Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HAMBATAN-HSMBATAN BAGI ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM DUNIA
PENDIDIKAN
Dosen Pengampu: Junaidi, M.Pd

Disusun Oleh klompok 2:


1. WAHYUDI PRATAMA
2. IDA RUSLIANI
3. ZAENI KURNIAWAN
4. ZAHRARU AINI

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR (PGSD) SEKOALAH TINGGI KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZAR LOMBOK
TIMUR-NTB 2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapatr menyelasaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dengan
judul: “Hambatan- hambata Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam
Dunia Pendidikan”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak


terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,
saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna di karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
dunia pendidikan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................ ..................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................ ..................4

A. Latar belakang........................................................ ..................4


B. Rumusan masalah.................................................... ..................5
C. Tujuan........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN............................................. ..................6

A. Pengertian Anak Berkrbutuhan Khusus………….. ..................6


B. Hambatan ABK. Dalam Dunia Pendidika……….....................6
C. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusu……………...................9
D. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus...........................13
E. Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.............15

BAB III PENUTUP..................................................... ..................22

Kesimpulan.................................................................. ..................22

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................23.....
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalhan anak berkebutuhan khusus terus berkembang
seiring dengan meningkatnya tekanan dari lingkungan sosialnya.
Anak penyandang disabilitas terus mengalami keterbatasan
karena ada yang salah dengan pandangan masyarakat terhadap
penyandang disabilitas (Oliver, 1996). Laporan ini menunujan
bahwa maslah sosial anak cacat disebapkan oleh fakta bahwa
masyarakat sendiri menekan dan memberlakukan pembatsan pada
anak cacat.
Sampai saat ini masyarakat memandang penyandang
disabilitas sebagai penyandang cacat dan keterbatasan fisisk
maupun mental, yang selalu menjadi beban, tidak berguna, selalu
membutuhkan pertolongan dan kasih sayang dalam masyarakat.
Misalnya, banyak keluarga yang mengangap memiliki anak cacat
adalah hal yang memalukan, karena anaknya hanya dikucilkan di
rumah, tidak bersentuhan dengan lingkungan, tidak mengenyam
pendidikan, yang tentunya berdampak pada psikis dan masa
depan anak.
Pendidikan diperlukan bagi anak-anak untuk mencapai
kesejahtraan sosial. Tak tekercuali anak-anak yang kurang
beruntung, baik secara pisik maupun mental. Namaun kenyataan
di lapangan anak-anak kurang mampu dan anak berkebutuhan
khusus dianggap tidak mampu atau tersisihkan. Rencana
pendidikan nasional pendidikan untuk semua belum terpenuhi.
Sikap eksklusivitas semakin mengucilkan anak-anak kurang
mampu dan orang-orang berkebutuhan khusus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut anak berkebutuhan khusus?
2. Berapa hambatan-hambatan ABK. dalam dunia pendidikan?
3. Brapa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus?
4. Bagaimana cara menangani anak berkebutuhan khusu?
5. Adakah layanan Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusu?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Dapat memahami apa itu anak berkebutuhan khusus
2. Mengetahui hambat-hambatan ABK. dalam dunia Pendidikan
3. Mengetahui jenis-jen anak berkebutuhan khusu
4. Mengetahui cara menangani anak bekrbutuhan khusu
5. Mengetahui layanan Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
BAB II

PEMBAHASA

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusu


Anak berkebutuhan khusus (Heward/disabilitas) adalah anak
dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara.
lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulita
n belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan
kesehatan, dan kesulitan bersosialisasi. Istilah lain bagi anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.

B. Hambatan ABK. Dalam Dunia Pendidikan


Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi tidak semudah
membalikan telapak tangan. Terdapat banyak tantangan yang di
hadapi baik dari dalam maupun luar sekolah. Tantangan ini akan
menjadi hambatan dalam terciptanya pendidikan inklusi yang baik.
Macam- macam hambatan
1. Tenaga pengajar atau guru.
Guru memiliki peranan penting dalam mendidik di
pendidkan inklusi. Pendidikan inklusif yang terjadi di
Indonesia masih mengalami hambatan, hambatan yang
terjadi selama ini adalah kurangnya pengetahuan guru
tentang anak berkebutuhan khusus, minimnya keterampilan
guru dalam menangani ABK dan sikap guru terhadap ABK
yang dilihat masih memandang sebelah mata (Juwono &
Kumara, 2011). Sikap guru terhadap pendidikan inklusif
didefinisikan sebagai kecenderungan untuk berespon secara
kognitif, afektif, dan konatif terhadap pendidikan inklusif
(Mahat, 2008). Winarti (2015) menyebutkan kondisi guru
belum didukung dengan kualitas guru yang memadai.
Keberadaan guru khusus masih dinilai belum sensitif dan
proaktif terhadap permasalahan yang dihadapi ABK. Winarti
juga menyebutkan bahwa guru belum didukung dengan
kejelasan aturan tentang peran, tugas dan tanggung jawab
masing-masing guru. Pelaksanaan tugas belum disertai
dengan diskusi rutin, tersedianya model kolaborasi sebagai
panduan, serta dukungan anggaran yang memadai (Winarti,
2015).
2. Sarana dan prasarana
Selain guru, dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusi dibutuhkan sarana dan prasarana yang bai. Tapi
dalam kenyataannya masih terbatasnya sarana dan prasarana
tersebut. Memang dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusi membutuhkan sarana dan prasarana yang banyak.
Hal ini karena sekolah harus menyesuaikan dengan berbagai
jenis kebutuhan anak berkebutuhan khusus yang berbeda-
beda seperti alat bantu dengar, buku timbul, dan sebagainya
yang harus disesuaikan dengan kondisi ABK. Dengan
keterbatasaan ini mempengaruhi kurangnya sekolah dalam
pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus. Masalah
utama minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki adalah
faktor biaya (Pratiwi, 2015).
3. Orang tua dan Masyarakat
Rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat
terhadap hak anak berkebutuhan khusus menjadi tantangan
yang harus dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusi. Amka (dalam Holden 1995) menyebutkan Sikap dan
perilaku orang tua memengaruhi perilaku anak-anak mereka,
yang kemudian dibawa ke kehidupan selanjutnya. Teori ini
menunjukkan bahwa orang tua yang tidak mendukung
pendidikan inklusif dapat memengaruhi secara negatif
pembentukan sikap dan perilaku anak mereka (Amka, 2019).
Apabila orang tua mendukung penuh anaknya yang
berkebutuhan khusus, ini sangat memungkinkan anak
tersebut mencapai potensi maksimalnya. Danielsen, Samdal,
Hetland dan Wold (2009) menyatakan Dukungan dari ibu
dapat memunculkan perasaan berharga pada anak, sementara
dukungan dari ayah dapat mengembangkan kompetensi
anak.
Selain orang tua, peranan masyarakat juga penting
dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Orang tua dan
masyarakat adalah lingkungan terdekat yang memliki
peranan penting. Sikap menerima dan mendukung
kekurangan anak dari orang tua dan masyarakat dapat
mendorong anak lebih dalam mengembangkan potensinya.
Jika orang tua dan masyarakat tidak menerima dan
mendukung maka kemajuan anak berkebutuhan khusus akan
semakin terhambat. Anak berkebutuhan khusus akan
cenderung malu dan cemas untuk memulai melakukan
sesuatu.
Sayangnya dikeadaan nyata saat ini, orang tua masih
ragu bahkan takut untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah
reguler. Alasannya mulai dari takut anak tidak mampu, takut
ada diskriminasi, dan lainnya. Selain itu masyarakat juga
kurang peduli tentang keberadaan anak berkebutuhan khusus
dan terkesan membedakan antara anak normal dan ABK.

C. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusu


a. Gangguan Pendengaran
Kehilangan pendengaran dapat berasal prifer atau sentral,
kehilangan pendengaran prifer biasanya disebapkan oleh
difungsi dalam pengantar suara melalui telinga luar atau Tengah
atau oleh transduksi energi suara menjadi aktivitas syaraf dalam
telinga dalam dan syaraf ke-8.
b. Ganguan Penglihatan
Macam-macam ganguan penglihatan yaitu;
1) Infeksi mata
Infeksi mata banyak jenisnya, paling sering infeksi
pada selaput lendir putih mata dan kelopak mata
(conjunctivitis) atau dikenal sebagai penyakit mata merah.
Ada juga yang disebut Belekan, yaitu disebabkan oleh infeksi
virus, terkadang disertai infeksi bakteri. Penyakit mata ini
membuat mata menjadi merah, bengkak, dan nyeri serta
memproduksi kotoran mata menjadi banyak. Gejala belekan
biasanya membuat bulu mata saling menempel dan sulit
dibuka pada waktu bangun tidur karena terlalu banyak
kotoran yang lengket di bulu mata. Gangguan mata yang satu
ini biasa menyerang anak-anak dan sangat menular, penyakit
infeksi lainnya yaitu Bintitan yang disebabkan karena adanya
infeksi bakteri pada kelenjar di dasar bulu mata dan termasuk
penyakit mata ringan. Umumnya akan menghilang dengan
sendirinya dalam waktu satu minggu setelah nanah keluar.
2) Katarak
Katarak adalah sejenis kerusakan mata atau gangguan
mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun,
lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat
menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit
sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya.
Penderita gangguan mata katarak akan mengalami
pengelihatan yang buram, ketajaman pengelihatan berkurang,
sensitivitas kontras juga hilang. Ini menyebabkan kontur,
warna bayangan, dan visi kurang jelas karena cahaya tersebar
oleh katarak ke mata. Tes sensitivitas kontras harus dilakukan
dan jika kekurangan sensitivitas kontras terlihat makan
dianjurkan untuk konsultasi dengan spesialis mata untuk
memeriksakan gangguan mata yang tengah dialami.
3) Gangguan lensa mata
Penyakit gangguan penglihatan lainnya adalah
gangguan lensa mata. Penyakit yang menyerang gangguan
penglihatan ini ada beragam jenis, di antaranya: Miopi (tidak
dapat melihat dengan jelas objek yang berada jauh), Hiperopi
(tidak dapat melihat dengan jelas objek yang berada dalam
jarak dekat), Presbiopi (kelainan fisik pada lensa mata yang
menyebabkan kesulitan melihat dalam jarak dekat),
Astigmatisma (penglihatan kabur baik dalam jarak jauh
maupun dalam jarak dekat), Amblyopia (pusat penglihatan
pada salah satu mata tidak berkembang baik), Strabismus
(mata juling), Silindris (fokus benda yang dilihat terpecah
menjadi dua bayangan)
c. Ganguan intelektual
Ganguan perkembangan intelektual merupakan ganguan
yang ditandai dengan kurangnya kemampuan mental secara
umum, seperti penalaran, perencanaan, penilaian, berpikir
abestrak, pemecahan masalah, pemebelajaran akademis, dan
belajar dari pengalaman. Problem ini menggangu pungsi adftip
individu seperti tidak maksimalnya kemandirian dan tanggung
jawab sosial. Fungsi adaptip juga mencakup kemampuan
komunikasi, keterampilan sosial, kemampuan akademik atau
pekerjaan dan kemanirian pribadi dirumah maupun di
lingkungan.
d. Ganguan motorik
Ganguan perkembangan motorik yang lambat dapat
disebapkan oleh beberap hal, salah penyebab gangguan
perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuscular.
e. Ganguan komunikasi
Penyandang tunanetra ini setidaknya memiliki kemampuan
yang sama dengan orang normal lainnya, komunikasi yang
dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan
sentuhan keras fungsi penglihatan sedapat mungkin harus
digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra
yang lain. Adapun hambatan bagi

f. Ganguan belajar
Ciri-ciri ksesulitan belajar dan gejalanya
1) Ganguan persepsi visual
a) Melihat huruf /angka dengan posisi yang berbeda dari
yang tertulis, sehingga seringkali terbalik dalam
menulisknya Kembali.
b) Sering tertingal huruf dalam menulis. Menuliskan kata
dengan urutan yang salah misalnya; ibu ditulis ubi
c) Kacau (sulit memahami) anatara kanan dan kiri.
d) Bingung membedakan antara obyek utama dan latar
belakang.
e) Sulit mengkordinasi antara mata (penglihatan) dengan
Tindakan (tangan,kaki dan lain-lain).
2) Ganguan persepsi auditor
a) Sulit membedakan bunyi; menangkap secara berbeda apa
yang didengarnya.
b) Sulit memahami perintah, terutama beberapa perintah
sekaligus.
c) Bingung kacau dengn bunyi yang datang dari berbagai
penjuru (sulit menyaring) sehingga susah mengikuti
diskusi, karena sementara mencoba memahami apa yang
sedang didengar, sudah datang suara atau masalah yang
lain.
3) Ganguan belajar Bahasa
a) Sulit memahami/menangkap apa yang dikatakan orang
kepadanya.
b) Sulit mengkordinasikan/mengatakan apa yang sedang di
pikirkan
4) Gangguan perseptual-motorik
a) Kesulitan motoric halus (sulit mewarnai, menggunting,
menempel, dsb.)
b) Memiliki masalah dalam kordinasi dan disorientasi yang
mengakibatkan canggung dan kaku dalam gerakanya.
5) Hiperaktivitas
a) Sukar mengontrol aktivitas motorik dan selalu bergerak
(tak bisa diam)
b) Berpindah-pindah dan satu tugas ketugas lain tanpa
menyelesaikanya
6) Kacau (distractability)
a) Tidak dapat membedakan stimulus yang penting
dan tidak penting
b) Tidak teratur, kamu tidak memiliki urutan-urutan
dalam proses pemikiran
c) Perhatianya sering berbeda denga napa yang sedang
dikerjakan

D. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus


Sudah 95% guru di SD Negri 003 Kecamatan Palaran
memberikan perhatian yang positif kepada ana-anak
berkebutuhan khusus, perhatian bisa diberikan dalam bentuk
membrikan pertolongan pada anak-anak tersebut dipada hal-hal
yang sudah dilakukan oleh mereka, contoh mereka kesulitan
kekamar mandi di bantu oleh semua guru di sekolah tanpa
keberatan, perhatian diberikan kepada semua anak walaupun
masih ada 5% guru yang tidak memperlakuakan anak
berkebutuhan khusus secara perhatian, contoh ada anak
berkebutuhan kusu memerlukan bantuan ke kamar mandi
mereka langsung menyerahkan kepada guru pembimbing khusus
dengan alasan tidak paham mengenai anak berkebutuhan
khusus, tetapi para guru pembimbing khusus terus
menyosialisasikan cara mengenai anak berkebutuhan khusu dan
mereka berharap sekolah sering melaksanakan sosialisasi dan
pelatihan bagaimana memperlakukan anak berkebutuhan khusus
sesuai dengan kebutuhanya di sekolah.

Di SD Negri 003 Kecamatan Palaran, guru pembimbing


khusu memberikan bantuan dalam kegiatan peroses belajar
mengajar berupa mengarahkan dan mendampingi sesuai dengan
tugasnya pada anak berkebutuhan khusu dalam kegiatan belajar
mengajar tersebut terutama di kelas 1 SD kelas 3 agara proses
kegiatan belajar mengajar berjalan lacar, hal ini terungkap pada
saat penulis melakukan observasi dan wawancara kepada guru
pembimbing khusus yang hasilnya sebagiai berikut.

Di SD Negri 003 Kecamatan Paloran, guru pembimbing khusus


menyadari bahwa salahsatu tugasnya adalah memberikan
bantuan pada anak berkebutuhan khusus baik bantuan kegiatan
sehari-hari anak secara keseluruhan di sekolah terutama
membantu dalam peroses kegiatan belajar mengajar, agar anak
berkebutuhan khusus bisa konsentrasi belajar dan memahami
materi yang dierikan oleh guru pada saat peroses pembelajaran.
Dan hal ini masuk kedalam kegiatan program pembelajran
individu, sebenarnya kalau guru sudah mengunakan program
pembelajran individu dalam proses belajar-mengajar di kelas
untuk anak berkebutu.

Cara menangai anak berekbutuhan khusu

1. Identivikasi kebutuhan indivudu siswa


Langkah pertama adalah mengidentifikasi
kebutuhan individu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Proses identifikasi ini dapat dilakukan bersama oleh
guru, spesialis, ahli kesehatan, dan orang tua. Kehadiran
orang tua perlu dilibatkan pada tahap perencanaan ini,
terutama karena kita membutuhkan informasi mengenai
perkembangan ABK di luar sekolah.

2. Penyusn program pembelajaran individual (PPI)


Setelah kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) teridentifikasi, kita harus menyusun Program
Pembelajaran Individual (PPI). Dalam PPI, perlu dirinci
tujuan pendidikan, strategi, dan dukungan yang akan
diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus. PPI
dikembangkan dengan melibatkan semua pihak yang
relevan dan harus fleksibel untuk disesuaikan dengan
perkembangan siswa.
3. Pendekatan Inklusi
Usahakan untuk melibatkan siswa ABK ke dalam
kelas reguler semaksimal mungkin. Tujuannya adalah
untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan
memberikan kesempatan bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) untuk belajar bersama teman sebayanya.
4. Pengunaan sumberdaya yang cukup
Kita perlu memastikan ketersediaan sumber daya
khusus seperti perangkat bantu, perangkat lunak
pembelajaran, atau bahan ajar yang disesuaikan untuk
mendukung pembelajaran siswa ABK. Kita juga dapat
mengeksplorasi penggunaan AI dalam pembelajaran
adaptif untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Guru
Pintar.
5. Evaluasi yang berkesinambungan
Untuk memantau kemajuan belajar Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK), diperlukan evaluasi yang
terus-menerus. Sebaiknya evaluasi tidak dilakukan oleh
guru saja, melainkan juga melibatkan spesialis, ahli
kesehatan, dan terutama orang tua. Secara bersama dan
berkala, seluruh pihak dapat berkumpul sebagai tim yang
solid untuk mengevaluasi apakah PPI masih relevan dan
bilamana diperlukan perubahan atau penyesuaian.

E. Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Sistem layanan segregasi yaitu penyelenggaraan pendidikan
yang dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari
penyelenggaraan pendidikan umum. Dengan kata lain anak
berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga
pendidikan khusus seperti di Sekolah Luar Biasa (SLB).
SLB merupakan bentuk unit pendidikan dengan
penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai
dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah
dengan satu kepala sekolah. Ada beberapa sekolah atau layanan
pendidikan yang dapat dikatagorikan sistem segregasi ini, yaitu
sebagai berikut:

1) Penyelenggaraan sekolah khusus ini pada awalnya


diselenggarakan sesuai dengan satu hambatan saja,
sehingga dikenal dengan SLB untuk tunanetra/disabilitas
penglihatan (SLB-A), SLB untuk tunarungu/disabilitas
pendengaran (SLB-B), SLB untuk tunagrahita/disabilitas
intelektual (SLB-C), SLB untuk tunadaksa/disabilitas
fiisik(SLB-D), dan SLB untuk tunalaras/hambatan emosi
dan perilaku (SLB-E). Di setiap SLB tersebut ada tingkat
persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Sistem
pengajarannya lebih mengarah ke sistem individualisasi.
Pada tahun 2014, terjadi banyak perubahan terkait
penyelenggaraan SLB. SLB E (hamabtan emosional dan
prilaku) secara faktual masih ada, tetapi dalam sistem
Kurikulum 2013 sudah tidak menyinggung secara
spesifik SLB E. Terdapat satu jenis anak berkebutuhan
khusus yakni Autis/Autism Spectrum Disorder (ASD)
yang menjadi perhatian dalam sistem pendidikan khusus
sehingga sekarang ada SLB Autis.
Selain ada SLB yang hanya menerima satu hambatan
saja, ada pula yang menerima lebih dari satu hambatan,
sehingga muncul SLB-BC yaitu SLB bagi peserta didik
tunarungu dan tunagrahita. SLB- ABCD, yaitu SLB bagi
peserta didik tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan
tunadaksa. Hal ini sesuai dengan Pemendikbud No. 6
Tahun 2019 BAB I Ketentuan umum point 11 bahwa “
Sekolah Luar Biasa yang selanjutnya disingkat SLB
adalah bentuk Satuan Pendidikan khusus yang
terintegrasi pada jalur formal untuk jenjang pendidikan
dasar sampai dengan pendidikan menengah dalam satu
manajemen pengelolaan”

Adapun regulasi yang memayungi sekolah khusus


ini adalah UU RI Nomor 23 Tahun 2003 (1) Pendidikan
khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena hambatan fisik, emosional, mental,
sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. (2) Pendidikan layanan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau
terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau
mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak
mampu dari segi ekonomi. (3) Ketentuan mengenai
pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan
khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. dan
Permendikbud No. 6 Tahun 2019 Tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah BAB II mengenai
kedudukan, tugas, dan fungsi satuan pendidikan pada
pada pendidikan khusus meliputi:

2) Sekolah Luar Biasa Bersama

Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk


sekolah luar biasa yang dilengkapi dengan fasilitas
asrama. Peserta didik SLB berasrama tinggal di asrama.
Pengelolaan asrama menjadi satu kesatuan dengan
pengelolaan sekolah, sehingga di SLB tersebut ada
tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta
unit asrama. Bentuk
satuan pendidikannya pun juga sama dengan bentuk SLB
di atas, sehingga ada SLB-A
untuk tuna netra, SLB untuk tunarungu (SLB-B), SLB
untuk tunagrahita (SLB-C), SLB
untuk tunadaksa (SLB-D), dan SLB untuk tunalaras
(SLB-E), serta SLB AB untuk anak
tunanetra dan tunarungu.

Pada SLB berasrama terdapat kesinambungan


program pembelajaran yang ada di
sekolah dengan di asrama, sehingga asrama merupakan
tempat pembinaan setelah
anak di sekolah. Selain itu, SLB berasrama merupakan
pilihan sekolah yang sesuai bagi
peserta didik yang berasal dari luar daerah, karena
mereka terbatas fasilitas antar
jemput.

3) sekolah Luara Biasa dengan Kelas Jauh


Kelas jauh adalah lembaga yang disediakan untuk
memberi layanan pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh dari SLB
atau SDLB. Penyelenggaraan kelas jauh merupakan
kebijaksanaan pemerintah dalam rangka menuntaskan
wajib belajar serta pemerataan kesempatan belajar.

Anak berkebutuhan khusus tersebar di seluruh


pelosok tanah air, sedangkan sekolah-
sekolah yang khusus mendidik mereka masih sangat
terbatas di kota/kabupaten. Oleh karena itu, dengan
adanya kelas jauh/kelas kunjung menjadi tanggung
jawab SLB terdekatnya. Tenaga guru yang bertugas di
kelas tersebut berasal dari guru SLB- SLB di dekatnya.
Dengan kata lain, kelas jauh tersebut sebagai afiliansi
dari SLB terdekat sebagai sekolah induk.

4) Sekolah Luara Biasa Dengan Guru Kunjungan

Berbeda halnya dengan kelas jauh, kelas kunjung


adalah suatu layanan terhadap ABK yang tidak siap
mengikuti proses pembelajaran di SLB terdekat. Jadi,
guru berfungsi sebagai guru kunjung (itinerant teacher)
yang datang ke rumah-rumah ABK untuk melayani
mereka belajar. Kegiatan administrasinya dilaksanakan
di SLB terdekat tersebut. Kelebihan dari sistem layanan
segregasi ini adalah.

a) anak merasa senasib, sehingga dapat


menghilangkan rasa minder, rasa rendah diri, dan
membangkitkan semangat menyongsong
kehidupan di hari-hari mendatang,

b) anak lebih mudah beradaptasi dengan temannya


yang sama-sama mengalami hambatan,

c) anak termotivasi dan bersaing secara sehat


dengan sesama temannya yang senasib di
sekolahnya, dan anak lebih mudah bersosialisasi
tanpa dibayangi rasa takut bergaul, minder, dan
rasa kurang percaya diri.

Adapun kekurangannya adalah

a) anak terpisah dari lingkungan anak tipikal


lainnya
sehingga anak sulit bergaul dan menjalin
komunikasi dengan anak-anak tipikal,

b) anak merasa terpasung dan dibatasi


pergaulannya dengan anak-anak kebutuhan
khusus saja sehingga pada gilirannya dapat
menghambat perkembangan sosialisasinya di
masyarakat,
c) anak merasakan ketidakadilan dalam
kehidupan di sekolah yang terbatas bagi
mereka yang tergolong berkebutuhan khusus.

5) Bentuk Layanan Integrasi/Terpadu\Berbeda

halnya dengan kelas jauh, kelas kunjung adalah suatu


layanan terhadap ABK yang tidak siap mengikuti proses
pembelajaran di SLB terdekat. Jadi, guru berfungsi
sebagai guru kunjung (itinerant teacher) yang datang ke
rumah-rumah ABK untuk melayani mereka belajar.
Kegiatan administrasinya dilaksanakan di SLB terdekat
tersebut.

Kelebihan dari sistem layanan segregasi ini adalah

a) anak merasa senasib, sehingga dapa


menghilangkan rasa minder, rasa rendah diri, dan
membangkitkan semangat menyongsong
kehidupan di hari-hari mendatang,
b) anak lebih mudah beradaptasi dengan temannya
yang sama-sama mengalami hambatan,
c) anak termotivasi dan bersaing secara sehat
dengan sesama temannya yang senasib di
sekolahnya, dan anak lebih mudah bersosialisasi
tanpa dibayangi rasa takut bergaul, minder, dan
rasa kurang percaya diri.

Adapun kekurangannya adalah

a) anak terpisah dari lingkungan anak tipikal lainnya


sehingga anak sulit bergaul dan menjalin
komunikasi dengan anak-anak tipikal,
b) anak merasa terpasung dan dibatasi pergaulannya
dengan anak-anak kebutuhan khusus saja
sehingga pada gilirannya dapat menghambat
perkembangan sosialisasinya di masyarakat, dan
c) anak merasakan ketidakadilan dalam kehidupan
di sekolah yang terbatas bagi mereka yang
tergolong berkebutuhan khuss

BAB III

KESIMPULAN
Anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak yang sama dengan
anak normal. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
pada Pasal 5 Ayat 1, bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Anak berkebutuhan
khusus wajib mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak tanpa adanya diskriminasi.

Pendidikan inklusi berperan sebagai pembentuk persamaan hak


memperoleh pendidikan yang sama terhadap semua warga negara. Anak
berkebutuhan khusus bisa sekolah bersama anak yang normal di
sekolah reguler untuk mendapatkan penidikan yang berkualitas. Dalam
pendidikan inklusi terdapat berbagai tantangan yang menjadi hambatan
dalam pelaksanaannya. Kurangnya keterampilan dan sikap guru dalam
menangani ABK padahal guru adalah elemen penting dalam
pendidikan. Selain itu minimnya biaya mengakibatkan keterbatasan
sarana dan prasarana di sekolah reguler. Rendahnya kesadaran orang tua
dan masyarakat terhadap hak anak berkebutuhan khusus mengakibatkan
rasa malu dan cemas ABK dalam mengembangkan potensinya.

Pengembangan kemampuan dan model mengajar guru diperlukan


untuk mendukung pendidikan inklusi. Pelatihan mengenai pendidikan
inklusif pada guruguru juga merupakan faktor yang dapat memengaruhi
sikap pada pendidikan inklusif. Dukungan dana dari pemerintah
sagatlah penting, sekolah harus aktif dalam pengajuan proposal agar
sarana dan prasarana untuk ABK bisa terpenuhi. Peranan sekolah dan
lembaga lembaga terkait untuk memberikan wawasan terhadap orang
tua dan masyarakat sangat dibutuhkan. Dengan melakukan sosialisasi,
diharapkan dapat merubah pandangan masyarakat terhadap pendidikan
yang adil untuk anak berkebutuhan khusu

DAFTAR PUSTAKA
Behreman, Kellegman, & Arvin, 1996. Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Rizka Norsy Ramadhana, 2024. “Tantangan
Pendidikan Inklusi Dalam
Mendidik Anak Berkebutuhan
Khus”. Jurnal.pdf: 1-10
nnah, R. (2016). Gangguang dan Kesehatan
Mata. Guepedia.
Syarifah, A. (2022). Mengembangkan Motorik
Halus Anak Prasekolah dengan
Paper Toys. Penerbit NEM.
Nurfadhillah, S. (2023). Pendidikan Inklusi
Untuk Anak-Anak Berkebutuhan
Khusus. CV Jejak (Jejak
Publisher).
Pittara,( 25 Jul 2022 ). Gangguan Pendengaran,
website Wikipedia.
https://www.alodokter.com/gang
guan-pendengaran
Deni Purbowati, (19 September 2023).
Bagaimana guru pintar
menangani siswa berkebutuhan
khusus. Akupintar.id,
https://akupintar.id/info-pintar/-/b
logs/bagaimana-guru-pintar-
menangani-siswa-berkebutuhan-
khusus-ini-tipsnya
Slblenterahati, (24 Juni 2021). Bentuk Layanan Pendidikan Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus. slblenterahati.sch.id,
https://slblenterahati.sch.id/read/8/bentuk-layanan-
pendidikan-bagi-anak-berkebutuhan-khusus

Anda mungkin juga menyukai