Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EJAAN BAHASA INDONESIA

Dosen pengampu : Ahmad ridhai aziz, S.Pd,M.Pd

Oleh kelompok 1

Yulia Syahraini. (10156123021)

Aulia Kartika. (10156123020)

Nursabilah Hamid. (10156123010)

Bahira. (10156123004)

Arsila Khairunnisa. (10156123005)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena dengan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah yng berjudul “EJAAN BAHASA INDONESIA”. Meskipun
banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada teman-teman yang membaca dari
hasil makalah ini. karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
khususnya bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

C. Tujuan..............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................2

A. Pengertian Ejaan..........................................................................................2

B. Perkembangan Ejaan..................................................................................2

C. Fungsi Ejaan.................................................................................................3

D. Ejaan yang Diresmikan................................................................................3

E. Ejaan yang tidak diresmikan.......................................................................4

F. Ruang Lingkup Ejaan Dalam Bahasa Indonesia.......................................5

BAB III PENUTUP...............................................................................................10

A. Kesimpulan..................................................................................................10

B. Kritik dan Saran.........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang
Indonesia yang kurang mengetahui bahasanya sendiri, serta pengetahuan tentang tanda baca.
Bukan berarti tidak tahu melainkan kurang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada di dalam
Bahasa Indonesia. Tanda baca dan Ejaan menjadi penting karena penggunaan yang tidak sesuai
akan mengubah makna bahasa yang akan diungkapkan. Secara teknis ejaan merupakan penulisan
huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca. Sedangkan tanda baca itu sendiri dimaksudkan
agar bahasa tulis menjadi mudah untuk dipahami, sehingga pesan yang diungkapkan dapat
dipahami sama.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Ejaan dan bagaimana perkembangannya?

2. Sebutkan fungsi-fungsi Ejaan?

3. Jelaskan Ejaan yang diresmikan?

4. Jelaskan Ejaan yang tidak diresmikan?

5. Bagaimana ruang lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Ejaan dan bagaimana perkembangannya.

2. Utuk mengetahui fungsi-fungsi ejaan.

3. Untuk mengetahui Ejaan yang diresmikan.

4. Untuk mengetahui Ejaan yang tidak diresmikan.

5. Untuk mengetahui ruang lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antar hubungan antara lambang – lambang itu (pemisahan dan penggabunganya
dalam suatu bahasa). Secara tekris, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

B. Perkembangan Ejaan
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin, yang disebut Ejaan
Van Ophuijsen. Merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer
dan Moehammad Taibsoetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Van Ophuijsen yaitu:

- Huruf ‘’j’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’jang, pajang, sajang’’.

- Huruf ‘’oe’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’goeroe, Itoe, Oemoer’’.

- Tanda diakritik seperti koma ain dan trerna,untuk menuliskan kata-kata


ma’moer,’akal,ta’,pa’,dan dinamai’.

Kemudian Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan
Ejaan Van Ophuijsen, ejaan ini dikena oleh masyarakat dengan julukan ejaan republik. hal-hal
yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu, yaitu:

- Huruf oe diganti dengan u seperti pada guru, itu, umur.

- Bunyi hamzah dengan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti kepada kata-kata tak, pak, maklum
dan rakjat.

- Kata ulang bisa ditulis dengan angka-2, seperti anak2, ber-jalan2 dan ke-barat2-an.

C. Fungsi Ejaan

Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut tata bahasa maupun
kosa kata dan peristilahan, ejaan memiliki fungsi yang cukup penting. Oleh karena itu
pembakuan ejaan perlu di beri prioritas terlebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan antara lain
berfungsi sebagai :

1. Landasan pembakuan tata bahasa

2. Landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan

3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.

Apabila pembakuan telah dilaksanakan, maka pembakuan aspek bahasan yang lain pun
dapat ditunjang dengan keberhasilan itu, terutama jika segenap pemakai bahasa yang
bersangkutan telah menaati segala ketentuan yang terdapat di dalam buku pedoman.

Secara praktis ejaan memiliki fungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam
mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat di
pahami jika segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik. 3

D. Ejaan Yang Diresmikan

1. Ejaan Van Ophuijsen

Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah Melayu dan daerah-daerah yang
telah menggunakan bahasa Melayu. Akan tetapi, karena terjadi kontak budaya dengan dunia
Barat, sebagai akibat dari kedatangan orang Barat dalam menjajah di Tanah Melayu itu, di
sekolah-sekolah Melayu telah digunakan aksara latin secara tidak terpimpin. Oeh sebab itu, pada
tahun 1900, menurut C.A Mees (1956:30), Van Ophuijsen, seorang ahli bahasa dari Belanda
mendapat perintah untuk merancang suatu ejaan yang dapai dipakai dalam bahasa Melayu,
terutama untuk kepentingan pengajaran. Jika penyususnan ejaan itu tidak cepat-cepat dilakukan,
dikhawatirkan bahwa sekolah-sekolah tersebut akan menyusun dengan cara yang tidak terpimpin
sehingga akan muncul kekacauan dalam ejaan tersebut. Dalam menyusun ejaan tersebut, Van
Ophuijsen dibantu oleh dua orang pakar bahasa dari Melayu, yaitu Engkoe Nawawi Soetan
Ma’moer dan Moehammad Thaib Soetan Ibrahim. Dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan
Latin dan Ejaan Belanda, Van Ophuijsen dan teman-teman berhasil membuat ejaan bahasa
Melayu, yang ejaan tersebut lazim disebut sebagai “Ejaan Van Ophuijsen”. Ejaan tersebut
diresmikan pemakaiannya pada tahun 1901 van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama
dari Ejaan Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka.

2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)

Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka yakni pada masa pendudukan Jepang,
pemerintah sudah mulai memikirkan keadaan ejaan kita yang sangat tidak mampu mengikuti
perkembangan ejaan internasional. Oleh sebab itu, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan melakukan pengubahan ejaan untuk menyempurnakan ejaan yang dirasakan sudah
tidak sesuai lagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh sebab itu, pada tahun 1947 muncullah sebuah ejaan yang baru sebagai pengganti
ejaan Van Ophuijsen. Ejaan tersebut diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Soewandi, pada tanggal 19 Maret 1947 yang disebut
sebagai Ejaan Republik. Karena Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah Dr.
Soewandi, ejaan yang diresmikan itu disebut juga sebagai Ejaan Soewandi.

3. Ejaan Yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia (Bapak Soeharto)


meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang lazim disingkat
dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972.
Dengan dasar itu, Departemen Pendidikan dan kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan yang memuat berbagai patokan
pemakaian ejaan yang baru.

E. Ejaan yang tidak diresmikan


1. Ejaan melindo

Pada akhir tahun 1950 an para penulis mulai pula merasakan kelemahan yang terdapat
pada ejaan republik itu. Ada kata-kata yang sangat mengganggu penulisan karena ada satu bunyi
bahas yang dilambangkan dengan dua huruf seperti dj,tj,sj,mg,dan ch. para pakar bahasa
menginginkan satu lambang untuk satu bumi.

Ejaan melindo tidak pernah diresmikan. Disamping terdapat beberpa kesukaran teknis
untuk menuliskan beberapa huruf, politik yang terjadi pada kedua negara antara indonesia –
malaysia tidak memungkinkan untuk meresmikan ejaan tersebut.

F. Ruang Lingkup Ejaan Dalam Bahasa Indonesia

Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari hal-hal berikut :

1. Pemakaian Huruf

Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf abjad dan ada juga
penggabungan untuk melambangkan diftong seperti: Au(harimau), atau penggabungan khusus,
seperti: ng(lambang). Ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis dimana hanya ada satu bunyi
utuk satu lambang, lain dengan bahasa Inggris yang satu lambang memiliki beberapa bunyi.
Karena bahasa Indonesia menggunakan satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal singkatan dan kata
mengikuti bunyi nama huruf secara konsisten, seperti: bus (dibaca:bus)
Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata), (1)menggunakan tanda
hubung, (2)tidak memenggal kata dengan garis bawah, (3)hindari penggalan satu huruf.
Begitupun dengan nama orang, hanya dibenarkan dengan memisahkan nama pertama dan nama
kedua. Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku.

2. Penulisan Huruf

Huruf terdiri dari: huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring. Huruf kapital digunakan
sebagai:

- huruf pertama awal kalimat

- huruf pertama petikan langsung

- huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan

- huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang

- huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.

- huruf pertama nama orang

- huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang dipakai sebagai kata
ganti.

Huruf miring digunakan untuk:

- menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan

-menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata

- menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.

3. Penulisan Kata

Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan Penulisan kata turunan:

- imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar

- kalau gabungan kata, awalantau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikutinya.

- kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata tersebut.
- kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur kombinasi.

Penulisan gabungan kata:

- kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.

- itilah khusus yang mungkin akan menimbulkan salah baca diberi tanda hubung

- kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai. Penulisan kata ganti ku,mu, kau dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya

Penulisan partikel:

- partikel ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya

- partikel per yang berarti mulai, demi dan tiap ditulis terpisah

singkatan nama resmi lembaga dan nama dokumen resmi , huruf awal ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: BPK, PT, KTP, SLTP.

singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik, misalnya:dkk.

singkatan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan
hruruf kapital.

akronim yang berupa gabungan kata atau huruf dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital, misalnya: Angkatan Bersenjata RI (Akabri).

akronim yang bukan nama diri berupa gabungan kata atau huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Penulisan angka lambang bilangan:

- Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.

- angka digunakan untuk menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan waktu, mata uang, nomor
jalan.

- penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan)

- penulisan kata bilangan tingkat


- penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran – an ditulis dengan angka atau dengan ejaan.

- Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah
dibaca, kecuali dalam dokumen resmi.

- bilangan tidak perlu ditulis angka dan huruf sekaligus kecuali pada dokumen resmi.

- bilangan yang dilambangkan dengan kata dan huruf, penulisannya harus tepat.

4. Penulisan Unsur Serapan

Bahasa arab sebenarnya sudah banyak yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dan relatif
konsisten. Untuk menyerap bahasa arab, kita harus memperhatikan:

- unsur mad (panjang) ditiadakan.

- konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi dengan fonem yang
berdekatan dengan fonem bahasa indonesia baik lafal maupun ejaannya, seperti: rizq(rezeki).
Jika tidak, maka tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring.

5. Pemakaian Tanda Baca

Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat membantu orang dalam
memahami bacaan.

1) Tanda titik (.)

2) Tanda koma (,)

3) Tanda titik koma (; )

4) Tanda titik dua (: )

5) Tanda hubung (-)

6) Tanda tanya (?)

7) Tanda seru (!)

8) Tanda kurung ((...))

9) Tanda garis miring ( / )

10) Tanda petik ganda ("“...” ")

11) Tanda pisah (--)


12) Tanda elipsis (......)

13) Tanda kurung siku ([ ])

14) Tanda petik tunggal ( ' '‘...)

15) Tanda penyingkat ( ‘' )


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah memahami apa yang telah dipaparkan di atas, kita dapat mengambil kesimpilan
bahwa bahasa itu tidak terlepas dari yang nama nya Ejaan dan Tanda Baca. Ejaan dan Tanda
Baca itu juga saling berkaitan. Oleh karena itu Ejaan dan penggunaan Tanda baca perlu kita
pahami dan pelajari agar tulisan kita mudah dipahami dan dimengerti orang lain yang
membacanya. Ejaan sendiri mengalami beberapa tahapan sebelum akhirnya menjadi sempurna,
yang seperti kita gunakan saat ini. Begitu pun juga dengan penggunaan tanda baca pun perlu
diperhatikan dalam penulisan karena tanda baca memiliki aturan dan tata letak penggunaannya.

B. Kritik dan Saran

Demikian makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di
hati atau belum sesuai dengan apa yang Anda harapkan, kami mohon maaf. Karena kami sadar
bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun kami agar dalam tugas-tugas selanjutnya, kami dapat menyelesaikannya
dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-tarumanagara/hukum islam/makalah-
ejaan-bahasa-indonesia/47724319

Anda mungkin juga menyukai