Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH POLA MAKAN SEHARI-HARI DAN INTENSITAS

AKTIVITAS FISIK TERHADAP TINGKAT STRES DAN


KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA SISWA

i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, karunia,
dan petunjuk-Nya yang senantiasa melimpahkan berkah dalam perjalanan
kehidupan ini. Dengan kehendak-Nya, kami dapat menyusun karya tulis ilmiah ini
dengan judul "Pengaruh Pola Makan Sehari-hari dan Intensitas Aktivitas Fisik
terhadap Tingkat Stres dan Kesejahteraan Psikologis pada Siswa". Karya tulis ini
disusun dalam rangka memperdalam pemahaman dan kontribusi terhadap
pengetahuan tentang pentingnya pola makan sehat dan aktivitas fisik teratur dalam
menjaga kesejahteraan mental dan emosional, khususnya pada lingkungan
pendidikan siswa. Dengan kerendahan hati, kami berharap bahwa karya tulis ini
dapat memberikan wawasan yang berharga bagi pembaca dan masyarakat luas
dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan psikologis. Semoga
karya tulis ini menjadi langkah awal yang bermanfaat dalam menginspirasi
perubahan positif dalam pola hidup dan pemahaman akan pentingnya kesehatan
holistik..

iv
ABSTRAK

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................5
A. Pola Makan......................................................................................................5
B. Aktivitas Fisik..................................................................................................6
C. Stress................................................................................................................8
D. Kesejahteraan Psikologis...............................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................12
A. Jenis Penelitian..............................................................................................12
B. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................12
C. Populasi dan Sampel......................................................................................13
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................14
E. Teknik Analisis Data......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era modern yang serba cepat dan penuh tekanan seperti sekarang
ini, stres telah menjadi masalah umum yang dialami oleh banyak orang, termasuk
siswa. Para siswa seringkali menghadapi tekanan akademik, sosial, dan emosional
yang tinggi, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis mereka.
Salah satu faktor yang telah diidentifikasi memiliki pengaruh signifikan terhadap
tingkat stres dan kesejahteraan psikologis adalah pola makan sehari-hari dan
intensitas aktivitas fisik (Santoso, 2019). Kedua faktor ini saling terkait dan dapat
berdampak secara langsung maupun tidak langsung pada keseimbangan mental
dan emosional siswa.

Pola makan sehari-hari berperan penting dalam kesehatan fisik dan mental
seseorang. Konsumsi makanan yang seimbang dan bergizi telah terbukti dapat
meningkatkan fungsi kognitif, mood, dan tingkat energi. Namun, dalam
kenyataannya, banyak siswa cenderung mengabaikan pola makan yang sehat
karena kesibukan dan tekanan akademik. Mereka mungkin cenderung
mengonsumsi makanan cepat saji atau makanan tinggi gula dan lemak, yang dapat
berdampak negatif pada suasana hati dan tingkat energi mereka (Botutihe & KM,
2022). Penelitian telah menunjukkan bahwa asupan makanan tertentu, seperti
makanan tinggi gula atau kafein, dapat meningkatkan tingkat stres dan
mengganggu keseimbangan hormonal dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi kesejahteraan psikologis.

Aktivitas fisik juga memiliki peran penting dalam mengelola stres dan
meningkatkan kesejahteraan psikologis. Olahraga dan aktivitas fisik yang teratur
telah terbukti dapat merangsang pelepasan endorfin, hormon "perasaan baik"
dalam tubuh, yang dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan suasana hati.
Namun, banyak siswa menghadapi tantangan dalam mempertahankan rutinitas
aktivitas fisik yang sehat karena keterbatasan waktu dan perhatian yang lebih

1
besar pada tuntutan akademik (Nurcahyo, 2024). Kurangnya aktivitas fisik juga
dapat menyebabkan penumpukan ketegangan fisik dan emosional, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan tingkat stres dan menurunkan kesejahteraan
psikologis.

Korelasi antara pola makan sehari-hari, intensitas aktivitas fisik, dan


tingkat stres serta kesejahteraan psikologis siswa telah menjadi fokus penelitian
yang semakin meningkat. Penelitian telah menunjukkan bahwa pola makan yang
tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik dapat secara langsung meningkatkan
tingkat stres siswa. Selain itu, pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas
fisik juga dapat mempengaruhi tidur, yang merupakan faktor penting dalam
mengelola stres dan menjaga kesejahteraan psikologis(Suparto & Puspita, 2024).
Tidur yang tidak memadai dapat meningkatkan sensitivitas terhadap stres dan
menurunkan kemampuan siswa untuk mengatasi tekanan sehari-hari.

Penelitian sebelumnya telah menyoroti peran penting pola makan sehari-


hari dalam pengelolaan stres dan kesejahteraan psikologis siswa. Sebuah
penelitian yang diterbitkan dalam jurnal "Nutritional Neuroscience"
menyimpulkan bahwa asupan makanan yang seimbang dan bergizi berkaitan
dengan penurunan tingkat stres dan peningkatan kesejahteraan psikologis pada
populasi remaja. Faiq, (2024) menemukan bahwa sarapan yang kaya protein dapat
meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan suasana hati, sementara konsumsi
makanan tinggi gula dapat meningkatkan risiko stres dan kelelahan emosional.

Selain itu, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal "Psychosomatic


Medicine" menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang teratur memiliki dampak
positif yang signifikan pada kesejahteraan psikologis. Penelitian tersebut
menemukan bahwa olahraga aerobik yang rutin dapat mengurangi gejala stres dan
kecemasan pada remaja. (Oktaviani & Wibowo, 2021). Temuan serupa juga
didukung oleh penelitian yang diterbitkan dalam "Journal of Adolescent Health",
yang menyatakan bahwa partisipasi dalam aktivitas fisik moderat hingga intens
dapat mengurangi risiko depresi dan meningkatkan kesejahteraan psikologis pada
populasi remaja (Wanggy & Elisa Ulfiana, n.d.)

2
Oleh karena itu, data dari berbagai penelitian tersebut menegaskan
pentingnya pola makan sehari-hari yang seimbang dan aktivitas fisik yang teratur
dalam mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis siswa. Dengan
memperhatikan temuan ini, pendekatan holistik yang mengintegrasikan
pendidikan tentang pola makan sehat dan promosi aktivitas fisik di sekolah
menjadi semakin penting dalam membantu siswa mengatasi tekanan akademik
dan sosial yang mereka hadapi. Mendorong pola makan yang seimbang dan
aktifitas fisik yang cukup dapat membantu siswa mengelola stres dengan lebih
efektif dan meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka secara keseluruhan.
Oleh karena itu, perhatian terhadap pola makan dan aktivitas fisik harus
diintegrasikan ke dalam upaya pendidikan kesehatan mental di sekolah serta
dukungan yang tepat dari pihak sekolah dan keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung bagi kesejahteraan holistik siswa

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan antara pola makan sehari-hari dengan tingkat stres dan
kesejahteraan psikologis pada siswa?
2. Apa dampak intensitas aktivitas fisik terhadap tingkat stres dan kesejahteraan
psikologis siswa?
3. Bagaimana pola makan sehari-hari dan intensitas aktivitas fisik dapat
ditingkatkan untuk mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan
psikologis pada siswa?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara pola makan sehari-hari dengan tingkat


stres dan kesejahteraan psikologis pada siswa.
2. Untuk menjelaskan dampak intensitas aktivitas fisik terhadap tingkat stres dan
kesejahteraan psikologis siswa.

3
3. Untuk menjelaskan pola makan sehari-hari dan intensitas aktivitas fisik dapat
ditingkatkan untuk mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan
psikologis pada siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang


pentingnya pola makan sehari-hari dan intensitas aktivitas fisik dalam konteks
pengelolaan stres dan peningkatan kesejahteraan psikologis pada siswa. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan yang berharga bagi
pendidik, orang tua, dan pihak terkait dalam merancang program-program
intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan holistik siswa, serta
menumbuhkan kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat di kalangan generasi
muda.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pola Makan

Pola makan adalah serangkaian kebiasaan atau cara seseorang


mengonsumsi makanan dan minuman dalam jangka waktu tertentu, biasanya
dalam satu hari atau lebih. Ini tidak hanya mencakup jenis makanan yang
dikonsumsi, tetapi juga frekuensi, jumlah, waktu, dan gaya hidup seputar kegiatan
makan. Pola makan seseorang mencerminkan preferensi individu, budaya,
aksesibilitas, dan pengetahuan tentang gizi (Oktaviani & Wibowo, 2021). Pola
makan yang seimbang dan sehat seringkali mencakup berbagai macam makanan
yang menyediakan nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, karbohidrat
kompleks, lemak sehat, serat, vitamin, dan mineral.

Dalam kehidupan sehari-hari, pola makan seseorang dapat sangat


bervariasi tergantung pada berbagai faktor. Misalnya, seseorang yang memiliki
jadwal kerja yang padat mungkin cenderung mengonsumsi makanan cepat saji
atau makanan instan untuk kemudahan dan kenyamanan. Sebaliknya, seseorang
yang memiliki waktu lebih luang dan kesadaran gizi yang tinggi mungkin lebih
cenderung untuk memasak makanan sendiri dengan bahan-bahan segar dan alami
(Bangun, 2016). Namun, pola makan juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain, seperti budaya dan kebiasaan makan dalam keluarga, preferensi pribadi,
kondisi kesehatan, dan pengaruh media. Budaya dan tradisi makan dari tempat
tinggal seseorang dapat memainkan peran besar dalam menentukan jenis makanan
yang dikonsumsi dan cara persiapan (Maharani, 2016). Misalnya, masyarakat di
wilayah tertentu mungkin cenderung mengonsumsi makanan laut, sementara
masyarakat lainnya lebih condong kepada makanan yang ditanam secara lokal.

Pentingnya pola makan yang sehat dan seimbang tidak dapat disangkal.
Makanan yang tepat memberikan energi yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi
dengan baik sepanjang hari. Selain itu, pola makan yang baik juga dapat
mengurangi risiko penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan

5
kanker. Sebaliknya, pola makan yang tidak seimbang, terlalu banyak gula, lemak
jenuh, atau garam dapat meningkatkan risiko penyakit-penyakit ini dan
mengurangi kualitas hidup seseorang. Memahami pola makan seseorang juga
merupakan langkah penting dalam merencanakan diet yang sesuai dengan
kebutuhan individu. Setiap orang memiliki kebutuhan gizi yang berbeda-beda
berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi kesehatan
(Lengkana & Muhtar, 2021). Dengan memahami pola makan seseorang, seorang
ahli gizi atau dokter dapat memberikan saran yang lebih terarah tentang jenis
makanan yang harus dikonsumsi dan seberapa banyak yang dibutuhka.

Selain itu, pola makan juga dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis


seseorang. Makanan tertentu telah terbukti memiliki dampak langsung pada
suasana hati dan tingkat energi seseorang. Misalnya, konsumsi makanan tinggi
gula dapat menyebabkan lonjakan energi yang singkat diikuti oleh penurunan
drastis, yang dapat memengaruhi suasana hati dan fokus. Sebaliknya, makanan
yang kaya akan nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, dan sumber protein yang
sehat dapat memberikan energi yang stabil dan meningkatkan suasana hati.
Dengan demikian, pola makan yang sehat dan seimbang tidak hanya penting
untuk kesehatan fisik, tetapi juga kesejahteraan psikologis seseorang. Melalui
pemahaman yang mendalam tentang pola makan seseorang, kita dapat mengambil
langkah-langkah yang lebih efektif dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan
dan meningkatkan kualitas hidup..

B. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik mengacu pada segala jenis gerakan tubuh yang


menghasilkan pengeluaran energi. Ini mencakup berbagai kegiatan, mulai dari
latihan fisik terstruktur seperti berlari atau angkat beban hingga kegiatan sehari-
hari seperti berjalan kaki, membersihkan rumah, atau berkebun. Aktivitas fisik
adalah bagian penting dari gaya hidup sehat dan memiliki berbagai manfaat bagi
kesehatan fisik, mental, dan emosional seseorang. Aktivitas fisik memiliki dua
komponen utama: aktivitas aerobik dan aktivitas anaerobik (Satata et al., 2020).
Aktivitas aerobik melibatkan gerakan berulang dengan intensitas sedang hingga

6
tinggi yang meningkatkan detak jantung dan pernapasan, seperti berlari, berenang,
atau bersepeda. Sementara itu, aktivitas anaerobik melibatkan aktivitas yang lebih
intens seperti angkat beban atau latihan kekuatan yang memerlukan kekuatan dan
ketahanan otot tanpa memerlukan banyak oksigen.

Berbagai kegiatan fisik dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori


utama: aktivitas ringan, sedang, dan intens. Aktivitas ringan termasuk kegiatan
seperti berjalan santai, berkebun, atau membersihkan rumah. Aktivitas sedang
meliputi berjalan cepat, bersepeda, atau berenang dengan intensitas sedang.
Sedangkan aktivitas intens termasuk berlari, bersepeda cepat, atau latihan
kekuatan yang intensif. Aktivitas fisik memiliki banyak manfaat bagi kesehatan
fisik seseorang (Juniar & Putri, 2023). Secara fisik, aktivitas fisik membantu
menjaga berat badan yang sehat, meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan
tulang, dan meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah. Ini juga dapat
membantu mengurangi risiko berbagai penyakit kronis seperti obesitas, diabetes
tipe 2, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker. Selain itu, aktivitas fisik juga
dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu meningkatkan tidur, dan
meningkatkan energi dan stamina.

Namun, manfaat aktivitas fisik tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik.
Aktivitas fisik juga memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan
emosional seseorang. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik
dapat membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Ini karena saat
seseorang berolahraga, tubuh menghasilkan endorfin, hormon "perasaan baik"
yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi rasa sakit dan ketegangan.
Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi gejala
kecemasan sosial.

Selain manfaat kesehatan fisik dan mental, aktivitas fisik juga dapat
menjadi bagian penting dari kehidupan sosial seseorang. Banyak kegiatan fisik
dilakukan secara bersama-sama dengan teman atau keluarga, seperti bermain
olahraga atau berjalan-jalan. Ini dapat membantu memperkuat hubungan sosial
dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Meskipun aktivitas fisik

7
memiliki banyak manfaat, banyak orang masih mengalami kesulitan untuk
memasukkan aktivitas fisik ke dalam rutinitas sehari-hari mereka (Suparto &
Puspita, 2024). Tantangan seperti jadwal yang padat, kurangnya motivasi, atau
keterbatasan fisik seringkali menjadi hambatan. Namun, dengan sedikit
perencanaan dan komitmen, setiap orang dapat menemukan cara untuk
meningkatkan tingkat aktivitas fisik mereka dan menikmati manfaat kesehatan
yang menyertainya. Dalam rangka menciptakan gaya hidup yang sehat dan
berkelanjutan, penting untuk memprioritaskan aktivitas fisik dalam rutinitas
sehari-hari. Dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur, seseorang dapat
meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional mereka, serta meningkatkan
kualitas hidup secara keseluruhan..

C. Stress

Stres adalah respons fisiologis dan psikologis yang kompleks terhadap


tekanan atau tuntutan dari lingkungan. Ini adalah reaksi alami tubuh terhadap
situasi yang dianggap sebagai ancaman, baik itu fisik, emosional, atau mental.
Stres bukan hanya sekadar ketegangan atau ketidaknyamanan, tetapi juga respons
yang melibatkan berbagai sistem dalam tubuh, termasuk sistem saraf, endokrin,
dan imun (Zakkia Zahra, 2023). Secara fisiologis, stres menyebabkan pelepasan
hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, yang meningkatkan detak jantung,
meningkatkan tekanan darah, dan memobilisasi energi dalam tubuh. Ini adalah
respons yang berguna dalam situasi yang mengancam keselamatan, seperti saat
menghadapi bahaya fisik atau situasi darurat. Namun, ketika stres berlanjut atau
terjadi secara terus-menerus, dapat menyebabkan dampak negatif pada kesehatan
fisik dan mental seseorang.

Ada dua jenis stres: stres akut dan stres kronis. Stres akut adalah respon
singkat terhadap situasi tertentu yang dianggap sebagai ancaman atau tekanan,
seperti ujian besar atau presentasi di depan umum. Stres akut biasanya hilang
setelah situasi yang memicunya berlalu. Namun, stres kronis adalah stres yang
berkelanjutan dan berkepanjangan, sering kali terjadi sebagai akibat dari tekanan
yang berulang atau berkepanjangan, seperti masalah keuangan, konflik

8
interpersonal, atau beban kerja yang berlebihan (Juniar & Putri, 2023). Stres dapat
memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan fisik seseorang. Ketika
seseorang mengalami stres, sistem tubuhnya berada dalam mode "berjuang atau
lari", yang mengarahkan energi dan sumber daya tubuh untuk menghadapi situasi
yang dianggap sebagai ancaman. Ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah, denyut jantung yang cepat, peningkatan tingkat gula darah, dan
menurunkan sistem kekebalan tubuh. Jika stres berlanjut dalam jangka waktu
yang lama, dapat meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit, termasuk
penyakit jantung, diabetes, gangguan pencernaan, dan gangguan tidur.

Selain dampak pada kesehatan fisik, stres juga dapat berdampak negatif
pada kesehatan mental dan emosional seseorang. Stres kronis dapat menyebabkan
gejala kecemasan, depresi, dan gangguan suasana hati. Ini juga dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi, membuat keputusan,
dan mengatur emosi. Dalam jangka panjang, stres kronis dapat menyebabkan
masalah mental yang lebih serius, seperti gangguan kecemasan atau depresi klinis.
Tidak semua stres bersifat negatif; ada juga yang dikenal sebagai stres positif atau
eustress (Nopela et al., 2021). Stres positif adalah respons terhadap situasi yang
dianggap sebagai tantangan yang memungkinkan seseorang untuk tumbuh,
berkembang, dan meningkatkan kinerja mereka. Contohnya adalah saat seseorang
merasa tertantang untuk menyelesaikan proyek yang menantang atau bersaing
dalam olahraga. Stres positif dapat memberikan dorongan motivasi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan mengatasi hambatan.

Manajemen stres merupakan keterampilan penting yang dapat dipelajari


dan dikembangkan oleh setiap individu. Ada berbagai strategi yang dapat
membantu seseorang mengelola stres, termasuk olahraga, meditasi, relaksasi otot
progresif, teknik pernapasan, dan mencari dukungan sosial. Mengembangkan
keterampilan ini dapat membantu seseorang merasa lebih mampu mengatasi
tekanan dan mengurangi dampak negatif stres pada kesehatan fisik dan mental
mereka (Rahma, 2020). Dengan pemahaman tentang stres dan dampaknya pada
tubuh dan pikiran, seseorang dapat mengambil langkah-langkah untuk

9
meminimalkan stres yang tidak perlu dalam hidup mereka, serta mengembangkan
strategi untuk mengatasi stres yang tidak dapat dihindari. Dengan demikian,
mereka dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental mereka, serta
meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan..

D. Kesejahteraan Psikologis

Kesejahteraan psikologis merujuk pada kondisi keseluruhan dari pikiran,


perasaan, dan suasana hati yang positif serta kesejahteraan emosional seseorang.
Ini mencakup berbagai aspek, termasuk kepuasan hidup, kebahagiaan, rasa diri
yang positif, kemampuan untuk mengatasi tantangan, dan hubungan yang
bermakna. Kesejahteraan psikologis bukan hanya sekadar ketiadaan penyakit
mental, tetapi juga mencakup pengalaman positif dan perasaan kepuasan yang
mendalam dalam kehidupan sehari-hari (Dhumaranang et al., n.d.). Salah satu
komponen utama dari kesejahteraan psikologis adalah kepuasan hidup, yang
mencerminkan penilaian seseorang terhadap kehidupan mereka secara
keseluruhan. Ini termasuk evaluasi subjektif terhadap berbagai aspek kehidupan,
seperti pekerjaan, hubungan, kesehatan, dan kegiatan waktu luang. Kepuasan
hidup berkaitan erat dengan tingkat kebahagiaan seseorang dan merupakan
indikator utama dari kesejahteraan psikologis.

Selain kepuasan hidup, kesejahteraan psikologis juga mencakup konsep


rasa diri yang positif atau self-esteem. Ini mengacu pada penilaian positif
seseorang terhadap diri mereka sendiri dan keyakinan dalam kemampuan mereka
untuk mengatasi tantangan dan mencapai tujuan. Rasa diri yang positif
memainkan peran penting dalam kesehatan mental dan emosional seseorang, serta
dalam kemampuan mereka untuk berhubungan dengan orang lain dengan cara
yang sehat dan positif. Selanjutnya, kesejahteraan psikologis juga mencakup
kemampuan untuk mengatasi stres dan tantangan sehari-hari. Ini mencakup
kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif, menyesuaikan diri dengan
perubahan dalam kehidupan, dan menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi
(Maharani, 2016). Individu dengan kesejahteraan psikologis yang tinggi

10
cenderung memiliki tingkat ketahanan yang baik dan mampu menghadapi
tantangan dengan cara yang adaptif.

Selain itu, kesejahteraan psikologis mencakup kualitas hubungan sosial


dan dukungan sosial yang diterima seseorang. Hubungan yang bermakna dengan
orang lain dapat memberikan dukungan emosional, bantuan praktis, dan rasa
keterhubungan yang penting untuk kesejahteraan psikologis. Orang yang memiliki
jaringan sosial yang kuat cenderung memiliki tingkat kesejahteraan psikologis
yang lebih tinggi daripada mereka yang merasa terisolasi atau kesepian.
Pentingnya kesejahteraan psikologis tidak hanya terbatas pada individu, tetapi
juga memiliki dampak yang luas pada masyarakat secara keseluruhan. Individu
dengan kesejahteraan psikologis yang tinggi cenderung menjadi lebih produktif,
kreatif, dan berkontribusi lebih banyak pada masyarakat. Mereka juga lebih
mampu mengatasi konflik dan berpartisipasi dalam hubungan yang sehat, yang
dapat membantu memperkuat komunitas dan meningkatkan kualitas hidup
bersama.

Namun, kesejahteraan psikologis tidak selalu tetap stabil dan dapat


dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk peristiwa kehidupan yang signifikan,
stres, gangguan mental, dan faktor lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi
individu untuk mengembangkan strategi untuk meningkatkan dan menjaga
kesejahteraan psikologis mereka. Ini dapat meliputi praktik-praktik seperti
meditasi, olahraga, menjaga hubungan sosial yang sehat, menetapkan tujuan yang
bermakna, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan. Dengan
memperhatikan kesejahteraan psikologis sebagai aspek penting dari kesehatan dan
kesejahteraan holistik, individu dapat menciptakan gaya hidup yang mendukung
perkembangan positif dan kualitas hidup yang lebih tinggi. Melalui perhatian
yang tepat terhadap kebutuhan emosional dan psikologis mereka sendiri, serta
dukungan dari orang-orang di sekitar mereka, individu dapat mencapai
kesejahteraan psikologis yang lebih besar dan hidup dengan lebih bermakna..

11
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, yang


bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan fenomena yang ada secara
sistematis dan terinci dengan menggunakan angka dan statistik. Dalam penelitian
deskriptif kuantitatif, peneliti mengumpulkan data dari sampel yang representatif
dan menganalisanya secara statistik untuk memahami pola, hubungan, atau
perbedaan antara variabel yang diamati. Dalam penelitian ini, pendekatan
deskriptif kuantitatif akan membantu dalam mengidentifikasi pola umum dan tren
yang berkaitan dengan variabel-variabel tersebut (Nurcahyo, 2024). Misalnya,
penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data tentang pola
makan siswa, tingkat aktivitas fisik mereka, tingkat stres yang dirasakan, dan
kesejahteraan psikologis mereka. Data yang terkumpul kemudian akan dianalisis
secara statistik untuk mengidentifikasi pola hubungan antara variabel-variabel
tersebut. Pendekatan deskriptif kuantitatif seperti ini akan membantu memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana pola makan dan aktivitas
fisik berkontribusi terhadap tingkat stres dan kesejahteraan psikologis siswa
secara umum.

Manfaat dari penelitian deskriptif kuantitatif adalah memberikan gambaran


yang jelas dan terukur tentang fenomena yang diamati. Dengan mengumpulkan
data secara sistematis dan menggunakan metode analisis statistik, penelitian ini
dapat menghasilkan temuan yang lebih obyektif dan dapat diandalkan tentang
hubungan antara pola makan sehari-hari, intensitas aktivitas fisik, stres, dan
kesejahteraan psikologis siswa.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian adalah dua aspek penting dalam metodologi
penelitian yang merujuk pada periode waktu dan lokasi di mana penelitian
dilakukan. Pertama, "waktu penelitian" mengacu pada periode waktu di mana

12
penelitian dilaksanakan atau di mana data dikumpulkan. Rentang waktu penelitian
dapat bervariasi tergantung pada jenis penelitian, skala, kompleksitas, dan tujuan
penelitian tersebut. Hal ini bisa berlangsung dari beberapa hari hingga berbulan-
bulan atau bahkan bertahun-tahun, tergantung pada kompleksitas masalah yang
diteliti dan cakupan penelitian. Waktu penelitian yang tepat dipilih berdasarkan
pertimbangan yang matang, termasuk ketersediaan sumber daya, aksesibilitas
responden atau subjek penelitian, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi
kelancaran dan keberhasilan penelitian.

Tempat penelitian mengacu pada lokasi fisik di mana penelitian dilakukan.


Tempat penelitian harus dipilih dengan cermat berdasarkan pada tujuan dan
cakupan penelitian, serta karakteristik responden atau subjek penelitian. Lokasi
penelitian bisa menjadi area yang luas, seperti kota, desa, atau negara, atau bisa
lebih spesifik, seperti sekolah, rumah sakit, perusahaan, atau wilayah geografis
tertentu. Pemilihan tempat penelitian yang tepat memastikan bahwa data yang
diperoleh mencerminkan populasi atau fenomena yang diteliti dengan akurat dan
representatif.

Dalam penelitian di MAN 3 Jakarta Pusat pada rentang waktu antara


tanggal 21 Maret hingga 27 Maret 2024, waktu dan tempat penelitian menjadi
parameter penting yang harus diperhatikan. Rentang waktu tersebut menentukan
periode di mana data dikumpulkan dari siswa dan lingkungan sekolah, sementara
tempat penelitian, yaitu MAN 3 Jakarta Pusat, menjadi lokasi fisik di mana
penelitian dilaksanakan. Pemilihan waktu dan tempat yang tepat membantu
memastikan validitas, reliabilitas, dan relevansi hasil penelitian..

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah siswa MAN 3 Jakarta Pusat. MAN 3 Jakarta
Pusat adalah lembaga pendidikan menengah atas yang terletak di wilayah Jakarta
Pusat. Populasi ini mencakup semua siswa yang terdaftar di MAN 3 Jakarta Pusat
pada rentang waktu penelitian, yang mungkin terdiri dari berbagai tingkat kelas
dan latar belakang sosial-ekonomi. Deskripsi populasi ini mencakup beragam

13
siswa yang mungkin memiliki karakteristik yang berbeda-beda, termasuk usia,
jenis kelamin, tingkat kelas, minat, bakat, dan latar belakang keluarga. Siswa-
siswa ini mungkin memiliki pengalaman dan gaya hidup yang berbeda, yang
dapat memengaruhi pola makan, intensitas aktivitas fisik, tingkat stres, dan
kesejahteraan psikologis mereka.

Sementara itu, sampel penelitian ini adalah subset dari populasi siswa
MAN 3 Jakarta Pusat yang dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Sampel dipilih secara acak atau dengan menggunakan teknik stratified random
sampling, untuk memastikan bahwa sampel mewakili variasi yang ada dalam
populasi. Sampel ini dapat terdiri dari siswa dari berbagai tingkat kelas dan
kelompok usia yang dianggap mewakili populasi secara keseluruhan. Sampel
penelitian ini mencakup 20 siswa yang akan disertakan dalam penelitian, kriteria
inklusi dan eksklusi yang digunakan untuk memilih sampel, serta informasi
tentang proses pengambilan sampel. Sampel ini kemudian akan menjadi subjek
penelitian yang akan diobservasi, diwawancarai, atau diisi kuesioner untuk
mengumpulkan data tentang pola makan, aktivitas fisik, tingkat stres, dan
kesejahteraan psikologis mereka.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah proses pengumpulan informasi atau data


yang relevan untuk penelitian atau studi tertentu. Teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan data primer yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan menguji hipotesis. Ada berbagai teknik pengumpulan data yang
dapat digunakan, tergantung pada tujuan penelitian, sifat data yang dibutuhkan,
dan karakteristik populasi yang diteliti. Salah satu teknik pengumpulan data yang
umum digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah alat atau instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data dari responden melalui serangkaian
pertanyaan yang dirancang dengan baik. Kuesioner dapat berbentuk survei tertulis
atau elektronik yang diberikan kepada responden untuk diisi sendiri, atau dapat
diadminister langsung oleh peneliti atau enumerator.

14
Penggunaan kuesioner memiliki beberapa kelebihan, seperti efisiensi
dalam mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar, kemudahan dalam
analisis data, dan kemampuan untuk mencapai responden yang tersebar luas
geografisnya. Selain itu, dengan menggunakan kuesioner, peneliti dapat
memastikan konsistensi dalam pengumpulan data karena setiap responden
dihadapkan pada pertanyaan yang sama.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah


kuesioner yang dibagi melalui Google Form. Google Form adalah aplikasi web
yang memungkinkan pembuatan formulir online yang dapat diisi oleh responden
secara elektronik. Dengan menggunakan Google Form, peneliti dapat membuat
kuesioner yang terstruktur dan mudah diakses oleh responden melalui internet.
Penggunaan Google Form untuk penelitian ini memiliki beberapa keuntungan,
seperti kemudahan dalam mendistribusikan kuesioner kepada responden,
kenyamanan bagi responden karena dapat diisi secara online dari mana saja dan
kapan saja, serta kemudahan dalam mengumpulkan dan mengelola data yang
terkumpul melalui fitur analisis bawaan dari Google Form.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penelitian ini melibatkan proses pengolahan
dan interpretasi data numerik untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena
yang diamati. Analisis data kuantitatif deskriptif sering melibatkan penggunaan
statistik deskriptif, seperti mean, median, modus, dan deviasi standar, untuk
merangkum dan meringkas data dalam bentuk angka atau grafik. Selain itu, teknik
analisis yang digunakan termasuk analisis frekuensi, distribusi, dan persentase
untuk memahami pola dan tren dalam data. Analisis bivariat juga dapat digunakan
untuk mengeksplorasi hubungan antara dua atau lebih variabel, seperti hubungan
antara pola makan dan tingkat stres. Secara keseluruhan, teknik analisis data
kuantitatif deskriptif bertujuan untuk menyajikan gambaran yang jelas dan terinci

15
tentang fenomena yang diamati berdasarkan data numerik yang dikumpulkan
melalui kuesioner.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, S. Y. (2016). Peran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Pada Lembaga


Pendidikandi Indonesia. Jurnal Publikasi Pendidikan, 6(3), 157.

Botutihe, F., & KM, S. (2022). Aktivitas Fisik dan Tingkat Stres Dengan
Gangguan Pola Menstruasi. CV. Ruang Tentor.

Dhumaranang, H. D., Weta, I. W., Pinatih, G. N. I., & Pradnyaparamita, D. (n.d.).


GAMBARAN TINGKAT STRESS, EMOTIONAL EATING DAN
AKTIVITAS FISIK MAHASISWA SEMESTER AKHIR SARJANA
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA YANG SEDANG
MENGERJAKAN SKRIPSI. Retrieved April 28, 2024, from
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/82742/52838

Faiq, R. (2024). HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT STRES


AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG. http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/79138

Juniar, N. S., & Putri, N. (2023). Pengaruh Membaca Al-Qur’an terhadap


Kesehatan Mental. Religion: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya, 1(6),
830–839.

Lengkana, A. S., & Muhtar, T. (2021). Pembelajaran Kebugaran Jasmani. CV


Salam Insan Mulia. https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=wN0_EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA11&dq=PENGARUH
+POLA+MAKAN+SEHARI-
HARI+DAN+INTENSITAS+AKTIVITAS+FISIK+TERHADAP+TINGK
AT+STRES+DAN+KESEJAHTERAAN+PSIKOLOGIS+PADA+SISWA
+&ots=BgtnRTe6JB&sig=xBFYGdSTK2R9xM_r3ixaFQPRndI

Maharani, E. A. (2016). Pengaruh pelatihan berbasis mindfulness terhadap tingkat


stres pada guru PAUD. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 9(2), 100–110.

Nopela, S., Khotimah, S., & Fis, M. (2021). Pengaruh Olahraga Terhadap
Tingkat Stres Pada Remaja Di Masa Pandemi Covid-19: Narrative
Review. http://digilib.unisayogya.ac.id/id/eprint/5896

Nurcahyo, F. A. (2024). Faktor-Faktor Yang Meningkatkan Kesejahteraan


Psikologis Pada Peserta Didik Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah
Wahana Pendidikan, 10(1), 679–689.

Oktaviani, N. A., & Wibowo, S. (2021). Survei tingkat kebugaran jasmani siswa
smp negeri di Madiun. Jurnal Pendidikan Olaharaga Dan Kesehatan,
9(1), 7–18.

17
Rahma, N. (2020). HUBUNGAN TINGKAT STRES AKADEMIK DENGAN
INTENSITAS DISMENORE PRIMER PADA SISWI KELAS XII DI MA
SUNAN PANDANARAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN
SLEMAN TAHUN 2020 [PhD Thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta].
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/4863/

Santoso, B. (2019). Aktivitas Fisik dan Teknologinya pada Pasien dengan


Penyakit Kronis. Conferences of Medical Sciences Dies Natalis Faculty of
Medicine Universitas Sriwijaya, 1(1), 82–92.
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/
view/14

Satata, D. B. M., Cendana, D. A., & Harijono, H. (2020). Kesejahteraan Psikologi


(Psychological Wellbeing) Ditinjau Dari Teknik Desain Arsitektur Ruang.
Jurnal Teknologi, 14(2), 16–21.

Suparto, T. A., & Puspita, A. P. W. (2024). Hubungan Aktivitas Fisik dengan


Kesehatan Mental Emosional pada Dosen Perguruan Tinggi Pasca
Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Komplementer Holistic E-ISSN
2988-3709 (Online), 2(1), 1–12.

Wanggy, D. M., & Elisa Ulfiana, S. (n.d.). Hubungan Antara Status Gizi, Pola
Makan, Aktivitas Fisik dan Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi The
Relationship between Nutritional Value, Diet, Physical Activities, and
Stress with Menstrual Cycle Disorders. Retrieved April 28, 2024, from

Zakkia Zahra, D. (2023). HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA, TINGKAT


STRES DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT DISMENORE PADA
REMAJA DI SMP ISLAM AL-IRSYAD CILACAP [PhD Thesis, Universitas
Al-Irsyad Cilacap]. http://repository.universitasalirsyad.ac.id/id/eprint/497/

18

Anda mungkin juga menyukai