Mengurai Realitas Intoleransi
Mengurai Realitas Intoleransi
KAUMAN MALANG
NAMA PENULIS
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia di era modern seharusnya menjadi panggung bagi inklusi sosial
yang semakin meningkat, namun, realitas yang dihadapi masih terjalin dalam serat-serat
intoleransi, diskriminasi, dan ketidakadilan. Fenomena ini menjadi tantangan serius
dalam merajut keberagaman dan menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang
semakin kompleks, seperti yang tampak dalam dinamika hubungan antara Masjid
Agung Ja’mi dan GPIB Immanuel di Gang Kauman, Malang. Fenomena ini menjadi
tantangan serius dalam merajut keberagaman dan menghargai perbedaan di tengah
masyarakat yang semakin kompleks. Intoleransi, sebagai akar permasalahan, seringkali
muncul dari kurangnya pemahaman dan pengetahuan mengenai keberagaman budaya,
agama, dan pandangan hidup. Ketidakmampuan untuk membuka diri terhadap
pandangan yang berbeda sering mengakibatkan sikap negatif dan ketidaksetujuan
terhadap kelompok atau individu tertentu. Inilah yang membentuk tembok-tembok
pemisah di antara masyarakat, menghalangi terbentuknya ikatan sosial yang kokoh.
Diskriminasi, sebagai bentuk ekspresi intoleransi, merupakan fenomena yang juga dapat
terjadi di tingkat lokal, termasuk di Gang Kauman Malang. Dalam hal ini, diskriminasi
mungkin merugikan kelompok tertentu dalam masyarakat setempat dengan memberikan
perlakuan tidak adil berdasarkan perbedaan seperti agama, dan mungkin juga unsur-
unsur budaya atau sosial yang ada di lingkungan tersebut. Meskipun Gang Kauman
Malang mungkin merupakan lingkungan yang bersahabat dan toleran, tidak dapat
diabaikan bahwa masalah diskriminasi dapat muncul di tingkat lokal. Contoh
konkretnya bisa melibatkan perlakuan tidak adil terhadap individu atau kelompok
berdasarkan keyakinan agama atau budaya tertentu.
Untuk mengatasi masalah ini di tingkat lokal, penting untuk menggali akar
permasalahan dan mendorong dialog terbuka di antara masyarakat Gang Kauman.
Pendidikan yang mendalam mengenai beragam budaya, agama, dan keyakinan, serta
kampanye kesadaran publik, dapat menjadi instrumen kunci untuk mengatasi intoleransi
dan diskriminasi di lingkungan tersebut. Masyarakat lokal, bersama dengan pemerintah
setempat dan lembaga swasta, perlu berkolaborasi dalam menciptakan kebijakan yang
mendukung inklusi sosial dan menghapuskan praktik diskriminatif di dalam komunitas
mereka.
PEMBAHASAN
Intoleransi, diskriminasi, dan ketidakadilan yang menjadi realitas di era modern juga
dapat tercermin dalam dinamika sosial masyarakat di Gang Kauman, Malang. Sebagai
sebuah lingkungan lokal, Gang Kauman mungkin juga menghadapi tantangan-tantangan
serupa dalam upaya merajut keberagaman dan menciptakan inklusi sosial. Intoleransi,
sebagai bentuk ketidakmampuan untuk membuka diri terhadap keberagaman, mungkin
tumbuh subur di dalam budaya dan masyarakat Gang Kauman. Situasi ini dapat
berkembang sebagai akibat dari kurangnya pemahaman terhadap keberagaman budaya,
agama, dan pandangan hidup yang ada di tengah masyarakat setempat, seperti yang
diakui oleh Arfa & Lasaiba (2022). Kurangnya pengetahuan mengenai perbedaan dapat
menciptakan ketidaksetujuan terhadap kelompok atau individu tertentu, menciptakan
tembok pemisah di antara masyarakat yang seharusnya bersatu.
Di era digital yang serba terhubung, Gang Kauman dapat memanfaatkan teknologi dan
keterhubungan global sebagai alat yang efektif dalam mengatasi intoleransi. Media
sosial dan platform daring dapat digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan pesan
inklusi, memberikan pendidikan mengenai keragaman, dan menggalang dukungan
masyarakat untuk perubahan positif. Pemerintah setempat dan lembaga swasta di Gang
Kauman dapat berperan dalam mendukung kampanye online yang mempromosikan
toleransi dan mengajak masyarakat untuk lebih memahami dan menghargai perbedaan.
Dengan sinergi antara pendidikan inklusif, peran aparat penegak hukum yang terdidik,
dan pemanfaatan teknologi, Gang Kauman dapat membentuk aliansi kuat dalam
mengatasi tantangan intoleransi. Peningkatan pemahaman, perubahan perilaku, dan
implementasi kebijakan yang mendukung inklusi sosial dapat membawa Gang Kauman
menuju masyarakat yang lebih ramah, adil, dan harmonis di era modern ini. Mengurai
realitas intoleransi, diskriminasi, dan ketidakadilan bukanlah tugas yang mudah, tetapi
merupakan langkah mendesak menuju masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan
harmonis. Dengan upaya bersama dari individu, masyarakat, dan pemerintah, kita dapat
membentuk masa depan di mana perbedaan dihargai sebagai kekayaan, bukan sebagai
hambatan.
PENUTUP
Secara keseluruhan, Gang Kauman di Malang menjadi latar belakang unik yang
menuntut perhatian khusus. Peran pemerintah dan lembaga swasta di tingkat lokal
menjadi kunci dalam mengatasi realitas intoleransi yang mungkin ada di lingkungan
tersebut. Kebijakan inklusif, pendidikan berbasis keberagaman, dan tindakan anti-
diskriminasi perlu ditempatkan sebagai fokus utama pemerintah setempat untuk
menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan adil di Gang Kauman. Pelatihan bagi
aparat penegak hukum di Gang Kauman juga menjadi aspek penting agar mereka dapat
bersikap adil dan sensitif dalam menangani kasus-kasus intoleransi yang mungkin
muncul di tingkat lokal. Sinergi antara pemerintah setempat, lembaga swasta, dan
masyarakat sipil di Gang Kauman akan membentuk fondasi kokoh untuk mengurangi
intoleransi, memerangi diskriminasi, dan memastikan keadilan di tingkat lokal.
Kolaborasi ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan lembaga swasta,
melainkan juga melibatkan partisipasi aktif masyarakat Gang Kauman. Pemahaman
mendalam, kerjasama, dan komitmen bersama di tingkat lokal dapat menjadi daya
dorong kuat untuk mengubah realitas intoleransi menjadi landasan yang kokoh untuk
keberagaman.
Hanya dengan masyarakat yang bersatu dalam perbedaan dan siap menghadapi
tantangan global dengan bijak dan harmonis, Gang Kauman dapat menjadi contoh
keberhasilan dalam menciptakan masyarakat lokal yang inklusif di tengah dinamika era
modern. Dengan demikian, kolaborasi dan partisipasi aktif di tingkat lokal menjadi
kunci strategis dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, adil, dan harmonis di
Gang Kauman.
REFERENSI
Qodir, Z. (2018). Kaum Muda, Intoleransi, dan Radikalisme Agama. Jurnal Studi
Pemuda, 5(1), Article 1. https://doi.org/10.22146/studipemudaugm.37127