Makalah Psikologi Budaya
Makalah Psikologi Budaya
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Nama : Kurnianingtyas
NIM : 202160007
Kelas : 3P
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karuniat-Nya penulis tetap diberikan kesehatan dan kelancaran untuk
menyelesaikan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas mata kuliah Psikologi Belajar.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
menghantarkan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang benderang ini. Dengan harapan
mendapatkan syafaatnya di hari akhir.
1. Bapak Dr. Mochamad Widjanarko, S. Psi., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Budaya
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa untuk kelancaran pengerjaan tugas ini,
3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan laporan ini.
Sekian yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini
masih banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun untuk evaluasi penulis dalam membuat karya yang lebih baik. Terima kasih.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan sering diistilahkan sebagai kesenian, padahal arti sebenarnya jauh melampaui hal itu.
Mungkin karena ketika berbicara tentang budaya, yang ada dalam pikiran kita adalah pergaulan
manusia yang indah, mengingat manusia itu berbeda dengan binatang kar ena sering mengungkapkan
diri dengan simbol-simbol. Ungkapan melalui simbol-simbol inilah yang biasanya identik dengan
kesenian. Istilah “kebudayaan” atau “budaya” adalah kata yang sering dikaitkan dengan Antropologi.
Akan tetapi, tentu saja Antropologi tidak mempunyai hak eksklusif untuk menggunakan istilah ini.
Sosiologi juga menggunakan dan mengkaji masalah kebudayaan karena kebudayaan tak lepas dari
hubungan antara sesama manusia dalam masyarakat. Mengabaikan kajian kebudayaan tentu akan
membuat sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat menjadi hambar dan kehilangan nuansa
dinamisnya. Namun, harus diakui bahwa Antropologilah yang sering menggunakan istilah ini, dan
secara luas mengkaji secara mendalam dan detail dinamika kebudayaan manusia, terutama sejarah
kebudayaan dan kebudayaan masyarakat-masyarakat kuno dan terpencil. Sementara itu, sosiologi
mempelajari kebudayaan dari sudut pandang dinamika hubungan antara manusia dan kelompok, serta
interaksi kelompok dengan kelompok lain melalui budayanya. Sosiologi juga memberikan banyak
kajian tentang bagaimana interaksi sosial dalam masyarakat melahirkan suatu pola kebudayaan,
bagaimana lembaga-lembaga masyarakat memiliki kebudayaan-kebudayan tertentu, dan bagaimana
ketika antar-kelompok sosial yang berbeda secara budaya itu berinteraksi.
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk mengetahui definisi serta keterkaitan antara kebudayaan dan wewenang
perubahan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Kebudayaan
Jika masyarakat adalah sekumpulan orang dengan berbagai interaksi mereka, maka kebudayaan
adalah perilaku, keyakinan, perasaan, nilai-nilai yang dipelajari secara sosial oleh anggota
masyarakat. Kebudayaan itu apa yang dialami masyarakat, termasuk kebiasaan dan bahasa.
Kebudayaan mempengaruhi bagaimana orang-orang itu berinteraksi dan bagaimana interaksi itu
diorganisir. Masyarakat itu seperti aktor yang memainkan peran, sementara kebudayaan itu seperti
naskah yang harus mereka jalankan (atau tidak boleh dijalankan pada kasus-kasus tertentu).
Kebudayaan menurut Peter L Berger adalah produk manusia; produk itu lalu menjadi kenyataan
objektif yang kembali mempengaruhi yang menghasilkannya (Lawang, 1994: 3.1). Apa yang ingin
dikemukakan Berger adalah bahwa manusia berposisi sebagai subjek yang menghasilkan
kebudayaan sebagai objek. Tetapi setelah kebudayaan itu menjadi objek, dengan sendirinya ia
akan mempengaruhi manusia dan kehidupan lingkungannya.
Kebudayaan bisa berbentuk materi, seperti benda-benda, teknologi, dan karya seni. Atau bisa juga
berbentuk nonmateri, seperti bahasa dan simbol-simbol lain, pengetahuan, skill, nilai-nilai,
keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan kebudayaan yang berbentuk bahasa, simbol, pengetahuan,
skill, nilai-nilai, keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan itu merupakan hasil kreasi manusia yang pada
gilirannya akan mempengaruhi bahkan mengatur manusia itu sendiri.
5
pertukaran yang sah dalam proses jual beli. Ada banyak contoh tentang simbol,
misalnya bendera, pakaian, warna merah dan warna hijau dalam lalu lintas, simbol
bulan bintang, simbol salib, dan lainnya. Makna dari sebuah simbol itu jauh
melampaui dari bentuk fisiknya. Bahkan maknanya itu diyakini memiliki muatan
mistis (Persell, 1987:85, Bdk. Macionis, 2000: 32). Karena itu, mistisisme uang,
misalnya, bisa membuat mata orang terperangah, atau mungkin tergoda, ketika
melihat beberapa tumpukan uang ratusan ribu rupiah.
Simbol memiliki beberapa karakteristik. Pertama, simbol dibuat dan dikembangkan
secara bersama-sama dalam masayarakat. Contohnya adalah sapi, sapi merupakan
simbol suci bagi umat Hindu. Hanya mereka yang meyakini demikian. Begitu juga
hajar aswad diyakini umat muslim sebagai simbol suci, meski hanya sebuah batu saja.
Kedua, simbol mungkin memiliki lebih dari satu makna. Ketiga, ada keterkaitan
langsung antara budaya dengan pemaknaan terhadap sebuah simbol dan simbol bisa
berbeda sesuai waktu dan tempatnya. Juga bisa berbeda makna simbol tentang
sesuatu pada satu kelompok dengan kelompok lain, terutama di masyarakat yang
tingkat keragaman kelompoknya sangat tinggi.
2) Bahasa
Bahasa adalah seperangkat simbol-simbol tulisan dan ucapan yang ada aturannya.
Tanpa bahasa kita akan sulit mentransmisikan kebudayaan dan juga tanpa bahasa
kebudayaan akan mengalami perkembangan yang sangat lambat. Bahasalah yang
menjadi kunci penting dalam memahami kebudayaan dan masyarakat manapun.
lawlMenurut ahli bahasa Edwar Sapir dan Benjamin Whorf, bahasa membentuk cara
berpikir orang-orang dan cara mereka melihat kenyataan.
3) Norma
Norma adalah aturan bersama tentang perilaku sosial yang boleh dan tidak boleh.
Di masyarakat kita, norma menyediakan semacam guidline (petunjuk) mana
tindakan yang bisa diterima atau patut dilakukan dalam situasi tertentu. Kalau kita
kategorikan maka ada perbuatan-perbuatan yang sifatnya boleh (might to), harus
(ought to), dan sebaiknya (should) dilakukan. Ada 4 macam norma yang dibagi
tergantung pada tingkat kompromi yang diperlukan. Kesemuanya memiliki
sanksinya sendiri-sendiri. Sanksi bisa berbentuk pemberian penghargaan atau bisa
6
juga berbentuk penalty (hukuman) bagi perilaku yang diharapkan dan yang tidak.
a. Laws adalah norma yang dijalankan oleh lembaga hukum. Untuk
penegakkan hukum, biasanya lembaga kepolisian, militer dan lembaga negara
lainnya turut memperkuat dilaksanakannya hukum negara. Perbedaan mencolok
dengan ketiga norma lainnya adalah laws itu merupakan norma formal, yakni
tertulis secara eksplisit dalam sebuah aturan atau undang-undang dan dilaksanakan
oleh lembaga kepolisian, militer dan kehakiman.
b. Mores adalah adat istiadat, yakni bentuk norma yang jika dilanggar akan
melahirkan sanksi negatif yang kuat. Pelanggaran terhadapnya akan menimbulkan
kejahatan moral. Namun kadang mores mencakup hal yang tidak dikover oleh laws,
begitu juga sebaliknya, laws mencakup hal yang tidak dikover mores. Misalnya,
berbohong itu immoral karenanya melanggar mores, tapi tidak illegal karenanya
tidak melanggar laws. 'Ngebut' melewati batas kecepatan maksimum adalah illegal
karenanya melanggar laws, tapi tidak immoral.
c. Folkways adalah kebiasaan, yakni bentuk norma yang tingkat
komprominya lemah. Folkways itu merupakan kebiasaan umum yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada tekanan untuk melakukannya. Misalnya,
memakai sandal hendaknya sepasang, makanlah apa yang didekat kita saat makan
bersama ketika bertamu, kesalahan dalam berbicara dan lain sebagainya.
Pelanggaran terhadap folkways tidak menimbulkan kejahatan moral. Tetapi
kalaupun kita melanggar, tidak mendapatkan sanksi negatif yang kuat. Paling tidak
kita akan mendapat sanksi sosial, berupa tatapan orang-orang yang mengisyaratkan
ada yang aneh pada diri kita, atau mendapat kata-kata sindiran, dan paling jauh kita
akan mendapat celaan dari orang lain .
d. Taboo adalah praktik sosial yang sangat dilarang. Ia adalah bentuk norma
sosial yang paling kuat. Kita mungkin mengenal istilah incest taboo yang
merupakan contoh praktik yang dilarang itu. Incest taboo adalah melakukan seks
antara bapak dengan anak perempuan, ibu dengan anak laki-lakinya, saudara laki-
laki dengan saudara perempuannya, serta bentuk hubungan yang sejenis.
4) Nilai-Nilai
7
Nilai-nilai adalah ide-ide umum yang sangat kuat dipegang oleh orang-orang tentang apa
yang baik dan apa yang jahat. Nilai-nilai (values) itu lebih umum daripada norma sehingga
ia tidak bisa menjadi petunjuk untuk sebuah perilaku khusus dalam situasi yang konkrit.
Contoh nilai-nilai itu seperti kebebasan, keadilan, dan individualisme. Derivasi dari nilai-
nilai itu misalnya kebebasan berbicara, keadilan yang sama dihadapan hukum, dan hak atas
privasi. Norma dengan demikian sangat erat hubungannya dengan nilai. Agar nilai-nilai
sebuah kelompok itu tidak dirusak oleh para pelanggar, maka dibuatlah ia menjadi norma
yang mempunyai kekuatan hukum. Sehingga bagi yang melanggarnya akan mendapat
sanksi yang tegas. Singkatnya, norma itu muncul untuk mempertahankan nilai-nilai yang
berlaku dalam sebuah masyarakat. Pelanggaran terhadap norma sama saja dengan
pemerkosaan terhadap nilai bersama yang dimiliki suatu kelompok. Ada beberapa bentuk
keyakinan budaya yang diyakini oleh beberapa masyarakat.
8
keadaan masyarakat tersebut pada masa lampau / sebelumnya, untuk memahami perbedaan
keadaannya.
1) Penyebab perubahan yang bersumber dari dalam ( internal ) masyarakat antara lain :
a) Bertambah dan Berkurangnya Penduduk.
Bertambahnya penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan
dalam struktur masyarakat, terutama dalam lembaga - lembaga kemasyarakatannya ( dalam bentuk
aturan / norma sosial ). Contohnya Seperti munculnya aturan - aturan yang menyangkut hak milik
individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan sebagainya yang sebelumnya tidak
pernah ada.Berkurangnya penduduk dapat disebabkan karena penduduk berpindah ke daerah lain.
Kondisi ini dapat mengakibatkan kekosongan dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi
sosial, sehingga memepengaruhi lembaga - lembaga kemasyarakatan. Contohnya Di beberapa
masyarakat pedesaan, berkurangnya jumlah penduduk usia produktif yang disebabkan
berpindahnya mereka ke kota, menyebabkan perubahan dalam sistem pengolahan tanah.
Pengaturan pengolahan dan pengelompokan tenaga kerja menjadi didasarkan pada jenis
pekerjaannya, bukan berdasarkan pada perbedaan usia lagi.
b) Penemuan - Penemuan Baru.
Penemuan-penemuan baru dibedakan dalam pengertian discovery dan invention. Discovery adalah
penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang
diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu. Discovery baru menjadi
invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan / menggunakan
penemuan baru tersebut; misalnya dalam proses penemuan mobil. Rangkaian proses penemuan,
pengembangan dan persebaran suatu hasil kebudayaan baru tersebut, serta cara-cara unsur
kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat, dinamakan
sebagai innovation ( inovasi). Sebagai contoh discovery, misalnya penemuan mobil yang diawali
oleh Marcus ( 1875) seorang Austria dengan upayanya untuk membuat motor gas, serta
menghubungkan motor gas tersebut dengan sebuah kereta, sehingga dapat berjalan tanpa ditarik
oleh seekor kuda. Hal itu merupakan momentum penting saat mobil menjadi discovery. Proses
selanjutnya para ilmuwan menambahkan berbagai komponen sehingga menjadi suatu bentuk
mobil yang layak untuk dijadikan sebagai alat pengangkut manusia secara praktis dan aman, serta
9
memperoleh hak patent di Amerika Serikat pada tahun 1911, sehingga diakui oleh masyarakat,
maka kendaraan mobil telah menjadi suatu invention. Rangkaian dari proses discovery sampai
dengan invention sehingga akhirnya mobil sebagai penemuan baru tersebar dan dipakai dalam
kehidupan masyarakat dinamakan sebagai innovation ( inovasi ).
c ) Pertentangan ( Conflict)
Pertentangan yang terjadi antara individu dengan kelompok maupun antara kelompok dengan
kelompok dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial masyarakatnya. Seperti yang
sering terjadi pada masyarakat yang tengah mengalami pergeseran dari masyarakat traditional
menuju masyarakat modern, pertentangan terjadi antara kelompok generasi tua dengan kelompok
generasi muda yang lebih cepat menerima unsur-unsur kebudayaan modern.
d) Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
Terjadinya pemberontakan atau Revolusi dalam sutau pemerintahan negara akan meyebabkan
terjadinya perubahan – perubahan besar dalam kehidupan negara tersebut. Seluruh lembaga
kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara sampai keluarga batih mengalami perubahan-perubahan
yang mendasar.
10
Masuknya pengaruh kebudayaan masyarakat lain bisa terjadi karena adanya hubungan fisik antara
dua masyarakat, yang diikuti adanya pengaruh timbal balik sehingga masing - masing masyarakat
akan mengalami perubahan. Masuknya pengaruh kebudayaan masyarakat lain juga bisa terjadi
secara sepihak, misalnya melalui media massa ( siaran TV ), masyarakat pemirsa siaran TV dapat
terpengaruh oleh isi siaran yang ditayangkan.
11
e) Adat atau Kebiasaan dalam Masyarakat
Adat atau kebiasaan yang hidup di masyarakat merupakan pola - pola perilaku bagi anggota
masyarakat dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Ada kalanya adat atau kebiasaan
tersebut begitu kokoh ternanam dalam kehidupan masyarakatnya, sehingga sulit untuk diubah,
seperti yang berkaitan dengan bidang kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah,
cara berpakaian tertentu dan sebagainya
12
3. Perubahan Kecil dan Besar
Perubahan kecil berarti perubahan pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung
bagi lembaga kemasyarakatan. Contoh: perubahan model rambut, pakaian, sepatu dan lainnya.
Sementara perubahan besar adalah perubahan yang memberi pengaruh langsung bagi kehidupan
masyarakat. Perubahan ini terjadi sebab ada hal baru yang mampu menggantikan fungsi sesuatu
yang lama. Misalnya, pemakaian mesin traktor dalam membajak sawah menggantikan peran dari
tenaga kerbau dalam cara pertanian tradisional.
Perubahan sosial dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Perubahan sosial akan
mempengaruhi perubahan budaya. Perubahan kebudayaan mencakup semua aspek bagiannya
yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi filsafat, dan lain sebagainya. bagian dari budaya inilah
yang tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat. Sehingga tidak mudah untuk menemukan garis
pemisah antara perubahan sosial dan perubahan budaya, karena pada dasarnya tidak ada
masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan. Sebaliknya, tidak mungkin ada kebudayaan yang
tidak masuk ke dalam masyarakat itu sendiri.
Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa perubahan sosial dan perubahan budaya memiliki satu
aspek yang sama, yaitu keduanya saling berkaitan dengan suatu penerimaan cara baru atau suatu
perbaikan tentang cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
BAB III
13
KESIMPULAN
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak mengenai
sebagian dari cara hidup itu, yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih
diinginkan. Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyarakat yang berlangsung
terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti, karena tidak ada satu masyarakatpun yang berhenti
pada suatu titik tertentu sepanjang masa. perubahan sosial dan perubahan budaya memiliki satu
aspek yang sama, yaitu keduanya saling berkaitan dengan suatu penerimaan cara baru atau suatu
perbaikan tentang cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin,M. Amin Dan Abrori Ahmad.2019. Mengerti Sosiologi Pengantar Memahami Konsep-
Konsep Sosiologi.Jakarta Selatan.CV Idayus
Pip Jones, Liz Bradbury, Dan Shaun Le Boutillier 2016, Introducing Social Theory, Second
Edition, Polity Press, Inggris, Alih Bahasa: Achmad Fedyani Saifuddin. Edisi Kedua,
Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Djazifah Er,Nur.2012. Proses Perubahan Sosial Di Masyarakat Untuk SMA Kelas XII.
Yogyakarta.Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri
Yogyakarta.
Piotr Sztömpka, 2004. The Sociology Of Social Change Alih Bahasa Alimandan.Jakarta.Kencana
Zukhruf Kurniullah, Ardhariksa Dkk.2021. Pembangunan Dan Perubahan Sosial. Yayasan Kita
Menulis
Tod Jones.2015. Kebudayaan Dan Kekuasaan Di Indonesia: Kebijakan Budaya Selama Abad
Ke-20 Hingga Era Reformasi Penerjemah: Edisius Riyadi Terre. Jakarta. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia
14