Anda di halaman 1dari 21

KEGIATAN BELAJAR 2

SEJARAH FILSAFAT

PENDAHULUAN
Kebudayaan manusia dewasa ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang teramat cepat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak bisa
dilepaskan dari peran dan pengaruh filsafat. Kelahiran filsafat mempunyai peran penting dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini. Sejarah kelahiran filsafat sangatlah perlu untuk
dikaji, agar semua orang bisa tahu bagaimana pengaruh filsafat terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini.
Agar Anda dapat menguasai materi Kegiatan Belajar 2 ini dengan baik dan berhasil
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, maka Anda perlu ikuti petunjuk belajar
berikut ini:
1. Sebelum membaca materi modul dalam KB 2 ini, renungkan terlebih dahulu apa yang
menjadi capaian pembelajaran dalam modul agar terbangun rasa tanggung jawab dan
kesepenuhhatian dalam belajar.
2. Bacalah materi modul dengan cermat dan seksama, serta tambahkan catatan-catatan
seperlunya untuk membantu ingatan Anda.
3. Cermati dan kerjakan kolom latihan yang diberikan dalam modul dengan sungguh-
sungguh.
4. Jangan lupa gunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah Anda miliki
sebelumnya.
5. Jangan lupa membuat catatan khusus yang Anda pandang penting selama mempelajari
isi modul.
Selamat belajar dan semoga Anda berhasil dengan baik……!
INTI
A. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran kegiatan belajar 2 dalam modul mata kuliah Filsafat
Pendidikan ini yaitu menguasai sejarah filsafat era pra Socrates, sejarah filsafat era Socrates
dan sejarah filsafat zaman pertengahan dan zaman modern.

B. Materi Pokok
Adapun materi pokok yang akan disampaikan dalam kegiatan belajar 1 dalam modul
mata kuliah Filsafat Pendidikan ini yaitu sejarah filsafat era pra Socrates, sejarah filsafat era
Socrates dan sejarah filsafat zaman pertengahan dan zaman modern.

C. Uraian Materi
1. Sejarah Filsafat Era Pra Socrates
Pemikiran filsafat mulai berkembang sekitar awal abad 6 sebelum masehi.
Pemikiran filsafat juga bukan saja dalam arti sempit, tetapi pemikiran yang ilmiah pada
umumnya, pemikiran filsafat tidak berujung dalam permasalahan yang belum diketahui
kebenaran, melainkan harus benar-benar diketahui kebenarannya.
a. Thales
Dalam tradisi yunani terdapat beberapa berita mengenai ketujuh orang
bijaksana yang hidup dalam abad ke-6 S.M. biarpun nama-nama dalam berita-berita
itu tidak selalu sama, namun semua daftar menyebut nama Thales dari Miletos.
Tentang tokoh ini banyak dongeng yang beredar yang tidak dapat dipercaya
kebenarannya. Hampir semua fakta yang kita ketahui tentang hidupnya, kita dengar
dari sejarawan Herodotos (abad ke-5 S.M), tetapi Herodotos tidak menyebutnya
dengan nama 'filsuf" dan tidak menceritakan keaktifannya sebagai filsuf. Baru
Aristoteles (abad ke-4 S.M) mengenakan kepada Thales gelar "filsuf yang
pertama". Siapakah Thales ini? Sebagaimana halnya juga pada banyak filsuf lain di
jaman ini, kita tidak mengetahui tanggal lahir dan juga kematiannya. Tetapi satu
tanggal dapat di tentukan dengan kepastian yang cukup besar. Salah satu jasanya
diceritrakan bahwa ia berhasil meramalkan gerhana matahari. Ini berarti Thales
membuat ramalan itu persis mengenai tanggal itu. Thales juga aktif dalam bidang
politik, karena ia memberi advis kepada kedua belas kota ionia, supaya mereka
bersatu dalam semacam negara serikat yang berpusat di Teoos, dengan maksud
menentang bangsa Persi. Tetapi tidak terlaksana. Herodotos memberitahukan
bahwa menurut suatu tradisi yang tersiar pada banyak orang yunani, Thales
bertindak sebagai penasihat teknis dalam tentara raja kroisos dan Lydia, seorang
raja asing yang mempunyai hubungan baik dengan bangsa Yunani. Tetapi
Herodotos sendiri meragukan tradisi ini. Dengan kepastian lebih besar dapat di
perkirakan bahwa Thales pernah berkunjung ke negara Mesir. Ia membawa ilmu
ukur dari Mesir ke Yunani. Menurut berita lain, Thales juga mengemukakan suatu
teori mengenai banjir tahunan sungai Nil di Mesir. Konon Thales berpendapat
bahwa naiknya sungai disebabkan karena angin berkala tertentu. Kalau memang
begitu, itulah suatu contoh bagus mengenai suasana ilmiah yang mulai berkembang,
bertentangan dengan keterangan mitologis.
Thales merupakan seorang saudagar yang sering berlayar ke negeri mesir,
dari situlah thales menemukan ilmu ukur dari mesir dan membawanya ke yunani,
kemudian di yunani thales menceritakan bahwa ia dapat memiliki ilmu mengukur
piramid, cara mengukur jauhnya kapal di laut, ia juga mempunyai teori tentang
banjir tahunan sungai nil di Mesir bahkan ia berhasil meramal terjadinya gerhana
matahari pada tanggal 28 mei tahun 585 M. Oleh karena itu, ia dikenal sebagai ahli
astronomi dan metafisika.
INTI FILOSOFI THALES:
Menurut Thales bahwa asal mula alam semesta adalah Air, karena air adalah
pusat dan sumber dari segala kehidupan. Segala sesuatu bersumber dari air dan
kembali lagi menjadi air misalnya tumhbuh-tumbuhan dan binatang lahir ditempat
yang lembab, bakteri-bakteri hidup dan berkembang ditembat yang lembab, dan
bakteri pun memakan makanan yang lembab dan kelembaban itu bersumber dari
air. Dari air itulah terjadi tumbuh-tumbuhan dan binatang bahlan tanah pun
mengandung air. Argumen Thales ini merupakan argumen yang bukan hanya
rasional tetapi observatif, meskipun pada zamannya dulu belum lahir ilmu
pengetahuan yang segala sesuatunya itu baru dikatakan benar jika telah terbukti
secara empirik dan observatif. Oleh karena itu, Thales berpendapat bahwa asal
muasal alam semesta itu air dengan alasan yang kuat, Thales telah membuka alam
fikiran dan kenyakinan alam semesta serta asal muasalnya.

b. Anaximandros
Anaximandros (610 – 547 SM) adalah murid dari Thales, usianya lebih muda
dari Thales tetapi meninggal dunianya 2 tahun lebih dulu dari Thales, sebagai
filosof dia lebih berpengaruh dari gurunya. Sama halnya dengan gurunya
Anaximandros juga ingin mencari asal dari segalanya ia tidak menerima saja apa
yang diajarkan oleh gurunya. Yang dapat diterima akalnya bahwa yang asal itu satu
tidak banyak. Akan tetapi yang satu ini bukan air dan bukan suatu unsur yang dapat
diamati oleh panca indra. Menurut Anximandros segala sesuatu itu berasal
dari “to aperion” yaitu yang tak terbatas dan sesuatu yang tak terhingga.
Didalam buku filsafat, aperion itu kadang-kadang diartikan sebagai the
bnundies the idenfinite, atau the infinite yaitu tidak terhingga, tak terbatas, atau
tidak tersusun dinamakan demikian karena yang dijadikan dalm alam ini tidak
terhingga banyaknya. Infinite menurut bahasa latin ialah (tidak) dan finise (batas
akhir), jadi tanpa batas. Secara etimologis istilah ini diperoleh denagn menegaskan
finite (terbatas). Namun ada yang mengatkan bahwa kosepsi yang infinite (tak
terbatas) mendahului yang terbatas.
INTI FILOSOFI ANXIMANDROS:
Anaximandros menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini tak terbatas.
Tentang bumi, Anaximandros menjawab pertanyaan yang sering kali di ajukan
dalam kalangan orang yunani: apa sebab bumi tidak jatuh? Thales menjawab bahwa
bumi terletak dia atas air, Anaximandros mengatakan bahwa bumi tidak bersandar
atas sesuatu apapun juga. Bumi tidak jatuh karena kedudukannya persis dalam
pusat jagat raya, dengan jarak yang sama terhadap semua badan lain. Akibatnya
tidak ada alasan yang menyebabkan dia jatuh.

c. Anaximenes
Anaximenes (585–524 SM) adalah murid Anaximandros, yang secara
substansial, pemahamannya tentang alam tidak berbeda dengan gurunya.
Anaximenes mengajarkan bahwa asal dari alam ini satu dan tidak terhingga. Hanya
saja ia tidak dapat meneima ajaran Anaximenes bahwa yang asal itu tidak ada
persamaan dengan barang yang lahir yang tak dapat dirupakan. Baginya, yang asal
itu mestilah satu dari yang ada dan yang tampak. Barang yang asal itu ialah udadak
berharga. Udara itulah yang satu dan tidak berharga.
Menurut Anaximenes, prinsip yang merupakan asal-usul segala sesuatu
adalah udara. Dalam satu-satunya sifat yang di simpan dari karyanya ia mengatakan
bahwa seperti jiwa menjamin kesatuan tubuh kita, demikian pun udara melingkupi
segala-galanya. Jiwa sendiri juga tidak lain adalah udara, yang di pupuk dengan
bernafas. Karena Aximenes adalah orang pertama yang mengemukakan persamaan
antara tubuh manusiawi dan jagat raya. Tema ini kemudian seringkali akan kembali
dalam sejarah filsafat yunani. Tubuh adalah mikroskosmos (dunia kecil) dan
seakan-akan mencerminkan jagat raya yang merupakan makroskosmos (dunia
besar). Tetapi Anaximenes sendiri belum mempergunakan istilah-istilah itu. Ada
sejarawan yang menyangka bahwa ajaran Anaximenes merupakan kemunduran,
jika dibandingkan dengan pemikiran Anaximandros.
INTI FILOSOFI AXIMENES:
Menurut Anaximenes, prinsip yang merupakan asal-usul segala sesuatu
adalah udara. Menurut Anaximenes, bumi (yang berupa "meja bundar") melayang
di atas udara. Demikian matahari, bulan dan bintang-bintang, "laksana sehelai
daun". Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta karena suatu proses
"pemadatan dan pengenceran". Kalau udara bertambah kepadatannya maka
muncullah berturut-turut angin, air tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara
itu menjadi lebih encer, yang timbul ialah api.

d. Parmenides
Menurut Parmenides "yang ada itu ada". Inilah yang di sebut kebenaran yang
tidak mungkin diungkiri. Mengenai "yang ada" orang dapat mengemukakan, bahwa
"yang ada" itu tidak ada, atau bahwa "yang ada" itu sekaligus ada dan tidak ada.
Kedua pengandaian ini salah, sebab mustahil, bahwa "yang ada" itu tidak ada, atau
bahwa "yang ada" itu sekaligus ada dan tidak ada. Mustahil bahwa "yang ada" itu
tidak ada", dan bahwa "yang tidak ada" itu "ada". Yang dapat di pikirkan dan di
bicarakan hanya "yang ada" saja. Jelaslah bahwa "yang ada itu ada" dan "yang tidak
ada itu tidak ada". Jalan tengah tidak mungkin. "yang ada" tidak mungkin menjadi
"tidak ada", dan "yang tidak ada" tidak mungkin menjadi ada". Oleh karena "yang
tidak ada" tidak dapat di pikirkan, dan hanya "yang ada" yang dapat di pikirkan,
maka berada dan berpikir adalah sama, identik. Jikalau "yang ada" demikian itulah
adanya, maka "yang ada" tidak boleh tidak tentu satu, tidak terbagi, tidak berawal
dan berakhir, tidak dapat muncul daripada "yang tidak ada", dan tidak akan menjadi
tidak ada. Tiada masa lampau dan masa depan bagi "yang ada", keadaannya hanya
"sekarang" semata-mata. Yang tidak dapat di bagi-bagi, tentu aka ada banyak "yang
ada", aka nada kejamakan. Yang ada ini juga tidak berubah, sebab perubahan
mengandaikan di dalamnya hal yang tidak ada.
INTI AJARAN PARMENIDES:
Segala yang ada di dunia ini dan dapat dipelajari adalah semua yang nampak,
ada dan nyata saja sedangkan yang tidak nampak oleh indera manusia merupakan
hal yang tidak ada dan tidak perlu dipikirkan.

e. Empedocles
Menurut Empedocles, semesta alam terdiri dari penggabungan dan pemisahan
keempat unsur yang menyusun segala kenyataan. Keempat anasir itu ialah: air,
udara, api, dan tanah. Keempat anasir ini mempunyai kualitas yang sama, yaitu
tidak berubah (umpamanya: anasir tanah tidak mungkin berubah menjadi anasir
air). Perbedaan-perbedaan yang ada di antara benda-benda di sebabkan karena
campuran atau penggabungan keempat anasir tadi berbeda-beda. Misalnya, tulang
terdiri dari dua bagian anasir tanah, 2 bagian anasir air dan 4 bagian anasir api.
Demikian seterusnya. Proses penggabungan dan pemisahan anasir-anasir itu di atur
oleh dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu cinta (filotes) dan benci (neikos).
Cinta mempunyai sifat menggabungkan, sedang benci menceraikan. Oleh
Empedokles keduanya di pandang sebagai cairan halus yang meresapi semua
benda. Semula keempat anasir ini digabungkan dalam suatu harmoni atau
keselarasan cinta, akan tetapi kemudian benci mengusahakan supaya anasir-anasir
itu terus menerus diceraikan, sehingga makin lama segala sesuatu makin jauh dari
keselarasan yang semula.
INTINYA FILOSOFI EMPEDOCLES:
Segala yang ada di semesta alam ini terbentuk dari proses penggabungan atau
pemisahan empat anasir atau elemen berupa air, tanah, api dan udara dengan
sentuhan cinta dan api.

f. Phytagoras
Adapun perkumpulan yang didirikan oleh Pythagoras bersifat religius, bukan
politik, sebagaimana pernah di perkirakan, mereka menghormati dewa Apollo.
Pythagoras dijunjung tinggi dalam kalangan mereka. Kewibawaannya tampak
dengan semboyan yang lazim pada kaum Pythagorean: autos epha = ia sendiri
(Pythagoras) telah mengatakan begitu.
Ajaran 1
Menurut Pythagoras jiwa itu tidak dapat mati. Sesudah kematian manusia
jiwanya berpindah ke dalam hewan, dan bila hewan itu mati, ia berpindah lagi dan
seterusnya. Tetapi dengan menyucikan dirinya jiwa bisa diluputkan dari nasib
reinkarnasi itu. Penyucian itu dihasilkan berpantang jenis makanan tertentu, seperti
daging hewan dan kacang. Mematuhi peraturan semacam itu adalah unsur penting
dalam kehidupan kaum Pythagorean. Dan seperti sudah di katakan di atas, mereka
juga mempraktekkan filsafat (dan ilmu pengetahuan pada umumnya) sebagai jalan
menuju ke penyucian.
Ajaran 2
Pythagoras menyatakan bahwa dasar dari segala sesuatu adalah bilangan.
Pythagoras berpendapat bahwa segala-galanya adalah bilangan. Orang yang tahu
dan mengerti betul akan bilangan, maka ia akan mengetahui segala sesuatu.
Penganut Pythagorean menganggap bilangan ini sebagai sesuatu yang keramat dan
konon mereka bersumpah demi ajaran ini. Phytagoras menerbitkan buku 11 buku.
Diantaranya merupakan buku berisi ajaran ilmu ukur yang disebut dengan "dalil
Pythagoras" atau "Theorema Pythagoras" memang berasal dari Pythagoras.
g. Democritos
Teori tentang bagian terkecil segala sesuatu, diajarkan oleh Demokritus.
Bagian terkecil segala sesuatu disebut atom yang artinya tak terbagi. Atom yang
satu tidak di bedakan dengan atom yang lain dalam kualitas. Semua atom adalah
sama. Jumlah atom-atom tidaklah terbilang. Setiap atom tidak di jadikan, tidak
termusnahkan dan tidak berubah. Semua atom tidaklah tampak dan senantiasa
bergerak. Gerak ini di sebabkan karena, menurut Demokritos, ada ruang yang berisi
dan ruang kosong. Dalam soal ruang kosong berbedalah pandangannya dengan
pandangan para filsuf Elea (Parmenides dan Zeno tidak mengakui adanya ruang
kosong). Menurut Demokritos, ada ruang kosong, sebab yang berada bukan hanya
"yang ada" melainkan juga "yang tidak ada". Maka ruang kosong adalah nyata.
Baik atom maupun ruang kosong, keduanya adalah nyata. Karena atom, yang
adalah "yang penuh" dan ruang kosong, yang adalah "yang tidak penuh" bersama-
sama berada, maka "yang penuh" mengisi "yang kosong". Demikianlah terjadi
gerak. Gerak ini terjadi secara spontan, artinya dengan sendirinya, tanpa pengaruh
khusus, dan menuju ke semua jurusan.
Kemungkinan-kemungkinan yang di timbulkan oleh gerak yang spontan,
yang mengarah ke semua jurusan itu ialah, bahwa atom-atom itu saling kait-
mengait. Kejadian ini menyebabkan adanya gerak puting beliung, yang makin lama
makin menarik banyak atom, yang besar di pusat, yang lebih halus di lontarkan ke
tepi. Demikianlah kosmos dibentuk. Menurut Demokritos jiwa manusia terdiri dari
atom juga, yaitu atom yang paling halus dan bundar, yang tidak dapat mengait atom
lain.
INTI DARI FILOSOFI DEMOKRITOS:
Seluruh makhluk hidup dan segala sesuatu di muka bumi ini terdiri dari atom
atau dengan kata lain bagian terkecil dari seluruh organisme dan benda di muka
bumi ini adalah atom. Atom sudah tidak bisa dibagi-bagi lagi dan jumlahnya tak
terhingga.
Dari penjelasan di atas, ringkaslah masing-masing filsuf di era pra-Sokrates!

2. Sejarah Filsafat Era Socrates


Sokrates (649-399 SM) lahir dari pasangan Sophroniscos (seorang pemahat) dan
ibunya adalah Phairnarete (seorang bidan), isterinya Xantipe dikenal sebagai orang judes
(galak dan keras). Walaupun dia dikenal sebagai keluarga kaya dan mendapat
pendidikan yang baik, namun perhatiannya pertama tertuju kepada prajurit di Athena.
Demikian pula dikenal tidak menyukai urusan politik, maka ia memusatkan perhatiannya
pada filsafat dan karena menjauhi materi maka dalam kehidupan pada akhirnya dalam
keadaan miskin. Bahkan akhir hidupnya di tuduh memberikan ajaran baru dan merusak
moral pemuda sehingga ditangkap dalam usia 70 tahun pada tahun 399 SM dengan
human mati dan disuruh minum racun. Akan tetapi pembelaan sokrates dari tuduhan
yang mengorbankannya dapat dilihat pada tulisan muridnya (Plato) dalam Apologia.
Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode dialektis. Metode ini
digunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk
mendorong seseorang belajar berpikir secara cermat, menguji coba diri sendiri dan
memperbaiki pengetahuannya. Seseorang guru tidak memaksa wibawanya atau
memaksa gagasan-gagasan atau pengetahuan kepada seorang siswa, yang mana seorang
siswa dituntut untuk mengembangkan pemikirannya sendiri dengan berpikir secara
kritis, ini adalah suatu metode untuk meneruskan inteleknya dan mengembangkan
kebiasaan-kebiasaannya dan kekuatan mental.
Tujuan pendidikan yang benar menurut Socrates adalah untuk merangsang
penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akan menghasilkan perkembangan
intelektual yang terus menerus dan standar moral yang tinggi. Dengan menggunakan
metode mengajar yang dialektis ini Socrates menunjukkan bahwa jawaban-jawaban
terbaik atas pertanyaan moral menurut pendapatnya adalah cita-cita yang diajarkan oleh
para pendiri-pendiri agama, cita-cita yang melekat pada ketuhanan, cinta pada umat
manusia, keadilan, keberanian, pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan, hormat
terhadap kebenaran, sikap yang tak berlebih-lebihan, kebaikan hati, kerendahan hati,
toleransi, kejujuran, segala kebajikan-kebajikan lama. Salah satu pendirian Socrates yang
terkenal bahwa kekuatan utama adalah pengetahuan. Jadi bagi Socrates yang terkenal,
adanya pendidikan sudah membuktikan bahwa keutamaan tidak dapat diajarkan dan
pendidikan tidak mungkin dijalankan.
Seruan alternatif Socrates ditujukan pada kemampuan manusia untuk berpikir
menertibkan, meningkatkan dan mengubah dirinya. Pengetahuan, la menyatakan adalah
kebajikan; orang yang sekedar tidak berpura-pura saja terhadap cita-cita teoritis, tetapi
sungguh-sungguh mengetahui dan mengerti apa yang benar, karena ia telah mengalami
dan menyadari konsekuensi-konsekuensi akan berbuat apa yang benar. Cara mengajar
Socrates pada dasarnya disebut dialekta, yang disebabkan dalam pengajaran itu dialog
memegang peranan penting
Berikut ini merupakan pengikut-pengikut Socrates dan mazhabnya yang paling
terkenal, yaitu:
a. Eukleides dengan Mazhab Megara.
b. Phaidon dengan Mazhab Elis dan Eretria
c. Antisthenes dengan Mazhab Sinis
d. Aristippos dengan Mazhab Hedonis
Dari penjelasan di atas, rangkumlah ajaran Socrates!

3. Sejarah Filsafat Zaman Pertengahan dan Zaman Modern


Ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian
harus diakui bahwa banyak juga temuan bidang ilmu yang terjadi pada masa ini. Periode
Abad Pertengahan mempunyai perbadaan yang mencolok dengan abad sebelumnya.
Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang
dijarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar
terhadap kepercayaan keagamaan. Agama Kristen menjadi problem kefilsafatan karena
mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini
berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat
dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Tokoh filsuf yang terkenal pada masa ini, antara lain:
a. Plato
Plato (427-347 SM) adalah Filsuf Yunani pertama yang kita ketahui lebih
banyak, berdasarkan karya-karyanya yang utuh. Ia di lahirkan dari keluarga yang
terkemuka, dari kalangan politisi. Ayahnya, Ariston adalah keturunan dari raja
pertama Athena, sedangkan Ibunya Perictions adalah keturunan keluarga Solon,
seorang pembuat undang-undang, penyair, memimpin militer dari kaum ningrat dan
pendiri dari demokrasi Athena terkemuka. Semula, Plato ingin bekerja sebagai
seorang politikus, akan tetapi kematian Sokrates memadamkan ambisinya untuk
menjadin seorang politikus, selama 8 tahun ia menjadi murid Sokrates. Banyak ia
bepergian sampai di Italia dan Sisilia. Setelah kembali dari pengembaraannya ia
mendirikan sekolah "akademi" (dekat kuil pahlawan akademos). Maksud Plato
dengan mendirikan sekolah itu ialah: memberikan pendidikan yang intensif dalam
ilmu pengetahuan dan filsafat. Ia memegang pimpinan akademi itu selama 40
tahun.
Menurut Plato, pendidikan itu sangat perlu, baik bagi dirinya selaku individu
maupun sebagai warga negara. Negara wajib memberi pendidikan kepada setiap
warga negaranya. Namun demikian, setiap peserta didik harus diberi kebebasan
untuk mengikuti ilmu sesuai bakat, minat, dan kemampuan masing-masing jenjang
usianya. Sehingga pendidikan itu sendiri memberikan dampak dan perubahan bagi
kehidupan pribadi, bangsa, dan negara. Menurut Plato, idealnya dalam sebuah
negara pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapatkan
perhatian yang sangat mulia, maka ia harus diselenggarakan oleh negara. Karena
pendidikan itu sebenarnya merupakan suatu tindakan pembebasan dari belenggu
ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orang-orang akan
mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan pendidikan pula,
orang-orang akan mengenal apa yang baik dan apa yang jahat, apa yang patut dan
apa yang tidak patut.
Menurut Plato tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-
kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga menjadi seorang warga
negara yang baik, masyarakat dan harmonis, yang melaksankana tugastugasnya
secara efisien sebagai seseorang anggota masyarakat. Plato juga menekankan
perlunya pendidikan direncanakan dan diprogramkan sebaik-haiknya agar mampu
mencapai sasaran yang diidamkan. Dengan kata lain pendidikan yang baik haruslah
direncanakan dan diprogramkan dengan baik agar dapat berhasil dengan baik untuk
menunjang rencana propaganda dan sensor.
Propaganda perlu untuk menanamkan program pendidikan itu, pemerintah
harus mengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta
akan kebaikan dan keadilan. Adapun hal yang terlewatkan oleh Plato dalam bidang
pendidikan adalah mengenai pendidikan dasar dan pendidikan untuk kelas
penghasil yang satu-satunya kelas dalam golongan karya yang sebenarnya
merupakan golongan terbesar dalam negara. Menurut Plato pendidikan
direncanakan dan diprogram menjadi tiga tahap dengan tingkat usia, tahap pertama
adalah pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga sampai dua puluh tahun;
dan tahap kedua, dari usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun; sedangkan
tahap ketiga, dari tiga puluh tahun sampai usia empat puluh tahun.

b. Aristoteles
Aristoteles adalah murid plato. Dia adalah seorang cendikiawan dan intelek
terkemuka, mungkin sepanjang masa. Umat manusia telah berutang budi padanya
oleh karena banyaknya kemajuan pemikiranya dalam filsafat dan ilmu pengetahuan,
khususnya logika, politik, etika, biologi, dan psikologi. Aristoteles lahir tahun 394
SM, di Stagira, sebuah kota kecil di semenanjung Chalcidice di sebelah barat laut
Egea. Ayahnya, Nichomachus adalah dokter perawat Amyntas II, raja Macedonia,
dan ibunya, Phaesta mempunyai nenek moyang terkemuka.
Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia
meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles
meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi
Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa pada tahun 336 SM, ia
kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian
mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya
sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan
dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana
dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut.
Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Aristoteles adalah murid Plato. Dia adalah seorang cendekiawan dan intelek
terkemuka, mungkin sepanjang masa. Umat manusia telah berhutang budi padanya
karena banyaknya kemajuan dalam filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya
Logika, Metafisika, Politik, Ethika, Biologi dan Psikologi. Aristoteles dilahirkan
dalam tahun 394 SM di Stagira sebuah kota kecil di semenanjung Chalcidice yang
menonjol disebelah barat Laut Egea. Ayahnya, Nichomachus yang sebagai dokter
merawat Amyntas II, raja Macedonia, mengatur agar Aristoteles menerima
pendidikan yang lengkap pada awal mass kanak-kanak dan mungkin kemudian
mengajar dalam pengamatan gejala-gejala penyakit dan teknik-teknik pembedahan.
Balk ayah maupun ibunya, Phaesta, mempunyai nenek moyang terkemuka.
Menurut Aristoteles, agar orang bisa hidup baik maka ia harus mendapatkan
pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi
bimbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi, yaitu akal, guna mengatur
nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan
perasaan yang lebih tinggi agar di arahkan secara benar. Aristoteles mengemukakan
bahwa pendidikan yang baik adalah yang mempunyai tujuan untuk kebahagiaan.
Kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif.
Aristoteles juga menganggap penting pula pembentukan kebiasaan pada
tingkat pendidikan rendah, sebagaimana pada tingkat pendidikan usia muda itu
perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral. Menurut Aristoteles, untuk
memperoleh pengetahuan manusia harus lebih dari binatang-binatang lain
berdasarkan kekuatannya untuk berpikir, harus mengamati dan secara hati-hati
menganalisa struktur-struktur, fungsi-fungsi organisasi itu, dan segala yang ada
dalam alam. Oleh karena itu prinsip pokok pendidikan menurut Aristoteles adalah
pengumpulan serta penelitian fakta-fakta suatu belajar induktif, suatu pencarian
yang obyektif akan kebenaran sebagai dasar dari semua ilmu pengetahuan.
Ariestoteles berkata bahwa sebaiknya memberikan pendidikan yang baik bagi
semua anak-anak.
Aristoteles mempunyai suatu sistem sekolah negeri yang wajib bagi putera-
puterinya, bagi semua warga negara, tetapi sistem tersebut terdiri dari pendidikan
fisik dan latihan militer. Dalam rangka yang lebih tinggi, ia nampak setuju dengan
Plato tentang nilainilai Matematika, Fisika, Astronomi, dan Filsafat. la menyatakan
bahwa putra-putri semua warga negara sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan
mereka, sesuatu pandangan mereka yang sama dengan doktrin Plato tentang
keberadaan individual. Disiplin merupakan hal yang essensial untuk mengajarkan
para pemuda dan kaum lakilaki muda untuk mematuhi perintah-perintah dan
mengendalikan gerakan hati mereka.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan
masa Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik
Puncak, dan Skolastik Akhir.
a. Masa Parastik
Istilah parastik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para
pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau
golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang
beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yag
menerimanya. Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa
sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan dan tidak dibenarkan
apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi
mereka yang yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah
ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan
filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berfikir). Juga, walaupun
filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan
Tuhan. Jadi, mereka/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal
tertentu tidak bertentagan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang
menerima filsafat Yunani menuduh bahwameeka (orang-orang Kristen yang
menolak filsafat Yunani) itu menarik. Kemudian, orang-orang yang dituduh
munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan
pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mngatakan bahwa
dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan.

b. Masa Skolatik
Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti
sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan
skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat
beberapa penegrtian dari cork khas Skolatik, sebagai berikut:
1) Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.

Skolatik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
2) Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang

rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada,


kejasmanian, kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian
muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
3) Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran

enegetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang


lebih tinggi anatar kepercayaan dan akal.
4) Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi leh

ajaran gereja.
Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena beberapa faktor,
diantaranya faktor Religius dan fakktor Ilmu Pengetahuan. Berikut ini pembagian
masa perkembangan skolastik, yaitu:
1) Skolastik Awal (800-1200)
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai
merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini
disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan
Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama
berabad-abad. Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel
Agung (742 – 814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang
politik, kebudayaan, dan ilmu pegetahuan, termaksud kehidupan manusia
serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya
kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad
pertengahan, di mana arah pemikiran berbeda sekali dengan sebelumnya.

2) Skolastik Puncak ( 1200-1300)


Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahum
1200-1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai
dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara
bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di
samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa
skolistik mencapai pada puncaknya.
a) Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-
12 sehingga sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan
yang luas.
b) Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas
inu merupakan gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah
sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di
Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
c) Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya
perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan
dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada
abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan-kehidupan
kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di
bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas,
Binaventura, J.D.Scotus, William Ocham.
3) Skolastik Akhir (1300-1450)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam
pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi
(kemandegan). Selain itu, ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang
berkebang ke arah nominalisme, ialah yang berpendapat bahwa universalisme
tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai
adanya sesuatu hal. Pengetian umum hanya momen yang tidak mempunyai
nilai-nilai kebenaran yang objektif. Perkembangan Skolastik yang paling
memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad ke-13 dan perempatan
pertama abad ke-14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah rasa jemu
terhadap segala macam filsafat yang konstruktif. Sebab orang-orang yang
setia kepada pemikiran yang mebangun menampakkan gejala pembekuan.
Timbullah dua kelompok pemikir, yaitu dari aliran Thomisme dan Scotisme.

Dari penjelasan di atas, ringkaslah ajaran Plato dan Aristoteles serta ringkaslah
alur perkembangan masa patristik dan masa skolastik!
RANGKUMAN
Sejarah filsafat era pra Socrates
Thales berpikir bahwa asal mula alam semesta adalah Air, karena air adalah pusat dan
sumber dari segala kehidupan. Anaximandros menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini
tak terbatas. Menurut Anaximenes, prinsip yang merupakan asal-usul segala sesuatu adalah
udara. Menurut Parmenides, segala yang ada di dunia ini dan dapat dipelajari adalah semua
yang nampak, ada dan nyata saja sedangkan yang tidak nampak oleh indera manusia
merupakan hal yang tidak ada dan tidak perlu dipikirkan. Menurut Empedocles, segala yang
ada di semesta alam ini terbentuk dari proses penggabungan atau pemisahan empat anasir
atau elemen berupa air, tanah, api dan udara dengan sentuhan cinta dan api. Menurut
Pythagoras jiwa itu tidak dapat mati serta dasar dari segala sesuatu adalah bilangan. Adapun
Menurut Democritos, seluruh makhluk hidup dan segala sesuatu di muka bumi ini terdiri
dari atom atau dengan kata lain bagian terkecil dari seluruh organisme dan benda di muka
bumi ini adalah atom.

Sejarah filsafat era Socrates


Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode dialektis, yang disebabkan
dalam pengajaran itu dialog memegang peranan penting. Tujuan pendidikan yang benar
menurut Socrates adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental yang
akan menghasilkan perkembangan intelektual yang terus menerus dan standar moral yang
tinggi. Konsep pendidikan menurut Socrates yaitu siswa dituntut untuk mengembangkan
pemikirannya sendiri dengan berpikir secara kritis, ini adalah suatu metode untuk
meneruskan inteleknya dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaannya dan kekuatan mental.

Sejarah filsafat zaman pertengahan dan zaman modern


Plato mengemukakan bahwa pendidikan itu sangat perlu, baik bagi dirinya selaku
individu maupun sebagai warga Negara dan Negara wajib menyelenggarakannya. Plato juga
menekankan perlunya pendidikan direncanakan dan diprogramkan sebaik-haiknya agar
mampu mencapai sasaran yang diidamkan. Menurut Plato pendidikan direncanakan dan
diprogram menjadi tiga tahap dengan tingkat usia, tahap pertama adalah pendidikan yang
diberikan kepada taruna hingga sampai dua puluh tahun; dan tahap kedua, dari usia dua
puluh tahun sampai tiga puluh tahun; sedangkan tahap ketiga, dari tiga puluh tahun sampai
usia empat puluh tahun.
Menurut Aristoteles, agar orang bisa hidup baik maka ia harus mendapatkan
pendidikan. Hal ini dikarenakan, menurut Aristoteles Aristoteles, pendidikan yang baik
adalah yang mempunyai tujuan untuk kebahagiaan. Aristoteles juga menganggap penting
pula pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan rendah, sebagaimana pada tingkat
pendidikan usia muda itu perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral. Prinsip pokok
pendidikan menurut Aristoteles adalah pengumpulan serta penelitian fakta-fakta atau belajar
secara induktif.
Masa Parastik
Masa dimana filsafat ilmu ditolak oleh pemimpin gereja. Bagi mereka yang menolak,
alasannya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman
Tuhan dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat
Yunani. Namun terdapat golongan yang menerima filsuf Yunani dengan anggapan bahwa
walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya
menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodenya saja.
Masa Skolatik
Skolatik awal merupakan waktu kebangkitan filsafat abad pertengahan. Lebih lanjut
lagi, skolatik puncak merupakan masa kejayaan filsafat yang ditandai dengan munculnya
universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan
atau memajukan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2010). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jalaluddin, & Idi, A. (2014). Filsafat Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Nawawi, N. (2017). Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat. Makassar: Pustaka Almaida
Makassar.
Tang, M., Mansur, A. H., & Ismail. (2021). Landasan Filosofis Pendidikan: Telaah Pemikiran
Socrates, Plato dan Aristoteles. Moderation: Journal of Islamic Studies Review, 1(1), 47-
56.
Yuniarti, E. (2016). Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat Idealisme. Belajea: Jurnal
Pendidikan Islam, 1(2), 145-167.

Anda mungkin juga menyukai