Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENDIDIKAN IPA SD

Teori – Teori Belajar IPA dan Keterampilan Proses IPA

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Hj. Yanti fitria, S.Pd, M.Pd

Afriza Media, M.Pd

Oleh Kelompok 5:

1. Alya Nazwa Minisa (22129107)


2. Revalina Hidayat (22129390)
3. Theresia Varenchi (22129233)
4. Yawuru Nur Hasanah (22129239)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU SEK0LAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan IPA SD tepat pada waktunya.

Dalam penugasan ini, kami sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membagikan ilmunya.Terutama kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Pendidikan IPA SD
yaitu Ibuk Prof. Dr. Hj. Yanti fitria, S.Pd, M.Pd dan Ibuk Afriza Media, M.Pd yang banyak
memberikan bantuan dari berbagai sumber. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih sekali lagi kepada pihak-pihak yang telah membantu keberhasilan
jalannya makalah ini.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Karena pengalaman yang masih
kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada dosen pengampu maupun teman-teman untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun.

Payakumbuh, 11 Maret 2024

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2

A. Pengertian Teori Belajar...........................................................................................2


B. Teori – Teori Belajar IPA di SD................................................................................2
C. Keterampilan Proses IPA ......................................................................................9
D. Studi Kasus...............................................................................................................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................................17

A. Kesimpulan...............................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian langsung untuk


mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi tranksaksional antara guru
dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik. Menurut Oemar Hamalik
bahwa“pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secra aktif
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran” (Hamalik: 1994, hal 69).Sedangkan
Mohammad Surya (2003: 11) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?


2. Apa saja teori-teori belajar IPA di Sekolah Dasar?
3. Apa yang dimaksud dengan keterampilan proses IPA?

C. TUJUAN

1. Untuk memahami tentang maksud dari teori belajar


2. Untuk memahami yang termasuk teori-teori belajar IPA di Sekolah Dasar
3. Untuk memahami tentang maksud dari keterampilan proses
BAB II

PEMBAHASAAN

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR

Belajar merupakan suatu proses seorang individu berubah perilaku sebagai akibat
pengalaman. Belajar memiliki tiga ciri pokok, yaitu proses, perubahan perilaku dan
penglaman. Dari segi proses, mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan.Dari
segi perubahan perilaku, belajar menghasilkan perubahan tingkah laku. Dari segi
pengalaman, belajar merupakan kegiatan mengalami, dalam artian belajar terjadi didalam
interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupunlingkungan
sosial.Teori merupakan kumpulan dari prinsip-prinsip tertentu yang bersifat menjelaskanserta
menyimpulkan suatu gejala ataupun fakta. Teori membahas suatu konsep sertaketerhubungan
antarkonsep yang bersifat abstrak. Konsep adalah sebuah komponendari teori. Jika
dihubungkan dengan cara yang logis, komponen dapat menghasilkanteori. Dengan kata lain,
teori menjelaskan bentuk keterhubungan antara dua konsep ataulebih.Maka teori belajar ialah
sekumpulan prinsip-prinsip yang menjelaskan perubahan perilaku individu sebagai akibat
dari pengalamannya. Teori belajar ini menjelaskanterjadinya proses pembelajaran, perubahan
perilaku individu pembelajar dan pengalaman individu selama belajar.

B. TEORI-TEORI BELAJAR IPA DI SD

1. Teori belajar Behaviourisme

Pada teori ini dikembangkan oleh beberapa ilmuwan diantaranya Ivan Pavlov,Edward Lee
throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan Hull. Teori behavioristik menyatakan
bahwa belajar merupakan bentuk yang dialami siswadalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagaihasil interaksi antara stimulus dan respon.
Pembelajaran yang berpijak pada teoriini memandang bahwa pengetahuan adalah objektif,
pasif, tetap, tidak berubah.Belajar merupakan perolehan pengetahuan dan mengajar dianggap
memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar. Pelajar diharapkan memiliki pemahaman
yangsama dengan terhadap pengetahuan yang diajarkan. Pelajar dianggap sebagai objekyang
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik dandirasakan kurang
memberikan ruang gerak yang bebas pada peserta didik untuk berkreasi, bereksperimen, dan
mengeksplorasi kemampuan.

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara
utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun
secara hierarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tujuan pembelajaran ditandai
dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang
dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.Hasil yang diharapkan
dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan.
Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
(Fitri Fatimah. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa.)

Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan
guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan, cocok diterapkan untuk melatih anak- anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan
senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

2. Teori Perkembangan Kognitif

Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar, tidak hanya
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons bebih dari itu belajar adalah melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan
dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti sesuatu yang dilakukan secara
aktif oleh siswa. Keaktifan itu. dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi,
mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Tokoh-tokoh dalam pengembangan teori Kognitif, yaitu:

a. Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne, Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia,
Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya dan
Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama
selama kehidupan orang itu.

Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:

1) Fase penerimaan (apprehending phase), Pada fase ini, rangsang diterima oleh
seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah. Pertama timbulnya
perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat
dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2) Fase penguasaan (Acquisition phase). Pada tahap ini akan dapat dilihat
apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang yang telah belajar akan
dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada
kemampuan atau sikapnya.
3) Fase pengendapan (Storage phase). Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan
agar tidak cepat hilang sehingga dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini
berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
4) Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase). Apa yang telah dipelajari,
dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud untuk digunakan
(memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita. akan menggunakan apa
yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan
tersebut, dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini
meliputi penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta
mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak
berubah-ubah.

Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya
proses belajar sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar. Mengajar
adalah membimbing siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga didapati proses
belajar yang mengahasilkan perubahan tingkah laku yang melalui fase penerimaan,
penguasaan, pengendapan, dan pengungkapn kembali.

Penerapan Teori Gagne Dalam Mengajarkan IPA di SD:

1) Mengaktifkan motivasi (activating motivation)


2) Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)
3) Mengarahkan perhatian (directing motivation)
4) Merangsang ingatan (stimulating recall)
5) Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
6) Meningkatkan retensi (enhancing retention)
7) Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
8) Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance) dan memberi umpan balik
(providing feedback)

b. Teori Belajar Piaget

Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi padal tujuan,
semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru sesuai dengan perkembangan
peserta didik. Mengajar adalah memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari
lingkungan.

Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu:

1) Asimilasi: proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitifyang sudah ada.


2) Akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
3) Equilibrasi: penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Piaget juga mengatakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Oleh karena itu guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media
pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya. Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang
perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam
pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah:

a. Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan


b. Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian
c. Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk
menjamin perkembangan intelektual anak.

Cara Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Teori Piaget

a) Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif mempergunakan pancaindra
dengan benda nyata atau konkret.
b) Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan, agar
murid mempunyai kerangkakerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke dalam
struktur kognitifnya.
c) Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai tingkat
perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan
d) Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan,
apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan
kesulitan.
e) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri jawabanya,
sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila sewaktu-waktu
dibutuhkan
f) Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat
menemukan jawaban yang diinginkan. (Siti Nurjannah. 2016. Teori Belajar dalam
Pembelajaran IPA SD (E-Learning)).

c. Teori Belajar Ausubel

Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya. didefinisikan
dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer),
dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced
organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang
akan dipelajari oleh siswa sehingga membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara
lebih mudah. Inti dari teori belajarnya adalah belajar bermakna. Belajar bermakna adalah
suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
pada struktur kognitif seseorang. Mengajar adalah mengembangkan potensi kognitif siswa
melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan
lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan
pembelajaran. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika
menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.

Dalam penerapannya di IPA SD. Ausubel membuat peta hirarki konsep-konsep dimana
konsep- konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-
konsep diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip yang
dikemukakan oleh Ausubel vaitu:

a) Pengatur awal. Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep
yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
b) Prinsip Diferensiasi Progresif. Dalam diferensiasi progresif, konsep- konsep yang
diajarkan dimulai dengan konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang
lebih khusus.
c) Prinsip Rekonsiliasi integrative. Dalam rekonsiliasi integratif, konsep- konsep atau
gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang
telah dipelajari sebelumnya Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni;
1) Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-
konsep dan organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan hanya
untuk bidang studi IPA
2) Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi daari
suaatu disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin.
3) Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada
puncak konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus
sampai pada pemberian contoh-contoh.
4) Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi suatu
hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep itu.

d. Teori Belajar Bruner

Belajar merupakan kegiatan perolehan informasi yang disebut sebagai belajar


penemuan yang merupakan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya diberikan kesempatan
untuk memanipulasi objek atau benda-benda (alat peraga).

Melalui alat peraga itu, anak akan langsung melihat bagaimana keteraturan dan pola srtuktur
dari benda yang diperhatikannya tersebut. Keteraturan yang didapat anak melaui
pengamatan/keterlibatan secara langsung tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan
keterangan instuitif yang melekat padanya.

Ada tiga tahap pembelajaran dikemukakan oleh Bruner, yaitu:

1) Tahap Enaktif. Anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik


objek)
2) Tahap Ikonik. Kegiatan yang dilakukan anakberhubungan dengan mental yang
merupakan gambaran dari objek-objek yang memanipulasinya.
3) Tahap Simbolik. Anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu,
Anak tidak lagi terkait objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa
tergantung objek riilnya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses
informasi.
Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:

a) Tahap informasi (tahap penerimaan materi). Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang
belajar memperoleh sejumlah keterangan. mengenai materi yang sedang dipelajari.

b) Tahap transformasi (tahap pengubahan materi) Dalam tahap ini, informasi yang telah
diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau
konseptual.

c) Tahap evaluasi. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
masalah yang dihadapi.

Penerapan Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA di SD:

Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan


model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan
barang yang nyata. Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi
informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi (Nurjannah, Siti. 2016.
Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning))..

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil
konstruksi dari kegiataan atau tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada
diluar, tetapi ada dalam diri seseorang yang membentuknya berdasarkan dari hasil
pengalaman yang didapatkannya.Menurut Slavin dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa
konstruktivisme merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti
dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka. Anak secara aktif
membangun pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi baru.

Dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang


menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita
berdasarkan pengembangan skemata siswa yang berasal dari proses asimilasi dan akomodasi.
(Farida Nur Kumala, 2016. Pembelajaran IPA SD.)Aliran kosntruktivisme menghendaki
peserta didik untuk mencari sendiri berdasarkan pengalaman dari indra yang dimilikinya
sehingga didapatkan pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Belajar merupakan proses
timbal balik antara individu dan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan
kelompok. Jadi belajar dapat berasal dari diri sendiri maupun dari keterlibatan orang lain
yang dapat dijadikan siswa untuk mengevaluasi maupun memperbaiki pemahaman atau
pengetahuan siswa.
Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran, diantaranya siswa dapat belajara melalui
pengamatan dan pemberian pengalaman kepada siswa, untuk mengkonstruksi pengetahuan
pada siswa maka pembelajaran lebih didasarkan pada permasalahan sehari hari, pemecahan
masalah dapat dilakukan melalui pemikiran pribadi siswa dan akan lebih baik berasal dari
tukar pemikiran dengan orang lain untuk memperkaya pengetahuan siswa.

Teori pembelajaran ini tepat dikembangkan dalam pembelajaran IPA, sebab


pembelajaran akan lebih bermakna dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA yang
lebih diarahkan ke lingkungan siswa. Hal ini disebabkan siswa dapat mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya didasarkan apa yang diketahui dilingkungannya. Pembelajaran yang
bermakna akan membuat siswa lebih paham tentang apa yang dipelajarinya. Teori belajar
konstruktivisme dianggap mampu mengembangkan kemampuan berpikir dan kemandirian
siswa, sebah siswa akan berusaha mencari dan berpikir cara untuk mendapatkan hal yang
diinginkan, siswa tidak hanya sebagai penerima pesan satu arah dari guru. Siswa dapat
melakukan. diskusi dan ekperimentasi.

Tokoh teori konstruktivisme adalah piaget dan Vygotsky. Teori konstruktivisme dari Piaget
lebih menekan bahwa peserta didik belajar dari pengalamannya atau individu peserta didik
tersebut seperti halnya teori pekembangan kognitif yang telah disampaikan sebelumnya.

Teori Belajar Vygotsky.

Vygotskt merupakan tokoh konstruktivisme social, yang mana menyatakan bahwa


siswa akan dapat lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabalia
mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya. (Farida Nur
Kumala. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar). Belajar yaitu suatu proses dimana seorang
siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan
orang lain. Pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang
belum dipelajarinya namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkuan kemampuannya.
Proses pembelajaran terjadi dua tahap yaitu:

a) Terjadi saat anak beajar secara berkolaborasi dengan orang lain

b) Dilakukan secara individual yang didalamnya terjadi proses internalisasi. Mengajar adalah
membimbing siswa untuk mengembangkan ide-ide baru dan berkolaborasi dengan orang lain
sehingga fungsi guru sebagai pembantu dan mediator pembelajaran siswa.

Penerapan dalam pembelajaran IPA SD:

1) Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik


2) Pendekatannya dalam pembelajaran menerapkan sefolding yaitu pemberian sejumlah
besar bantuan pada siswa pada awal bantuan pembelajaran sehingga siswa semakin
lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Kemudian secara
perlahan bantuan tersebut dikurangi dengan memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia mampu mengerjakan sendiri.
3) Prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA SD adalah prinsip pemahaman kita tentang
dunia di sekitar kita dimulai melalui pengalaman
4) Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga
siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas dan saling memunculkan strategi
pemecahan yang efektif

C. KETERAMPILAN PROSES IPA

Secara garis besar sains dapat didefenisikan atas tiga komponen, yaitu (1) sikap
ilmiah, (2) proses ilmiah, dan (3) produk ilmiah. Jadi proses atau keterampilan proses atau
metode ilmiah merupakan bagian studi sains, termasuk materi bidang studi yang harus
dipelajari siswa. Mengajarkan bidang studi sains (IPA) berupa produk atau fakta, konsep dan
teori saja belum lengkap, karena baru mengajarkan salah satu komponennya,Keterampilan-
keterampilan Proses Sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa pada saat
mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah,
mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah
tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains dikembangkan bersama-sama dengan fakta-
fakta, konsep-konsep, dan prinsip- prinsip sains.Kerampilan proses sains dapat juga diartikan
sebagai kemampuan atau kecakapan unuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains
sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, maupun hukum atau bukti. Mengajarkan
keterampilan proses sains pada siswa berarti memberikan kesempatan kepada mereka untuk
melakukan sesuatu bukan hanya membicarakan sesuatu tentang sains (Widayanto, 2009).
Sejalan dengan itu. Nurhasanah (2014), mengatakan bahwa sesuai dengan karakteristiknya
sains yang berhubungan dengan mencari ilmu tentang alam secara sistematis, bukan hanya
fakta, konsep dan prinsip saja namun menekankan pada penemuan.

:Adapun menurut Nurhasanah (2015), tujuan dari keterampilan proses sains itu sendiri
ialah:

a. Meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik, karena dengan
melatih keterampilan proses sains peserta didik dipacu untuk berpartisipasi secara
aktif dan efisien dalam belajar.
b. Menuntaskan hasil belajar peserta didik secara serentak, baik keterampilan produk,
proses, maupun keterampilan kinerja.
c. Menentukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat mendefinisikan secara
benar untuk mencegah terjadinya miskonsepsi,
d. Untuk memperdalam konsep pengertian, dan fakta yang dipelajarinya karena
dengan melatih keterampilan proses, peserta didik sendiri yang berusaha. mencari
dan menemukan konsep tersebut.
e. Mengembangkan pengetahuan teori dan konsep dengan kenyataan dalam kehidupan
masyarakat.

Semua keterampilan proses tersebut, baik keterampilan proses dasar (basic) maupun
keterampilan proses terintegrasi (integrated) sangat penting dimiliki dan dilatihkan pada
siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Glencoe Science Skill Handbook (Usman Samantoa, 2006: 137), keterampilan
proses IPA dapat dikelompokan menjadi empat yaitu:

1) Pengorganisasian informasi terdiri dari keterampilan mengkomunikasi


(communicating), menggolongkan (classifying), mengurutkan (sequencing).
memetakan konsep (concept mapping). membuat dan menggunakan tabel (making
dan using table), dan membuat dan menggunakan grafik (making and using graphs).
2) Berfikir kritis yang terdiri dari keterampilan mengamati dan meyimpulkan
(observasing and inferring), membandingkan dan membedakan (comparing and
contrasting), dan mengenal sebab dan akibat (recognizing cause and effect).
3) Mempraktekkan proses sains yang terdiri dari keterampilan membentuk definisi
operasional (forming operasional definition), membentuk hipotesis (forming
hypothesis), merancang percobaan untuk menguji hipotesis (designing an experiment
to test a hypothesis), memisahkan dan mengendalikan variabel (separating and
controlling variables) dan menafsirkan data (interpreting data).

Pada dasarnya semua pandangan tentang aspek keterampilan proses IPA adalah sama.
Aspek keterampilan proses yang dikembangkan untuk siswa SD terdiri dari:

1) Mengamati Menurut Patta Bundu (2006: 87), mengamati atau observasi adalah
keterampilan proses IPA yang sangat penting untuk mengenal dunia luar yang
menakjubkan. Keterampilan mengamati merupakan keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh setiap orang dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Proses mengamati
dapat dilakukan dengan menggunakan indera, tetapi tidak menutup kemungkinan
pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti neraca, tabung
erlemeyer, dan mikroskop.
2) Menafsirkan Menurut Glencoe Science Skill Handbook (Usman Samantowa, 2006:
138), menafsirkan berarti menjelaskan pengertian sesuatu, baik berupa benda,
peristiwa atau hasil pengmatan yang dilakukan. Pengamatan berulang terhadap
beberapa objek dan peristiwa dengan tafsiran yang relatif sama akan menghasilkan
pola tertentu. Oleh karena itu, keterampilan menafsirkan sangat mendukung
pengambilan keputusan atau kesimpulan.
3) Meramalkan Dengan ditemukan gejala keteraturan, maka diharapkan siswa dapat
meramalkan pola-pola berikutnya yang akan terjadi. Meramalkan sesuatu yang akan
terjadi bisa dilakukan dengan mengubah cara-cara pengamatan. Keterampilan
meramalkan merupakan keterampilan yang penting dimiliki oleh peneliti. Hal ini
berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Kemampuan
meramalkan suatu kejadian akan menjadikan seseorang berinteraksi dengan baik
dengan lingkungannya.
4) Menggunakan alat dan bahan Keterampilan menggunakan alat dan bahan sangat
mendukung terhadap hasil percobaan yang akan diperoleh. Penggunaan alat dan
bahan selama percobaan berlangsung akan menambah pengalaman belajar siswa.
Pengalaman tersebut merupakan pengalaman konkrit selama proses belajar.
5) Melakukan percobaan Keterampilan melakukan percobaan meliputi bagaimana. siswa
mampu melaksanakan percobaan berdasarkan prosedur yang ada.
6) Mengelompokkan (Menggolongkan) Mengelompokkan merupakan proses pemilihan
objek atau peristiwa berdasarkan persamaan dan perbedaan sifat atau ciri-ciri dari
suatu objek atau peristiwa tersebut. Kegiatan mengelompokkan dapat: dimulai
dengan mengamati persamaan, perbedaan, dan keterkaitan antara satu objek dengan
objek lainnya.
7) Menerapkan Konsep Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap penerapan konsep
diantaranya adalah menghubungkan konsep yang satu dengan yang lainnya, mencari
konsep-konsep yang berhubungan, membedakan konsep satu dengan yang lainnya,
membuat dan menggunakan tabel, membuat dan menggunakan grafik, merancang dan
membuat alat sederhana dan mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari.
8) Mengkomunikasikan Keterampilan berkomunikasi sangat penting dimiliki oleh setiap
orang termasuk siswa. Hal ini berkaitan dengan proses penyampaian. informasi atau
data-data, baik secara tertulis atau secara lisan. Bentuk komunikasi yang baik adalah
yang dapat dipahami dan dimengerti oleh penerima informasi.
9) Mengajukan Pertanyaan Keterampilan mengajukan pertanyaan merupakan salah satu
ukuran untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa siswa setelah
pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keterampilan mengajukan pertanyaan yaitu dengan cara menghadapkan siswa kepada
masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari

Keterampilan proses sains yang digunakan di SD dan MI dalam standar isi antara lain:

1. Ketrampilan mengobservasi (mengamati)

Keterampilan mengamati merupakan suatu keterampilan menggunakan semua panca indera


untuk memperoleh data atau informasi. Dengan keterampilan mengamati ini diharapkan
siswa dapat menggunakan panca inderanya dengan benar dan aman untuk memperoleh data
sesuai dengan pengamatan. Dalam proses pengamatan siswa dihimbau untuk memperoleh
data secermat mungkin dan diberi motivasi akan pentingnya kecermatan dari data yang
diperoleh. Pengamalan terhadap objek yang diamati ditekankan pada aspek ciri-ciri, sifat dan
karakteristik dari obyek yang diamati. Keterampilan mengamati merupakan keterampilan
proses IPA yang paling dasar karena kebenaran ilmu yang didapat dari penyelidikan
bergantung pada kebenaran dan kecermatan hasil observasi yang terorganisasi. Kebenaran
dan kecermatan observasi yang terorganisasi merupakan dasar dari penyelidikan yang terarah.

Contoh: Sekelompok siswa diminta mengamati beberapa tepung yang berbeda warna,
rasa,warna, ukuran serbuk, dan baunya, Gunakan panca inderamu untuk mengetahui jenis-
jenis tepung vang tersedia dipiring.
2. Keterampilan mengklasifikasi.

Keterampilan mengklasifikasi merupakan ketrampilan untuk menggolongkan obyek


pengamatan alas dasar perbedaan dan persamaan sifat yang dimiliki. Suatu hasil observasi
yang cermat dan benar akan sangat membantu proses klasifikasi, karena di dalamnya
terkandung unsur-unsur perbedaan dan persamaan.Klasifikasi dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk sesuai dengan tujuan pengamatan. Bentuk yang paling sederhana adalah
menggolongkan atau mengelompokkan atas dasar kriteria tertentu. Kriteria itu dapat berupa
warna, bentuk, bahan, jenis kelamin dan sebagainya. Penggolongan dapat pula dilakukan atas
dasar lebih dari satu kriteria.

Kriteria itu dapat berupa berat ringannya, tinggi rendahnya, besar kecilnya, tua mudanya dan
sebagainya. Bentuk yang paling kompleks dari keterampilan klasifikasi adalah
mengelompokkan dan sekaligus mengurutkan berdasarkan jenjangnya secara hirarkis
(taksonomis). Biasanya data yang telah berhasil dikelompokkan secara hirarkis/taksonomis
itu dapat memberi makna tertentu.

3. Keterampilan mengukur

Kemampuan mengukur memerlukan kemampuan-kemampuan dasar yaitu:

a. Kemampuan memilih alat ukur. Untuk memahami ini diperhatikan hal-hal berikut:

1) Dengan alat ukur apakah bila kita mengukur panjang kaki?

2) Dengan alat ukur apakah bila kita mengukur lingkar pinggang?

3) Sumakah alat ukur yang digunakan? Mengapa?

b. Kemampuan menggunakan alat ukur

1) Termometer apa dan bagamana cara mengukur suhu badan?


2) Termometer apa dan bagamana cara mengukur suhu air?

c. Kemampuan cara menerapkan perhitungan terhadap alat ukur.

Perhatikan timbangan kodok yang biasa dipakai oleh pedagang sayur eceran di pasar.
Perhatikan pula timbangan dacin di gundang-gudang, Jika kita menggunakan anak timbangan
500 gram pada timbangan dacin berapa berat benda yang ditimbang? sama atau berbedakah ?
Mengapa?

Untuk melakukan latihan pengukuran, tahap pertama anda dapat menggunakan alat ukur yang
tidak baku (ditentukan) sendiri misalnya mengukur panjang dengan satiap depa, jengkal dan
sebagainya. Pada tahap berikutnya menggunakan alat ukur baku.

4. Ketrampilan Mengkomunikasikan.

Yang dimaksud keterampilan mengkomunikasikan disini adalah keterampilan untuk


menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan kepada orang lain, baik secara
lisan maupun tertulis. Salah satu cara yang efektif adalah memberi kesempatan kepada
mereka untuk bekerja kelompok, diskusi kelompok dan menyampaikan hasil diskusinya
kepada kelas.

Teman sebaya merupakan mitra yang sangat efektif untuk mengembangkan. keterangan
komunikasi verbal karena selama proses berlangsung boleh dikatakan tidak ada hambatan
psikologis. Keterampilan mengkomunikasikan tertulis dapat berbentuk tulisan, grafik,
maupun gambar-gambar. Pengembangan ini memerlukan bantuan dan fasilitas dari pihak
sekolah dan guru.

5. Ketrampilan Menginferensi.

Penginferensial adalah penggunaan seseorang apa yang diamati untuk menjelaskan


sesuatu yang telah terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk
menafsirkan apa yang telah diamati. Sebagai contoh: Seorang melihat suatu petak rumput
mati. Suatu inferensi yang mungkin diajukaan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang
menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku siswa adalah:

(a) mengkaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu,


(b) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan.

6. Keterampilan memprediksi.

Keterampilan memprediksi adalah keterampilan untuk dapat memperkirakan atau


meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan kencenderungan atau pola hubungan yang
terdapat pada data yang telah diperoleh. Untuk memperjelas perbedaan antara interpretasi dan
prediksi dapat diungkapakan sebagai berikut. Interpretasi mencoba memberi makna terhadap
"garis data" yang ada. Sedangkan prediksi mencoba memberi makna pada bagian luar dari
garis data yang ada atau kejadian yang akan datang

7. Keterampilan melakukan percobaan.

Percobaan eksperimen adalah suatu proses yang rumit yang terdiri dari banyak
komponen. Contoh mengenai eksperimen komponen-komponen percobaan sederhana
menyangkut

1. Melontarkan pertanyaan oleh guru.


2. Dugaan sementara oleh siswa,
3. Mengindentifikasi variabel bebas;
4. Mengindentifikasi variabel terikat,
5. Mengindentifikasi variabel terkontrol,
6. Prosedur percobaan.
7. Menyediakan alat dan bahan,
8. Pengumpulan data,
9. Pengujian hipotesis, dan
10. Penyimpulan.

Penilaian proses dalam pembelajaran IPA tertuju pada keterampilan proses yang
dilaksanakan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sebuah sumber membagi
keterampilan proses menjadi keterampilan proses dasar (observasi, penggunaan ruang/waktu
serta hubungannya, penggunaan angka, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan,
memprediksi dan menginterprestasi) dan ketrampilan proses terintegrasi (mengendalikan
variabel, interprestasi data, memformulasi hipotesis, diskusi operasional, eksperimen).
(Abruscata J, 1996 40 49). Pada sumber lain tidak. memisahkan antara keterampilan proses
dasar dan keterampilan proses terintegrasi.Hendrodarmodjo dan Jenny R.E. Kaligis
mengemukakan keterampilan proses dalam pendidikan IPA di SD. Penjabaran keterampilan
proses IPA menjadi bentuk-bentuk tingkah laku yang dapat digunakan sebagai panduan dalam
melaksanakan penilaian proses IPA. (Lihat pada tabel 1).[5]
Tabel 1. Penjabaran Keterampilan Proses IPA.
D. Studi Kasus
SD Harapan Bangsa, yang terletak di sebuah kota kecil, menghadapi tantangan dalam
meningkatkan antusiasme dan pemahaman siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA). Observasi awal menunjukkan bahwa siswa kelas 5 cenderung pasif dan
kurang terlibat selama pelajaran IPA. Ibu Sari, guru IPA, memutuskan untuk mengadopsi
pendekatan baru untuk mengubah situasi tersebut.
Implementasi Teori dan Keterampilan
Ibu Sari memulai dengan menggabungkan beberapa teori belajar untuk memperkaya
proses pembelajaran, termasuk:
 Konstruktivisme (Piaget): Mendorong siswa untuk aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri melalui eksplorasi dan interaksi dengan lingkungan.
 Belajar Berbasis Masalah (PBL): Mengintegrasikan masalah nyata yang relevan
dengan siswa untuk memicu proses belajar mereka, memfasilitasi pembelajaran
kontekstual.
 Teori Sosial Kognitif (Bandura): Memanfaatkan pembelajaran model (modeling)
dengan memperlihatkan eksperimen dan demonstrasi ilmiah, mendorong siswa untuk
meniru dan bereksperimen.
Dalam konteks keterampilan proses IPA, Ibu Sari merancang kegiatan yang melibatkan:
 Pengamatan: Siswa diajak keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekitar dan
mencatat fenomena alam.
 Pengklasifikasian: Mengelompokkan objek alam yang ditemukan berdasarkan
karakteristik tertentu dalam kegiatan lapangan.
 Pengukuran dan Penggunaan Angka: Melakukan pengukuran sederhana terhadap
objek alam seperti tinggi pohon atau suhu udara, dan mencatat data dengan akurat.
 Membuat Hipotesis: Mendorong siswa untuk membuat dugaan berdasarkan
pengamatan mereka.
 Eksperimen: Melakukan eksperimen sederhana di kelas untuk menguji hipotesis
yang dibuat oleh siswa.
 Komunikasi: Siswa dipersilakan untuk berbagi hasil pengamatan dan eksperimen
mereka melalui presentasi di depan kelas.
Setelah beberapa bulan menerapkan metode ini, terjadi peningkatan signifikan dalam
antusiasme dan pemahaman siswa terhadap pelajaran IPA. Siswa yang sebelumnya pasif
menjadi lebih aktif, menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, dan dapat memahami
konsep-konsep IPA dengan lebih baik. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan
keterampilan proses IPA terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dan pemecahan masalah siswa.
Pengalaman di SD Harapan Bangsa menunjukkan betapa pentingnya
mengintegrasikan teori belajar dan keterampilan proses IPA dalam pembelajaran.
Pendekatan ini tidak hanya membuat pelajaran IPA menjadi lebih menarik dan bermakna
bagi siswa tetapi juga memperkuat pemahaman konseptual mereka serta mengembangkan
keterampilan esensial untuk pembelajaran seumur hidup.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa pengertian daripada teori-teori belajar dan
pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar memiliki banyak kajian
yang berbeda berdasarkan teori-teori yang telah dikembangkan oleh para ahli. Yang terbagi
menjadi tiga bagian teori yaitu, teori behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

Proses atau keterampilan proses atau metode ilmiah merupakan bagian studi
sains.termasuk materi bidang studi yang harus dipelajari siswa. Mengajarkan bidang studi
sains (IPA) berupa produk atau fakta, konsep dan teori saja belum lengkap. karena
barumengajarkan salah satu komponennya. Keterampilan proses sains yang digunakan di
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasahlbtidaiyah (MI) dalam Standar Isi yaitu: Mengamati,
Mengklasifikasi, Mengukur, Mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, melakukan
percobaan.

B. SARAN

Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan ejaan, metodologi
penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih kurang adalah diantara
kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik membangun sangat kami
butuhkan dari pembaca dalam penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution Noehi, dkk, Pendidikan IPA di SD,Jakarta, Universitas Terbuka, 2007, vi.3Hendro

Darmodjo & Jenny RE Kaligis. Pendidikan IPA II . Jakarta, Depdikbud, 1992, 43.Dahar,
R.W. (1996).

Teori-Teori Belajar . Jakarta: Erlangga

https://www.gurnulis.id/2021/07/teori-belajar-ipa-sd.html

http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/nizhamiyah/article/download/251/239

http://repository.radenfatah.ac.id/11917/2/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai