Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN AKSES MEROKOK, PAPARAN MEDIA IKLAN

DAN PERAN TEMAN DENGAN PERILAKU MEROKOK DI


SMA N 2 MALUKU TENGGARA

Alda Tita Ridzky Koedoeboen


word/study, and correspondence address (E-mail) author] 1,2Institusi/afiliasi
e-mail: *1xxxx@xxxx.xxx (correspondence author)
(Center, palatino linotype 11, space 1)

Received: date, month, years/ Revised: date, month, years/ Accepted: date, month, years
Ex: Received 16th April 2019/ Revised: 19th May 2019/ Accepted 18th June 2019

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada siswa/siswi di SMA Negeri 2 Kabupaten Maluku
Tenggara. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain studi Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2023. Populasi
penelitian ini adalah 834 siswa/siswi SMAN 2 Kabupaten Maluku Tenggara. Sampel
pada penelitian ini adalah 65 siswa/siswi dengan menggunakan teknik sampling yaitu
stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengolahan
data dilakukan meliputi editing, coding, entry data, cleaning data dan skoring data.
Hasil univariat menunjukkan reseponden pada kelompok perokok (56,9%), berumur
remaja pertengahan (90,3%), jenis kelamin laki-laki (63,1%), pengetahuan rendah
(64,6%), sikap negatif (50,8%), mudah mengakses rokok (60%), tidak terpengaruh
paparan media iklan (53,8%), tidak terpengaruh keluarga (56,9%), tidak terpengaruh
teman (60), hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan
dengan perilaku merokok yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap, akses merokok,
paparan media iklan dan peran teman sedangkan variable yang tidak berhubungan
dengan perilaku merokok yaitu umur dan peran keluarga. Saran agar dapat
memberikan edukasi berupa leaflet dan juga poster serta bimbingan kepada
siswa/siswi agar bisa terhindar dari perilaku merokok.

Kata kunci : Perilaku Merokok, Remaja

Abstract : The purpose of this study was to determine the factors associated with
smoking behavior in students at SMA Negeri 2 Southeast Maluku Regency. This
research is a quantitative research using study design Cross Sectional. The study was
conducted from October 2022 to August 2023. Data collection in July 2023. The
population of this study was 834 students of SMAN 2 Southeast Maluku Regency. The
sample in this study was 65 students using sampling techniques, namely: stratified
random sampling. Data collection using questionnaires. Data processing is carried out
including editing, coding, data entry, data cleaning and data scoring. The data analysis
to be carried out is univariate analysis and bivariate analysis using tests Chi Square.
Univariate results showed receptors in the group of smokers (56.9%), middle
adolescence (90.3%), male sex (63.1%), low knowledge (64.6%), negative attitudes
(50.8%), easy access to cigarettes (60%), not affected by exposure to advertising media
(53.8%), not influenced by family (56.9%), not influenced by friends (60), bivariate
results showed that variables related to smoking behavior were gender, knowledge,
attitudes, access to smoking, Exposure to advertising media and the role of friends
while variables that are not related to smoking behavior are age and family roles.

Keyword : Smoking Behavior,

Pendahuluan

Gaya hidup merupakan pola tingkah laku atau bisa disebut sebagai kebiasaaan
seseorang dalam menjalani kesehariannya. Saat ini merokok merupakan gaya hidup
dari masyarakat salah satunya rokok tembakau yang dapat ditemui dimana saja. Gaya
hidup seorang perokok memberi dampak buruk bagi kesehatan nya. Seseorang mulai
merokok awalnya hanya ingin mencoba atau karena rasa ingin tahu, kini menjadi
candu karena kandungan nikotin yang ada pada rokok. Perilaku merokok dilakukan
oleh sebagian besar kaum laki-laki karena dianggap dapat menghilangkan stres,
menambah kepercayaan diri dan memberi kesan maskulin kepada orang sekitar, tetapi
merokok bukan hanya dilakukan oleh laki-laki melainkan dilakukan oleh perempuan
meskipun mereka sudah tahu bahwa merokok bisa mengganggu kesehatan tubuh
tetapi mereka tidak memperdulikan hal tersebut (Sutha, 2016).

Merokok merupakan kegiatan membakar tembakau dan kemudian dihisap


asapnya baik menggunakan rokok ataupun menggunakan alat seperti pipa. Merokok
sudah menjadi kebiasaan yang umum dan meluas di kalangan masyarakat. Kebiasaan
merokok dapat kita temui di kehidupan sehari-hari, baik di tempat umum ataupun di
lingkungan rumah. Perilaku merokok menjadi masalah di dunia baik itu di negara
maju atupun di negara berkembang. Diperkirakan sekitar 2,5 juta orang meninggal
tiap tahunnya karena penyakit yang disebabkan oleh rokok Diana et al.(2016). Data
WHO juga menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara dengan konsumsi rokok
terbanyak ketiga setelah China dan India dan lebih tinggi dari Rusia dan Amerika
Serikat. Rokok dianggap cukup diminati oleh banyak orang di kalangan remaja.

Global Youth Tabacco Survey (GYTS) menyatakan bahwa Indonesia tercatat


sebagai negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Rata-rata usia
pertama kali merokok berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin berdasarkan
GYTS 2014, dimana sebagian besar laki-laki pertama kali mencoba merokok pada
umur 12-13 tahun, dan sebagian besar perempuan pertama kali mencoba rokok pada
umur ≤ 7 tahun dan 14-15 tahun. Berdasarkan data survey dari GYTS tahun 2014 dari
total remaja yang di survey ditemukan 19,4% remaja penghisap tembakau selama 30
tahun terakhir. Pada remaja di survey tersebut didapatkan 35,3% remaja laki-laki dan
3,4% remaja perempuan. Sementara itu dari total remaja yang di survey didapatkan
18,3% remaja penghisap rokok selama 30 hari terakhir, sebanyak 33,9% pada remaja
laki-laki dan 2,5% remaja perempuan. (WHO, 2015).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan
bahwa rata – rata usia pertama kali merokok paling tinggi ada pada usia 15-19 tahun.
Prevalensi perokok di Indonesia usia > 10 tahun yang tertinggi terdapat di provinsi
Lampung dengan presentase 28,1% dan yang paling rendah terdapat di provinsi
Provinsi papua dengan presentase 18,8%. Prevalensi perokok remaja di provinsi
Maluku untuk umur > 10 tahun yaitu sebesar 22,5% dengan presentase laki-laki
sebesar 43,39% dan perempuan 0,64% dengan rata – rata umur pertama kali merokok
yaitu 15-19 tahun dengan presentase 58,13% (Kemenkes, 2018).

Dampak dari merokok bukan hanya berpengaruh kepada perokok aktif tetapi
juga kepada orang yang menghirup asap rokok tersebut atau biasa disebut perokok
pasif karena dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Di dalam satu batang
rokok terdapat 4000 jenis senyawa kimia, 400 zat berbahaya/nikotin, dan 43 zat
penyebab kanker atau karsinogenik (Kemenkes, 2015). Kandungan yang ada pada
rokok bisa membuat seseorang merasa rileks dan tenang saaat menggunakan nya
akan tetapi pengaruh kandungan zat berbahaya inilah yang dapat menyeabkan
seseorang menjadi kecanduan atau ketergantungan pada rokok. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi seseorang untuk merokok dengan rata – rata usia 15-19 tahun.
Usia remaja merupakan usia seseorang mencari jati diri dan berkembang, namun hal
ini tidak berjalan mulus karena itu muncul perilaku tidak sehat seperti merokok
sebagai cara untuk mendeketkan diri pada lingkungan. Adapun faktor – faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu pengaruh teman sebaya, orang tua,
usia, pengetahuan dan sikap Pertiwi et al. (2020).

Menurut hasil penelitian Rochayati et al. (2015) remaja yang menjadi perokok
berat lebih banyak ditemui pada kelomopok remaja yang memiliki pengetahuan
kurang baik yaitu 194 orang (70,80%) dimana nilai pvalue yang didapatkan 0,000 yang
artinya ada pengaruh pengetahuan tentang rokok terhadap perilaku merokok. Hasil
penelitian Amira et al. (2019) remaja yang memiliki sikap tidak baik yaitu 13 orang
(37.1%) dan remaja yang memiliki sikap baik yaitu 22 orang (62,9%), nilai pvalue 0,003
yang artinya terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku merokok seseorang. Hal
ini sejalan dengan penelitian Oktaviani et al. (2019) yang mendapatkan hasil Pvalue
0,000. Menurut hasil penelitian Kalalinggi et al. (2019) menunjukkan bahwa orang tua
dan teman terdapat hubungan yang signifikan dengan perilaku merokok (pvalue
0,000).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 30 siswa/siswi


di SMAN 2 Kabupaten Maluku Tenggara terdapat 22 (73,3%) adalah perokok dan 24
(80%) diantaranya mengetahui tentang zat berbahaya yang terkandung pada rokok.
Oleh karena itu berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada
siswa di SMAN 2 Kabupaten Maluku Tenggara. Penelitian ini bertujuan secara umum
untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku merokok pada
siswa/siswi di SMAN 2 Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2023. Tujuan khusus
melibatkan langkah-langkah yang lebih terperinci, termasuk pemahaman mendalam
terhadap gambaran perilaku merokok di kalangan siswa/siswi, identifikasi faktor
predisposisi seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, dan sikap yang mungkin
memengaruhi perilaku merokok, serta pemahaman terhadap faktor pemungkin seperti
akses merokok dan paparan media iklan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor pendorong, seperti peran keluarga dan teman, yang dapat
memengaruhi perilaku merokok. Seluruh tujuan khusus ini dirancang untuk
memberikan pemahaman yang komprehensif dan mendalam mengenai fenomena
perilaku merokok di kalangan siswa/siswi SMAN 2 Kabupaten Maluku Tenggara pada
tahun 2023, termasuk hubungannya dengan faktor-faktor tertentu yang dapat
memengaruhi kecenderungan merokok.

Metode Penelitian

Penelitian ini mengadopsi pendekatan kuantitatif dengan desain studi Cross


Sectional, yang bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antar variabel yang diukur
pada satu titik waktu tertentu. Pendekatan Cross Sectional memungkinkan
pengumpulan data pada satu waktu tertentu dari beberapa objek dengan tujuan untuk
memberikan gambaran mengenai keadaan (Kurniawan et al., 2016). Lokasi penelitian
berfokus di SMA Negeri 2 Kabupaten Maluku Tenggara. Waktu penelitian
dilaksanakan mulai bulan Oktober 2022 hingga September 2023, dengan pengumpulan
data dilakukan pada bulan Agustus-September 2023. Pemilihan waktu ini dirancang
untuk mencakup periode yang relevan untuk memahami perilaku merokok di
kalangan siswa/siswi SMAN 2.

Populasi enelitian mencakup keseluruhan siswa yang bersekolah di SMAN 2


Kabupaten Maluku Tenggara, dengan total jumlah populasi sebanyak 834 siswa/siswi.
Sampel penelitian, yang merupakan bagian terpilih dari populasi yang dapat mewakili
keseluruhan, dipilih menggunakan teknik Probability Stratified Random Sampling.
Teknik ini dipilih untuk memastikan pengambilan sampel secara acak yang terstruktur
(distratifikasikan), sehingga mencakup variasi yang ada dalam populasi (Kurniawan et
al., 2016). Dengan demikian, rancangan penelitian ini dirancang untuk memberikan
representasi yang akurat dan relevan terhadap populasi siswa/siswi di SMAN 2
Kabupaten Maluku Tenggara.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik data


primer melalui pengisian kuesioner. Data primer merupakan informasi yang diperoleh
langsung oleh peneliti dari sumber pertama, seperti hasil kuesioner dan wawancara
(Kurniawan et al., 2016). Setelah pengumpulan data, dilakukan serangkaian tahapan
dalam pengolahan data. Proses editing merupakan pengecekan terhadap data yang
mungkin meragukan setelah dikumpulkan (Misbahuddin et al., 2013). Coding
melibatkan pemberian kode pada data untuk memudahkan analisis, baik dengan
angka maupun huruf yang memberikan petunjuk pada kategori yang sama
(Misbahuddin et al., 2013). Entry data adalah proses memasukkan jawaban responden
ke dalam perangkat lunak statistik (Hulu et al., 2019), diikuti oleh cleaning data, yaitu
pengecekan ulang terhadap data yang telah diinput (Hulu et al., 2019).

Analisis data terdiri dari dua tahap, yaitu analisis univariat dan analisis
bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk memberikan gambaran karakteristik
masing-masing variabel, sementara analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Chi
Square untuk mengevaluasi hubungan antar variabel kategorik. Jika nilai p-value <
0,05, maka terdapat hubungan antara variabel independen dan dependen; sebaliknya,
jika p-value ≥ 0,05, tidak terdapat hubungan antara keduanya. Uji Chi Square dipilih
karena variabel yang diuji bersifat kategorik. Dengan demikian, keseluruhan proses ini
dirancang untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku merokok di kalangan siswa/siswi SMAN 2
Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2023.

Hasil dan Pembahasan


A. Hasil Penelitian

SMAN 2 Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu satuan


pendidikan dengan jenjang SMA di Kelurahan Ohoijang Watdek Kecamatan Kei Kecil
Kabupaten Maluku Tenggara. Dalam menjalankan kegiatannya, SMAN 2 Maluku
Tenggara berada di bawah naungan Pendidikan dan kebudayaan. SMAN 2 berdiri
sejak tahun 1988, pada saat SMAN 2 mengimplementasikan panduan kurikulum
belajar SMA 2013 bahasa dan budaya Peneliti telah melakukan analisis bivariat dan
univariat dengan seksama untuk menggali wawasan mendalam mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa/siswi di SMAN 2
Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2023 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Rekapitulasi Uji Univariat


Variabel Kategorik n %
Perilaku Merokok Perokok 37 56,9
Bukan Perokok 28 43,1
Umur Remaja Awal 5 7,7
Remaja Pertengahan 60 90,3
Jenis Kelamin Laki - Laki 41 63,1
Perempuan 24 36,9
Pengetahuan Rendah 42 64,6
Tinggi 23 36,4
Sikap Negatif 33 50,8
Positif 32 49,2
Akses Merokok Mudah 39 60
Sulit 26 40
Paparan Media Iklan Tidak Mempengaruhi 35 53,8
Mempengaruhi 30 46,2
Peran Keluarga Tidak Mempengaruhi 37 56,9
Mempengaruhi 28 43,1
Peran Teman Tidak Mempengaruhi 39 60
Mempengaruhi 26 40

Table 2 Rekapitulasi Uji Univariat

Variabel PR (95% CI) Pvalue Keterangan


Umur 0,686 (0,229-2,049) 0,106 Berhubungan
Jenis Kelamin 3,024 (1,480-6,179) 0,000 Berhubungan
Pengetahuan 0,465 (0,312-0,694) 0,001 Berhubungan
Sikap 3,017 (1,702-5,347) 0,000 Berhubungan
Akses Merokok 7,556 (2,589-22,051) 0,000 Berhubungan
Paparan Media Iklan 4,429 (2,144-9,148) 0,000 Berhubungan
Peran Keluarga 1,243 (0,795-1,945) 0,467 Berhubungan
Peran Teman 7,556 (2,589-22,051) 0,000 Berhubungan

Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,9% adalah perokok. Umur
pertama kali merokok paling banyak terdapat pada usia 15 tahun (45,2%) dan jumlah
batang rokok yang dihisap dalam satu hari yaitu 1-7 batang (92,7%). Hal ini
disebabkan karena remaja memiliki rasa penasran terhadap suatu hal yang baru dan
juga remaja memiliki teman yang sesame perokok yang membuat tingkat keinginan
merokok semakin tinggi.

Perilaku merokok disebabkn oleh kemudahan akses untuk merokok.


Responden bisa dengan mudah membeli rokok di warung terdekat dengan harga yang
murah atau dijual dalam bentuk batangan. Selain itu, responden yang memiliki banyak
teman perokok akan membuar responden tergoda untuk menjadi seorang perokok
juga. Pergaulan remaja yang menganggap bahwa merokok merupakan salah satu cara
agar terlihat dewasa bisa memunculkan sikap tidak peduli terhadap banyak hal yang
disebabkan oleh rokok.

A. Hubungan Umur dengan Perilaku Merokok


Hasil uji univariat menunjukkan bahwa responden yang termasuk dalam
kategorik remaja awal 7,7% dan remaja pertengahan 92,3%. Hasil bivariat
menunjukkan bahwa responden yang termasuk remaja pertengahan lebih banyak
pada kelompok bukan perokok 60% dan pada responden remaja pertengahan lebih
banyak pada kelompok perokok 58,3% . hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku merokok (Pvalue 0,106).
Hasil perhitungan Prevalensi Ratio (PR) mnunjukkan bahwa remaja pertengahan
berpeluang ,0686 kali berperilaku merokok daripada remaja awal (96% CI 0,229-2,049).
Hal ini sejalan dengan penelitian Widianti (2014) yang mendapatkan hasil Pvalue 0,493
yang artinya tidak terdapat hubungan antara umur dengan perilaku merokok. Hal ini
sejalan juga dengan penelitian Audhina (2018) yang menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan antara umur dengan perilaku merokok dengan hasil Pvalue 1,000.

Hasil penelitian peneliti menduga bahwa responden dengan umur remaja


pertengahan tetap merokok walaupun mereka tahu akan bahaya merokok pada
Kesehatan. Untuk itu, pada penelitian ini umur tidak berpengaruh dengan perilaku
merokok responden. Hasil univariat pada penelitian ini menunjukkan responden
menghabiskan rokok sebanyak 1-7 batang perhari sebanyak (92,7%) dengan rata-rata
umur pertama kali merokok yaitu 15 tahun (45,2%). Namun berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wijayanti et al. (2017) yang mendapatkan hasil Pvalue 0,005 yang
artinya terdapat hubungan antara umur dengan perilaku merokok. Penelitian yang
dilakukan oleh Rofiq (2014) juga menyatakan hal yang sama yaitu terdapat hubungan
antara umur dengan perilaku merokok dengan hasil Pvalue 0,031. Perilaku merokok
dilakukan oleh remaja untuk terlihat dewasa dan dilakukan secara diam-diam karena
takut dimarahi oleh orang tua. Percobaan merokok dimulai pada saat usia remaja dan
akan terus berkembang dalam beberapa tahun kemudian (Widianti, 2014). Hal ini
disebabkan karena perilaku merokok responden yang lebih tua karena mereka sudah
kecanduan merokok dan belum mengalami dampak dari rokok itu sendiri.

B. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok


Hasil univariat menunjukkan bahwa responden yang termasuk jenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 63,1% dan pada Perempuan sebanyak 36,9%. Hasil bivariat
menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih banyak pada kelompok perokok 75,6%
dan pada Perempuan lebih banyak pada kategori bukan perokok yaitu 75%. Hasil uji
Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan perilaku merokok (Pvalue 0,000). Hasil perhitungan Prevalensi Ratio (PR)
responden berjenis kelamin laki-laki berpeluang 3,024 kali berperilaku merokok
daripada responden yang berjenis kelamin perempuan (95% CI 1,480-6,179).

Hal ini sejalan dengan penelitian Berliana et al. (2020) bahwa ada hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku merokok karena diperoleh hasil
Pvalue menunjukkan hasil 0,000. Hal ini sejalan dengan penelitian Hoang et al. (2019)
yang juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan
perilaku merokok dimana hasil Pvalue yaitu 0,000. Penelitian Wijayanti et al. (2017)
juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan perilakum
merokok yaitu nilai Pvalue 0,019.

C. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok


Hasil univariat menunjukkan bahwa responden yang paling banyak memiliki
pengatahuan rendah yaitu sebanyak 64,6% dibandingkan yang memiliki pengetahuan
tinggi yaitu sebanyak 35,4%. Hasil bivariat menunjukkan responden yang memiliki
pengetahuan tinggi lebih banyak pada pada kelompok perokok yaitu 87% sedangkan
responden dengan pengetahuan rendah lebih banyak pada kelompok bukan perokok
yaitu 59,5%. Hasil Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan perilaku merokok (Pvalue 0,001). Hasil hitung Prevalensi
Ratio (PR) responden yang memiliki pengetahuan tinggi berpeluang 0,465 kali
berperilaku merokok dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan
rendah (95% CI 0,312-0,694).

Hal ini sejalan dengan penelitian Heryanto et al. (2017) yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok (Pvalue 0,009). Hal ini
sejalan juga dengan penelitian Oktaviani et al. (2019) yang mendapatkan hasil Pvalue
0,008 yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok.
Namun tidak sejalan dengan penelitian Rahmadi et al. (2013) yang mendapatkan hasil
Pvalue 1,000 yang artinya tidak terdapat hubungan antara pengetahuan antara
pengetahuan dengan perilaku merokok. Penelitian Nurjanah et al. (2020) juga
mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
merokok dengan hasil Pvalue 0,700. Pengetahuan merupakan modal dasar dari
seseorang untuk berperilaku, pengetahuan yang cukup akan memotivasi individu
untuk berperilaku baik. Pengetahuan yang tinggi pada remaja cenderung akan
memperkecil kemungkinan remaja untuk merokok karena mereka tahu bahaya dan
dampak negative pada rokok (Alamsyah, et al 2017).

Tindakan yang baik biasanya diukur dari pengetahuan, jika pengetahuan baik
maka diharapkan sikapnya juga baik, tapi bisa jadi sebaliknya seseorang yang
memiliki pengetahuan baik belum tentu sikap dan tindakannya juga baik. Tindakan
mengurangi jumlah konsumsi rokok bisa dipengaruhi oleh pengetahuan (Wulandari,
et al 2016).

D. Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok


Hasil univariat menunjukkan lebih banyak responden yang memiliki sikap
negatif terhadap perilaku merokok yaitu sebanyak 50,8% sedangkan yang memiliki
sikap positif yaitu sebanyak 40,2%. Hasil bivariat menunjukkan bahwa responden
yang memiliki sikap negatif lebih banyak pada kelompok perokok yaitu 84,4% dan
responden yang memiliki sikap positif pada kelompom bukan perokok yaitu 71,9%.
Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap
dengan perilaku merokok (Pvalue 0,000). Hasil perhitungan Prevalensi Ratio (PR)
menunjukkan responden yang memiliki sikap negatif berpeluang 3,017 kali
berperilaku merokok dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap positif
(95% CI 1,702-5,347). Hal ini sejalan dengan penelitian Oktaviani et al. (2019) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku merokok (Pvalue
0,000) dan penelitian Heryanto et al. (2017) yang mendapatkan hasil Pvalue 0,007 yang
artinya ada hubungan antara sikap dengan perilaku merokok. Sejalan juga dengan
penelitian Wijayanti et al. (2017) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
sikap dengan perilaku merokok dengan hasil Pvalue 0,000.

Namun tidak sejalan dengan penelitian Rahmadi et al. (2013) yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku merokok dimana hasil
(Pvalue 1,000). Hal ini tidak sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Berliana et al. (2020) yang mendapatkan hasil Pvalue 0,962 yang artinya tidak terdapat
hubungan antara sikap dengan perilaku merokok. Sikap menunjukkan bahwa
seseorang suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Sikap sering didapatkan dari
pengalaman pribadi dan juga orang lain, sikap membuat seseorang mendekati
ataupun menjauhi sesuatu. Sikap merupakan hal yang sangat penting berkaitan denga
perilaku merokok karena pada dasarnya sikap akan menentukan seseorang dalam
berperilaku (Alamsyah, et al 2017). Sikap di dalam kehidupan manusia sangat
berpengaruh, pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya melainkan terjadi
karena interaksi pada manusia.

E. Hubungan Akses Merokok dengan Perilaku Merokok


Hasil univariat menunjukkan bahwa responden paling banyak yang mudah
mendapatkan akses rokok yaitu sebanyak 60% dibandingkan dengan yang sulit
mendapatkan akses rokok yaitu sebanyak 40%. Hasil bivariat menunjukkan bahwa
responden yang mudah ,endapatkan askes rokok lebih banyak pada kelompok
perokok yaitu sebanyak 87,2% sedangkan yang sulit mendapatkan akses merokok
lebih banyak pada kelompok bukan perokok yaitu sebanyak 88,5%. Hasil uji Chi
Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara akses merokok dengan
perilaku merokok (Pvalue 0,000). Hasil hitung Prevalensi Ratio (PR) menunjukkan
responden dengan akses merokok yang muda berpeluang 7,556 kali berperilaku
merokok dibandingkan responden dengan akses sulit (95% CI 2,589-22,051).

Hal ini sejalan penelitian Nurfadhila et al. (2022) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara akses merokok dengan perilaku merokok (Pvalue 0,002) dan juga
sejalan dengan penelitian Indra et al. (2019) yang mendapatkan hasil Pvalue 0,000
artinya ada hubungan antara akses merokok dengan perilaku merokok. Hal ini sejalan
juga dengan penelitian Jannah et al. (2021) yang mendapatkan hasil Pvalue 0,002 yang
artinya terdapat hubungan antara akses merokok dengan perilaku merokok. Namun
hal ini tidak sejalan dengan penelitian Noviana et al. (2016) yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara akses merokok dengan perilaku merokok (Pvalue 0,742).
Tidak sejalan juga dengan penelitian Berliana et al. (2020) yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan antara akses merokok dengan perilaku merokok yaitu Pvalue
0,389. Akses merokok saat ini terbilsng mudah didapatkan baik dari harganya yang
relative murah dan ketersediaannya yang dijual dimana-mana yang membuat jumlah
perokok makin bertambah. Saat ini rokok merupakan sebuah produk legal di
Indonesia. Hal ini menyebabkan rokok bisa dengan mudah didapatkan di berbagai
tempat, selain itu banyaknya penjual rokok yang menjual rokok dengan bentuk
Batangan sehingga memudahkan remaja untuk membeli rokok (Musniati, 2016).

F. Hubungan Paparan Media Iklan dengan Perilaku Merokok


Hasil univariat menunjukkan bahwa responden yang tidak terpengaruh yaitu
sebanyak 53,8% lebih banyak dibandingkan dengan repsonden yang terpengaruh yaitu
sebanyak 46,2%. Hasil bivariat menunjukkan bahwa responden yang tidak
terpengaruh paling banyak terpadapt pada kategori perokok yaitu sebanyak 88,6% dan
responden yang terpengaruh lebih banyak terdapat pada kategori bukan perokok
yaitu sebanyak 43,1%. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa ada hubunga yang
bermakna antara paparan media iklan dengan perilaku merokok (Pvalue 0,000). Hasil
hitung Prevalensi Ratio (PR) menunjukkan bahwa yang tidak terpengaruh berpeluang
4,429 kali berperilaku merokok dibandingkan dengan yang terpengaruh (95% CI 2,144-
9,148).

Hal ini sejalan dengan penelitian Oktaviani et al. (2019) terdapat hubungan
yang bermakana antara paparan media iklan dengan perilaku merokok diamana hasil
Pvalue 0,000 dan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurmala et al.
(2014) yang mendapatkan Pvalue 0,000 yang artinya ada hubungan antara paparan
media iklan dengan perilaku merokok. Hal ini juga didukung oleh penelitian
Alamsyah et al. (2017) bahwa ada hubungan yang signifikan antara paparan media
iklan dengan perilaku merokok dimana Pvalue 0,000. Namun tidak sejalan dengan
penelitian Utami et al. (2019) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
paparan media iklan dengan perilaku merokok (Pvalue 0,400). Hal ini sama dengan
penelitian Jannah et al. (2021) yang mendapatkan hasil Pvalue 0,229 yang artinya
bahwa tidak terdapat hubungan antara paparan media iklan dengan perilaku
merokok. Menurut Kemenkes, iklan rokok dikemas semenarik mungkin dengan
mengangkat tema pertemanan dan kebersamaan. Iklan rokok dibuat dengan sangat
menarik dan kreatif sehingga menyentuh sisi psikologis yang menunjukkan citra
berani, macho, keren, santai dan berbagai hal yang membanggakan dan mewakili
suara hati anak muda dan remaja. Penggarambaran tokoh serta adegan-adegan
menantang dalam iklan membuat Masyarakat terlebih pada remaja untuk menirunya.
Iklan-iklan yan ada membuat mereka ingin mencoba merokok, meskipun dalam iklan
tidak digambarkan orang merokok tapi adegan yang identic dengan kepekaan atau
kebebasan mempengaruhi mereka untuk merokok apalagi seseorang yang memiliki
idola yang menjadi icon dalam iklan merokok kemungkinan besar anak itu akan
tersugesti untuk mengkonsumsi rokok tersebut (Nurkamal, et al 2014).

G. Hubungan Peran Keluarga dengan Perilaku Merokok


Hasil univariat menunjukkan bahwa responden terpengaruh pada perilaku
merokok keluarga yaitu sebanyak 43,1% dan yang tidak terpengaruh 56,9%. Hasil
bivariat menunjukkan bahwa tidak terpengaruh lebih banyak pada kelompok perokok
yaitu sebanyak 62,2% dan terpengaruh lebih banyak pada kategori bukan perokok
yaitu sebanyak 50%. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara peran keluarga dengan perilaku merokok (Pvalue 0,467). Hasil
hitung Prevalensi Ratio (PR) menunjukkan responden yang tidak terpengaruh oleh
peran keluarga berpeluang 1,243 kali dibandingkan resppnden yang terpengaruh oleh
peran keluarga (95% CI 0,795-1,945).

Hal ini sejalan dengan penelitian Ramantika et al. (2014) yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara peran keluarga dengan perilaku merokok (Pvalue
1,000). Sejalan juga dengan penelitian Widianti et al. (2014) yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara peran keluarga dengan perilaku merokok (Pvalue 0,561)
dan juga penelitian Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Nurkamal et al.
(2014) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara peran
keluarga dengan perilaku merokok (Pvalue 0,000) dan penelitian yang dilakukan oleh
Amira et al. (2019) dimana hasil Pvalue 0,043 berarti ada hubungan antara peran
keluarga dengan perilaku merokok.

Keluarga berperan penting untuk membentuk perilaku dan sikap remaja,


keluarga merupaka sekolah dan tempat belajar pertama untuk anak. Orang tua
merupakan teladan untuk anaknya, interaksi antara orang tua dan anak akan
membentuk karakter yang mirip. Semakin baik dukungan keluarga yang didapatkan
oleh remaja maka kecenderungan untuk merokok semakin rendah dan juga
sebaliknya, semakiin kurang dukungan keluarga yang didaptakan maka
kecenderungan untuk merokok semakin tinggi (Nurkamal, et al 2014). Orang tua yang
tidak merokok bisa untuk meminta anaknya untuk melakukan hal yang sama,
sedangkan orang tua yang merokok mampu melarang anaknya untuk tidak merokok.
Hal ini dikarenakan orang tua memiliki pengaruh yang besar bagi anak untuk tidak
merokok (Widianti, 2014).
H. Hubungan Peran Teman dengan Perilaku Merokok
Hasil univariat menunjukkan bahwa bahwa responden yang terpengaruh
dengan perilaku merokok teman yaitu sebanyak 40% dan yang tidak terpengaruh
yaitu sebanyak 60%. Hasil bivariat menunjukkan bahwa responden yangtidak
terpengaruh paling banyak pada kategori perokok yaitu sebanyak 87,2% sedangkan
yang terpengaruh paling banyak pada kategori bukan perokok yaitu sebanyak 88,5%.
Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran
teman dengan perilaku merokok (Pvalue 0,000). Hasil hitung Prevalensi Ratio (PR)
menunjukkan bahwa responden yang tidak terpengaruh oleh peran teman berpeluang
7,556 kali berperilaku merokok dibandingkan dengan responden yang terpengaruh
oleh peran teman (95% CI 2,589-22,051).

Hal ini sejalan dengan penelitian Nurkamal et al. (2014) yang menyatakan
bahwa adanya hubungan antara peran teman dengan perilaku merokok (Pvalue 0,000).
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Fadli et al. (2019) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara peran teman dengan perilaku merokok (Pvalue 0,000). Namun hal ini
tidak sejalan dengan penlitian Ramantika et al. (2014) yang menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara peran teman dengan perilaku merokok (Pvalue 0,897). Menurut
Hulock, sangat besarnya pengaruh teman sebaya maka dapat dipahami bahwa teman
sebaya sangat berpengaruh pada pembentukan sikap, pembicaraan, pmikiran,
penampilan, minat dan perilaku dibandingkan keluarga (Tristani, 2016). Kehidupan
sehari-hari remaja lebih dekat dengan teman sebaya dibandingkan dengan oran tua
karena remaja menginginakan teman yang mempunyai minat dan sikap yang sama
sehingga banyak melakukan kegiatan bersama dalam mengisi waktu luangnya.
Dukungan seorang teman dlaam lingkungan dapat berpengaruh terhadap perilaku
seseorang dalam mengkonsumsi rokok.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai "Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa/Siswi Di SMAN 2 Kabupaten Maluku Tenggara
Tahun 2023", dapat disimpulkan bahwa sebanyak 56,9% siswa/siswi SMAN 2
Kabupaten Maluku Tenggara terlibat dalam perilaku merokok. Analisis demografi
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada dalam kategori remaja
pertengahan (92,3%), laki-laki (63,1%), memiliki pengetahuan rendah (64,4%), dan
sikap negatif terhadap merokok (50,8%). Secara umum, akses merokok dianggap
mudah oleh 60% responden, dan sebagian besar tidak terpengaruh oleh paparan
media iklan (53,8%). Evaluasi peran keluarga menunjukkan mayoritas responden tidak
terpengaruh (56,9%), sementara peran teman juga cenderung tidak berpengaruh (60%).

Anaisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna antara perilaku


merokok siswa/siswi dengan beberapa variabel. Hubungan signifikan ditemukan
antara perilaku merokok dengan jenis kelamin (Pvalue 0,000), pengetahuan (Pvalue
0,001), dan sikap (Pvalue 0,000). Meskipun tidak signifikan secara statistik, terdapat
kecenderungan hubungan antara perilaku merokok dengan umur (Pvalue 0,106).
Selain itu, hubungan yang signifikan juga terlihat antara perilaku merokok dengan
akses merokok (Pvalue 0,000) dan paparan media iklan (Pvalue 0,000). Selanjutnya,
perilaku merokok juga memiliki hubungan yang bermakna dengan peran teman
(Pvalue 0,000), sementara hubungan dengan peran keluarga tidak menunjukkan
signifikansi statistik (Pvalue 0,467). Hasil ini memberikan pemahaman mendalam
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perilaku merokok di kalangan siswa/siswi
SMAN 2 Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2023, dengan potensi implikasi
yang dapat digunakan dalam upaya pencegahan dan intervensi yang lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Amira I, Hendrawati, Senjaya S. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan


Perilaku Merokok Pada Siswa SMAN 2 Garut. Jurnal Keperawatan BSI 7 (1)

Audhina IU. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Laki-Laki Di SMK Wira Buana Kelurahan Pabuaran Kecamatan Bojong
Gede Kabupaten Bogor Tahun 2018. UHAMKA

Diana, Hariyanto T, Ardiyani VM. (2016). Hubungan Antara Perokok Aktif Dengan
Gangguan Kualitas Tidur (Insomnia) Pada Dewasa (Usia 25-45 Tahun) Di RW
04 Desa Kalingoso Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Nursing News. 1 (1)

Fadli RK, Achadi A (2019). Perilaku Merokok Siswa SMP di Kecamatan Panongan
Kabupaten Tangerang Tahun 2015. Arkesmas 4 (2) : 168-178

Hulu TV, Sinaga RT. (2019). Buku Ajar Analisis Data Statistik Parametrik. Yayasan Kita
Menulis

Indra S, Edison, Lestari Y (2019). Faktor Penentu Perilaku Merokok Murid Laki-Laki
Sekolah Menengah Atas di Kota Pariaman. Berita Kedokteran Masyarakat 35 (1)
: 11-16

Jannah M, Yamin R. (2021). Determinan Perilaku Merokok Pada Remaja Sekolah


Menengah Atas (SMA) Di Kota Palopo. Jurnal Kesehatan 14 (1) : 2597-7520

Jannah M. (2016). Remaja dan Tugas Tugas Perkembangannya Dalam Islam. Jurnal
Psikoilismedia. 1 (1) : 243-256

Kurniawan AW, Puspitaningtyas Z. (2016). Buku Metode Penelitian Kuantitatif. Pandiva


Buku

Misbahuddin, Hasan I. (2013). Buku Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. PT Bumi
Aksara

Noviana A, Riyanti E, Wigado L (2016) Determinan Faktor Remaja Merokok Studi Kasus
di SMPN 27 Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 4 (3) : 960-969

Nurfadhila, Puteri FS, Achmad N, Sa’diyah R (2022). Determinan Perilaku Merokok


Pada Pekerja Penanganan Saran dan Prasarana Umum (PPSU) Kelurahan
Rambutan Jakarta. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia 5 (3) : 256-271
Pertiwi EM, Budiman, Nurjanah. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Merokok Pda Siswa SMP Muhammadiyah 1 Palu. Jurnal Kolaboratif
Sains 3 (2)

Ramantika V, Suriadi, Dewi AP (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Merokok Pada Remaja Putri Usia Pertengahan (15-17 tahun) Di SMK Negeri 01
Mempawah Timur. Jurnal Pontianak

Rofiq I, Kamso S. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok


Siswa SMP/MTS Di Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2014.
Jurnal FKM UI

Sutha DW. (2016). Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Remaja Di
Kecamatan Pangerangan Kabupaten Sampan Madura. Jurnal manajemen
Kesehatan Stikes Yayasan Rs Dr Soetomo 2 (1) : 43-59

Utami, Niswati T, Napitupulu LH (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Merokok Pada Siswa Siswa Di SMK Swasta Arjuna Laguboti
Kabupaten Toba Samosir Tahun 2018. Jurnal Kesehatan 11 (9) : 81-88

WHO. 2015. Global Youth Tabacco Survey (GYTS). Indonesia Report 2014

Widianti VE, Wahyono TYM (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Merokok Siswa SMP Negeri X Di Kota Bogor Tahun 2014. Jurnal FKM UI

Wijayanti E, Dewi C, Rifqatussa’adah. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan


Perilaku Merokok Pada Remaja Kampung Bojong Rawalele Jatimakmur Bekasi.
Global Medical And Health Communication 5 (3) : 194-8

Anda mungkin juga menyukai