Anda di halaman 1dari 21

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi


Gedung BPPT II Lantai 19, Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta Pusat
https://simlitabmas.ristekdikti.go.id/

PROTEKSI ISI LAPORAN AKHIR PENELITIAN


Dilarang menyalin, menyimpan, memperbanyak sebagian atau seluruh isi laporan ini dalam bentuk apapun kecuali
oleh peneliti dan pengelola administrasi penelitian

LAPORAN AKHIR PENELITIAN


ID Proposal: d9ac6e96-9534-450d-ad9d-3a6ae85bce44
laporan akhir Penelitian: tahun ke-1 dari 1 tahun

1. IDENTITAS PENELITIAN

A. JUDUL PENELITIAN
Monofilament Test dan Pemeriksaan ABI sebagai Deteksi Dini Peripheral Arterial Disease di Puskesmas
kota Makassar

B. BIDANG, TEMA, TOPIK, DAN RUMPUN BIDANG ILMU


Bidang Fokus RIRN / Bidang Unggulan Perguruan Tinggi Tema Topik (jika ada) Rumpun Bidang Ilmu

Kesehatan - Keperawatan

C. KATEGORI, SKEMA, SBK, TARGET TKT DAN LAMA PENELITIAN


Kategori (Kompetitif Skema Strata (Dasar/ SBK (Dasar, Target Lama
Nasional/ Penelitian Terapan/ Terapan, Akhir Penelitian
Desentralisasi/ Pengembangan) Pengembangan) TKT (Tahun)
Penugasan)

Penelitian Kompetitif SBK Riset 3 1


Nasional Pembinaan/
Kapasitas

2. IDENTITAS PENGUSUL
Nama (Peran) Perguruan Program Studi/ Bidang Tugas ID Sinta H-
Tinggi/ Institusi Bagian Index

SYAIFUL - Ketua Universitas Keperawatan 1. Menetapkan rencana 6717810 0


Pengusul Megarezky jadwal kerja
2. mengurus surat izin
meneliti
3. Menyusun kuesioner
penelitian dan menginput
didalam googleform
4. Pengambilan dan
pengolahan data
5. Menganalisis data
6. Penyusunan draft laporan
hasil penelitian
7. Penyusunan draft utnuk
publikasi jurnal nasional dan
luaran buku

RISNAWATI - Universitas Pendidikan 1. Melakukan cek Kembali 6825041 0


Anggota Megarezky Profesi Ners kuesioner yang terisi lengkap
Pengusul 2. Membantu proses
penginputan data
3. Membantu pengumpulan
bahan untuk pembahasan
dihasil penelitian
4. Membantu peneliti utama
dalam melalukan publikasi
luaran,

3. MITRA KERJASAMA PENELITIAN (JIKA ADA)


Pelaksanaan penelitian dapat melibatkan mitra kerjasama, yaitu mitra kerjasama dalam melaksanakan
penelitian, mitra sebagai calon pengguna hasil penelitian, atau mitra investor

Mitra Nama Mitra

4. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN


Luaran Wajib
Tahun Jenis Luaran Status target capaian (accepted, Keterangan (url dan nama jurnal,
Luaran published, terdaftar atau granted, penerbit, url paten, keterangan
atau status lainnya) sejenis lainnya)

1 Video Kegiatan

1 Artikel di Jurnal Accepted Jurnal Berkala Kedokteran


Nasional terakreditasi (https://ppjp.ulm.ac.id/journal/
peringkat 1-6 index.php/jbk)

1 Artikel di Jurnal Sedang direview Jurnal Berkala Kedokteran


Nasional terakreditasi (https://ppjp.ulm.ac.id/journal/
peringkat 1-6 index.php/jbk)

Luaran Tambahan
Tahun Jenis Status target capaian (accepted, Keterangan (url dan nama jurnal,
Luaran Luaran published, terdaftar atau granted, atau penerbit, url paten, keterangan sejenis
status lainnya) lainnya)

5. ANGGARAN
Rencana anggaran biaya penelitian mengacu pada PMK yang berlaku dengan besaran minimum dan
maksimum sebagaimana diatur pada buku Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Total RAB 1 Tahun Rp. 0

Tahun 1 Total Rp. 0

Jenis Pembelanjaan Komponen Item Satuan Vol. Biaya Satuan Total

Tahun 2 Total Rp. 0

Jenis Pembelanjaan Komponen Item Satuan Vol. Biaya Satuan Total

Tahun 3 Total Rp. 0

Jenis Pembelanjaan Komponen Item Satuan Vol. Biaya Satuan Total

6. KEMAJUAN PENELITIAN

A. RINGKASAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Klasifkasi DM secara umum
terdiri atas DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan DM tipe 2 atau Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus (NIDDM). Diabetes melitus (DM) mengalami peningkatan secara terus
menerus setiap tahunnya baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan Data International Diabetes
Federation (IDF) peningkatan kasus baru DM di Indonesia pada tahun 2017 hingga 2021 sebesar 9.189
kasus. Peripheral artery disease (PAD) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mendefnisikan
gangguan aliran darah melalui arteri yang disebabkan oleh stenosis dan obstruksi (oklusi) pembuluh
darah akibat pembentukan plak arterosklerotik dibawah lapisan dinding pembuluh darah, dapat mengenai
ekstremitas atas dan bawah. Namun, Peripheral artery disease biasanya paling sering terjadi pada
ekstremitas bawah, terjadi perubahan pada dinding pembuluh darah menyebabkan penurunan aliran
darah (perfusi) ke ekstremitas bawah yang ditandai dengan penurunan ankle brachial index (ABI).
Diagnosis klinis Peripheral artery disease dapat ditegakkan dengan pengukuran menggunakan skor ankle
brachial index (ABI), yaitu membandingkan antara ukuran nilai sistolik tekanan darah pada pergelangan
kaki dengan nilai sistolik tekanan darah pada lengan. Dinyatakan mengalami PAD jika hasil pengukuran
didapatkan skor ≤ 0.9. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeteksi secara dini masyarakat penderita DM
yang berisiko mengalami Peripheral Arterial Disease dengan menggunakan Monoflament test dan
pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI). Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi dasar dalam
menghindari terjadinya kasus atau kejadian Peripheral Arterial Disease pada masyarakat di wilayah kerja
puskesmas kota Makassar. Luaran yang ditargetkan adalah terpublikasi dalam jurnal nasional
terakreditasi. Adapun hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa 47 responden (94%) pada saat
pemeriksaan monoflament test menunjukkan hasil yang normal atau tidak mengalami neuropati,
sedangkan ada 1 responden yang masuk dalam kategori suspect neuropati, dan ada 2 responden atau
sekitar 4% yang sudah terdeteksi menderita neuropati. Selain itu untuk pemeriksaan ABI menunjukkan
bahwa dari hasil pemeriksaan Ancle Brachial Index menunjukkan bahwa teridentifkasi 8 responden atau
sekitar 16% yang mengalami Peripheral Arterial Disease, dan 42 responden atau sekitar 84% tidak
terddeteksi mengalami Peripheral Arterial Disease.

B. KATA KUNCI

Monoflament test; ABI; Peripheral Arterial Disease


Pengisian poin C sampai dengan poin H mengikuti template berikut dan tidak dibatasi jumlah kata atau halaman
namun disarankan seringkas mungkin. Dilarang menghapus/memodifikasi template ataupun menghapus
penjelasan di setiap poin.
C. HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan secara ringkas hasil pelaksanaan penelitian yang telah
dicapai sesuai tahun pelaksanaan penelitian. Penyajian meliputi data, hasil analisis, dan capaian luaran
(wajib dan atau tambahan). Seluruh hasil atau capaian yang dilaporkan harus berkaitan dengan tahapan
pelaksanaan penelitian sebagaimana direncanakan pada proposal. Penyajian data dapat berupa gambar,
tabel, grafik, dan sejenisnya, serta analisis didukung dengan sumber pustaka primer yang relevan dan terkini.
Penelitian ini berlangsung dibeberapa puskesmas dengan jumlah responden sebanyak 50 orang. Responden
terbanyak didapatkan di Puskesmas Antara yang juga berada dibawah naungan Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak puskesmas khususnya bidang Home
care dan penanggung jawab kegiatan prolanis. Kegiatan ini diawali dengan memberikan formulir kesediaan
menjadi responden, kemudian bagi yang bersedia akan dilakukan pengisian formulir identitas responden. Adapun
hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini adalah berjenis
kelamin perempuan yakni 41 atau sebesar 82%. Karakteristik responden berdasarkan usia, paling banyak pada
kelompok usia manula dengan jumlah 13 responden atau 26% dan paling sedikit 2 responden dengan jumlah
peresentasi 4%. Responden dengan riwayat Diabetes melitus terbanyak adalah pada kategori 4-6 tahun sebanyak
36%, namun ada pula responden yang telah menderita DM lebih dari 10 tahun, sebesar 12%. Berdasarkan IMT
40% responden berada pada kelompok Normal, dan ada pula 32% mengalami Obesitas Tingkat 1, bahkan ada
Obesitas tingkat II sebanyak 6%. Berdasarkan riwayat merokok, 92% tidak merokok, hal ini mungkin karena
responden lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan.
Jenis kelamin adalah perbedaan jenis kelamin yang diperoleh saat lahir untuk membedakan laki laki
dari perempuan. Baik pria maupun wanita berisiko terkena diabetes. Wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena
diabetes dibandingkan pria karena secara fisik, wanita lebih cenderung mengalami peningkatan indeks massa
tubuh jika mengalami sindrom siklus bulanan (premenstrual syndrome). Pasca menopause membuat lemak tubuh
lebih mudah menumpuk akibat proses hormonal tersebut, sehingga wanita berisiko terkena diabetes (1).
Tingginya angka kejadian DM pada perempuan disebabkan perbedaan komposisi tubuh dan kadar
hormon seksual antara laki-laki dan perempuan dewasa (2). Jaringan adiposa lebih banyak pada perempuan
dibandingkan laki-laki, perbedaan kadar lemak laki-laki dan perempuan dewasa yaitu pada laki-laki 15-20%
sedangkan perempuan memiliki kadar lemak 20– 25% dari berat badan (3) Konsentrasi hormon estrogen yang
berkurang pada perempuan menopause menyebabkan cadangan lemak terutama di daerah perut mengalami
kenaikan yang mengakibatkan pengeluaran asam lemak bebas meningkat, kondisi tersebut berkaitan dengan
resistensi insulin (4).
Selain jenis kelamin, beberapa faktor risiko terjadinya diabetes melitus diantaranya adalah usia, tingkat
pendidikan, merokok, faktor genetik, dan stress. Pada penelitian sebelumnya mendapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes melitus, orang dengaan tingkat pendidikanya rendah
1, 27 kali beresiko menderita diabetes melitus daripada orang yang berpendidikan tinggi (Irawan, 2010). Hasil
penelitian dinegara maju menunjukkan bahwa kelompok umur yang beresiko terkena Diabetes Melitus usia 65
tahun keatas. Negara berkembang, kelompok umur yang beresiko untuk menderita Diabetes Melitus adalah usia
46 – 64 tahun karena pada usia tersebut terjadi intoleransi glikosa. Penelitian Fatmawati menunjukkan bahwa
umur merupakan variabel yang signifikan terhadap kejadian Diabetes Melitus(Fatmawati,2010 dalam (5)).

Bedasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa 47 responden (94%) pada saat pemeriksaan
monofilament test menunjukkan hasil yang normal atau tidak mengalami neuropati, sedangkan ada 1 responden
yang masuk dalam kategori suspect neuropati, dan ada 2 responden atau sekitar 4% yang sudah terdeteksi
menderita neuropati. Monofilament Test akan dilakukan dengan hasil menunjukkan jika Pasien tidak dapat
merasakan sentuhan monofilamen jika ditekan ke kaki dengan tekanan yang cukup. Ini adalah hasil abnormal saat
mendeteksi ketika monofilamen menekuk kaki. Jika monofilamen tidak dapat dirasakan pada 3 titik, sensasi
perlindungan hilang (6). Hilangnya sensasi perlindungan pada neuropati perifer merupakan penyebab umum pada
pasien dengan tukak diabetik. Menggunakan pengujian serat tunggal adalah cara terbaik untuk mengevaluasi
neuropati diabetik. Pasien dengan sensasi kaki normal biasanya dapat merasakan kontak monofilamen, namun
pasien dengan dugaan penurunan atau hilangnya sensasi pelindung tidak dapat merasakan kontak monofilamen.
Monofilamen adalah alat sederhana, murah, dan tidak menimbulkan rasa sakit yang dapat digunakan pada pasien
diabetes untuk skrining awal neuropati perifer (7). Tes ini dapat menguji fungsi reseptor Merkel dan Meissner
serta hubungannya dengan serabut saraf berdiameter besar. Penderita diabetes berisiko tinggi mengalami masalah
berkurang atau hilangnya sensasi pada serabut saraf tersebut. Semakin rendah nilai sensitifitas kakinya, maka akan
semakin besar pula peluangnya mengalami ulkus kaki diabetik.
Neuropati diabetik adalah salah satu dari banyak komplikasi diabetes jangka panjang, yang
mempengaruhi sekitar 50% penderita diabetes. Neuropati berkaitan erat dengan durasi dan tingkat keparahan
hiperglikemia. Prevalensi neuropati meningkat seiring dengan durasi diabetes dan kontrol gula darah yang buruk.
Kontrol glikemik yang buruk dan durasi diabetes yang berkepanjangan merupakan faktor risiko utama neuropati
diabetik. Durasi diabetes yang berkepanjangan dikaitkan dengan risiko tiga kali lipat terjadinya neuropati diabetik.
Faktor risiko lainnya termasuk usia tua, obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, merokok dan konsumsi alkohol (8).

Berdasarkan hasil tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa dari hasil pemeriksaan Ancle Brachial Index
menunjukkan bahwa teridentifikasi 8 responden atau sekitar 16% yang mengalami Peripheral Arterial Disease,
dan 42 responden atau sekitar 84% tidak terddeteksi mengalami Peripheral Arterial Disease.
Peripheral artery disease (PAD) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mendefinisikan gangguan
aliran darah melalui arteri yang disebabkan oleh stenosis dan obstruksi (oklusi) pembuluh darah akibat
pembentukan plak arterosklerotik dibawah lapisan dinding pembuluh darah, dapat mengenai ekstremitas atas dan
bawah. Namun, Peripheral artery disease biasanya paling sering terjadi pada ekstremitas bawah, terjadi perubahan
pada dinding pembuluh darah menyebabkan penurunan aliran darah (perfusi) ke ekstremitas bawah yang ditandai
dengan penurunan ankle brachial index (ABI) (9). Berdasarkan penelitian lainnya yang dilakukan di Amerika
Serikat, prevalensi faktor risiko usia ≥ 70 tahun pada pasien PAD sebesar 14.5%, dengan faktor risiko
kardiovaskuler berupa hiperkolesterolemia lebih dari 60%, hipertensi 74%, diabetes 26%, konsumsi rokok 33%.
Dari penelitian tersebut, didapatkan pasien PAD dengan penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner,
gagal jantung kongestif dan atau stroke sebesar 33%.8 Studi prevalensi yang dilakukan oleh Cardiological Society
of India Kerala Coronary Artery disease and Its Risk Factors, prevalensi pasien PAD dengan diabetes sebesar
25,5%, hipertensi 62,94%, hiperkolesterolemia 61,61%, HDL rendah 35,93%, konsumsi rokok 31%, dan 30,2%
pasien PAD dengan penyakit CAD (10).

D. STATUS LUARAN: Tuliskan jenis, identitas dan status ketercapaian setiap luaran wajib dan luaran
tambahan (jika ada) yang dijanjikan. Jenis luaran dapat berupa publikasi, perolehan kekayaan intelektual,
hasil pengujian atau luaran lainnya yang telah dijanjikan pada proposal. Uraian status luaran harus didukung
dengan bukti kemajuan ketercapaian luaran sesuai dengan luaran yang dijanjikan. Lengkapi isian jenis
luaran yang dijanjikan serta mengunggah bukti dokumen ketercapaian luaran wajib dan luaran tambahan
melalui BIMA.

Sehubungan dengan adanya masalah pada jurnal sebelumnya yang akan terpublikasi pada bulan Februari 2024,
sehingga peneliti mengubah tempat publikasi jurnal yang lain, yakni jurnal Comprehensive Health Care dengan
index SINTA 4.

E. PERAN MITRA: Tuliskan realisasi kerjasama dan kontribusi Mitra baik in-kind maupun in-cash (untuk
Penelitian Terapan, Penelitian Pengembangan, PTUPT, PPUPT serta KRUPT). Bukti pendukung realisasi
kerjasama dan realisasi kontribusi mitra dilaporkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Bukti dokumen
realisasi kerjasama dengan Mitra diunggah melalui BIMA.
Penelitian ini tidak melibatkan mitra

F. KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan kesulitan atau hambatan yang dihadapi selama
melakukan penelitian dan mencapai luaran yang dijanjikan, termasuk penjelasan jika pelaksanaan penelitian
dan luaran penelitian tidak sesuai dengan yang direncanakan atau dijanjikan.

Kendala dalam penelitian ini adalah mengumpulkan pasien DM dalam 1 waktu, sehingga harus menunggu
beberapa waktu untuk menunggu jadwal selanjutnya. Namun hal ini tidak membuat peneliti menyerah, sehingga
responden dapat terkumpul sebanyak 50 orang.
G. RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA: Tuliskan dan uraikan rencana penelitian di tahun berikutnya
berdasarkan indikator luaran yang telah dicapai, rencana realisasi luaran wajib yang dijanjikan dan
tambahan (jika ada) di tahun berikutnya serta roadmap penelitian keseluruhan. Pada bagian ini
diperbolehkan untuk melengkapi penjelasan dari setiap tahapan dalam metoda yang akan direncanakan
termasuk jadwal berkaitan dengan strategi untuk mencapai luaran seperti yang telah dijanjikan dalam
proposal. Jika diperlukan, penjelasan dapat juga dilengkapi dengan gambar, tabel, diagram, serta pustaka
yang relevan. Pada bagian ini dapat dituliskan rencana penyelesaian target yang belum tercapai.
Rencana tahapan selanjutnya adalah diharapkan penelitian ini dapat menjadi kegiatan rutin disetiap puskesmas
untuk mendeteksi secara dini terjadinya masalah. Selain itu perlu dibuatkan kartu kontrol untuk setiap responden
yang harus dievaluasi setiap 3 bulan sekali.
H. DAFTAR PUSTAKA: Penyusunan Daftar Pustaka berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan
pengutipan. Hanya pustaka yang disitasi pada laporan akhir yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

1. Wahyuni. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Mellitus Didaerah Perkotaan di
Indones ia. Universitas Islam Syarif Hidayatullah; 2014.
2. Prasetyani D. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Neuropati Diabetik Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2. Viva Med J Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan. 2019;12.
3. K P, KN H. Anak perempuan dan obesitas sebagai faktor risiko kejadian kadar gula darah tinggi pada
anak sekolah dasar. J Gizi Indones (The Indones J Nutr. 2018;6(2).
4. Isnaini N, R R. Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus tipe dua. J Kebidanan dan
Keperawatan Aisyiyah. 2018;14(1).
5. Pahlawati A, Nugroho PS. Hubungan Umur Dan Status Gizi Dengan Kadar Gula Darah Penderita
Diabetes Melitus Tipe Ii. J Ilmu Kesehat. 2018;6(2):153.
6. Rangki L, Afrini IM, Fadilah Z. Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Melalui Deteksi Dini
Kejadian Neuropati pada Kaki dengan Pemeriksaan Monofilament Test. Indones Berdaya. 2023;2030.
7. Shrikhande G V. Diabetes and Pperipheral Vascular disease: Diagnosis and Management. New York:
Humana Press; 2012.
8. Chawla R. Complication of Diabetes. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher; 2012.
9. Said A, Novianti AD, Fety Y. Early Detection of Peripheral Artery Disease through Ankle Brachial Index
Examination in Prolanist Group at Puskesmas Poasia. Heal Inf J Penelit. 2021;13(1):11–9.
10. Sarjono AS. GAMBARAN FAKTOR RISIKO Peripheral Artery Disease PADA PASIEN Peripheral
Artery Disease DI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PERIODE JANUARI 2019 –
11. AGUSTUS 2021. Universitas Sriwijaya; 2021.
Submission Template For Autor

Monofilament test and Ankle Brachial Index examination as early detection of Peripheral
Arterial Disease at the Makassar City Health Center

Syaiful1, Risnawati 2
1,2Department of Nursing, Faculty of Nursing and Midwifery, University of Megarezky, Makassar
Corresponding Autor: pati120592@gmail.com

ABSTRACT
The increase in the number of diabetics is influenced by factors of age, overweight, ignorance and
unhealthy lifestyles. The most common complication is diabetic foot ulcer with an incidence rate
of 15%. Some things that need to be considered in everyday life to prevent diabetic foot injuries
are diet (nutritional therapy), exercise (exercise), pharmacological therapy, and education. The
purpose of this study was to detect early the incidence of neuropathy using the monofilament test
and the incidence of peripheral arterial disease using ABI. The research method used was
descriptive research with a quantitative approach, descriptive research was used to assess the
incidence of Peripheral Arterial Disease cases using the Monofilament Test and ABI (Ankle
Brachial Index) examination, with a total of 50 respondents with diabetes mellitus. The results
showed that 47 respondents (94%) at the time of the monofilament test showed normal results
or did not experience neuropathy, while there was 1 respondent who was included in the category
of suspected neuropathy, and there were 2 respondents or around 4% who had been detected
suffering from neuropathy. The results of the Ancle Brachial Index examination showed that 8
respondents or around 16% were identified as having Peripheral Arterial Disease, and 42
respondents or around 84% were not detected as having Peripheral Arterial Disease. The
conclusion is the low number of people with neuropathy and Peripheral arterial disease because
DM sufferers have a DM exercise routine 2 a week, this will help improve blood flow and prevent
an increase in blood glucose level.
KEYWORDS : Monofilament test; ABI; Peripheral Arterial Disease

INTRODUCTION (Cambria Math 12)


Peripheral artery disease (PAD) is a term used to define impaired blood flow
through the arteries caused by narrowing (stenosis) and obstruction (occlusion) of blood
vessels due to the formation of atherosclerotic plaque under the layers of blood vessel
walls, which can affect the upper and lower extremities. However, Peripheral artery
disease usually occurs most often in the lower extremities, changes occur in the walls of
blood vessels causing a decrease in blood flow (perfusion) to the lower extremities which
is characterized by a decrease in the ankle brachial index (ABI)(1). PAD is a complication
due to uncontrolled blood glucose levels in DM sufferers. Increased sugar in the blood will
affect platelet function so that blood clots occur over time, increasing the risk of
Peripheral Arterial Disease (PAD) which is generally associated with the lower
extremities (2). Research has found that someone who suffers from DM has a risk of
developing PAD 11.6 times greater than those who do not suffer from DM (in (3). Diabetic
foot examinations can actually be done without tools, namely just using the examiner's
fingers, known as the IPTT examination. (Ipswich Touch Test), but preferably performed
by a person who has been previously trained (3)(4).
To screen for increased foot sensitivity, a tool called a vascular Doppler and
monofilament test is used which functions to see whether or not there is sensation in the
soles of the feet which are placed at 10 points (3,4). Monofilament Test will be performed
with the results showing that the patient cannot feel the touch of the monofilament if it is
Submission Template For Autor
pressed against the foot with sufficient pressure. This is an abnormal result when it
detects when the monofilament bends the leg. If monofilament can't felt at 4 of 10 test
points, the sensation of protection was lost (5). Doppler is also known as ABI, because ABI
examination uses doppler. To detect the presence of PAD, one method that can be used is
to measure the Ankle Brachial Index (ABI). ABI is used as an indicator of the functional
capacity of lower limb blood vessels and as a predictor of cardiovascular morbidity and
mortality (6). In general, it can be concluded that there are modifiable and non-modifiable
risk factors for PAD. Modifiable risk factors include behavioral and metabolic risk factors.
Behavioral risk factors include smoking habits, unhealthy diets, and physical inactivity.
Meanwhile, metabolic risk factors such as high lipid levels, hypertension, obesity. Based
on the results of early detection, it is known that blood pressure and physical activity are
influential and modifiable risk factors (7).
Based on another study conducted in the United States, the prevalence of risk
factors aged ≥ 70 years in PAD patients was 14.5%, with cardiovascular risk factors in the
form of hypercholesterolemia of more than 60%, hypertension 74%, diabetes 26%,
cigarette consumption 33%. From this study, it was found that PAD patients with
cardiovascular diseases such as coronary heart disease, congestive heart failure and or
stroke were 33%. A prevalence study conducted by the Cardiological Society of India
Kerala Coronary Artery disease and Its Risk Factors, the prevalence of PAD patients with
diabetes was 25.5%, hypertension 62.94%, hypercholesterolemia 61.61%, low HDL
35.93%, cigarette consumption 31%, and 30.2% of PAD patients with CAD (8). The
number of cases of complications that occur in DM sufferers is a problem that will be
resolved in this study, namely detecting the incidence of Peripheral Arterial Disease using
the monofilament test and ABI (Ankle Brachial Index) examination.
The increase in the number of diabetics is influenced by factors of age, overweight,
ignorance and unhealthy lifestyles. The most common complication is diabetic foot ulcer
with an incidence rate of 15%. Several things that need to be considered in everyday life
to prevent diabetic foot injuries are diet (nutritional therapy), exercise (exercise),
pharmacological therapy, and education (9).

MATERIALS AND METHODS


Design Method
This research design is descriptive research with a quantitative approach.
Descriptive research is used to assess the incidence of Peripheral Arterial Disease cases
using the Monofilament Test and ABI (Ankle Brachial Index) examination. This research
is a new research because it uses 2 golden standard examinations at once whose results
will be more accurate in detecting case occurrences. Peripheral Arterial Disease, this will
of course be used as initial data in preventing injuries
Population and Sample
The population in this study were all DM sufferers in the Makassar health center
working area. Meanwhile, the sample for this research was 50 people. Determining the
sample size in this study used probability sampling, with a multistages sampling
technique. There are too many DM people in Makassar City and it is feared that this will
result in heterogeneous data, so the accessible population is determined using a stratified
random sampling system. Stratified random sampling is used when researchers know
that certain groups (such as age groups) have a high probability of being.
Submission Template For Autor
Research Instrument
Research Instrument
a. Monofilament test
The neuropathy detection examination using a monofilament test is carried out using a
tool, namely 10 G monofilament, which will be applied to the plantar part of the big toe,
metatarsals I, III and V. A literature review suggests that the monofilament test is the
golden standard in detecting neuropathy symptoms.)
b. Ankle Brachial Index
The ABI value is obtained by comparing the ratio of leg systolic blood pressure and arm
systolic blood pressure. This examination was measured in the patient in the supine
position using a vascular Doppler and a sphygmomanometer. The interpretation of the
Ankle Brachial Index (ABI) value is as follows: normal (0.91 - 1.30); mild PAD/mild
occlusion (0.70-0.90) ; Moderate PAD / moderate occlusion (0.40-0.69) ; Severe PAD /
severe occlusion (<0.40).

RESULTS
This research was conducted in several Community Health Centers under the Work Area
of Makassar City Health Centers. This study involved 50 respondents who had been
diagnosed with diabetes mellitus. The characteristics of the respondents are as follow :

No. Category Frekuensi %


1 Gender
Female 41 82%
Male 9 8%
2 Age
Early Adulthood (26-35 tahun) 2 4%
Late Adulthood (36-45 tahun) 12 24%
Early Erderly (46-55 tahun) 10 20%
Late Erderly (56-65 tahun) 12 24%
Old Human (65 tahun ke atas) 13 26%
3 Education
SD 1 2%
SMP 4 8%
SMA 17 34%
D3 5 10%
S1 21 42%
S2 2 4%
Based on the table above, it shows that the majority of respondents in this study were
female, namely 41 or 82%. Characteristics of respondents based on age, mostly in the
elderly age group with a total of 13 respondents or 26% and at least 2 respondents with
a total percentage of 4%.
Table 2: Monofilament Test Results
No. Result Frekuensi %
1 Normal 47 94%
2 Suspect 1 2%
3 Neuropati 2 4%
Based on the table, it shows that 47 respondents (94%) during the monofilament test
showed normal results or did not experience neuropathy, while there was 1 respondent
who was in the category of suspected neuropathy, and there were 2 respondents or
around 4% who had been detected as suffering from neuropathy.
Submission Template For Autor
Table 3: Ankle Brachial Index (ABI) Examination Results
No. Result Frekuensi %
1 Peripheral Arterial Disease 8 16%
2 Non Peripheral Arterial Disease 42 84%
Based on the results of table 3 above, it shows that the results of the Ancle Brachial Index
examination showed that 8 respondents or around 16% were identified as having
Peripheral Arterial Disease, and 42 respondents or around 84% were not detected as
having Peripheral Arterial Disease.

DISCUSSION (Cambria Math 12)


Gender is the sex difference acquired at birth to distinguish men from women. Both
men and women are at risk of developing diabetes. Women have a higher risk of
developing diabetes than men because physically, women are more likely to experience
an increase in body mass index if they have premenstrual syndrome. Post-menopause
makes it easier for body fat to accumulate due to this hormonal process, putting women
at risk of developing diabetes (10).
The high incidence of DM in women is due to differences in body composition and
sexual hormone levels between adult men and women (11). There is more adipose tissue
in women than men, the difference in fat levels in adult men and women is 15-20% in men
while women have fat levels of 20-25% of body weight (12) Hormone concentrations
Decreased estrogen in menopausal women causes fat reserves, especially in the
abdominal area, to increase which results in increased release of free fatty acids, this
condition is related to insulin resistance (13).
Apart from gender, several risk factors for diabetes mellitus include age, education
level, smoking, genetic factors, and stress. In previous studies, it was found that there was
a relationship between education level and the incidence of diabetes mellitus, people with
low levels of education were 1.27 times at risk of suffering from diabetes mellitus than
people with higher education. The results of research in developed countries show that
the age group at risk of developing Diabetes Mellitus is 65 years and over. In developing
countries, the age group that is at risk for suffering from Diabetes Mellitus is aged 46-64
years because at that age glycose intolerance occurs. Fatmawati's research shows that age
is a significant variable for the incidence of Diabetes Mellitus (Fatmawati, 2010 in (14)).
A monofilament test will be performed with results showing that the patient cannot feel
the touch of the monofilament when it is pressed against the leg with sufficient pressure.
This is an abnormal result when it detects when the monofilament bends the leg. If the
monofilament cannot be felt at 3 points, the sensation of protection is lost (5). Loss of
protective sensation in peripheral neuropathy is a common cause in patients with diabetic
ulcers. Using single fiber testing is the best way to evaluate diabetic neuropathy. Patients
with normal foot sensation can usually feel monofilament contacts, but patients with
suspected decreased or absent shear sensation cannot feel monofilament contacts.
Monofilament is a simple, inexpensive, and painless tool that can be used in diabetic
patients for initial screening of peripheral neuropathy (15). This test can test the function
of the Merkel and Meissner receptors and their relationship to large-diameter nerve
fibers. Diabetics are at high risk of experiencing problems with reduced or lost sensation
in these nerve fibers. The lower the sensitivity value of the feet, the greater the chance of
experiencing diabetic foot ulcers.
Diabetic neuropathy is one of the many long-term complications of diabetes,
affecting around 50% of people with diabetes. Neuropathy is closely related to the
Submission Template For Autor
duration and severity of hyperglycemia. The prevalence of neuropathy increases with
duration of diabetes and poor blood sugar control. Poor glycemic control and prolonged
duration of diabetes are major risk factors for diabetic neuropathy. Prolonged duration of
diabetes is associated with a threefold risk of developing diabetic neuropathy. Other risk
factors include old age, obesity, hypertension, hyperlipidemia, smoking and alcohol
consumption (16).
Peripheral artery disease (PAD) is a term used to define impaired blood flow
through the arteries caused by stenosis and obstruction (occlusion) of blood vessels due
to the formation of atherosclerotic plaques under the lining of the blood vessels, which
can affect the upper and lower extremities. However, Peripheral artery disease usually
occurs most often in the lower extremities, changes occur in the walls of the blood vessels
causing a decrease in blood flow (perfusion) to the lower extremities which is
characterized by a decrease in the ankle brachial index (ABI) (6). Based on another study
conducted in the United States, the prevalence of risk factors aged ≥ 70 years in PAD
patients was 14.5%, with cardiovascular risk factors in the form of hypercholesterolemia
of more than 60%, hypertension 74%, diabetes 26%, cigarette consumption 33%. From
this study, it was found that PAD patients with cardiovascular diseases such as coronary
heart disease, congestive heart failure and or stroke were 33%. 8 The prevalence study
conducted by the Cardiological Society of India Kerala Coronary Artery Disease and Its
Risk Factors, the prevalence of PAD patients with diabetes 25.5%, hypertension 62.94%,
hypercholesterolemia 61.61%, low HDL 35.93%, cigarette consumption 31%, and 30.2%
of PAD patients with CAD (8).

CONCLUSIONS
From the results of this study it can be concluded that women are more at risk of
developing diabetes mellitus, apart from gender, age is also a big influence, but
complications from diabetes can be prevented by regularly doing simple physical
activities, for example doing diabetes foot exercises which will have an effect on the
vessels of the body. , in particular improving blood flow in the legs, so that complications
from DM, namely diabetic neuropathy, can be prevented and avoid a decrease in skin
sensitivity which will result in foot wounds easily forming.

ACKNOWLEDGMENT
The researcher would like to thank the Ministry of Research, Technology and
Culture for providing the trust to carry out this research, thank the community health
center, the respondents and all the teams who have contributed to the success of this
research. Hopefully the results of this research can make a big contribution to
respondents, health centers and science.

REFERENCES (Cambria Math 12)


1. Kullo IJ RT. Peripheral Arterial Disease Clinical Practice. N Engl J Med. 2016;861(71).
2. Kohlman-Trigoboff D. Update: Diagnosis and management of peripheral arterial
disease. e J Nurse Pract. 2019;15(1).
3. Bubun J, Yusuf S, Syam Y, Hidayat W, Majid S. alidity and Reliability Diabetic Foot Check-
up as a Simple Screening Test of Diabetic Foot Ulcers in a Community. Int J Low Extrem
Wounds. 2023;
Submission Template For Autor
4. Zhao N, Xu J, Zhou Q, Li X, Chen J, Zhou J, et al. Application of the Ipswich Touch Test for
diabetic peripheral neuropathy screening: a systematic review and meta-analysis. BMJ
Open. 2021;11(10).
5. Rangki L, Afrini IM, Fadilah Z. Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Melalui
Deteksi Dini Kejadian Neuropati pada Kaki dengan Pemeriksaan Monofilament Test.
Indones Berdaya. 2023;2030.
6. Said A, Novianti AD, Fety Y. Early Detection of Peripheral Artery Disease through Ankle
Brachial Index Examination in Prolanist Group at Puskesmas Poasia. Heal Inf J Penelit.
2021;13(1):11–9.
7. Wang F. Diagnostic Accuracy of Monofilament Tests for Detecting Diabetic Peripheral
Neuropathy: A Systematic Review and Meta-Analysis. J Diabetes Res. 2017;1(12).
8. Sarjono AS. GAMBARAN FAKTOR RISIKO Peripheral Artery Disease PADA PASIEN
Peripheral Artery Disease DI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PERIODE
JANUARI 2019 – AGUSTUS 2021. Universitas Sriwijaya; 2021.
9. Rohmah. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Luka Kaki Diabetik Pada
Pasien Diabetes. J Midwifery Public Heal. 2019;1(1).
10. Wahyuni. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Mellitus
Didaerah Perkotaan di Indones ia. Universitas Islam Syarif Hidayatullah; 2014.
11. Prasetyani D. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Neuropati Diabetik Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Viva Med J Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan.
2019;12.
12. K P, KN H. Anak perempuan dan obesitas sebagai faktor risiko kejadian kadar gula
darah tinggi pada anak sekolah dasar. J Gizi Indones (The Indones J Nutr. 2018;6(2).
13. Isnaini N, R R. Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus tipe dua. J
Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah. 2018;14(1).
14. Pahlawati A, Nugroho PS. Hubungan Umur Dan Status Gizi Dengan Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii. J Ilmu Kesehat. 2018;6(2):153.
15. Shrikhande G V. Diabetes and Pperipheral Vascular disease: Diagnosis and
Management. New York: Humana Press; 2012.
16. Chawla R. Complication of Diabetes. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher;
2012.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)
Stikes Panrita Husada Bulukumba
Jalan Pendidikan Taccorng Kec.Gantarang Kab.Bulukumba, Email: jurnalcomprehensive@gmail.com
http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.php/chc

LOA (Letter of Acceptance)


No: 297 / Stikes-PHB/LPPM/08/XII/2023

Dengan ini, Pengelola Jurnal Comprehensive Health Care menyampaikan bahwa naskah
Anda dengan identitas:

Judul : Monofilament test and Ankle Brachial Index examination as early


detection of Peripheral Arterial Disease at the Makassar City Health
Center
PenuliS : Syaiful1, Risnawati 2

Afiliasi/institusi : Department of Nursing, Faculty of Nursing and Midwifery, University


of Megarezky, Makassar
Email : pati120592@gmail.com
Tanggal Accept : 12 Desember 2023
Telah memenuhi kriteria publikasi di Jurnal Comprehensive Health Care dan kami
terima berdasarkan hasil review untuk dipublikasikan pada Vol 7, No.3, Desember Tahun
2023 dalam versi elektronik. Melalui surat keterangan ini, penulis tetap memegang ketentuan
hak cipta dengan hak akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ ).
Demikian surat ini disampaikan, atas partisipasi dan kerja samanya, kami ucapkan
terima kasih.

Bulukumba, 12 Desember 2023


Editor In Chief,

Asri,S.Kep,Ns,M.Kep

©2022 (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ )

Indekxing by :
Monofilament Test dan
Pemeriksaan ABI
sebagai Deteksi Dini
Peripheral Arterial
Disease di Puskesmas
Kota Makassar
Ketua Pengusul : Ners Syaiful, M.Kep. (NIDN : 0911128602)
Anggota Pengusul : Ners Risnawati, M.Kep. (NIDN : 0913078703)

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Penelitian Kompetitif Nasional


Penelitian Dosen Pemula
Tahun Ke 1 Dari 1 tahun
Tahun Pelaksanaan : 2023
Latar Diabetes melitus (DM) mengalami peningkatan secara terus menerus setiap tahunnya
Belakang, baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan Data International Diabetes Federation
Tujuan, (IDF) peningkatan kasus baru DM di Indonesia pada tahun 2017 hingga 2021 sebesar
9.189 kasus. PAD merupakan komplikasi akibat tidak terkontrolnya kadar glukosa darah
Kebaruan pada penderita DM. Untuk screening peningkatan sensitivitas kaki digunakan alat
namanya vascular dopler dan monofilament test yang berfungsi untuk melihat ada atau
tidaknya sensasi pada telapak kaki
Metode dan
Hasil
Penelitian Tujuan penelitian ini adalah Mengidentifikasi karakteristik responden penderita
DM di wilayah kerja puskesmas Kota Makassar, Memeriksa kondisi kaki
penderita DM dengan menggunakan monofilament test , Memeriksa kondisi
kaki penderita DM dengan menggunakan ABI (Ankle Brachial Index)
Luaran,
Kesimpulan,
Saran,
Rekomendasi Kebaruan pada penelitian ini adalah melakukan pemeriksaan pada pasien DM dengan
menggunakan alat golden standar untuk mengetahui Tingkat sensitivitas pada kaki
penderita DM dan mengukur nilai Ankle Brachial Index dengan menggunakan Dopler
Vascular
Dokumentasi
Latar Metode Penelitian
Belakang, • Desain Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
Tujuan, kuantitatif, penelitian deskriptif digunakan untuk menilai kejadian kasus
Kebaruan Peripheral Arterial Disease dengan menggunakan Monofilament Test dan
Pemeriksaan ABI (Ankle Brachial Index). Penelitian ini menjadi penelitian yang
baru karena menggunakan 2 pemeriksaan golden standar sekaligus yang
Metode dan hasilnya akan lebih akurat dalam mendeteksi kejadian kasus Peripheral Arterial
Disease, hal ini tentunya akan dijadikan sebagai data awal dalam mencegah
Hasil terjadinya luka.
Penelitian
Hasil Penelitian
Luaran,
Kesimpulan,
Saran,
Rekomendasi

Dokumentasi
Latar
Penelitian ini telah
Belakang, mendapatakan LoA dan
Jurnal Comprehensive
Tujuan,
Kebaruan
Luaran akan dipublikasikan
pada Vol.7 No.3
Health care (terindex :
crossref, garuda, SINTA
4, dan dimensions)
Desember 2023

Metode dan
Hasil Bagi setiap penderita, keluarga dengan DM, pihak
Penelitian
Saran
Puskesmas atau Rumah Sakit untuk lebih
meningkatkan kegiatan rutin untuk aktivitas fisik para
penderita DM agar dapat memaksimalkan aliran
Luaran, darah menuju organ tubuh terjauh dari jantung
Kesimpulan,
Saran,
Rekomendasi Penderita diabetes berisiko tinggi mengalami masalah
berkurang atau hilangnya sensasi pada serabut saraf tersebut.
Semakin rendah nilai sensitifitas kakinya, maka akan semakin
Dokumentasi besar pula peluangnya mengalami ulkus kaki diabetik.
Latar
Belakang,
Tujuan,
Kebaruan

Metode dan
Hasil
Penelitian

Luaran,
Kesimpulan,
Saran,
Rekomendasi

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai