Hubungan Akses Merokok, Paparan Media Iklan Dan Peran Teman Dengan Perilaku Merokok Di Sma N 2 Maluku Tenggara
Hubungan Akses Merokok, Paparan Media Iklan Dan Peran Teman Dengan Perilaku Merokok Di Sma N 2 Maluku Tenggara
Received: date, month, years/ Revised: date, month, years/ Accepted: date, month, years
Ex: Received 16th April 2019/ Revised: 19th May 2019/ Accepted 18th June 2019
Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada siswa/siswi di SMA Negeri 2 Kabupaten Maluku
Tenggara. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain studi Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2023. Populasi
penelitian ini adalah 834 siswa/siswi SMAN 2 Kabupaten Maluku Tenggara. Sampel
pada penelitian ini adalah 65 siswa/siswi dengan menggunakan teknik sampling yaitu
stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengolahan
data dilakukan meliputi editing, coding, entry data, cleaning data dan skoring data.
Hasil univariat menunjukkan reseponden pada kelompok perokok (56,9%), berumur
remaja pertengahan (90,3%), jenis kelamin laki-laki (63,1%), pengetahuan rendah
(64,6%), sikap negatif (50,8%), mudah mengakses rokok (60%), tidak terpengaruh
paparan media iklan (53,8%), tidak terpengaruh keluarga (56,9%), tidak terpengaruh
teman (60), hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan
dengan perilaku merokok yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap, akses merokok,
paparan media iklan dan peran teman sedangkan variable yang tidak berhubungan
dengan perilaku merokok yaitu umur dan peran keluarga. Saran agar dapat
memberikan edukasi berupa leaflet dan juga poster serta bimbingan kepada
siswa/siswi agar bisa terhindar dari perilaku merokok.
Abstract : The purpose of this study was to determine the factors associated with
smoking behavior in students at SMA Negeri 2 Southeast Maluku Regency. This
research is a quantitative research using study design Cross Sectional. The study was
conducted from October 2022 to August 2023. Data collection in July 2023. The
population of this study was 834 students of SMAN 2 Southeast Maluku Regency. The
sample in this study was 65 students using sampling techniques, namely: stratified
random sampling. Data collection using questionnaires. Data processing is carried out
including editing, coding, data entry, data cleaning and data scoring. The data analysis
to be carried out is univariate analysis and bivariate analysis using tests Chi Square.
Univariate results showed receptors in the group of smokers (56.9%), middle
adolescence (90.3%), male sex (63.1%), low knowledge (64.6%), negative attitudes
(50.8%), easy access to cigarettes (60%), not affected by exposure to advertising media
(53.8%), not influenced by family (56.9%), not influenced by friends (60), bivariate
results showed that variables related to smoking behavior were gender, knowledge,
attitudes, access to smoking, Exposure to advertising media and the role of friends
while variables that are not related to smoking behavior are age and family roles.
Pendahuluan
Gaya hidup merupakan pola tingkah laku atau bisa disebut sebagai kebiasaaan
seseorang dalam menjalani kesehariannya. Saat ini merokok merupakan gaya hidup
dari masyarakat salah satunya rokok tembakau yang dapat ditemui dimana saja. Gaya
hidup seorang perokok memberi dampak buruk bagi kesehatan nya. Seseorang mulai
merokok awalnya hanya ingin mencoba atau karena rasa ingin tahu, kini menjadi
candu karena kandungan nikotin yang ada pada rokok. Perilaku merokok dilakukan
oleh sebagian besar kaum laki-laki karena dianggap dapat menghilangkan stres,
menambah kepercayaan diri dan memberi kesan maskulin kepada orang sekitar, tetapi
merokok bukan hanya dilakukan oleh laki-laki melainkan dilakukan oleh perempuan
meskipun mereka sudah tahu bahwa merokok bisa mengganggu kesehatan tubuh
tetapi mereka tidak memperdulikan hal tersebut (Sutha, 2016).
Dampak dari merokok bukan hanya berpengaruh kepada perokok aktif tetapi
juga kepada orang yang menghirup asap rokok tersebut atau biasa disebut perokok
pasif karena dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Di dalam satu batang
rokok terdapat 4000 jenis senyawa kimia, 400 zat berbahaya/nikotin, dan 43 zat
penyebab kanker atau karsinogenik (Kemenkes, 2015). Kandungan yang ada pada
rokok bisa membuat seseorang merasa rileks dan tenang saaat menggunakan nya
akan tetapi pengaruh kandungan zat berbahaya inilah yang dapat menyeabkan
seseorang menjadi kecanduan atau ketergantungan pada rokok. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi seseorang untuk merokok dengan rata – rata usia 15-19 tahun.
Usia remaja merupakan usia seseorang mencari jati diri dan berkembang, namun hal
ini tidak berjalan mulus karena itu muncul perilaku tidak sehat seperti merokok
sebagai cara untuk mendeketkan diri pada lingkungan. Adapun faktor – faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu pengaruh teman sebaya, orang tua,
usia, pengetahuan dan sikap Pertiwi et al. (2020).
Menurut hasil penelitian Rochayati et al. (2015) remaja yang menjadi perokok
berat lebih banyak ditemui pada kelomopok remaja yang memiliki pengetahuan
kurang baik yaitu 194 orang (70,80%) dimana nilai pvalue yang didapatkan 0,000 yang
artinya ada pengaruh pengetahuan tentang rokok terhadap perilaku merokok. Hasil
penelitian Amira et al. (2019) remaja yang memiliki sikap tidak baik yaitu 13 orang
(37.1%) dan remaja yang memiliki sikap baik yaitu 22 orang (62,9%), nilai pvalue 0,003
yang artinya terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku merokok seseorang. Hal
ini sejalan dengan penelitian Oktaviani et al. (2019) yang mendapatkan hasil Pvalue
0,000. Menurut hasil penelitian Kalalinggi et al. (2019) menunjukkan bahwa orang tua
dan teman terdapat hubungan yang signifikan dengan perilaku merokok (pvalue
0,000).
Metode Penelitian
Analisis data terdiri dari dua tahap, yaitu analisis univariat dan analisis
bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk memberikan gambaran karakteristik
masing-masing variabel, sementara analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Chi
Square untuk mengevaluasi hubungan antar variabel kategorik. Jika nilai p-value <
0,05, maka terdapat hubungan antara variabel independen dan dependen; sebaliknya,
jika p-value ≥ 0,05, tidak terdapat hubungan antara keduanya. Uji Chi Square dipilih
karena variabel yang diuji bersifat kategorik. Dengan demikian, keseluruhan proses ini
dirancang untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku merokok di kalangan siswa/siswi SMAN 2
Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2023.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,9% adalah perokok. Umur
pertama kali merokok paling banyak terdapat pada usia 15 tahun (45,2%) dan jumlah
batang rokok yang dihisap dalam satu hari yaitu 1-7 batang (92,7%). Hal ini
disebabkan karena remaja memiliki rasa penasran terhadap suatu hal yang baru dan
juga remaja memiliki teman yang sesame perokok yang membuat tingkat keinginan
merokok semakin tinggi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Berliana et al. (2020) bahwa ada hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku merokok karena diperoleh hasil
Pvalue menunjukkan hasil 0,000. Hal ini sejalan dengan penelitian Hoang et al. (2019)
yang juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan
perilaku merokok dimana hasil Pvalue yaitu 0,000. Penelitian Wijayanti et al. (2017)
juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan perilakum
merokok yaitu nilai Pvalue 0,019.
Hal ini sejalan dengan penelitian Heryanto et al. (2017) yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok (Pvalue 0,009). Hal ini
sejalan juga dengan penelitian Oktaviani et al. (2019) yang mendapatkan hasil Pvalue
0,008 yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok.
Namun tidak sejalan dengan penelitian Rahmadi et al. (2013) yang mendapatkan hasil
Pvalue 1,000 yang artinya tidak terdapat hubungan antara pengetahuan antara
pengetahuan dengan perilaku merokok. Penelitian Nurjanah et al. (2020) juga
mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
merokok dengan hasil Pvalue 0,700. Pengetahuan merupakan modal dasar dari
seseorang untuk berperilaku, pengetahuan yang cukup akan memotivasi individu
untuk berperilaku baik. Pengetahuan yang tinggi pada remaja cenderung akan
memperkecil kemungkinan remaja untuk merokok karena mereka tahu bahaya dan
dampak negative pada rokok (Alamsyah, et al 2017).
Tindakan yang baik biasanya diukur dari pengetahuan, jika pengetahuan baik
maka diharapkan sikapnya juga baik, tapi bisa jadi sebaliknya seseorang yang
memiliki pengetahuan baik belum tentu sikap dan tindakannya juga baik. Tindakan
mengurangi jumlah konsumsi rokok bisa dipengaruhi oleh pengetahuan (Wulandari,
et al 2016).
Namun tidak sejalan dengan penelitian Rahmadi et al. (2013) yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku merokok dimana hasil
(Pvalue 1,000). Hal ini tidak sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Berliana et al. (2020) yang mendapatkan hasil Pvalue 0,962 yang artinya tidak terdapat
hubungan antara sikap dengan perilaku merokok. Sikap menunjukkan bahwa
seseorang suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Sikap sering didapatkan dari
pengalaman pribadi dan juga orang lain, sikap membuat seseorang mendekati
ataupun menjauhi sesuatu. Sikap merupakan hal yang sangat penting berkaitan denga
perilaku merokok karena pada dasarnya sikap akan menentukan seseorang dalam
berperilaku (Alamsyah, et al 2017). Sikap di dalam kehidupan manusia sangat
berpengaruh, pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya melainkan terjadi
karena interaksi pada manusia.
Hal ini sejalan penelitian Nurfadhila et al. (2022) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara akses merokok dengan perilaku merokok (Pvalue 0,002) dan juga
sejalan dengan penelitian Indra et al. (2019) yang mendapatkan hasil Pvalue 0,000
artinya ada hubungan antara akses merokok dengan perilaku merokok. Hal ini sejalan
juga dengan penelitian Jannah et al. (2021) yang mendapatkan hasil Pvalue 0,002 yang
artinya terdapat hubungan antara akses merokok dengan perilaku merokok. Namun
hal ini tidak sejalan dengan penelitian Noviana et al. (2016) yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara akses merokok dengan perilaku merokok (Pvalue 0,742).
Tidak sejalan juga dengan penelitian Berliana et al. (2020) yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan antara akses merokok dengan perilaku merokok yaitu Pvalue
0,389. Akses merokok saat ini terbilsng mudah didapatkan baik dari harganya yang
relative murah dan ketersediaannya yang dijual dimana-mana yang membuat jumlah
perokok makin bertambah. Saat ini rokok merupakan sebuah produk legal di
Indonesia. Hal ini menyebabkan rokok bisa dengan mudah didapatkan di berbagai
tempat, selain itu banyaknya penjual rokok yang menjual rokok dengan bentuk
Batangan sehingga memudahkan remaja untuk membeli rokok (Musniati, 2016).
Hal ini sejalan dengan penelitian Oktaviani et al. (2019) terdapat hubungan
yang bermakana antara paparan media iklan dengan perilaku merokok diamana hasil
Pvalue 0,000 dan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurmala et al.
(2014) yang mendapatkan Pvalue 0,000 yang artinya ada hubungan antara paparan
media iklan dengan perilaku merokok. Hal ini juga didukung oleh penelitian
Alamsyah et al. (2017) bahwa ada hubungan yang signifikan antara paparan media
iklan dengan perilaku merokok dimana Pvalue 0,000. Namun tidak sejalan dengan
penelitian Utami et al. (2019) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
paparan media iklan dengan perilaku merokok (Pvalue 0,400). Hal ini sama dengan
penelitian Jannah et al. (2021) yang mendapatkan hasil Pvalue 0,229 yang artinya
bahwa tidak terdapat hubungan antara paparan media iklan dengan perilaku
merokok. Menurut Kemenkes, iklan rokok dikemas semenarik mungkin dengan
mengangkat tema pertemanan dan kebersamaan. Iklan rokok dibuat dengan sangat
menarik dan kreatif sehingga menyentuh sisi psikologis yang menunjukkan citra
berani, macho, keren, santai dan berbagai hal yang membanggakan dan mewakili
suara hati anak muda dan remaja. Penggarambaran tokoh serta adegan-adegan
menantang dalam iklan membuat Masyarakat terlebih pada remaja untuk menirunya.
Iklan-iklan yan ada membuat mereka ingin mencoba merokok, meskipun dalam iklan
tidak digambarkan orang merokok tapi adegan yang identic dengan kepekaan atau
kebebasan mempengaruhi mereka untuk merokok apalagi seseorang yang memiliki
idola yang menjadi icon dalam iklan merokok kemungkinan besar anak itu akan
tersugesti untuk mengkonsumsi rokok tersebut (Nurkamal, et al 2014).
Hal ini sejalan dengan penelitian Ramantika et al. (2014) yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara peran keluarga dengan perilaku merokok (Pvalue
1,000). Sejalan juga dengan penelitian Widianti et al. (2014) yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara peran keluarga dengan perilaku merokok (Pvalue 0,561)
dan juga penelitian Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Nurkamal et al.
(2014) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara peran
keluarga dengan perilaku merokok (Pvalue 0,000) dan penelitian yang dilakukan oleh
Amira et al. (2019) dimana hasil Pvalue 0,043 berarti ada hubungan antara peran
keluarga dengan perilaku merokok.
Hal ini sejalan dengan penelitian Nurkamal et al. (2014) yang menyatakan
bahwa adanya hubungan antara peran teman dengan perilaku merokok (Pvalue 0,000).
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Fadli et al. (2019) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara peran teman dengan perilaku merokok (Pvalue 0,000). Namun hal ini
tidak sejalan dengan penlitian Ramantika et al. (2014) yang menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara peran teman dengan perilaku merokok (Pvalue 0,897). Menurut
Hulock, sangat besarnya pengaruh teman sebaya maka dapat dipahami bahwa teman
sebaya sangat berpengaruh pada pembentukan sikap, pembicaraan, pmikiran,
penampilan, minat dan perilaku dibandingkan keluarga (Tristani, 2016). Kehidupan
sehari-hari remaja lebih dekat dengan teman sebaya dibandingkan dengan oran tua
karena remaja menginginakan teman yang mempunyai minat dan sikap yang sama
sehingga banyak melakukan kegiatan bersama dalam mengisi waktu luangnya.
Dukungan seorang teman dlaam lingkungan dapat berpengaruh terhadap perilaku
seseorang dalam mengkonsumsi rokok.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Audhina IU. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Laki-Laki Di SMK Wira Buana Kelurahan Pabuaran Kecamatan Bojong
Gede Kabupaten Bogor Tahun 2018. UHAMKA
Diana, Hariyanto T, Ardiyani VM. (2016). Hubungan Antara Perokok Aktif Dengan
Gangguan Kualitas Tidur (Insomnia) Pada Dewasa (Usia 25-45 Tahun) Di RW
04 Desa Kalingoso Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Nursing News. 1 (1)
Fadli RK, Achadi A (2019). Perilaku Merokok Siswa SMP di Kecamatan Panongan
Kabupaten Tangerang Tahun 2015. Arkesmas 4 (2) : 168-178
Hulu TV, Sinaga RT. (2019). Buku Ajar Analisis Data Statistik Parametrik. Yayasan Kita
Menulis
Indra S, Edison, Lestari Y (2019). Faktor Penentu Perilaku Merokok Murid Laki-Laki
Sekolah Menengah Atas di Kota Pariaman. Berita Kedokteran Masyarakat 35 (1)
: 11-16
Jannah M. (2016). Remaja dan Tugas Tugas Perkembangannya Dalam Islam. Jurnal
Psikoilismedia. 1 (1) : 243-256
Misbahuddin, Hasan I. (2013). Buku Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. PT Bumi
Aksara
Noviana A, Riyanti E, Wigado L (2016) Determinan Faktor Remaja Merokok Studi Kasus
di SMPN 27 Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 4 (3) : 960-969
Sutha DW. (2016). Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Remaja Di
Kecamatan Pangerangan Kabupaten Sampan Madura. Jurnal manajemen
Kesehatan Stikes Yayasan Rs Dr Soetomo 2 (1) : 43-59
WHO. 2015. Global Youth Tabacco Survey (GYTS). Indonesia Report 2014
Widianti VE, Wahyono TYM (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Merokok Siswa SMP Negeri X Di Kota Bogor Tahun 2014. Jurnal FKM UI