ilmu Pendidikan Islam.................................................. 7

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 10


A. Kesimpulan................................................................................................ 10
B. Saran.......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

13

Anda mungkin juga menyukai