Microsoft Word - BAB IV
Microsoft Word - BAB IV
id
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
commit to21
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
23
24
e. Etika Pelayanan :
1) Jujur
2) Ikhlas
3) Komunikatif
4) Santun
5) Ramah dan Murah Senyum
6) Cepat dan Tanggap
7) Profesional
4. Tugas Pokok dan Fungsi KBH Salaman
Tugas pokok dan fungsi KBH Salaman mengacu pada tugas pokok dan
fungsi B2TPH Wilayah Surakarta sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa
Tengah No 35 Tahun 2008.
a. Tugas Pokok
1) Melaksanakan sebagian tugas Balai Benih Tanaman Pangan Dan
Hortikultura (B2TPH) Wilayah Surakarta.
2) Melaksanakan kebijakan teknis operasional perbenihan hortikultura
b. Fungsi
1) Memproduksi benih hortikultura unggul dan bersertifikat.
2) Tempat pengujian dan percobaan benih hortikultura
3) Tempat koleksi pohon induk buah – buahan
4) Memproduksi benih unggul bermutu dengan menggunakan
teknologi kultur jaringan
5) Tempat pelayanan dan informasi benih hortikultura
6) Tempat pelatihan, magang dan kunjungan dibidang perbenihan
hortikultura.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
5. Struktus Organaisasi
BBTPH Provinsi Jawa Tengah terdiri dari tiga wilayah yaitu BBTPH
wilayah Banyumas, BBTPH wilayah Surakarta dan BBTPH wilayah
Semarang. BBTPH membawahi kebun-kebun benih yang tersebar di wilayah
Jawa Tengah. BBTPH wilayah Surakarta terletak dijalan Slamet Riyadi, Solo
dengan wilayah kerja meliputi 17 Kebun benih yang tersebar di 8 kabupaten
atau kota. Kebun benih tersebut antara lain KBP Tegalgondo, KBP
Banyudono, KBP Tohudan, KBP Sonobijo, KBP Lawu I, KPB Masaran,
KBP Tawangmanggu, KBH Tejomantri, KBH Pendem, KB Sidoharjo, KPP
Soropadan, KBH Payaman, KBH Salaman, KBP Sriwidodo, KBH Kaloran,
KBH Srimakarti, dan KBH Kledung.
Status KBH Salaman dapat digambarkan pada struktur organisasi
berdasarkan Peraturan Daerah Gubernur Jawa Tengah No 35 Tahun 2008
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah dapat dilihat
pada Gambar 4.1 berikut:
DINPERTAN TPH
PROV JATENG
SATKER
(KBH SALAMAN)
Gambar 4.1 Status KBH Salaman Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
1. ACHMAD ROMADHON
2. TATI ASMARAWATI TATA USAHA
3. WARDOYO
TEGUH BUDIHARJO, BSc
KOORDINATOR
1. MARIA MRAJAK
2. TATI ASMARAWATI
27
6. Keadaan Personalia
Kebun Benih Hortikultura Salaman memiliki 12 karyawan berstatus
PNS dan 1 orang petugas penjaga kantor yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Sedangkan untuk mendukung rutinitas pekerjaan lapangan dibantu oleh
tenaga musiman yang jumlahnya disesuaikan dengan volume pekerjaan.
Tabel 4.1 Daftar Sumber Daya Manusia di KBH Salaman
NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN KET
1. Ir. Farida Suci R Pimpinan KBH Sarj. Pertanian PNS
2. Teguh Budiharjo, BSc Koord. Bag TU Sarmud Ekonomi PNS
3. Maria Mrajak Staf Bag TU SMEA PNS
4. Yekti Ganefi EP, SP Staf Bag Prod Sarj. Pertanian PNS
5. Sukardi, SP Koord.Bag Sarj. Pertanian PNS
Produksi
6. Tati Asmarawati Staf Bag TU SMEA PNS
7. Achmad Romadhon Koord. Bag SMPS PNS
Pemasaran
8. Nany Parwati Koord. Bag Lab SPMA PNS
9. Munzamil Staf Bag Prod SPP PNS
10. Wardoyo Staf Bag Lab SMA PNS
11. Mahfudhon Staf Produksi MAN PNS
12. Tusmin Staf Bag Prod SD PNS
13. Tugiyo Staf Bag SD PNS
Pemasaran
14. Walijo Penjaga Kantor SD
Sumber: Data Personalia KBH Salaman Tahun 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
Gambar 4.3 Gudang Alsin Dan Benih Gambar 4.4 Screen House
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
b. Alat Transportasi
Sarana transportasi kebun dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Sarana Transportasi
TAHUN
NO JENIS PERALATAN JUMLAH
PENGADAAN
1. Sepeda Motor 3 buah 1989
1995
1997
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
c. Sarana Produksi
Peralatan produksi yang dimiliki KBH Salaman sebagai penunjang
kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Sarana Produksi
TAHUN
NO JENIS PERALATAN JUMLAH
PENGADAAN
1. Mini Traktor 2 buah 1985
1987
2. Hand Traktor 2 buah 1994
3. Hand sprayer 3 buah 2005
4. Mist blower 1 buah 1987
5. Gerobak dorong 3 buah 2009
6. Peralatan Kultur Jaringan 1 unit -
Sumber: Data KBH Salaman Tahun 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
2. Pemeliharaan BPMT
BPMT (Blok Penggandaan Mata Tempel) bertujuan untuk mencegah
serangan hama penyakit yang dapat menurunkan mutu dan kualitas bibit
jeruk. BPMT yang ada di KBH Salaman berumur 5 tahun dengan pengecekan
rutin tahunan untuk mengidentifikasi hama dan penyakit yang menyerang.
Pemeliharaan BPMT tanaman jeruk meliputi penggemburan, penyiangan,
penyiraman, pemupukan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman
(OPT).
Pemupukan BPMT dilakukan 3 bulan sekali menggunakan pupuk
kandang dan pupuk NPK dimana satu baris membutuhkan pupuk kandang 40
kg dan 2 kg pupuk NPK. Pengendalian hama penyakit yang dilakukan KBH
salaman antara lain melakukan penyemprotan desis pada bulan kering untuk
mengantisipasi hama kutu hitam, sedangkan untuk bulan basah dilakukan
penyemprotan menggunakan curacron dan daconil 2 minggu sekali supaya
tanaman terbebas dari jamur. Penggemburan dan penyiangan gulma di KBH
Salaman dilakukan bersamaan dengan pemupukan yakni 3 bulan sekali. Pada
musim hujan penyiraman dilakukan sekali yaitu pada pagi hari sedangkan
pada musim kemarau penyiraman dilakukan sesuai dengan keadaan media
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
3. Mata Tempel
Mata tempel tanaman jeruk yang digunakan untuk okulasi diambil dari
ranting yang berbentuk bulat, biasanya dari ranting yang terletak dibawah
pucuk baru. Ranting mata tempel dapat juga diperoleh dari bagian bawah
pucuk baru yang sudah sempurna dimana bagian atas ranting tersebut masih
berbentuk sedikit pipih. Panjang ranting mata tempel yang siap dipanen ± 30
cm dengan diameter 0,3 – 0,5 cm dan ranting mempunyai warna hijau tua atau
hijau keabu-abuan. Pemotongan ranting ± 10 cm dari percabangan ranting
atau masih disisakan 4-5 helai daun seperti terlihat pada Gambar 4.10 dimana
hasil pemotongan ranting dapat dilihat pada Gambar 4.11. Pada Gambar 4.12
dapat dilihat hasil irisan mata tempel yang siap digunakan untuk okulasi.
Bekas potongan mata tempel pada ranting mata tempel (Gambar 4.13).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Gambar 4.10 Pengambilan Ranting Mata Tempel Gambar 4.11 Ranting Mata Tempel
4. Batang bawah
Batang bawah yang digunakan di KBH Salaman adalah Japaneche
citroen (JC) dengan alasan sebagai berikut :
a. Cepat tumbuh sebagai semai
b. Tahan terhadap kekeringan
c. Menghasilkan okulasi yang cepat tumbuh
d. Perakaran yang dalam (perakaran kuat)
e. Tahan tehadap serangan hama penyakit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
37
38
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
tempel tidak dalam kaadaan yang masih bersudut karena kulit sukar
dikupas.
d. Mata tempel dimasukkan pada batang bawah yang disayat (Gambar 4.19).
Mata tempel disisipkan dibawah kulit batang bawah dengan hati-hati,
penyisipan mata tempel merupakan langkah yang sangat menentukan
keberhasilan okulasi.
e. Mengikat dengan tali plastik dimulai dari bawah keatas seperti Gambar
4.20. Hal ini dimaksudkan apabila turun hujan atau dilakukan penyiraman
air tidak masuk sehingga tidak terjadi pembusukan pada mata tempel.
Hasil pengikatan dapat dilihat pada Gambar 4.21.
Gambar 4.18 Pemotongan Mata Tempel Gambar 4.19 Penemepelan Mata Tempel dengan
Batang Bawah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
42
agar tidak terkena air hujan atau terjadi penguapan berlebih untuk memperkecil
tingkat kegagalan okulasi serta dapat beradaptasi dengan lingkungan terbuka.
Setelah ± 3 hari dimana kondisi tanaman jeruk benar-benar sehat maka tanaman
dapat dipindahkan pada kondisi lingkungan terbuka. Perawatan yang dilakukan
setelah proses okulasi hanya penyiraman dan pengendalian hama penyakit
apabila diperlukan.
Gunakan pisau yang tajam dan selalu bersihkan silet/pisau sehabis dipakai
dengan cara dicelupkan ke dalam air bersih (atau larutan alkohol) dan langsung
dikeringkan dengan lap kain bersih agar getah yang menempel hilang. Pisau
dengan getah yang menempel akan membuat bidang sayatan menjadi tidak rata
dan berserat sehingga mengurangi bidang sentuh antara entres dengan batang
bawah yang akhirnya akan mengurangi tingkat penyatuan (kompatibilitas) saat
penyambungan berlangsung (Anonim , 2012). Pada pelaksanaan okulasi di KBH
Salaman pisau yang digunakan tidak dilakukan sterilisasi dengan alkohol terlebih
dahulu, hal tersebut dikarenakan tanaman jeruk yang kuat dan tahan serta mampu
bertahan dari hama dan penyakit. Kemungkinan tingkat keberhasilan dengan
pisau yang diseterilkan terlebih dahulu sebesar 90% sedangkan untuk pisau tanpa
dilakukan seterilisai tingkat keberhasilan 80%. Tingkat keberhasilan okulasi
tanpa dilakukan sterilisasi terlebih dahulu lebih rendah karena pisau yang tidak
steril akan membawa bakteri masuk dan bakteri tersebut akan menjadi
pengganggu pada saat melakukan pembelahan sel yang mengakibatkan
pembusukan mata tempel karena sifat bakteri yang parasit.
Kayu dari batang bawah tidak boleh tersayat karena akan menguarangi
kambium. Kambium yang semacam lendir licin yang menempel pada kayu induk
tak boleh hilang atau berkurang karena kambium berfungsi untuk lalu-lintas
makanan dari daun ke tubuh tanaman. Kalau kambium hilang suplai makanan ke
mata tempel tidak ada sehingga tunas baru pun tidak akan tumbuh. Tak boleh ada
kayu yang tertinggal di kulit mata tempel. Supaya mudah dalam membuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
sayatan, potong cabang yang akan diambil mata tempelnya. Terlebih dulu mata
tempel dari cabang atas disiapkan, baru kemudian dilakukan penyayatan pada
pohon induk. Tujuannya agar kambium tidak kering. Pemakaian pisau yang
tajam dan steril membuat hasil sayatannya rapi dan higienis (Anonim ᵏ, 2008).
Okulasi yang dilakuakan di KBH Salaman dilakukan dengan menyayat pohon
induk terlebih dahulu baru kemudian dilakukan penyayatan pada mata tempel.
Pelepasan ikatan okulasi dapat dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi.
Indikator keberhasilan oklasi dapat diketahui dari warna mata tempel yang masih
hijau segar dan sudah melekat dengan batang bawah. Batang bawah yang
berhasil diokulasi kemudian dipotong 2/3 bagian kemudian dilengkungkan pada
bagian atas tempelan ± 5 cm untuk memacu pertumbuhan tunas mata tempel.
Penyiangan dilakukan terhadap gulma yang tumbuh di polybag dan melakukan
wiwilan dengan menghilangkan tunas-tunas yang tidak dikehendaki
pertumbuhannya. Setelah mata tunas baru muncul dilakukan pemberian pupuk
ZA dengan konsentrasi 2 g/L dan dosis 200 ml setiap polybag. Pada saat mata
tunas baru telah mempunyai cabang primer batang bawah yang dilengkungkan
dipotong karena tunas baru sudah mampu menyerap nutrisi dengan baik. Bibit
siap di sertifikasi dan di beri label setelah 1 tahun dan bibit siap dipasarkan.
Pelaksanan okulasi di KBH Salaman dilakukan oleh tenaga lapangan
sendiri akan tetapi apabila ada pesanan dalam jumlah banyak okulasi dilakukan
oleh tanaga ahli dari luar KBH Salaman. Pada tahun 2011 KBH Salaman
menghasilkan 2000 bibit blok perbanyakan benih (BPB) dan pada tahun 2012
menghasilkan 1000 bibit blok pengandaan mata tempel (BPMT). Persentase
keberhasilan okulasi yang dilakukan KBH Salaman mencapai 80%. Keberhasilan
okulasi sangat ditentukan oleh ketrampilan yang dimiliki seseorang. Ketrampilan
okulasi diperoleh dari pengalaman mengokulasi tanaman. Semakin banyak
volume kegiatan okulasi maka semakin terampil dalam mengokulasi tanaman
sehingga persentase keberhasilan okulasi semakin tinggi. Selain ketrampilan hal
yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
46
internet yaitu blog. Blog akan memudahkan KBH Salaman mengenalkan bibit
jeruk terutama untuk konsumen individu.
4. Tempat (Place)
a. KBH Salaman à Konsumen Terakhir
Jalur pemasaran diatas adalah konsumen membeli langsung bibit
ke KBH Salaman tanpa ada perantara, pembeli biasanya merupakan kantor
dinas pertanian daerah lain yang kemudian akan menyalurkan bibit jeruk
tersebut kepada petani – petani agar bisa mencukupi permintaan jeruk
yang ada pasar. Selain itu, ada konsumen individu yang datang langsung
ke KBH Salaman untuk membeli bibit jeruk. Jumlah bibit yang di salurkan
menggunakan distribusi ini mencapai 70 % dari jumlah keseluruhan
pemasaran.
Konsumen individu dalam jumlah kecil biasanya langsung saja
membeli bibit jeruk walaupun bibit tersebut belum mendapatkan sertifikat.
Hal tersebut dikarenakan konsumen tersebut ingin dengan segera
mendapatkan bibit jeruk, selain itu tingkat kesadaran konsumen yang
rendah akan sertifikasi bibit juga berpengaruh pada pembelian bibit tanpa
sertifikat. Sertifikat pada bibit sangat penting untuk konsumen karena
dengan label tersebut konsumen dapat mengajukan komplain apabila bibit
yang diterima tidak sesuai dengan yang ditawarkan KBH Salaman.
Penjualan bibit tanpa sertifikat juga tidak sesuai dengan fungsi KBH
Salaman yaitu memproduksi benih hortikultura unggul dan bersertifikat.
b. KBH Salaman à Perantara à Pedagang pengecer à Konsumen terakhir.
Perantara pembeli bibit jeruk dalam jumlah besar dari KBH
Salaman tidak untuk konsumsi sendiri melainkan untuk dijual lagi kepada
pedagang pengecer dengan harga yang lebih tinggi, dari pedagang
pengecer kemudian dijual kepada konsumen akhir dengan harga yang
lebih tinggi dibandingkan harga asli dari KBH Salaman. Jumlah bibit yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
F. Analisis Usaha
Tabel 4.5 Analisis Usaha dalam 1 Tahun Masa Produksi Bibit Jeruk Siam Banjar
di KBH Salaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
R/C =
= = 4,3
Usaha perbanyakan jeruk siam Banjar di KBH Salaman mempunyai
R/C sebesar 4,3 yang artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 maka
penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 4,3.
b. Benefit Cost Ratio (B/C)
Benefit Cost Ratio (B/C) adalah perbandingan antara tingkat
keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C
menunjukkan tingkat keuntunagan yang di peroleh suatu perusahaan.
B/C =
= 3,34 = 3,3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
B/C yang diperoleh KBH Salaman dalam perbanyakan bibit jeruk siam
Banjar sebesar 3,3 yang artinya setiap pengeluaran biaya Rp 1,00 akan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3,3. Suatu usaha dikatakan layak
dijalankan apabila bila R/C dan B/C > 1
c. Break Even Point (BEP)
BEP (Break Event Point) merupakan titik impas usaha, nilai BEP
dapat dengan diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha
tidak memberi keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
= 230,4 = 230
=
= 4608,74= 4609
Dari perhitungan diketahui bahwa BEP Produksi bibit BPMT 230
batang. Produksi bibit BPMT di KBH Salaman lebih dari BEP Produksi yaitu
1000 batang, hal itu berarti KBH Salaman mendapatkan keuntungan. BEP
harga bibit BPMT sebesar Rp 4.609,00. Harga jual 1 batang bibit BPMT Rp
20.000,00 dimana melebihi BEP harga, berarti KBH Salaman mendapatkan
keuntungan dengan menjual Rp 20.000,00/batang.
commit to user