Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENUNJUKKAN KEMBALI (RENVOI)


DALAM HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS METODE PENELITIAN &


PENULIASAN HUKUM

DISUSUN OLEH :

NOVA AFIRA AMELLIA 218400042

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MEDAN AREA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT sehingga penyusunan


makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Selain itu kami
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing mata kuliah hukum perdata internasional atas bimbingan dan
motivasinya. Mata kuliah kuliah hukum perdata internasional.

Penulis menyadari akan kekurangan dalam penysunan makalah ini.


Karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Medan,26 September 2023


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Renvoi adalah penunjukkan kembali atau penunjukkan lebih lanjut kaidah-


kaidah HPI dari suatu sistem hukum asing yang ditunjuk oleh kaidah HPI Lex
Fori. Mengenai persoalan renvoi dalam HPI(Hukum Perdata Internasional)
Indonesia terdapat perkembangan tertentu. Dengan nyata dapat dilihat perbedaan
pendapat para sarjana / yurisprudensi di Nederland dan parasarjana / yurisprudensi
di Indonesia mengenai persoalan apakah Renvoi ini sebaiknya diterima atau tidak
dalam sistem HPI. Seperti diketahui persoalan Renvoi ini merupakan pembawaan
daripada adanya perbedaan antara pemakaian prinsip nasionalitas dan prinsip
domicilie untuk status personil seseorang dimana kaidah HPI Lex Fori dan kaidah
HPI lex Causae berbeda.

Jika dinyatakan oleh kaidah-kaidah HPI suatu Negara bahwa kaidah-


kaidah HPI Negara lain (X) akan berlaku, apakah yang diartikan dengan istilah
“kaidah-kaidah Negara X” ini hukum intern Negara X kah (Sachnormen
penunjukannya dinamakan Sachnormverweisung) atau hukum Negara X ini
berarti hukum secara keseluruhannya (yakni kaidah intern juga kaidah HPI nya /
Kollisionsnormen penunjukkannya disebut sebagai Gesamtverweisung). Jika yang
pertama diartikan, maka kita bicara tentang penunjukkan kepada Sachnormen-
Sachnormverweisung artinya renvoi ditolak, tetapi jika yang terakhir adalah yang
tepat, maka kita bicara tentang Gesamtverweisung, artinya renvoi diterima. Jika
misalnya menurut ketentuan dari HPI Indonesia, oleh hakim Indonesia telah
ditentukan, bahwa hukum Inggris yang harus diperlakukan untuk mengadili
perkara HPI yang diperiksanya.

Renvoi akan timbul bilamana hukum asing yang ditunjuk lex fori
menunjuk kembali kepada lex fori tadi atau kepada system hukum yang lain.
Dengan demikian penunjukkan kembali dapat dibagi dua, yaitu :

 Penunjukkan kembali (simple renvoi atau remmision)


 Penunjukkan lebih lanjut atau penunjukkan lebih jauh (transmission atau
renvoi at the second degree)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah proses pelaksanaan renvoi dalam suatu kasus?


2. Apakah alasan-alasan yang digunakan oleh lex fori dan lex causae dalam
pelaksanaan renvoi tersebut?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus Renvoi

Merujuk kepada renvoi (remission) yang di putus dengan yurisprudensi


oleh Raad Van Justitie Padang pada Tahun 1939 sebagai berikut :

 Putusan RvJ Padang 26-10-1939, T. 151:


Seorang perempuan inggris yang hendak menikah kembali disini
sebelum perkawinan pertamanya diputus harus mengindahkan
ketentuan yang tertera dalam BW.

Seorang perempuan inggris hendak menikah kembali di Indonesia sebelum


perkawinan pertamanya di Inggris diputus. Dalam hal ini perempuan inggris
tersebut mengajukan permohonan untuk melakukan perkawinan kepada Raad Van
Justitie Padang, namun menurut kaidah HPI Indonesia permohonan tersebut tidak
dapat diadili di Indonesia, karena Indonesia menganut prinsip Nasionalitas dalam
hal hukum perkawinan, oleh karena itu Raad Van Justitie Padang berdasarkan
kaidah HPI Indonesia menunjuk kepada hukum Inggris, karena perempuan
tersebut merupakan warga negara inggris. Kemudian hakim inggris yang
menganggap penunjukkan dari kaidah HPI Indonesia tersebut sebagai
Gesamtverweisung maka berdasarkan kaidah HPI Inggris yang menganut prinsip
domicilie, melakukan renvoi kepada hukum Indonesia sebagai domicilie dari
perempuan bersangkutan. Sehingga yang digunakan oleh Raad Van Justitie
perihal permohonan ijin kawin menggunakan kaidah intern hukum Indonesia
(Sachnormverweisung) dari Indonesia yaitu BW-lah yang berlaku.

2.2 Analisa Kasus

 Proses Penyelesaian perkara:


1. Klasifikasi perkara adalah hukum perkawinan;
2. Titik Taut Primer dalam perkara adalah dalam hal permohonan ijin
perkawinan seorang warga negara Inggris dimana perkawinan
sebelumnya di Inggris belum diputus di Indonesia. Sehingga
bertemu dua sistem hukum antara hukum Inggris dan Hukum
Indonesia => foreign element (hukum inggris);
3. Titik Taut Sekunder, Penunjukkan, dan Renvoi
Sesuai dengan kaidah HPI Indonesia yang menganut asas
Nasionalitas maka hakim Indonesia (Lex Fori) menunjuk kepada
hukum Inggris (Lex Causae) dimana perempuan tersebut sebagai
warga negara. Oleh Karena menurut hakim Inggris penunjukkan
kaidah HPI Indonesia sebagai Gesamtverweisung yang
berdasarkan kaidah HPI Inggris menganut asas Domicilie maka
hakim Inggris me-renvoi ke Indonesia. Hal ini diartikan bahwa
penunjukkan kembali (renvoi) dari kaidah HPI Inggris ke hukum
Indonesia sebagai Sachnormverweisung;
4. Pada tahap pertama, hakim Indonesia melakukan penunjukkan ke
arah hukum Inggris sesuai dengan kaidah HPI Indonesia =>
(prinsip Nasionalitas);
5. Tampaknya, hakim Inggris menganggap penunjukkan itu sebagai
Gesamtverweisung. Sehingga meliputi pula kaidah-kaidah HPI
Inggris;
6. Diketahui bahwa kaidah-kaidah HPI Inggris yang menyangkut
hukum perkawinan bahwa hukum yang harus digunakan adalah
hukum tempat domisili (habitual residence) dari pihak
bersangkutan; jadi kaidah HPI Inggris me-renvoi ke arah hukum
Indonesia. Pada tahap inilah barudapat dikatakan adanya renvoi;
7. Berdasarkan itu, hakim Indonesia menganggap bahwa penunjukkan
kembali (renvoi) oleh kaidah HPI Inggris sebagai suatu
Sachnormverweisung;
8. Atas dasar anggapan tersebut, hakim Indonesia dalam hal ini hakim
Raad Van Justitie Padang kemudian memberlakukan kaidah
perkawinan Indonesia Intern (Burgerlijk Wetboek / BW) untuk
memutus perkara tersebut.
Perbedaan antara pemberlakuan hukum Indonesia atau hukum
Inggrisuntuk memutus perkara bukanlah sekedar masalah teoritis saja, tetapi juga
dapat menghasilkan keputusan yang mungkin berbeda.

2.3 Alasan-alasan Terjadinya Renvoi

Berdasarkan uraian pada kasus tersebut diatas, dapat diuraikan alasan-


alasan dalam pelaksanaan renvoi tersebut:

 Dalam pengambilan keputusan yuridis, klasifikasi dapat dikatakan


sebagai penerjemahan fakta sehari-hari ke dalam kategori hukum
tertentu (translated into legal term), sehingga dapat diketahui arti
yuridisnya (legal significance). Penerapannya dalam kasus di
atas,dilihat dari fakta yang terjadi sehari-hari maka peristiwa tersebut
diklasifikasikan ke dalam hukum perkawinan.
 Titik taut primer merupakan faktor-faktor atau keadaan yang
menciptakan dan menimbulkan hubungan HATAH yang lebih dikenal
sebagai titik taut pembeda. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa unsur
asing (Foreign Element) adalah kaidah hukum Inggris.
 Titik taut sekunder merupakan faktor-faktor dan keadaan-keadaan
yang menentukan berlakunya suatu sistem hukum tertentu atau disebut
juga titik taut penentu. Dalam hal ini dapat dilihat dari kaidah-kaidah
HPI dari masing-masing Negara untuk menentukan hukum mana yang
berlaku yang dalam hal ini hingga terjadinya renvoi.
 Perbedaan asas HPI dalam klasifikasi antara lex fori dengan lex
causae. Indonesia menganut asas Nasionalitas, sedangkan Inggris
menganut asas Domisili. Perbedaan inilah yang mengakibatkan adanya
penunjukan dan penunjukan kembali.
 Penerjemahan dari hakim atas penunjukan dan penunjukan kembali.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan yang penyusun kemukakan dalam kedua BAB tersebut


diatas, maka simpulan atas permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah
proses penyelesaian perkara dalam kasus di atas digambarkan dalam skema
sebagai berikut :

3.2 Daftar Pustaka

 Sudargo Gautama, Hukum Antar Tata Hukum, cet.5, Bandung: PT


Alumni, 2010

Anda mungkin juga menyukai