Anda di halaman 1dari 30

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum KBH Salaman


1. Sejarah KBH Salaman
Kebun Benih Hortikultura Salaman didirikan berdasarkan kebijakan
pemerintah dalam bidang pertanian, khususnya dalam pembentukan balai
benih induk (BBI). Kebijakan tersebut merupakan hasil dari rapat teknis
perbenihan yang diselengarakan di Grand Park Cisarua pada tanggal 12-14
Maret 1980, yang memutuskan Institusi Pertanian disetiap provinsi
digabungkan menjadi tiga balai benih. Adapun ketiga balai benih itu adalah
BBI yang berada diwilayah provinsi, BBI pembantu yang berada di wilayah
kabupaten dan BBI yang berada di wilayah karesidenan. Kemudian diperkuat
lagi dari hasil rapat pada tanggal 29 Juni -1 Juli 1980 di Grand Park Cisarua
yang memutuskan bahwa setiap provinsi memiliki tiga buah BBI yang
meliputi BBI hortikultura, BBI Palawija dan BBI Padi. Setiap eks
karesidenan memiliki tiga balai benih utama (BBU) yang meliputi BBU
Hotrikultura, BBU Palawija dan BBU Padi. Provinsi Jawa Tengah
mempunyai tiga BBI yaitu BBI Hortikultura Salaman, BBI Palawija di Jepara
dan BBI Padi di Tegalrejo. KBH Salaman merupakan perubahan nama dan
status dari Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Salaman.
BBIH Salaman sebelumnya merupakan Balai Benih Padi yang bernama
‘’Karya Bantala’’. Pada tanggal 1 Maret 1982 Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Provinsi Dati 1 Jawa Tengah menetapkan berdirinya BBIH Salaman.
BBIH Salaman memulai melaksanakan tugasnya pada tanggal 1 September
1982. Berdasarkan Keputusan Gubernur No. 061.1/22/1985 tertanggal 15
April 1985, BBIH Salaman berada dipengawasan Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Provinsi Jawa Tengah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas.

commit to21
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

2. Kondisi Geografis KBH Salaman


a. Lokasi
Kebun Benih Hortikultura Salaman terletak dibagian timur kota
Salaman tepatnya di Dukuh Alun-alun Dusun Margorejo Desa Menoreh
Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah dan
berada pada KM 16 Jalan Raya Purworejo-Magelang. Jarak lokasi dari
Kabupaten Magelang 15 km, dari Kota Madya Magelang 17 km, dari
Karisidenan Kedu 17 km, dan dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah sejauh
92 km. KBH Salaman berbatasan langsung dengan,
Sebelah Utara : Rumah penduduk
Sebelah Selatan : Jalan Purworejo-Magelang
Sebelah Timur : Jalan ke kampung Soca
Sebelah Barat : Jalan ke kampung Brengkel
b. Iklim
Berdasarkan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson daerah
Salaman mempunyai iklim D atau sedang suhu rata-rata 26-29ºC dan
rata-rata curah hujan 3000 mm/thn.
c. Ketinggian Tempat
KBH Salaman terletak di daerah dengan ketinggian 270 m dpl, jenis
tanahnya Latosol dengan pH 6-6,5. Tanahanya coklat dan banyak
mengandung unsur Besi (Fe) karena merupakan lahan bekas sawah atau
persawahan sehingga banyak mengalami kerusakan dan apabila musim
penghujan air banyak yang menggenang sedangakan pada musim
kemarau lahan kekurangan air dan tanahnya pecah-pecah sehingga sukar
diolah. Pengairan di KBH Salaman ini menggunakan sistem irigasi
setengah teknis, sumur air dalam air sungai dipompa. Apabila debit air
yang masuk ke lahan kurang, terutama ada saat musim kemarau maka
diadakan pergiliran yaitu satu minggu sekali, untuk membantu masalah
pengairan. Sejak tahun 1987-1994 dibuat sumur pompa sedalam 90 m
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

mengoperasikan air, pipa-pipa pembagi dan bak-bak penampung yang


ada di sekitar lahan.
d. Areal Wilayah
Luas areal keseluruhan KBH Salaman sekitar 8,363 Ha. Areal
tersebut diguakan untuk:
a. Bangunan kantor, gudang, gedung lain dan jalan berada diatas tanah
seluas 1,863 Ha
b. Koleksi Pohon Induk seluas 1,560 Ha
c. Pohon Induk yang ada di KBH Salaman antara lain: Pohon Induk
Rambutan, Durian, dan Kelengkeng.
d. Tanah Produktif untuk perbenihan seluas 4,00 Ha
Kebun Percontohan Pisang raja bulu seluas 1 Ha
3. Visi, Misi, Motto, Janji Layanan dan Etika Pelayanan KBH Salaman
Acuan dan ruh bekerja dalam pelayanan masyarakat melalui perbenihan
hortikultura tersarikan dalam visi, misi, motto dan janji layanan. Hal ini tertuang
dalam Pedoman Mutu SMM ISO 9001 : 2008 No. PM-KBHS-01 sebagai
berikut:
a. Visi : Penyedia Benih Hortikultura Bermutu Varietas Unggul Sebagai
Wujud Pelayanan Kepada Masyarakat.
b. Misi :
1) Mengembangkan Teknologi Perbenihan Hortikultura Melalui
Pengetahuan dan Adopsi Teknologi.
2) Melaksanakan Perbanyakan Benih Hortikultura Berbagai Komoditi
Varietas Unggul.
3) Memberikan Pelayanan Informasi Teknologi Perbenihan Hortikultura
Melalui Pelatihan dan Pembelajaran.
4) Menjalin Kemitraan Dibidang Perbenihan Hortikultura
c. Motto : Kepuasan Anda Kebanggaan Kami
d. Janji Layanan : Kami Siap Melayani Konsumen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

e. Etika Pelayanan :
1) Jujur
2) Ikhlas
3) Komunikatif
4) Santun
5) Ramah dan Murah Senyum
6) Cepat dan Tanggap
7) Profesional
4. Tugas Pokok dan Fungsi KBH Salaman
Tugas pokok dan fungsi KBH Salaman mengacu pada tugas pokok dan
fungsi B2TPH Wilayah Surakarta sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa
Tengah No 35 Tahun 2008.
a. Tugas Pokok
1) Melaksanakan sebagian tugas Balai Benih Tanaman Pangan Dan
Hortikultura (B2TPH) Wilayah Surakarta.
2) Melaksanakan kebijakan teknis operasional perbenihan hortikultura
b. Fungsi
1) Memproduksi benih hortikultura unggul dan bersertifikat.
2) Tempat pengujian dan percobaan benih hortikultura
3) Tempat koleksi pohon induk buah – buahan
4) Memproduksi benih unggul bermutu dengan menggunakan
teknologi kultur jaringan
5) Tempat pelayanan dan informasi benih hortikultura
6) Tempat pelatihan, magang dan kunjungan dibidang perbenihan
hortikultura.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

5. Struktus Organaisasi
BBTPH Provinsi Jawa Tengah terdiri dari tiga wilayah yaitu BBTPH
wilayah Banyumas, BBTPH wilayah Surakarta dan BBTPH wilayah
Semarang. BBTPH membawahi kebun-kebun benih yang tersebar di wilayah
Jawa Tengah. BBTPH wilayah Surakarta terletak dijalan Slamet Riyadi, Solo
dengan wilayah kerja meliputi 17 Kebun benih yang tersebar di 8 kabupaten
atau kota. Kebun benih tersebut antara lain KBP Tegalgondo, KBP
Banyudono, KBP Tohudan, KBP Sonobijo, KBP Lawu I, KPB Masaran,
KBP Tawangmanggu, KBH Tejomantri, KBH Pendem, KB Sidoharjo, KPP
Soropadan, KBH Payaman, KBH Salaman, KBP Sriwidodo, KBH Kaloran,
KBH Srimakarti, dan KBH Kledung.
Status KBH Salaman dapat digambarkan pada struktur organisasi
berdasarkan Peraturan Daerah Gubernur Jawa Tengah No 35 Tahun 2008
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah dapat dilihat
pada Gambar 4.1 berikut:

DINPERTAN TPH
PROV JATENG

BIDANG - BIDANG UPT


(B2TPH WIL SKA)

SATKER
(KBH SALAMAN)

Gambar 4.1 Status KBH Salaman Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

Dalam rangka pembagian tugas di KBH Salaman dibuat struktur


organisasi yang tertuang dalam Pedoman Mutu SMM ISO 9001 : 2008 No. PM-
KBHS-01. Struktur organisasi KBH Salaman dipimpin oleh Ir. Farida Suci
Rochmani yang membawahi manajemen representatif, tim audit internal, tim
sekretariat ISO, tata usaha, bagian laboratorium, bagian produksi dan bagian
pemasaran. Struktur KBH Salaman dapat dilihat pada Gambar 4.2.

PIMPINAN KBH SALAMAN


Ir. FARIDA SUCI ROHMANI

TIM AUDIT INTERNAL

KETUA :TEGUH BUDIHARJO, BSc


SEKRETARIS :NANY PARWATI
MANAJEMEN REPRESENTATIF
SUKARDI, SP ANGGOTA
1. MARIA MRAJAK
2. ACHMAD ROMADHON
3. WARDOYO

TIM SEKRETARIAT ISO

1. ACHMAD ROMADHON
2. TATI ASMARAWATI TATA USAHA
3. WARDOYO
TEGUH BUDIHARJO, BSc
KOORDINATOR

1. MARIA MRAJAK
2. TATI ASMARAWATI

LABORATORIUM PRODUKSI PEMASARAN

NANY PARWATI SUKARDI, SP ACHMAD ROMADHON


KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR

1. WARDOYO 1. YEKTI GANEFI EP, SP


2. MUNZAMIL 1. TUGIYO
3. MAHFUDHON
4. TUSMIN

Gambar 4.2 Struktur Organisasi KBH Salaman Tahun 2011


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

6. Keadaan Personalia
Kebun Benih Hortikultura Salaman memiliki 12 karyawan berstatus
PNS dan 1 orang petugas penjaga kantor yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Sedangkan untuk mendukung rutinitas pekerjaan lapangan dibantu oleh
tenaga musiman yang jumlahnya disesuaikan dengan volume pekerjaan.
Tabel 4.1 Daftar Sumber Daya Manusia di KBH Salaman
NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN KET
1. Ir. Farida Suci R Pimpinan KBH Sarj. Pertanian PNS
2. Teguh Budiharjo, BSc Koord. Bag TU Sarmud Ekonomi PNS
3. Maria Mrajak Staf Bag TU SMEA PNS
4. Yekti Ganefi EP, SP Staf Bag Prod Sarj. Pertanian PNS
5. Sukardi, SP Koord.Bag Sarj. Pertanian PNS
Produksi
6. Tati Asmarawati Staf Bag TU SMEA PNS
7. Achmad Romadhon Koord. Bag SMPS PNS
Pemasaran
8. Nany Parwati Koord. Bag Lab SPMA PNS
9. Munzamil Staf Bag Prod SPP PNS
10. Wardoyo Staf Bag Lab SMA PNS
11. Mahfudhon Staf Produksi MAN PNS
12. Tusmin Staf Bag Prod SD PNS
13. Tugiyo Staf Bag SD PNS
Pemasaran
14. Walijo Penjaga Kantor SD
Sumber: Data Personalia KBH Salaman Tahun 2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

7. Sarana dan Prasarana


a. Gedung dan Bangunan
Sarana gedung dan bangunan di KBH Salaman dapat dilihat pada tabel 4.2
dibawah ini :
Tabel 4.2 Gedung dan Bangunan
NO JENIS BANGUNAN JUMLAH LUAS M2
1. Bangunan Kantor 1 200
2. Lab. Kultur Jaringan 1 100
3. Rumah Kaca (Green House) 1 100
4. Screen House 5 500
5. Rumah Lindung (Persemaian) 1 200
6. Gudang Benih / Saprodi 1 150
7. Gudang Alsintan 1 100
8. Lantai Jemur 1 180
9. Sumur Dalam 2 -
10. Rumah Dinas 3 60, 70, 90
11. Ruang Pertemuan 1 100
12. Rumah Aklimatisasi 1 100
Sumber: Data KBH Salaman Tahun 2011
Bangunan kantor KBH Salaman terdiri atas ruang pimpinan, ruang
teknisi, ruang komputer, mushola, perpustakaan, dan kamar mandi. KBH
Salaman mempunyai gedung alsintan dan benih dapat dilihat pada Gambar
4.3, gedung alsintan dan benih ini digunakan untuk menyimpan peralatan
produksi dan benih yang akan digunakan baik untuk budidaya tanaman
mapun untuk perbanyakan benih. Screen house (Gambar 4.4) yang dimiliki
KBH Salaman sebanyak 5 bangunan. 1 screen house digunakan untuk
budidaya Blok Fondation tanaman Jeruk, 3 screen house untuk budidaya
Blok Penggandaan Mata Tempel dan 1 screen house digunakan untuk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

budidaya tanaman hias anggrek. Laboraturium kultur jaringan digunakan


untuk produksi bibit pisang berbagai varietas dengan cara kultur jaringan.
Kegiatan yang dilakuan di laboraturium ini meliputi pembuatan media
kultur jaringan, penanaman eksplan, perawatan ekspalan sampai
pemindahan bibit ke tempat aklimatisasi. Bangunan laboraturium tampak
dari luar dapat dilihat pada Gambar 4.5. Rumah kaca seperti pada Gambar
4.6 merupakan tempat pembesaran bibit pisang hingga siap jual. KBH
Salaman mempunyai gedung pertemuan yang digunakan untuk berbagai
acara seperti penerimaan kunjungan dari dinas lain, pertemuan untuk acara
koperasi, studi banding dan lain sebagainya. Gedung pertemuan KBH
salaman dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.3 Gudang Alsin Dan Benih Gambar 4.4 Screen House

Gambar 4.5 Laboratorium Kuljar Gambar 4.6 Rumah Kaca

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

Gambar 4.7 Ruang Pertemuan

b. Alat Transportasi
Sarana transportasi kebun dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Sarana Transportasi
TAHUN
NO JENIS PERALATAN JUMLAH
PENGADAAN
1. Sepeda Motor 3 buah 1989
1995
1997

2. Sepeda Motor Roda 3 1 buah 2009


Sumber : Data KBH Salaman Tahun 2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

c. Sarana Produksi
Peralatan produksi yang dimiliki KBH Salaman sebagai penunjang
kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Sarana Produksi
TAHUN
NO JENIS PERALATAN JUMLAH
PENGADAAN
1. Mini Traktor 2 buah 1985
1987
2. Hand Traktor 2 buah 1994
3. Hand sprayer 3 buah 2005
4. Mist blower 1 buah 1987
5. Gerobak dorong 3 buah 2009
6. Peralatan Kultur Jaringan 1 unit -
Sumber: Data KBH Salaman Tahun 2011

B. Prosedur Persediaan Bahan Tanam


1. BF dan BPMT
Blok Fondasi merupakan lahan yang terisolasi dari serangga vektor
dengan luasan tertentu yang ditanami Pohon Induk Jeruk dimana batang
bawahnya berasal dari biji/seedling bebas penyakit dan mata tempelnya
berasal dari pemulia tanaman yang berfungsi sebagai sumber mata tempel
untuk Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT). Lokasi Blok Fondasi terisolir
dari tanaman terinfeksi penyakit tular vektor. Untuk menjamin tanaman di
Blok Fondasi tidak terjangkau oleh serangga vektor (Diaphorina citri dan
Toxoptera citricidus) maka tanaman Blok Fondasi ditanam di screen house
(Soelarso, 1996).
Tanaman jeruk yang dijadikan tanaman induk BF di KBH Salaman
sebanyak 39 batang. Jenis tanaman jeruk tersebut antara lain jeruk siam

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Banjar sebanyak 10 batang, jeruk siam Pontianak 10 batang, jeruk keprok


Grabak 9 batang, dan keprok Tawangmanggu sebanyak 10 batang. Tanaman
jeruk BF tersebut ditanam dalam 1 screen house seluas 10 m x 7 m dengan
jarak tanam 1 m x 1 m. Umur tanaman induk BF di KBH Salaman sudah 5
tahun.
Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) adalah lahan yang terisolasi
dari serangga vektor yang ditanamai tanaman jeruk dimana batang bawahnya
berasal dari biji/seedling bebas penyakit dan mata tempet berasal dari Blok
Fondasi yang berfungsi sebagai sumber mata tempel bagi penagkar bibit.
Tanaman jeruk dalam BPMT ini hanya dapat dipanen selama 3 tahun, hal ini
berkaitan dengan masalah sanitasi dan teknis (Soelarso, 1996). Mata tempel
generasi 1 dari BPMT dapat digunakan untuk mengembangkan BPMT lain
tapi hanya dapat dipanen selama 3 tahun. Setelah umur tanaman mencapai 3
tahun maka dapat di lakukan penanaman tanaman induk BPMT yang baru
untuk menghindari terserang hama dan terjangkitnya penyakit terutama CVPD
dan Tristeza.
Di KBH Salaman terdapat 3 screen house dimana masing-masing screen
house seluas 24 m x 7 m terdiri dari 4 baris yang digunakan untuk BPMT
dengan jarak tanam 50 cm x 100 cm. 1 baris mempunyai luas 24 m x 1 m
yang terdiri dari 48 batang tanaman induk BPMT. Diantara baris terdapat
saluran air selebar 1 m yang ditengahnya terdapat pijakan untuk
mempermudah dalam pemanenan ranting mata tempel. Jumlah keseluruhan
BPMT yang terdapat dalam screen house tersebut sekitar 500 batang tanaman
jeruk antara lain jeruk keprok Tawangmanggu, keprok Grabak, siam Banjar
dan siam Pontianak. Usia tanaman jeruk BPMT pada screen house sekitar 5
tahun dengan dilakukan cek laboratorium setiap tahunnya. Selama ini belum
ada penyakit serius yang menyerang BPMT di KBH Salaman. Apabila
tanaman jeruk dalan BPMT ini terserang hama penyakit maka dilakukan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

pengendalian secepat mungkin agar tidak menyebar luas ke tanaman lain.


Keadaan BPMT di KBH Salaman dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Blok Pengandaan Mata Tempel

2. Pemeliharaan BPMT
BPMT (Blok Penggandaan Mata Tempel) bertujuan untuk mencegah
serangan hama penyakit yang dapat menurunkan mutu dan kualitas bibit
jeruk. BPMT yang ada di KBH Salaman berumur 5 tahun dengan pengecekan
rutin tahunan untuk mengidentifikasi hama dan penyakit yang menyerang.
Pemeliharaan BPMT tanaman jeruk meliputi penggemburan, penyiangan,
penyiraman, pemupukan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman
(OPT).
Pemupukan BPMT dilakukan 3 bulan sekali menggunakan pupuk
kandang dan pupuk NPK dimana satu baris membutuhkan pupuk kandang 40
kg dan 2 kg pupuk NPK. Pengendalian hama penyakit yang dilakukan KBH
salaman antara lain melakukan penyemprotan desis pada bulan kering untuk
mengantisipasi hama kutu hitam, sedangkan untuk bulan basah dilakukan
penyemprotan menggunakan curacron dan daconil 2 minggu sekali supaya
tanaman terbebas dari jamur. Penggemburan dan penyiangan gulma di KBH
Salaman dilakukan bersamaan dengan pemupukan yakni 3 bulan sekali. Pada
musim hujan penyiraman dilakukan sekali yaitu pada pagi hari sedangkan
pada musim kemarau penyiraman dilakukan sesuai dengan keadaan media

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

dalam screen house. Penyiraman dilakuakan dengan teknik sprinkel yang


terdapat pada bagian atas dan diletakkan antar baris BPMT seperti pada
Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Tehnik Penyiraman BPMT

3. Mata Tempel
Mata tempel tanaman jeruk yang digunakan untuk okulasi diambil dari
ranting yang berbentuk bulat, biasanya dari ranting yang terletak dibawah
pucuk baru. Ranting mata tempel dapat juga diperoleh dari bagian bawah
pucuk baru yang sudah sempurna dimana bagian atas ranting tersebut masih
berbentuk sedikit pipih. Panjang ranting mata tempel yang siap dipanen ± 30
cm dengan diameter 0,3 – 0,5 cm dan ranting mempunyai warna hijau tua atau
hijau keabu-abuan. Pemotongan ranting ± 10 cm dari percabangan ranting
atau masih disisakan 4-5 helai daun seperti terlihat pada Gambar 4.10 dimana
hasil pemotongan ranting dapat dilihat pada Gambar 4.11. Pada Gambar 4.12
dapat dilihat hasil irisan mata tempel yang siap digunakan untuk okulasi.
Bekas potongan mata tempel pada ranting mata tempel (Gambar 4.13).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Gambar 4.10 Pengambilan Ranting Mata Tempel Gambar 4.11 Ranting Mata Tempel

Gambar 4.12 Mata Tempel Gambar 4.13 Pemotongan Mata Tempel

4. Batang bawah
Batang bawah yang digunakan di KBH Salaman adalah Japaneche
citroen (JC) dengan alasan sebagai berikut :
a. Cepat tumbuh sebagai semai
b. Tahan terhadap kekeringan
c. Menghasilkan okulasi yang cepat tumbuh
d. Perakaran yang dalam (perakaran kuat)
e. Tahan tehadap serangan hama penyakit.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Karakteristik morfologi tanaman Japanese Citroen adalah sebagai


berikut:
a. Batang tanman kekar (kokoh) dan secara alami dapat mencapai
ketinggian 4-6 m.
b. Jumlah percabangan banyak, menyebar dan merunduk, dengan duri kecil
dan sedikit.
c. Tunas baru tumbuh berwarna ungu, jika sudah terbentuk daun berubah
menjadi hijau gelap.
d. Bunga berukuran kecil dengan putik dan kelopak berwarna ungu tua.
e. Kulit buah yang masuk berwarna kuning sampai jingga.
f. Buah membentuk biji yang kecil dan banyak, biasanya berisi antara 8-10
butir biji.
Kebutuhan batang bawah di KBH Salaman sesuai dengan target
produksi tahunan atau sesuai dengan pesanan akan bibit jeruk. Untuk Tahun
2012 KBH Salaman mendapatkan pesanan bibit sebanyak 1000 batang, jadi
batang bawah yang dibutuhkan minimal ada 1000 batang. Cara memperoleh
batang bawah di KBH Salaman dengan melakukan penyemaian benih sendiri.
Penyemaian benih dilakukan untuk menekan biaya produksi. Benih yang
digunakan adalah benih yang diperoleh dari penangkar benih jeruk di
Kutoharjo. Penyemaian yang dilakukan di KBH Salaman untuk memperoleh
batang bawah ada 2 cara yaitu:
a. Penyemaian dengan polybag
Media yang digunakan dalam penyemaian polybag ini adalah
tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 :1, dimana sudah
dilakukan penyaringan terlebih dahulu agar mendapatkan ukuran media
yang sama. Polybag yang digunakan untuk persemaian yaitu polybag
dengan ukuran 12 x 18 cm. Benih yang disemaikan dalam setiap poybag
sebanyak 2 biji untuk mengantisipasi kegagalan persemaian benih. Posisi
biji diatur dengan bagian yang lebih runcing mengarah kebawah, hai ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

bertujuan untuk mendapatkan sistem perakaran yang baik pada semaian


tersebut. Setelah 18 hari dapat diketahui pertumbuhan benih. Jika kedua
benih dalam polybag tumbuh semua maka dilakukan disortasi untuk
memilih benih yang baik.
Hasil persemaian benih di polybag diletakkan pada tempat yang
teduh agar tidak terkena cahaya matahari dan air hujan secara langsung.
Pemeliharaan calon batang bawah ini meliputi penyiraman, pemupukan,
penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan
sesuai dengan keadaan media pada polybag. Pemupukan yang dilakukan
setelah usia semaian 1 bulan menggunakan NPK dan ZA dengan
konsentrasi 2 g/L dan dosis 200 ml untuk setiap polybag diberikan setiap
2 minggu sekali secara bergantian bergantian. Benih bisa diokulasi
setelah 8-9 bulan setelah penyemaian.
b. Penyemaian di lahan
Penyemaian dilahan dilakukan pada lahan yang teduh dengan luas
80cm x 100 cm. Gulma yang berada dilahan dibersihkan agar tidak
mengganggu proses persemaian benih di lahan. Setelah lahan bersih dari
gulma dilakukan pengolahan lahan dengan pembentukan bedengan
setinggi 20 cm. Media yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1 : 1. Pada media campuran yang siap
digunakan ditaburkan pasir dan diberi alur untuk pertumbuhan benih
dengan jarak masing-masing baris 5-7 cm. Setelah benih disemaikan,
pasir ditaburkan kembali pada media semai. Media semai ditutup dengan
jerami. 3 minggu setelah penyemaian jerami dibuka. Benih dibiarkan
pada semaian selama 3-5 bulan dengan memperhatikan kelembaban dan
kebutuhan air untuk benih. Pada umur 6-7 bulan benih siap dipindahkan
ke polybag dan siap di okulasi pada umur 8-9 bulan setelah persemaian.
Penyemaian menggunakan polybag dilakuakan pada perbanyakan
yang dilakukan pada musim kemarau dengan jumlah yang relatif sedikit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

sehingga kebutuhan akan air dapat dipenuhi. Keuntungan dari


penyemaian polybag akar tanaman jeruk tumbuh dengan kuat karena
tidak dilakukan pemindahan tanaman sehingga akar tanaman tidak rusak.
Benih yang disemai mudah dipindahkan karena ringan. Akan tetapi
penyemaian polybag mempunyai kekurang yaitu banyak tenaga yang
digunakan untuk penyemaian serta kelembaban media di polybag yang
kurang lembab sehingga membutuhkan penyiraman yang lebih intensif.
Penyemaian dilahan dilakukan pada musim hujan dan dalam jumlah yang
relatif banyak sehingga kelembaban tetap terjaga tanpa dilakuakan
penyiraman ekstra. Kelemahan dari penyemaian lahan adalah adanya
kemungkinan terjadi kerusakan akar sehingga akan mengganggu
pertumbuhan benih dan perakaran akan kurang kuat.

C. Tehnik Okulasi Tanaman Jeruk Siam Banjar


Pelaksanan okulasi di KBH Slaman dilaksanakan setelah semaian 8-9
bulan dengan tinggi 40-60 cm. Tehnik okulasi yang digunakan di KBH Salaman
adalah model irisan (Chip Budding). Jaringan mata kayu tempel dan batang
bawah diiris dan saling bertaut. Cara ini sesuai dengan umur batang bawah yang
relatif muda, selain itu dapat memberikan pertumbuhan bibit yang lebih cepat.
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengokulasian tanaman Jeruk di
KBH Salaman antara lain:
a. Bibit batang bawah dari persemaian generatif digunakan varietas JC
(Japansche citroen).
b. Mata tempel (batang atas) yang diambil dari varietas Jeruk siam Bajar
c. Gunting pohon untuk mengambil batang mata tempel (Gambar 4.14)
d. Pisau okulasi yang tipis untuk mengerat batang bawah dan mengambil
mata tempel (Gambar 4.15)
e. Plastik putih dengan tebal 0,3 mm dan lebar 2 cm untuk mengikat
tempelan (Gambar 4.16)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Gambar 4.14 Gunting okulasi Gambar 4.15 Piasau okulasi

Gambar 4.16 Plastik 0,3mm

Tahapan pelaksanaan okulasi adalah:


a. Memilih batang bawah yang berumur 8 – 9 bulan (tinggi 40- 60 cm)
dengan diameter (10 mm).
b. Menyayat kulitnya sepanjang 2 - 3 cm, lebar 0,8 cm dan dilepaskan dari
batangnya sesuai model okulasi irisan yaitu jaringan kayu mata tempel
maupun semai batang bawahnya diiris dan saling bertaut seperti pada
Gambar 4.17.
c. Mengiris mata tempel dari batang atas yang telah dipilih sesuai model
okulasi irisan dapat dilihat pada Gambar 4.18. Pengambilan cabang mata
tempel kira-kira seumur atau sebesar batang bawah yang berbentuk bulat,
licin, warnanya sedikit kelabu kecoklatan. Untuk pengambilan mata

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

tempel tidak dalam kaadaan yang masih bersudut karena kulit sukar
dikupas.
d. Mata tempel dimasukkan pada batang bawah yang disayat (Gambar 4.19).
Mata tempel disisipkan dibawah kulit batang bawah dengan hati-hati,
penyisipan mata tempel merupakan langkah yang sangat menentukan
keberhasilan okulasi.
e. Mengikat dengan tali plastik dimulai dari bawah keatas seperti Gambar
4.20. Hal ini dimaksudkan apabila turun hujan atau dilakukan penyiraman
air tidak masuk sehingga tidak terjadi pembusukan pada mata tempel.
Hasil pengikatan dapat dilihat pada Gambar 4.21.

Gambar 4.17 Pemotongan dan Hasil Pemotongan Batang Bawah

Gambar 4.18 Pemotongan Mata Tempel Gambar 4.19 Penemepelan Mata Tempel dengan
Batang Bawah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Gambar 4.20 Penalian Hasil Okulasi Gamabar 4.21 Hasil Okulasi

Di KBH Salaman pelaksanaan okulasi dilakukan pada bulan Juli-Agustus


dimana pada bulan tersebut merupakan pancaroba akhir musim kemarau yang
akan memasuki musim penghujan dimana suhu tidak terlalu tinggi sehingga
dapat mengurangi penguapan dan kadar air hujan juga belum terlalu tinggi
sehingga tidak terjadi kelebihan air yang akan menyebabkan kegagalan okulasi.
Okulasi yang dilakukan pada musim hujan akan mengakibatkan mata tempel
mudah busuk. Waktu yang baik untuk melakukan okulasi adalah pada saat kulit
batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kayunya. Batang bawah
siap di okulasi saat berumur 8-9 bulan dimana panjang batang ± 30 cm
sedangkan untuk mata tempel yang siap untuk okulasi dapat diperoleh dari
ranting mata tempel umur 3-4 bulan setelah pemangkasan sebelumnya yang
berbentuk bulat dengan warna hijau tua atau hijau keabu-abuan.
Okulasi pada tanaman jeruk bisa dilakukan kapan saja baik pagi, siang atau
sore, hal ini dikarenakan tanaman jeruk yang termasuk tanaman tahan dan kuat
bahkan ranting mata tempel tanaman jeruk dapat bertahan selama 2 hari.
Walaupun dapat dilakukan di berbagai waktu tetapi biasanya dilakukan pada pagi
dan sore hari dimana matahari tidak terlalu terik, hal ini dikarenakan agar
pelaksana okulasi tidak terlalu merasakan sengatan matahari. Setelah dilakukan
okulasi sebaiknya tanaman diletakkan pada tempat teduh minimal selama 3 hari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

agar tidak terkena air hujan atau terjadi penguapan berlebih untuk memperkecil
tingkat kegagalan okulasi serta dapat beradaptasi dengan lingkungan terbuka.
Setelah ± 3 hari dimana kondisi tanaman jeruk benar-benar sehat maka tanaman
dapat dipindahkan pada kondisi lingkungan terbuka. Perawatan yang dilakukan
setelah proses okulasi hanya penyiraman dan pengendalian hama penyakit
apabila diperlukan.
Gunakan pisau yang tajam dan selalu bersihkan silet/pisau sehabis dipakai
dengan cara dicelupkan ke dalam air bersih (atau larutan alkohol) dan langsung
dikeringkan dengan lap kain bersih agar getah yang menempel hilang. Pisau
dengan getah yang menempel akan membuat bidang sayatan menjadi tidak rata
dan berserat sehingga mengurangi bidang sentuh antara entres dengan batang
bawah yang akhirnya akan mengurangi tingkat penyatuan (kompatibilitas) saat
penyambungan berlangsung (Anonim , 2012). Pada pelaksanaan okulasi di KBH
Salaman pisau yang digunakan tidak dilakukan sterilisasi dengan alkohol terlebih
dahulu, hal tersebut dikarenakan tanaman jeruk yang kuat dan tahan serta mampu
bertahan dari hama dan penyakit. Kemungkinan tingkat keberhasilan dengan
pisau yang diseterilkan terlebih dahulu sebesar 90% sedangkan untuk pisau tanpa
dilakukan seterilisai tingkat keberhasilan 80%. Tingkat keberhasilan okulasi
tanpa dilakukan sterilisasi terlebih dahulu lebih rendah karena pisau yang tidak
steril akan membawa bakteri masuk dan bakteri tersebut akan menjadi
pengganggu pada saat melakukan pembelahan sel yang mengakibatkan
pembusukan mata tempel karena sifat bakteri yang parasit.
Kayu dari batang bawah tidak boleh tersayat karena akan menguarangi
kambium. Kambium yang semacam lendir licin yang menempel pada kayu induk
tak boleh hilang atau berkurang karena kambium berfungsi untuk lalu-lintas
makanan dari daun ke tubuh tanaman. Kalau kambium hilang suplai makanan ke
mata tempel tidak ada sehingga tunas baru pun tidak akan tumbuh. Tak boleh ada
kayu yang tertinggal di kulit mata tempel. Supaya mudah dalam membuat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

sayatan, potong cabang yang akan diambil mata tempelnya. Terlebih dulu mata
tempel dari cabang atas disiapkan, baru kemudian dilakukan penyayatan pada
pohon induk. Tujuannya agar kambium tidak kering. Pemakaian pisau yang
tajam dan steril membuat hasil sayatannya rapi dan higienis (Anonim ᵏ, 2008).
Okulasi yang dilakuakan di KBH Salaman dilakukan dengan menyayat pohon
induk terlebih dahulu baru kemudian dilakukan penyayatan pada mata tempel.
Pelepasan ikatan okulasi dapat dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi.
Indikator keberhasilan oklasi dapat diketahui dari warna mata tempel yang masih
hijau segar dan sudah melekat dengan batang bawah. Batang bawah yang
berhasil diokulasi kemudian dipotong 2/3 bagian kemudian dilengkungkan pada
bagian atas tempelan ± 5 cm untuk memacu pertumbuhan tunas mata tempel.
Penyiangan dilakukan terhadap gulma yang tumbuh di polybag dan melakukan
wiwilan dengan menghilangkan tunas-tunas yang tidak dikehendaki
pertumbuhannya. Setelah mata tunas baru muncul dilakukan pemberian pupuk
ZA dengan konsentrasi 2 g/L dan dosis 200 ml setiap polybag. Pada saat mata
tunas baru telah mempunyai cabang primer batang bawah yang dilengkungkan
dipotong karena tunas baru sudah mampu menyerap nutrisi dengan baik. Bibit
siap di sertifikasi dan di beri label setelah 1 tahun dan bibit siap dipasarkan.
Pelaksanan okulasi di KBH Salaman dilakukan oleh tenaga lapangan
sendiri akan tetapi apabila ada pesanan dalam jumlah banyak okulasi dilakukan
oleh tanaga ahli dari luar KBH Salaman. Pada tahun 2011 KBH Salaman
menghasilkan 2000 bibit blok perbanyakan benih (BPB) dan pada tahun 2012
menghasilkan 1000 bibit blok pengandaan mata tempel (BPMT). Persentase
keberhasilan okulasi yang dilakukan KBH Salaman mencapai 80%. Keberhasilan
okulasi sangat ditentukan oleh ketrampilan yang dimiliki seseorang. Ketrampilan
okulasi diperoleh dari pengalaman mengokulasi tanaman. Semakin banyak
volume kegiatan okulasi maka semakin terampil dalam mengokulasi tanaman
sehingga persentase keberhasilan okulasi semakin tinggi. Selain ketrampilan hal
yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

a. Kesesuaian antara mata tempel dan batang bawah.


b. Pengikatan mata tempel harus rapat agar air tidak mudah masuk sehingga
mata tempel tidak mudah busuk.
c. Faktor alam
D. Sertifikasi dan Labelisasi Bibit Jeruk
Sertifikasi dan labelisasi bibit jeruk merupakan satu cara proses pemberian
sertifikasi atas cara perbanyakan, produksi dan penyaluran bibit yang sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian Republik
Indonesia. Bibit sertifikasi merupakan bibit yang ditetapkan cara-cara
persyaratan tertentu dalam proses produksinya. Produksi bibit bersertifikasi
berada dibawah Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB). Pengawasan
bertujuan untuk mengetahui asal usul bibit yang akan diproduksi. Tahapan
sertifikasi atau pelabelan bibit jeruk yang diperbanyak dengan okulasi di KBH
Salaman adalah:
a. Pihak KBH Salaman melaporkan bahwa akan melakukan okulasi kepada
BPSB wilayah Jawa Tengah. Laporan tersebut meliputi jumlah tanaman
jeruk yang akan diokulasi, hari dan tanggal pelaksanaan okulasi, dan
varietas yang akan diokulasi.
b. BPSB yang telah mendapatkan laporan dari KBH Salaman melakukan
peninjauan pada hari dan tanggal pelaksanaan okulasi yang dilakukan
KBH Salaman. Peninjauan meliputi kondisi batang bawah yang
digunakan, kondisi mata tempel, peralatan dan kondisi lingkungan
okulasi.
c. Pihak KBH Salaman melakukan laporan atas okulasi yang telah
dilakukan kepada BPSB. Persentasi keberhasilan okulasi biasanya
mencapai 80%. Bibit yang berhasil diokulasi kemudian diberi sertifikat
dan label oleh BPSB setelah semua persyaratan sertifikasi dan labelisasi
terpenuhi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

Setelah proses sertifikasi selesai dan dinyatakan lulus, maka dilakukan


labelisasi. Label dipasang pada tiap individu bibit berisi: nomor seri label, nama
produsen, alamat produsen, asal benih, varietas batang atas, varietas batang
bawah, bulan okulasi, tanggal pasang label, masa berlakunya label. Pemasangan
label ini menunjukkan bahwa bibit siap untuk dipasarkan dan hanya berlaku
selama 3 bulan. Apabila bibit belum semuanya tersalurkan tetapi masa
berlakunya label telah habis maka dapat dilakukan pemeriksaan ulang untuk
diterbitkan label baru, formulir dari pelabelan ulang ini meliputi: nama pemohon
atau pemilik bibit, alamat pemohon, keterangan bibit yang akan dilabel ulang
(asal bibit, jenis atau varietas, nomor induk lapangan dan jumlah bibit) serta
keterangan mutu (jenis perbanyakan, batang atas, batang bawah dan tanggal
pemasangan label). Warna label untuk bibit BPMT adalah ungu dan untuk bibit
BPB dengan label berwarna biru.
E. Pemasaran Bibit Jeruk Siam Banjar
1. Produk (Product)
Produk yang ditawarkan KBH Salaman adalah bibit jeruk BPMT dan
bibit jeruk BPB yang bersertifikat. Pada tahun 2012 KBH Salaman
memproduksi 1000 bibit jeruk BPMT.
2. Harga (Price)
Harga yang ditawarkan pada konsumen untuk mendapatkan 1 batang
bibit jeruk BPMT sebesar Rp 20.000,00. Bibit jeruk BPB seharga Rp
5.000,00/batang kepada konsumen dan Rp 4.500,00/batang untuk pedagang
pengecer.
3. Promosi (Promotion)
Promosi yang di lakukan KBH Salaman yaitu kerjasama dengan dinas
pertanian lain. Kerjasama ini akan memudahkan KBH Salaman
mempromosikan bibit jeruk yang diproduksi, selain itu biaya yang dibutuhkan
untuk promosi ini tidak membutuhkan biaya yang banyak. Selain kerjasama,
KBH Salaman mengenalkan bibit jeruk yang diproduksi melalui jaringan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

internet yaitu blog. Blog akan memudahkan KBH Salaman mengenalkan bibit
jeruk terutama untuk konsumen individu.
4. Tempat (Place)
a. KBH Salaman à Konsumen Terakhir
Jalur pemasaran diatas adalah konsumen membeli langsung bibit
ke KBH Salaman tanpa ada perantara, pembeli biasanya merupakan kantor
dinas pertanian daerah lain yang kemudian akan menyalurkan bibit jeruk
tersebut kepada petani – petani agar bisa mencukupi permintaan jeruk
yang ada pasar. Selain itu, ada konsumen individu yang datang langsung
ke KBH Salaman untuk membeli bibit jeruk. Jumlah bibit yang di salurkan
menggunakan distribusi ini mencapai 70 % dari jumlah keseluruhan
pemasaran.
Konsumen individu dalam jumlah kecil biasanya langsung saja
membeli bibit jeruk walaupun bibit tersebut belum mendapatkan sertifikat.
Hal tersebut dikarenakan konsumen tersebut ingin dengan segera
mendapatkan bibit jeruk, selain itu tingkat kesadaran konsumen yang
rendah akan sertifikasi bibit juga berpengaruh pada pembelian bibit tanpa
sertifikat. Sertifikat pada bibit sangat penting untuk konsumen karena
dengan label tersebut konsumen dapat mengajukan komplain apabila bibit
yang diterima tidak sesuai dengan yang ditawarkan KBH Salaman.
Penjualan bibit tanpa sertifikat juga tidak sesuai dengan fungsi KBH
Salaman yaitu memproduksi benih hortikultura unggul dan bersertifikat.
b. KBH Salaman à Perantara à Pedagang pengecer à Konsumen terakhir.
Perantara pembeli bibit jeruk dalam jumlah besar dari KBH
Salaman tidak untuk konsumsi sendiri melainkan untuk dijual lagi kepada
pedagang pengecer dengan harga yang lebih tinggi, dari pedagang
pengecer kemudian dijual kepada konsumen akhir dengan harga yang
lebih tinggi dibandingkan harga asli dari KBH Salaman. Jumlah bibit yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

disalurkan menggunakan distribusi ini hanya 30% dari jumlah keseluruhan


bibit jeruk yang dipasarkan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

F. Analisis Usaha
Tabel 4.5 Analisis Usaha dalam 1 Tahun Masa Produksi Bibit Jeruk Siam Banjar
di KBH Salaman

No Keterangan Jumlah Harga


1. Biaya Variabel
a. Bahan Baku
- Pisau Okulasi 4 buah @ Rp 35.000,00 Rp 140.000,00
- Pupuk kandang 72,5 Kg @Rp 1.000,00 Rp 72.500,00
- Pupuk ZA 4,2 Kg @Rp 2.000,00 Rp 8.400,00
- Pupuk NPK 4,4 Kg @Rp 2.500,00 Rp 11.000,00
- Curacron 480 ml @Rp 21.000,00/100ml Rp 100.800,00
- Decis 480 ml @Rp 19.800,00/100ml Rp 95.040,00
- Daconil 630 ml @Rp 24.000,00/100ml Rp 151.200,00
- Biji jeruk 1 Kg @Rp 400.000,00 Rp 400.000,00
b. Sarana produksi
- Plastik polybag 4 Kg @Rp 19.800,00 Rp 79.200.00
- Plastik okulasi 2 Roll @Rp 20.000,00 Rp 40.000,00
- Gunting pangkas 4 buah @Rp 35.000,00 Rp 140.000,00
- Depresiasi gunting pangkas 4 buah (Rp 140.000,00)
- Gerobak dorong 3 buah @ Rp 400.000,00 Rp 1.200.00,00
- Depresiasi gerobak dorong 3 buah (Rp 240.000,00)
2. Biaya tetap
- Pengolahan tanah 15 HKP @Rp 35.000,00 Rp 525.000,00
- Pemupukan 15 HKP @Rp 35.000,00 Rp 525.000,00
- Penyemaian 4 HKP @Rp 35.000,00 Rp 140.000,00
- Penyiangan 7 HKP @Rp 35.000,00 Rp 245.000,00
- Penyemprotan 4 HKP @Rp 35.000,00 Rp 140.000,00
- Pelaksanaan okulasi 10 HKP @Rp 35.000,00 Rp 350.000,00
- Sertifikasi 1000 bibit @Rp 300,00 Rp 300.000,00
- Biaya lain-lain Rp 250.000,00
Total Biaya Rp 4.608.740,00

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

Penerimaan = Harga Bibit x Jumlah Bibit


= Rp 20.000,00 x 1000
= Rp 20.000.000,00
Keuntungan = Penerimaan – Total Biaya
= Rp 20.000.000,00 – Rp 4.608.740,00
= Rp 15.391.260,00

a. Revenue Cost Ratio (R/C)


Revenue Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan
penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
hingga menghasilkan produk. R/C menunjukkan tingkat efisien usaha yang
dilakukan perusahaan.

R/C =

= = 4,3
Usaha perbanyakan jeruk siam Banjar di KBH Salaman mempunyai
R/C sebesar 4,3 yang artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 maka
penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 4,3.
b. Benefit Cost Ratio (B/C)
Benefit Cost Ratio (B/C) adalah perbandingan antara tingkat
keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C
menunjukkan tingkat keuntunagan yang di peroleh suatu perusahaan.

B/C =

= 3,34 = 3,3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

B/C yang diperoleh KBH Salaman dalam perbanyakan bibit jeruk siam
Banjar sebesar 3,3 yang artinya setiap pengeluaran biaya Rp 1,00 akan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3,3. Suatu usaha dikatakan layak
dijalankan apabila bila R/C dan B/C > 1
c. Break Even Point (BEP)
BEP (Break Event Point) merupakan titik impas usaha, nilai BEP
dapat dengan diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha
tidak memberi keuntungan dan tidak mengalami kerugian.

BEP Produksi bibit BPMT =

= 230,4 = 230

BEP Harga bibit BPMT =

=
= 4608,74= 4609
Dari perhitungan diketahui bahwa BEP Produksi bibit BPMT 230
batang. Produksi bibit BPMT di KBH Salaman lebih dari BEP Produksi yaitu
1000 batang, hal itu berarti KBH Salaman mendapatkan keuntungan. BEP
harga bibit BPMT sebesar Rp 4.609,00. Harga jual 1 batang bibit BPMT Rp
20.000,00 dimana melebihi BEP harga, berarti KBH Salaman mendapatkan
keuntungan dengan menjual Rp 20.000,00/batang.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai