Penuntun Lengkap 2021
Penuntun Lengkap 2021
IKTIOLOGI
TIM PENGAJAR :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan Penuntun Praktikum Mata Kuliah Iktiologi dapat
diselesaikan.
Penuntun ini dibuat untuk meningkatkan mutu pendidikan perguruan tinggi yang
sekaligus juga meningkatkan mutu kurikulum. Mutu kurikulum yaitu isi mata ajaran -mata
ajaran, sarana penunjang berupa gedung, ruang kuliah, laboratorium, lahan percobaan,
peralatan, bahan percobaan termasuk tumbuhan dan hewan, buku, majalah, besarnya dana
operasional serta suasana akademik yang tumbuh di perguruan tinggi tersebut.
Kegiatan praktikum mata kuliah Iktiologi terasa sangat sulit untuk dilaksanakan
tanpa adanya suatu penuntun yang jelas. Untuk itu penuntun ini berisi teori ringkas dan tata
cara pelaksanaan praktikum secara garis besar, dengan harapan dapat membantu
mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum tersebut. Selain itu penuntun ini merupakan
salah satu bagian dalam peningkatan mutu kurikulum perguruan tinggi. Oleh karena itu
adanya penuntun yang dapat dibaca pada waktu persiapan sebelum tatap muka di ruang
kuliah maupun sesudahnya akan merupakan bantuan yang sangat besar dalam memahami
mata kuliah khususnya dan dalam meningkatkan mutu kurikulum umumnya.
Demikianlah semoga adanya penuntun praktikum ini dapat memberikan sumbangan
yang berarti dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM IKTIOLOGI iv
SURAT PERNYATAAN vi
KARTU KONTROL PRAKTIKUM IKTIOLOGI vii
PENDAHULUAN viii
I. MORFOLOGI 1
II. MORFOMETRIK & MERISTIK 5
III. IDENTIFIKASI DAN SISTEMATIKA 11
IV. SISTEM INTEGUMEN 13
V. SISTEM URAT DAGING 15
VI. SISTEM PERNAPASAN 17
VII. SISTEM PENCERNAAN 19
VIII. SISTEM UROGENITALIA 20
IX. SISTEM RANGKA 21
X. SISTEM PEREDARAN DARAH 22
XI. SISTEM SARAF 23
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 26
3
TATA TERTIB PRAKTIKUM
4
- Laporan lengkap diserahkan kepada asisten paling lambat satu minggu setelah
praktikum diselenggarakan. Keterlambatan pengumpulan laporan akan diberikan
sanksi;
- Diakhir praktikum akan diadakan ujian akhir praktikum dengan syarat praktikan telah
menyelesaikan seluruh acara praktikum yang ditentukan dan semua laporan telah
disahkan asisten;
- Hal-hal penting lain yang belum tercantum di sini akan disampaikan kemudian secara
langsung;
5
SURAT PERNYATAAN
Nama :
Stambuk :
Jurusan :
Dengan ini menyatakan bahwa saya sanggup mematuhi peraturan (Tata Tertib Praktikum
Iktiologi) dan ketentuan yang ditetapkan. Apabila di lain waktu saya melanggar peraturan
yang telah ditetapkan, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku.
Kendari, 2022
Praktikan,
Materai
10000
……………………………….
6
KARTU KONTROL
PRAKTIKUM IKTIOLOGI
Pas Foto
Nama :
Stambuk : 3x4
Jurusan :
Asisten Pembimbing :
NILAI
PARAF
NO TOPIK TUGAS LAPORAN ASISTEN
RESPON
PENDAHULUAN MINGGUAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Rata - Rata
Mengetahui,
Koordinator Asisten
(......................................)
vii
PENDAHULUAN
Iktiologi merupakan mata kuliah dasar pada lintas Program Studi pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Mata kuliah ini berbobot 3 SKS, disajikan
dalam bentuk perkuliahan (2 SKS) dan praktek laboratorium (1 SKS).
2. Materi Praktikum
Materi-materi praktikum terbatas pada materi-materi yang memungkinkan untuk
dapat dilaksanakan pada laboratorium iktiologi, karena terbatasnya fasilitas serta bahan
yang diperlukan.
Materi-materi praktikum adalah sebagai berikut:
I. Morfologi
II. Metode Menghitung Ukuran Tubuh Ikan (Morfometrik dan meristik)
III. Identifikasi dan Sistematika Ikan
IV. Sistem Integumen (Systema Integumentum)
V. Sistem Urat Daging (Systema Musculorum)
VI. Sistem Pernafasan (Systema Respiratoria )
VII. Sistem Pencernaan (Systema Digestoria )
VIII. Sistem Urogenitalia (Systema Urogenitalia )
IX. Sistem Rangka ( Systema Skeleton)
X. Sistem Peredaran Darah (Systema Circulatoria)
XI. Sistem Saraf (Systema Nervorum )
3. Peralatan Praktikum
Untuk mengamati organ-organ dalam tubuh, ikan dibedah, untuk memperoleh preparat
organ-organ yang baik, perlu diketahui prosedur (cara) pembedahan dan peralatan bedah
yang baik.
Jenis peralatan bedah dan kegunaannya antara lain :
x Baki (disecting-pan), digunakan untuk meletakkan preparat (ikan) yang akan dibedah.
x Gunting bedah ( disecting-scissors) digunakan untuk membedah bagian-bagian tertentu
dari tubuh.
x Pisau bedah (scalpel), digunakan untuk membedah bagian tertentu pada tubuh terutama
jika gunting sulit untuk digunakan.
x Pinset (forceps), terdiri dari dua macam, yaitu: pinset ujung lurus (straight and forceps)
dan pinset ujung melengkung (curvel and forceps): keduanya digunakan untuk
mengambil organ yang akan diamati atau menahan bagian tertentu pada waktu
pembedahan.
8
88
x Jarum penusuk (disecting-pins), digunakan untuk menahan (memaku) organ atau bagian
tubuh agar berada pada posisi yang dikehendaki.
x Jarum bertangkai (disecting-needle), digunakan untuk mengambil dengan menggunakan
pinset.
x Lensa pembesar (hand-lens), digunakan untuk mengamati organ-organ yang berukuran
kecil atau untuk memperjelas bagian-bagian tertentu dari organ yang diamati.
x Tabung contoh (specimen jars), digunakan untuk tempat menyimpan contoh/sediaan
yang akan atau telah diamati.
Sealain alat-alat bedah tersebut diatas, juga perlu dilengkapi untuk praktikum adalah:
x Larutan formalin 10% dan alkohol 70% untuk pengawetan organ tubuh ikan.
x Vaselin untuk membersihkan alat-alat bedah supaya tidak karatan.
x Kain lap (lap kasar dan lap halus) untuk membersihkan meja, mikroskop dan lain-lain
x Peralatan menggambar ( buku gambar, pensil biasa, pensil warna, penggaris, penghapus,
kertas millimeter) untuk menggambar bagian tubuh ikan yang diamati.
x Mikroskop untuk melihat struktur kulit ikan, bagian-bagian sisik, dan bagian-bagian
tubuh ikan yang bersifat mikroskopik.
9
1
I. MORFOLOGI
1. Tujuan Praktikum
Untuk mengenal berbagai bentuk luar ikan, mengamati morfologi dan letak/posisi
bagian luar tubuh ikan secara in situ.
2. Teori
Pada umumnya, tubuh ikan terbagi tiga bagian yaitu (Gambar 1):
1. Caput/ kepala : mulai ujung moncong sampai batas tutup insang.
2. Trincus/badan : mulai dari belakang tutup insang , sampai dengan belakang anus
3. Caudal/ ekor : mulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor
Bentuk Tubuh
Bentuk luar tubuh suatu jenis ikan, sering kali berubah sejak ikan menetas sampai
ikan mati. Perubahan bentuk tergantung pada spesies ikan, ada yang berubah secara
menyolok dan ada yang tidak. Seperti ikan sebelah Cynoglossus sp., mengalami perubahan
dari bentuk simetris pada fase larva kemudian nonbilateral simetris pada waktu dewasa.
Bentuk tubuh ikan (Gambar 2) adalah :
a) Fusiform ( bentuk torpedo/kerucut), berbentuk stream line, bagian kepala dan ekor
meruncing, mudah bergerak dalam air, tinggi tubuh hampir sama dengan lebarnya,
panjang tubuh lebih besar dari pada tingginya.
Contoh: Euthynnus affinis (ikan tongkol); Katsuwonus pelamis(ikan cakalang)
b) Compressed (bentuk pipih), bentuk tubuh gepeng kesamping, lebar tubuh lebih kecil
dari pada tinggi dan panjangnya.
Contoh: Puntius Javanicus(ikan tawes) ; Helostoma temmincki (ikan tambakan)
c) Depressed (bentuk picak), bentuk tubuh gepeng kebawah, lebar tubuh lebih besar, dari
pada tingginya
Contoh : Rhynobatus djiddensis (ikan pari kekeh), Trygon sephen (ikan pari kepala)
d) Aguilliform (bentuk belut), bentuk tubuh memanjang dan penampang lintang yang
agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing atau tipis, panjang tubuh
dapat mencapai 20 kali dibandingkan dengan tubuhnya.
Contoh: Monopterus albus (ikan belut tambak) ; Plotosus canius (ikan sembilang)
e) Filiform (bentuk pita), bentuk tubuh ikan yang memanjang seperti pipa
Contoh : Famili Nemichtydae (snipe eel).
f) Taeniform atau Flattedform (bentuk pita), bentuk tubuh memanjang, penampang
melintang yang tipis sekali sehingga nampak menyerupai pita.
Contoh: Trichiurus sp. (ikan layur).
g) Sagittiform (bentuk anak panah), tubuh ikan memanjang yang menyerupai anak panah.
Contoh : Famili Esocidae (pike).
h) Carangioform (bentuk selar), bentuk tubuh yang agak lonjong tetapi gepeng, Contoh :
Selaroides leptolepis (selar kuning), Carangoides cicliarius (ikan kuwe ramping).
i) Globiform (bentuk bola), bentuk tubuh ikan bulat menyerupai bola.
Contoh : Diodon holocanthus (buntal landak/durian).
j) Ostracioform (bentuk kotak), bentuk ikan yang agak bulat tetapi menyerupai
kotak/gabus. Contoh : Tetraodon sp. (spesies buntal beracun)
Selain itu terdapat bentuk tubuh ikan yang merupakan kombinasi dari bentuk-
bentuk yang disebutkan pada Gambar 2 (Gambar 3).
Bentuk Mulut
Bentuk mulut ikan erat hubungannya dengan jenis yang dimakan, contoh bentuk
mulut (Gambar 4):
a. Berdasarkan bentuk, mulut ikan dapat dapat dibagi manjadi :
x Bentuk tabung (tube-lika), seperti : Hypocampus kuda (ikan tangkur kuda)
x Bentuk paru (beak-like), seperti : Tylosuru sp. (ikancendro)
x Bentuk gergaji (saw-like), seperti : Pristis microdon (ikancucut gergaji)
x Bentuk terompet, seperti : Gnathonemas elephas
b. Berdasarkan letak mulut ikan dapat dibagi menjadi 3 bagian :
x Mulut terminal, terletak ditengah anterior kepala, diujung hidung
Seperti : Cyprinus carpio (karper), Lutjanus johni (tambangan)
x Mulut sub terminal, terletak sedikit kebawah dari tengah anterior kepala, dekat
ujung hidung.
Seperti : Eleutheronema tetradactylum (kuro/senangin); Makaira marlinan
(ikansetuhuk putih)
x Mulut inferior, terletak disebelah ventral bagian anterior kepala, di bawah hidung
Contoh : Amphotistius kuhlii (ikan pare kembang); Hemigaleus balfouri (ikan
cucut)
x Mulut superior
c. Berdasarkan dapat tidaknya disempulkan
x Dapat disempulkan, seperti : Cyprinus carpio (ikanmas)
x Tidak dapat disempulkan, seperti : Clarias batrachus (ikanlele)
Sungut
Sungut pada ikan digunakan sebagai alat peraba dalam mencari makanan, umumnya
terdapat pada ikan yang aktif mencari makanan pada malam hari atau pada daerah dasar
perairan.
x Sungut biasanya terdapat pada bagian : hidung, dagu, sudut mulut, bibir dan
sebagainya.
x Bentuk sungut dapat berupa pecut, rambut, sembulan kulit, bulu dan sebagainya
(Gambar 5).
Sirip
Sirip (pinnae) merupakan anggota gerak pada ikan, sebagai dayung untuk bergerak
dalam air (Gambar 6).
a) Sirip ikan terdiri dari sirip tunggal dan sirip bepasangan.
Sirip tunggal
x Sirip punggung (pinna dosrsalis, dorsal fin) disingkat D, terdiri dari dua bagin, sirip
punggung pertama di depan (D1) dan sirip punggung kedua di belakang (D2)
x Sirip dubur (pinna analis, ana fin) disingkat A.
x Sirip ekor (pinna caudalis, caudalis fin) disingkat C.
Sirip Berpasangan
x Sirip dada (pinnae pectoralis, pinnae thoracicae, pectoral fins ) disingkat P atau P1
x Sirip perut (pinnae abdominalis, pinnae pelvicalis, pinnae ventralis, pelvic fins,
ventral fins ), disingkat V atau P2
b) Susunan sirip
Sirip disusun oleh membran, selaput yang terdiri dari jaringan lunak dan radialia atau
jari-jri sirip, dibentuk daari jaringan tulang atau tulang rawan. Radialia ada yang bercabang
dan ada yang tidak becabang. Tidak semua ikan memiliki kelima sirip tersebut. Ikan belut
tidak memiliki sirip perut dan sirip dada, sedangkang sirip punggung dan sirip dubur berupa
sembulan kulit yang tidak berjari-jari. Pada ikan layur dan ikan buntal tidak ditemukan sirip
perut.Seringkali ditemukan sirip-sirip yang mengalami modifikasi. Pada ikan terbang
(Xypsilurus sp.), sirip dada memanjang berfungsi sebagai sayap, pada ikan sepat
(Trichogaster sp.), sirip perut berubah seperti cambuk. Pada ikan famili Gobiidae, sirip perut
bersatu sehingga istilah berpasangan pada sirip perut sudah tidak ada.
Selain itu, terdapat beberapa modifikasi berbagai sirip pada ikan (Gambar 8).
Ekor
Berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae, sirip
ekor ikan dapat dibedakan 4 bentuk, yaitu (Gambar 9);
x Protocercal, ujung belakang notochord berekhir lurus pada ujung ekor, umumnya
ditemukan pda ikan-ikan yang masih embrio dan ikan cyclostomata.
x Diphycercal, ujung notochord lurus kearah caudal, sehingga sirip ekor terbagi simetris
baik dari arah dalam maupun dari arah luar. Terdapat pada ikan Dipnoi, Latimeria.
x Heterocercal, ujung belakang notochord pada bagian ekor membelok kearah dorsal,
sehingga caudal terbagi secara simetris, seperti pada ikan cucut.
x Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor agak membelok kearah dorsal, sehingga
caudal terbagi secara asimetri bila dilihat dari arah dalam tetapi simetri bila dilihat dari
arah luar, seperti pada ikan Teleostei.
Berdasarkan morfologi, bentuk luar sirip ekor ikan, dapat dibedakan beberapa bentuk, yaitu
(Gambar 10)
x Wedge-shape (bentuk baji), seperti : Argyrosomus (ikan gulamah)
x Forked atau furcate (bercagak), seperti : Atropus-atropus (ikan cipa-cipa)
x Truncate (berpinggiran tegak), seperti : Lutjanus johni (ikan tambangan)
x Pointed (meruncing), seperti : plotosus canius (ikan sembilang)
x Emarginate (berpinggiran berlekuk ), seperti : Lethrinus obsoletus (ikan lencam
merah)
x Double emarginate (berpinggiran berlekuk kembar), seperti : Deprane punctata (ikan
kentang-kentang)
3. Prosedur
x Siapkan preparat (ikan) usahakan yang berukuran besar (agak mudah diamati) dan
beberapa jenis ikan.
x Siapkan papan preparat, mikroskop/lup, pinset, buku gambar dan peralatan lainnya
x Letakkan ikan diatas papan preparat, lalu amati morfologi : bagian-bagian luar ikan
(mata, nasal dan sebagainya) : bentuk badan, bentuk dan letak mulut, bentuk dan
letak sungut, bentuk dan letak sirip, bentuk ekor, linea lateralis, dan morfologi
lainnya.
4. Tugas
x Gambar dan beri keterangan morfologi preparat dan bagian tubuh ikan yang diamati
x Gambar dan beri keterangan bagian-bagian ikan (anatomi bagian sistem ikan)juga
termasuk (bagian-bagian kepala, badan, ekor)
x Gambar hasil pengamatan dan beri keterangan selengkapnya.
x Simpulkan jenis bentuk badan, bentuk mulut, sungut, sirip dan ekor ikan.
1. Tujuan Praktikum
Untuk memperkenalkan metode atau cara menghitung berbagai ukuran ikan
(morfometrik dan meristik) yang dapat digunakan dalam identifikasi ikan dan kuantifikasi
morfologi ikan.
2. Teori
a) Individu
Identifikasi atau tingkatan analisis, umumnya untuk mencari dan mengenal ciri-ciri yang
beranekaragam dari setiap individu, perbedaan-perbedaan yang bersifat permanen dan
tetap diantara individu-individu yang kelihatannya sama. Setelah itu harus memberi nama
ilmiah kepada individu yang bersangkutan, untuk memudahkan pengenalan lebih lanjut.
Tugas identifikasi sangat terasa pentingnya, jika ditinjau dari segi ilmiah, karena urutan
pekerjaan selanjutnya sangat tergantung pada identifikasi yang benar dari suatu spesies
yang sementara diselidiki.
Identifikasi (determinasi) umumnya dilakukan dengan melalui urutan sebagai berikut:
1. Penggunaan kunci pendahuluan untuk mencari subkelas, ordo dan famili.
2. Penggunaan kunci untuk mencari genus dan spesies, apabila dapat diperoleh
monografi atau publikasi dari fauna yang paling mutakhir.
3. Penyesuaian atau pencocokan dengan katalog dan sumber literatur lain yang telah
diterbitkan paling akhir.
4. Penyesuaian atau pencocokan dari deskripsi yang asli.
5. Perbandingan dengan tipe spesimen yang ada.
Panjang biasa. Yang dimaksud dengan panjang biasa atau panjang bakau, adalah jarak garis
lurus antara ujung bagian kepala yang paling muka (biasanya ujung salah satu dari rahang
yang termuka sampai ke pelipatan pangkal dari sirip ekor).
Panjang total (PT) yaitu jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan ukung sirip ekor
yang paling belakang
Panjang baku (PB) yaitu jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan pelipatan pangkal
sirip ekor
Panjang forskal (PF) yaitu jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan lekuk cabang
sirip ekor
Tinggi badan (TB) yaitu jarak antara tempat tertinggi antara bagian dorsal dengan ventral
Tinggi batang ekor (TBE) yaitu jarak pada batang ekor yang mempunyai tinggi terkecil
Panjang kepala (PK) yaitu jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan ujung
terbelakang operkulum
Tinggi kepala (TK) yaitu jarak antara pertengahan pangkal dengan pertengahan ke bagian
bawah
Panjang sirip dada (PSD) yaitu panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip dada
Panjang dasar sirip punggung (PDSP) yaitu jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan
tempat selaput sirip di belakang jari-jari terakhir sirip bertemu dengan badan
Panjang dari mulut ke sirip punggung (PMSP) yaitu jarak antara ujung mulut yang
terdepan dengan pangkal jari-jari pertama sirip punggung
Panjang dari mulut ke sirip dada (PMSD) yaitu yaitu jarak antara ujung mulut yang
terdepan dengan pangkal jari-jari pertama sirip dada
Panjang mulut ke sirip anal (PMSA) yaitu jarak antara bagian mulut terdepan dengan
bagian depan sirip anal
Lebar mata (LM) yaitu panjang garis tengah (diameter) rongga mata
Lebar bukaan mulut (LBM) yaitu jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibukakan
selebar-lebarnya
Panjang rahang atas (PRA) yaitu panjang tulang rahang atas yang diukur dari ujung
terdepan sampai ke ujung terbelakang tulang rahang atas
Panjang rahang bawah (PRB) yaitu panjang tulang rahang bawah yang diukur dari ujung
terdepan tulang rahang bawah sampai ke pinggiran belakang pelipatan rahang
diingat bahwa ikan diletakkan di kepala menghadap kesebelah kiri dan perut men ghadap
kebawah.
x Jenis jari-jari sirip
Jari-jari sirip dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jari-jari lemah
(Gambar 14). Jari-jari keras tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), keras dan tidak
dapat dibengkokkan. Jari-jari keras ini biasanya berupa duri, cucuk atau patil, dan berfungsi
sebagai alat untuk mempertahankan diri.
Jari-jari lemah bersifat agak cerah, seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan
berbuku-buku atau beruas-ruas. Bentuknya berbeda-beda tergantung jenis ikannya. Jari-jari
lemah ini mungkin sebagian keras dan mengeras, pada salah satu sisinya bergigi-gigi,
bercabang atau satu sama lain saling berlekatan.
Pada perhitungan jumlah sisik-sisik seperti di atas ini, jumlah sisik pada garis rusuk
sendiri tidak ikut dihitung.
x Sisik pipi
Yang dimaksud dengan jumlah sisik pipi. Adalah jumlah baris sisik yang disayati oleh
garis yang ditarik dari mata kesudut keping tulang insang depan (Gambar 18).
3. Prosedur
x Sediakan preparat yang utuh, dari spesies yang mempunyai jari-jari lemah dan
keras.
x Letakkan preparat, kepala sebelah kiri dan perut menghadap kebawah.
x Buka penutup jari-jari.
4. Tugas
x Amati dan setiap sirip ikan, jenis dan jumlahnya dan panjang jari-jarinya.
x Amati sisik pada setiap bagian ikan
x Ukur setiap parameter ukuran ikan.
1. Tujuan Praktikum
Untuk mengamati bagaimana cara mengidentifikasi dan mengklasifikasi suatu jenis
ikan.
2. Teori
Sistematika atau taksonomi ialah suatu ilmu tentang klasifikasi organisme. Sifat dan
tanda yang diidentifikasi disesuaikan dengan bagian-bagian dari nomor dan dilanjutkan
pada nomor tanda-tanda ikan untuk sub kelas, ordo, sub ordo, divisio, familia, genus, sub
genus dan spesies ikan (kalau perlu varians) (urutan tersebut yang paling lengkap).
Umumnya ordo tidak mempunyai sub ordo, divisi, sub familia dan sub genus.
3. Prosedur
x Sediakan preparat yang ada kunci identifikasinya. Amati morfologinya.
Untuk spesies ikan mas,
x Amati dan hitung sirip punggung (D), Sirip ekor (C), sirip dubur (A), sirip dada (P)
dan sirip perut (V) dan morfologi lainnya, masukkan kedalam rumus identifikasi
(perhatikan KEGIATAN X)
x Kunci Identifikasi
No Uraian
66 Ordo Ostariophsi
Bersisik; tidak bersisik atau sebagian; mulut agak dapat disembulkan,
tidak bergigi, bersungut atau tidak; tidak bersisik tambahan berupa kulit
Sub Ordo : Cyprinoidae
68 Sub Ordo Cyprinoidae
Dasar sirip dada dan sirip perut tidak mendatar atau tegak; hanya satu
duri; jari-jari sebelah luar tidak bercabang
Duri tunggal atau terbelah mungkin ada dimuka atau dibawah, mata
bebas atau tertutup oleh kulit; mulut agak kebawah; tidak pernah lebih
dari 4 helai sungut
Familia : Cyprinidae
740 Familia Cyprinidae
Sirip punggung biasanya berjari-jari keras bertulang dan terletak di
muka atau bertepatan dengan sirip perut. Jika di belakang, maka sirip
4. Tugas
x Tuliskan kunci identifikasi dan sistematika ikan mas
x Kumpulkan preparat (jenis ikan lain) untuk melengkapi koleksi ikan pada
laboratorium iktiologi kita.
1. Tujuan Praktikum
Untuk mengamati struktur penutup tubuh ikan, kulit dan derivat-derivatnya,
seperti sisik, jari-jari sirip, lendir, scute, keel, dan kelenjar racun.
2. Teori
Kulit merupakan pembungkus luar yang berfungsi sebagai perlindungan pertama
terhadap penyakit dan faktor-faktor luar yang memengaruhi hidup ikan. Selain itu, kulit
berfungsi sebagai alat respirasi, ekskresi, dan osmoregulasi. Kulit terdiri dari dua lapisan :
lapisan luar (epidermis) dan lapisan dalam (dermis atau corium).
Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang di-hasilkan oleh sel-sel yang
berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuh ikan. Epidermis bagian dalam
terdiri dari lapisan sel yang selalu giat mengadakan pembelahan untuk menggantikan sel-
sel sebelah luar yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh. Lapisan ini
dinamakan stratum germinativum (lapisan Malphigi).
Dermis lebih tebal daripada epidermis dan tediri dari sel-sel yang susunannya lebih
kompak. Dermis berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang bersisik dan derivat-
derivat kulit lainnya (Gambar 19).
a) Sisik (squama)
Ikan ada yang bersisik dan ada yang tidak. Ikan yang tidak bersisik umumnya
mempunyai lapisan lendir yang tebal.
Bagian sisik (Gambar 20)
x Bagian posterior (exposed part), yaitu bagian sisik yang nampak dari luar dan
mengandung zat warna / pigmen (chromatophora)
x Bagian anterior (ambedded part), yaitu bagian sisik yang tidak nampak dari luar dan
tidak mengandung pigmen.
Tipe sisik (Gambar 16).
Sisik ikan dibagi atas lima tipe, yaitu : cosmoid, ganoid, placoid, cicloid (sisik
lingkaran), dan ctenoid (sisik sisir).
g) Kelenjar racun
Pada beberapa ikan terdapat kelenjar beracun yang merupakan derivat dari kulit.
Kelenjar tersebut mensekresikan zat beracun. Seperti pada ikan cucut (Heterodonsus
francisca) yang terdapat pada duri sirip, pari (Dasyatis sp.) terdapat pada duri sirip ekor,
sembilan Plotosus sp. terdapat pada duri bagian kepala.
3. Prosedur
x Siapkan preparat (spesies ikan) yang bertipe sisik berbeda-beda (seperti ikan mas
dan ikan betok), ikan yang mempunyai jari-jari keras(ikan betok, kerapu), jari-jari
lemah (ikan mas), ikan yang berkelenjar beracun (ikan sembilan. lele), ikan yang
berlunas (ikan cakalang)
x Siapkan papan preparat, mikroskop/ lup, pinset, buku gambar dan peralatan lainnya.
x Letakkan ikan diatas papan preparat, lalu amati bagian-bagian luar ikan yang
berhubungan dengan sistim integumen, amati di bawah mikroskop sisik ikan.
4. Tugas
x Gambar dan beri keterangan selengkapnya, preparat atau bagian tubuh lain yang
diamati
1. Tujuan Praktikum
Untuk mengamati letak dan jenis-jenis urat daging yang terdapat dalam tubuh ikan.
2. Teori
Urat daging yang tampak merupakan kesatuan, sebenarnya tersusun dari komponen-
komponen penyusunnya. Blok urat daging disebut ‘Myotome’, dan kumpulan dari myotome
disebut ‘’Myotome’.
Urat daging yang tedapat pada tubuh ikan terbagi oleh ‘‘ Horizontal steletogeneus
septum’ menjadi urat daging bagian atas (apaxial) dan urat daging bagian bawah (hypaxial)
Urat daging (otot) pada ikan tersebar hampir diseluruh tubuhnya sehingga urat
daging pada tubuh ikan mempunyai peranan, fungsi dan peranan yang sesuai dengan letak/
posisi dan fungsinya di dalam tubuh (Gambar 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32).
3. Prosedur
Untuk melihat urat daging pada bagian luar dari tubuh ikan maka harus dilakukan
pengelupasan kulit. Ada dua cara pengelupasan kulit, yaitu:
1. ikan direndam air panas dan
2. ikan tidak direndam air panas.
4. Tugas
x Lakukan pengulitan pada ikan preparat yang telah tersedia sesuai prosedur diatas
x Amati letak, bentuk, serta penamaan dari otot tersebut.
x Potong secara melintang ikan di atas kemudian amati pula letak, bentuk serta
penamaan otot-otot yang terlihat.
x Bandingkan kedua hasil pengamatan anda dengan literature yang ada.
x Kemudian gambar hasil pengamatan tersebut dan beri keterangan yang lengkap.
1. Tujuan Praktikum
Untuk mengamati letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses pernafasan
yang meliputi insang serta ada atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang biasanya
terdapat pada beberapa jenis ikan tertentu.
2. Teori
Pernafasan merupakan proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida
dalam suatu organisme hidup (Gambar 33). Alat pernafasan pada ikan secara umum adalah
insang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernafasan
paru-paru selalu menggunakan insang. Belum berfungsinya insang pada saat embrio, maka
pernafasan dilakukan dengan menggunakan kantung telur.
Bagian insang ( Gambar 34) meliputi :
x Daun insang (gill filament)
x Tulang lengkung insang (gill arch)
x Tapis insang (gill racker)
Filament insang adalah bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah dan berfungsi
untuk mengikat oksigen yang terlarut dalam air pada proses pernafasan.
Lengkung insang mempunyai saluran yang memungkinkan darah dapat keluar dan
masuk dari insang, merupakan tempat melekatnya filament dan tapis insang.
Tapis insang terletak pada bagian yang terdepan, yang ada pada jenis ikan herbivora
pemakan plankton (plankton feeder) berfungsi sebagai penyaring makanan dan relatif
panjang dan rapat dibandingkan dengan jenis ikan karnivora (Gambar 35).
Insang ikan bertulang sejati ditutup oleh penutup insang (operculum) yang terdiri
atas bagian operculum, sub operculum, inter operculum dan preoperculum. Insang ikan
bertulang rawan tidak tertutup operculum tetapi insang berada didalam dan berhubungan
dengan lingkungan luar adanya celah-celah insang yang berjumlah 5-7 buah (Gambar 36).
Beberapa jenis ikan mempunyai alat pernafasan tambahan selain insang and paru-
paru (Gambar 37) yaitu berupa : Arborescent organ (ikan lele), Diverticula (ikan gabus)
Labyrinth (ikan tambakan dan ikan sepat), pembuluh darah yang terdapat pada dinding dari
operculum (ikan blodok), dan berupa tabung (ikan Saccobrachus sp.) dan jenis cat fish
(sejenis lele).
3. Prosedur
Rusaklah medulla oblongata dan lakukan beberapa pembedahan untuk melihat alat
pernafasan, yaitu :
a. Bagian tulang insang dan alat pernafasan tambahan terletak dalam rongga insang
bagian atas
x Buat sayatan pada penutup insang terdepan (preoperculum) dari dasar ke atas
dan teruskan agak ke bagian depan sampai rongga bagian atas dapat dikelupas
dan dapat dilihat alat pernafasan tambahan
b. Diverticula
x Gunting mulai dari pinggir mulut (sudut mulut) kea rah belakang sampai mulut
(rahang dapat dilakukan dengan bebas dan lipatan-lipatan kulit yang terdapat
pada bagian rongga mulut dapat dilihat)
4. Tugas
x Lakukan prosedur di atas untuk mengamati pernafasan pada ikan preparat yang
disediakan dan amati pula bila ada alat pernafasan tambahannya.
x Gambar dan beri keterangan hasil pengamatan anda
1. Tujuan praktikum
Untuk mengetahui bentuk dan letak bagian alat pencernaan makanan pada
beberapa golongan organisme ikan serta melihat ada atau tidaknya modifikasi alat
pencernaan yang terjadi pada ikan tersebut.
2. Teori
Saluran pencernaan (tractus digestivus) dimulai dalai dari mulut dan berakhir di
anus. Secara umum alat pencernaan pada ikan meliputi: mulut (mouth) dan rongga mulut,
faring (pharynx), esopagus (esophaus), lambung (stomach), pilorus (piloric), usus
(intestine) dan anus (Gambar 38).
Fungsi utama pencernaan makanan adalah untuk menghancurkan makanan
menjadi zat yang terlarut sehingga makanan tersebut mudah di serap dan kemudian
digunakan dalam proses metabolisme. Proses pencernaan dalam dua bentuk, yaitu secara
fisik (terutama dalam rongga mulut dan lambung), serta secara kimiawi (terutama dalam
lambung dan usus) (Gambar 39a dan 39b).
Alat pencernaan dalam ikan berhubungan erat dengan jenis makanan yang dimakan
sehingga terdapat beberapa adaptasi alat pencernaan makanan terhadap makananya yang
dapat digunakan juga untuk membedakan spesies satu dengan yang lainya. Alat pencernaan
yang sering mendapat modifikasi adalah bibir (Gambar 4), gigi (Gambar 40), mulut (Gambar
4), dan lambung (Gambar 39a).
3. Prosedur
x Tusuk medulla obligata supaya ikan tidak bergerak dan lakukan pembedahan
untuk mengetahui alat pencernaan dengan prosedur sebagai berikut :
x Tusuk gunting bedah dengan bagian yang tumpul ke bagian anus, kemudian tubuh
ikan ke arah rongga perut bagian atas.
x Setelah gunting mencapai bagian ujung rongga perut atas terdapat (belakang
kepala), gunting di arahkan ke bagian bawah sampai ke dasar perut kemudian
bukalah daging yang telah terbuka trsebut sehingga organ-organ tubuh bagian
dalam dapat terlihat, dan alat pencernaan dapat dikeluarkan dari dalam tubuh.
x Gunting bagian kepala hingga terbelah dua, potong bagian terdepan esopagus dan
tariklah usus keluar kemudian potong ujung akhir anus.
4. Tugas
x Lakukan pembedahan diatas dan amati alat pencernaan
x Gambar dan beriketerangan selengkapnya
1. Tujuan Praktikum
Untuk mengamati letak alat-alat yang digunakan dalam proses ekskresi (pengeluaran)
dan reproduksi (pembiakan) ikan.
2. Teori
Sistim urogenitalia merupakan kombinasi dari sistem urinaria (ekskresi) dan sistem
genitalia (reproduksi) (Gambar 41).
Sistim urinaria meliputi pembuangan sisa hasil metabolisme, baik melalui usus dan kulit
(sebagian kecil) maupun melalui alat ekskresi khususnya ginjal (sebagian besar).
Organ-organ yang termasuk dalam sistem ini adalah :
x Ginjal (Gambar 42)
x Wolfian duct
x Urinaria bladder (kantung air seni)
x Urinaria papilla
Sistim genitalia meliputi sistim didalam reproduksi yaitu proses dihasilkannya spesies
baru oleh spesies sebelumnya, yang didahului oleh pencampuran dengan perubahan gendan
ciri-ciri pada spesies sebelumnya itu nampak pada spesies baru.
Alat reproduksi jantan:
x Testes
x Vas deferens
x Genitel pore (lubang genital)
Alat reproduksi betina :
x Ovari
x Oviduct
3. Prosedur
x Lakukan pembedahan seperti pada waktu pengamatan alat pencernaan makanan
kemudian keluarkan saluran pencernaan tersebut agar mudah untuk pengerjaan
selanjutnya.
x Keluarkan testes atau ovarium yang akan diamati dengan menggunakan gunting
untuk memotong dan pinset untuk menarik keluar.
x Gunakan mikroskop untuk mengamati sperma dan telur.
4. Tugas
x Lakukan prosedur di atas pada preparat ikan yang tersedia dan amati alat
reproduksi, sperma, dan telurnya.
x Gambar hasil pengamatan serta beri keterangan selengkapnya.
1. Tujuan praktikum
Untuk mengamati letak, jenis-jenis, bagian-bagian dan susunan tulang pada ikan.
2. Teori
Rangka merupakan struktur yang berfungsi utama sebagai penyokong tubuh dan fungsi
lainnya meliputi :
x Pemberi bentuk tubuh
x Alat gerak pasif
x Pelindung bagian tubuh yang lemah, misalnya hati, jantung dan lain-lain.
x Salah satu tempat pembuatan darah
x Alat penyalur sperma pada jenis ikan tertentu.
Ossifikasi merupakan proses pembentukan tulang (proses penulangan) dari tulang
rawan menjadi tulang sejati (Gambar 43, 44, 45, 46, 47, 48).
Sistim rangka meliputi :
9 Tulang belakang
9 Jaringan pengikat (connective tissue)
9 Tulang sejati (bone) dan tulang rawan (cartilage)
9 Sisi, jari-jari sirip dan komponen gigi
9 Penyokong sel dan sistem saraf
3. Prosedur
Buat preparat rangka ikan dari bahan ikan yang berkuran besar (2-3 kg/ ekor) agar tidak
mengalami kesulitan dalam pembuatannya.
a. Rebus ikan dalam air mendidih sampai beberapa saat tetapi daging tidak sampai
terlepas , kemudian angkat dan rendam kedalam larutan NaOH 2-4%.
b. Periksa setelah 8-12 jam dan coba kelupas dagingnya : jika masih sulit dikelupas,
maka lanjutkan perendaman denggan dua cara, yaitu : (1) menurunkan konsentrasi
larutan tetapi tetap dengan jangka waktu pemeriksaan yang lebih cepat.
c. Buang daging dengan pinset dan bersihkan sisanya yang masih menempel ditulang
dengan sikat keras, kemudian setelah bersih keringkan dan susun yang benar.
4. Tugas
1. Buat preparat rangka ikan yang lengkap berdasarkan literatur yang ada ( Gambar. 16-
23)
2. Gambar sediaan preparat rangka yang tersedia dan berilah keterangan yang lengkap.
1. Tujuan Praktikum
Untuk mengamati letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses peredaran
darah pada ikan, termaksud di dalamnya insang, jantung dan bagian-bagianya (Gambar 49
dan 50).
2. Teori
Dari jantung ke insang dan disebar keseluruh tubuh kemudian kembali kejantung.
Secara skematis bentuk sirkulasi ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Jantung Insang Tubuh
Fungsi jantung adalah untuk memompakan darah yang berkadar oksigen endah ke
insang dan mengikat oksigen kemudian disebar keseluruh tubuh. Komponen-komponen
dalam sirkulasi ini yaitu: jantung, saluran darah, dan limpha.
3. Prosedur
x Lakukan pembedahan seperti pada waktu melihat alat pencernaan tetapi
pembedahan dasar perut diteruskan sampai ke dekat insang untuk pembedahan
pengambilan jantung.
x Guntinglah bagian depan bulbus arteriosus, cabang ductus cuvieri serta vena
hepatica, keluarkan jantung kemudian masukkan ke dalam larutan fisiologis agar
kontraksi jantung dapat tahan lama.
x Untuk mengamati bagian-bagian jantung, sebaiknya digunakan jantung yang telah
diformalin agar tidak rusak sewaktu dibedah.
4. Tugas
x Lakukan prosedur di atas dan amati sistem peredaran darahnya.
x Gambar dan beri keterangan selengkapnya hasil pengamatan tersebut.
1. Tujuan Praktikum
Mengamati bagian-bagian dari pusat saraf (otak) dan bagian-bagian saraf lainnya.
2. Teori
Fungsi saraf secara keseluruhan adalah:
a. Penghubung antara otak organisme dengan lingkungannya.
b. Mengatur kerjasama antara organ bersama dengan hormon.
c. Penyelenggara kerja fisik
Sistem saraf vertebrata terdiri atas bagian-bagian:
a. Sistem saraf pusat:
x Otak (Gambar 51, 52, dan 53)
x Sumsum tulang punggung (spinal cord) (Gambar 54)
b. Sistem saraf perifer
x Saraf cranial dan spinal serta percabangannya.
x Saraf khusus ; linea lateratis, hidung, mata, dan telinga.
c. Sistem saraf otomatis:
x Parasimpatik (parasympatic, parasympathetic)
x Simpatis (sympatic, sympathetic)
Sel-sel saraf ikan mulai berkembang sejak permulaan stadia embrio dan berasal dari
lapisan germinal terluar (ectoderm). Unit terkecil dari sistem saraf disebut neuron (sel
saraf) (Gambar 55). Setiap neuron terdiri atas inti dan jaringan (perpanjangan sel).
Perpanjangan sel terdiri atas dendrite (berfungsi sebagai penerima impuls) dan axon
(berfungsi sebagai penerus impuls). Pertemuan antara axon dan dendrite dari sel saraf
lainnya disebut synapse.
OTAK IKAN
¾ Letak otak ikan dalam rongga neurokranium yang dilindungi oleh tulang-tulang kepala,
& dikelilingi cairan serebrospinal & kumpulan lemak yg mengisi rongga kranial.
¾ Otak ikan merupakan pembesaran ujung anterior sumsum tulang punggung
¾ Otak & sumsum tulang punggung ikan berwarna keputihan.
¾ Otak ikan dipisahkan menjadi 5 bagian dari anterior ke posterior : (Gambar 56)
1. Telensefalon
2. Diensefalon
3. Mesensefalon
4. Metensefalon
5. Miesefalon
Fungsi rangsang :
x Saraf sensibel
x Saraf motoris
x Saraf penghubung
3. Prosedur
Untuk memudahkan pengamatan otak, gunakan ikan yang telah diformalin sehingga
otaknya mengeras. Potong sampai terlepas bagian belakang kepala ikan (daerah tengkuk)
dengan pisau kemudian lakukan prosedur dibawah ini:
x Untuk mengamati otak bagian atas (Gambar 33).
x Tegakkan kepala ikan (mulut berada dibagian atas) kemudian iris bagian atas kepala
dekat tulang nasal kearah bawah sampai tepat mencapai bagian mata kemudian
kuakkan bagian yang telah teriris tadi hingga terlihat otak bagian atas.
x Untuk mengamati otak bagian samping (Gambar 34).
x Guntinglah kepala dari arah mulut kearah belakang hingga terbelah dua dan kuakkan
hingga terlihat otak bagian samping.
x Untuk mengamati otak bagian bawah.
x Keluarkan otak dari rongga otak dengan menggunting beberapa urat syaraf, yaitu
optic nerve, olfactori nerve dan sebagainya.
4. Tugas
x Lakukan prosedur diatas dan amati sistim syarafnya terutama saraf bagian kepala
(nerve cranialis).
x Gambarlah dan beri keterangan yang lengkap hasil pengamatan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Groman, D.B., 1982. Histology of the striped Bass. American Fisheries Society. Bathesda,
Maryland.
Hybia, T., 1982. An Atlas of Fish. Gustav Fischer Verlag. Stuttgart, New York.
Lagler KF, Bardach JE, Miller RR, Passino DRM. 1977. Ichthyology. John Wiley and Sons, New
York. 506p.
Pecl, K., 1991. Poisson d’eau douce. Grind Museum d, Histoire Naturelle. Paris.
Rahardjo, MF, Sjafei, DS, Affandi, R, Sulistiono, Hutabarat, J. 2011. Iktiology. Lubuk Agung.
Bandung. 396 hal.
Saanin, H., 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I dan II. Bina Cipta. Bogor.
LAMPIRAN
a. Berdasarkan bentuk
Tabung
Terompet
Paru
Gergaji
b. Berdasarkan letak
4 5
3
2 9
1
10
6 7
Gambar 10. Bentuk morfologi ekor ikan. 1. Rounded; 2. Truncate; 3. Pointed; 4. Wedge
shape; 5. Emarginate; 6. Double emarginate; 7. Forked; 8. Lunate; 9. Epicercal; 10.
Hypocercal (Affandi et al., 1992)
Gambar 11. Karakter morfometrik ikan. Karakter morfometrik ikan tembang (Sardinella
sp.), panjang total (PT), panjang baku (PB), panjang forskal (PF), tinggi badan (TB), tinggi
batang ekor (TBE), panjang kepala (PK), tinggi kepala (TK), panjang sirip dada (PSD),
panjang sirip punggung (PSP), panjang dari mulut ke sirip punggung (PMSP), panjang dari
mulut ke sirip dada (PMSD), panjang sirip anal (PDSA), panjang mulut ke sirip anal (PMSA),
lebar mata (LM), lebar bukaan mulut (LBM), panjang rahang antas (PRA) dan panjang
rahang bawah (PRB)
Gambar 12. Berbagai ukuran kepala ikan Berbagai ukuran pada kepala ikan.
a. Panjang hidung; b. Panjang kepala di belakang mata; c. Panjang antara mata dengan
sudut os preoperculare; d. Tinggi pipi; e. Tinggi di bawah mata; f. Lebar mata; g.
Panjang rahang atas; h. Panjang rahang bawah; i. Panjang di depan mata; j. Tinggi
kepala; 1. Maxilla; 2. Premaxilla; 3. Dentary; 4. Hidung; 5. Os interoperculare; 6. Os
preoperculare; 7. Os operculare; 8. Os suboperculare; 9. Membrana branchiostega
(Affandi et al. 1992)
Gambar 17. Menghitung jumlah sisik-sisik di atas dan di bawah garis rusuk
Scute
Keel
Gambar 33. Penampang horisontal insang pada ikan hiu (a), ikan bertulang sejati (b),
dengan detail penampang (c), arah panah menunjukkan arah aliran darah
(Lengkung insang)
(Tapis insang)
(Filamen insang)
Gambar 35. Bentuk-bentuk tapis insang ikan berdasarkan jenis makanannya; pemakan
plankton (a), pemakan campuran (b), ikan buas
a b
Gambar 36. Bagian operculum pada ikan osteichthyes (a) dan celah insang pada ikan
elasmobranchia (b)
37. Alat pernapasan tambahan pada ikan; ikan gabus Channa striata (a), catfish (b),
kantung udara catfish (c), ikan betok (Anabas sp.)
Gambar 39a. Variasi bentuk lambung pada ikan: bentuk lurus pada ikan pike, Esox lucius
(A), bentuk sifon pada ikan sturgeon, Acipencer sturio (B), bentuk sifon pada ikan trout,
Salmo fario (C)-esofagus (a), lambung (2), pilorus (3), Stevens & Hume (1995)
Gambar 41. Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes; ovarium (1a), testes (1b),
ginjal (2), oviduct (3a), vass deferens (3b), ductus wolffian (4), sinus urogenitalia (5),
vesica urinaria (6), porus urogenitalia (7), Affandi et al. (1992)
Gambar 44. Tulang tengkorak ikan teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)
Gambar 45. Tulang tengkorak ikan teleostei tampak dorsal (Chiasson, 1980)
Gambar 46. Tulang tengkorak ikan teleostei tampak ventral (Chiasson, 1980)
Gambar 47. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal (Chiasson, 1980)
Gambar 48. Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan (Chiasson, 1980)
Gambar 51. Topofrafi umum dari otak ikan; I. olfactory nerve; II. optic nerve; III.
oculamotor nerve; trochlear nerve; V. Trigeminal nerve; VI. Abducens nerve; VII. Facial
nerve; 1-6. octavus nerve (VIIIa anterior ramus; VIIIp. Posterior ramus); ALLN. Anterior
lateral line nerve; PLLN. Posterior lateral line nerve; IX. Glossopharyngeal nerve;X vagal
nerve; C. Cerebellum; D. Diencephalon; R. Rhombocephalon;T. Telencephalon; TE. Tectum
mesencephali
Gambar 53.
Gambar 54. Potongan melintang spinal cord ikan cucut (Laglar et al., 1977)
Gambar 56. Tampak lateral (kiri) dan tanpak dorsal (kanan) otak; 1. Bulbus Olfaktorius,
2. Telensefalon, 3. Mesensefalon, 4. Metensefalon, 5. Mielensefalon, 6. Diensefalon
(Rahardjo et al. 2011)