1652-Article Text-4030-1-10-20171014
1652-Article Text-4030-1-10-20171014
Abstrak
Pengembangan potensi siswa Sekolah Dasar dengan pembelajaran yang terpisah, masih memunculkan masalah
yang serius dalam menghasilkan kualitas pembelajaran. Model pembelajaran yang kurang menarik dianggap
sebagai hambatan utama dalam memotivasi anak dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pengembangan
perangkat pembelajaran terpadu tipe webbed dengan tema “Masyarakat Taneyan Lanjhang” dapat dijadikan
sebagai solusi yang tepat dalam menjawab problem tersebut, sehingga pembelajaran terpadu tipe webbed ini
dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang bisa mendorong tumbuhnya minat belajar siswa lebih
maksimal.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran terpadu tipe webbed fokus IPA pada
pokok bahasan perilaku manusia terhadap lingkungan, sumber daya alam (SDA), dan siklus air, yang
menggambarkan tentang validitas (perangkat pembelajaran), kepraktisan (keterlaksanaan pembelajaran), dan
keefektifan (aktivitas siswa, respon siswa, ketuntasan hasil belajar siswa, serta kendala yang dihadapi selama
proses pembelajaran). Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan. Pertama, tahap pengembangan
perangkat pembelajaran terpadu yang dilaksanakan dengan mengadopsi model pengembangan pembelajaran 4-
D, diantaranya Define, Design, Develop, dan Dissiminate. Kedua, tahap penelitian terhadap perangkat
pembelajaran di SDN Pajagalan II Kabupaten Sumenep (ujicoba 1 dan replikasi I), dan SDN Andulang
Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep (replikasi II).
Hasil analisis dalam penelitian ini menghasilkan beberapa temuan, antara lain: perangkat dan instrumen
pembelajaran yang dikembangkan rata-rata memiliki skor yang valid dengan katagori baik. Keterlaksanaan RPP
secara umum dikatagorikan baik dan aktivitas siswa menunjukkan katagori baik. Kemudian, respon siswa juga
cukup positif terhadap pelaksanaan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dikatagorikan tuntas dan
mengalami peningkatan. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran
terpadu tipe webbed fokus IPA ini dikatagorikan baik dan dapat digunakan.
Kata kunci: Pembelajaran terpadu tipe webbed, Pengembangan perangkat, Sekolah Dasar
Abstract
The potential development of elementary school students with learning separately, still poses a serious problem
in producing the quality of learning. The learning model is less attractive regarded as a key constraint to
motivate children to implement the learning process. Development of integrated learning device type webbed
with the theme "Society Taneyan Lanjhang" can serve as an appropriate solution in addressing these problems,
so that the integrated learning webbed types can be used as a learning model that could encourage the growth of
student interest in learning more leverage.
This research is the development of devices integrated learning type webbed focus of IPA on the subject of
human behavior on the environment, natural resources (SDA), and the water cycle, which describes the validity
of (the learning), practicality (keterlaksanaan learning), and effectiveness (activity students, student responses,
completeness student learning outcomes, as well as the obstacles encountered during the learning process). This
research was conducted with several stages. First, the stage of development of integrated learning tools
implemented by adopting a development model 4-D learning, including Define, Design, Develop, and
Dissiminate. Secondly, the research phase of the learning device in SDN Pajagalan II Sumenep (trial 1 and
replication I), and the District of Arch SDN Andulang Sumenep (replication II).
The results of analysis in this study resulted in some findings, among others: devices and instruments developed
instructional average scores are valid with either category. Keterlaksanaan RPP generally categorized either
and activities of students showed good category. Then, the students are also quite positive response to the
implementation of learning, so that student learning outcomes are categorized completed and increased. The
conclusion of this study indicate that the development of integrated learning device type webbed IPA focus is
categorized and can be used.
jaring laba-laba (webbed) dan keterpaduan menghubungkannya dengan konsep lain yang
(integrated). Tipe pembelajaran terpadu merupakan mereka pahami (Daryanto, 2014: 42).
tipe pembelajaran yang dianggap sangat Dalam keterkaitan itu, pembelajaran tematik
representatif digunakan dalam kegiatan belajar terpadu tipe webbed merupakan tipe yang memiliki
mengajar. Tipe ini menjadi salah satu tipe dari makna dalam proses pembelajaran dengan
sekian tipe pembelajaran yang cukup baik dalam menggunakan tema sebagai acuan di dalamnya.
menata dan mengelola proses pembelajaran di Artinya, tema menjadi sentral dalam proses
kelas. pembelajaran dengan model pembelajaran terpadu
Bahkan, apabila dikaitkan dengan tingkat tipe webbed ini yang bisa memiliki keterkaitan
perkembangan anak, menurut Prabowo, 2000 antara satu dengan yang lainnya. Satu tema bisa
(dalam Julianto, 2010: 11) pembelajaran terpadu menghubungkan dengan materi pelajaran lain yang
merupakan pendekatan belajar mengajar yang terikat dan bisa dijabarkan secara
melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan berkesinambungan. Bahkan, menurut Prastowo
belajar seperti ini diharapkan akan memberikan (2013: 113) tipe webbed ini merupakan tipe
pengalaman yang bermakna kepada anak didik. Arti pemaduan yang paling populer. Pemaduan dalam
bermakna disini, karena dalam pembelajaran tipe ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
terpadu diharapkan anak akan memperoleh tematik. Tema dapat mengikat kegiatan-kegiatan
pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu
pelajari melalui pengalaman langsung dan maupun antar mata pelajaran.
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah Implementasi model pembelajaran terpadu
mereka pahami. Pembelajaran terpadu merupakan tipe webbed dalam kegiatan belajar mengajar
pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan ditingkat sekolah dasar merupakan langkah positif
dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan dalam mengajarkan tentang “Masyarakat Taneyan
anak (Developmentally Appropriate Practice). Lanjhang” guna merangsang kreatifitas holistik
Pembelajaran terpadu tipe webbed (Fogarty, 1991: peserta didik, apalagi tema “Masyarakat Taneyan
54) disebut juga sebagai kurikulum webbed Lanjhang” merupakan konsep masyarakat yang
(Webbed Curricula) merupakan pendekatan tematik kental dengan nilai-nilai kearifan lokal, sehingga
untuk mengintegrasikan materi pelajaran. Menurut bisa memberikan informasi yang baru bagi peserta
Robin Fogarty, karakteristik pendekatan tematik didik dalam mengikuti proses pembelajaran secara
dalam pengembangan kurikulum ini dimulai aktif dan kritis, sesuai dengan tujuan substansial
dengan sebuah tema, misalnya tema tentang pembelajaran untuk membentuk mental dan berfikir
“transportasi” atau “penemuan. kritis anak didik. Taneyan Lanjhang merupakan
Selain itu, menurut Prabowo, 2000 (dalam salah satu konsep khas kehidupan komunitas
Daryanto, 2014: 78) pembelajaran terpadu juga masyarakat di Madura yang jarang ada dalam
merupakan pendekatan pembelajaran yang kehidupan masyarakat yang lain. Bahkan, Taneyan
memperhatikan dan menyesuaikan pemberian Lanjhang merupakan sebuah konsep kehidupan
konsep sesuai dengan tingkat perkembangan anak masyarakat yang tidak hanya menjelaskan tentang
(Developmentally Appropriate Practice). kebersamaan antara individu dengan individu yang
Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran lain, kondisi lingkungan yang tertata, dan pola
yang menolak drill-system sebagai dasar keberagamaan yang kental, melainkan juga menjadi
pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual konsep utuh tentang kehidupan masyarakat yang
anak). majemuk. Oleh karena itu, masalah yang menjadi
Oleh karena itu, pembelajaran terpadu pada fokus kajian dalam tulisan ini dapat dirumuskan
hakekatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yaitu “Bagaimana kelayakan perangkat
yang memungkinkan peserta didik, baik secara pembelajaran terpadu tipe webbed fokus IPA
individu maupun kelompok, secara aktif mencari, dengan tema “Masyarakat Taneyan Lanjhang”
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip- pada Sekolah Dasar di Kabupaten Sumenep?”
prinsip holistik, bermakna, dan otentik. Dikatakan
bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak METODE PENELITIAN
akan memahami konsep-konsep yang mereka Jenis penelitian ini merupakan penelitian
pelajari itu melalui pengamatan langsung dan pengembangan, yang menekankan pada
pengembangan perangkat pembelajaran. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan merupakan perangkat pembelajaran terpadu tipe webbed fokus
perangkat pembelajaran terpadu Sekolah Dasar IPA dengan tema “Masyarakat Taneyan Lanjhang”
yang mengacu pada pembelajaran terpadu tipe yang meliputi beberapa hal, yaitu pengembangan
webbed fokus IPA dengan tema “Masyarakat perangkat pembelajaran tipe webbed,
Taneyan Lanjhang” pada sub pokok bahasan keterlaksanaan kegiatan pembelajaran, aktivitas
perilaku manusia terhadap lingkungan, sumber daya siswa, respon siswa, ketuntasan belajar siswa, serta
alam (SDA), dan siklus air. Perangkat pembelajaran kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran
tersebut meliputi silabus, rencana perangkat dilaksanakan. Hal itu dapat dijabarkan secara rinci
pembelajaran (RPP), bahan ajar siswa (BAS), sebagai berikut :
lembar kegiatan siswa (LKS), dan lembar penilaian 1. Validasi Perangkat Pembelajaran
(LP).Penerapan perangkat pembelajaran Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan
menggunakan rancangan penelitian The One Group oleh peneliti sebelum melakukan penelitian, yaitu
Pretest-Posttest Design, karena hanya melakukan validasi terhadap perangkat
menggunakan satu kelompok saja tanpa adanya pembelajaran yang akan digunakan. Validasi
kelompok lain sebagai pembanding (Fraenkel, perangkat pembelajaran tersebut, terdiri dari
2003). Berikut merupakan tabel design penelitian Silabus, RPP, buku ajar siswa, lembar kegiatan
one-group pretest-posttest design. siswa (LKS), lembar penilaian (LP), lembar
pengamatan aktivitas siswa, lembar keterlaksanaan
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian One-Group RPP, serta lembar angket respon siswa. Validasi
Pretest-Posttest Design dilakukan oleh pakar yang memiliki kompetensi di
bidangnya, dengan tujuan agar perangkat
Pretest Treatment Posttest pembelajaran yang dirancang bisa digunakan dalam
penelitian.
O1 X O2
Hasil validasi silabus yang dikembangkan
Arikunto, (2010: 124)
dalam penelitian ini mencapai skor sebesar 3,6
dengan katagori baik dan sedikit revisi. Hal itu
Keterangan:
berarti bahwa silabus yang telah dibuat sudah
O1 = Uji awal (Pretest), untuk mengetahui
sesuai dengan indikator dan kegiatan pembelajaran
kemampuan awal siswa sebelum perlakuan.
yang akan dilaksanakan di kelas, sehingga silabus
O2 = Uji akhir (Posttest), untuk mengetahui
dianggap telah valid dan layak untuk digunakan
penguasaan materi setelah perlakuan.
sebagai perangkat pembelajaran yang kemudian
X = Perlakuan dengan menggunakan model
dapat menyusun RPP.
pembelajaran terpadu tipe webbed
Hasil Rencana Pelaksanan Pembelajaran
(RPP) yang dikembangkan dalam kegiatan
Penelitian ini menggunakan 3 teknik
penelitian ini, berdasarkan hasil validasi,
pengumpulan data, yang meliputi, Observasi
memperoleh skor 3,58, dengan katagori baik dan
(Observation), Tes, dan Angket (Kuesioner).
sedikit revisi. Hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa
Sementara teknis analisis data yang digunakan
RPP yang telah dibuat oleh peneliti, sudah berpijak
menggunakan beberapa instrument, yaitu ; (1)
pada indikator pembelajaran yang akan dicapai oleh
Analisis validitas perangkat pembelajaran, (2)
siswa, sehingga RPP menjadi valid dan layak untuk
Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran, (3) Analisis
digunakan sebagai perangkat pembelajaran.
aktivitas siswa, (4) Analisis respon siswa, (5)
Sementara, Bahan Ajar Siswa (BAS) yang
Analisis tes hasil belajar siswa, dan (6) Analisis
digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini juga
Hambatan.
mendapat skor rata-rata mencapai angka 3,37
dengan katagori baik dan sedikit revisi. Skor
HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut dapat dijelaskan bahwa Bahan Ajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
(BAS) yang telah dibuat dinyatakan valid dan layak
pada bagian ini,dapat dijelaskan secara
untuk digunakan sebagai perangkat pembelajaran.
komprehensif tentang hasil pengembangan
Dengan perangkat yang disusun tersebut, dapat
perangkat pembelajaran serta implementasi
menjadi salah satu faktor yang bisa menentukan
perangkat dalam ujicoba 1, replikasi I, dan replikasi
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran, apalagi
II. Sebab, penelitian ini dilakukan sebagai salah
perangkat pembelajaran yang baik akan
satu upaya untuk mengetahui pengembangan
menentukan terhadap kualitas pembelajaran yang sedikit revisi, sehingga layak untuk digunakan
dilaksanakan. sebagai instrumen pembelajaran.
Pengembangan perangkat pembelajaran 2. Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran
yang dilakukan oleh peneliti, pada dasarnya Berdasarkan data hasil pengamatan
ditekankan pada pembelajaran dengan bantuan keterlaksamaan kegiatan pembelajaran terpadu, dari
(assisted learning) seperti yang dikembangkan oleh sejumlah aspek yang diamati dikatagorikan baik,
Vygotsky. Dalam pembelajaran yang yaitu. Pertama, pada ujicoba 1 meliputi kegiatan
dikembangkannya, Vygotsky menekankan pada pelaksanaan pendahuluan (3.4), kegiatan
teori scaffolding. Teori scaffolding ini erat pelaksanaan [inti] (3.25), kegiatan penutup (3.4),
kaitannya dengan pemagangan kognitif; pekerja pengelolaan waktu (3.6), dan suasana kelas (3.6).
yang telah berpengalaman saat bekerja dengan Kedua, replikasi I meliputi kegiatan pelaksanaan
pemagang lazim melibatkan mereka dengan tugas- pendahuluan (3.9), kegiatan pelaksanaan [inti]
tugas kompleks dan mengurangi pemberian saran (3.7), kegiatan penutup (3.75), pengelolaan waktu
serta bimbingan kepada mereka secara tahap demi (3.9), dan suasana kelas (3.87). Ketiga, replikasi II
tahap (Nur dan Wikandari, 2008: 15). meliputi kegiatan pelaksanaan pendahuluan (3.9),
Dalam konteks itu, teori scaffolding yang kegiatan pelaksanaan [inti] (3.8), kegiatan penutup
menjadi titik tekan dalam pengembangan perangkat (3.9), pengelolaan waktu (3.9), dan suasana kelas
pembelajaran dikembangkan, merupakan (4).
pengembangan perangkat pembelajaran yang dapat Berdasarkan data hasil pengamatan, baik
memberikan umpan baik kepada siswa dalam dalam ujicoba 1, replikasi I, dan replikasi II, dapat
rangka pengembangan dirinya. Karena, penggunaan digambarkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran
scaffolding dalam kehidupan sehari-hari, (RPP) dalam setiap pertamuan yang dilakukan,
merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami peningkatan yang positif. Hal itu karena
lebih terstruktur pada awal pelajaran dan secara kendala yang terjadi pada pada saat ujicoba 1, tidak
bertahap mengalihkan tanggungjawab belajar dilakukan lagi pada saat replikasi I dan replikasi II.
kepada siswa untuk bekerja keras atas arahan dari Kemudian, berdasarkan saran pengamat dan guru
mereka sendiri (Nur dan Wikandari, 2008: 14). pada saat ujicoba 1, maka keterlaksanaan RPP
Secara praksis, teori scaffolding di kelas dilakukan perbaikan untuk meningkatkan hasil
dilakukan dalam bentuk pengamalan nyata, yaitu yang maksimal. Sebab, dengan peningkatan
ketika siswa belajar dan melakukan praktek tentang keterlaksanaan pembelajaran (RPP), menunjukkan
proses terjadinya hujan. Siswa dapat belajar secara bahwa siswa telah dapat mempelajari konsep-
bertahap tentang proses terjadinya hujan dengan konsep dengan baik, apabila berada dalam ZPD
menggunakan alat peraga. Pada tahap ini, siswa (Zone of Proximal Development). Karena dengan
mendapatkan pengarahan dari guru pada awal ZPD, siswa dalam memecahkan masalah, akan
praktik dilaksanakan. Untuk itu, pada saat siswa mendapatkan bantuan dari guru yang bersangkutan.
melakukan pengamatan terhadap proses terjadinya Dengan bantuan tersebut, siswa akan dapat
hujan, siswa dituntut untuk bekerja keras dalam mengerjakan setiap tugas yang memiliki tingkat
mengamati, melakukan praktek dan kerumitan di atas tingkat perkembangan
mempertanggungjawabkan hasil pengamatan yang pengetahuan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu,
dilakukan melalui presentasi di depan kelas. peningkatan keterlaksanan pembelajaran (RPP)
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang siswa sangat berdampak tehadap perkemangan
dirancang untuk membantu proses pembelajaran, pengetahuan siswa.
berdasarkan data dalam bab sebelumnya telah 3. Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
dinyatakan bahwa rata-rata skor validasinya Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas
mencapai angka 100%, sehingga dikategorikan baik siswa dinyatakan bahwa aktivitas siswa selama
dengan sedikit revisi. Hasil itu tentu saja dapat mengikuti kegiatan pembelajaran cukup aktif, baik
dijelaskan bahwa lembar kegiatan siswa (LKS) pada saat ujicoba I, replikasi I, dan replikasi II.
yang telah dibuat, layak digunakan sebagai Kategori yang meliputi:
instrumen pembelajaran. Demikian pula halnya mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru,
dengan validasi Lembar Penilaian (LP) siswa, berdiskusi/tanya jawab antara siswa dan guru
bahwa skor validasi lembar penilaian (LP) (saling interaksi), membaca buku siswa dan
mencapai angka 3,38 dengan kategori baik dengan mengerjakan LKS, mendengarkan/memperhatikan
secara klasikal dinyatakan tuntas juga. Tes hasil menyatakan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa
belajar pengetahuan (kognitif yang berupa lembar ujicoba 1 mencapai antara 77.2 s.d 99 dengan rata-
penilaian (LP) merupakan tes yang mengukur aspek rata nilai 85, replikasi I (tabel 4.24) mencapai
pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan antara 75 s.d 100 dengan rata-rata nilai 87, dan
(C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan penilaian replikasi II mencapai antara 78 s.d 97 dengan rata-
(C6). rata nilai 87. Pencapaian tersebut menunjukkan
Dalam konteks itu, peran pengetahuan bahwa seluruh siswa tuntas dalam proses
(kognitif) dalam proses pembelajaran semacam itu, pembelajaran baik dari ketuntasan hasil belajar
menjadi tolok ukurnya. Perkembangan pengetahuan secara individu maupun klasikal. Sebab,
(kognitif) pada masa anak usia sekolah dasar, berdasarkan hasil ujicoba 1 di atas, rata-rata
merupakan masa-masa penting dalam proses ketuntasan hasil belajar di atas 75 %. Sebab,
pembelajaran yang harus mendapatkan perhatian ketuntasan belajar siswa terhadap model
serius. Jean Piaget merupakan tokoh penting yang pembelajaran terpadu tipe webbed dengan tema
fokus mengembangkan teori perkembangan “Masyarakat Taneyan Lanjhang” pada siswa SD
pengetahuan (kognitif) dalam proses belajar. dikatakan tuntas,apabila memenuhi KKM 75 %.
Menurut Piaget bahwa untuk memahami gagasan Hal itu terjadi karena dari aspek
tentang belajar yang memadai, kita pertama- keterlaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik,
pertama harus menjelaskan bagaimana individu sehingga berdampak terhadap aspek aktivitas siswa
bisa mengkonstruksi dan menciptakan, bukan hanya yang positif. Ketercapaian dua aspek tersebut, pada
bagaimana dia mengulangi dan meniru (Gredler, gilirannya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
2011: 322). Kemudian, dilihat dari hasil pretest, siswa belum
Kedua, ketuntasan penilaian keterampilan tuntas, dan setelah siswa mendapatkan
(psikomotor). Berdasarkan hasil analisis penilaian pembelajaran, akhirnya pada saat posttest, seluruh
keterampilan (psikomotor) siswa diseutkan bahwa siswa tuntas dalam proses pembelajaran, baik
tingkat keterampilan siswa berkisar antara 75-100. secara individu maupun klasikal. Oleh karena itu,
Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai pengembangan perangkat pembelajaran dalam
keterampilan yang mencapai 88 (ujicoba1), 89 kajian ini telah memenuhi criteria perangkat
(replikasi I), dan 87 (replikasi II). Penilaian pembelajaran yang telah ditetapkan, seperti
keterampilan (psikomotor) merupakan penilaian dijelaskan oleh Nieveen (1999: 127), yang meliputi
yang mengukur beberapa aspek, diantaranya imitasi kevalidan (validity), kepraktisan (practicality) dan
(P1), manipulasi (P2), presisi (P3), dan artikulasi kefektifan (effectiveness).
(P4).
Ketiga, ketuntasan penilaian sikap PENUTUP
(afektif).Berdasarkan hasil analisis penilaian sikap Berdasarkan penelitian yang telah
(afektif) menunjukkan bahwa pada setiap aspek dilaksanakan, perangkat pembelajaran yang
yang diukur sebagian mengalami kenaikan pada dilakukan pada penelitian ini, berorientasi pada
setiap pertemuan. Rata-rata penilaian sikap pada model pembelajaran terpadu tipe webbed fokus IPA
ujicoba 1 mencapai 85,7 dengan hasil penilaian dengan tema “Masyarakat Taneyan Lanjhang”,
sikap yang terendah mencapai 75,6 sampai nilai terdapat beberapa temuan penelitian. Pertama,
sikap yang tertinggi mencapai 100. Rata-rata validitas perangkat pembelajaran dengan model
penilaian sikap pada replikasi I mencapai 90 pembelajaran terpadu tipe webbed fokus IPA
dengan hasil penilaian sikap yang terendah dengan tema “Masyarakat Taneyan Lanjhang”, baik
mencapai 76 sampai nilai sikap yang tertinggi silabus, RPP, BAS, LKS dan LP dainggap valid dan
mencapai 100. Rata-rata penilaian sikap pada layak untuk digunakan. Kedua, kepraktisan
replikasi II mencapai 90 dengan hasil penilaian perangkat pembelajaran diambil dari data
sikap yang terendah mencapai 81 sampai nilai sikap pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dalam
yang tertinggi mencapai 96. setiap pertemuan. Keterlaksanaan pembelajaran
Kelima, rekap penilaian pengetahuan dengan model pembelajaran terpadu tipe webbed
(kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap berjalan dengan baik dan ada peningkatan dalam
(afektif). Berdasarkan hasil rekapitulasi penilaian pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), guru pada setiap pertemuan pelaksanaan
dan sikap (afektif) pada bab sebelumnya pembelajaran baik pada ujicoba 1, replikasi I, dan
replikasi II. Ketiga, keefektifan dari perangkat Lorin, V Anderson dan David. (2010). Kerangka
pembelajaran yang dikembangkan dapat dilihat dari Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran
data aktivitas siswa, respon siswa, tes hasil belajar dan Asesmen. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
siswa, dan hambatan/kendala yang dihadapi saat Nieveen, Nienke. (1999). “Prototyping to Reach
penelitian berlangsung, baik aktivitas siswa, respon Product Quality”. In collaboration with
siswa, hasil belajar siswa dapat dikatagorikan baik. Interuniversitair Centrum voor
Oleh karena itu, perangkat pembelajaran terpadu Onderwijskundig Onderzoek (lCO) (Ed).
tipe webbed fokus IPA dengan tema “Masyarakat Design Approaches And Tools In Education
Taneyan Lanjhang”, dinyatakan layak berdasarkan And Training, 125-135. Springer-
beberapa indikator (keterlaksanaan pembelajaran, Science+Business Media, B.V.
aktivitas siswa, respon siswa, dan tes hasil belajar) Nur, Mohamad. (2003). Pemotivasian Siswa Untuk
yang telah dicapai. Belajar. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya (Pusat Sain dan Matematika
DAFTAR PUSTAKA Sekolah).
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Beland, Kathy. (2003). Character education:
Providing A Meaningful Academic
Curriculum. Washington: CEP (Character
Education Partnership).
Borich, G. D. (1994). Obsvervation Skill For
Effective Teaching. New York: Mc Millan
Publishing Company
Djiwandono, Patrisius Istiarto.Critical Thinking
Skill for Language Students. Teflin. Vol 24
No. 1 January 2013. ISSN 0215-773 X. pp.
34.
Fogarty, Robin. (1991). How to Integrate The
Curriula. USA: Publishing Inc.
Gredler, Margaret E. (2011), Learning and
Instruction: Teori Aplikasi. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Julianto. (2010). Kajian Teori dan Implementasi
Model Pembelajaran Terpadu Dalam
Pembelajaran Di Kelas. Surabaya: Unesa
University Press.
Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014.
Jakarta: Kemendikbud.