Anda di halaman 1dari 74

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS 2
“PENATALAKSANAAN AROMA TERAPI”

Dosen : Dwi Agustian Faruq, Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aprila 2018.C.10a.0958
Melatia Paska 2018.C.10a.0977
Octavia Maretanse 2018.C.10a.0979
Thomas Erik. H 2018.C.10a.0988
Yuni Elia Kartika 2018.C.10a.0993

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah dari mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat ini dengan judul “Penatalaksanaan Aroma Terapi”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Palangka Raya, 16 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................
2.1 Konsep Dasar Aroma Terapi.........................................................................3
2.1.1 Definisi Aroma Terapi....................................................................................3
2.1.2 Jenis-Jenis Aroma Terapi................................................................................4
2.1.3 Bentuk-Bentuk Aroma Terapi.........................................................................5
2.1.4 Manfaat Aroma Terapi...................................................................................6
2.1.5 Mekanisme Kerja Aroma Terapi...................................................................13
2.1.6 Metode Pemakaian Minyak Essensial...........................................................16
2.1.7 Efek Medis Minyak Essensial dan Fisiologis Minyak Essensial..................23
2.2 Penatalaksanaan Aroma Terapi..................................................................28
BAB III PENUTUP .................................................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................................................36
3.2 Saran.............................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA

ii
1.1 Latar Belakang BAB 1
PENDAHULUAN

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan
yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Peran perawat sangat komprehensif
dalam menangani pasien karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang
merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi
kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual. Seiring dengan perkembangan zaman,
metode pengobatan dalam meningkatkan kualitas kesehatan semakin maju, bahkan saat ini
telah banyak ditemukan berbagai pengobatan alternatif yang juga berperan penting dalam
kesehatan. Salah satu metode pengobatan yang merupakan metode pengobatan alternatif ialah
dengan aromaterapi.
Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau wangi, dan therapy yang
dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan (Jaelani, 2017). Sehingga,
aromaterapi dapat diartikan sebagai suatu cara perawatan tubuh dan atau penyembuhan
penyakit dengan menggunakan minyak esensial dengan konsentrasi yang tinggi dan berasal
dari ekstraksi tumbuhan-tumbuhan serta penggunaannya dapat melalui massage, dicampur
ke dalam air mandi, ataupun dalam bentuk yang murni.
Minyak esensial atau dikenal sebagai minyak atsiri adalah ekstraksi dari berbagai
macam tanaman, seperti bunga, daun, kayu, getah, dan ranting (Devereux, 2002). Minyak
diekstraksi dari tanaman dengan berbagai cara, tergantung lagi pada spesies tertentu. Ada
beberapa cara untuk memproduksi minyak atsiri yaitu dengan enfleurage atau penyarian
dengan lemak dingin, penyarian dengan pelarut yang mudah menguap, penyarian dengan
lemak panas, dan hidrodistilasi atau distilasi uap (Koensoemardiyah, 2010).
Ada berbagai jenis wewangian aromaterapi yang ada, yaitu basil, lavender, jasmine,
sandalwood, peppermint, ginger, lemon, orange, geranium, dan masih banyak lagi. Dan
setiap wangi-wangian tersebut memiliki kelebihan positif yang bermacam-macam. Misalnya,
aroma lavender dipercaya dapat mengurangi rasa stres dan mengurangi kesulitan tidur
(insomnia). Sedangkan aroma sandalwood dapat mengurangi stress saat menstruasi dan
sebagai penunjang untuk berkonsentrasi. Aroma jasmine dapat meningkatkan gairah seksual,
kesuburan wanita, dan anti de qpresi. Dengan aromaterapi yang dapat berperan dalam
merelaksasikan pikiran dan mengurangi rasa stres, hal tersebut tentunya berhubungan dengan
1
keadaan emosi yang lebih teratur.

2
Keadaan emosi manusia diatur oleh otak di dalam sistem limbik. Sistem limbik berbeda
dengan lobus limbik. Lobus limbik merupakan kesatuan struktur yang terdiri dari archicortex
(formasi hipokampalis dan girus dentatus), paleocortex (korteks piriformis dari girus
hipokampalis anterior), mesocortex (girus cinguli). Sedangkan, sistem limbik gabungan lobus
limbik dan nuklei subkortikal, yaitu amigdala, nuklei septales, hipotalamus, epitalamus,
nukleus talamus, dan ganglia basalis. Dalam sistem limbik tidak hanya mengatur tentang
emosi, namun juga mengatur memori, dan perilaku. Semuanya dapat saling berkaitan satu
sama lain.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian aromaterapi?
1.2.2 Apa saja jenis metode pengobatan aromaterapi
1.2.3 Apa saja manfaat dari metode pengobatan aromaterapi?
1.2.4 Bagaimana cara penggunaan metode aromaterapi?
1.2.5 Bagaimana Efek Medis Minyak Essensial dan Fisiologis Minyak Essensial?

1.3 Tujuan Umum dan Khusus


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai metode pengobatan dengan
aromaterapi?
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui pengertian metode pengobatan aromaterapi
1.3.2.2 Mengetahui jenis metode pengobatan aromaterapi
1.3.2.3 Mengetahui manfaat dari metode pengobatan aromaterapi
1.3.2.4 Mengetahui cara penggunaan dari metode aromaterapi
1.3.2.5 Mengetahui Efek Medis Minyak Essensial dan Fisiologis Minyak Essensial
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat mengetahui pengertian dari metode pengobatan aromaterapi
1.4.2 Dapat mengetahui jenis metode pengobatan aromaterapi
1.4.3 Dapat mengetahui manfaat dari metode pengobatan aromaterapi
1.4.3.1 Dapat mengetahui cara penggunaan dari metode aromaterapi
1.4.4 Dapat mengetahui Efek Medis Minyak Essensial dan Fisiologis Minyak Essensial

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Aroma Terapi
2.1.1 Definisi Aroma Terapi
Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum dan wangi, dan therapy yang
dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat
diartikan sebagai “suatu cara perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan
menggunakan minyak esensial (essential oil ).”(Jaelani, 2009).
Aromaterapi adalah istilah modern untuk proses penyembuhn kuno yang
menggunakan sari tumbuhan aromatik murni. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejehteraan tubuh, pikiran, dan jiwa.(Primadiati, 2012). Aromaterapi adalah
terapi komplementer dalam praktik keperawatan dan menggunakan minyak essensial dari
bau harum tumbuhan untuk mengurangi masalah kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup.
(Bangun, Virgona dkk, 2013).
Minyak essensial adalah minyak yang berasal dari saripati tumbuhan aromatis yang
biasa disebut minyak atsiri. Minyak atsiri ini merupakan hormon atau life force tumbuhan,
yang biasa didapat dengan cara ekstraksi. Minyak esensial itu berefek sebagai antibakteri dan
antivirus, juga merangsang kekebalan tubuh untuk melawan infeksi tersebut. Minyak
esensial adalah konsentrat yang umumnya merupakan hasil penyulingan dari bunga, buah,
semak-semak, dan pohon (Primadiati, 2012).
2.1.2 Jenis Aroma Terapi
Ada banyak jenis aromaterapi, yaitu minyak esensial, dupa, lilin, garam, minyak
pijat, dan sabun. Jenis-jenis tanaman juga ada sangat banyak, yaitu lavender, jasmine,
orange, frangipani, sandalwood, peppermint, basil, ginger, lemon, rosemary, tea tree, dan
masih banyak lagi. Modernisasi telah membawa dua macam aromaterapi, minyak esensial
untuk tujuan terapi dan minyak esensial untuk minyak wangi, kesenangan, rekreasi atau
kebersihan. Minyak atsiri dapat wewangian atau parfum dan masih kurang dalam nilai
terapeutik. Untuk minyak esensial untuk perawatan, ia harus berada dalam kelas
terapeutik aromaterapi. Selain itu, minyak esensial harus diekstrak, disiapkan dan disimpan
dengan baik untuk menjadi terapeutik.
Menurut Online Support Minyak Terapi (2009) ada beberapa bahan minyak aromaterapi:
2.1.2.1 Cendana / Sandalwood (Santalum Album)
Termasuk dalam minyak esensial utama. Berasal dari kayu tanaman cendana. Bekerja
lambat tetapi memiliki efek kerja yang dalam dan lama. Mempunyai efek stimulasi

4
sekaligus efek relaksasi. Karena efek relaksasinya, minyak sangat baik digunakan untuk
mengatasi rasa cemas, tegang, dan ketakutan. Cendana juga mempenyai efek penenang dan
dapat membantu mengatasi masalah gangguan tidur. Pada perawatan kulit, minyak ini
berfungsi sebagai pelembut dan penyejuk yang sangat baik digunakan pada kulit kering,
berkerut, berkerak, atau pada kulit meradang karena sinar matahari. Rasa gatal yang timbul
pada kulit juga dapat dihilangkan dengan minyak cendana.
2.1.2.2 Lemon (Citrus Lemon)
Termasuk minyak esensial sekunder. Berasal dari bagian buah tanaman, merupakan
minyak esensial dengan daya kerja tinggi, mudah menguap. Menyegarkan badan dan
melancarkan sirkulasi tubuh. Sebagai tonikum yang kaya akan vitamin C, ampuh mengatasi
berbagai macam infeksi dan gangguan pencernaan. Sangat banyak digunakan untuk terapi
perawatan kulit. Baik digunakan untuk influenza dan sakit tenggorokan. Menguatkan sistem
kekebalan tubuh. Membangkitkan nafsu makan. Meringan sakit karena rematik dan nyeri
sendi. Menyegarkan pikiran dan meningkatkan konsentrasi. Membantu menghilangkan
depresi dan kecemasan.
2.1.2.3 Jasmine (Jasminum Grandiflorum)
Berasal dari bagian bunga. Bermanfaat untuk mengurangi depresi dan rasa cemas.
Menyejukkan, meningkatkan kepekaan, kejernihan pikiran, ketenangan, menghangatkan
emosi, membantu keteraturan sistem pernafasan dan mengurangi iritasi karena batuk.
Bersifat sebagai afrodisiak dan dapat dipakai untuk perawat kulit kering dan kulit sensitif.
2.1.2.4 Mawar (Rosa Centifolia)

Berasal dari bagian bunga dan kelopak bunga. Menyeimbangkan fungsi-fungsi tubuh,
membangkitkan semangat, memperbaiki suasana hati (relaksasi), menenangkan,
antidepresan. Bersifat sebagai antioksidan dan penguat jantung. Dapat dipakai sebagai
inhaler pada penderita asma dan sebagai perawatan pada kulit sensitif, kulit kering, dan kulit
alergi
2.1.2.5 Green Tea (CamelliaSinensis)
Berasal dari bagian daun, bersifat sebagai antioksidan kuat dan antiradikal bebas.
Menenangkan pikiran. Membangkitkan semangat, memperbaiki konsentrasi. Dapat dipakai
untuk melembutkan dan melindungi kulit. Membantu menyeimbangkan fungsi sel tubuh,
meningkatkan fungsi liver, membantu menguraikan asam lemak, menurunkan kadar gula
dalam darah, melancarkan sistem pencernaan dan urin. Menurunkan kadar kolesterol,
memperbaiki sistem peredaran darah, dapat mengatasi tekanan darah tinggi, membantu

5
mengeluarkan dahak dan membersihkan paru.
2.1.2.6 Lavender (Lavendula Augustfolia)
Berasal dari bagian bunga dan kelopak bunga, salah satu minyak terapi yang popular
dipakai sebagai antiseptik dan penyembuhan luka. Mempunyai efek relaksasi maupun
perangsang, menenangkan kecemasan dan depresi. Minyak lavender digunakan untuk
mengatasi masalah pencernaan, gangguan menstruasi, sumbatan pada hidung dan sakit
tenggorokan karena influenza. Menghilangkan sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri lainnya.
Mengatasi radang kulit akibat gigitan serangga, bisul, bercak, ruam, dan luka bakar.
Merangsang pertumbuhan sel untuk regenerasi pada kulit yang luka. Dapat untuk mengatasi
jamur pada kulit.
2.1.2.7 Pine (Pinus Sylvestris)

Berasal dari bagian bunga dan buah. Aromaterapi cemara bermanfaat untuk
mengatasi gangguan paru-paru seperti influenza, sakit tenggorokan, bronchitis,
tuberculosisdan radang paru-paru (pneumonia). Banyak digunakan sebagai bahan membuat
sabun karena efek aroma dan sifat desinfektan. Merangsang tubuh untuk membentuk
mukosa, sehingga dipakai untuk radang tenggorokan (laryngitis). Dapat dipakai sebagai
antiseptik dan antibakteri. Bermanfaat untuk membantu perawatan infeksi saluran urin dan
ginjal, melancarkan buang air kecil dan peredaran darah. Dapat digunakan untuk
mempercepat penyembuhan luka di kulit dan iritasi kulit. Aroma cemara memberikan
kesegaran dan membangkitkan semangat. Sangat berguna untuk mengatasi kelelahan fisik
dan mental.

2.1.3 Bentuk-bentuk Aromaterapi

Bentuk aroma terapi yang banyak ditemukan adalah aroma terapi berbentuk lilin dan
dupa (incense stick dan incense cone). Adapula yang berbentuk minyak esensial tapi
umumnya tidak murni, hanya beberapa persen saja menurut Sunito (2010) sebagai berikut :
2.1.2.4 Dupa

Dibuat dari bubuk akar yang dicampur minyak essensial grade III, cara penggunaanya
adalah dengan cara dibakar.

2.1.2.5 Lilin
Biasanya lilin aromaterapi wanginya itu-itu saja, misalnya sandalwood dan lavender
Sebab, sejumlah minyak essensial tertentu membuat lilin sulit membeku. Bahan baku lilin
itu kemudian dicampur dengan beberapa tetes minyak essensial grade III. Kualitas lilin di

6
pasaran berbeda-beda. Cara sederhana untuk mengetahuinya adalah mencoba membakarnya
lebih dahulu, lilin yang bagus tak mudah meleleh dan asapnya tidak hitam.

Gambar 2.1.3.2 Lilin

2.1.2.6 Minyak essensial adalah konsentrat yang umumnya merupakan hasil penyulingan
dari bunga, buah, semak-semak dan pohon.(Sunito,2010)

Gambar 2.1.3.3 Essensial


2.1.4 Manfaat Aroma Terapi
2.1.4.1 Membantu meringankan Stress
Paling populer dari aromaterapi adalah untuk menghilangkan stres. Senyawa aromatik
dari berbagai minyak esensial yang berbeda dikenal sebagai relaksan, dan bisa
membantu untuk menenangkan pikiran dan menghilangkan kecemasan. Beberapa
minyak esensial terbaik untuk menghilangkan stres adalah minyak lemon, minyak
esensial lavender, bergamot, peppermint, vetiver, dan ylang. Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa minyak lemon bisa meningkatkan mood dan mengurangi
kemarahan.

7
2.1.4.2 Antidepresan
Aromaterapi juga sangat umum digunakan untuk menghilangkan perasaan depresi,
karena efek samping lebih ringan daripada antidepresan farmasi. Sementara
aromaterapi berguna untuk pengobatan, psikiater juga tetap diperlukan untuk menilai
apakah depresi masih berlanjut atau memburuk. Minyak esensial yang digunakan
untuk mengurangi depresi yang banyak disarankan ahli adalah minyak peppermint,
chamomile, lavender, dan melati.
2.1.4.3 Meningkatkan memori
Alzheimer masih dianggap sebagai penyakit yang tak tersembuhkan, namun ada cara
tertentu untuk mengurangi atau memperlambat perkembangannya. Aromaterapi juga
sering menjadi sebagai alternatif untuk pengobatan tambahan bagi pasien demensia
Alzheimer. Studi telah menunjukkan khasiat aromaterapi pada pasien yang lebih
muda dapat meningkatkan kapasitas memori mereka dalam jangka waktu tertentu
setelah perawatan. Minyak Sage adalah minyak yang paling sering direkomendasikan
untuk efek meningkatkan memori.
2.1.4.4 Meningkatkan jumlah Energi
Stimulan seperti kafein, nikotin, pil energi, atau zat lain bisa menmberikan efek yang
sangat merusak pada tubuh. Sementara diet dan olahraga juga bisa membantu, namun
banyak orang menggunakan aromaterapi untuk memperoleh sedikit rasa lebih
semangat. Banyak minyak esensial yang dikenal berguna untuk meningkatkan
sirkulasi darah, meningkatkan energi, dan merangsang tubuh dan pikiran tanpa efek
samping yang berbahaya. Minyak esensial yang terbaik untuk mendorong energi
termasuk lada hitam, kapulaga, kayu manis, minyak cengkeh, angelica, melati, pohon
teh, dan rosemary.
2.1.4.5 Penyembuhan dan Pemulihan
Banyak minyak esensial yang bermanfaat untuk menstimulasi peningkatan
penyembuhan luka atau penyakit. Hal ini bisa disebabkan oleh karena peningkatan
aliran oksigen dan peredaran darah kepada luka yang perlu disembuhkan. Sifat anti
mikroba dari minyak esensial tertentu juga bisa menjaga tubuh terlindungi selama
tahap penyembuhan. Beberapa minyak esensial yang paling populer untuk
mempercepat proses penyembuhan termasuk lavender, calendula, rosehip,
Everlasting, dan minyak buckthorn. Sejumlah orang bahkan menggunakan
aromaterapi lebih dari sekedar menyembuhkan luka, tapi juga untuk mengurangi
tingkat keparahan dan ketidaknyamanan karena masalah kulit seperti psoriasis dan

8
eksim.
2.1.4.6 Mengatasi sakit kepala
Aromaterapi bisa menjadi solusi yang bagus untuk menghilangkan sakit kepala,
sekaligus mengurangi stres, kecemasan, atau untuk mencegah sakit kepala. Beberapa
minyak esensial yang terkait dapat mengurangi sakit kepala dan migrain adalah
peppermint, eucalyptus, minyak esensial cendana, dan minyak rosemary. Anda juga
dapat mencampur minyak ini dengan minyak pembawa dan menyebarkannya ke kulit,
kulit kepala, leher, dan pelipis. Beberapa minyak pembawa terbaik untuk sakit kepala
termasuk minyak almond, alpukat, kelapa, aprikot, dan minyak wijen.
2.1.4.7 Mengatasi Insomnia
Kurang tidur bisa memperburuk atau menyebabkan sejumlah masalah medis, serta
dapat menyebabkan rasa lelah dan kurang berenergi. Denngan demikian, aromaterapi
bisa membantu untuk mengatasi masalah sulit tidur atau insomnia, sehingga bisa tidur
lelap dan berkualitas. Beberapa minyak esensial terbaik untuk mengatasi gangguan
insomnia termasuk lavender, chamomile, melati, benzoin, neroli, mawar, cendana,
dan minyak esensial ylang ylang.
2.1.4.8 Sistem kekebalan tubuh
Lebih baik mencegah daripada mengobati!. Sebagian besar medis mengatakan,
aromaterapi bisa memberikan peningkatan sistem kekebalan tubuh jika digunakan
dengan benar. Efek antimikroba, efek anti jamur atau antibakteri dari minyak esensial
aromaterapi dapat melindungi Anda dari sejumlah penyakit dan infeksi. Beberapa
minyak yang paling efektif untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh termasuk
oregano, kemenyan, lemon, peppermint, kayu manis, dan minyak esensial eucalyptus.
2.1.4.9 Menghilangkan rasa nyeri
Analgesik yang biasa digunakan untuk mengobati rasa nyeri bisa memiliki banyak
efek samping pada tubuh. Nyeri adalah salah satu kondisi umum yang bisa diatasi
dengan aromaterapi. Minyak esensia termasuk lavender, chamomile, clary sage,
juniper, kayu putih, rosemary, dan minyak peppermint, bisa digunakan untuk tujuan
ini.
2.1.4.10 Mengatasi masalah pencernaan
Masalah pencernaan tertentu dapat diobati dengan aromaterapi, seperti
meringankan sembelit, gangguan pencernaan, kembung, dan mempercepat
metabolisme sehingga makanan bisa lebih cepat dicerna. Minyak esensial jeruk
biasanya yang terbaik untuk mengobati kondisi pencernaan, termasuk lemon.

9
Tetapi ada juga beberapa studi yang menyarankan jahe, adas, chamomile, clary
sage, dan lavender.
2.1.5 Mekanisme Kerja Aromaterapi
Mekanisme kerja aromaterapi didalam tubuh berlangsung melalui dua sistem
fisiologis yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Bau merupakan suatu molekul
yang mudah menguap ke udara dan akan masuk ke rongga hidung melalui penghirupan
sehingga akan direkam oleh otak sebagai proses penciuman. Proses penciuman terbagi
dalam tiga tingkatan, dimulai dengan penerimaan molekul bau pada epitallium olfaktori
yang merupakan suatu reseptor berisi 20 juta ujung saraf. Selanjutnya bau tersebut akan
ditramisikan sebagai suatu pesan ke pusat penciuman yang terleltak pada bagian belakang
hidung. Pada tempat ini, sel neuron menginterpretasikan bau tersebut dan mengantarkannya
ke sistem limbik . Sistem limbik merupakan pusat nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan
berbagai emosi lainnya. selanjutnya respon dikirim ke hipotalamus untuk diolah.
Melalui penghantaran respons yang dilakukan oleh hipotalamus seluruh sistem
minyak essensial tersebut akan diantar oleh sistem sirkulasi dan agen kimia kepeda organ
yang tubuh. Secara fisiologis, kandungan unsur-unsur terapeutik dari bahan aromatic akan
memperbaiki ketidakseimbangan yang terjadi didalam system tubuh. Bau yang
menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah otak yang disebut nuklues rafe untuk
mengeluarkan sekresi serotonin (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Sekresi serotonin berguna
untuk menimbulkan efek rileks sebagai akibat inhibisi eksitasi sel (Rujito dkk 2016).
Perasaan rileks yang dihasilkan oleh citrus aurantium aromaterapi dikarenakan kembalinya
sirkulasi secara normal.
Serotonin yang menyebabkan euporia, relaks atau sedatif (Koesmardiansyah, 2009).
Saraf penciuman (nervus olfaktorius) adalah satu- satunya saluran terbuka yang menuju
otak. Melalui saraf ini, aromaakan mengalir ke bagian otak sehingga mampu memicu
memori terpendam dan memengaruhi tingkah laku emosional yang bersangkutan. Hal ini
bias terjadi karena aroma tersebut menyentuh langsung pusat emosi dan kemudian bertugas
menyeimbangkan kondisi emosional (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Untuk itu citrus
aurantium dengan cara inhalasi dapat menurunkan kecemasan dengan meningkatkan
serotonin.
2.1.6 Metode Pemakaian Minyak Essensial
Cara menggunakan minyak esensial menurut Primadiati (2012) :
1. Kompres

1
Kompres adalah salah satu upaya dalam mengatasi kondisi fisik dengan cara
memanipulasi suhu tubuh atau dengan memblokir efek rasa sakit. Caranya adalah
dengan menambahkan 3-6 tetes minyak essensial pada setengah liter air. Masukan
handuk kecil pada air tersebut dan peras. Lalu, letakkan handuk tersebut pada
wilayah yang diinginkan. Bisa juga untuk mengompres wajah dengan
menambahkan 2 tetes minyak essensial pada satu mangkuk air hangat. Masukan
kain atau handuk kecil pada air dan peras. Letakan pada wajah selama beberapa
menit. Ulangi cara tersebut selama tiga kali.
2. Pemijatan /Massage
Pemijatan/massage termasuk salah satu cara terapi yang sudah berumur tua.
Meskipun metode ini tergolong sederhana, namun cara terapi ini masih sering
digunakan. Caranya adalah dengan menggunakan 7-10 tetes minyak esensial yang
sejenis dalam 10-14 tetes minyak dasar, atau tiga kali dari dosis tersebut bila
menggunakan tiga macam minyak esensial. Cara pemijatan ini dapat dilakukan
dengan suatu gerakan khusus melalui petrissage (mengeluti, meremas, mengerol
dan mencubit), effleurage (usapan dan belaian) friction (gerakan menekan dengan
cara memutar-mutarkan telapak tangan atau jari).
3. Steaming
Streaming merupakan salah satu cara alami untuk mendapatkan uap aromatis
melalui penguapan air panas. Dalam terapi ini, setidaknya digunakan 3-5 tetes
minyak esensial dalm 250 ml air panas. Tutuplah kepala dan mangkok dengan
handuk, sambil muka ditundukkan selama 10-15 menit hingga uap panas
mengenai muka.
4. Hirup atau Inhalasi
Adapun maksud dari terapi ini adalah untuk menyalurkan khasiat zat-zat yang
dihasilkan oleh minyak esensial secara langsung atau melalui alat bantu aroma
terapi. Seperti tabung inhaler dan spray, anglo, lilin, kapas, tisu ataupun pemanas
elektrik. Zat-zat yang dihasilkan dapat berupa gas, tetes-tetes uap yang halus,
asap, serta uap sublimasi yang akan terhirup lewat hidung dan tertelan lewat
mulut. Caranya adalah teteskan satu tetes minyak esensial pada tisu, kapas atau
sapu tangan. Hirup selama menit 15-30 menit. Mekanisme inhalasi terhadap nyeri
yaitu perjalanan masuknya aromaterapi, ketika minyak atsiri dalam hal ini adalah
aroma lavender dihirup, molekul yang mudah menguap (volatile) dari minyak
tersebut dibawa oleh arus udara ke “atap” hidung dimana silia-silia yang lembut

1
muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada rambut-
rambut tersebut, suatu pesan eletrokimia akan ditransmisikan melalui bola dan
saluran olfaktory ke dalam sistem limbik.
Hal ini akan merangsang memori dan respons emosional. Hipotalamus berperan
sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan
ke bagian otak serta bagian badan yang lain. Pesan yang diterima itu kemudian
diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa elektrokimia yang
menyebabkan euphoria (kesenangan yang berlebihan), relaks atau sedatif. Sistem
limbik ini terutama digunakan dalam ekspresi emosional. Bau yang dihasilkan
aromaterapi akan berikatan dengan gugus steroid di dalam kelenjar keringat, yang
disebut osmon, yang mempunyai potensi sebagai penenang kimia alami. Respon
bau yang dihasilkan akan merangsang kerja sel neurokimia otak. Sebagai contoh,
bau yang menyenangkan akan menstimulasi thalamus untuk mengeluarkan
enkefalin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami dan menghasilkan
perasaan sejahtera (Dwijayanti, Wening dkk,2014).
Hal ini menyatakan bahwa aromaterapi akan merangsang keluarnya hormon
enfekalin, serotonin dan endorfin. Enkefalin dianggap dapat menimbulkan
hambatan presinaptik dan hambatan pasca sinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe
C dan tipe delta A dimana mereka bersinaps di kornu dorsalis. Proses tersebut
mencapai inhibisi dengan penghambatan saluran kalsium. Penghambatan nyeri
tersebut yaitu dengan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidak dikirim ke
korteks serebri dan selanjutnya akan menurunkan persepsi nyeri. Sesuai dengan
teori gate control yang dikemukakan oleh Melzack dan Wall bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls nyeri dihambat saat sebuah
pertahanan ditutup, sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan
(Dwijayanti, Wening dkk,2014).

2.1.7 Efek Medis Minyak Essensial dan Fisiologis Minyak Essensial


Minyak esensial memiliki peran amat penting bagi perkembangan kesehatan saat ini,
yaitu sebagai sumber obat-obatan alami yang aman dan murah, melalui metode aromaterapi.
Hal ini cukup beralasan, karena pada minyak esensial terdapat kandungan kimia bahan aktif
yang memiliki khasiat dan efek yang cepat dalam membantu penyembuhan penyakit. Bahan-
bahan aktif dalam minyak essensial ini juga merupakan sediaan kosmetika yang efektif dan

1
praktis.(Damawati, 2016). Adapun efektivitas kimia bahan aktif minyak essensial tersebut
dapat dijelaskan melalui mekanisme menurut Sunito (2010) sebagai berikut :
a. Butiran molekulnya sangat kecil dengan mudah dapat diserap melalui aliran darah hingga

pembuluh kapiler darah di seluruh jaringan tubuh. Zat-zat aktif yang terdapat dalam

minyak essensial ini kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, sehingga akan lebih

mudah mencapai sasaran lokasi yang akan diobati (target site).

b. Minyak essensial juga memiliki sifat mudah larut dalam lemak, sehingga dengan mudah

terserap ke dalam lapisan kulit dan lapisan kulit yang ada di bawahnya (subkutan) bila

dioleskan atau digosokkan.

c. Minyak esensial mampu meredakan ketegangan pada otot-otot yang sedang mengalami

kelelahan akibat aktivitas yang berlebihan.

d. Efek dari zat aktifnya dapat mempengaruhi lapisan dinding usus secara langsung, selaput

lendir, dan otot-otot pada dinding usus di sekitarnya bila dikonsumsi secara internal

melalui oral.

e. Minyak essensial juga mampu mempengaruhi impuls dan refleks saraf yang diterima

oleh ujung-ujung reseptor saraf pada lapisan terluar dari kulit, dibawah lapisan epidermis.

Selain itu, minyak ini dapat mempengaruhi aktivitas fungsi kerja otak melalui sistem

saraf yang berhubungan dengan indera penciuman. Respons ini akan dapat merangsang

peningkatan produksi masa penghantar saraf otak (neurotransmitter), yaitu yang

berkaitan dengan pemulihan kondisi psikis (seperti emosi, perasaan, pikiran, dan

keinginan).

f. Efek medis minyak essensial juga mampu mempengaruhi kelenjar getah bening. Dalam

hal ini, efektifitas zat-zat aktifnya dapat membantu produksi prostaglandin yang berperan

penting dalam meregulasi tekanan darah, pengendalian rasa sakit, serta keseimbangan

hormonal.

1
g. Minyak essensial juga ikut membantu kerja enzim, antara lain enzim pencernaan yang

berperan dalam menstimulasi nafsu makan, asam hidrokhlorik, pepsin, musin dan

substansi lain yang ada dilambung.

2.2 Penatalaksanaan Aroma Terapi


2.2.1 Pengaruh Relaksasi Aromaterapi Jasmine terhadap Kualitas Tidur pada Lansia
Hasil uji statistik t independen terhadap perbedaan kualitas tidur antara kelompok
kontrol dan intervensi menunjukkan hasil beda rata-rata pengukuran setelah diberikan
relaksasi aromaterapi jasmine adalah 6,38 poin dengan p value = 0,001 < α (α = 0,05) dan
nilai interval kepercayaan 95% berada dalam rentang 4,737 sampai 8,013.
Aromaterapi adalah penggunaan terapeutik minyak esensial tanaman dimana yang
digunakan adalah aroma dari tanaman tersebut. Bahan kimia yang ditemukan di dalam
minyak esensial akan diserap oleh tubuh dan menghasilkan keuntungan baik fisiologis
maupun psikologis. Jasmine memiliki efek yang dapat merangsang saraf dan hormon,
sebagai antidepresan, serta memberikan efek relaksasi. Jasmine memiliki kandungan linalool
pada aroma yang ditimbulkannya yang memiliki khasiat sebagai zat sedatif yang akan
meningkatkan relaksasi pada tubuh .
Aroma jasmine merupakan molekul yang mudah menguap ke udara sehingga mudah
untuk terhirup oleh indera penciuman. Bau tersebut akan masuk ke dalam rongga hidung
melalui penghirupan sehingga aromanya akan direkam oleh otak sebagai proses penciuman.
Setelah proses penciuman dengan penerimaan molekul bau pada epitelium olfaktori,
selanjutnya bau akan ditransmisikan ke pusat penciuman yang terletak dibagian belakang
hidung sebagai suatu pesan. Sel neuron dibelakang hidung akan menginterpretasikan pesan
tersebut dan dihantarkan ke sistem limbik (amigdala dan hipokampus). Sistem limbik akan
meneruskan pesan ke hipotalamus untuk diolah, melalui hipotalamus seluruh sistem minyak
esensial jasmine yang tercium akan diedarkan oleh sistem sirkulasi dan agen kimia kepada
organ tubuh yang membutuhkan. Bahan kimia yang terdapat didalam minyak esensial
jasmine akan memperbaiki keseimbangan sistem tubuh. Bau yang memiliki bahan kimia
sedatif akan menimbulkan rasa tenang dan merangsang otak bagian nulcei raphe untuk
mengeluarkan sekresi serotonin yang berfungsi untuk menghantarkan tidur.
Pada usia lansia akan mengalami gangguan tidur seperti terbangun ditengah malam
atau pergi ke kamar mandi ditengah malam, hal ini akan menimbulkan dampak yang buruk
bagi fisiologis maupun psikologis lansia. Selama proses penuaan, lansia akan mengalami
perubahan pola tidur seperti pada kelatenan tidur, terbangun dini hari, peningkatan tidur

1
siang, dan penurunan jumlah waktu yang digunakan untuk tidur di malam hari. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat digunakan relaksasi aromaterapi jasmine karena jasmine
memiliki kandungan linalool dalam aromanya akan memberikan efek relaksasi yang lembut
dan menyenangkan. Efek yang menyenangkan akan memperoleh kesembuhan dari perasaan
cemas, stres dan keseimbangan dalam tubuh sehingga akan menimbulkan peningkatan tidur
yang nyenyak .
2.2.2 Pemberian Aromaterapi Lemon Terhadap Penurunan Skala Nyeri Post Operasi
Laparatomi
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan yang
digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan. Mekanisme kerja perawatan aromaterapi
dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan
sistem penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan emosi
seseorang. Aromaterapi lemon merupakan jenis aroma terapi yang dapat digunakan untuk
mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam lemon salah satunya adalah linalool
yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi
siapapun yang menghirupnya. Bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, Hidung
memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang
mempengaruhi manusia tanpa disadari. Bau bauan tersebut masuk ke hidung dan
berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik
yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood
(suasana hati),emosi, ingatan, dan pembelajaran (Rahmawati dan Rohmayanti, 2015).
Aromaterapi merupakan pemberian minyak essensial melalui metode massase, salep
topical, inhalasi, mandi, kompres untuk mengurangi nyeri dan dapat menimbulkan efek
relaksasi dan kenyamanan (Sharma, 2009). Aromaterapi lemon memiliki kandungan aktif D-
Limonene dan L-Limonene yang merangsang sistem saraf pusat dan kandungan lainnya
adalah linalool yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan
efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya (Jaelani, 2010).
Berdasarkan yang telah dilakukan didapatkan hasil kedua pasien yaitu Tn. S dan Ny.
S mempunyai ambang nyeri yang sama karena dalam proses pemberiannya tingkat penurunan
nyeri pada kedua pasien juga sama. Hal ini mengidentifikasi bahwa pemberian aromaterapi
lemon pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut, efektif dapat menurunkan
intensitas nyeri pasien secara nonfarmakologis. Penurunan nyeri juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang mendukung yaitu istirahat dan tidur yang cukup, lingkungan yang
tenang, dukungan dari keluarga.

1
Pada beberapa hasil dari jurnal penelitian didapatkan kesimpulan bahwa minyak
essensial dari lemon dapat memberikan manfaat relaksasi, sedatif, mengurangi kecemasan.
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Purwandari (2014) dengan judul “
Efektifitas Aroma Terapi Lemon Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Post Laparatomi”
didapatkan kesimpulan bahwa aromaterapi lemon dapat menurunkan skala nyeri pada pasien
post laparatomi.
2.2.3 Pengaruh Aromaterapi Bunga Lavender (Lavandula Angustifolia) Terhadap
Intensitas Nyeri Haid (Dismenore)
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Riniasih (2008) bahwa sebelum
dilakukan pemberian aromaterapi, mayoritas responden mengalami intensitas nyeri haid
dengan skala sedang sebanyak 52,7 % dan setelah pemberian aromaterapi, mayoritas
responden mengalami nyeri intensitas nyeri haid dengan skla ringan sebanyak 61,8 %.
Menurut Pilitteri (2003 cit. Ningsih, 2011) karakteristik skala nyeri sedang yaitu terasa kram
pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan, sebagian
aktivitas dapat terganggu, sulit/susah berkonsentrasi. Sedangkan karakteristik skala nyeri
ringan yaitu terasa kram pada perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih dapat
melakukan aktivitas, masih dapat berkonsentrasi.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Perry dan Potter (2005) bahwa nyeri
merupakan sensasi yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada bagian tubuh.
Perbedaan tingkat nyeri yang dirasakan juga terjadi karena nyeri bersifat subjektif sesuai
persepsi dan respon masing-masing individu yang merasakan. Derajat dan kualitas nyeri yang
dipersepsikan seseorang berhubungan dengan makna nyeri yang akan berpengaruh pada
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi dengan nyeri.
Nyeri haid atau dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menstruasi
yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri
atau rasa sakit di daerah perut maupun panggul (Judha dkk, 2012). Menurut Corwin (2009)
dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu, prostaglandin
F2 alfa, dari sel-sel endometrium uterus.
Prostaglandin F2 alfa adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan
kontraksi pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal
terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat.
Menurut French (2005) faktor predisposisi terjadinya dismenore primer antara lain
faktor psikologis, budaya, persepsi individu, pengalaman masa lalu, Winkjosastro (2008)
beberapa faktor-faktor yang memegang peranan sebagai penyebab dismenore antara lain

1
faktor kejiwaan remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi remaja tidak mendapat
penjelasan yang baik tentang proses menstruasi sehingga hal ini dapat memicu dismenore
dapat muncul dengan mudah. Faktor konstitusi seperti penyakit menahun dan anemia, dapat
mempengaruhi timbulnya dismenore. Faktor obstruksi kanalis servikalis, wanita yang
uterusnya mengalami hiperantefleksi kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya stenosis
kanalis servikalis. Stenosis kanalis servikalis bukan penyebab utama munculnya dismenore
primer. Faktor endokrin, umumnya ada anggapan bahwa kejang yeng terjadi pada dismenore
primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai
hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot tonus. Faktor alergi, teori ini dikemukakan
setelah memperhatikan adanya asosiasi antara urtikaria, migrain, dan asma bronkhiale.
Smith dalam Winkjosastro (2008), menduga bahwa sebab toksin adalah toksin haid.
Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenore menurut Sukarni dan
Margareth (2013) berkaitan dengan sistem saraf (neurologik) bahwa uterus dipersarafi oleh
sistem saraf otonom yang terdiri dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis, Jeffcoate
mengemukakan bahwa dismenore ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian sistem
saraf otonom terhadap mio-metrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan
oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum
menjadi hipertonik. Faktor psikis, semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf
pusat, khususnya talamus dan korteks. Derajat penderitaan yang dialami akibat rangsang
nyeri tergantung pada latar belakang pendidikan penderita. Nyeri dapat dibangkitkan atau
diperberat oleh keadaan psikis penderita. Seringkali segera setelah perkawinan dismenore
hilang, dan jarang masih menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut
(perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada genetalia maupun
perubahan psikis.
Aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan minyak atsiri untuk
meningkatkan kesehatan fisik seseorang. Minyak atsiri merupakan minyak alami yang
diambil dari tanaman aromatik. Minyak jenis ini dapat digunakan sebagai minyak pijat
(massage), inhalasi, produk untuk mandi, dan parfum (Koensoemardiyah, 2009). Selain
digunakan sebagai inhalasi, aromaterapi bunga lavender juga dapat digunakan melalui cara
massage. Hal ini sesuai dengan penelitian Marzouk et al (2013) yang menunjukkan bahwa
aromaterapi bunga lavender yang dilakukan dengan massage pada mahasiswi yang
mengalami nyeri haid memiliki efek yang signifikan dalam menurunkan nyeri haid. Dalam
bidang pengobatan, aromaterapi digolongkan dalam terapi komplementer, yaitu terapi yang
dilakukan untuk melengkapi terapi konvensional (Koensoemardiyah, 2009). Kandungan

1
utama bunga lavender (Lavandula angustifolia) adalah linalyl asetat dan linalool
(C10H18O). Linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek relaksasi pada
lavender. Menurut penelitian Matsumoto et al (2013) aromaterapi lavender dapat
mempengaruhi gejala emosional pramenstruasi yang diukur melalui Heart Rate Variability
(HRV) karena meningkatkan aktivitas sistem syaraf parasimpatik. Selain itu, menurut hasil
dari beberapa jurnal penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa minyak essensial dari bunga
lavender (Lavandula angustifolia) dapat memberikan manfaat relaksasi (carminative),
sedatif, mengurangi tingkat kecemasan, dan mampu memperbaiki mood seseorang (Dewi,
2013). Ketika menghirup aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifolia) yang
diteteskan pada tissue responden merasakan nyaman dan tenang. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang menyatakan bahwa dalam lavender terkandung senyawa linalyl asetat dan
linanolol yang berperan dalam relaksasi, selain itu inhalasi dengan aromaterapi bunga
lavender (Lavandula angustifolia) dapat mengurangi rasa sakit dan mempunyai khasiat
psikologi menenangkan (Dewi, 2013). Efek aromaterapi positif karena aroma yang segar dan
harum merangsang sensory dan akhirnya mempengaruhi organ sehingga dapat menimbulkan
efek yang kuat terhadap emosi. Aromaterapi ditangkap oleh reseptor di hidung, kemudian
memberikan informasi yang lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan memori
serta memberikan informasi ke hipotalamus yang merupakan pengatur sistem internal tubuh,
sistem seksualitas, suhu tubuh dan reaksi terhadap stres (Koensoemardiyah, 2009). Bau yang
berasal dari aromaterapi diterima oleh reseptor di hidung kemudian dikirimkan ke bagian
medulla spinalis di otak, di dalam hal ini kemudian akan meningkatkan
gelombanggelombang alfa di otak dan gelombanggelombang alfa inilah yang membantu
untuk merasa relaksasi (Amera,2008).
Relaksasi sendiri dapat dipercaya menurunkan nyeri dengan merileksasikan
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Relaksasi juga dapat menurunkan ketegangan
fisiologis yang diakibatkan nyeri di abdomen (Stuart dan Sundeen, 1997 dalam Kumalasari,
2012). Relaksasi mempengaruhi bahan transmiter yang ikut terlibat dalam sistem analgesia,
khususnya enkefalin dan serotonin. Serotonin menyebabkan neuron lokal medula spinalis
mensekresi enfekalin. Enfekalin dianggap dapat menimbulkan hambatan presinaptik pada
serabut nyeri tipe C dan tipe A. Serabut ini mungkin mencapai inhibisi presinaptik dengan
penghambatan saluran kalsium dalam membran ujung saraf dan mengaktifkan sistem
analgesia sehingga dapat menekan seluruh atau hampir seluruh sinyal yang masuk melewati
saraf perifer dan menurunkan sampai menghilangkan nyeri (Alexander, 1994 dalam
Kumalasari, 2012).

1
2.2.4 Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Wanita Lanjut Usia
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa distribusi frekuensi tekanan darah
wanita lanjut usia sebelum dilakukan perlakuan pemberian aromaterapi bunga mawar di
UPTD Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Lampung Selatan memiliki rata-
rata tekanan darah yaitu 121,04 (Mean Arterial Pressure), dan berada pada rentang
tekanan darah minimum dan maksimum yaitu 110 sampai dengan 136,7. Menurut teori yang
dikemukakan oleh Mansjoer, dkk (2013), dikatakan tekanan darah tinggi bila tekanan
darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tekanan darah diastolik mencapai 90 mmHg
atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi biasanya terjadi kenaikan tekanan
sistolik dan diastolic.
Menurut Kemenkes (2014), secara umum hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, anuerisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.
Menurut Gunawan (2013), faktor-faktor penyebab hipertensi antara lain faktor yang tidak
dapat dikontrol antara lain keturunan, jenis kelamin, umur. Selain itu faktor seperti obesitas,
merokok dan konsumsi alkohol. Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak memiliki
gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan
pada hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi maupun pada seorang dengan tekanan darah yang normal.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa distribusi frekuensi tekanan darah
wanita lanjut usia setelah dilakukan perlakuan pemberian aromaterapi bunga mawar di
UPTD Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Lampung Selatan memiliki rata-rata
tekanan darah yaitu 113,02 (Mean Arterial Pressure), dan berada pada rentang tekanan
darah minimum dan maksimum yaitu 96,7 sampai dengan 133,3.
Menurut Mansjoer (2013), salah satu penanganan hipertensi adalah dengan
menggunakan aromaterapi. Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhasi atau
penyerapan minyak essensial memicu perubahan pada sistem tubuh, bagian dari otak yang
berhubungan dengan memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang respon fisiologis saraf,
endokrin, atau sistem kekebalan tubuh yang mempengaruhi denyut jantung, tekanan darah,
pernafasan, aktifitas gelombang otak dan pelepasan berbagai hormon di seluruh tubuh.
Efeknya pada otak dapat baik tenang atau merangang sistem syaraf, serta mungkin
membantu dalam menormalkan sekresi hormon. Menghirup minyak essensial dapat

1
meredakan gejala pernapasan, sedangkan aplikasi lokal minyak yang diencerkan dapat
membantu untuk kondisi tertentu.
Menurut Sudjono (2009) relaksasi merupakan salah satu tehnik pengelolaan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatik dan parasimpatik. Dalam keadaan tegang
yang rendah dengan tanpa adanya emosi yang kuat. Relaksasi akan memberikan batasan
sebagai suatu bentuk terapi yang menekankan pada mengajarkan konseli tentang
bagaimana relaks, dengan asumsi bahwa keadaan otot yang relaks akan membantu
mengurangi ketegangan kejiwaan.
Aromaterapi didefinisikan sebagai perlakuan dengan menggunakan bau-bauan atau
keharuman, biasanya minyak tumbuhan serin digunakan untuk membantu pemijatan, dalam
dua kata yaitu aroma yang berarti wangi-wangian (fragrance) dan therapy yang berarti
perlakuan pengobatan, jadi secara ilmiah diartikan sebagai wangi-wangian yang memiliki
pengaruh terhadap fisiologis manusia.
Efek fisiologis dari aromaterapi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu mereka yang
bertindak melalui stimulasi sistem syaraf dan orang-orang yang bertindak langsung pada
organ atau jaringan melalui efektor reseptor mekanisme. Aromaterapi didasarkan pada teori
bahwa inhasi atau penyerapan minyak essensial memicu perubahan pada sistem tubuh,
bagian dari otak yang berhubungan dengan memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang
respon fisiologis saraf, endokrin, atau sistem kekebalan tubuh yang mempengaruhi denyut
jantung, tekanan darah, pernafasan, aktifitas gelombang otak dan pelepasan berbagai
hormon di seluruh tubuh.
Efeknya pada otak dapat memberi ketenangan atau merangang sistem syaraf, serta
membantu dalam menormalkan sekresi hormon. Menghirup minyak essensial dapat
meredakan gejala pernapasan, sedangkan aplikasi lokal minyak yang diencerkan dapat
membantu untuk kondisi tertentu (Sudoyo, 2013).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Ridho (2015) tentang
pengaruh pemberian aromaterapi bunga mawar terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut
usia dengan hipertensi di Sungai Bundung Laut Kabupaten Mempawah tahun 2015 diperoleh
bahwa terdapat pengaruh pemberian aromaterapi bunga mawar terhadap pengaruh penurunan
tekanan darah sistol dan diastol pada lanjut usia dengan hipertensi sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi dengan nilai ρ-value=0,000.

Pada penelitian ini tekanan darah wanita lanjut usia setelah dilakukan perlakuan
pemberian aromaterapi bunga mawar mengalami penurunan dibandingkan dengan sebelum
diberi perlakuan. Hal ini dapat disebabkan karena perlakuan pemberian aromaterapi bunga
mawar memiliki efek terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yang

2
dialami oleh responden. Hal ini secara lebih lanjut akan dibahas pada analisis bivariat pada
penelitian ini.

2
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aromaterapi dapat dipergunakan sebagai relaksan alternatif menghadapi stres, dengan
cara masuknya minyak atsiri ke dalam tubuh melalui inhalasi (cara yang paling efektif),
internal, dan penyerapan lewat kulit Setelah itu molekul- molekul minyak atsiri akan diserap
dan ikut terbawa oleh aliran darah dan limfatik ke selumh tubuh untuk kemudian
menimbulkan efek relaksasi dengan kerja sarna sistem saraf dan sistem hormonal.
Aromaterapi dianggap lebih aman dibandingkan obat kimia sintetik karena minyak atsiri
yang digunakan berasal dari bahan alami yang walallpun bekerja relatif lebih lambat namun
efek sampingnya jauh lebih kecil dan tidak menimbulkan ketergantungan serta gejala putus
obat asalkan digunakan sesuai indikasi, dosis, dan lama waktu pemakaiannya.
Ketika minyak yang beraroma sedatif terhirup oleh hidung dan molekulnya terkunci
pada silia hidung, timbul impuls yang ditransmisikan lewat bulbus dan tractus olfactorius ke
dalam sistem limbic (amigdala dan hipokampus). Proses ini memicu respon memori dan
emosional lewat hipotalamus, yang bekerja sebagai pemancar dan regulator, kemudian
impuls terkirim ke otak. Serabut olfactorius membawa impuls ke bagian otak yang disebut
nukleus raphe. Aroma sedatif menyebabkan stimlliasi nuklells raphe dan akan melepaskan
zat nellrokimia serotonin, keadaan inilah yang menyebabkan timbulnya keadaan relaksasi.
Beberapa bahan minyak aromaterapi antara lain Cendana / Sandalwood (Santalum
Album), Lemon (Citrus Lemon), Jasmine (Jasminum Grandiflorum), Mawar (Rosa
Centifolia), Green Tea (CamelliaSinensis), Lavender(Lavendula Augustfolia), dan
Pine(Pinus Sylvestris).
3.2 Saran
Dalam dunia keperawatan pengenalan lebih lanjut tentang aromaterapi serta
penggunaannya di masyarakat secara luas, tepat, dan benar untuk menekan dan mengurangi
efek negatif yang ditimbulkan obat-obatan kimia sintetik. Penelitian lebih lanjut mengenai
khasiat aromaterapi terhadap penyakit dapat mengurangi dampak dari penyakit, antara lain
asma, sinusitis, hipertensi, dan lain- lain.

2
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, Andria. 2002. Aromaterapi, Cara Sehat Dengan Wewangian Alami.
Jakarta : Penebar Swadaya
Anonim, 2009. Tips Aomaterapi & Relaksasi. www.blanjaspa.com (diakses pada
tanggal 24 Oktober 2016)
Alexander M.(2001). Biodegradation and Bioremediation. Ed ke-2. California:
Academic Pr.
Davis C, Marie C, Kerri H, Mark J, Julie F. 2005. The Effect Of Aromatherapy
Massage with Music on the Strss and Anxiety Levels of Emergency Nurses.
Australasian Emegency Nursing Journal. 8: 43-50
Departement of Health.(2007). Paint management, aromatheraphy sectio B clinical
guidelines King Edward Memorial Hospital Perth Western Australia.
http//www.kemh.health.wa.gov.au/development/manuals/section/4/8272.p df
(diakses pada tanggal 24 Oktober 2016)
Deveraux C. 2003. Aromatheraphy: Essential Oil and How to Use Them. United
States: Tutle Publishing, pp: 73-75
Field T, Diego M, Hernandez-reif M, Cisneros W, Feijo L, Vera Y, Gil K, Grina D,
Claire He Q. 2005. Lavender Fragrance cleansing gels effect on relaxation.
International Journal of Neurosciene, 115 (2): 207-222
Howard S, Hughes BM Expectancies.2007. Not aroma, explain impact of lavender
aromatherapy .New England Journal of Medicine. 5(365):479- 485
Hutasoit, A.S. 2002. Panduan Praktik Pijat Aromaterapi Untuk Pemula. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Muchtaridi dan Moelyono. 2015. Aroma Terapi: Tinjauan Aspek Kimia Medisinal.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Poerwadi, R. 2006. Aromaterapi Sahabat Calon Ibu. Jakarta: Dian Rakyat
Rho, Han, Kim, Lee. 2005. Effects of Aromatherapy Massage on Anxietas and Self-
Esteem in Korean Elderly Woman: A pilot Study. InternationalJournal of
Neurosciene, 116: 1447-1455
Sharma, S. 2009. Aroma Therapy. Terjemahan Alexander Sindoro. Jakarta: Kharisma
Publishing Group.
Stevensen, C. J. 1996 . Aromatherapy. New York : Churchill Livingstone Inc
http://eprints.undip.ac.id/44834/3/BAB_2.pdf (diakses pada tanggal 24 Oktober 2016)

2
http://library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312042/bab2.pdf (diakses pada
tanggal 24 Oktober 2016)
http://library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312042/bab2.pdf (diakses pada
tanggal 24 Oktober 2016)

2
LAMPIRAN
Pengaruh Relaksasi Aromaterapi Jasmine
terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di
Karang Werdha
(The Effect of Jasmine Aromatherapy
Relaxation towards Sleeping Quality for
Elderly at Elderly Association)
Mahda Febriyanti Eka Pertiwi Putri, Murtaqib, Mulia Hakam
Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember Jl.
Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember. Telp./Fax. (0331) 323450 e-mail:
murtaqib.psik@unej.ac.id

Abstract
During the quality of sleep the elderly is good, some changes that will occur to the elderly are
normal as well, but if not, it will cause health problems. This research aims to analyze the
effect of jasmine aromatherapy relaxation on sleeping quality to the elderly at elderly
association in Jenggawah Jember. This research used quasy experimental design method with
pre-post test and control group design. Sleeping quality was measured using a PSQI
questionnaire and interventions which were given for 28 days. The result of dependent t test
showed no significant difference on the average score of control group (p value = 1,000). While
in the intervention group there was a decrease in the mean score of PSQI after being given
jasmine aromatherapy relaxation, so that there was a significant difference in sleeping quality of the
intervention group (p value = 0,001). Independent t tests showed significant differences between the control group and the

intervention group after jasmine aromatherapy relaxation (p value = 0,001). Overall, jasmine
aromatherapy relaxation can improve sleeping quality in the elderly, so that jasmine
aromatherapy relaxation may be used as an alternative non-pharmacological treatment which
has no adverse side effects compared to the use of long-term sleeping pills that would give
negative side effects to its users.

Keywords: aromatherapy, sleeping quality, elderly.

Abstrak
Selama kualitas tidur lansia baik, segala perubahan yang terjadi pada lansia tersebut adalah hal
yang normal dan akan menimbulkan masalah kesehatan jika kualitas tidurnya buruk.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh relaksasi aromaterapi jasmine
terhadap kualitas tidur pada lansia di Karang Werdha Kecamatan Jenggawah Kabupaten
Jember.

Penelitian ini menggunakan metode quasy experimental design dengan pendekatan pre-post
test with control design. Kualitas tidur diukur dengan menggunakan kuesioner PSQI dan
intervensi diberikan selama 28 hari. Hasil uji t dependen menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan pada rata-rata skor nilai kelompok kontrol (nilai p = 1,000). Sedangkan pada
kelompok intervensi terjadi penurunan rata-rata skor nilai PSQI setelah diberikan relaksasi
aromaterapi jasmine sehingga ada perbedaan yang signifikan pada kualitas tidur kelompok
intervensi (nilai p = 0,001). Uji t independen menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah diberikan relaksasi aromaterapi jasmine

(nilai p = 0,001). Secara keseluruhan, relaksasi aromaterapi jasmine dapat meningkatkan


kualitas tidur pada lansia sehingga relaksasi aromaterapi jasmine dapat digunakan sebagai
alternatif pengobatan non farmakologi yang tidak memiliki efek samping merugikan
dibandingkan dengan penggunaan obat tidur jangka panjang yang akan memberikan efek
samping negatif bagi penggunanya.

Kata Kunci: aromaterapi, kualitas tidur, lansia.

Pendahuluan dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk


Tidur pada lansia menjadi aspek utama dalam menjadikan lansia dapat menjaga kesehatannya
pemulihan mulai dari fungsi-fungsi tubuh secara mandiri [4]. Aromaterapi merupakan metode
sampai tingkat fungsional agar menjadi penyembuhan penyakit dengan menggunakan
optimal. Adanya proses penuaan akan minyak essensial dari tanaman dan pohon aromatik
berakibat penurunan kualitas tidur pada lansia dengan pendekatan holistik untuk penyembuhan
[1]. Selama kualitas tidur lansia baik, segala fisik, ketenangan pikiran dan jiwa serta rohani.
perubahan yang terjadi pada lansia tersebut Efek yang dihasilkan menyenangkan, sembuh dari
adalah hal yang normal. Akan tetapi nyeri reumatik, peningkatan kenikmatan seksual,
sebaliknya, jika kualitas tidur pada lansia tidur nyenyak, dan perkembangan keadaan mental
terganggu maka akan timbul berbagai masalah yang baik [5]. Jasmine yang memiliki kandungan
kesehatan [2]. Lansia nyaris tidak memiliki senyawa utama seperti linalool memiliki manfaat
tidur pada tahap empat atau yang sering sebagai antidepresan karena efek jasmine yang
disebut dengan tidur dalam. Hal tersebut akan merangsang hormon serotonin sehingga
terjadi akibat adanya penurunan pada NREM 3 mendorong energi dan meningkatkan suasana hati.
dan 4 dan merupakan perubahan yang normal Selain itu jasmine memiliki zat sedatif terhadap
bagi lansia [3]. saraf otonom dan keadaan jiwa yang bersifat
menenangkan tubuh, pikiran dan jiwa serta
Hasil wawancara yang dilakukan di Karang menciptakan energi positif [6]. Tujuan penelitian
Werdha Kecamatan Jenggawah ini adalah untuk menganalisis pengaruh relaksasi
aromaterapi jasmine terhadap kualitas tidur pada
Kabupaten Jember diketahui bahwa lansia lansia di Karang Werdha.
yang mengalami gangguan terhadap kualitas
tidur mengaku sulit untuk memulai tidur, sulit
Metode Penelitian
untuk mempertahankan tidur, lansia
mengalami tidur terlalu dini dan bangun terlalu Penelitian ini menggunakan metode quasy
pagi, lansia tidur terlalu larut dan bangun experiment dengan rancangan pre-post test
terlalu pagi, serta ketika terbangun di pagi hari with control group design. Teknik
badan terasa tidak segar. Rata-rata tidur para pengambilan sampel adalah probability
lansia yang menggalami gangguan kualitas sampling dengan pendekatan simple random
tidur memiliki durasi tidur sekitar 5 sampai 6 sampling yang melibatkan 32 responden
Jam setiap harinya. dengan masingmasing kelompok pada kontrol
dan kelompok intervensi sebanyak 16
Penatalaksanaan dengan terapi non
responden. Sebelum dilakukan randomisasi
farmakologis sangat dianjurkan karena tidak
sample, dilakukan skrining MMSE (Mini
menimbulkan efek samping, selain itu juga
Mental State Examination) kepada keseluruhan
calon responden untuk menghindari
responden dengan demensia berat.
Instrument penelitian berupa kuesioner
PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Iindex)
dan SOP relaksasi aromaterapi jasmine.
Intervensi dengan meneteskan minyak
essensial jasmine sebanyak 3 tetes (0,3
ml) pada kertas tissue dan dilakukan
sekitar pukul 19.30-20.30 selama 15 menit
dalam kurun waktu 28 hari berturut-turut
[7-9]. Penelitian ini dilakukan di Karang
Werdha Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember. Analisis data
menggunakan analisa deskriptif untuk
karakteristik responden dan analisa
inferensial menggunakan uji t dependen
dan uji t independen dengan α= 0,05..

Hasil Penelitian

Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Usia
pada Lansia di

Mea Min
n –
Variabel Median SD 95% CI
Mak
s
Usia
(tahun):
70,8 66,35 –
Kontrol 8 71,00 8,500 60-85 75,40
Interve 65,0 62,34 –
n 6 63,50 5,118 60-80 67,79
si
Total 67,9 65,26 –
65,50 7,507 60-85
(n=32) 7 70,68

Karang Werdha (n=32)

Sumber: Data Primer Januari 2018


Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden 10,44 dengan standar deviasi 2,943. Perbedaan
Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan mean antara pengukuran pretest dan posttest
Terakhir, Status Pekerjaan, dan Status kelompok kontrol adalah 0,00 poin dengan beda
Pernikahan pada Lansia di Karang standar deviasi 1,211 dan nilai t dependen

Werdha (n=32) 0,001. Hasil interval 95%


Karakteristi Kontrol Interven Total
k si
Responden Ʃ % Ʃ % Ʃ %

Jenis
Kelamin:

diyakini rata-rata perbedaan skor pada


pengukuran pretest dan posttest kelompok kontrol
berada dalam rentang

-0,645 sampai 0,645 dengan nilai p = 1,000 > α


(α = 0,05).
Laki-laki 7 43,8 5 31,3 12 37,5

Perempuan 9 56,3 11 68,8 20 62,5 Kualitas Tidur Kelompok Intervensi


Total 16 100, 1 100, 3 100, Tabel 4. Hasil Uji t dependen (berpasangan)
0 6 0 2 0
Pendidikan Kualitas Tidur Berdasarkan Pengukuran
: Tidak
Sekolah 11 68,8 - - 11 34,4 Pretest dan Posttest Lansia di Karang
SD 4 25,0 1 6,3 5 15,6 Werdha Sebelum dan Setelah diberika n SMP
- - 7 43,8 7 21,9 Relaksasi Aromaterapi Jasmine pada
SMA - - 7 43,8 7 21,9 Kelompok Intervensi Bulan

Januari- Perguruan Februari 2018 (n=16)

Tinggi Variabel Mea SD t p 95%


n value CI
Total 16 100, 1 100, 3 100, Kualitas
0 6 0 2 0 Tidur
Pekerjaan:
1 6,3 1 6,3 2 6,3

Tidak 1 6,3 4 25,0 5 15,6 Pretest 11,94 2,26


Bekerja 5 13,66 6,646 –
1,06 1
Posttest 4,06
Poteatlani
T0,001 126 1020, 12 1020, 34 1020,
9,104 5, 6 5, 2 5,
Wiraswasta 9 3
56,3 3 18,8 12 37,5
P e n
St La atui sniunan1 6,3 7 43,8 8 25,0 Sumber: Data Primer Januari – Februari 2018
Pe r k a 3 7158,,8 87 23 891,,4
w-lianinan 1- -,
: Kawin 12 0 4 5 6 3 pretest dan posttest kelompok intervensi
Tidak sebesar 7,88 poin dengan beda standar deviasi
- - - - - -
Kawin
Janda/Dud 25, 2 12, 6 18,
a 4 0 5 8
Total 16 100, 1 100, 3 100,
0 6 0 2 0
Sumber: Data Primer Januari 2018 1,202 dan nilai t dependen 13,661. Hasil
interval 95% diyakini rata-rata perbedaan skor
Kualitas Tidur Kelompok Kontrol pada pengukuran pretest dan posttest
Tabel 3. Hasil Uji t dependen (berpasangan) kelompok intervensi berada dalam rentang
Kualitas Tidur Berdasarkan 6,646 sampai
Pengukuran Pretest dan Posttest 9,104 dengan nilai p = 0,001 < α (α = 0,05).
Lansia di Karang Werdha pada
Kelompok Kontrol Bulan
Januari-Februari 2018 (n=16)
Tabel 4 menunjukkan hasil penelitian berdasarkan analisa uji t dependen mengenai perbedaan rata-
rata kualitas tidur lansia pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan relaksasi
aromaterapi jasmine. Hasil analisa didapatkan mean pada pengukuran pretest 11,94 poin dengan
standar deviasi 2,265 dan pada posttest 4,06 dengan standar deviasi 1,063. Perbedaan mean antara
pengukuran
Variabel Mean SD t p 95% Kualitas Tidur Kelompok Kontrol
value CI dan Kelompok Intervensi
Kualitas Tabel 5. Hasil Uji t
Tidur independen (tidak berpasangan)
10,44 2,804 Kualitas Tidur Lansia di
Pretest -0.645
Karang Werdha pada Kelompok Kontrol
Posttest 10,44 2,943 0,001 1,000 – 0,645
Sumber: Data Primer Januari – Februari 2018 dan Intervensi Bulan Januari-Februari
2018 (n=32)
Tabel 3 menunjukkan hasil penelitian berdasarkan
analisa uji t dependen mengenai perbedaan rata-rata Variabel n Rerata ± ∆ Rerata p
SD (95% CI) value
kualitas tidur lansia pada kelompok kontrol. Hasil Kualitas

analisa didapatkan mean pada pengukuran pretest Tidur 10,44


10,44 poin dengan standar deviasi 2,804 dan pada 16 6,38
Kontrol (2,943) 0, 001
posttest 16 4,06 (4,737
Intervensi (1,063) –
463 8,013)
pada kelompok kontrol 70,88 tahun dan pada
Tabel 5 menunjukkan hasil uji kelompok intervensi 65,06 tahun. Tidur
t independen perbedaan kualitas tidur normal dipengaruhi oleh beberapa faktor
lansia di termasuk usia [10]. Usia merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi kualitas tidur,
Karang Werdha Kecamatan Jenggawah dengan bertambahnya usia akan
mengakibatkan terjadinya gangguan-
Kabupaten Jember pada kelompok kontrol
gangguan pada tidur seseorang [11].
dan kelompok intervensi setelah diberikan
Bertambahnya usia akan mempengaruhi
relaksasi aromaterapi jasmine mendapatkan p
perubahan fisiologis maupun psikologik pada
value = 0,001 dengan beda rerata (mean
seseorang, sehingga lansia yang mengalami
difference) sebesar 6,38 poin dan nilai
perubahan-perubahan tersebut juga akan
interval kepercayaan 95% berada dalam
mengalami gangguan pada tidurnya [12].
rentang 4,737 sampai 8,013.
Kebutuhan tidur pada lansia yang normal
Pembahasan menurut National Sleep Foundation adalah
7-8 jam dan dapat disesuaikan sebanyak 5-9
Karakteristik Responden jam setiap harinya [13]. Lansia lebih banyak
Rata-rata usia lansia yang menjadi responden mengeluhkan terbangun lebih awal sebelum
penelitian adalah 67,97 tahun. Ratarata usia pukul 05.00 pagi dan terbangun ketika waktu
malam hari. Waktu tidur lansia yang kategori buruk dan pada pengukuran posttest
berkurang berkaitan dengan faktor rata-rata kualitas tidur tetap sebesar 10,44 poin
penuaannya [10]. yang menunjukkan tidak ada perubahan
kualitas tidur secara umum pada kelompok
Mayoritas responden penelitian berjenis
kontrol. Dari hasil analisa tersebut dapat
kelamin perempuan 20 (62,5%). Perbedaan
disimpulkan bahwa tidak ada perubahan yang
gender (jenis kelamin) merupakan salah satu
signifikan terhadap kualitas tidur lansia pada
faktor yang mempengaruhi psikologik lansia,
pengukuran pretest dan posttest pada
sehingga hal tersebut akan berdampak
kelompok kontrol.
terhadap bentuk adaptasi dan mekanisme
koping yang digunakan [14-15]. Mayoritas Terdapat 5 (31,25%) lansia mengalami
pendidikan terakhir responden adalah tidak peningkatan skor nilai kualitas tidur, 5
bersekolah/tidak tamat SD 11 (34,4%). (31,25%) lansia mengalami penurunan skor
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, kualitas tidur, dan 6 (37,5%) lansia lainnya
maka seseorang tersebut akan semakin siap memiliki skor kualitas tidur yang tetap.
dalam menghadapi masalah yang terjadi Kelompok kontrol tidak mendapatkan relaksasi
karena dari semakin tingginya tingkat aromaterapi jasmine yang digunakan untuk
pendidikan berarti semakin banyak pula mengaktivasi rangsang sistem limbik untuk
pengalaman hidupnya [15]. meningkatkan hormon endorfin, enkefalin,
serotonin, dan melatonin. Sehingga sistem
Mayoritas responden penelitian bekerja
saraf simpatis pada kelompok kontrol
sebagai wiraswasta 12 (37,5%). Menurut
cenderung menetap bahkan meningkat karena
tugas perkembangan lansia berdasarkan
tidak mendapatkan stimulus pada saraf
Duvall lansia harus dapat menyesuaikan diri
parasimpatis nuclei raphe yang berada separuh
terhadap masa pensiun dan penurunan atau
bagian bawah pons dan medulla oblongata
penetapan pendapatan [16]. Stres akan timbul
untuk meningkatkan sekresi hormon serotonin
ketika seseorang sudah tidak dapat bekerja
dan melatonin [3,17].
lagi atau sudah pensiun. Hal tersebut akan
menimbulkan kecemasan karena akan Menurunnya aktivasi rangsangan sistem limbik
mengganggu masalah finansial [15]. Seluruh akibat aktivasi Hypothalamic Pituitary
responden penelitian sudah menikah, 26 Adrenal (HPA axis) oleh hipotalamus
(81,3%) lansia menikah dan tinggal bersama menyebabkan gangguan pada sekresi serotonin
pasangannya dan 6 (18,7%) lansia sudah dan melatonin yang berfungsi untuk
menjadi janda. Menurut tugas perkembangan menstimulus tidur. Hal ini juga menjadikan
lansia berdasarkan Duvall lansia harus faktor untuk seseorang lebih mudah
menyesuaikan diri terhadap kematian mengalami kecemasan dan stres karena tidak
pasangan. Kehilangan orang tercinta ada stimulus rileks dalam dirinya. Kecemasan,
merupakan stresor yang sering terjadi pada kelelahan dan stres dapat menyebabkan
lansia [16]. seseorang mengalami kesulitan untuk tidur.
Stres menyebabkan seseorang menjadi tegang
Perbedaan Kualitas Tidur Kelompok
Kontrol
Hasil analisa data dengan menggunakan uji t
dependen didapatkan hasil selisih rata-rata
kualitas tidur kelompok kontrol adalah 0,00
poin dengan p value = 1,000 > α (α = 0,05)
dimana pada pengukuran pretest rata-rata
kualitas tidur sebesar 10,44 poin yang
menunjukkan kualitas tidur lansia dalam
sehingga meningkatkan kadar hormon berkhasiat untuk memberikan efek relakasasi
katekolamin yang mengaktivasi saraf simpatis yang menenangkan dan rileks pada sistem
melalui Reticular Activating System (RAS) dan saraf pusat [18].
menyebabkan seseorang akan terjaga [3].
Pengaruh Relaksasi Aromaterapi Jasmine
Perbedaan Kualitas Tidur terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di
Kelompok Intervensi Karang Werdha Kecamatan Jenggawah
Hasil analisa data dengan menggunakan uji t Kabupaten Jember
dependen didapatkan hasil selisih rata-rata Hasil uji statistik t independen terhadap
kualitas tidur kelompok intervensi pada perbedaan kualitas tidur antara kelompok
pengukuran pretest dan posttest adalah 7,88 kontrol dan intervensi menunjukkan hasil beda
poin dengan p value = 0,001 > α (α = 0,05) rata-rata pengukuran setelah diberikan
dimana pada pengukuran pretest rata-rata relaksasi aromaterapi jasmine adalah 6,38 poin
kualitas tidur sebesar 11,93 poin yang dengan p value = 0,001 < α (α = 0,05) dan nilai
menunjukkan kualitas tidur lansia dalam interval kepercayaan 95% berada dalam
kategori buruk dan pada pengukuran posttest rentang 4,737 sampai 8,013. Karena hasil nilai
rata-rata kualitas tidur turun menjadi 4,06 poin p < α dan nilai interval kepercayaan 95% tidak
yang menunjukkan bahwa kualitas termasuk ke melewati angka nol, maka dapat disimpulkan
dalam kategori baik (skor PSQI 0-21; baik ≤ 5 bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
dan buruk > 5). Dari hasil analisa tersebut terhadap kualitas tidur setelah diberikan
dapat disimpulkan bahwa ada perubahan yang relaksasi aromaterapi jasmine pada kelompok
signifikan terhadap kualitas tidur lansia pada kontrol dan kelompok intervensi. Kesimpulan
pengukuran pretest dan posttest sebelum dan dari pernyataan tersebut adalah Ha dapat
setelah diberikan terapi relaksasi aromaterapi diterima dan hal tersebut membuktikan bahwa
jasmine pada kelompok intervensi. adanya pengaruh relaksasi aromaterapi
jasmine yang signifkan terhadap kualitas tidur
Sebelum diberikan relaksasi aromaterapi
terhadap lansia di Karang Werdha Kecamatan
jasmine sebanyak 16 (100%) lansia memiliki
Jenggawah Kabupaten Jember antara
kualitas tidur yang buruk dan setelah diberikan
kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
relakasi aromaterapi jasmine seluruh lansia
mengalami penurunan skor kualitas tidur. Kualitas tidur adalah keadaan seseorang
Terdapat 2 (12,5%) lansia mengalami merasa puas terhadap tidurnya yang mencakup
penurunan skor kualitas tidur yang signifikan, aspek kualitas dan kuantitas tidur, waktu yang
akan tetapi masih masuk ke dalam kategori diperlukan untuk dapat tertidur, gangguan tidur
kualitas tidur buruk dan 14 (87,5%) lansia seperti frekuensi terbangun dari tidur ditengah
yang lainnya memiliki kualitas tidur yang baik. malam, serta karakteristik subjektif yang
Lansia yang masih masuk ke dalam kategori sering ditentukan dengan apakah setelah
kualitas tidur buruk mengalami penurunan skor bangun tidur merasakan perasaan segar dan
yang signifikan sebanyak 6 poin serta tidak energik atau tidak [14,19]. Kualitas tidur
lagi mengkonsumsi obat tidur setelah diberikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
relaksasi aromaterapi jasmine. penyakit fisik, lingkungan hidup, gaya hidup,
stres emosional, stimulan dan alkohol, diet,
Penggunaan aromaterapi jasmine sebagai
merokok, motivasi, serta obat-obatan [14].
intervensi untuk memanajemen kualitas tidur
agar mendapatkan kualitas tidur yang baik Aromaterapi adalah penggunaan terapeutik
dapat memberikan dampak yang positif bagi minyak esensial tanaman dimana yang
responden penelitian. Dampak yang terjadi digunakan adalah aroma dari tanaman tersebut.
berhubungan dengan psikologis responden Bahan kimia yang ditemukan di dalam minyak
karena kandungan linalool pada jasmine esensial akan diserap oleh tubuh dan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.6 (no.3), September, 4


menghasilkan keuntungan baik fisiologis digunakan relaksasi aromaterapi jasmine
maupun psikologis. Jasmine memiliki efek karena jasmine memiliki kandungan linalool
yang dapat merangsang saraf dan hormon, dalam aromanya akan memberikan efek
sebagai antidepresan, serta memberikan efek relaksasi yang lembut dan menyenangkan
relaksasi. Jasmine memiliki kandungan [20,21]. Efek yang menyenangkan akan
linalool pada aroma yang ditimbulkannya yang memperoleh kesembuhan dari perasaan cemas,
memiliki khasiat sebagai zat sedatif yang akan stres dan keseimbangan dalam tubuh sehingga
meningkatkan relaksasi pada tubuh . akan menimbulkan peningkatan tidur yang
nyenyak [5].
Aroma jasmine merupakan molekul yang
mudah menguap ke udara sehingga mudah Aroma jasmine yang terhirup oleh hidung akan
untuk terhirup oleh indera penciuman. Bau masuk ke dalam aliran darah dan cairan tubuh
tersebut akan masuk ke dalam rongga hidung serta menimbulkan efek farmakologi yang
melalui penghirupan sehingga aromanya akan alami bagi tubuh [5]. Molekul (volatile) aroma
direkam oleh otak sebagai proses penciuman. jasmine yang terhirup akan sampai di sistem
Setelah proses penciuman dengan penerimaan limbik otak (amigdala dan hipokampus)
molekul bau pada epitelium olfaktori, melalui transmisi oleh bulbus olfaktorius dan
selanjutnya bau akan ditransmisikan ke pusat traktus olfaktorius sehingga akan
penciuman yang terletak dibagian belakang mempengaruhi saraf, dimana saraf simpatis
hidung sebagai suatu pesan. Sel neuron yang bertugas mengatur ketegangan,
dibelakang hidung akan menginterpretasikan kewaspadaan, dan keterjagaan yang akan
pesan tersebut dan dihantarkan ke sistem menurun dan saraf parasimpatis akan bekerja
limbik (amigdala dan hipokampus). Sistem dengan sekresi serotonin dan endorfin
limbik akan meneruskan pesan ke hipotalamus sehingga menyebabkan perasaan yang rileks,
untuk diolah, melalui hipotalamus seluruh nyaman, dan lembut [22,23]. Serotonin yang
sistem minyak esensial jasmine yang tercium dihasilkan nuclei raphe yang terletak dibagian
akan diedarkan oleh sistem sirkulasi dan agen tengah pons dan medula, serotonin akan
kimia kepada organ tubuh yang membutuhkan. berperan sebagai inhibitor untuk membantu
Bahan kimia yang terdapat didalam minyak menghasilkan tidur yang normal [24]. Pineal
esensial jasmine akan memperbaiki gland menghasilkan melatonin, yaitu hormon
keseimbangan sistem tubuh. Bau yang turunan dari serotonin yang berfungsi untuk
memiliki bahan kimia sedatif akan memodulasi pola tidur pada irama sikardian
menimbulkan rasa tenang dan merangsang [25]. Hormon endorfin yang diproduksi oleh
otak bagian nulcei raphe untuk mengeluarkan kelenjar pituitary menyebabkan perasaan yang
sekresi serotonin yang berfungsi untuk tenang dan senang [17]. Sistem limbik
menghantarkan tidur [18]. berfungsi untuk mengatur emosi dan perasaan,
sehingga aroma jasmine yang lembut akan
Pada usia lansia akan mengalami gangguan
menyeimbangkan kondisi emosional sehingga
tidur seperti terbangun ditengah malam atau
akan menciptakan perasaan yang nyaman dan
pergi ke kamar mandi ditengah malam, hal ini
tenang dan akan menyebabkan tidur menjadi
akan menimbulkan dampak yang buruk bagi
lebih nyenyak [18,22].
fisiologis maupun psikologis lansia.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
Selama proses penuaan, lansia akan
penelitian Anastasia et al tentang Pengaruh
mengalami perubahan pola tidur seperti pada
Inhalasi Lavender terhadap Kecemasan Pasien
kelatenan tidur, terbangun dini hari,
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
peningkatan tidur siang, dan penurunan jumlah
Hemodialisis. Hasil penelitian tersebut
waktu yang digunakan untuk tidur di malam
membuktikan bahwa ada perbedaan tingkat
hari [26]. Untuk mengatasi hal tersebut dapat

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.6 (no.3), September, 4


kecemasan antara kelompok kontrol dan diberikan relaksasi aromaterapi jasmine,
kelompok eksperimen dengan uji t independen sehingga dapat disimpulkan relaksasi
mendapatkan hasil nilai p = 0,001 < α (α = aromaterapi jasmine berpengaruh terhadap
0,05), yang dapat disimpulkan bahwa terdapat kualitas tidur lansia.
perbedaan tingkat kecemasan pasien gagal
ginjal kronik yang sedang menjalani Saran
hemodialisis antara kelompok kontrol dan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
kelompok intervensi [27]. tambahan informasi mengenai terapi
komplementer yang tidak memiliki efek
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti samping negatif, sehingga diharapkan dapat
memperlihatkan bahwa penggunaan diaplikan dalam pemberian asuhan
aromaterapi jasmine sebagai intervensi untuk keperawatan baik ditatanan klinik maupun
manajemen tidur pada lansia telah memberikan komunitas. Penelitian ini dapat menjadi acuan
manfaat yang nyata. Efek sedatif dan relaksasi untuk penelitian selanjutnya dimana penelitian
yang ditimbulkan dari aromaterapi jasmine selanjutnya diharapkan lebih memperhatikan
menyebabkan perbaikan kondisi emosional faktor-faktor yang dapat menyebabkan bias
lansia sehingga lansia akan lebih rileks dan dan dapat menggunakan inovasi terbaru dalam
mendapatkan tidur yang nyenyak di malam pengontrolan pemberian intervensi kepada
hari serta bangun dengan segar di pagi hari. responden.
Aromaterapi merupakan terapi yang
bermanfaat untuk melengkapi asuhan Daftar Pustaka
keperawatan di tatanan klinik maupun
[1] Stanley M, Beare PG. Gerontological
komunitas serta lazim dan bebas digunakan
nursing: a health promotion/protection
karena tidak memberikan efek samping [5,26]. approach 2nd edition. Philadelphia: The
Penelitian ini diperkuat dengan teori-teori yang F.A. Davis Company; 2006.
sudah ada dan dengan fakta hasil penelitian [2] Maas L. Asuhan keperawatan geriatrik:
mendapati p value pada uji statistik t diagnosis NANDA, kriteria hasil NOC, &
independen pada kelompok kontrol dan intervensi NIC. Jakarta: Penerbit Buku
kelompok intervensi adalah p = 0,001 < α (α = Kedokteran EGC; 2011.
0,05), maka peneliti menyimpulkan bahwa [3] Potter PA, Perry AG. Fundamental of
relaksasi aromaterapi jasmine memiliki nursing: concepts, process, and practice
Volume 2 4th edition. Saint Louis: Mosby
pengaruh yang berdampak pada kondisi
– Year Book Inc; 2005b.
psikologis lansia di Karang Werdha [4] Lanywati E. Insomnia gangguan sulit
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. tidur. Yogyakarta: Kanisius; 2001.
[5] Lokanata MD. Aromaterapi. Berkala Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Airlangga
Simpulan dan Saran Periodical of Dermato and Vinereology.
2004; 16(2): 133-146.
Simpulan
[6] Kuroda K, Inoue N, Ito Y, Kubota K,
Terjadi penurunan rata-rata skor nilai kualitas Sugimoto A, Kakuda T, et al. Sedative
tidur setelah diberikan relaksasi aromaterapi effects of the jasmine tea odor and (R)-
jasmine yang menunjukkan bahwa kualitas (-)linalool, one of its major odor
tidur lansia di Karang Werdha Kecamatan components, on autonomic nerve activity
Jenggawah Kabupaten Jember membaik and mood status. European Journal of
setelah diberikan relaksasi aromterapi jasmine. Applied Phsyology [Internet]. 2005 [cited
Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap 03 Desember 2017]: 95(2-3): 107-114.
Available from:
rata-rata skor nilai kualitas tidur antara lansia
http://dx.doi.org/10.1007/s00421-005-
yang tidak diberikan intervensi relaksasi 14028.
aromaterapi jasmine dengan lansia yang [7] Han X, Gibson J, Eggett DL, Parker TL.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.6 (no.3), September, 4


Bergamot (citrus bergamia) essential oil [16] Potter PA, Perry AG. Fundamental of
inhalation improves positive feelings in nursing: concepts, process, and practice
the waiting room of a mental health volume 1 4th edition. Saint Louis: Mosby
treatment center: a pilot study. – Year Book Inc; 2005a.
Phytotherapy Research [Internet]. 2017 [17] Kusnaidi H, Haryanto J, Makhdufli.
[cited 29 Noveber 2017]: 31: 812-816. Aromacare melati meningkatkan
pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia
Available from:
(aromacare of jasmine increased sleep
.
needs in eldery). Jurnal Ners [Internet].
http://dx.doi.org/10.1002/ptr.5806. 2011 [cited 03 Desember 2017]: 6(2):
192-
[8] Kaymaz TT, Ozdemir L. Effects of
200. Available from: https://e-
aromatherapy on agitation and related
caregiver burden in patients with
moderate to severe dementia: a pilot
study. Geriatric Nursing [Internet]. 2016
[cited 29 November 2017]: 38(3): 231-
237. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.gerinurse.2016
.1 1.00.
[9] Takeda A, Watanuki E, Koyama S.
Effects of inhalation aromatherapy on
symptoms of sleep disturbance in the
elderly with dementia. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine
[Internet]. 2017 [cited 29 November
2017]: 1-7. Available from:
http://dx.doi.org/10.1155/2017/1902807.
[10] Priyoto. Nursing Intervention
Classification (NIC) dalam keperawatan
gerontik. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika; 2015.
[11] Nugroho W. Keperawatan gerontik edisi
2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2000.
[12] Azizah LM. Keperawatan lanjut usia edisi
1. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011.
[13] Smith M, Robinson L, Segal R. Sleep
needs [Internet]. California:
HelpGuide.org; 2017 [Update 2018
Februari; cited 2018 Februari 26].
Available from:
https://www.helpguide.org/articles/sleep/s
le ep-needs-get-the-sleep-you-need.htm.
[14] Berman A, Snyder SJ. Kozier & Erb’s
Fundamental of nursing concepts,
th
process, and practice 9 edition. Upper
Saddle River: Pearson Education, Inc;
2012.
[15] Tamher S, Noorkasiani. Kesehatan usia
lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika; 2009.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.6 (no.3), September, 4


journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/3991.
[18] Setyoadi, Kushariyadi. Terapi modalitas keperawatan pada pasien psikogeriatrik. Jakarta:
Salemba Medika; 2011.
[19] Buysse DJ, Reynolds CF, Monk TH, Berman SR, Kupfer DJ. The pittsburgh sleep quality index:
a new instrument for psychiatric practice and research. Psychiatric Research [Internet]. 1989
[cited 03 Desember 2017]: (28): 193-213.
Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/01651781(89)90047-4.
[20] Dave V, Yadav S. Aromatherapy for stress relive. International Journal of Research and
Development in Pharmacy and Life Sciences [Internet]. 2013 [cited 29 November 2017]: 2(3):
398-403. Available from:
http://dx.doi.org/10.21276/IJIPSR.2017.05.1 1.220.
[21] Raudensbush B. Positive effects of odorant administration on humans: a review. A Sense of
Smell Institute White Paper. Virginia: Department of Psychology
Wheeling Jesuit University; 2005.

[22] Koensoemardiyah. A-Z Aromaterapi untuk kesehatan, kebugaran, dan kecantikan. Yogyakarta:
Lily Publisher; 2009.
[23] Utami MS. Prosedur relaksasi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada; 2009.
[24] Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology 12th edition. Philadelphia: Elsevier Inc;
2011.
[25] Machhi MM, Bruce JN. Human pineal physiology and functional significance of melatonin.
Frontiers in Neuroendocrinology [Internet]. 2004 [cited 14 Maret 2018]: 25(3-
4): 177-195. Available from:
https://dx.doi.org/10.1016/j.yfrne.2004.08.0 01.
[26] Price S, Price L. Aromatherapy for health professionals. London:
Churchill Livingstone; 1997.

[27] Anastasia S, Bayhakki, Nauli FA. Pengaruh aromaterapi inhalasi lavender terhadap kecemasan
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
[Internet]. 2015 [cited 23 Februari 2018]: 2(2): 1510-1519. Available from:
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/ar ticle/view/8333.

47
PEMBERIAN AROMATERAPI LEMON TERHADAP PENURUNAN SKALA

NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI LAPARATOMI

Rizqi Nurjanah1, Cemy Nur Fitria2 , Anik Enikmawati 3


1
Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah
Surakarta 2Dosen Prodi DIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah
Surakarta 3Dosen Prodi DIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah
Surakarta
JL.Tulang Bawang Selatan NO.26 Tegalsari RT 02 RW 32, Kadipiro, Surakarta
*Email: nurjana.rizki19@gmail.com

Kata Kunci Lemon Abstrak


Aromaterapi , LatarBelakang : Laparatomi merupakan salah satu prosedur
Nyeri, Post Operas pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada
Laparatomi i lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian
organ abdomen yang mengalami masalah. Survey Dinas
Kesehatan Boyolali 2015 menunjukkan menunjukkan kasus
laparatomi sebanyak 182 kasus. Nyeri merupakan efek dari
pembedahan laparatomi. Penanganan nyeri dapat dilakukan
dengan pemberian aromaterapi lemon. Aromaterapi Lemon
mengandung linalool yang memiliki fungsi menimbulkan
efek tenang dan relaksasi.Tujuan :Menyusun resume asuhan
keperawatan medical bedah dalam penanganan kasus nyeri
post operasi laparatomi dengan pemberian aromaterapi
lemon. Mengidentifikasi manfaat penggunaan tindakan
pemberian aromaterapi lemon dalam penanganan kasus nyeri
post operasi laparatomi.Metode penelitian :metode
pengumpulan studi kasus data dalam studi kasus ini yaitu
melalui observasi, wawancara, pengukuran, dan
dokumentasi dan instrument yang digunakan yaitu :
aromaterapi lemon, kassa, peniti, format asuhan
keperawatan, skala nyeri numeric, sop penggunaan
aromaterapi lemon, permohonan menjadi responden,
persetujuan menjadi responden.Hasil: pemberian
aromaterapi lemon diberikan pada 2 kasus dan dilakukan
selama 3 hari dengan waktu ±10 menit dapat membantu
menurunkan nyeri pada pasien post operasi laparatomi dari
skala 6 menjadi skala 2.Kesimpulan: aromaterapi bermanfaat
terhadap penurunan skala nyeri pada 2 kasus pasien post
operasi laparatomi.

47
ADMINISTRATION OF LEMON AROMATERAPY TOWARDS

DECREASE IN PAIN SCALE ON CARE NURSING POST OPERATIONS

LAPARATOMI

Keywords Abstract
Lemon Background: Laparatomy is one of the major surgical procedures,
Aromatherapy, by applying it to the layers of the abdominal wall to get a part of
Pain, Post the abdominal organ that has a problem. The 2015 Boyolali Health
Laparatomy Service survey showed 182 cases of laparotomy. Pain is the effect
Surgery of laparotomy surgery. Pain management can be done by giving
lemon aromatherapy. Lemon Aromatherapy contains linalool
which has the function of giving effect to calm and
relaxation.Objective: Arranging medical nursing care resumes in
handling postoperative laparotomy pain cases with the
administration of lemon aromatherapy. Identify the benefits of
using lemon aromatherapy in the treatment of post-laparotomy
surgery pain cases.Methods of research: the method of collecting
case study data in this case study is through observation,
interviews, measurements, and documentation and instruments
used, namely: lemon aromatherapy, gauze, safety pins, nursing
care format, numeric pain scale, soup lemon aromatherapy use,
application to respondent, approval become a respondent.Result:
administration of lemon aromatherapy is given in 2 cases and
carried out for 3 days with a time of ± 10 minutes can help reduce
pain in patients post laparotomy surgery from scale 6 to scale
2.Conclusion: Aromatherapy is beneficial in reducing the scale of
pain in 2 cases of patients post laparotomy.

47
Pasien pasca pembedahan
1. PENDAHULUAN laparatomi biasanya timbul masalah
Laparatomi merupakan salah yaitu nyeri akut, penatalaksanaan nyeri
satu prosedur pembedahan mayor, bertujuan agar pasien dapat
dengan melakukan penyayatan pada mengontrol nyeri yang dialami
Penatalaksanaan nyeri yang tidak
lapisan-lapisan dinding abdomen untuk
adekuat dapat
mendapatkan bagian organ abdomen menimbulkan konsekuensi
yang mengalami masalah (hemoragi, terhadap pasien dan anggota
perforasi, kanker, dan obstruksi). Pasca keluarga. Pasien dan keluarga akan
pembedahan pasien merasakan nyeri merasakan ketidaknyamanan yang
hebat dan 75% penderita mempunyai meningkatkan respon stress sehingga
mempengaruhi kondisi psikologi,
pengalaman yang kurang
emosi, dan kualitas hidup
menyenangkan akibat pengelolaan penatalaksanaan nyeri akan lebih
nyeri yang tidak adekuat. Adanya luka efektif jika dikombinasikan dengan
yang menyebabkan nyeri tersebut terapi nonfarmakologi. Salah satu
membuat pasien merasa cemas untuk terapi nonfarmakologi yang dapat
melakukan mobilisasi dini sehingga digunakan yaitu aromaterapi
(Purwandari, 2014).
pasien cenderung untuk berbaring.
Aromaterapi merupakan penggunaan
Nyeri akut setelah pembedahan mayor
ekstrak minyak esensial tumbuhan yang
setidaktidaknya mempunyai fungsi
digunakan untuk memperbaiki mood dan
fisiologis positif, berperan sebagai
kesehatan. Mekanisme kerja perawatan
peringatan bahwa perawatan khusus
aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung
harus dilakukan untuk mencegah
melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi
trauma lebih lanjut pada daerah
tubuh dan sistem penciuman. Wewangian
tersebut. Nyeri setelah pembedahan
dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya
normalnya dapat diramalkan hanya
ingat, dan emosi seseorang. Aromaterapi
terjadi dalam durasi yang terbatas,
lemon merupakan jenis aroma terapi yang
lebih singkat dari waktu yang
dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dan
diperlukan untuk perbaikan alamiah
cemas. Zat yang terkandung dalam lemon
jaringan-jaringan yang rusak
salah satunya adalah linalool yang berguna
(Purwandari, 2014). untuk menstabilkan sistem saraf sehingga
dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun
Menurut survei World Health yang menghirupnya. Bau berpengaruh
Organization (WHO) terdapat 5,9 juta langsung terhadap otak manusia, Hidung
kasus laparatomi didunia. Berdasarkan memiliki kemampuan untuk membedakan
Data Tabulasi Nasional Kementerian lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang
Kesehatan Republik Indonesia Tahun mempengaruhi manusia tanpa disadari. Bau
2015, tindakan bedah menempati bauan tersebut masuk ke hidung dan
ururan ke-11 dari 50 pertama pola berhubungan dengan silia. Reseptor di silia
penyakit di rumah sakit seIndonesia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik
dengan persentase 12,8% yang yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi
diperkirakan 32% diantaranya bagian otak yang berkaitan dengan mood
merupakan tindakan bedah laparatomi (suasana hati),emosi, ingatan, dan
(Kemenkes RI, 2015). Di Jawa Tengah pembelajaran (Rahmawati dan Rohmayanti,
tahun 2015 jumlah kasus laparatomi 2015).
dilaporkan sebanyak 5.980 kasus. Di
Boyolali tahun 2015 terdapat kasus Penelitian Purwandari (2014)
laparatomi sebanyak 182 kasus.
“Efektifitas Aroma Terapi Lemon Terhadap operasinya, seperti ditusuk-tusuk,
Penurunan Skala Nyeri Pasien Post dibagian abdomen kanan bawah, skala
Laparatomi” menghasilkan bahwa menghirup nyeri 6, terasa hilang timbul, klien
aroma lemon efektif dalam menurunkan skala mengatakan nafsu makan menurun.
nyeri pada pasien post laparatomi. Penelitian Pasien terlihat memegang sekitar luka,
Rahmawati dan pasien tampak meringis, pasien tampak
acuh dengan lingkungan, tekanan
Rohmayanti (2015) “Efektifitas Aromaterapi
darah 130/90 mmhg, Nadi 80x/menit,
Lavender dan Aromaterapi Lemon Terhadap
Respirasi Rate 20x/menit, Suhu
Intensitas Nyeri Post Section Caesaria (SC)”
36,8ºC. Keadaan luka baik, tidak ada
menghasilkan bahwa aromaterapi lemon dapat
ada pus, warna dasar luka merah, tidak
menurunkan intensitas nyeri pada pasien post
ada pembengkakan diarea luka, tidak
sectio caesaria.
ada gangguan fungsi.
METODE PENELITIAN
Pengkajian kasus II pada Ny. S
Desain penelitian yang
digunakan adalah case study (studi dilakukan pada tanggal 14 Maret 2019
kasus). di bangsal Daun Sirih RSUD Pandan
Studi kasus dilakukan pada Arang Boyolali didapatkan data
januari sampai april 2019 di RSUD dengan metode observasi partisipatif,
Pandan Arang Boyolali. Peneliti metode wawancara, metode
mendapatkan data klien dengan cara pengukuran, metode dokumentasi.
observasi, wawancara, dan Identitas umum Ny. S adalah seorang
dokumentasi. Instrumen dari studi ibu berumur 45 tahun, jenis kelamin
kasus dengan menggunakan format perempuan, beragama islam,
asuhan keperawatan, SOP pemeberian pendidikan SMP, pekerjaan ibu rumah
aromaterapi lemon, lembar skala nyeri tangga. Klien mengeluh nyeri pada
dan formulir observasi. luka jahitan operasinya, seperti
ditusuk-tusuk, bagian abdomen, skala
Subyek penelitian studi kasus nyeri 6, terasa hilang timbul, pasien
ini adalah Tn. S dan Ny. S yang mengeluh nafsu makan menurun.
mengalami nyeri post operasi Pasien terlihat memegang sekitar luka,
laparatomi. pasien tampak meringis, pasien tampak
acuh dengan lingkungan, tekanan
darah 140/90 mmhg, nadi 80x/menit,
HASIL DAN PEMBAHASAN respirasi rate 20x/menit, suhu 36,5ºC.
Pengkajian kasus I pada Tn. S Keadaan luka baik, tidak ada ada pus,
dilakukan pada tanggal 28 Februari warna dasar luka merah, tidak ada
2019 di bangsal Daun Sirih RSUD pembengkakan diarea luka, tidak ada
Pandan Arang Boyolali didapatkan gangguan fungsi.
data dengan metode observasi
Berdasarkan hasil pengkajian pada
partisipatif, metode wawancara,
pasien Tn. S dan Ny. S, maka ditegakkan
metode pengukuran, metode
diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dokumentasi. Identitas umum Tn. S
dengan agen cedera fisik. Rencana
adalah seorang bapak berumur 58
keperawatan disusun dengan menetapkan NOC
tahun, jenis kelamin laki-laki,
yaitu Kontrol Nyeri, dengan tujuan yang
beragama islam, pendidikan SD,
dirumuskan : klien mampu menunjukkan
pekerjaan wiraswasta. Klien
kontrol nyeri yang adekuat setelah 3 hari
mengatakan nyeri luka jahitan
pemberian aromaterapi lemon, dengan kriteria seperti ditusuk-tusuk, terasa
hasil yaitu : skala nyeri , ekspresi wajah, sikap diabdomen, dengan skala nyeri 2,
melindungi area nyeri, perubahan selera terasa hilang timbul. Respon objektif
makan, focus pada diri sendiri dengan skor yaitu indikator : skala nyeri (5),
masing-masing 5. Intervensi yang dapat ekspresi wajah (5), sikap melindungi
dilakukan berdasarkan NIC antara lain : (1) area nyeri (5), perubahan selera makan
Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh (5), fokus pada diri sendiri (5). Pasien
meliputi lokasi, durasi, kualitas, dan factor tampak rileks. Klien kooperatif. Tanda
penyebab. (2) Observasi kenyamanan non – tanda vital Tn. S dalam batas
verbal. (3) Ajarkan teknik nonfarmakologi normal : tekanan darah 120/80 mmhg,
misal relaksasi nafas dalam, guide imajineri, nadi 80x/menit, respirasi rate
terapi music, pemberian aromaterapi. (4) 20x/menit, suhu 36,2ºC. Tanda-tanda
Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk vital pada Ny. S dalam batas normal :
membantu penurunan nyeri. (5) Kolaborasi tekanan darah 130/80 mmhg, nadi
dengan dokter jika tindakan tidak berhasil atau 80x/menit, respirasi rate 20x/menit,
jika keluhan pasien saat ini berubah signifikan suhu 36,6ºC. Assessment yaitu klien
dari pengalaman nyeri sebelumnya. mampu menunjukkan kontrol nyeri
Tindakan keperawatan dilakukan secara adekuat, planning yaitu
selama 3 hari yaitu pada Tn. S dilakukan intervensi dihentikan. Discharge
tanggal 28 Februari-1 Maret 2019 dan Ny. S Planning yaitu pemantauan nyeri.
dilakukan pada tanggal 14 Maret-16 Maret
2019 meliputi : (1) Pengkajian nyeri secara PEMBAHASAN
komprehensif meliputi lokasi, durasi, kualitas, Laparatomi merupakan salah satu
dan faktor pencetus : nyeri pada luka jahitan prosedur pembedahan mayor, dengan
operasi, seperti ditusuk-tusuk, dibagian melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan
abdomen, dengan skala nyeri Tn. S adalah 6
dinding abdomen untuk mendapatkan bagian
dan Ny. S adalah 6, terasa hilang timbul. (2)
Mengajarkan teknik relaksasi aromaterapi organ abdomen yang mengalami masalah
lemon dengan cara menyemprotkan (hemoragi, perforasi, kanker, dan obstruksi).
aromaterapi lemon pada kassa sebanyak 10x Pasca pembedahan pasien merasakan nyeri
semprot kemudian dipeniti diarea yang dekat hebat dan 75% penderita mempunyai
dengan hidung, melakukan terapi selama ±10 pengalaman yang kurang menyenangkan
menit, menganjurkan pasien bernafas normal
akibat pengelolaan nyeri yang tidak adekuat.
dan menghirup aromaterapi lemon. Kemudian
Tn. S mengatakan skala nyeri yang awalnya 6 Pada saat dilakukan pembedahan atau insisi
menjadi 5 dan Ny. S mengatakan skala nyeri pada lapisan – lapisan dinding abdomen
yang awalnya 6 menjadi 5. Monitor tandatanda menyebabkan terputusnya inkontinuitas
vital. Mengontrol lingkungan klien. jaringan yang mengakibatkan nosiseptor
Menganjurkan pada pasien untuk beristirahat berespon terhadap kerusakan. Nosiseptor
tidur yang adekuat.
adalah persepsi nyeri yang dihantarkan oleh
Evaluasi dilaksanakan pada
neuron khusus yang bertindak sebagai reseptor,
Tn.S dan Ny.S berdasarkan prioritas
pendeteksi stimulus, penguat, dan pengantar
diagnosa keperawatan utama yaitu
menuju system saraf pusatm system saraf pusat
nyeri akut berhubungan dengan agen
merespon nyeri (Andarmoyo, 2013). Daerah
cedera fisik evaluasi dilakukan pada
sekitar luka tersebut mengeluarkan zat kimia
hari ke 3 Tn. S yaitu pada tanggal 2
berupa histamin, bradikimin, prostaglandin
Maret 2019 dan Ny. S tanggal 16
yang dapat mengaktifkan nosiseptor sehingga
Maret 2019 didapatkan nyeri yang
merangsang timbul nyeri.
berkurang, dengan karakteristik nyeri,
nyeri akibat post operasi laparatomi, Nyeri akibat pembedahan termasuk
nyeri nosiseptik, nyeri nosiseptik
timbul karena adanya inflamasi dan termasuk (Jaelani, 2010).
kedalam nyeri adaptif artinya proses yang
terjadi merupakan upaya tubuh untuk Berdasarkan yang telah
memperbaiki diri dari kerusakan.
dilakukan didapatkan hasil kedua
Penatalaksanaan nyeri yang tidak
pasien yaitu Tn. S dan Ny. S
adekuat dapat menimbulkan konsekuensi
mempunyai ambang nyeri yang sama
terhadap pasien dan anggota keluarga. Pasien
karena dalam proses pemberiannya
dan keluarga akan merasakan
tingkat penurunan nyeri pada kedua
ketidaknyamanan yang meningkatkan respon
pasien juga sama. Hal ini
stress sehingga mempengaruhi kondisi
mengidentifikasi bahwa pemberian
psikologi, emosi, dan kualitas hidup. Adanya
aromaterapi lemon pada pasien dengan
luka yang menyebabkan nyeri tersebut
masalah keperawatan nyeri akut,
membuat pasien merasa cemas untuk
efektif dapat menurunkan intensitas
melakukan mobilisasi dini sehingga pasien
nyeri pasien secara nonfarmakologis.
cenderung untuk berbaring.
Penurunan nyeri juga dipengaruhi oleh
Pengkajian pada kedua pasien beberapa faktor yang mendukung yaitu
didapatkan data klien mengeluh nyeri pada istirahat dan tidur yang cukup,
luka jahitan operasinya, seperti ditusuk-tusuk, lingkungan yang tenang, dukungan
bagian abdomen, skala nyeri 6, terasa hilang dari keluarga.
timbul, pasien mengeluh nafsu makan
Pada beberapa hasil dari jurnal
menurun. Pasien terlihat memegang sekitar
penelitian didapatkan kesimpulan
luka, pasien tampak meringis, pasien tampak
bahwa minyak essensial dari lemon
acuh dengan lingkungan. Dari data tersebut
dapat memberikan manfaat relaksasi,
dapat ditegakkan diagnosa keperawatan nyeri
sedatif, mengurangi kecemasan. Salah
akut berhubungan dengan agen cedera fisik,
satunya adalah penelitian yang
alasan memilih diagnosa tersebut karena data
dilakukan oleh Purwandari (2014)
yang didapatkan sesuai dengan batasan
dengan judul “ Efektifitas Aroma
karakteristik dari nyeri akut. Penatalaksanaan
Terapi Lemon Terhadap Penurunan
dari nyeri akut dapat dilakukan dengan cara
Skala Nyeri Pasien
pemberian terapi nonfarmakologi salah satu
terapi nonfarmakologi adalah pemberian Post Laparatomi” didapatkan kesimpulan
aromaterapi. bahwa aromaterapi lemon dapat menurunkan
skala nyeri pada pasien post laparatomi.
Aromaterapi merupakan
pemberian minyak essensial melalui Kesimpulan dari pemberian
metode massase, salep topical, aromaterapi lemon pada kedua pasien
inhalasi, mandi, kompres untuk didapatkan hasil bahwa skala nyeri berkurang
mengurangi nyeri dan dapat yang awalnya skala nyeri 6 (nyeri sedang)
menimbulkan efek relaksasi dan menjadi skala nyeri
kenyamanan (Sharma, 2009).
Aromaterapi lemon memiliki 2(nyeri ringan).
kandungan aktif D-Limonene dan L-
Limonene yang merangsang sistem
saraf pusat dan kandungan lainnya SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN
adalah linalool yang berguna untuk 1. Dari hasil pengkajian ke 2 pasien post
menstabilkan sistem saraf sehingga operasi laparatomi didapatkan data
dapat menimbulkan efek tenang bagi subjektif pasien mengeluh nyeri, nyeri
siapapun yang menghirupnya akibat post operasi laparatomi, nyeri
terasa pada abdomen, nyeri terasa khususnya dalam bidang
seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, keperawatan pada tindakan
nyeri terasa hilang timbul, nafsu
pemberian aromaterapi lemon
makan menurun. Data objektif yang
didapatkan Pasien terlihat memegang untuk mengurangi intensitas nyeri.
sekitar luka, pasien tampak meringis,
4. Bagi Penulis
pasien tampak acuh dengan
Menambah wawasan dan
lingkungan. Dari hasil analisa data
pengalaman tentang perawatan
diatas muncul masalah keperawatan
nyeri akut berhubungan dengan agen pada pasien post operasi
cedera fisik. Implementasi yang laparatomi dan aplikasi melalui
dilakukan yaitu mengajarkan teknik proses keparawatan memberikan
nonfarmakologi dengan pemberian aromaterapi lemon untuk
aromaterapi lemon. Evaluasi dari mengurangi intensitas nyeri.
pemberian aromaterapi lemon pada
kedua pasien didapatkan hasil bahwa
skala nyeri berkurang yang awalnya
skala nyeri 6 (nyeri sedang) menjadi REFRENSI
skala nyeri
2(nyeri ringan). Andarmoyo,S. 2013. Konsep & Proses

2. Pemberian aroamaterapi lemon Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :


bermanfaat untuk mengurangi ArRuzz Media.
intensitas nyeri pada pasien post
operasi laparatomi. Black, J.M. & Hawks, J.H.2014. Medical
Surgical Nursing : Clinical
Management for Positive Outcome, 8
edition. Ahli bahasa Rizal Ashari
Nampira et al ; editor bahasa
B. SARAN Indonesia, Aklia Suslia & Peni Puji
Lestari
1. Bagi Rumah Sakit
Herdman, T & Kamitsuru, S.2015. NANDA
Sebagai peningkatan mutu
Diagnosis Keperawatan Definisi &
pelayanan dalam memberikan Klasifikasi 2015-2017. alih bahasa,
asuhan keperawatan secara Budi Anna Keliat et al ; editor edisi
komperehensif terutama pada bahasa Indonesia, Monica Ester.
tindakan memberikan aromaterapi Jakarta: EGC.
lemon, sehingga dapat memotivasi
tenaga keperawatan yang ada di Howard, K.B., Bulechek, G.M., Dochterman,
rumah sakit untuk menerapkan M.J., Wagner, C.M.2016.
tindakan mandiri sebelum tindakan Nursing Interventions Classification
(NIC). Ahli bahasa, intansari
kolaborasi.
Nurjannah, et al. Yogyakarta : Moco
Media.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Jaelani. 2009. Aroma Terapi, Ed-1. Jakarta :
Memberikan wawasan baru
Pustaka Populer Obor
terhadap pengembangan pada
keperawatan khususnya tindakan Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
pemberian aromaterapi lemon Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
untuk mengurangi intensitas nyeri.
Purwandari, F.2014. Efektifitas Terapi Aroma
3. Bagi Pendidik Lemon terhadap Penurunan Skala
Sebagai referensi dan wacana Nyeri pada Pasien Post Laparatomi.
dalam ilmu pengetahuan
Jurnal Online Mahasiswa
Program Studi
Keperawatan Universitas Riau 1(1), 1-6.

Rahmawati, I & Rohmayanti. 2015. Efektifitas


Aromaterapi Lavender dan
Aromaterapi Lemon terhadap
Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
(SC) di Rumah Sakit Budi Rahayu
Kota Magelang. Jurnal Kesehatan,
Vol.11 No.45.

Sharma, S. 2009 . Aroma Terapi. Tangerang :

Karisma.
Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 7 No 1, Juni 2016 ISSN (P): 2088-2246

PENGARUH AROMATERAPI BUNGA LAVENDER (Lavandula angustifolia)


TERHADAP INTENSITAS NYERI HAID (DISMENORE) PADA MAHASISWI
STIKES MADANI YOGYAKARTA

Yuliana Vivian Maharani1 Ery Fatmawati2 Rahmah Widyaningrum3

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani Yogyakarta


Email: fatmaery@ymail.com, Yuliana.vivian23@gmail.com

ABSTRAK

Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah
ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Aromaterapi bunga lavender
digunakan sebagai perawatan untuk mengatasi nyeri, mengurangi rasa sakit pasca-operasi caesar,
mengurangi depresi dan kecemasan pada ibu post partum, dan menurunkan dismenore. Tujuan
penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifiola)
terhadap intensitas nyeri dismenore pada mahasiswi STIKes Madani Yogyakarta. Penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan quasy eksperimen. Pengambilan sampel
menggunakan teknik Purposive sampling. Uji statistik menggunakan uji paired t-test, untuk menguji
efektivitas aromaterapi bunga lavender terhadap intensitas nyeri dismenore. Responden menurut umur
yang terbanyak adalah 18-20 tahun yaitu 60 %. Karakteristik nyeri dismenore terbanyak sebelum
dilakukan pemberian aromaterapi bunga lavender dalam skala nyeri sedang yaitu 65 %. Sedangkan
sesudah pemberian aromaterapi bunga lavender intensitas nyeri terbanyak adalah nyeri ringan yaitu
75 %. Ada pengaruh aromaterapi bunga lavender terhadap penurunan intensitas nyeri haid
(dismenore).

Kata kunci: aromaterapi bunga lavender, intensitas nyeri, disminore

ABSTRACT

Dysmenorrhea or painful menstruation is one of the most common gynecological problems


experienced by women of all ages. Lavender fragnance therapy is used for pain treatment, for
reducing pain post-caesarean section, reducing depression and anxiety in postpartum and reducing
dysmenorrhea. The research is to identify effects of lavender fragnance therapy (Lavandula
angustifolia) to overcome pain intensity during mentruation (dysmenorheal) case study the students
of STIKes Madani Yogyakarta. This study is a quantitative research with quasi experimental
approach. Purposive sampling technique is used in this study. The paired t-test is used for statistical
test to analyze the effectiveness of lavender fragnance to overcome dysmenorrhea pain intensity. Most
respondents according to the age are between 18-20 years old, which is 60%. Most characteristic
dysmenorrhea pain prior to administration of lavender fragnance therapy was a moderate pain scale
with intensity of 65%. Meanwhile, after giving lavender fragnance therapy the highest intensity of
pain was mild pain scale with intensity of 75%. There were significant effect of lavender fragnance
therapy on reducing the dysmenorrhea pain intensity.

Keywords: lavender fragnance therapy, dysmenorrhea pain intensity

PENDAHULUAN
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

Menstruasi merupakan perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan
telah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri.
Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Kondisi tersebut
dinamakan dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu aktivitas seharihari.

43

Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah
ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia (Bobak, 2004). Menurut
Proverawati (2009) angka kejadian dismenore sangat besar di dunia. Rata-rata lebih dari 50%
perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka persentasenya sekitar
60% dan Swedia sekitar 72 %. Sementara di Indonesia angka kejadiannya diperkirakan sebesar 55%
perempuan mengalami dismenore. Dismenore terjadi karena uterus atau otot rahim yang berkontraksi
atau relaksasi. Pada umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat
sering menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Sukarni dan
Margareth, 2013).

Angka kejadian dismenore tertinggi pada remaja sekitar 20 %-90 %. Sekitar 15 % dari gadis remaja
melaporkan mengalami dismenore berat. Sebagian besar remaja ketergantungan dengan obat, dan
minoritas memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan (French, 2008). Hasil penelitian Mahmudiono
pada tahun 2011, angka kejadian dismenore primer pada remaja wanita yang berusia 14-19 tahun di
Indonesia sekitar 54, 89 %.

Menururt Wiknjosastro (2008) beberapa penanganan yang diberikan bagi wanita yang
mengalami dismenore yaitu pendidikan kesehatan, pemberian obat analgetik, terapi hormonal, terapi
dengan obat nonsteroid antiprostaglandin dan dilatasi kanalis servikalis. Selain itu, menurut Sukarni
dan Margareth (2013) nyeri haid (dismenore) dapat diredakan dengan berendam di air hangat dengan
cara mencampurkan garam mandi ataupun minyak aromatik untuk relaksasi. Beberapa terapi alternatif
yang juga dapat dilakukan oleh perawat untuk pengobatan dismenore yaitu akupunktur,
Transkutaneous Elektronik Stimulasi (TENS), biofeedback, terapi herbal, dan obat (Marzouk et al,
2013). Salah satu terapi yang juga dapat dilakukan adalah dengan aromaterapi. Aromaterapi
digunakan sebagai terapi komplementer dalam praktek keperawatan dengan menggunakan minyak
esensial dari tanaman wangi untuk meringankan masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup
secara umum (Marzouk et al, 2013).

Aromaterapi dapat digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan tingkat nyeri. Ketika
minyak esensial terhirup, sel-sel reseptor penciuman dirangsang dan impuls ditransmisikan ke pusat
emosional otak, atau sistem limbik. Aromaterapi dapat memberikan efek santai, dan menenangkan,
selain itu meningkatkan sirkulasi darah. Aromaterapi merupakan terapi yang murah dan aman untuk
dismenore (Marzouk et al, 2013).

Beberapa minyak atsiri yang sering digunakan dalam aromaterapi, terutama yang tanamannya
ada di Indonesia yaitu, adas manis (fennel), cengkih (clove bud), cendana (sandalwood), kapulogo
sabrang (cardamon), kayu manis (cinnamon), kemangi (basil), kayu putih (eucalyptus), kenanga
(ylangylang), jahe (ginger), jeruk (citrus lemon), jeruk bergamot, orange, lavender, chamomil, rose,
jasmin, balck pepper, dan valerian (Konsoemardiyah, 2009). Salah satu aroma untuk aromaterapi
yang paling digemari adalah bunga lavender. Minyak bunga lavender dengan kandungan linool-nya
adalah salah satu minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini, baik secara inhalasi (dihirup)
ataupun dengan teknik pemijatan pada kulit. Pada saat kita menghirup suatu aroma, komponen

3
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

kimianya akan masuk ke bulbus olfactory, kemudian ke sistem limbik pada otak. Limbik adalah
struktur bagian dalam otak yang berbentuk seperti cincin yang terletak di bawah cortex cerebral
(Buckle, 2001 dalam Dewi, 2013).

Aromaterapi bunga lavender banyak digunakan di bidang klinis kebidanan dan ginekologi
psikomatis. Aromaterapi bunga lavender digunakan sebagai perawatan untuk mengatasi nyeri,
mengurangi rasa sakit pascaoperasi caesar, mengurangi depresi dan kecemasan pada ibu post partum,
dan menurunkan dismenore (Matsumoto et al, 2013). Selain itu, penelitian Ramadini, et al

(2010) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri haid sebelum
dan sesudah dilakukan pemberian aromaterapi pada mahasiswi FIK UNPAD selama 30 menit dalam
satu kali tindakan.

Berdasarkan studi pedahuluan menggunakan angket yang dilakukan terhadap 60 mahasiswi di


asrama putri STIKes Madani Yogyakarta didapatkan (26 orang) 43,3 % mengalami dismenore.
Sebanyak (6 orang) 18,3 % mengalami nyeri berat, (26 orang) 43,3 % mengalami nyeri sedang dan
(23 orang) 38,3 % mengalami nyeri ringan. Mayoritas (32 orang) 70 % mahasiswi mengatasi nyeri
dengan dibiarkan saja, (22 orang) 20 % mengatasi dengan istirahat, dan (6 orang) 10 % menggunakan
obat analgetik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh aromaterapi bunga
lavender terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada mahasiswi di asrama putri STIKes Madani
Yogyakarta.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian quasy experiment dengan Rancangan pretestposttest one
group, Tempat penelitian dilakukan di asrama putri STIKes Madani Yogyakarta pada bulan April-Mei
2015. Populasi dalam penelitian adalah seluruh mahasiswi di asrama putri STIKes Madani
Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling yaitu purposive
sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi yang mengalami dismenorea sedang
dengan kriteria inklusi: 1)Bersedia menjadi responden, 2) Siklus haid teratur, 3) Mengalami
dismenore sedang, 4) Tidak sedang menggunakan obat analgetik. Kriteria eksklusi adalah : 1)
Mengalami dismenore berat, 2) Mempunyai riwayat asma, 3) Menimbulkan efek samping ketika
menghirup aromaterapi seperti alergi, mual, muntah, pusing, dll.

Analisa data yang digunakan Analisis univariat dan Analisis bivariat dengan Uji satistik
yaitu uji paired sample t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran karakteristik responden yang meliputi umur, IMT, siklus menstruasi, lama haid,
lamanya mengalami nyeri haid, dan usia menarche dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia, IMT, lama nyeri haid,
lama haid, siklus menstruasi

No Karateristik Frek %

3
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

1 Usia (thn) 18-20


14 70
21-23 6 30
2 IMT
Underweight 6 30
Normal 14 70
Overweight - -
3 Siklus mentruasi
Teratur 15 75
Tidak teratur 5 25
4 Lama haid 2-6
hari 18 90
7-10 hari 2 10
5 Lama nyeri haid <
3 hari 17 85
> 3 hari 3 15
Sumber: data primer (2015) Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa distribusi
responden menurut umur yang terbanyak adalah responden yang berumur 18 sampai 20. Indeks
massa tubuh (IMT) sebagian besar normal dan sebagian besar responden yang mengalami siklus
menstruasi teratur, sedangkan sebagian besar responden mengalami nyeri haid sela <3 hari sebanyak
17 orang (85%).
Skala nyeri haid sebelum dan sesudah pemberian aromatherapi bunga

lavender (lavandula anguitifolia) tersaji dalam tabel 2.

Tabel 2. Distribusi frekuensi skala nyeri haid sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi bunga
lavender (n=20)

No Skala nyeri Pre Post


F % F %

1 Tidak nyeri 0 0 1 5

2 Nyeri ringan 4 20 15 7
5

3 Nyeri sedang 13 65 4 2
0

4 Nyeri berat 3 15 0 0

Sumber: data primer (2015)

Berdasarkan tabel 2 sebelum pemberian aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifolia)


mayoritas responden mengalami nyeri haid dengan skala nyeri sedang Sedangkan sesudah pemberian

3
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifolia), mayoritas responden mengalami nyeri haid
dengan skala nyeri ringan.

Pengaruh aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifolia) terhadap intensitas nyeri haid, dapat
tersaji dalam tabel 3.

Tabel 3. Uji pengaruh aromaterapi bunga lavender terhadap intensitas nyeri haid pada mahasiswa
STIKes Madani Yogyakarta

Var Per N Mean SD T P


la Va
ku lue
an
Intensitas Pre 20 4.7 1.49 5.688 0.
0 0
0
Nyeri Post 2.6 1.60
3

Berdasarkan tabel 3 uji pengaruh aromaterapi bunga lavender terhadap intensitas skala nyeri haid
(dismenore) dapat diketahui dengan melihat nilai dari p value yang nilainya (0,000) dengan
kesimpulan sig (2 tailed) < 0,05 maka dapat dikatakan Ho ditolak. Ada pengaruh pemberian
aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifolia) terhadap intensitas nyeri haid pada mahasiswi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2014) yang menunjukkan bahwa
pemberian aromaterapi bunga lavender dapat menurunkan intensitas nyeri pasca sectio caesaria.
Hasil ini juga diperkuat oleh penelitian Olapour A et al (2013) di Iran, mengenai pengaruh
aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pasca sectio caesar menyimpulkan bahwa aromaterapi
lavender dapat dijadikan sebagai manajemen perawatan nyeri, namun tidak direkomendasikan sebagai
satu-satunya penanganan nyeri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Riniasih (2008) bahwa sebelum dilakukan
pemberian aromaterapi, mayoritas responden mengalami intensitas nyeri haid dengan skala sedang
sebanyak 52,7 % dan setelah pemberian aromaterapi, mayoritas responden mengalami nyeri intensitas
nyeri haid dengan skla ringan sebanyak 61,8 %. Menurut Pilitteri (2003 cit. Ningsih, 2011)
karakteristik skala nyeri sedang yaitu terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, kurang nafsu makan, sebagian aktivitas dapat terganggu, sulit/susah berkonsentrasi.
Sedangkan karakteristik skala nyeri ringan yaitu terasa kram pada perut bagian bawah, masih dapat
ditahan, masih dapat melakukan aktivitas, masih dapat berkonsentrasi.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Perry dan Potter (2005) bahwa nyeri merupakan sensasi
yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada bagian tubuh. Perbedaan tingkat nyeri yang
dirasakan juga terjadi karena nyeri bersifat subjektif sesuai persepsi dan respon masing-masing
individu yang merasakan. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan seseorang berhubungan
dengan makna nyeri yang akan berpengaruh pada pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi
dengan nyeri.

3
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

Nyeri haid atau dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menstruasi yang
dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit
di daerah perut maupun panggul (Judha dkk, 2012). Menurut Corwin (2009) dismenore biasanya
terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu, prostaglandin F2 alfa, dari sel-sel
endometrium uterus.
Prostaglandin F2 alfa adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan kontraksi
pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal terjadi pada haid,
sehingga timbul rasa nyeri hebat.

Menurut French (2005) faktor predisposisi terjadinya dismenore primer antara lain faktor
psikologis, budaya, persepsi individu, pengalaman masa lalu, Winkjosastro (2008) beberapa faktor-
faktor yang memegang peranan sebagai penyebab dismenore antara lain faktor kejiwaan remaja yang
secara emosional tidak stabil, apalagi remaja tidak mendapat penjelasan yang baik tentang proses
menstruasi sehingga hal ini dapat memicu dismenore dapat muncul dengan mudah. Faktor konstitusi
seperti penyakit menahun dan anemia, dapat mempengaruhi timbulnya dismenore. Faktor obstruksi
kanalis servikalis, wanita yang uterusnya mengalami hiperantefleksi kemungkinan dapat
menyebabkan terjadinya stenosis kanalis servikalis. Stenosis kanalis servikalis bukan penyebab utama
munculnya dismenore primer. Faktor endokrin, umumnya ada anggapan bahwa kejang yeng terjadi
pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin
mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot tonus. Faktor alergi, teori ini dikemukakan
setelah memperhatikan adanya asosiasi antara urtikaria, migrain, dan asma bronkhiale.

Smith dalam Winkjosastro (2008), menduga bahwa sebab toksin adalah toksin haid. Beberapa
faktor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenore menurut Sukarni dan Margareth (2013)
berkaitan dengan sistem saraf (neurologik) bahwa uterus dipersarafi oleh sistem saraf otonom yang
terdiri dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis, Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenore
ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian sistem saraf otonom terhadap mio-metrium. Pada
keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut
sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik. Faktor psikis, semua nyeri
tergantung pada hubungan susunan saraf pusat, khususnya talamus dan korteks. Derajat penderitaan
yang dialami akibat rangsang nyeri tergantung pada latar belakang pendidikan penderita. Nyeri dapat
dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis penderita. Seringkali segera setelah perkawinan
dismenore hilang, dan jarang masih menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut
(perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada genetalia maupun perubahan
psikis.

Aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan minyak atsiri untuk meningkatkan
kesehatan fisik seseorang. Minyak atsiri merupakan minyak alami yang diambil dari tanaman
aromatik. Minyak jenis ini dapat digunakan sebagai minyak pijat (massage), inhalasi, produk untuk
mandi, dan parfum (Koensoemardiyah, 2009). Selain digunakan sebagai inhalasi, aromaterapi bunga
lavender juga dapat digunakan melalui cara massage. Hal ini sesuai dengan penelitian Marzouk et al
(2013) yang menunjukkan bahwa aromaterapi bunga lavender yang dilakukan dengan massage pada
mahasiswi yang mengalami nyeri haid memiliki efek yang signifikan dalam menurunkan nyeri haid.
Dalam bidang pengobatan, aromaterapi digolongkan dalam terapi komplementer, yaitu terapi yang
dilakukan untuk melengkapi terapi konvensional (Koensoemardiyah, 2009). Kandungan utama bunga
lavender (Lavandula angustifolia) adalah linalyl asetat dan linalool (C10H18O). Linalool adalah
kandungan aktif utama yang berperan pada efek relaksasi pada lavender. Menurut penelitian
Matsumoto et al

3
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

(2013) aromaterapi lavender dapat mempengaruhi gejala emosional pramenstruasi yang diukur
melalui Heart Rate Variability (HRV) karena meningkatkan aktivitas sistem syaraf parasimpatik.
Selain itu, menurut hasil dari beberapa jurnal penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa minyak
essensial dari bunga lavender (Lavandula angustifolia) dapat memberikan manfaat relaksasi
(carminative), sedatif, mengurangi tingkat kecemasan, dan mampu memperbaiki mood seseorang
(Dewi, 2013).

Ketika menghirup aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifolia) yang diteteskan pada
tissue responden merasakan nyaman dan tenang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan
bahwa dalam lavender terkandung senyawa linalyl asetat dan linanolol yang berperan dalam relaksasi,
selain itu inhalasi dengan aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifolia) dapat mengurangi rasa
sakit dan mempunyai khasiat psikologi menenangkan (Dewi, 2013). Efek aromaterapi positif karena
aroma yang segar dan harum merangsang sensory dan akhirnya mempengaruhi organ sehingga dapat
menimbulkan efek yang kuat terhadap emosi. Aromaterapi ditangkap oleh reseptor di hidung,
kemudian memberikan informasi yang lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan memori
serta memberikan informasi ke hipotalamus yang merupakan pengatur sistem internal tubuh, sistem
seksualitas, suhu tubuh dan reaksi terhadap stres (Koensoemardiyah, 2009). Bau yang berasal dari
aromaterapi diterima oleh reseptor di hidung kemudian dikirimkan ke bagian medulla spinalis di otak,
di dalam hal ini kemudian akan meningkatkan gelombanggelombang alfa di otak dan
gelombanggelombang alfa inilah yang membantu untuk merasa relaksasi (Amera,2008).

Relaksasi sendiri dapat dipercaya menurunkan nyeri dengan merileksasikan ketegangan otot
yang menunjang nyeri. Relaksasi juga dapat menurunkan ketegangan fisiologis yang diakibatkan
nyeri di abdomen (Stuart dan Sundeen, 1997 dalam Kumalasari, 2012).

Relaksasi mempengaruhi bahan transmiter yang ikut terlibat dalam sistem analgesia, khususnya
enkefalin dan serotonin. Serotonin menyebabkan neuron lokal medula spinalis mensekresi enfekalin.
Enfekalin dianggap dapat menimbulkan hambatan presinaptik pada serabut nyeri tipe C dan tipe A.
Serabut ini mungkin mencapai inhibisi presinaptik dengan penghambatan saluran kalsium dalam
membran ujung saraf dan mengaktifkan sistem analgesia sehingga dapat menekan seluruh atau hampir
seluruh sinyal yang masuk melewati saraf perifer dan menurunkan sampai menghilangkan nyeri
(Alexander, 1994 dalam Kumalasari, 2012).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Karakteristik sebagian besar responden berusia 18-20 tahun dengan IMT normal , siklus
menstruasi teratur dan nyeri haid <3 hari.
2. Sebelum pemberian aromaterapi bunga lavender mayoritas responden mengalami nyeri haid
dengan skala nyeri sedang sebanyak 65 % (13 orang).
3. Sesudah pemberian aromaterapi bunga lavender, mayoritas responden mengalami nyeri haid
dengan skala nyeri ringan sebanyak 75 % (15 orang).
4. Ada pengaruh yang sangat signifikan pengaruh aromaterapi bunga lavender terhadap intensitas
nyeri haid dengan nilai sig<0,05 yaitu sebesar 0,000.
Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini diharapkan
variabel-variabel tidak terkontrol dalam penelitian ini, misalnya faktor genetik, faktor psikis, dan
riwayat penyakit diperhatikan. Selain itu, perlu penelitian lanjutan tentang perbedaan intensitas

3
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

nyeri haid sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi bunga lavender secara inhalasi dengan
menambahkan kelompok kontrol yaitu membandingkan jenis aromaterapi jenis lain.
2. Bagi Profesi Keperawatan Penatalaksanaan nyeri haid (dismenore) dengan aromaterapi bunga
lavender dapat diterapkan di bidang keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan
komplementer.
3. Bagi Mahasiswi STIKes Madani
Yogyakarta.

Mahasiswi dapat memilih alternatif penggunaan aromaterapi bunga lavender untuk menurunkan
nyeri. Cara penggunaan aromaterapi bukan hanya dilakukan dengan inhalasi melainkan juga
dapat mencoba beberapa cara yaitu melalui massage, dan mandi air hangat dengan aromaterapi.

DAFTAR PUSTAKA

Amera.2008. Aromaterapi Menimbulkan Kecanduan?


(Http://www.tanyadokteranda.com/ar tikel/II/aromaterapi.menimbulkan kecanduan) diakses
pada tanggal 5 Juli 2015.

Andira, D. (2010).Seluk-beluk kesehatan reproduksi wanita. Yogyakarta : A plus books.


Bobak, Lowdemilk, Jansen. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC.
Dewi. (2013). Aromaterapi lavender sebagai media relaksasi. Bagian Farmasi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali. Diakses pada tanggal 8 Januari 2015.

Dwijayanti, W, dkk. (2013). Efek aromaterapi lavender inhalasi terhadap intensitas nyeri
pasca sectio caesaria. Politeknik Kebidanan KEMENKES RI,Semarang.
French, L. (2008). Dysmenorrhea in adolescents diagnosis and treatment. Departement of
Family Medicine, University of Toledo, College of Medicine,
Judha M, Sudarti, dan Afroh Fauziah. (2012). Teori pengukuran nyeri dan nyeri persalinan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Koensoemardiyah. (2009). A to Z aromaterapi untuk kesehatan, kebugaran, dan kecantikan.
Yogyakarta: ANDI.

Kumalasari, Eri P. (2012). Studi tentang manfaat aromaterapi (aroma lavender)


terhadap penurunan tingkat nyeri ibu pada persalinan kala I fase aktif di
bidan praktek swasta wilayah kerja puskesmas ngletih kecamatan pesantren
kota kediri. Laporan Penelitian. STIKes Surya Mitra Husada Kediri. Diakses pada tanggal 7 Juli 2015.

Kusmiran, Eny. (2014). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta :


Salemba Medika.

Lestari, Jane, dan Diana. (2010). Gambaran dismenorea pada remaja putri sekolah menengah
pertama di manado. Sari Pediatri Volume 12. Diakses pada tanggal 18 Januari
2015.
Li, L, Liu, X, Herr, K. (2007). Postoperative pain intensity assesment a
comparationCof four scales in chinese adult. Diakses pada tanggal 12 Februari
2015.
Mahmudiono. (2011). Fiber, PUFA and calcium intake associated with the degree of primary
dismenorrhea in adolescent girl surabaya, indonesia. Journal of Obsetrectics &
Ginekology.

3
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

Manuaba, IGB. (2009). Buku ajar ginekologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta : EGC.
Marzouk. T, A.M.R El-Nemer, and H. N Baraka. (2013). The effect of aromatherapy
abdominal massage on alleviating menstrual pain in nursing students : A prospective
randomized cross-over study. Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine Volume 2013. Diakses pada tanggal 8 Januari 2015.
Matsumoto, Hiroyuki Asakura, and Tatsuya Hayashi. (2013). Does lavender aromatherapy
alleviate premenstrual emotional symptoms? : A randomized crossover
trial. Biopsychosocial medicine. Diakses Pada Tanggal 18 Januari 2015
Mohamed, Eman M. 2012. Epidemiology among adolecent Students in Assiut City, Egypt. Life
Science Journal 9 (1). 348-353 Diakses pada tanggal 10 Juni 2015.

Ningsih, R. (2011). Efektifitas paket pereda terahadap nyeri pada remaja dengan dismenore di
SMAN Kecamatan
Curup. Tesis. Universitas indonesia. Diakses pada tanggal 12 Februari 2015.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Novia, D. (2012). Hubungan dismenore dengan olahraga pada remaja di SMA St.
Thomas 1 medan. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra

Utara.

Nursalam. (2013). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika.
Olapour, A et al. (2013). The effect of inhalation aromatherapy blend containing lavender essential
oil on cesarean postoperative pain. Anesthesiology and pain medicine. Iran.
Diakses pada tanggal 10 Juni 2015
Paath, Erna Francin. (2004). Gizi dalam kesehatan reproduksi . Jakarta : EGC

Pilliteri, A. (2003). Maternal & Child Health Nursing, Care of the Childbearing & Childearing
Family 4th Edition. Lippincott William &Wilkins :
Philadelphia.

Potter and Perry. (2005). Fundamental of nursing. Volume 2. Philadelpia, AS.

Potter, PA. dan Perry, AG. (2006). Fundamental of nursing: concepts, procces,
and practice. Fourth Editions. USA: Mosby-Year Book Inc.

Prawirahoardjo, S. (2005). Ilmu kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Keenam.

Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Proverawati, A dan Misaroh, S. (2009). Menarche menstruasi pertama penuh makna. Yogyakarta :
Nuha Medika.

3
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

PEMBERIAN AROMATERAPI BUNGA MAWAR TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA WANITA LANJUT
USIA DI UPTD PANTI SOSIAL LANJUT USIA
TRESNA WERDHA NATAR LAMPUNG
SELATAN

Ana Mariza1, Annisa Umi Kalsum2


1,2
Program Studi Kebidanan Universitas
Malahayati Email: mariza.ana22@gmail.com
Abstract: Effect Roses Aroma Therapy to Blood Pressure Reduction in Elderly Women
in Social Institutions Elderly,Tresna Werdha, Natar, South Lampung. Hypertension is
one of the world's number one cause of death. Cases of hypertension were increased
approximately 80%, especially in developing countries. The incidence of hypertension in
Lampung has 77.521 people in 2014. Then, hypertension was the most prevalent diseases
in Social Institutions Elderly, Tresna Werdha, Natar, South Lampung, as many as 32
people (60.37%). Treatment of hypertension could be done with aroma therapy. One of the
plants that have function as aroma therapy were roses. The purpose of this study was known
the effect of roses aroma therapy to reduction of blood pressure in elderly women in Social
Institutions Elderly, Tresna Werdha, Natar, South Lampung, in 2016. This study was a
quantitative research, with quasi experimental design, one group pretest-posttest design.
Population in this study were all elderly women in Social Institutions Elderly, Tresna
Werdha, Natar, South Lampung. Sample total were 32 people. Hypothesis was tested with
paired samples t-test. Results of univariate analysis showed that average blood pressure,
before and after giving treatment with roses aroma therapy were 121.04 and 113.02,
respectively. Results of bivariate analysis showed that roses aroma therapy affected to
reduction of blood pressure in elderly women in Social Institutions Elderly, Tresna Werdha,
Natar, South Lampung, in 2016 (p-value=0.000).

Keywords: Aromatherapy roses, Blood pressure

Abstrak: Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah


pada
Wanita Lanjut Usia di UPTD PANTI Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar
Lampung Selatan. Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor satu dunia.
Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang. Angka kejadian
hipertensi di Propinsi Lampung pada Tahun 2014 mengalami peningkatan yaitu 77.521
orang. Sedangkan di Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung Selatan, hipertensi
merupakan penyakit terbanyak yaitu sebanyak 32 orang (60,37%). Pengobatan hipertensi
dapat dilakukan dengan pemberian aroma therapi. Salah satu tumbuhan yang memiliki fungsi
sebagai aromaterapy adalah bunga mawar. Tujuan penelitian ini diketahui pengaruh
pemberian aromaterapi bunga mawar terhadap penurunan tekanan darah pada wanita lanjut
usia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian
quasi eksperimen dengan rancangan one group pretest post test design. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh wanita lanjut usia di UPTD Panti Sosial Lanjut Usia Tresna
Werdha Natar sejumlah 53 orang, dengan sampel sebanyak 32 orang. Uji hipotesis dengan uji

3
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

paired sample t-test. Hasil analisis univariat diperoleh bahwa, sebelum pemberian
aromaterapi bunga mawar rata-rata tekanan darah yaitu 121,04 dan setelah pemberian
aromaterapi bunga mawar penurunan rata-rata tekanan darah menjadi 113,02. Hasil analisis
bivariat diketahui ada pengaruh pemberian aromaterapi bunga mawar terhadap penurunan
tekanan darah pada wanita lanjut usia di UPTD Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha
Natar Lampung Selatan Tahun 2016 (p-value=0,000). Bagi petugas kesehatan diharapkan
agar dapat mengajarkan penatalaksanaan hipertensi kepada lansia yaitu dengan menggunakan
aromaterapi bunga mawar.

Kata kunci: Aromaterapi mawar, Tekanan darah

Misi Indonesia sehat 2015-2025 yang telah koroner, infark (penyumbatan pembuluh darah)
dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan jantung, stroke, dan gagal ginjal. Komplikasi
Republik Indonesia yaitu masyarakat Indonesia yang terjadi pada organ tubuh dapat
penduduknya hidup dalam lingkungan dan menyebabkan angka kematian semakin
perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan meningkat.
kesehatan yang bermutu, adil, dan merata, serta Gangguan kerja organ selain menyebabkan
memiliki derajat kesehatan yang penderita, keluarga dan Negara harus
setinggitingginya (Kemenkes RI,2014). mengeluarkan lebih banyak biaya pengobatan
30

Angka kesakitan merupakan salah satu dan perawatan, tentu juga menurunkan kualitas
indikator yang digunakan untuk mengukur hidup penderita (Sudoyo, 2013).
derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah
angka kesakitan, menunjukkan derajat kesehatan Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus
penduduk yang semakin baik. Dengan hipertensi terutama di negara berkembang tahun
2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000,
bertambahnya umur, fungsi fisiologis diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun
mengalami penurunan akibat proses degeneratif 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
(penuaan) sehingga penyakit tidak menular penderita hipertensi saat ini dan pertambahan
banyak muncul pada usia lanjut. Penyakit tidak penduduk saat ini (Kemenkes RI, 2014).
menular pada lansia di antaranya hipertensi,
stroke, radang sendi atau rematik dan diabetes Berdasarkan laporan rumah sakit melalui Sistem
mellitus (Kemenkes RI, 2014). Informasi Rumah Sakit (SIRS), 10 peringkat
terbesar penyakit penyebab rawat jalan dari
Hipertensi merupakan penyakit yang sering seluruh penyakit rawat jalan pada kelompok
diderita lansia. Hipertensi dapat didefinisikan usia 45-64 tahun dan 65+ tahun yang paling
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan tingggi adalah hipertensi esensial (primer)
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan (Kemenkes RI, 2014).
diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan Jumlah penduduk di Propinsi Lampung dengan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 penyakit hipertensi di setiap tahunnya selalu
mmHg (Brunner & Suddarth, 2010). masuk kedalam 10 besar penyakit yang diderita
masyarakat dimana pada Tahun 2010 menduduki
Hipertensi merupakan salah satu penyebab peringkat VIII sebanyak 89.204 kasus atau
kematian nomor satu di skala global. 6,58%, Tahun 2011 peringkat ke VI sebanyak
Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan 110.622 atau 7,33% dan pada Tahun 2012
hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung peringkat ke III sebanyak 52.147 kasus atau

3
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

9,87%, dan pada Tahun 2013 urutan 7 yang Tresna Werdha Natar Lampung Selatan Tahun
mana mengalami penurunan 4,21% atau 2016”.
65.282, sedangkan pada Tahun 2014 mengalami
peningkatan yang spesifik yaitu 77.521 menjadi METODE PENELITIAN
peringkat ke 4 dengan demikian hipertensi
merupakan masalah kesehatan yang ada di 10
besar penyakit yang diderita masyarakat setiap Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain
tahunnya (Dinkes Provinsi Lampung, 2014). penelitian quasi eksperimen menggunakan
rancangan one group pretest post test design.
Menurut Sudoyo (2013) bahwa pengobatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
hipertensi ada 2 cara, yaitu secara farmakologis JuliAgustus 2016. Populasi penelitian ini adalah
dan non farmakologis. Beberapa terapi non seluruh wanita lanjut usia di UPTD Panti Sosial
farmakologi meliputi akupressure, pengobatan Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Lampung
herbal dari cina, terapi jus, terapi herbal, pijat, Selatan sebanyak 53 orang, dengan sampel
Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 1, April 2017, hlm 30-35
sebanyak 32 orang. Uji hipotesis dengan uji
yoga, aromaterapi, pernafasan dan relaksasi, paired sample t-test.
pengobatan pada pikiran dan tubuh, meditasi,
hypnosis, perawatan di rumah. HASIL

Aroma therapi merupakan salah satu cara untuk


menyembukan yang menggunakan minyak atau A. ANALISIS UNIVARIAT
wangi-wangian dari suatu tumbuhan. Salah satu
tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai Tabel 1. Tekanan Darah Wanita Lanjut Usia
aromaterapi adalah bunga mawar. Pada saat Sebelum Dilakukan Perlakuan
aromaterapi mawar dihirup, molekul yang Pemberian Aromaterapi Bunga
mudah menguap akan membawa unsur aromatic Mawar
yang akan merangsang memori dan respon
Variabel Mean SD Min-
emosional yang menyebabkan perasaan tenang
95%
dan rileks serta dapat memperlancar aliran darah
Max CI
(Ridho, 2015).
Berdasarkan hasil presurvey peneliti yang

4
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

Tekanan darah 121,0 7,4 110-


sebelum 4 9 118,4-
diperoleh dari data UPTD Panti Sosial Lanjut perlakuan 136,7
Usia Tresna Werdha Lampung Selatan pemberian 123,7
aroma terapi
memperlihatkan bahwa hipertensi merupakan bunga mawar
penyakit terbanyak dari 10 besar penyakit tidak
menular yang sering diderita lansia di UPTD Berdasarkan tabel 1 di atas, distribusi frekuensi
Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha tekanan darah wanita lanjut usia sebelum
Lampung Selatan. Dari 94 lansia, 53 orang dilakukan perlakuan pemberian aromaterapi
diantaranya berjenis kelamin wanita dengan bunga mawar di UPTD Panti Sosial Lanjut Usia
jumlah penderita hipertensi sebanyak 32 orang Tresna Werdha Natar Lampung
(60,37%).
Selatan memiliki rata-rata tekanan darah yaitu
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti 121,04 (Mean Arterial Pressure), dan berada
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pada rentang tekanan darah minimum dan
“Pengaruh pemberian aromaterapi bunga mawar maksimum yaitu 110 sampai dengan 136,7.
terhadap penurunan tekanan darah pada wanita
lanjut usia di UPTD Panti Sosial Lanjut Usia

4
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

Tabel 2. Tekanan Darah Wanita Lanjut Usia di UPTD Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha
Setelah Dilakukan Perlakuan Natar Lampung Selatan Tahun 2016.
Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar

Variabel Mea S Min 95% PEMBAHASAN


n - CI

D
Max A. ANALISIS UNIVARIAT
Tekanan 113, 8 96,7 110,311
darah 02 - 5,8
1. Tekanan Darah Wanita Lanjut Usia
setelah 133
Sebelum Dilakukan Perlakuan Pemberian
perlakuan ,3
Aromaterapi Bunga Mawar
pemberian
aroma Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa
terapi distribusi frekuensi tekanan darah wanita lanjut
bunga usia sebelum dilakukan perlakuan pemberian
mawar aromaterapi bunga mawar di UPTD Panti Sosial
Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Lampung
Berdasarkan tabel 2 di atas, distribusi frekuensi
Selatan memiliki rata-rata tekanan darah yaitu
tekanan darah wanita lanjut usia setelah
121,04 (Mean Arterial Pressure), dan berada pada
dilakukan perlakuan pemberian aromaterapi
rentang tekanan darah minimum dan maksimum
bunga mawar di UPTD Panti Sosial Lanjut
yaitu 110 sampai dengan 136,7.
Usia Tresna Werdha Natar Lampung Selatan
memiliki rata-rata tekanan darah yaitu 113,02 Menurut teori yang dikemukakan oleh
(Mean Arterial Pressure), dan berada pada Mansjoer, dkk (2013), dikatakan tekanan darah
rentang tekanan darah minimum dan maksimum tinggi bila tekanan darah sistolik mencapai 140
yaitu 96,7 sampai dengan 133,3. mmHg atau lebih, tekanan darah diastolik
mencapai 90 mmHg atau lebih, atau
keduanya. Pada tekanan darah tinggi biasanya
B. ANALISIS BIVARIAT
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolic.

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Menurut Kemenkes (2014), secara umum


Bunga Mawar terhadap Penurunan hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
Tekanan Darah Pada Wanita dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam
Lanjut Usia arteri menyebabkan meningkatnya resiko
V ari abel Mean SD SE p- n terhadap stroke, anuerisma, gagal jantung,
value serangan jantung, dan kerusakan ginjal.
Tekanan Darah 121,04 7,49 1,32 0,000 32
Pretest Menurut Gunawan (2013), faktor-faktor penyebab
Tekanan 113,02 8 1,4 3
hipertensi antara lain faktor yang tidak dapat
Darah 1 2
dikontrol antara lain keturunan, jenis kelamin,
Posttest terhadap penurunan tekanan darah pada wanita lanjut
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat diketahui usia
bahwa hasil uji-t (paired sample t-test) terhadap
tekanan darah (Mean Arterial Pressure) pada
sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu
pemberian aromaterapi bunga mawar diperoleh
nilai signifikasi p-value=0,000 (p-value<
α(0,05)), maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh pemberian aromaterapi bunga mawar
4
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

umur. Selain itu faktor seperti obesitas,


merokok dan konsumsi alkohol. Pada
sebagian besar penderita, hipertensi tidak
memiliki gejala, meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan
dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah. Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, pendarahan pada
hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi

4
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

maupun pada seorang dengan tekanan darah yang saraf, endokrin, atau sistem kekebalan tubuh
normal. yang mempengaruhi denyut jantung, tekanan
darah, pernafasan, aktifitas gelombang otak dan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
pelepasan berbagai hormon di seluruh tubuh.
dilakukan oleh M. Ridho (2015) tentang
Efeknya pada otak dapat baik tenang atau
pengaruh pemberian aromaterapi bunga mawar
merangang sistem syaraf, serta mungkin
terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut
membantu dalam menormalkan sekresi hormon.
usia dengan hipertensi di Sungai Bundung Laut
Menghirup minyak essensial dapat meredakan
Kabupaten Mempawah tahun 2015 diperoleh
gejala pernapasan, sedangkan aplikasi lokal
bahwa terdapat pengaruh pemberian
minyak yang diencerkan dapat membantu untuk
aromaterapi bunga mawar terhadap pengaruh
kondisi tertentu.
penurunan tekanan darah sistol dan diastol pada
lanjut usia dengan hipertensi sebelum dan Menurut Sudjono (2009) relaksasi merupakan
sesudah dilakukan intervensi dengan nilai ρ- salah satu tehnik pengelolaan diri yang
value=0,000. didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatik
dan parasimpatik. Dalam keadaan tegang yang
Menurut pendapat peneliti, tingginya tekanan
rendah dengan tanpa adanya emosi yang kuat.
darah pada resonden sebelum dilakukan
Relaksasi akan memberikan batasan sebagai
perlakuan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
suatu bentuk terapi yang menekankan pada
Salah satu faktor penyebab hipertensi yang
mengajarkan konseli tentang bagaimana relaks,
paling menonjol pada lansia adalah faktor usia.
dengan asumsi bahwa keadaan otot yang relaks
Namun faktor lain yang dapat memicu
akan membantu mengurangi ketegangan
hipertensi dapat juga akibat dari konsumsi
kejiwaan.
garam berlebih, aktifitas fisik yang kurang,
merokok dan stres. Aromaterapi didefinisikan sebagai perlakuan
dengan menggunakan bau-bauan atau keharuman,
biasanya minyak tumbuhan serin digunakan
2. Tekanan Darah Wanita Lanjut Usia
Setelah Dilakukan Perlakuan Pemberian untuk membantu pemijatan, dalam dua kata yaitu
Aromaterapi Bunga Mawar aroma yang berarti wangi-wangian (fragrance)
dan therapy yang berarti perlakuan pengobatan,
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa jadi secara ilmiah diartikan sebagai wangi-
distribusi frekuensi tekanan darah wanita lanjut wangian yang memiliki pengaruh terhadap
usia setelah dilakukan perlakuan pemberian fisiologis manusia.
aromaterapi bunga mawar di UPTD Panti Sosial
Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Lampung Efek fisiologis dari aromaterapi dapat dibagi
Selatan memiliki rata-rata tekanan darah yaitu menjadi dua jenis, yaitu mereka yang bertindak
113,02 (Mean Arterial Pressure), dan berada melalui stimulasi sistem syaraf dan orang-orang
pada rentang tekanan darah minimum dan yang bertindak langsung pada organ atau jaringan
maksimum yaitu 96,7 sampai dengan 133,3. melalui efektor reseptor mekanisme. Aromaterapi
didasarkan pada teori bahwa inhasi atau
Menurut Mansjoer (2013), salah satu penyerapan minyak essensial memicu perubahan
penanganan hipertensi adalah dengan pada sistem tubuh, bagian dari otak yang
menggunakan aromaterapi. Aromaterapi berhubungan dengan memori dan emosi. Hal ini
didasarkan pada teori bahwa inhasi atau dapat merangsang respon fisiologis saraf,
penyerapan minyak essensial memicu endokrin, atau sistem kekebalan tubuh yang
perubahan pada sistem tubuh, bagian dari otak mempengaruhi denyut jantung, tekanan darah,
yang berhubungan dengan memori dan emosi. pernafasan, aktifitas gelombang otak dan
Hal ini dapat merangsang respon fisiologis pelepasan berbagai hormon di seluruh tubuh.

4
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

Efeknya pada otak dapat memberi ketenangan Hasil penelitian memperlihatkan adanya
atau merangang sistem syaraf, serta membantu penurunan tekanan darah pada pada wanita
dalam menormalkan sekresi hormon. Menghirup lanjut usia setelah selama 5 hari berturut-turut
minyak essensial dapat meredakan gejala diberikan perlakuan dengan pemberian
pernapasan, sedangkan aplikasi lokal minyak aromaterapi bunga mawar, yaitu dari rata-rata
yang diencerkan dapat membantu untuk kondisi tekanan darah yaitu 121,04 menjadi 113,02.
tertentu (Sudoyo, 2013).
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Ridho (2015), dalam dunia kesehatan
dilakukan oleh M. Ridho (2015) tentang pengaruh keharuman bunga mawar digunakan untuk
pemberian aromaterapi bunga mawar terhadap menenangkan pikiran sebagai aroma terapi,
penurunan tekanan darah pada lanjut usia dengan selain itu bunga mawar juga dapat membantu
hipertensi di Sungai Bundung Laut Kabupaten memerangi depresi dan kecemasan yang
Mempawah tahun 2015 diperoleh bahwa terdapat berdampak pada gangguan tidur oleh karenanya
pengaruh pemberian aromaterapi bunga mawar bunga mawar juga digunakan sebagai bahan
terhadap pengaruh penurunan tekanan darah sistol tambahan teh. Manfaat bunga mawar tidak
dan diastol pada lanjut usia dengan hipertensi sebatas itu, karena bunga mawar memiliki
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan kandungan yang dapat memperkuat saluran
nilai ρ-value=0,000. pencernaan, serta dapat membantu
Pada penelitian ini tekanan darah wanita lanjut membersihkan limbah beracun yang berada di
usia setelah dilakukan perlakuan pemberian saluran kemih, dapat mengontrol keseimbangan
aromaterapi bunga mawar mengalami penurunan produksi hormon, serta memperlancar sirkulasi
dibandingkan dengan sebelum diberi perlakuan. darah hingga menghambat resiko penyakit
Hal ini dapat disebabkan karena perlakuan jantung, sakit kepala, gangguan tekanan darah,
pemberian aromaterapi bunga mawar memiliki dan lain-lain.
efek terhadap penurunan tekanan darah pada Selain itu, menurut Ridho (2015), salah satu

34 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 1, April 2017, hlm 30-


35

penderita hipertensi yang dialami oleh responden. tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai
Hal ini secara lebih lanjut akan dibahas pada aromaterapi adalah bunga mawar. Beberapa
analisis bivariat pada penelitian ini. bahan kimia yang terkandung dalam minyak
atsiri bunga mawar diantaranya sitral, sitronelol,
B. ANALISIS BIVARIAT geraniol, linalol, nerol, eugenol, feniletil,
alkohol, farnesol, nonil, dan aldehida suatu
pesan elektro kimia akan ditranmisikan melalui
Pengaruh Pemberian Aromaterapi Bunga
Mawar Terhadap Penurunan Tekanan saluran olfaktori kedalam sistem limbik. Hal ini
Darah pada Wanita Lanjut Usia akan merangsang memori dan respon
emosional. Hipotalamus yang berperan sebagai
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa regulator memunculkan pesan yang harus
ada pengaruh pemberian aromaterapi bunga disampaikan ke otak. Pesan yang diterima
mawar terhadap penurunan tekanan darah pada kemudian diubah menjadi tindakan berupa
wanita lanjut usia di UPTD Panti Sosial senyawa elektrokimia yang menyebabkan
Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Lampung perasaan tenang dan rileks serta dapat
Selatan Tahun 2016 (p-value= 0,000). memperlancar aliran darah.

4
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

Relaksasi merupakan salah satu tehnik 1. Distribusi frekuensi tekanan darah wanita
pengelolaan diri yang didasarkan pada cara lanjut usia sebelum dilakukan perlakuan
kerja sistem saraf simpatik dan parasimpatik. pemberian aromaterapi bunga mawar di
Dalam suatu keadaan tegang yang rendah UPTD Panti Sosial Lanjut Usia Tresna
dengan tanpa adanya emosi yang kuat. Werdha Natar Lampung Selatan memiliki
Relaksasi akan memberikan batasan sebagai rata-rata tekanan darah yaitu 121,04 (Mean
suatu bentuk terapi yang menekankan pada Arterial Pressure), dan berada pada rentang
tekanan darah minimum dan maksimum
mengajarkan konseli tentang bagaimana relaks,
yaitu 110 sampai dengan 136,7.
dengan asumsi bahwa keadaan otot yang relaks 2. Distribusi frekuensitekanan darah wanita
akan membantu mengurangi ketegangan lanjut usia setelah dilakukan perlakuan
kejiwaan (Sudjono, 2009). pemberian aromaterapi bunga mawar di
UPTD Panti Sosial Lanjut Usia Tresna
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Werdha Natar Lampung Selatan memiliki
dilakukan oleh Ni Made Kenia (2010) tentang rata-rata tekanan darah yaitu 113,02 (Mean
pengaruh relaksasi aromaterapi bunga mawar Arterial Pressure), dan berada pada rentang
terhadap perubahan tekanan darah pada lanjut tekanan darah minimum dan maksimum yaitu
usia dengan hipertensi diperoleh bahwa tekanan 96,7 sampai dengan 133,3
sistol dan diatol mengalami penurunan yang 3. Ada pengaruh pemberian aromaterapi
signifikan dengan ρ-value = 0,000. bunga mawar terhadap penurunan tekanan
darah pada wanita lanjut usia di UPTD Panti
Menurut peneliti, adanya pengaruh pemberian Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar
aromaterapi bunga mawar terhadap penurunan Lampung Selatan Tahun 2016
(pvalue=0,000).
tekanan darah disebabkan karena pada bunga
mawar terdapat kandungan-kandungan senyawa
kimia yang memiliki aroma khas yang akan
SARAN
diterima oleh saraf penciuman (nerfus olfaktorius)
dan kemudian selanjutnya impuls akan diteruskan
1. Bagi Tempat Penelitian
ke hipotalamus dan mempengaruhi sistem saraf
pusat. Dari sini lah kemudian akan dipersepsikan a. Lansia diharapkan dapat mengetahui
sensasi relaksasi yang akan menimbulkan efek faktor-faktor penyebab terjadinya
menenangkan. Keadaan tubuh yang tenang akan hipertensi seperti obesitas, stres,
menyebabkan sistem saraf parasimpatis memicu konsumsi garam berlebih sehingga
penurunan denyut jantung yang akan menurunkan dapat menguranginya.
curah jantung dan akan menurunkan tekanan b. Diharapkan lansia dapat menggunakan
satu
pada dinding-dinding pembuluh darah. Selain itu
cara untuk menurunkan tekanan darah yaitu
keadaan relaksasi juga akan merelaksasikan
dengan menggunakan aromaterapi bunga
otototot tubuh sehingga dapat menurunkan
mawar.
tekanan kemudian akan menurunkan aliran balik
vena serta menimbulkan vasodilatasi pembuluh 2. Bagi Tenaga Kesehatan
darah dan menurunkan tekanan darah.
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat
menyampaikan kepada lansia tentang salah satu
cara penatalaksanaan hipertensi yaitu dengan
SIMPULAN menggunakan aromaterapi bunga mawar. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara
mendemonstrasikan cara penggunaannya dengan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
bahasa yang mudah dimengerti.
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

4
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Agar peneliti lain meneliti lebih lanjut


mengenai faktor lain yang berhubungan dengan
penatalaksanaan hipertensi selain dengan aroma
terapi mawar, misalnya dengan yoga, meditasi,
dan lain sebagainya.

4
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer, dkk. 2013. Kapita Selecta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medica Aesculpalus, FK UI.
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan Profinsi Lampung. 2014. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2014.
Lampung.
Gunawan, Lany. 2013. Hipertensi. Yogyakarta:

Kanisius.

Kemenkes RI. 2014. Rencana Strategi

Kementrian Kesehatan 2014. Jakarta.


. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut
Usia di Indonesia. Jakarta.
Made, Kenia. 2010. Pengaruh Relaksasi

(Aromaterapi Mawar) terhadap Perubahan Tekanan Darah pada


Lansia Hipertensi. http://uslit2.petra.ac.id/ejournal/index./sti
kes/article/download/18732/18520 (Diakses pada 6 Maret 2016).
Mansjoer, dkk. 2013. Penyakit- Penyakit Pada Kehamilan: Peran Seorang Internis.
Jakarta: FK UI.
M. Ridho. 2015. Pengaruh Pemberian
Aromaterapi Bunga Mawar Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Dengan
Hipertensi Di Sungai Bundung Laut Kabupaten Mempawah Tahun 2015.
Sudjono. 2009. Manfaat Aromaterapi Bagi Kesehatan. Yogyakarta: Insan Cendikia.

Sudoyo AW, Setiyohadi. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna

Publishing.

4
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

4
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

5
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

5
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

468

5
Mariza, Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar terhadap Penurunan Tekanan Darah

Anda mungkin juga menyukai