Anda di halaman 1dari 128

MAKALAH

PSIKOMETRI
Pengukuran Tes
Psikologi

Oleh Kelompok
1:
Masythah
Fauziah Rahmah
(220405016)
Rahmi
Ramadhani
(220405011)
Dosen Pengapu:
M. Hubbal
Khair, S.Psi,
M.Psi
PROGRAM
STUDI
PSIKOLOGI
ISLAM
FAKULTAS
USHULUDDIN
INSTITUT
AGAMA ISLAM
SUMATERA
BARAT (IAI
SUMBAR)
PARIAMAN
TAHUN
AKADEMIK
2024M/ 1445 H
KATA
PENGANTAR
Ucapan puji
syukur kepada
Allah SWT atas
rahmat, hidayah
dan inayah-Nya,
sehingga kami
dapat
menyelesaikan
makalah ini tepat
waktu. Tidak
lupa kami
ucapkan terima
kasih kepada
bapak M.
Hubbal Khair
S.Psi, M.Psi
selaku dosen
mata kuliah
psikometri, yang
telah
memberikan
kesempatan
kepada kami
untuk menyusun
makalah ini.
Kami menyadari
masih banyak
kekurangan dan
kesalahan dalam
penyusunan
makalah ini, baik
dari segi materi
maupun dari tata
bahasa. Oleh
karena itu
dengan tangan
terbuka kami
menerima kritik
dan saran dari
teman-teman
demi perbaikan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman dan pembaca.

Pariaman, MEI
2024
BAB I

PENDAHULUA
N
A.Latar
Belakang
Pengukuran
adalah suatu
alat untuk
mencapai
tujuan di dalam
pengetahuan
tersebut,
sehingga
memungkinkan
dipenuhinya
kebutuhan dari
penilaian bidang
tertentu. Uji
psikologi
diartikan suatu
cara untuk
mengetahui
seseorang,
misalnya
watak dan
kemampuan
seseorang.
Salah satu
masalah yang
mendorong
kebutuhan akan
penggunaan tes
psikologi
adalah untuk
membedakan
antara manusia
normal dan
manusia
abnormal.
Untuk
menghindari
penyalahgunaan
uji psikologis,
ada beberapa
kode
etik yang perlu
diperhatikan.
Sebuah tes
psikologis
adalah alat yang
dirancang untuk
mengukur
teramati
konstruksi, juga
dikenal sebagai
variabel laten .
Sebuah tes
psikologi
berguna harus
baik berlaku
(misalnya, ada
bukti untuk
mendukung
interpretasi
tertentu
dari hasil tes )
dan handal
(yaitu, internal
konsisten atau
memberikan
hasil yang
konsisten dari
waktu ke waktu,
melintasi
penilai, dll).
B.Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan
masalah dalam
makalah ini
adalah
1.Apa
pengertian
pengukuran
psikologis?
2.Bagaimana
ciri-ciri alat
ukur psikologis?
3. Bagaimana
uji psikologis?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Pengukuran
Psikologis
1.
Arti dan
Hakekat
Pengukuran
psikologis.
Pengukuran
psikologi adalah
pengukuran
aspek-aspek
tingkah laku
yang
menampak,
yang dianggap
mencerminkan
prestasi, bakat,
sikap dan
aspek-aspek
kepribadian
yang lain. (T.
Raka Joni, 1977.
p.5.).
Dalam praktek,
pengukuran
psikologi pada
umumnya
banyak
menggunakan
tes sebagai
alatnya. Istilah
test psikologis
merupakan
suatu alat
untuk
menyelidiki
reaksi atau
disposisi
seseorang atas
dasar tingkah
lakunya.
Dengan
demikian
pengertian
pengukuran
psikologi dan
tes psikologi
pada dasarnya
sama.
Perbedaannya
terletak pada
proses dan
alatnya yang
digunakan
sebagai dasar
penggunaan
istilah dalam
praktek.
Perbedaan
antara
pengukuran
konvensional
(alamiah)
dengan
pengukuran
psikologi
a.Pengukuran
konvensional
1)
Dilakukan
secara langsung.
2)
Mempunyai
satuan ukuran
yang jelas/tegas.
3)
Telah adanya
kesepakatan
tentang awal
atau darimana
harus mulai
mengukur
b.Pengukuran
psikologis
1)
Dilakukan
secara tidak
langsung.
2)
Tidak
mempunyai
satuan ukuran.
3)
Tidak adanya
kesepakatan
mengenai awal
atau dari mana
harus
mulai mengukur
.
Ciri-ciri khusus
daripada
pengukuran
psikologi yang
membedakan
dengan ciri-ciri
pengukuran
alamiah :
a.Variabel-
variabel yang
diukur berupa
tingkah laku
yang nampak
sebagai
cerminan dari
keadaan
kejiwaan itu
tidak selalu
secara konsisten
mencerminkan
suasana batin
seseorang.
b. Bahwa dalam
pengukuran
psikologi sangat
sukar atau
bahkan tidak
mungkin
diperoleh
kesepakatan
dalam kalibrasi
satuan ukuran.
c. Dalam
pengukuran
psikologis tidak
terdapat adanya
nol mutlak.
d.Bahwa
kemungkinan
terjadinya
kesalahan
dalam
pengukuran
psikologi
jauh lebih besar
disbanding
dengan
kesalahan
dalam
pengukuran
alamiah.
2. Fungsi
pengukuran
psikologis
dalam
bimbingan
Pengukuran
psikologis
dalam
bimbingan
mengandung
pengertian
implikatif
bahwa hasil
daripada
pengukuran
tingkah laku
sebagai
cerminan
daripada
prestasi, bakat,
sikap, dan
aspek-aspek
kepribadian
yang lain
dimanfaatkan
untuk dasar
layanan
bimbingan
kepada klien.
Dapat
dinyatakan
bahwa hasil
pengukuran tes
psikologis yang
bersifat
obyektif
menjadi dasar
bagi konselor
dalam
memberikan
layanan
bimbingan
sesuai dengan
keadaan pribadi
klien untuk
memahami
dirinya,
memahami
masalahnya,
memahami
lingkungannya
serta mampu
mengembangka
n diri
sehingga
tercapai
kesejahteraan
hidupnya.
Fungsi dari
pengukuran
psikologis
dalam
bimbingan
dapat dilihat
dari
beberapa segi,
yaitu
a. Dilihat dari
segi klien
(konseli)
Membantu
mengenal dan
mengerti
keadaan
psikisnya yang
menyangkut
potensi psikis
dan prestasinya
serta kelemahan
dan
kelebihan dalam
aspek psikis
yang dimilikinya
b. Dilihat dari
segi konselor
membantu
konselor dalam
memahami diri
kliennya
sehingga dapat
menetapkan
bentuk layanan
bimbingan yang
sesuai dengan
keadaan
dan pribadinya.
c. Dilihat dari
proses layanan
bimbingan
Pengukuran
psikologis
mempunyai
beberapa fungsi,
antara lain:
1)Prediksi, yaitu
dapat
digunakan
untuk
meramalkan
kemungkinan
tingkah laku
klien di masa
datang.
2) Komparasi,
yaitu sebagai
dasar
membandingka
n diri klien
dengan klien
yang lain atau
dengan ukuran
lain, sehingga
dapat
diketahui status
individu dalam
kelompoknya
atau dasar
ukuran
tertentu yang
digunakan.
3) Diagnosa,
bahwa hasil
pengukuran
psikologis
sebagai dasar
menetapkan
jenis
masalah/kesulit
an, letak
kesulitan
beserta
penyebab
terjadinya. Hasil
diagnosa ini
juga dapat
digunakan
untuk
menetapkan
alternatif jenis
dan layanan
bimbingan yang
sesuai.
4) Evaluasi,
berfungsi
sebagai bahan
informasi untuk
dasar
pengambilan
keputusan
tentang
perlakuan
terhadap klien.
6) Penelitian,
sebagai
informasi atau
tata penelitian
tentang suatu
hal tertentu
berhubungan
dengan tujuan
pengukuran,
untuk
menentukan
tindak lanjut
bimbingannya.
3.Tujuan
pengukuran
psikologis
dalam
bimbingan.
Hal-hal yang
mendorong
dilaksankannya
atau perlunya
pengukuran
psikologis
dalam
bimbingan
adalah sebagai
berikut
a.Adanya
tuntutan dalam
memberikan
layanan
bimbingan
harus
berdasarkan
atas prinsip
perbedaan
individual.
b. Tuntutan
dalam
pemberian
layanan
bimbingan
berdasarkan
atas
kelengkapan
informasi dan
data klien.
c. Adanya
kenyataan
pembedaan
manusia
abnormal
dengan manusia
normal.
d. Menetapkan
aspek psikologis
yang mana
menjadi
penyebab
masalah
konseli.
4.Secara
terperinci sesuai
aspek-aspek
yang di ukur,
tujuan
pengukuran
psikologis
adalah sebagai
berikut:
a.Yang
menyangkut
aspek kognitif
1)Untuk
mendapatkan
informasi
tentang
keberhasilan
belajar dalam
wujud prestasi
belajar konseli.
2)Untuk
mendapatkan
informasi
tentang tingkat
kecerdasan/inte
legensi
konseli yang
merupakan
salah satu factor
utama
keberhasilan
belajar.
3)Untuk
mendapatkan
informasi
tentang bakat
atau
kemampuan
khusus
yang bersifat
potensial
sebagai bahan
studi lanjut
bimbingan karir
atau
jabatan.
b. Yang
menyangkut
aspek Non-
kognitif
1)endapatkan
informasi
tentang arah
minat serta
bakat terhadap
bidang
tertentu.
2) Mendapatkan
informasi
tentang
pendapat atau
sikap konseli
terhadap
dirinya maupun
lingkungannya.
3) Mendapatkan
informasi
tentang system
nilai daripada
konseli. Hal ini
didasarkan atas
anggapan
bahwa system
nilai akan
sangat
berpengaruh
pada
perilakunya.
4)
Mendapatkan
informasi
tentang aspek
kepribadian
yang lain,
misalnya
penyesuaian
diri, control diri,
rasa kecukupan,
kepastian diri,
harga diri,
kematangan
emosi,
kecenderungan
neorotis, dan
sebagainya.
B.Ciri-ciri Alat
Ukur Psikologi
Ciri-ciri alat
ukur psikologi
meliputi:
1. Validitas
Validitas
menunjukan
hasil test sesuai
kriteria yang
dirumuskan.
Validitas hanya
berlaku untuk
kriteria tertentu.
Ada 3 validitas
yaitu
a) Validitas
semu
Hasilnya
beraneka ragam
dan tidak
obyektif.
b) Validitas
konten.
Digunakan
untuk test hasil
belajar.
c) Validitas
empiris
validitas yang
memuaskan
karena ada
korelasi antara
hasil dan
kriteria
test. Ada 2 yaitu
validitas
meramal dan
status.
2. Reabilitas
Ketetapan dari
nilai yang
diperoleh
sekelompok
individu dalam
kesempatan
yang berbeda
dengan test
yang sama/item
yang sama.
Reabilitas ini
dipengaruhi
oleh koefisien
stabilitas,
ekuivalen,
Homogenitas
test.
3. Norma
Norma
merupakan
status quo
(tidak mutlak)
dan disesuaikan
dengan
kondisi. Norma
dipakai pada
kelompok yang
besar,
representative,
bahan
test harus sama
dengan bahan
yang dijadikan
norma.
C.Uji Psikologis
1.Pengertian Uji
Psikologi
Uji psikologis
adalah bidang
ditandai dengan
penggunaan
contoh
perilaku dalam
rangka untuk
menilai
psikologis
membangun,
seperti fungsi
kognitif dan
emosional,
tentang individu
tertentu.
Dimana uji
psikologi ini
merupakan
a)Suatu cara
untuk
mengetahui
seseorang
seperti
intelegensi,
ketekunan,
bakat, minat
dengan tujuan
untuk
menyelidiki
watak dan
kemampuan
seseorang.
b) Dengan
pemberian tugas
untuk
menyelesaikan
sesuatu/menela
ah
masalah
tertentu.
c) Dipakai untuk
membedakan
manusia normal
dan abnormal.

d) Dalam uji
psikologis kode
etik harus
diperhatikan,pe
njualan dan
distribusi test di
batasi.
e) Teruji dan
penguji tidak
ada hubungan
batin.
Menurut Dyer
suatu test tidak
pernah
menunjukan
tujuan akhir
dari suatu
penyelidikan
karena
a)Suatu test
tunggal tak
cukup memberi
gambaran
mengenai suatu
kemampuan,
sifat atau sikap
perseorangan.
b) Bahwa test
jangan
dikirakan
mutlak, abadi
interpretasinya.
c) Bahwa tak
dapat dianggap
suatu mesin
yang dapat
diputar begitu
saja
untuk
mendapatkan
suatu hasil. Tes
adalah suatu
penilaian
manusia,
hasil pemikiran
manusia setelah
daya upaya
keras dan bukan
sesuatu
yang bersifat
fisik belaka.
2.Tujuan Uji
Psikologis
Dimana tujuan
uji psikologis
adalah sebagai
berikut
a) Mengenal diri
lebih obyektif.
b) Menerima
keadaan diri
secara obyektif.
c) Mampu
mengemukakan
berbagai aspek
di
dalam dirinya.
d) Mampu
mengelola
informasi
sebagai dasar
pemecahan
masalah dan
pengambilan
keputusan.
3. Jenis Uji
Psikologis
a) IQ prestasi
tes.
Tes IQ mengaku
menjadi ukuran
kecerdasan ,
sedangkan tes
prestasi adalah
ukuran
penggunaan dan
tingkat
perkembangan
penggunaan
kemampuan. IQ
(atau kognitif)
tes dan tes
prestasi tes
norma-referensi
umum. Dalam
jenis tes,
serangkaian
tugas disajikan
untuk orang
yang sedang
dievaluasi, dan
tanggapan
seseorang yang
dinilai dengan
hati-hati sesuai
dengan
pedoman yang
ditetapkan.
Sesudah
pengujian
selesai, hasilnya
dapat
dikompilasi dan
dibandingkan
dengan respon
dari kelompok
norma, biasanya
terdiri
dari orang-
orang pada usia
yang sama atau
tingkat kelas
sebagai orang
yang sedang
dievaluasi. tes
IQ yang berisi
serangkaian
tugas biasanya
membagi tugas
ke dalam verbal
(mengandalkan
pada
penggunaan
bahasa) dan
kinerja, atau
non-verbal
(mengandalkan
tangan jenis
mata
tugas, atau
penggunaan
simbol atau
objek). Contoh
tugas tes IQ
verbal
adalah kosakata
dan informasi
(menjawab
pertanyaan
pengetahuan
umum). contoh
non-verbal
dihitung
penyelesaian
teka-teki
(majelis
obyek) dan
gambar yang
cocok dengan
mengidentifikas
i pola
(penalaran
matriks).
Tes IQ
(misalnya,
WAIS-1V ,
WISC-1V ,
Cattell Culture
Fair
, Woodcock-
Johnson tes
kognitif
Kemampuan-
111, Stanford-
Binet
Intelligence
Scales V) dan
tes prestasi
akademik
(misalnya WIAT
,
WRAT ,
Woodcock-
Johnson
Pengujian
Prestasi-111)
dirancang untuk
diberikan
kepada baik
individu (oleh
evaluator
terlatih) atau
sekelompok
orang (kertas
dan pensil tes).
b)Tes Sikap
Uji Sikap
menilai
perasaan
seseorang
tentang orang,
kejadian,
atau objek.
Sikap skala
digunakan
dalam
pemasaran
untuk
menentukan
individu (dan
kelompok)
preferensi untuk
merek, atau
item. Biasanya
menggunakan
tes sikap baik
Skala Thurston,
atau Skala
Likert untuk
mengukur item
tertentu.
c) Tes
Neuropsikologis
Tes ini terdiri
dari tugas-tugas
khusus
dirancang
digunakan
untuk
mengukur
fungsi psikologis
diketahui terkait
dengan struktur
otak tertentu
atau jalur.
Mereka
biasanya
digunakan
untuk menilai
penurunan
setelah cedera
atau sakit
diketahui
mempengaruhi
neurokognitif
berfungsi, atau
bila digunakan
dalam
penelitian,
untuk
kontras
kemampuan
neuropsikologi
seluruh
kelompok
eksperimental.
d)Tes
Kepribadian
Tindakan
psikologis
kepribadian
sering
digambarkan
sebagai
tes objektif atau
tes proyektif .
istilah "tes
objektif" dan
"test
proyektif " baru
saja datang di
bawah kritik
dalam journal of
Personality
Assessment.
Semakin
deskriptif
"rating skala
atau ukuran
laporan diri"dan
"tindakan
respon bebas"
yang
disarankan,
daripada
istilah "tes
objektif" dan
"tes proyektif"
masing-masing.
Tes kepribadian
adalah
seperangkat alat
tes yang disusun
untuk
mendeskripsika
n bagaimana
kecenderungan
seseorang
bertingkah
laku. Tes
kepribadian
sebenarnya
adalah deskripsi
kualitatif dari
kepribadian,
bukannya
deskripsi
kuantitatif
(angka-angka),
karena
sebenarnya
kepribadian
tidak dapat
diukur, tetapi
hanya dapat
dideskripsikan.
Untuk
membantu
menjelaskan
kepribadian,
alat tes
kepribadian
menggunakan
bantuan angka-
angka dan
kemudian
hasilnya
dintrepretasikan
/dideskripsikan
kedalam
kualitatif.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
simpulan yang
dapat kami tarik
dalam makalah
ini adalah
1.Pengukuran
psikologi adalah
pengukuran
aspek-aspek
tingkah laku
yang
menampak,
yang dianggap
mencerminkan
prestasi, bakat,
sikap dan aspek-
aspek
kepribadian
yang lain.
2.Ciri-ciri alat
ukur psikologi
meliputi
validitas,
reabilitas, dan
norma.
3.Uji psikologis
adalah bidang
ditandai dengan
penggunaan
contoh perilaku
dalam rangka
untuk menilai
psikologis
membangun,
seperti fungsi
kognitif
dan emosional,
tentang individu
tertentu
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011
Hakekat, Fungsi,
dan Tujuan
Pengukuran
Psikologis.
Dalam
(http://
himcyoo.wordpr
ess.com/
2011/04/12/
hakekat-fungsi-
dan-tujuan-
pengukuran-
psikologis/)
Anonim. .
Pengukuran dan
Uji Psikologi.
Dalam
(http://
www.mediafire.
com7view/
yfdi27q7y8xfnnl
/
pengukuran+da
n+uji+psi
kologi.docx).
Diakses tanggal
5 mei 2014.
Laksono. 2011.
Pengukuran dan
Uji Psikologis.
Dalam
(http://
hindramaidiant
olaksono.blogsp
ot.com/
2011/06/
makalah-
sosiologi.html).
Diakses tanggal
5 mei 2014.
Psychology
Mania. 2010.
Pengukuran
Psikologi.
Dalam
(
http://
www.psychology
mania.net/
2010/09/
pengukuran-
psikologi.html
).
Diakses tanggal
5 mei 2014.

Anda mungkin juga menyukai