APA 7 FIX Final Draft - Abd. Hafidh Mayulu Alamri
APA 7 FIX Final Draft - Abd. Hafidh Mayulu Alamri
ABSTRAK
Mental hygiene menjadi satu dari 10 faktor perilaku yang beresiko pada kesehatan remaja
diantaranya cemas, gangguan emosional seperti kesepian, kekhawatiran yang berlebihan
bahkan keinginan untuk bunuh diri. Mental hygiene dipengaruhi oleh interaksi antara faktor
risiko dan faktor protektif, salah satunya adalah parenting style. Pentingnya parenting style
adalah metode pola asuh orang tua yang dapat memberikan dasar pembentukan kepribadian,
tingkah laku, watak, moral dan pendidikan bagi anak. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan parenting style dengan kualitas mental hygiene anak usia sekolah di
SMAN 3 Gorontalo. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Sampel dalam penelitian ini yaitu anak usia sekolah di SMAN 3 Gorontalo. Teknik
pengambilan sampel yaitu dengan propotional sampling. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) dan Parenting Style
Dimensions Questionaire (PSDQ). Data diuji menggunakan analisis rank spearman dengan
bantuan software komputer. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 216 responden.
Mayoritas responden penelitian yaitu berusia 17 tahun sebanyak 140 responden (64,8%),
berjenis kelamin perempuan sebanyak 121 responden (56,0%) dan anak pertama sebanyak 91
responden (42,1%). Mayoritas responden memiliki parenting style demokratis sebanyak 146
responden (67,6%) dan kualitas mental hygiene normal sebanyak 106 responden (49,1%).
Hasil uji bivariat antara parenting style dengan mental hygiene didapatkan nilai p 0,000.
Terdapat hubungan antara parenting style dengan kualitas mental hygiene anak usia sekolah di
SMAN 3 Gorontalo.
ABSTRACT
Mental hygiene is one of 10 behavioral factors that are at risk for adolescent health including
anxiety, emotional disorders such as loneliness, excessive worry and even suicidal thoughts.
Mental hygiene is influenced by the interaction between risk factors and protective factors, one
of which is parenting style. The importance of parenting style is a parenting method that can
provide the basis for the formation of personality, behavior, character, morals and education
for children. This study was conducted to determine the relationship between parenting style
and the quality of mental hygiene of school-age children at SMAN 3 Gorontalo. Analytical
observational research with cross sectional approach. The sample in this study was school-age
children at SMAN 3 Gorontalo. The sampling technique is by propotional sampling. The
instruments in this study used the Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) and
Parenting Style Dimensions Questionaire (PSDQ) questionnaires. The data was tested using
spearman rank analysis with the help of computer software. The number of samples in this
study was 216 respondents. The majority of respondents were 17 years old as many as 140
respondents (64.8%), 121 female respondents (56.0%) and 91 respondents (42.1%) first child.
The majority of respondents had a democratic parenting style of 146 respondents (67.6%) and
normal mental hygiene quality of 106 respondents (49.1%). The results of the bivariate test
between parenting style and mental hygiene obtained a p value of 0.000. There is a
relationship between parenting style and the quality of mental hygiene of school-age children
at SMAN 3 Gorontalo.
Berdasarkan data dari laporan United Nations Children's Fund atau UNICEF,
terdapat lebih dari 1 dari 7 remaja berusia 10-19 tahun di dunia yang hidup dengan
diagnosis gangguan mental dan setiap tahun, tindakan bunuh diri merenggut nyawa hampir
46.000 anak muda, tindakan ini adalah satu dari lima penyebab utama kematian pada
kelompok usia tersebut. Berdasarkan hasil survei Indonesia National Adolescent Mental
Health Survey (I-NAMHS) yang dilakukan pada tahun 2022, sebanyak satu dari tiga remaja
berusia 10-17 tahun di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan
terakhir. Jumlah itu setara dengan 15,5 juta remaja di dalam negeri dan sebanyak satu dari
20 remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia juga mengalami gangguan mental. Angkanya
setara dengan 2,45 juta remaja di tanah air. Untuk saat ini Indonesia memiliki pravalensi
orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20% populasi di
Indonesia itu mempunyai potensi masalah gangguan jiwa (Fadia, dkk. 2022)
Mental hygiene menjadi satu dari 10 faktor perilaku yang beresiko pada kesehatan
remaja berdasarkan survey berbasis sekolah (SMP dan SMA) yang dilakukan oleh
Kementrian Kesehatan Indonesia, dari tiga regional yang di survei yaitu Sumatra, Jawa dan
Bali, luar Jawa dan Bali diperoleh hasil 42,18% pelajar mengalami cemas atau
kekhawatiran yang berlebihan, 62,38% mengalami gangguan emosional yaitu kesepian
(loneliness), kekhawatiran yang berlebihan bahkan keinginan untuk bunuh diri (Fitri, Dkk.
2019) Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pada tahun 2023, terdapat
1836 orang dengan gangguan jiwa sedangkan Provinsi Gorontalo masih menjadi satu dari
enam provinsi di Indonesia yang belum memiliki rumah sakit jiwa berdasarkan data yang
dikemukakan oleh Menteri koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
pada tahun 2022 (Fadia, 2022)
Dari data yang disajikan diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak remaja dengan
usia sekolah merupakan penderita gangguan mental emosional. Menurut WHO, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18
tahun ( Daiananda, 2018) Pada masa remaja, tahap perkembangan psikososial merupakan
versus kebingungan (pubertas) (Devita, 2020). Jika masalah mental hygiene tidak ditindak
lanjuti dan tidak diselesaikan dengan baik akan berdampak negatif terhadap tahap
perkembangan remaja terutama pada pematangan karakter, meningkatnya masalah perilaku
dan tidak jarang memicu terjadinya gangguan mental emosional yang dapat berupa perilaku
beresiko tinggi, contohnya yaitu remaja yang merokok beresiko tinggi untuk
ketergantungan terhadap nikotin, meminum alkohol pada usia kurang dari 15 tahun
beresiko tinggi untuk menjadi seorang pecandu alkohol (alcoholism), perilaku pelanggaran
hukum pada masa remaja diramalkan akan menyebabkan terjadinya gangguan kepribadian
antisosial, melakukan hubungan seksual pada remaja dapat meningkatkan resiko terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan (Devita, 2020)
Masalah mental hygiene diatas dapat disebut sebagai distres psikologik atau distres
emosional yang dapat dipengaruhi oleh interaksi antara faktor risiko dan faktor protektif.
Faktor risiko meliputi faktor individu, keluarga, sekolah, peristiwa hidup, dan faktor sosial.
Faktor protektif meliputi karakter atau watak yang positif, lingkungan keluarga yang
suportif, lingkungan sosial yang berfungsi sebagai sistem pendukung untuk memperkuat
upaya penyesuaian diri remaja, keterampilan sosial yang baik, serta tingkat intelektual yang
baik. Keluarga memberikan dasar pembentukan kepribadian, tingkah laku, watak, moral
dan pendidikan anak hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elyusra yang
menyebutkan bahwa keluarga memiliki peran penting terhadap kesehatan mental remaja
(Aqilla, 2022). Mengutip buku Six Pillars of Positive Parenting karya Hanny Muchtar
Darta, bahwa kecerdasan emosional memberikan kontribusi sebesar 90% dalam kesuksesan
seseorang dan kecerdasan emosional itu dibangun dari kedekatan emosional dengan orang
tua. Hubungan antara orang tua dan anak sangat penting untuk membangun kepercayaan
terhadap orang lain dan diri sendiri. Selain itu juga dapat membantu perkembangan sosial,
emosional dan kognitif dalam diri anak. Faktor dalam keluarga yang mempunyai peran
penting untuk dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera dan mencegah masalah pada
mental hygiene atau mental emosional adalah penerapan parenting style atau pola asuh
orang tua karena keluarga merupakan tempat individu tumbuh, berkembang dan belajar
mengenai nilai-nilai yang dapat membentuk kepribadian anak sehingga mampu
mempertahankan ikatan dalam keluarga dan meningkatkan otonomi anak seiring dengan
bertambahnya usia dan pendewasaan pada anak (Devita, 2020).
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap korelasi antara parenting style dan
kualitas mental hygiene anak usia sekolah di SMAN 3 Gorontalo dengan fokus pada pola
pengasuhan orangtua dan dampaknya terhadap kesejahteraan mental anak di lingkungan
sekolah. Dalam konteks ini, penelitian memiliki tujuan umum untuk menganalisis
hubungan antara parenting style dan kualitas mental hygiene anak. Tujuan khususnya
melibatkan deskripsi pola parenting style yang diterapkan pada anak usia sekolah,
identifikasi tingkat kualitas mental hygiene anak, dan analisis korelasi antara pola parenting
style orangtua dengan kualitas mental hygiene anak. Manfaat teoritis dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi penting sebagai referensi untuk memahami lebih
lanjut hubungan tersebut, sehingga dapat menjadi dasar teoritis yang berguna dalam
pengembangan konsep-konsep terkait psikologi perkembangan anak.
METODE PENELITIAN
3. Hubungan Parenting Style dengan Mental Hygiene pada Anak Usia Sekolah di
SMAN 3 Gorontalo
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
parenting style dengan kualitas mental hygiene anak usia sekolah di SMAN 3 Gorontalo.
Hal tersebut dibuktikan dengan uji rank spearman yang digunakan menunjukkan nilai p
value = 0,000 (<0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara parenting
style dengan mental hygiene yang menunjukkan derajat hubungan kuat dan didapatkan
koefisien korelasi (r) yaitu -0,659 yang artinya kekuatan hubungan termasuk kuat dan
berpola linier negatif yang artinya semakin tinggi parenting style maka semakin rendah
tingkat masalah mental hygiene. Berdasarkan data diatas, didapatkan bahwa parenting style
otoriter dan parenting style permisif menghasilkan kualitas mental hygiene abnormal
sedangkan parenting style demokratis menghasilkan kualitas mental hygiene normal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara parenting style atau pola asuh otoriter, demokratis dan permisif
dengan masalah mental emosional remaja (Devita, 2020) Penelitian lainnya juga
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara parenting style dengan
masalah mental hygiene, yang mana pola asuh otoriter dan permisif memiliki dampak risk
(resiko) pada masalah mental emosional remaja (Fitri, dkk, 2020) Hasil Penelitian ini juga
mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan terdapat hubungan antara fungsi
keluarga dengan masalah mental emosional anak pada skor kesulitan ( Rahmawaty, 2022)
Menurut WHO (World Health Organization) mental hygiene atau kesehatan mental
adalah kondisi diri kesejahteraan yang didasari individu, yang di dalamnya terdapat
kemampuan-kemampuan untuk mengelola stress kehidupan yang wajar, untuk bekerja
secara produktif dan menghasilkan, serta berperan di komunitasnya (Kalalo, 2019).
Menurut ahli kesehatan dunia Merriam Webster, mental hygiene merupakan suatu keadaan
emosional dan psikologis yang baik, dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan
kognisi dan emosi, berfungsi dalam komunitasnya serta memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Mental hygiene atau kesehatan mental merupakan kemampuan individu untuk
merespon lingkungannya yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yaitu biologis,
psikologis, lingkungan dan sosial budaya. Sehingga mental hygiene merupakan kondisi
tingkat ‘kesejahteraan mental’ dimana individu dapat berfungsi secara adekuat dapat
menikmati hidupnya secara seimbang dan mampu menyesuaikan dir terhadap tantangan
hidup. Dalam pengertian yang lebih ‘positif” mental hygiene merupakan fondasi dari
tercapainya kesejahteraan (well-being) individu dan fungsi yang efektif dalam
komunitasnya (Aqila, 2022)
Parenting style merupakan suatu proses mendidik, membimbing dan
mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma
dalam masyarakat. Parenting style sangat memperngaruhi bagaimana anak berperilaku dan
bentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Dengan demikian pola asuh merupakan cara
orang tua dalam menjaga, mengasuh, mendidik, dan melatih seorang anak agar menjadi
anak yang mandiri dan bisa melakukan semua pekerjaan dengan pemikiran sendiri. Dengan
begitu pola pengasuhan orang tua dapat membentuk karakter anak sesuai dengan bentuk
pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sang anak.
Pola asuh orang tua tentu menjadi salah satu faktor utama yang dapat membentuk
karakter anak serta berpengaruh terhadap perkembangan mental anak tentang bagaimana
anak menilai salah atau benar, bagaimana anak berperilaku yang sesuai dengan norma dan
aturan, serta bagaimana anak memandang dirinya sendiri serta orang lain. Orang tua harus
menentukan pola pengasuhan yang paling efektif dan bisa memberikan kebermanfaatan
bagi perkembangan anak oleh karena itu penentuan parenting style adalah suatu hal yang
penting dalam mendidik anak. Jika orang tua tidak tepat dalam memilih pola pengasuhan
maka dapat berdampak pada kualitas mental hygiene anak yang buruk (Udampo, 2018)
PENUTUP
Hasil penelitian ini mengungkap beberapa temuan signifikan. Mayoritas
anak usia sekolah di SMAN 3 Gorontalo cenderung memiliki parenting style
yang demokratis. Selain itu, mayoritas dari mereka juga menunjukkan tingkat
mental hygiene yang normal. Analisis data menunjukkan adanya korelasi
antara parenting style dan kualitas mental hygiene anak usia sekolah di SMAN
3 Gorontalo. Derajat hubungan yang kuat teridentifikasi, dengan arah
hubungan negatif; semakin tinggi skor parenting style, semakin rendah
masalah mental hygiene pada responden.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengeksplorasi variabel
yang sama dengan metode penelitian yang berbeda serta memperluas analisis
terhadap faktor-faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini. Bagi orang
tua, disarankan untuk memilih parenting style atau pola asuh yang terbukti
efektif dan bermanfaat bagi kesehatan mental anak pada usia sekolah, guna
mencegah potensi permasalahan kesehatan mental. Pihak sekolah diharapkan
dapat memberikan dukungan dan bantuan kepada anak-anak yang
menunjukkan kecenderungan masalah mental hygiene, mendorong mereka
untuk lebih aktif, berani berpendapat, dan berekspresi. Jika diperlukan,
kolaborasi dengan orang tua dan unit kesehatan terkait perlu ditingkatkan,
sambil memberikan edukasi penting bahwa menjaga kesehatan mental
merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Ana Stevi Udampo. Hubungan Pola asuh Permisif Orang Tua dengan Perilaku
Mengkonsumsi Alkohol Pada Usia Remaja di Desa Bulude Setan Kabupeten Talud.
Jurnal Keperawawtan Vol 5 No.1, Februari 2018.
Aqilla F.W., Izzatul F., Pirlina U., Royke T.K.. The Relationship between Family Function
and Emotional Mental Problems in Children in Surabaya. Universitas Airlangga;
Journal of Medical and Health studies, 2022.
Center for Reproductive Health, University of Queensland & Johns Bloomberg Hopkins
School of Public Health. Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-
NAMHS): Laporan Penelitian. Pusat Kesehatan Reproduksi; 2022
Darta, Hanny Muchtar, Arief Muhajir, et all. Six Pillars of Positive Parenting Masa Depan
Anak Anda Ditentukan Oleh Pola Atau Positif Masa Kini. Jakarta: Cicero
Publishing, 2017.
Devita, Y. Hubungan Pola Asuh Dengan Masalah Mental Emosional Remaja. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 20(2), Juli 2020, 503-513
Fadia Wulandari, A., Fithriyah, I., Umiastuti, P., & Tony Kalalo, R. The Relationship
between Family Function and Emotional Mental Problems in Children in Surabaya.
Surabaya; Journal of Medical and Health Studies, 2022.
Fitri, A., Neherta, M., & Sasmita, H. Faktor – Faktor yang Memengaruhi Masalah Mental
Emosional Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta Se-Kota Padang
Panjang Tahun 2018 . Jurnal Keperawatan Abdurrab Volume 2 No. 2, 2019.
Kalalo, R. T., Basoeki, L., & Purnomo, W. Hubungan Antara Pola Asuh dan Depresi Pada
Remaja Overweight-obese. Jurnal Psikiatri Surabaya, 8(1), 1-6. 2019
KPAI. Laporan Kasus Pengaduan Anak Berdasarkan Klaster Perlindungan Anak. (46)
2018.
Mustamu, A. C., Hasim, N. H., & Khasanah, F. Pola Asuh Orang Tua, Motivasi, &
Kedisiplinan dalam Meningkatkan Kesehatan Mental Remaja Papua. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 8(1), 17-25. 2020.
Santrock. J. W. Adolescent Perkembangan Remaja (Alih Bahasa Shinto B. Adelar & Sherly
Saragih), Jakarta, Erlangga; 2019
Sonia G. & Nurliana C.A. Pola Asuh Yang Berbeda-beda Dan Dampaknya Terhadap
Perkembangan Kepribadian Anak. Prosiding Penelitian & Pengabdian Masyarakat
Universitas Padjadjaran Volume 7 No 1, 2020, 128-135
World Health Organization [Internet]. Adolescent Health: Adolescence is the phase of life
between childhood and adulthood, from ages 10 to 19; c2022 [Update 2022; Cited
2023 June 15]. Available from : https://www.who.int/health-topics/adolescent-
health#tab=tab_1