Anda di halaman 1dari 11

RESUME BIMBINGAN DAN KONSELING

PENDEKATAN DAN MODEL PELAYANAN BK POLA 17 PLUS

(LAYANAN LANJUTAN BK)

OLEH:

NAMA : ZAIDIDA RAHMI

NIM : 19033191

DOSEN : 1. Drs.TAUFIK,M.Pd,Kons

2. EKI APRINALDI,S.Pd,M.Pd

MATKUL : BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
PENDEKATAN DAN MODEL PELAYANAN BK POLA 17 PLUS

(LAYANAN LANJUTAN BK)

A. Layanan Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan)


kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok,
aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna
bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan.
Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam layanan bimbingan kelompok, dibahas melalui
suasana dinamika kelompok secara intens dan konstruktif , diikuti oleh semua anggota kelompok
di bawah bimbingan pemimpin kelompok (pembimbing atau konselor).

Tugas utama pemimpin kelompok adalah: pertama, membentuk kelompok sehingga


terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok,
yaitu:

a) terjadinyan hubungan anggota kelompok menuju keakraban di antar mereka,

b) tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok dalam suasana kebersamaan,

c) berkembangnya iktikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok,

d) terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, e) terbinanya kemandirian


kelompok sehingga kelompok berusaha dan mampu tampil beda dari kelompok lain.

Kedua, memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui bahasa


konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling.

Ketiga, melakukan penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok tentang


apa, mengapa, dan bagaimana layanan konseling kelompok dilaksanakan. Keempat, melakukan
pentahapan kegiatan koseling kelompok.
Kelima, memberikan penilaian segera hasil layanan konseling kelompok.

Keenam, melakukan tindak lanjut.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan


bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih
khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan,
fikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih
efektif, yakni penigkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal pada siswa.

3. Isi Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan kelompok membahas materi atau topik-topik umum baik topik tugas maupun
topik bebas. Yang dimaksud topik tugas adalah topik atau pokok bahasan yang diberikan oleh
pembimbing (pimpinan kelompok) kepada kelompok untuk dibahas. Sedangkan topik bebas
adalah suatu topik atau pokok bahasan yang dikemukakan secara bebas oleh anggota kelompok.

Topik-topik yang dibahas dalam layanan bimbingan kelompok baik topik bebas maupun topik
tugas dapat mencakup bidang-bidang pengembangan kepribadian, hubungan sosial, pendidikan,
karier, kehidupan berkeluarga, kehidupan beragama dan lain sebagainya.

4. Teknik Layanan Bimbingan Kelompok

Ada beberapa teknik yang bisa diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok, yaitu
teknik umum dan permainan kelompok.

Pertama, teknik umum. Dalam teknik ini, dilakukan pengembangan dinamika kelompok.
Secara garis besar, teknik-teknik ini meliputi: a) komunikasi multi arah secara efektif dinamis
dan terbuka, b) pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi,
analisis, dan pengembangan argumentasi, c) dorongan minimal untuk memantapkan respons dan
aktivitas anggota kelompok. d) penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih
memantapkan analisis, argumentasi, dan pembahasan, e) pelatihan untuk membentuk pola
tingkah laku yang dikehendaki (Prayitno dan Erman Amti, 2004).
Kedua, permainan kelompok. permainan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam
layanan bimbingan kelompok baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat
pembinaan atau materi layanan tertentu. Dalam layanan bimbingan kelompok harus memenuhi
ciri-ciri sebagai berikut: a) sederhana, b) mengembirakan, c) menimbulkan suasana rilek dan
tidak melelahkan, d) meningkatkan keakraban, dan e) diikuti oleh semua anggota kelompok.

5. Kegiatan Pendukug Layanan Bimbingan Kelompok

Pertama, aplikasi instrumentasi. Data yang dihimpun atau diperoleh melalui aplikasi
instrumentasi dapat digunakan sebagai: a) pertimbangan dalam pembentukan kelompok, b)
pertimbangan dalam menetapkan seseorang atau lebih dalam layanan kelompok, c) materi atau
pokok bahasan dalam layanan bimbingan kelompok.

Kedua, data yang dihimpun atau diperoleh melalui aplikasi intrumentasi di atas,
dihimpun dalam himpunan data

Ketiga, konferensi kasus. Konferensi kasus dapat dilakukan sebelum atau setelah layanan
bimbingan kelompok dilakukan.

Keempat, kunjungan rumah. Kunjungan rumah dapat dilakukan sebagai pendalaman dan
penanganan lebih lanjut tentang masalah siswa yang dibahas atau dibicarakan dalam layanan.

Kelima, alih tangan kasus. Seperti pada layanan-layanan yang lain, masalah yang belum
tuntas atau diluar kewenangan konselor dalam layanan bimbingan kelompok juga harus
dialihtangankan atau dilimpahkan kepada konselor yang lebih mengetahui.

B. Layanan Konseling Kelompok

1. Makna Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok


dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok
mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi
pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan.
Dalam konseling kelompok dibahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota
kelompok. masalah pribadi dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan
konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok dibawah bimbingan pemimpin kelompok
(pembimbing dan konselor).

Berdasarkan descripsi diatas, layanan konseling kelompok dapat dimaknai sebagai suatu
upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami
oleh masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan
yang optimal. Dalam perkataan lain, konseling kelompok juga bisa dimaknai sebagai suatu upaya
pemberian bantuan kepada individu (siswa) yang mengalami masalah-masalah pribadi melalui
kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal.

2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok

Secara umum tujuan layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan


sosialisasi siswa, khususnya kemampuan bekomunikasinya. Melalui layanan konseling
kelompok, hal-hal dapat mengahambat atau menganggu sosialisasi siswa berkembang secara
optimal. Melalui layanan konseling juga dapat dientaskan masalah klien (siswa) dengan
memanfaatkan dinamika kelompok (Prayitno, 2004).

Selanjutnya menurut Prayitno (2004) secara khusus, adalah masalah pribadi individu
peserta layanan, maka layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan
masalah tersebut, para peserta memperoleh dua tujuan sekaligus yaitu: pertama, Terkembangnya
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya
bersosialisasi dan berkomunikasi. Kedua, terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan
diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain yang menjadi
peserta layanan.

3. Isi Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok membahas masalah-masalah pribadi yang dialami oleh


masing-masing anggota kelompok. secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan masalah
pribadinya secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas dan dientaskan terlebih
dahulu dan seterusnya.

4. Teknik Layanan Konseling Kelompok


Secara umum teknik-teknik yang diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok bisa
diterapkan dalam layanan konseling kelompok. adapun teknik-teknik tersebut secara garis besar
meliputi: pertama, komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka. Kedua, pemberian
rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan
pengembangan argumentasi. Ketiga, dorongan minimal untuk memantapkan respons aktivitas
anggota kelompok. keempat, penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih
memantapkan analisis, argumentasi pada pembahasan. Kelima, pelatihan untuk membentuk pola
tingkah laku baru yang dikehendaki.

5. Kegiatan Pendukung Konseling Kelompok

Seperti halnya layanan bimbingan kelompok dan layanan-layanan lainnya, layanan


konseling kelompok juga memerlukan kegiatan pendukung, seperti aplikasi instrumentasi,
himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.

Pertama, aplikasi intrumentasi. Data yang dihimpun atau diperoleh melalui aplikasi
instrumentasi dapat digunakan sebagai: a) pertimbangan dalam pembentukan kelompok
konseling kelompok, b) pertimbangan dalam menetapkan seseorang atau lebih dalam
kelompok layanan konseling kelompok, c) materi atau pokok bahasan kegiatan layanan
konseling kelompok.

Kedua, himpunan data. Data dalam himpunan data yang dihasilkan melalui aplikasi
instrumentasi, dapat digunakan untuk merencanakan dan mengisi kegiatan layanan konseling
kelompok.

Ketiga, konferensi kasus. Konferensi kasus dapat dilakukean sebelum kegiatan layanan
konseling kelompok dimulai dan dapat juga sebagi tindak lanjut dan kegiatan layanan konseling
kelompok untuk peserta tertentu.

Keempat, kunjungan rumah. Sebagaimana dalam bimbingan kelompok, kunjungan rumah


dalam konseling kelompok juga bisa dilakukan untuk mendalami dan penanganan lebih lanjut
masalah klien (siswa) yang dibahas dalam konseling kelompok.
Kelima, alih tangan kasus. Masalah yang belum tuntas melalui layanan konseling
kelompok dapat dialihtangnkan (memindahkan tanggung jawab pemecahan masalah klien
tertentu kepada orang lain yang dianggap lebih berwenang).

C. Layanan Konsultasi

1. Makna Layanan Konsultasi

Layanan konsultasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor


(pembimbing) terhadap seorang pelanggan (konsulti) yang memungkinkannya memperoleh
wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi atau
permasalahan pihak ketiga. Prayitno (2004) menyatakan bahwa konsultasi pada dasarnya
dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara konselor (sebagai konsultan)
dengan konsulti. Konsultasi juga dapat dilaksanakan terhadap dua orang konsulti atau lebih,
terutama apabila konsulti-konsulti itu menghendakinya. Konsulti adalah individu yang meminta
bantuan kepada konselor agar dirinya mampu menangani kondisi atau masalah yang dialami
pihak ketiga yang setidak-tidaknya sebagian menjadi tanggung jawabnya.

2. Tujuan Layanan Konsultasi

Secara umum layanan konsultasi bertujuan agar klien (siswa) dengan kemampuannya
sendiri dapat menangani kondisi dan permasalahanya yang dialami oleh pihak ketiga. Pihak
ketiga adalah orang yang mempunyai hubungan baik dengan konsulti, sehingga permasalahan
yang dialami oleh pihak ketiga setidak-tidaknya sebahagian menjadi tanggung jawab konsulti.

Secara lebih khusus, tujuan layanan konsultasi adalah agar konsulti memiliki kemampuan
diri yang berupa: wawasan, pemahaman, dan cara-cara bertindak yang terkait langsung dengan
suasana atau permasalahan pihak ketiga.

3. Isi Layanan Konsultasi

Isi layanan konsultasi dapat mencakup berbagai bidang pengembangan sebagimana telah
disebutkan diatas. Layanan konsultasi dapat menyangkut pengembangan bidang pribadi,
hubungan sosial, pendidikan, karier, kehidupan berkeluarga, dan kehidupan beragama. Dengan
kata lain, isi layanan konsultasi dapat menyangkut berbagai bidang kehidupan yang luas yang
dialami oelh individu-individu (pihak ketiga).

4. Teknik Layanan Konsultasi

Secara umum ada dua teknik layanan konsultasi yaitu teknik umum dan
khusus. Pertama, teknik umum. Teknik umum merupakan sejumlah tindakan yang dilakukan
konselor (konsultan) untuk mengembangkan proses konseling konsultasi. Kedua, teknik khusus.
Teknik ini dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku klien (konsulti), terutama berkenaan
dengan masalah yang dialami pihak ketiga.

5. Pendukung Layanan Konsultasi

Kegiatan pendukung layanan konsultasi sama dengan yang lainnya, yaitu aplikasi
instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus seperti
yang telah dijelaskan juga sebelumnya.

D. Layanan Mediasi

1. Makna Layanan Mediasi

Menurut prayitno (2004) layanan mediasi merupakan layanan konseling yang


dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak
menemukan kecocokan. Berdasarkan makna ini, layanan mediasi juga berarti layanan atau
bantuan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam kondisi bermusuhan.

2. Tujuan Layanan Mediasi

Secara umum, layanan mediasi bertujuan agar tercapai kondisi hubungan yang positif dan
kondusif diantara para klien atau pihak-pihak yang bertikai atau bermusuhan.
Secara lebih khusus, layanan mediasi bertujuan agar terjadi perubahan atas kondisi awal
yang negatif (bertikai atau bermusuhan) menjadi kondisi baru (kondusif dan bersahabat) dalam
hubungan antara kedua belah pihak yang bermasalah.

3. Isi Layanan Mediasi

Isi atau masalah yang dibahas dalam layanan mediasi adalah hal-hal yang berkenaan
dengan hubungan yang terjadi anatara individu-individu (para siswa) atau kelompok-kelompok
yang bertikai. Masalah-masalah yang menjadi isi layanan mediasi bukan masalah yang bersifat
kriminal. Dengan perkataan lain individu atau kelompok yang menjadi klien dalam layanan
mediasi, tidak sedang terlibat dalam kasus kriminal yang menjadi urusan polisi.

4. Teknik Layanan Mediasi

Penerapan teknik-teknik tertentu dalam konseling termasuk layanan mediasi, pada


prinsipnya bertujuan antara lain untuk mengaktifkan peserta layanan (siswa) dalam proses
layanan.

Ada dua teknik yang bisa diterapkan dalam layanan mediasi, yaitu teknik umum dan
khusus. Pertama, teknik umum. Yang termasuk teknik umum adalah: a) penerimaan terhadap
klien dan posisi duduk. Proses layanan mediasi diawali dengan penerimaan terhadap klien untuk
memasuki layanan, b) Penstrukturan, melalui penstrukturan, konselor mengembangkan
pemahaman peserta layanan tentang apa, dan bagaimana layanan mediasi itu, c) ajakan untuk
berbicara. Apabila melalui penstrukturan para siswa belum mau bicara, khususnya berkenaan
denan pokok perselisihan mereka yang memerlukan mediasi. Ajakan berbicara dilakukan oleh
konselor dengan mengemukakan pokok-pokoknya saja dan tidak memberikan penafsiran-
penafsiran atau pun harapan-harapan karena hal itu semua akan menjadi substansi bahasan tahap-
tahap proses selanjutnya.

Kedua, teknik khusus. Beberapa teknik khusus yang bisa diterapkan dalam layanan
mediasi adalah: a) informasi dan contoh pribadi. Teknik ini diterapkan apabila siswa benar-
benar memerlukan, b) perumusan tujuan, pemberian contoh dan latihan bertingkah laku, c)
nasihat. Teknik ini diterapkan apabila benar-benar diperlukan, d) peneguhan hasrat dan kontrak.
Teknik ini merupakan tahap pengunci atas berbagai upaya pengubahan tingkah laku yang telah
dilaksanakan.

(Prayitno,2004)

E. Layanan Advokasi

Advokasi merupakan usaha sistematis secara bertahap (inkremental) teroganisir yang


dilakukan oleh kelompok atau organisasi profesi untuk menyuarakan aspirasi anggota, serta
usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik untuk membuat kebijakan kepada kelompok
tersebut, sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar berjalan efektif.

Layanan advokasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta
didik untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan mendapat
perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan karakter cerdas yang terpuji.

Meski dalam permendikbud No. 111 tahun 2014 kita hanya mendapatkan informasi yang
amat terbatas tentang advokasi, tetapi diharapkan dalam implementasinya, Guru BK/Konselor
mampu memaknai dan menterjemahkan lebih jauh lagi. Dalam arti, Guru BK mampu
melaksanaka advokasi pada tataran mikro dan makro. Guru BK/Konselor seyogyanya mampu: 1)
memberdayakan peserta didik (konseli) dengan membantu mereka membangun keterampilan
advokasi, 2) melakukan upaya negosiasi yang relevan guna membantu peserta didik (konseli)
mengakses sumber daya, 3) membangun hubungan kolaboratif dengan lembaga masyarakat yang
relevan guna mengatasi berbagai tantangan, 4) melaksanakan gagasan advokasi pada level sistem,
5) mengkomunikasikan informasi yang relevan kepada publik, 6) melibatkan diri dalam kegiatan
advokasi sosial/politik.

(Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 111,2014)
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan Dan Konseling Pada Pendidikan Dasar
Dan Pendidikan Menengah. Jakarta

Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai