Anda di halaman 1dari 12

I.

Judul Percobaan
Sifat-sifat Koligatif

II. Tujuan Percobaan


1. Menentukan keaktifan pelarut dan zat terlarut dengan menggunakan data
penurunan titik beku.
2. Menentukan berat molekul relatif zat terlarut dengan menggunakan data kenaikan
titik didih.

III. Teori Dasar


Secara termodinamika, pembekuan dan penguapan merupakan kesetimbangan
antara dua buah fasa seperti padat dengan cair atau cair dengan uap (gas). Bila terjadi
kesetimbangan fasa, maka ada kesamaan nilai potensial kimia di kedua fasa tersebut.
Bila kedalam suatu cairan dilarutkan zat lain, maka potensial kimia dalam pelarut
lebih rendah dari potensial kimia pelarut murni yang menyebabkan penurunan titik
beku ataupun kenaikan titik didih.
Sifat Koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis
zat terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Jadi
sifat-sifat tersebut tidak tergantung pada jenis larutan. Keempat sifat tersebut adalah
penurunan tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan
osmotik. Sifat koligatif larutan dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu sifat
larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan
elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut
pada larutan non elektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion,
sesuai dengan hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah
daripada sifat larutan elektolit (Atkins, 2006).
Titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer.
Selama gelembung terbentuk dalam cairan, berarti selama cairan mendidih, tekanan
uap sama dengan tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah knstan maka suhu dan
cairan yang mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang di berikan
pada cairan yang mendidih hanya menyebabkan terbentuknya gelembung uap air
lebih cepat. Cairan akan lebih cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Jelas bahwa
titik didih cairan tergantung dari besarnya atmosfer. Titik didih merupakan satu sifat
lagi yang dapat di gunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya
gaya tarik antar molekul dalm cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat,
titik didihnya tinggi dan sebalikny bila gaya tarik lemah, titik didihnya rendah.
Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap
pelarut, sebagaimana di tentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula,
berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut
padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki
tekanana uap sama. Jika zat terlarut di tambahkan ke dalam larutan, tekanan uap
pelarut turun dan dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai
muncul, turun. Selisih ∆Tf = T f o – Tf dengan demikian bertanda negatif, dan
penurunan titik beku dapat diamati. Perubahan suhu ∆Tf sekali lagi berbanding lurus
dengan uap ∆P1 . Untuk konsentrasi zat terarut yang cukup rendah, penurunan titik
beku berkaitan dengan molalitas molal m melalui

∆Tf = Tfo – Tf = -Kfm

dengan Kf adalah tetapan tetapan positif hanya bergantung pada sifat pelarut (Bird,
1994)
IV. Alat dan Bahan
a. Bahan b. Alat
1. Benzena 1. Set titik beku
2. Naftalen 2. Alat timbang
3. Gelas ukur
4. Pipet tetes
5. Termometer Beckmann
6. Batang pengaduk
7. Tabung reaksi
8. Termos
9. Termometer
10. Cottrel
11. Batu didih
V. Cara Kerja
D-1 Penurunan titik beku
Dibersihkan alat titik beku dan dikeringkan, dimasukkan sejumlah pelarut
yang telah dicatat massanya ke dalam alat titik beku. Dipasang termometer Beckmann
beserta batang pengaduk pada tabung reaksi sedang dan dimasukkan tabung reaksi
sedang ke dalam tabung reaksi besar. Dicelupkan sebagian besar tabung reaksi besar
pada termos yang telah diisi. Diaduk perlahan-lahan pelarut agar jangan sampai
membeku. Diamati temperatur dan bilamana air raksa sudah mencapai ∆0, dihidupkan
stopwatch dan dicatat temperaturnya untuk setiap 30 detik. Dihentikan pengamatan
bila temperatur tetap minimal sebanyak 3 kali pembacaan. Dikeluarkan tabung reaksi
sedang dari perangkat. Ditimbang secara teliti zat terlarut yang akan digunakan lalu
dimasukkan kedalam pelarut. Diulangi prosedur dari pengamatan temperatur raksa
saat sudah mencapai ∆0. Ditambahkan zat terlarut lagi dan diamati dengan cara yang
sama (sebaiknya konsentrasi zat terlarut tidak melebihi 3 molal).

D-2 Kenaikan titik didih


Dibersihkan alat cottrel dan bagian-bagian yang akan berada di dalam alat dan
dipasang. Dimasukkan 3-5 batu didih dan sejumlah pelarut kedalam alat hingga
bagian corong terbalik terendam, dihitung berapa gram pelarut yang dimasukkan.
Dihidupkan air pendingin dan Heating Mantle lalu ditunggu sampai pelarut mendidih
dan dilihat apakah pendidihan merata dan reservoir air raksa sudah terbasahi oleh
pelarut yang naik melalui pipa kecil. Diamati dan dicatat temperatur pendidihan setiap
30 detik, dihentikan pengamatan bila temperatur tetap minimal sebanyak 3 kali
pembacaan. Dimatikan aliran listrik Heating Mantle dan didinginkan alat cottrel
(tunggu hingga pelarut benar-benar dingin). Ditimbang secara teliti zat terlarut yang
digunakan lalu dimasukkan ke dalam alat cottrel. Diulangi prosedur dari pengamatan
reservoir air raksa sudah terbasahi oleh pelarut yang naik melalui pipa kecil.
Ditambahkan zat terlarut lagi dan diamati dengan cara yang sama.
VI. Data Pengamatan
Penurunan titik beku pelarut
Massa pelarut (Benzena) : 36 mL x 0,8787 g/mL = 34,5930 g
t(30 s) T(°C) t(30 s) T(°C)
1 10 12 7
2 10 13 7
3 9 14 6
4 9 15 6
5 8 16 6
6 8 17 6
7 8 18 6
8 8 19 6
9 7 20 6
10 7
11 7

Penurunan titik beku pelarut ditambah 0.5054 g naftalen


t(30 s) T(°C) t(30 s) T(°C)
1 6 12 4
2 5 13 3
3 5 14 3
4 5 15 3
5 5 16 3
6 5 17 3
7 5 18 3
8 4 19 3
9 4 20 3
10 4
11 4
Penurunan titik beku pelarut ditambah 1 g naftalen
t(30 s) T(°C) t(30 s) T(°C)
1 5,82 12 4,32
2 4,68 13 3,17
3 4,60 14 3,02
4 3,86 15 2,94
5 4,30 16 2,77
6 4,27 17 2,61
7 4,23 18 2,32
8 4,16 19 2,32
9 4,23 20 2,32
10 4,32
11 4,32
Kenaikan titik didih pelarut
Volume pelarut (Sikloheksana) = 100
mLMassa pelarut = 73,8308 g
t(30 s) T(°C) t(30 s) T(°C)
1 1,20 11 1,66
2 1,44 12 1,67
3 1.49 13 1,68
4 1,52 14 1,67
5 1,55 15 1,67
6 1,59 16 1,67
7 1,60
8 1,62
9 1,64
10 1,66
Kenaikan titik didih pelarut ditambah 0.5009 g naftalen
t(30 s) T(°C) t(30 s) T(°C)
1 1,70 12 1,97
2 1,79 13 1,98
3 1,84 14 1,98
4 1,86 15 1,96
5 1,89 16 1,98
6 1,90 17 1,97
7 1,95 18 1,98
8 1,95 19 1,98
9 1,96 20 1,98
10 1,96
11 1,96
Kenaikan titik didih pelarut ditambah 1 g naftalen
t(30 s) T(°C) t(30 s) T(°C)
1 1,97 12 1,99
2 1,88 13 2,015

3 1,82 14 2,015

4 1,89 15 2,015

5 1,89 16 2,015

6 1,93
7 1,98
8 1,98
9 2,00
10 1,99
11 1,99

A. Penurunan titik beku


1. Nilai ∆Tf
∆Tf1 = T penambahan 0,5054 g terlarut - T pelarut
∆Tf1 = 3-6
∆Tf1 = -3 °C

∆Tf2 = T penambahan 0.18 g terlarut - T pelarut


∆Tf2 = 2,32 – 3
∆Tf2 = - 0,68 °C

2. Kereaktifan zat pelarut (ap)


ln ap1 = -6,68 x 10-3 ∆Tf1 - 2,6 x 10-5 ∆Tf12
ln ap1 = -6,68 x 10-3 (-3) - 2,6 x 10-5 (-3)2
ln ap1 = -9,04 x 10-3
ap1 = 0,991 m
ln ap2 = -6,68 x 10-3 (-0,68) - 2,6 x 10-5 (-0,68)2
ln ap2 = -0,0151
ap2 = 0,985 m

ap = = =0,988 m

3. Perhitungan molalitas larutan (m)


m =
m1 = m1 = 0,137 m

m2 = m2 = 0,272 m

m = = = 0,169

4. Perhitungan koefisien osmosis

g =

g1 = g1 = 0,844

g2 = g2 = 0,71

g = = = 0,777

5. Perhitungan koefisien keaktifan (

Gambar 1 Kurva 1-g/m terhadap m= L= = (0,272 – 0,137) =


0,16515
ln( ) = (1-g) + L = (1- 0,777) + 0,1651 = 0,3881
= 1,474

(ii) Cara persamaan


ln( ) = (1-g) + ∫ dm = (1-g) + (1-g) ∫ dm
ln( ) = (1-g) ) + (1-g) ln

ln( ) = (1- 0,777) + (1-0,777) ln = 0,3759

= 1,456

B. Kenaikan Titik Didih

a Perhitungan Tb
Tb = Tb larutan – Tb pelarut
Tb1 = 1,98 - 1,67 Tb1 = 0,31
Tb2 = 2,015 - 1,67 Tb2 = 0,345

b Perhitungan Mr Naftalena
HV sikloheksena = 29,97 kJ/ mol
Tb sikloheksena = 82,97 = 355,97 K
Tb = . .

Mr terlarut = . .

Mr terlarut1 = . .

Mr terlarut1 = 63,193 g/mol

Mr terlarut = . .

Mr terlarut2 = . .

Mr terlarut2 = 113,35 g/mol

Mr = = = 88,271 g/mol
%Galat =| | . 100%

=| | . 100%

=31,12 %
VIII. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan menggunakan data penurunan titik beku hasil percobaan
diperoleh keaktifan zat terlarut naftalena dalam pelarut benzene (α) =0,988, dan dari hasil
perhitungan menggunakan data kenaikan titik didih hasil percobaan, diperoleh berat
molekul zat terlarut naftalena adalah 88,271 gram/mol, menurut literatur berat molekul
naftalena adalah 128.17 gram/mol. Perbedaan hasil antara percobaan dengan literatur yang
cukup besar yaitu 31,12% dikarenakan kesalahan yang dilakukan praktikan saat
pengambilan data, yaitu berupa pemasangan alat titik didih yang tidak benar, masih ada
udara yang masuk ke alat karena kurang kencangnya memasang kondensor, berubahnya
tekanan udara dalam alat karena ada udara yang masuk dapat mempengaruhi titik didih
larutan.

IX. Daftar Pustaka


Bird, T. 1994. “Kimia Fisik untuk Universitas”. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Barrow, Gordon M. 1982.Physical Chemistry. 6th edition. Boston: McGraw Hill. Page
274-295.
P. Atkins, J de Paula. (2006). “Physical Chemistry”, 8th edition ed. New York: W.H.
Freeman and Company, halaman 173

Anda mungkin juga menyukai