Anda di halaman 1dari 121

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas karunia-Nya sehingga buku ini dapat
disajikan kepada para pembaca. Buku ini berjudul Bahan Ajar Teori Grup.
Sesuai dengan judulnya, buku ini ditulis dengan tujuan untuk menambah
pustaka buku-buku yang membahas teori grup berbahasa Indonesia. Secara
khusus, menjadi bahan ajar yang dapat digunakan bagi dosen pengampu
mata kuliah teori grup sekaligus menjadi bahan belajar yang dapat
membantu mahasiswa untuk lebih mudah memahami konsep dari teori grup.
Buku ini memuat pembahasan tentang konsep dasar dari teori grup,
mulai dari konsep grup, subgrup, dan homomorfisme grup, yang kemudian
disajikan dalam tiga bahan ajar. Masing-masing bahan ajar terdiri dari
beberapa kegiatan belajar. Bahan ajar 1 memuat 7 kegiatan belajar yang
memungkinkan mahasiswa untuk dapat memahami definisi operasi biner
dan sifat-sifat operasi biner, definisi grup, grup komunitatif, sifat-sifat grup,
grup siklik, dan grup permutasi. Bahan ajar 2 memuat 5 kegiatan belajar yang
memungkinkan mahasiswa untuk dapat memahami konsep subgrup, sifat-
sifat subgrup, koset dan indeks, subgrup normal, dan grup factor.
Selanjutnya, bahan ajar 3 memuat 3 kegiatan belajar yang memungkinkan
mahasiswa untuk dapat memahami konsep homomorfisme grup, kernel, dan
isomorfisme.
Buku ini tidak sekedar memuat sajian konsep dan contoh-contoh
masalah, melainkan juga dilengkapi dengan latihan soal, kunci jawaban, dan
lembar kegiatan mahasiswa untuk setiap kegiatan belajarnya. Adapun lembar
kegiatan mahasiswa disajikan untuk membantu mahasiswa agar lebih mudah
memahami konsep demi konsep.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis mengucapkan
terima kasi, terutama kepada IKIP PGRI Pontianak. Mudah-mudahan usaha
kecil ini bisa memberikan manfaat yang besar. Penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.

Pontianak, Oktober 2021


Tim Penulis

TEORI GRUP i
DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................................... ii
Bahan Ajar 1 ....................................................................................................................... 1
Kegiatan Belajar 1.1 ............................................................................................... 3
Kegiatan Belajar 1.2............................................................................................... 10
Kegiatan Belajar 1.3............................................................................................... 17
Kegiatan Belajar 1.4............................................................................................... 24
Kegiatan Belajar 1.5............................................................................................... 30
Kegiatan Belajar 1.6............................................................................................... 36
Rangkuman ................................................................................................................ 43
Bahan Ajar 2 ....................................................................................................................... 45
Kegiatan Belajar 2.1............................................................................................... 46
Kegiatan Belajar 2.2............................................................................................... 59
Kegiatan Belajar 2.3............................................................................................... 67
Kegiatan Belajar 2.4............................................................................................... 76
Kegiatan Belajar 2.5 ............................................................................................... 86
Rangkuman ............................................................................................................... 93
Bahan Ajar 3 ....................................................................................................................... 95
Kegiatan Belajar 3.1............................................................................................... 96
Kegiatan Belajar 3.2............................................................................................... 102
Kegiatan Belajar 3.3............................................................................................... 108
Rangkuman ............................................................................................................... 117
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 118

TEORI GRUP ii
Bahan Ajar 1

GRUP

Pendahuluan

Bahan Ajar 1 ini memuat pembahasan tentang konsep dasar grup,


yang merupakan salah satu konsep dalam aljabar abstrak. Selain itu, konsep
dasar grup merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam mata
kuliah Teori Grup.
Kompetensi yang akan dicapai melalui bahan ajar 1 ini adalah
mahasiswa mampu menerapkan konsep-konsep dari grup dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan grup. Secara rinci melalui
bahan ajar ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi sebagai berikut:
1. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep dari operasi biner dan
sifat-sifat grup dalam menyelesaikan berbagai masalah.
2. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep grup dalam
menyelesaikan berbagai masalah.
3. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep grup komutatif dalam
menyelesaikan berbagai masalah.
4. Mampu menjelaskan dan menerapkan sifat-sifat grup dalam
menyelesaikan berbagai masalah.
5. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep grup siklik dalam
menyelesaikan berbagai masalah.
6. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep grup permutasi dalam
menyelesaikan berbagai masalah.

Sesuai dengan capaian kompetensi tersebut, maka bahan ajar 1 ini


disajikan dalam enam kegiatan belajar yang tersusun secara berturut-turut
sebagai berikut.

1. Kegiatan Belajar 1.1 : Operasi biner

GRUP 1
2. Kegiatan Belajar 1.2 : Definisi grup
3. Kegiatan Belajar 1.3 : Grup komutatif
4. Kegiatan Belajar 1.4 : Sifat-sifat grup
5. Kegiatan Belajar 1.5 : Grup siklik
6. Kegiatan Belajar 1.6 : Grup permutasi

GRUP 2
Kegiatan Belajar 1.1

OPERASI BINER

Tujuan Kegiatan Belajar 1.1 :


1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi operasi biner
2. Mahasiswa dapat menunjukkan suatu operasi pada sebuah
himpunan merupakan operasi biner atau bukan operasi biner
3. Mahasiswa dapat menjelaskan sifat-sifat operasi biner
4. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah menggunakan konsep
operasi biner

1.1.1 Operasi Biner

Definisi 1.1
Misalkan 𝐺 adalah suatu himpunan tak kosong. Suatu operasi biner pada G
adalah suatu pemetaan ∘ : 𝐺 × 𝐺 → 𝐺 atau suatu operasi ∘ dikatakan operasi
biner atau komposisi biner pada 𝐺 jika untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, maka 𝑎 ∘ 𝑏 ∈
𝐺.

Berdasarkan definisi 1.1 dapat dikatakan bahwa jika dua buah bilangan
pada himpunan yang sama dioperasikan dengan operasi tertentu
menghasilkan bilangan di himpunan tersebut, maka operasi yang dimaksud
merupakan operasi biner. Sebagai contoh, jika sebuah bilangan bulat
dijumlahkan dengan bilangan bulat lainnya, maka hasilnya adalah bilangan
bulat tersebut. Operasi penjumlahan dalam hal ini merupakan contoh khusus
yang disebut sebagai operasi biner.

Contoh 1.1
Misalkan 𝑍 adalah himpunan bilangan bulat. Pengurangan (-) merupakan
operasi pada Z. Apakah pengurangan (-) merupakan operasi biner pada 𝑍?
Jawab:
Pengurangan (-) dikatakan operasi biner pada Z jika untuk setiap bilangan di
Z yang dioperasikan dengan bilangan lain di Z menghasilkan sebuah bilangan

GRUP 3
di Z juga atau ∀ (𝑎, 𝑏) ∈ 𝑍 × 𝑍, terdapat elemen unik 𝑐 ∈ 𝑍, sehingga 𝑎 − 𝑏 =
𝑐. Oleh karena itu, hal yang dapat dilakukan adalah:
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍, maka 𝑎 − 𝑏 = 𝑐 ∈ 𝑍
Karena untuk setiap 𝑎 , 𝑏 ∈ 𝑍, berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑍, maka pengurangan (-)
merupakan operasi biner pada 𝑍.

Contoh 1.2
Misalkan Z adalah himpunan bilangan bulat. Pembagian (:) merupakan
operasi pada Z. Apakah pembagian (:) merupakan operasi biner pada Z ?
Jawab:
Akan ditunjukkan apakah ∀ (𝑝, 𝑞) ∈ 𝑍 × 𝑍, terdapat elemen unik 𝑟 ∈ 𝑍,
sehingga 𝑝: 𝑞 = 𝑟.
Pilih 𝑝 = 2 ∈ 𝑍 , 𝑞 = 3 ∈ 𝑍, maka 𝑝 ∶ 𝑞 = 2 ∶ 3 = 0, 67 ∉ 𝑍
Karena terdapat 𝑝, 𝑞 ∈ 𝑍 , sehingga 𝑝: 𝑞 = 𝑟 ∉ 𝑍, maka pembagian (:)
bukan merupakan operasi biner pada 𝑍.

1.1.2 Sifat-Sifat Operasi Biner

Definisi 1.2 (Sifat Assosiatif )


Sebuah operasi biner ∘ pada himpunan G dikatakan bersifat assosiatif, jika
untuk setiap 𝑎 , 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐺 berlaku (𝑎 ∘ 𝑏) ∘ 𝑐 = 𝑎 ∘ (𝑏 ∘ 𝑐).

Definisi 1.3 (Sifat Komutatif)


Sebuah operasi biner ∘ pada himpunan 𝐺 dikatakan bersifat komutatif, jika
untuk setiap 𝑎 , 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku 𝑎 ∘ 𝑏 = 𝑏 ∘ 𝑎.

Definisi 1.4 (Sifat identitas)


Elemen 𝑒 di dalam himpunan 𝐺 disebut elemen identitas untuk operasi biner ∘
pada 𝐺, jika untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺, berlaku 𝑎 ∘ 𝑒 = 𝑎 = 𝑒 ∘ 𝑎.

Definisi 1.5 (Sifat invers)

GRUP 4
Misalkan 𝐺 adalah sebuah himpunan tak kosong dengan sebuah operasi biner
∘ dengan 𝑒 adalah elemen identitas di 𝐺. 𝑎−1 ∈ 𝐺 dikatakan invers dari 𝑎 ∈ 𝐺
jika 𝑎 ∘ 𝑎−1 = 𝑒 = 𝑎−1 ∘ 𝑎

Contoh 1.3
Misalkan 𝑍 adalah himpunan bilangan bulat. Penjumlahan (+) merupakan
operasi biner pada Z.
1. Apakah penjumlahan (+) bersifat as sosiatif dan komutatif pada Z?
2. Apakah terdapat elemen identitas untuk penjumlahan (+)?
3. Apakah untuk setiap anggota 𝑍 memiliki invers terhadap penjumlahan
(+)?
Jawab:
1. Berdasarkan definisi 1.2, penjumlahan (+) pada Z bersifat assosiatif, jika
untuk setiap 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ Z berlaku (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = 𝑎 + (𝑏 + 𝑐).
Oleh karena itu,
Ambil sebarang 𝑎 , 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑍 maka dapat dipastikan berlaku (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 =
𝑎 + (𝑏 + 𝑐 ). Jadi, penjumlahan (+) bersifat assosiatif pada 𝑍.
Berdasarkan definisi 1.3, penjumlahan (+) pada Z bersifat komutatif, jika
untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ Z berlaku 𝑎 + 𝑏 = 𝑏 + 𝑎.
Oleh karena itu,
Ambil sebarang 𝑎 , 𝑏, ∈ 𝑍 maka dapat dipastikan berlaku 𝑎 + 𝑏 = 𝑏 +
𝑎. Jadi, penjumlahan (+) bersifat komutatif pada 𝑍.
2. Berdasarkan definisi 1.4, jika untuk setiap 𝑎 ∈ 𝑍, terdapat 𝑒 ∈ 𝑍 sehingga
berlaku 𝑎 + 𝑒 = 𝑎 = 𝑒 + 𝑎.
Oleh karena itu,
Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝑍, terdapat 0 ∈ 𝑍 sehingga 𝑎 + 0 = 0 + 𝑎 = 𝑎. Jadi 0
adalah identitas penjumlahan pada 𝑍.
3. Berdasarkan definisi 1.5, jika untuk setiap 𝑎 ∈ 𝑍, terdapat 𝑎−1 ∈ 𝑍
sehingga berlaku 𝑎 + 𝑎−1 = 𝑒 = 𝑎−1 + 𝑎.
Oleh karena itu,

GRUP 5
Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝑍, maka ada −𝑎 ∈ 𝑍 sehingga 𝑎 + (−𝑎) = (−𝑎) +
𝑎 = 0. Jadi setiap anggota 𝑍 memiliki invers yaitu −𝑎 ∈ 𝑍 terhadap
operasi penjumlahan (+).

Contoh 1.4
Misalkan 𝑍 adalah himpunan bilangan bulat. Perkalian (×) merupakan
operasi biner pada 𝑍. Apakah perkalian (×) bersifat assosiatif dan komutatif
pada Z? Apakah terdapat identitas untuk perkalian (×)? Apakah setiap
anggota 𝑍 memiliki invers terhadap operasi perkalian (×)?
Jawab:
(1) Ambil sebarang 𝑎 , 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑍 maka dapat dipastikan berlaku (𝑎 × 𝑏) × 𝑐 =
𝑎 × (𝑏 × 𝑐 ). Jadi, perkalian (×) bersifat assosiatif pada 𝑍.
(2) Ambil sebarang 𝑎 , 𝑏, ∈ 𝑍 maka dapat dipastikan berlaku 𝑎 × 𝑏 = 𝑏 ×
𝑎. Jadi, perkalian (×) bersifat komutatif pada 𝑍.
(3) Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝑍, terdapat 1 ∈ 𝑍 sehingga 𝑎 × 1 = 1 × 𝑎 = 𝑎. Jadi 1
adalah identitas penjumlahan pada 𝑍.
(4) Pilih 2 ∈ 𝑍. Tidak terdapat anggota Z yang merupakan invers dari 2.
1 1 1
Perhatikan bahwa 2 × 2 = 2 × 2 = 1, sedangkan ∉ 𝑍. jadi, tidak semua
2

anggota Z miliki invers terhadap operasi perkalian (×).

Latihan Soal KB 1.1


1. Misalkan 𝑁 adalah himpunan semua bilangan asli, dan ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑁 berlaku
𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 + 𝑏 + 1.
a. Apakah * operasi biner pada 𝑁?
b. Apakah * bersifat assosiatif?
c. Apakah * bersifat komutatif?
d. Apakah * memiliki elemen identitas di 𝑁?
2. Misalkan 𝐸 = {2𝑛│ 𝑛 ∈ 𝑍 }. Penjumlahan (+) merupakan operasi pada E.
a. Apakah penjumlahan (+) merupakan operasi biner pada 𝐸?

GRUP 6
b. Selidikilah apakah penjumlahan (+) pada 𝐸 bersifat komutatif dan
assosiatif ?
c. Apakah penjumlahan (+) memiliki elemn identitas di 𝐸?
d. Apakah setiap anggota 𝐸 memiliki invers terhadap penjumlahan (+)?
3. Misalkan 𝑅 adalah himpunan semua bilangan real, dan ∀𝑥, 𝑦 ∈ 𝑅 berlaku
𝑥 ∗ 𝑦 = 𝑥 + 𝑦 − 𝑋𝑌.
a. Apakah * operasi biner pada 𝑅?
b. Apakah * bersifat assosiatif?
c. Apakah * bersifat komutatif?
d. Apakah * memiliki elemen identitas di 𝑅?
4. Misalkan 𝑄 adalah himpunan bilangan rasional. Perkalian (∗) merupakan
operasi pada Q.
a. Apakah perkalian (∗) merupakan operasi biner pada 𝑄?
b. Selidikilah apakah perkalian (∗) pada 𝑄 bersifat komutatif dan
assosiatif ?
c. Apakah perkalian (∗) memiliki elemen identitas di 𝑄?
d. Apakah setiap anggota 𝑄 memiliki invers terhadap perkalian (∗)?

Kunci Jawaban KB 1.1


2. 𝑎. Penjumlahan (+) pada E merupakan operasi biner
𝑏. Penjumlahan (+) pada 𝐸 bersifat komutatif dan assosiatif.
𝑐. 0 adalah elemen identitas Penjumlahan (+) di 𝐸
𝑑. setiap anggota 𝐸 memiliki invers terhadap operasi penjumlahan (+)

4. 𝑎. Perkalian (*) merupakan operasi biner pada Q


𝑏. Perkalian (*) bersifat komutatif dan assosiatif.
𝑐. 0 merupakan elemen identitasi perkalian (*) di Q
𝑑. Untuk setiap p/q anggota Q memiliki invers terhadap operasi perkalian
(*) yaitu q/p.

GRUP 7
LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 1.1
OPERASI BINER
Masalah 1:
Misalkan 𝐸 = {2𝑛│ 𝑛 ∈ 𝑍 }. Penjumlahan (+) merupakan operasi di E.
a. Apakah penjumlahan (+) merupakan operasi biner pada 𝐸?
b. Selidikilah apakah penjumlahan (+) pada 𝐸 bersifat komutatif dan
assosiatif ?
c. Apakah penjumlahan (+) memiliki elemn identitas di 𝐸?
d. Apakah setiap anggota 𝐸 memiliki invers terhadap penjumlahan (+)?
Jawab:
Diketahui: 𝐸 = {2𝑛│ 𝑛 ∈ 𝑍 } = {…, -4. … , … , 2. …, …}
Operasi di E adalah operasi ……………….
a. Akan diselidiki: penjumlahan (+) merupakan operasi biner pada 𝐸?
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐸, maka 𝑎 + 𝑏 = …………..
(Perhatikan: misal 𝑎 = −2 dan 𝑏 = 0 maka 𝑎 + 𝑏 = −2 ∈ 𝐸).
Jadi penjumlahan (+) merupakan ………………………

b. Akan diselidiki: penjumlahan (+) pada 𝐸 bersifat komutatif dan assosiatif


?
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐸, maka 𝑎 + 𝑏 = …………..
(Perhatikan: misal 𝑎 = −2 dan 𝑏 = 4 maka 𝑎 + 𝑏 = −2 + 4 = 4 + (−2) =
𝑏 + 𝑎).
Jadi penjumlahan (+) pada 𝐸 bersifat ……………

Ambil sebarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐸, maka (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = …………..


(Perhatikan: misal 𝑎 = −2, 𝑏 = 4, dan 𝑐 = 6 maka (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 =
(−2 + 4) + 6 = 8 = −2 + (4 + 6) = 𝑎 + (𝑏 + 𝑐)).
Jadi penjumlahan (+) pada 𝐸 bersifat ……………

c. Akan diselidiki: penjumlahan (+) memiliki elemen identitas di 𝐸?


Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝐸, maka ada … ∈ 𝐸 sehingga 𝑎 + ⋯ = ⋯ + 𝑎 = 𝑎.

GRUP 8
Jadi … adalah elemen identitas penjumlahan di 𝐸.

d. Akan diselidiki: setiap anggota 𝐸 memiliki invers terhadap operasi


penjumlahan (+).
Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝐸, maka ada … ∈ 𝐸 sehingga 𝑎 + (… ) = (… ) + 𝑎 =
0. Jadi setiap anggota 𝐸 ………………………………..

Masalah 2
Misalkan 𝑄 adalah himpunan bilangan rasional. Perkalian (∗) merupakan
operasi di Q.
a. Apakah perkalian (∗) merupakan operasi biner pada 𝑄?
b. Selidikilah apakah perkalian (∗) pada 𝑄 bersifat komutatif dan assosiatif ?
c. Apakah perkalian (∗) memiliki elemen identitas di 𝑄?
d. Apakah setiap anggota 𝑄 memiliki invers terhadap perkalian (∗)?
Jawab:
Selesaikan masalah 2 ini dengan langkah pengerjaan seperti pada masalah 1.
Perhatikan bahwa pada masalah 2 ini himpunannya adalah himpunan
bilangan rasional. Ingat kembali definisi bilangan rasional yaitu bilangan
𝑝
yang dapat dinyatakan dalam bentuk dengan 𝑝, 𝑞 ∈ 𝑍.
𝑞

Perhatikan pula bahwa pada masalah 2 ini operasinya adalah perkalian.

GRUP 9
Kegiatan Belajar 1.2

DEFINISI GRUP

Tujuan Kegiatan Belajar 1.2:


1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep grup
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu himpunan dengan sebuah
operasi biner merupakan grup dan bukan grup
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah menggunakan konsep grup
4. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep grupoid, semigrup, dan monoid
5. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah menggunakan konsep grupoid,
semigrup, dan monoid

1.2.1 Definisi Grup


Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang operasi biner pada
suatu himpunan. Pada bagian ini akan dibahas tentang konsep grup. Namun,
sebelum sampai kepada pembahasan tentang definisi grup, perlu diketahui
tentang apa itu struktur aljabar atau sistem aljabar. Struktur aljabar atau
sistem aljabar didefinisikan sebagai sebuah himpunan tak kosong Bersama-
sama dengan satu atau lebih operasi biner yang berlaku pada himpunan
tersebut.

Definisi 1.6
Sebuah sistem aljabar yang terdiri dari sebuah himpunan tak kosong 𝐺 dengan
sebuah operasi biner ∘ disebut grup jika memenuhi aksioma-aksioma berikut:
(1) Bersifat assosiatif, yaitu untuk setiap 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐺 berlaku (𝑎 ∘ 𝑏) ∘ 𝑐 = 𝑎 ∘
(𝑏 ∘ 𝑐), atau ∀ 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐺, ∋ (𝑎 ∘ 𝑏) ∘ 𝑐 = 𝑎 ∘ (𝑏 ∘ 𝑐)
(2) Terdapat elemen identitas di G untuk operasi ∘ , yaitu untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺
terdapat 𝑒 𝐺 sehingga berlaku 𝑎 ∘ 𝑒 = 𝑎 = 𝑒 ∘ 𝑎, atau ∀ 𝑎 ∈ 𝐺,
∃ 𝑒 ∈ 𝐺, ∋ 𝑎 ∘ 𝑒 = 𝑎 = 𝑒 ∘ .
(3) Terdapat invers untuk setiap elemen di G terhadap operasi ∘, 𝑦𝑎𝑖𝑡𝑢 𝑢ntuk
setiap 𝑎 ∈ 𝐺 terdapat 𝑒 ∈ 𝐺, 𝑎−1 ∈ 𝐺 sehingga berlaku
𝑎 ∘ 𝑎−1 = 𝑒 = 𝑎−1 ∘ 𝑎 , atau ∀𝑎 ∈ 𝐺, ∃ 𝑒 ∈ 𝐺, 𝑎−1 ∈ 𝐺, ∋ 𝑎 ∘
𝑎−1 = 𝑒 = 𝑎−1 ∘ 𝑎

GRUP 10
Sebuah himpunan 𝑮 dengan operasi ∘ yang merupakan grup dapat
dinyatakan dengan notasi (𝑮,∘).

Contoh 1.5
Misal 𝐺 himpunan semua bilangan bulat. Penjumlahan (+) didefinisikan
sebagai operasi penjumlahan pada bilangan bulat. Apakah 𝐺 dengan operasi
penjumlahan (+) membentuk suatu grup?
Jawaban
Untuk menunjukkan bahwa (𝐺, +) grup, maka harus ditunjukkan bahwa G
adalah himpunan tak kosong, penjumlahan (+) merupakan operasi biner di
G, dan G dengan operasi penjumlahan (+) memenuhi aksioma.
(1) Pertama-tama akan diperiksa apakah 𝐺 tidak kosong. G merupakan
himpunan bilangan bulat atau 𝐺 = { … , −3, −2, −1, 0, 1, 2, 3, … }.
Dengan demikian, jelas bahwa G merupakan himpunan tak kosong.
(2) Akan ditunjukkan bahwa penjumlahan (+) merupakan operasi biner di
𝐺 atau G bersifat tertutup. Karena jumlah dua bilangan bulat tentu juga
bilangan bulat atau untuk sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 maka berlaku 𝑎 + 𝑏 =
𝑐 ∈ 𝐺, maka jelas bahwa penjumlahan(+) merupakan operasi biner di
𝐺 atau G bersifat tertutup.
(3) Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa penjumlahan (+) pada G bersifat
assosiatif. Ambil sebarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐺, maka (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = 𝑎 +
(𝑏 + 𝑐 ). Dengan demikian, berlaku sifat assosiatif pada operasi
penjumlahan (+) di G.
(4) Akan ditunjukkan terdapat elemen identitas di G untuk operasi
penjumlahan (+). Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝐺, maka terdapat 0 ∈ 𝐺
sehingga berlaku 𝑎 + 0 = 𝑎 = 0 + 𝑎 . dengan demikan, terdapat
elemen identitas di G yaitu 0
(5) Akan ditunjukkan bahwa untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺, ada invers di G terhadap
operasi penjumlahan (+). Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝐺, terdapat 0 ∈ 𝐺 dan
(−𝑎) ∈ 𝐺 yang merupakan invers dari 𝑎, sehingga berlaku 𝑎 +

GRUP 11
(−𝑎) = 0 = (−𝑎) + 𝑎. Dengan demikian, untuk setiap elemen di G
terdapat invers di G terhadap operasi operasi penjumlahan (+).
Karena 𝐺 merupakan himpunan yang tidak kosong dengan penjumalahan
(+)merupakan operasi biner di G, serta memenuhi semua aksioma, maka
dapat dikatakan bahwa 𝐺 dengan operasi penjumlahan bilangan bulat
membentuk grup atau (𝐺, +) merupakan grup.

1.2.2 Grupoid, Semigrup, Monoid


Jika sebuah himpunan tak kosong dengan sebuah operasi biner
memenuhi ketiga aksioma yang telah dibahas sebelumnya, maka himpunan
dengan operasi biner tersebut disebut grup. Namun, sangat memungkinkan
ada kondisi dimana sebuah himpunan tak kosong dengan sebuah operasi
biner tidak memenuhi salah satu atau semua aksioma grup. Pada kondisi
tersebut terdapat istilah grupoid, semigrup, dan monoid.
Grupoid merupakan suatu struktur aljabar yang memuat sebuah
himpunan tak kosong dengan satu operasi biner. Grupoid disebut semigrup
jika operasi biner di himpunan tersebut bersifat assosiatif. Dengan kata lain,
semigrup merupakan sebuah struktur aljabar yang memuat sebuah
himpunan tak kosong dengan sebuah operasi biner yang bersifat assosiatif .
selanjutnya, semogrup disebut monoid jika terdapat elemen identitas untuk
operasi biner yang berlaku dihimpunan tersebut. Dengan kata lain, monoid
merupakan sebuah sistem aljabar yang memuat himpunan tak kosong
dengan sebuah operasi biner yang bersifat assosiatif dan terdapat elemen
identitas di himpunan tersebut.

Misal (𝐺 ,∘ ) merupakan himpunan dengan sebuah operasi biner. Maka (𝐺 ,∘ )


dinamakan semigrup jika ,
 𝑥, 𝑦, 𝑧  𝐺 berlaku (𝑥 ∘ 𝑦) ∘ 𝑧 = 𝑥 ∘ (𝑦 ∘ 𝑧),

Selanjutnya (𝐺 ,∘ ) dinamakan monoid, jika terdapat elemen identitas di G


untuk operasi ∘ , yaitu

GRUP 12
 𝑥 𝐺 terdapat e 𝐺 sehingga berlaku 𝑎 + 𝑒 = 𝑒 + 𝑎 = 𝑎

Contoh 1.6
Himpunan bilangan asli dengan operasi penjumlahan (𝑁, +) adalah
semigrup, karena penjumlahan (+) adalah operasi biner di N dan bersifat
assosiatif. Jadi (𝑁, +) adalah semigrup, akan tetapi (𝑁, +) bukan monoid
karena tidak ada elemen identitas penjumlahan di 𝑁.

Contoh 1.7
Himpunan bilangan asli dengan operasi perkalian adalah monoid, karena
perkalian adalah operasi biner di 𝑁 dan bersifat assosiatif, dan bilangan asli 1
adalah identitas perkalian di 𝑁, sehingga (𝑁,∘) monoid.

Latihan Soal KB 1.2


1. Tunjukkan apakah himpunan semua bilangan bulat 𝑍 terhadap operasi
pengurangan merupakan grup!
2. Tunjukkan apakah himpunan semua bilangan bulat ganjil 𝐺 terhadap
operasi penjumlahan merupakan grup!
3. Tunjukkan apakah himpunan semua bilangan bulat 𝑍 terhadap operasi ∗
yang didefinisikan sebagai berikut: 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 + 𝑏 + 2, ∀𝑎, 𝑏 𝜖 𝑍
merupakan grup!
4. Tunjukkan apakah himpunan 𝑄(√2) = {𝑎 + 𝑏√2 | 𝑎, 𝑏 𝜖 𝑄} terhadap
operasi perkalian × dengan 𝑄 = {𝑥 |𝑥 adalah bilangan rasional}!
5. Berdasarkan soal no 1-4, manakah yang merupakan grupoid, semigrup,
dan monoid?

Kunci Jawaban Latihan Soal KB 1.2


2. 𝐺 terhadap operasi penjumlahan bukan grup.
4. 𝑄(√2) terhadap operasi perkalian × bukan grup.

GRUP 13
LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 1.2
DEFINISI GRUP
Masalah 1:
Himpunan semua bilangan bulat ganjil 𝑮 terhadap operasi penjumlahan.
Jawab:
Diketahui: 𝐺 adalah himpunan bilangan bulat ganjil
Operasi di 𝐺 adalah operasi penjumlahan
Akan diselidiki: 𝐺 terhadap operasi penjumlahan adalah grup?
Silahkan mahasiswa mencoba menyelesaikan masalah ini!
Masalah 3:
Himpunan semua bilangan bulat 𝑍 terhadap operasi ∗ yang didefinisikan
sebagai berikut: 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 + 𝑏 + 2, ∀𝑎, 𝑏 𝜖 𝑍
Jawab:
Diketahui: 𝑍 adalah himpunan bilangan bulat
Operasi ∗ di 𝑍 didefinisikan: 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 + 𝑏 + 2, ∀𝑎, 𝑏 𝜖 𝑍
Akan diselidiki: 𝑍 terhadap operasi ∗ adalah grup?
𝑍 terhadap operasi ∗ adalah grup jika memenuhi empat aksioma grup yaitu:
tertutup, assosiatif, memiliki identitas, dan setiap anggotanya memiliki
invers.
a. Akan diselidiki: 𝑍 terhadap operasi ∗ bersifat tertutup?
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍, maka 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 + 𝑏 + 2 ∈ …
Jadi Z terhadap operasi ∗ bersifat ……………..
b. Akan diselidiki: 𝑍 terhadap operasi ∗ bersifat assosiatif?
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐸, maka
(𝑎 ∗ 𝑏) ∗ 𝑐 = (𝑎 + 𝑏 + 2) ∗ ….
= ((𝑎 + 𝑏 + 2) + 𝑐) + ….
= …………………….
𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝑐 ) = . . .∗ (𝑏 + 𝑐 + 2)
= (𝑎 + (𝑏 + 𝑐 + 2)) + ….
= …………………….

GRUP 14
Jadi (𝑎 ∗ 𝑏) ∗ 𝑐 = ………………… atau operasi ∗ di 𝑍 berlaku sifat ……..
a. Akan diselidiki: operasi ∗ memiliki identitas pada 𝑍?
Perhatikan!
Misalkan 𝑒 adalah identitas operasi ∗ di 𝑍 maka untuk sebarang 𝑎 ∈ 𝑍
berlaku:
𝑎∗𝑒 = 𝑎+𝑒+2=𝑎
𝑎 + 𝑒 + 2 = 𝑎 ⟺ 𝑒 = 𝑎 − 𝑎 − 2 = −2
Claim: 𝑒 = −2 adalah identitas operasi ∗ di 𝑍

Bukti: Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝑍, maka ada 𝑒 = ⋯ ∈ 𝑍 sehingga


𝑎 ∗ … = 𝑎 + ⋯ + 2 = 𝑎 dan … ∗ 𝑎 = ⋯ + 𝑎 + 2 = 𝑎
Jadi … adalah identitas operasi ∗ pada himpunan 𝑍.
b. Akan diselidiki: setiap anggota 𝑄 memiliki invers untuk operasi ∗ ?
Perhatikan!
Misalkan 𝑎−1 adalah invers di 𝑍 maka untuk sebarang 𝑎 ∈ 𝑍 berlaku:
𝑎 ∗ 𝑎−1 = 𝑎 + 𝑎−1 + 2 = −2 (ingat identitas adalah -2)
𝑎 + 𝑎−1 + 2 = −2 ⟺ 𝑎−1 = −2 − 𝑎 − 2 = −4 − 𝑎
Claim: 𝑎−1 = −4 − 𝑎
Bukti: Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝑍, maka ada 𝑎−1 = .…… ∈ 𝑍 sehingga
𝑎 ∗ 𝑎−1 = 𝑎 + 𝑎−1 + 2
= 𝑎 + ……. + 2
= ……..
𝑎−1 ∗ 𝑎 = 𝑎−1 + 𝑎 + 2
= …..…+ 𝑎 + 2
= …….
Jadi setiap 𝑎 ∈ 𝑍 terdapat 𝑎−1 = …….
Karena 𝑍 terhadap operasi ∗ memenuhi empat aksioma grup yaitu: tertutup,
assosiatif, memiliki identitas, dan setiap anggotanya memiliki invers, maka
(𝑍,∗) adalah grup

GRUP 15
Masalah 2:
Himpunan 𝑄(√2) = {𝑎 + 𝑏√2 | 𝑎, 𝑏 𝜖 𝑄} terhadap operasi perkalian ×
dengan 𝑄 = {𝑥 |𝑥 adalah bilangan rasional}
Diketahui: 𝑄(√2) = {𝑎 + 𝑏√2 | 𝑎, 𝑏 𝜖 𝑄}

Operasi × di 𝑄(√2) adalah operasi perkalian

Akan diselidiki: Himpunan 𝑄(√2) terhadap operasi perkalian (×) adalah


grup?
Silahkan mahasiswa mencoba menyelesaikan masalah ini!

GRUP 16
Kegiatan Belajar 1.3

GRUP KOMUTATIF

Tujuan Kegiatan Belajar 1.3 :


1. Mahasiswa dapat menentukan order dari suatu grup.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan finite grup dan infinite grup
3. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi grup komutatif
4. Mahasiswa dapat menunjukkan suatu grup merupakan grup komutatif atau
bukan.
5. Mahasiswa dapat menyeledaikan masalah menggunakan konsep grup
komutatif

1.3.1 Order Grup


Pada kegiatan belajar 2 telah dibahas tentang definisi grup. Sebuah
himpunan dengan sebuah operasi biner dapat dikatakan sebagai sebuah grup,
jika himpunan tersebut tak kosong, artinya himpunan tersebut memuat
anggota atau elemen. Banyaknya anggota atau elemen berbeda dari grup
tersebut disebut dengan order grup.

Definisi 1.7
Order dari suatu grup 𝐺 adalah banyaknya elemen yang berbeda dari grup 𝐺
tersebut. Order dari suatu grup G dinyatakan atau ditulis dengan 𝑜(𝐺) atau
#(𝐺 ).

Banyaknya order dari sebuah grup ada yang berhingga (finite) dan ada yang
tak berhingga (infinite), sehingga dihasilkan grup berhingga dan grup tak
berhingga. Sebuah grup 𝐺 disebut grup berhingga (finite grup) jika order dari
grup 𝐺 itu berhingga (𝑜(𝐺 ) = 𝑛, 𝑛 ∈ 𝑁) dan grup 𝐺 disebut grup tak hingga
(infinite grup), jika order dari grup 𝐺 itu tak hingga (𝑜(𝐺) = ~). Untuk grup
yang banyak anggotanya berhingga dan relative sedikit dapat disajikan
dengan suatu tabel yang dinamakan tabel komposisi atau tabel Cayley.

Contoh 1.8
Misalkan 𝑍5 = {0, 1, 2, 3, 4} yaitu himpunan semua bilangan bulat modulo 5
dengan operasi penjumlahn pada bilangan bulat modulo 5, maka (𝑍5 , +5 )

GRUP 17
merupakan grup. Order dari 𝑍5 adalah 5 atau 𝑜(𝑍5 ) = 5. Dengan demikian
(𝑍5 , +5 ) merupakan grup hingga (finit).

Contoh 1.9
Jika 𝑍 adalah himpunan semua bilangan bulat dengan operasi penjumlahan.
Maka (𝑍, +) merupakan contoh grup tak hingga. Hal ini karena order dari 𝑍
tak hingga atau 𝑜(𝑍) = ~

1.3.2 Definisi Grup Komutatif


Pada kegiatan belajar 1 telah dibahas tentang sifat-sifat operasi biner,
salah satunya adalah sifat komutatif dan pada kegiatan belajar 2 telah dibahas
tentang definisi grup. Jika sebuah himpunan tak kosong dengan sebuah
operasi biner atau (𝐺, ∘) memenuhi semua aksioma grup maka (𝐺, ∘)
merupakan grup. Jika operasi ∘ tersebut bersifat komunitatif, maka (𝐺, ∘)
disebut dengan grup komutatif atau grup abelian.

Definisi 1.8
Suatu grup (𝐺, ∘) disebut grup abelian atau grup komutatif jika untuk setiap
𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku 𝑎 ∘ 𝑏 = 𝑏 ∘ 𝑎.

Contoh 1.10
Diberikan 𝑍5 = {0, 1, 2, 3, 4}. Penjumlahan (+𝟓 ) didefinisikan sebagai
operasi penjumlahan pada bilangan bulat modulo 5. Apakah (𝑍5 , +𝟓 ) grup ?
Jawab:

GRUP 18
Perhatikan tabel Cayley berikut :
+5 0 1 2 3 4
0 0 1 2 3 4
1 1 2 3 4 0
2 2 3 4 0 1
3 3 4 0 1 2
4 4 0 1 2 3

Dari tabel di atas diperoleh :


(1) Jelas bahwa 𝑍5 merupakan himpunan tak kosong.
(2) Hasil penjumlahan (+5 ) dari semua bilangan di 𝑍5 merupakan anggota 𝑍5 ,
sehingga penjumlahan (+5 ) merupakan operasi biner di 𝑍5 atau dengan
kata lain 𝑍5 tertutup terhadap operasi penjumlahan (+5 ).
(3) penjumlahan (+5 ) di 𝑍5 bersifat assosiatif, sesuai dengan sifat
penjumlahan bilangan bulat modulo lima.
(4) Terdapat elemen identitas di 𝑍5 untuk penjumlahan (+5 ), yaitu 0.
(5) Perhatikan bahwa untuk setiap elemen 𝑎 di 𝑍5 , terdapat 𝑎−1 ∈ 𝑍5 sehingga
berlaku 𝑎 +5 𝑎−1 = 0, yaitu invers dari 0 adalah 0, invers dari 1 adalah 4,
invers dari 2 adalah 3, invers dari 3 adalah 2 dan invers dari 4 adalah 1.

Karena 𝑍5 merupakan himpunan tak kosong dan tertutup terhadap operasi


penjumlahan (+5 ), serta memenuhi semua aksioma grup, maka (𝑍5 , +𝟓 )
merupakan grup.

Contoh 1.11
Perhatikan kembali tabel Cayley, terlihat bahwa untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍5 berlaku
𝑎 ∘ 𝑏 = 𝑏 ∘ 𝑎. Atau jika dilihat dari diagonal utamanya, maka bilangan-
bilangan dalam tabel cayley letaknya simetris terhadap diagonal utama.
Artinya, penjumlahan (+5 ) di 𝑍5 bersifat komunitatif. Dengan demikian,
(𝑍5 , +𝟓 ) merupakan grup komutatif atau grup abelian.

GRUP 19
Contoh 1.12
 1 0   − 1 0   1 0   − 1 0 
Misalkan 𝐺 =   ,   ,   ,  
 0 1   0 1   0 − 1  0 − 1
Perkalian (×) merupakan operasi perkalian pada matriks .
(1) Apakah (𝐺, ×) grup ?
(2) Apakah (𝐺, ×) grup komutatif?
Jawab:
Misalkan
1 0  −1 0 1 0  −1 0 
𝐴 =   , 𝐵 =   , 𝐶 =   dan 𝐷 =  
0 1  0 1  0 −1  0 − 1
Tabel komposisiny aadalah sebagai berikut :
× A B C D
A A B C D
B B A D C
C C D A B
D D C B A

(1) Akan ditunjukkan bahwa (𝐺, ×) grup.


Dengan melihat tabel tersebut, maka terlihat bahwa keempat aksioma grup
dipenuhi. Dengan demikian, (𝐺, ×) grup.
(tunjukkan bahwa (G, ×) grup dengan menggunakan definisi grup!)

(2) Akan ditunjukkan bahwa (𝐺, ×) grup komutatif.


Dengan melihat tabel komposisi diatas, garis diagonal membagi 2 daerah
dimana elemen-elemen yang terdapat di atas garis diagonal sama dengan
elemen-elemen yang terdapat di bawah garis diagonal. Dengan demikian,
(𝐺, ×) grup komutatif.
(tunjukkan bahwa (G, ×) grup komutatif dengan menggunakan definisi
grup komutatif!)

GRUP 20
Latihan Soal KB 1.3
1. Himpunan semua bilangan bulat Z terhadap operasi * didefinisikan dengan
𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 = 𝑏 + 1. Apakah (𝑍,∗) merupakan grup komutatif?
cos 𝛼 − sin 𝛼
2. Tunjukkan bahwa himpunan semua matriks 𝐴𝛼 = [ ] dengan
sin 𝛼 cos 𝛼
𝛼 ∈ 𝑅 membentuk grup pada operasi perkalian matriks! Apakah 𝐴𝛼
merupakan grup abelian (komutatif)!
3. Misalkan 𝐺 = (1, −1) merupakan grup berhingga. Tunjukkan bahwa G
dengan operasi perkalian merupakan grup komutatif!
4. Diberikan 𝐺 = 𝑍5 − {0}. Operasi ×5 merupakan operasi perkalian modulo
5.
a. Tunjukkan bahwa (𝐺, ×5 ) merupakan grup!
b. Selidikilah apakah (𝐺, ×5 ) merupakan grup abelian?
5. Misalkan 𝑆 = {1,2,3} dan 𝑆3 merupakan himpunan semua pemetaan bijektif
dari S ke S. maka 𝑆3 dengan komposisi fungsi adalah suatu grup. Tunjukkan
apakah grup ini merupakan grup abelian?

Kunci Jawaban Latihan Soal KB 1.3

2. ∀ 𝐴, 𝐵 ∈ 𝐴𝛼 berlaku 𝐴 × 𝐵 = 𝐵 × 𝐴. Dengan demikian, (𝐴𝛼 ,×) adalah grup


komutatif.

4. a. 𝐺 tidak kosong dan keempat aksioma grup dipenuhi maka 𝐺 terhadap


operasi perkalian bilangan bulat modulo lima membentuk grup.
𝑏. 𝐺 terhadap operasi perkalian bilangan bulat modulo 5 merupakan grup
komutatif atau grup abelian.

GRUP 21
LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 1.3
GRUP KOMUTATIF
Masalah 1:
cos 𝛼 − sin 𝛼
Tunjukkan bahwa himpunan semua matriks 𝐴𝛼 = [ ] dengan
sin 𝛼 cos 𝛼
{0 ≤ 𝛼 ≤ 2𝜋} membentuk grup pada operasi perkalian matriks! Apakah 𝐴𝛼
merupakan grup abelian (komutatif)!
Jawab:
cos 𝛼 − sin 𝛼
Diketahui: 𝐴𝛼 = {[ ] dengan 𝛼 ∈ {0 ≤ 𝛼 ≤ 2𝜋}} dan operasi
sin 𝛼 cos 𝛼
pada 𝐴𝛼 adalah perkalian matriks (×).
Akan ditunjukkan: (𝐴𝛼 ,×) adalah grup
𝐴𝛼 terhadap operasi perkalian matriks adalah grup jika memenuhi empat
aksioma grup yaitu: tertutup, assosiatif, memiliki identitas, dan setiap
anggotanya memiliki invers.
a. Akan ditunjukkan: (𝐴𝛼 ,×) bersifat tertutup
Ambil sebarang 𝐴, 𝐵 ∈ 𝐴𝛼 .
cos 𝛼 − sin 𝛼 … …
Misalkan: 𝐴 = [ ] dan 𝐵 = [… … ]
sin 𝛼 cos 𝛼
cos 𝛼 − sin 𝛼 … …
Maka: 𝐴 × 𝐵 = [ ] × [… … ]
sin 𝛼 cos 𝛼
cos 𝛼 … … − . … … … − cos 𝛼 … … − . … … …
=[ ]
sin 𝛼 … … +. … … … −sin 𝛼 … … + . … … …
cos(… +. . . ) − sin(… +. . . )
=[ ]
sin(… +. . . ) cos(… +. . . )
Sesuai syarat keanggotaan 𝐴𝛼 maka 𝐴 × 𝐵 ∈ … atau (𝐴𝛼 ,×) bersifat ………
b. Akan ditunjukkan: (𝐴𝛼 ,×) bersifat assosiatif
Ambil sebarang 𝐴, 𝐵, 𝐶 ∈ 𝐴𝛼 . Dengan prosedur seperti jawaban pada
bagian a, tunjukkanlah (𝐴 × 𝐵) × 𝐶 = 𝐴 × (𝐵 × 𝐶).
c. Akan ditunjukkan: (𝐴𝛼 ,×) memiliki identitas
cos 𝛼 − sin 𝛼
Ambil sebarang 𝐴 ∈ 𝐴𝛼 . Misalkan: 𝐴 = [ ]
sin 𝛼 cos 𝛼
cos 0 − sin 0 1 0
maka ada 𝐼 = [ ]=[ ] sehingga
sin 0 cos 0 0 1

GRUP 22
cos 𝛼 − sin 𝛼 cos 𝛼 − sin 𝛼
𝐴×𝐼 = [ ]×[ ]=[ ]
sin 𝛼 cos 𝛼 sin 𝛼 cos 𝛼
cos 𝛼 − sin 𝛼 cos 𝛼 − sin 𝛼
𝐼×𝐴= [ ]×[ ]=[ ]
sin 𝛼 cos 𝛼 sin 𝛼 cos 𝛼
Jadi 𝐼 adalah identitas di (𝐴𝛼 ,×)
d. Akan ditunjukkan: ∀𝐴 ∈ 𝐴𝛼 memiliki invers
cos 𝛼 − sin 𝛼
Ambil sebarang 𝐴 ∈ 𝐴𝛼 . Misalkan: 𝐴 = [ ]
sin 𝛼 cos 𝛼
cos(−𝛼) − sin(−𝛼)
maka ada 𝐴−1 = [ ]. Dengan prosedur seperti pada
sin(−𝛼) cos(−𝛼)
bagian c, tunjukkan bahwa 𝐴 × 𝐴−1 = 𝐴−1 × 𝐴 = 𝐼.
Karena (𝐴𝛼 ,×) memenuhi empat aksioma grup yaitu: tertutup, assosiatif,
memiliki identitas, dan setiap anggotanya memiliki invers maka (𝐴𝛼 ,×) adalah
….
Akan diselidiki: (𝐴𝛼 ,×) adalah grup komutatif?
Ambil sebarang 𝐴, 𝐵 ∈ 𝐴𝛼 .

Misalkan: 𝐴 = [ ] dan 𝐵 = [ ]

Tunjukkan 𝐴 × 𝐵 = 𝐵 × 𝐴 (bukti diserahkan kepada pembaca)

Masalah 2:
Misalkan 𝐺 = 𝑍5 − {0}. Operasi ×5 merupakan operasi perkalian modulo 5.
a. Tunjukkan bahwa (𝐺, ×5 ) merupakan grup!
b. Selidikilah apakah (𝐺, ×5 ) merupakan grup abelian?
Jawab
a. Tabel Cayley: +5 1 2 3 4
1 1 2 3 4
2 2 4 1 3
3 3 1 3 2
4 4 3 2 1

Perhatikan tabel cayley tersebut, tunjukkan bahwa 𝐺 memenuhi empat


aksioma grup (Perhatikan contoh 1.10)
b. Perhatikan kembali tabel cayley tunjukkan bahwa 𝐺 grup abelian.

GRUP 23
Kegiatan Belajar 1.4

SIFAT - SIFAT GRUP

Tujuan Kegiatan Belajar 1.4 :


1. Mahasiswa dapat menjelaskan sifat-sifat grup
2. Mahasiswa dapat membuktikan sifat-sifat grup
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah menggunakan sifat-sifat grup.

1.4.1 Hukum Kanselasi

Teorema 1.1.
Jika (𝐺, ∘) suatu grup maka ∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐺 berlaku:
(1) Jika 𝑎 ∘ 𝑏 = 𝑎 ∘ 𝑐 maka 𝑏 = 𝑐
(2) Jika 𝑏 ∘ 𝑎 = 𝑐 ∘ 𝑎 maka 𝑏 = 𝑐
(Teorema ini sering dinamakan teorema kanselisasi, untuk (1) disebut
kanselisasi kiri dan (2) disebut kanselisasi kanan)
Bukti
(1) Karena 𝑎  𝐺 dan (𝐺, ∘) suatu grup, maka 𝑎 mempunyai invers di 𝐺,
misalkan inversnya adalah 𝑎−1
𝑎 ∘ 𝑏 = 𝑎 ∘ 𝑐
⇔ 𝑎−1 ∘ (𝑎 ∘ 𝑏) = 𝑎−1 ∘ (𝑎 ∘ 𝑐) kedua ruas dioperasikan dengan 𝑎−1
⇔ (𝑎−1 ∘ 𝑎) ∘ 𝑏 = (𝑎−1 ∘ 𝑎) ∘ 𝑐 sifat assosiatif pada 𝐺
⇔ 𝑒 ∘ 𝑏 = 𝑒 ∘ 𝑐 𝑎−1 ∘ 𝑎 = 𝑒, 𝑒 identitas di 𝐺
⇔ 𝑏 = 𝑐
Jadi terbukti bahwa jika 𝑎 ∘ 𝑏 = 𝑎 ∘ 𝑐 maka 𝑏 = 𝑐
(2) Dengan cara yang sama akan diperoleh jika 𝑏 ∘ 𝑎 = 𝑐 ∘ 𝑎 maka 𝑏 = 𝑐.
(kerjakan!)

1.4.2 Ketunggulan Identitas

Teorema 1.2
Jika 𝐺 suatu grup, maka elemen identitas dalam 𝐺 adalah tunggal

GRUP 24
Bukti
Misalkan terdapat dua elemen identitas dalam 𝐺, yaitu 𝑒 dan 𝑓
Karena 𝑒 identitas di 𝐺, maka untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺 berlaku
𝑎 ∘ 𝑒 = 𝑒 ∘ 𝑎 = 𝑎 .......(i)

Karena 𝑓 identitas di 𝐺, maka untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺 berlaku


𝑎 ∘ 𝑓 = 𝑓 ∘ 𝑎 = 𝑎.......(ii)
Dari persamaan (i) dan (ii), diperoleh bahwa
𝑎 ∘ 𝑒 =𝑎= 𝑎 ∘ 𝑓
⇔ 𝑎 ∘ 𝑒 = 𝑎 ∘ 𝑓
⇔ 𝑒 = 𝑓 (teorema kanselisasi kiri)
Ini menunjukkan bahwa dua elemen identitas di 𝐺 bernilai sama, yaitu 𝑒 =
𝑓
Jadi terbukti elemen identitas di 𝐺 adalah tunggal.

1.4.3 Ketunggalan Invers


Teorema 1. 3
Jika 𝐺 suatu grup, maka ∀𝑎 ∈ 𝐺 mempunyai invers tunggal di 𝐺.
Bukti:
Misalkan terdapat dua invers dari 𝑎, yaitu 𝑥 dan 𝑦
Karena 𝑥 invers dari 𝑎, maka 𝑎 ∘ 𝑥 = 𝑥 ∘ 𝑎 = 𝑒........(i)
Karena 𝑦 invers dari 𝑎, maka 𝑎 ∘ 𝑦 = 𝑦 ∘ 𝑎 = 𝑒 ........(ii)
Dari persamaan (i) dan (ii), diperoleh bahwa
𝑎 ∘ 𝑥 =𝑒= 𝑎 ∘ 𝑦
⇔ 𝑎 ∘ 𝑥 = 𝑎 ∘ 𝑦
⇔ 𝑥 = 𝑦 (teorema kanselisasi kiri)
Ini menunjukkan bahwa dua invers dari 𝑎bernilai sama, yaitu 𝑥 = 𝑦
Jadi terbukti invers dari suatu elemen dalam grup 𝐺 adalah tunggal.

Teorema 1.4
Jika 𝐺 suatu grup, maka ∀𝑎 ∈ 𝐺 , (𝑎−1 )−1 = 𝑎

GRUP 25
Bukti:
Karena 𝐺 grup, maka
untuk 𝑎 ∈ 𝐺 terdapat 𝑎−1 ∈ 𝐺 sehingga 𝑎−1 ∘ 𝑎 = 𝑒 ..... (i)
dan untuk 𝑎−1 ∈ 𝐺 terdapat (𝑎−1 )−1  𝐺 sehingga 𝑎−1 ∘ (𝑎−1 )−1 = 𝑒 …. (ii)
dari persamaan (i) dan (ii) diperoleh bahwa
𝑎−1 ∘ (𝑎−1 )−1 = 𝑒 = 𝑎−1 ∘ 𝑎
⇔ 𝑎−1 ∘ (𝑎−1 )−1 = 𝑎−1 ∘ 𝑎
⇔ (𝑎−1 )−1 = 𝑎 (teorema kanselasi kiri)
Atau
Dengan mengoperasikan 𝑎 pada kedua ruas, yakni:
−1
𝑎−1 ∘ (𝑎−1 ) = 𝑎−1 ∘ 𝑎
⇔ 𝑎 ∘ (𝑎−1 ∘ (𝑎−1 )−1 = 𝑎 ∘ (𝑎−1 ∘ 𝑎)
⇔ (𝑎 ∘ 𝑎−1 ) ∘ (𝑎−1 )−1 = ( 𝑎 ∘ 𝑎−1 ) ∘ 𝑎
⇔ 𝑒 ∘ (𝑎−1 )−1 = 𝑒 ∘ 𝑎
⇔ (𝑎−1 )−1 = 𝑎
Jadi terbukti jika 𝐺 suatu grup, maka ∀𝑎 ∈ 𝐺 , (𝑎−1 )−1 = 𝑎.

Teorema 1.5
Jika 𝐺 suatu grup, maka untuk semua 𝑎, 𝑏 anggota 𝐺, (𝑎 ∘ 𝑏)−1 = 𝑏−1 ∘ 𝑎−1
Bukti:
Dengan menggunakan sifat invers, akan ditunjukkan bahwa
(𝑎 ∘ 𝑏) ∘ (𝑎 ∘ 𝑏)−1 = 𝑒
Sedangkan diketahui (𝑎 ∘ 𝑏)−1 = 𝑏−1 ∘ 𝑎−1
Maka,
(𝑎 ∘ 𝑏) ∘ (𝑎 ∘ 𝑏)−1 = (𝑎 ∘ 𝑏) ∘ 𝑏 −1 ∘ 𝑎−1
= 𝑎 ∘ (𝑏 ∘ (𝑏 −1 ∘ 𝑎−1 ))
= 𝑎 ∘ ((𝑏 ∘ 𝑏−1 ) ∘ 𝑎−1 )
= 𝑎 ∘ (𝑒 ∘ 𝑎−1 )
= 𝑎 ∘ 𝑎−1
=𝑒

GRUP 26
Karena (𝑎 ∘ 𝑏) ∘ 𝑏 −1 ∘ 𝑎−1 = 𝑒, yang berarti juga (𝑎 ∘ 𝑏) ∘ (𝑎 ∘ 𝑏)−1 = 𝑒 maka
berdasarkan definisi invers diperoleh bahwa 𝑏−1 ∘ 𝑎−1 invers dari (𝑎 ∘
𝑏) atau (𝑎 ∘ 𝑏)−1 = 𝑏−1 ∘ 𝑎−1 .
Jadi terbukti bahwa jika 𝐺 suatu grup, maka untuk semua 𝑎, 𝑏 anggota 𝐺,
(𝑎 ∘ 𝑏)−1 = 𝑏−1 ∘ 𝑎−1

Teorema 1. 6
Jika diketahui 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, maka persamaan 𝑎 ∘ 𝑥 = 𝑏 dan 𝑦 ∘𝑎 = 𝑏
mempunyai penyelesaian tunggal untuk 𝑥 dan 𝑦 anggota 𝐺.
Bukti
Untuk persamaan 𝑎 ∘ 𝑥 = 𝑏, dengan mengoperasikan 𝑎−1 dari kiri pada
kedua ruas diperoleh:
𝑎 ∘ 𝑥 = 𝑏
⇒ 𝑎−1 ∘ (𝑎 ∘ 𝑥 ) = 𝑎−1 ∘ 𝑏
⇒ (𝑎−1 ∘ 𝑎) ∘ 𝑥 = 𝑎−1 ∘ 𝑏
⇒ 𝑒 ∘ 𝑥 = 𝑎−1 ∘ 𝑏
⇒ 𝑥 = 𝑎−1 ∘ 𝑏

Jadi terbukti bahwa persamaan 𝑎 ∘ 𝑥 = 𝑏 mempunyai penyelesaian tunggal


yaitu 𝑥 = 𝑎−1 ∘ 𝑏.
Dengan cara yang hampir sama akan diperoleh 𝑦 = 𝑏 ∘ 𝑎−1 . (kerjakan!)

Latihan Soal KB 1.4


1. Jika dalam grup G berlaku (𝑎𝑏)2 = 𝑎2 𝑏2 , ∀𝑎𝑏 ∈ 𝐺, buktikan bahwa G
abelian!
2. Tunjukkan bahwa jika setiap elemen dari grup 𝐺 merupakan invers dari
dirinya sendiri, maka 𝐺 merupakan grup abelian!
3. Buktikan bahwa jika 𝑏−1 𝑎−1 𝑏 𝑎 = 𝑒 , untuk setiap 𝑎, 𝑏 anggota 𝐺 maka
𝐺 grup abelian!

GRUP 27
4. Buktikan bahwa jika sebarang a dan b anggota G komutatif maka 𝑎−1 dan
𝑏−1 juga komutatif!
5. Buktikan bahwa dalam suatu grup berorder genap, maka ada suatu
elemen, kecuali elemen identitas, yang inversinya dirinya sendiri!

Kunci Jawaban Latihan Soal KB 1.4


2. Terbukti bahwa jika setiap elemen dari grup 𝐺 merupakan invers dari
dirinya sendiri, maka 𝐺 grup abelian.
4. Terbukti bahwa jika sebarang a dan b anggota G komutatif maka 𝑎−1 dan
𝑏−1 juga komutatif.

GRUP 28
LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 1.4
SIFAT-SIFAT GRUP
Masalah 1:
Tunjukkan bahwa jika setiap elemen dari grup 𝐺 merupakan invers dari
dirinya sendiri, maka 𝐺 merupakan grup abelian!
Jawab:
Diketahui: Setiap elemen dari grup 𝐺 merupakan invers dari dirinya sendiri
artinya ∀𝑎 ∈ 𝐺 ⇒ 𝑎−1 = 𝑎
Akan dibuktikan: 𝐺 abelian artinya ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, berlaku 𝑎𝑏 = 𝑏𝑎
Bukti:
(𝑎𝑏)−1 =…… karena elemen merupakan invers dari dirinya sendiri
⇔ 𝑏−1 𝑎−1 =…… teorema 1.5
⇔ ………. = 𝑎𝑏 karena elemen merupakan invers dari dirinya sendiri
Jadi terbukti bahwa jika setiap elemen dari grup 𝐺 merupakan invers dari
dirinya sendiri, maka 𝐺 ………………………..

Masalah 2:
Buktikan bahwa jika sebarang a dan b anggota G komutatif maka 𝑎−1 dan
𝑏 −1 juga komutatif!
Diketahui: ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, berlaku 𝑎𝑏 = 𝑏𝑎
Akan dibuktikan: 𝑎−1 𝑏−1 = 𝑏−1 𝑎−1
Bukti:
Untuk pembuktian ini diserahkan kepada pembaca

GRUP 29
Kegiatan Belajar 1.5

GRUP SIKLIK

Tujuan kegiatan belajar 1.5:


1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep bilangan berpangkat
2. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep grup siklik
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah menggunakan konsep grup
siklik

1.5.1 Bilangan Berpangkat

Definisi 1.9
Misalkan (𝐺, ∘) grup. Untuk sebarang 𝑎 ∈ 𝐺 didefinisikan
𝑎0 = 𝑒 ; 𝑎1 = 𝑎 ; 𝑎2 = 𝑎 ∘ 𝑎 ; 𝑎3 = 𝑎 ∘ 𝑎 ∘ 𝑎 = 𝑎 ∘ 𝑎2 ; … ; 𝑎𝑘 = 𝑎 ∘ 𝑎𝑘−1 dan
𝑎−1 = (𝑎−1 )1 ; 𝑎−2 = (𝑎−1 )2 = (𝑎−1 ) ∘ (𝑎−1 ) ; … ; 𝑎−𝑘 = (𝑎−1 )𝑘

Contoh 1.13
Misalkan 𝐺 adalah grup semua bilangan bulat terhadap operasi penjumlahan
bilangan bulat. Maka 24 = 2 + 2 + 2 + 2 = 8 dan 2−4 = (−2) + (−2) +
(−2) + (−2) = −8

1.5.2 Definisi Grup Siklik

Definisi 1. 10
Misalkan (𝐺,∘) adalah grup dan 𝑍 = {𝑥 |𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡 }, maka 𝐺 disebut
grup siklik, jika ada 𝑎 ∈ 𝐺, sedemikian sehingga 𝐺 = {𝑎𝑘 |𝑘 ∈ 𝑍}. Dengan ak =
a ∘ a ∘ … ∘ a = g, g ∈ G
Artinya setiap elemen di G dapat dituliskan sebagai perpangkatan dari a dan
elemen a ∈ G disebut generator (pembangkit) dari grup siklik.
Jika grup siklik dibangun oleh unsur a maka grup siklik G dapat dinotasikan
dengan < 𝑎 >

Contoh 1.14
𝑍5 = {0, 1, 2, 3, 4 } merupakan grup pada operasi penjumlahan modulo 5.
Tunjukkan apakah (𝑍5 , +5 ) suatu grup siklik!

GRUP 30
Jawab:
𝑍5 merupakan grup siklik jika 𝑍5 memiliki generator atau
𝑔 = 𝑎𝑘 , 𝑎 𝑔 ∈ 𝑍5 , 𝑘 ∈ 𝑍.
Berikut ini akan diperiksa anggota𝑍5 mana saja yang merupakan generator.
10 = 0
11 = 1
12 = 1 + 1 = 2
13 = 1 + 1 + 1 = 3
14 = 1 + 1 + 1 + 1 = 4
Ini berarti 1 generator dari grup 𝑍5 atau < 1 >.
20 = 0
21 = 2
22 = 2 + 2 = 4
23 = 2 + 2 + 2 = 1
24 = 2 + 2 + 2 + 2 = 3
Ini berarti 2 generator dari grup 𝑍5 atau < 2 >.
30 = 0
31 = 3
32 = 3 + 3 = 1
33 = 3 + 3 + 3 = 4
34 = 3 + 3 + 3 + 3 = 2
Ini berarti 2 generator dari grup 𝑍5 atau < 3 >.
40 = 0
41 = 4
42 = 4 + 4 = 3
43 = 4 + 4 + 4 = 2
44 = 4 + 4 + 4 + 4 = 1
Ini berarti 4 juga generator dari grup 𝑍5 atau < 4 >.
Jadi, grup 𝑍5 merupakan grup siklik dengan generator 1, 2, 3, dan 4.

GRUP 31
Untuk selanjutnya dalam menunjukkan suatu grup siklik cukup ditunjukkan
adanya satu generator saja.

Contoh 1.15
Diberikan 𝐺 = {1, 2 , 3, 4, 5, 6} merupakan grup pada operasi perkalian
modulo 7. Tunjukkan apakah 𝐺 suatu grup siklik !
Jawab:
𝑔 = 𝑎𝑘 , 𝑎, 𝑔 ∈ 𝐺 , 𝑘 ∈ 𝑍
30 = 1
31 = 3
32 = 2
33 = 6
34 = 4
35 = 5
Ini berarti bahwa 3 sebagai generator atau < 3 >. Karena terdapat sebuah
generator (pembangkit), maka 𝐺 merupakan grup siklik.

Teorema 1. 7
Setiap grup siklik merupakan grup abelian (komutatif).
Bukti:
Misalkan 𝐺 merupakan grup siklik, maka 𝐺 = < 𝑎 > dengan 𝑎 adalah
generator.
Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺, akan ditunjukkan 𝑥𝑦 = 𝑦𝑥
Karena 𝐺 siklik dan 𝑎 adalah generator maka 𝑥 = 𝑎𝑚 dan 𝑦 = 𝑎𝑛 untuk
suatu 𝑚, 𝑛 ∈ 𝑍.
𝑥𝑦 = 𝑎𝑚 𝑎𝑛
= 𝑎𝑛 𝑎𝑚
= 𝑦𝑥
Jadi ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺, berlaku 𝑥𝑦 = 𝑦𝑥 atau 𝐺 grup abelian.

GRUP 32
Latihan soal KB 1.5
1. Apakah himpunan semua bilangan real 𝑅 terhadap operasi penjumlahan
biasa, merupakan grup siklik ?
2. (𝑍, +) merupakan grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan.
Apakah (𝑍, +) grup siklik ?
3. Misalkan 𝐺 adalah himpunan bilangan bulat modulo 12. Dengan
penjumlahan modulo, G merupakan sebuah grup. Tunjukkan apakah
(𝐺, +12 ) merupakan grup siklik! Jika ya, tentukan semua generatornya!
4. Diberikan sebuah himpunan 𝐺 = {𝑥 |𝑥 ∈ 𝑅 }. Buktikan bahwa grup 𝐺
abelian jika dan hanya jika (𝑎𝑏)2 = 𝑎2 𝑏2 , ∀ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 !
5. Tentukan semua generator dari grup siklik 𝐾 = {1, −1, 𝑖, , −𝑖 } dengan 𝑖 =
√−1 terhadap perkalian pada bilangan kompleks!

Kunci Jawaban Latihan Soal KB 1.5


2. Generator dari (𝑍, +) adalah 1 karena 𝑍 = {1 𝑘 |𝑘 ∈ 𝑍}. Dengan demikian,
(𝑍, +)merupakan grup siklik.
4. Terbukti bahwa jika ∀ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 ; (𝑎𝑏)2 = 𝑎2 𝑏2 maka 𝐺 grup abelian.

GRUP 33
LEMBAR KERJA MAHASISWA 1.5
GRUP SIKLIK
Masalah 1:
(𝑍, +) merupakan grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan. Apakah
(𝑍, +) grup siklik ?
Jawab
Perhatikan kembali definisi grup siklik!
Misalkan (𝐺,∘) adalah grup dan 𝑍 = {𝑥|𝑥 bilangan bulat}, maka 𝐺 disebut
grup siklik, jika ada 𝑎 ∈ 𝐺, sedemikian sehingga 𝐺 = {𝑎𝑘 |𝑘 ∈ 𝑍}. Elemen 𝑎 ∈
𝐺 disebut generator (pembangkit) dari grup siklik.
Generator dari (𝑍, +) adalah …….karena 𝑍 = {… 𝑘 |𝑘 ∈ 𝑍}
Jadi (𝑍, +)merupakan ………………..

Masalah 2:
Diberikan sebuah himpunan 𝐺 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝑅}. Buktikan bahwa grup 𝐺 abelian
jika dan hanya jika (𝑎𝑏)2 = 𝑎2 𝑏2 , ∀ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 !
Jawab:
Diketahui: 𝐺 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝑅 }
Akan dibuktikan:
𝐺 abelian jika dan hanya jika (𝑎𝑏)2 = 𝑎2 𝑏2 , ∀ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, ini berarti akan
dibuktikan:
(⇒) 𝐺 abelian ⇒ (𝑎𝑏)2 = 𝑎2 𝑏2 ; ∀ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺
(⇐) ∀ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 ; (𝑎𝑏)2 = 𝑎2 𝑏2 ⇒ ………………
Bukti:
(⇒) (𝑎𝑏)2 = (𝑎𝑏)(𝑎𝑏)
= 𝑎 ( … … )𝑏 sifat assosiatif di 𝐺
= 𝑎 (… … )𝑏 𝐺 abelian maka 𝑏𝑎 = …..
= (𝑎𝑎)(𝑏𝑏) sifat assosiatif di 𝐺
= ………
Jadi terbukti bahwa jika 𝐺 abelian maka (𝑎𝑏)2 = 𝑎2 𝑏2 ; ∀ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺

GRUP 34
(⇐) (𝑎𝑏)2 = 𝑎2 𝑏 2 ⇒ (𝑎𝑏)(𝑎𝑏) = (𝑎𝑎)(… … )
⇒ 𝑎−1 𝑎(𝑏𝑎𝑏) = 𝑎−1 𝑎(𝑎 … … ) dioperasikan dengan 𝑎−1
dari kiri pada kedua
ruas
⇒ (𝑏𝑎𝑏) = (……..)
⇒ (𝑏𝑎)𝑏𝑏−1 = (… … ) … 𝑏−1 dioperasikan dengan
𝑏−1 dari kanan pada
kedua ruas
⇒ 𝑏𝑎 = … …
Jadi terbukti bahwa jika ∀ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 ; (𝑎𝑏)2 = 𝑎2 𝑏2 maka 𝐺 grup
abelian.

GRUP 35
Kegiatan Belajar 1.6

GRUP PERMUTASI

Tujuan kegiatan belajar 1.6:


1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep grup permutasi
2. Mahasiswa dapat mengubah bentuk permutasi menjadi cycle dan
sebaliknya
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah menggunakan konsep grup
permutasi

1.6.1 Grup Permutasi


Pemetaan bijektif dari himpunan berhingga ke himpunan itu sendiri
disebut permutasi. Banyaknya anggota yang termuat dalam himpunan
berhingga tersebut disebut derajat permutasi.

Misalkan 𝑆 = {𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … . , 𝑎𝑛 } adalah himpunan berhingga yang terdiri dari


n elemen dan 𝛼 merupakan fungsi bijektif dari S ke S, maka 𝛼 disebut
permutasi berderajat n .

Misal 𝛼 (𝑎1 ) = 𝑏1 , 𝛼 (𝑎2 ) = 𝑏2 , 𝛼(𝑎3 ) = 𝑏3 , ... , 𝛼(𝑎𝑛 ) = 𝑏𝑛 , dengan


{𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑖 , … , 𝑎𝑛 } = {𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 , … , 𝑏𝑗 , … , 𝑏𝑛 } yaitu setiap 𝑎𝑖 = 𝑏𝑗 untuk
𝑖 = 1, 2, 3, … , 𝑛 dan 𝑗 = 1, 2, 3, … , 𝑛 atau merupakan dua himpunan yang sama
tetapi mempunyai urutan elemen berbeda. Untuk selanjutnya dapat
dituliskan permutasi dengan notasi matriks dua baris sebagai berikut :
𝑎1 𝑎2 𝑎3 … 𝑎𝑛
𝛼 = (𝑏 𝑏 𝑏 … 𝑏 )
1 2 3 𝑛

Contoh 1.16
Misalkan 𝑆 merupakan suatu himpunan yang memiliki satu elemen bilangan
asli, maka himpunan dari fungsi bijektif dari 𝑆 ke 𝑆 dapat dinyatakan dengan
1
𝑆1 . Sedangkan bentuk permutasi dari 1 elemen di 𝑆 ada 1 yaitu 𝛼 = ( ). Jadi,
1
𝑆1 = { 𝛼 }

GRUP 36
Contoh 1.17
Misalkan 𝑆 merupakan suatu himpunan dari fungsi bijektif yang memiliki 2
elemen bilangan asli, maka 𝑆 dapat dinyatakan 𝑆2 . Sedangkan permutasi
dari 2 elemen di 𝑆 ada 2 yaitu
1 2 1 2
𝛼0 = ( ) , 𝛼1 = ( )
1 2 2 1
Jadi, 𝑆2 = {𝛼0 , 𝛼1 }

Contoh 1.18
Misalkan 𝐴 = {1, 2, 3}, maka permutasi dari elemen 𝐴 adalah
1 2 3 1 2 3 1 2 3
𝛼0 = ( ) 𝛼1 = ( ) 𝛼2 = ( )
1 2 3 2 1 3 3 2 1
1 2 3 1 2 3 1 2 3
𝛼3 = ( ) 𝛼4 = ( ) 𝛼5 = ( )
1 3 2 2 3 1 3 1 2

1.6.2 Perkalian Permutasi


Jika 𝛼dan 𝛽 merupakan dua buah permutasi, maka hasil kali (product
permutation) dari dua permutasi tersebut pada dasarnya merupakan hasil
dari fungi komposisi yang didefinisikan pada S sebagai berikut:
(𝛼 o 𝛽)(𝑎) = 𝛼(𝛽(𝑎)), ∀𝑎 ∈ 𝑆,dan
(𝛽 o 𝛼 )(𝑎) = 𝛽(𝛼 (𝑎)), ∀𝑎 ∈ 𝑆

𝑎 𝑏 𝑐 𝑎 𝑏 𝑐
Misalkan: 𝛼 = ( ) dan 𝛽 = ( ), maka
𝑐 𝑎 𝑏 𝑐 𝑏 𝑎
(𝛼 o 𝛽)(𝑎) = 𝛼(𝛽(𝑎)) = 𝛼(𝑐 ) = 𝑏
(𝛼 o 𝛽)(𝑏) = 𝛼(𝛽 (𝑏)) = 𝛼 (𝑏) = 𝑎
(𝛼 o 𝛽)(𝑐 ) = 𝛼(𝛽(𝑐 )) = 𝛼 (𝑎) = 𝑐
𝑎 𝑏 𝑐
Jadi, 𝛼 o 𝛽 = ( )
𝑏 𝑎 𝑐

GRUP 37
Formula di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
𝑎 𝑏 𝑐 𝑎 𝑏 𝑐
𝛼o𝛽 =( )( )
𝑐 𝑎 𝑏 𝑐 𝑏 𝑎
𝑎 → 𝑐 →b a →b
𝛼𝑜𝛽 : b → b →a b →a
c → a → c c →c
𝑎 𝑏 𝑐
𝛼o𝛽 =( )
𝑏 𝑎 𝑐

Contoh 1.19
Misalkan 𝐴 = {1, 2, 3}, maka permutasi dari elemen 𝐴 adalah
1 2 3 1 2 3 1 2 3
𝛼0 = ( ) 𝛼1 = ( ) 𝛼2 = ( )
1 2 3 2 1 3 3 2 1
1 2 3 1 2 3 1 2 3
𝛼3 = ( ) 𝛼4 = ( ) 𝛼5 = ( )
1 3 2 2 3 1 3 1 2
Maka hasil kali dari setiap permutasi diatas adalah sebagai berikut:
1 2 3 1 2 3 1 2 3
𝛼0 o 𝛼1 = ( )o( ) =( ) = 𝛼1
1 2 3 2 1 3 2 1 3
1 2 3 1 2 3 1 2 3
𝛼5 o 𝛼3 = ( )o( ) =( ) = 𝛼2
3 1 2 1 3 2 3 2 1
Dan seterusnya. Adapun tabel komposisinya sebagai berikut
O 𝛼0 𝛼1 𝛼2 𝛼3 𝛼4 𝛼5
𝛼0 𝛼0 𝛼1 𝛼2 𝛼3 𝛼4 𝛼5
𝛼1 𝛼1 𝛼0 𝛼5 𝛼4 𝛼3 𝛼2
𝛼2 𝛼2 𝛼4 𝛼0 𝛼5 𝛼1 𝛼3
𝛼3 𝛼3 𝛼5 𝛼4 𝛼0 𝛼2 𝛼1
𝛼4 𝛼4 𝛼2 𝛼3 𝛼1 𝛼5 𝛼0
𝛼5 𝛼5 𝛼3 𝛼1 𝛼2 𝛼0 𝛼4
Dari tabel tersebut terlihat bahwa 𝑆3 membentuk grup terhadap operasi
multipikasi permutasi. (Mengapa?)

GRUP 38
1.6.2 Notasi Cycle
Ada istilah lain yang dapat digunakan untuk menyatakan permutasi,
yaitu yang disebut dengan cycle

Suatu permutasi 𝛼 dari suatu himpunan 𝑆 merupakan suatu cycle dengan


panjang n, jika ada 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑖 , … , 𝑎𝑛  𝑆 sehingga 𝛼 (𝑎1 ) = 𝑎2 , 𝛼 (𝑎2 ) =
𝑎3 , 𝛼 (𝑎3 ) = 𝑎4 , ... , 𝛼 (𝑎𝑛−1 ) = 𝑎𝑛 , 𝛼(𝑎𝑛 ) = 𝑎1 dan 𝛼 (𝑥 ) = 𝑥 untuk 𝑥  𝑆
tetapi 𝑥  (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ). Ditulis 𝛼 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 )

Contoh 1.20
1 2 3 4 5 6
Jika 𝐴 = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, maka bentuk permutasi ( ) apabila
2 5 3 6 4 1
dinyatakan dalam bentuk cycle adalah:
1 2 3 4 5 6
( ) = (1 2 5 4 6)
2 5 3 6 4 1
Sekarang coba ubahlah bentuk cycle (2 5 4 6 1) ; (5 4 6 1 2) ; (4 6 1 2 5) ; dan
(6 1 2 5 4) ke dalam bentuk permutasi! Apa yang dapat kamu amati?

Cycle dapat dioperasikan seperti pada dua permutasi, produk dari dua cycle
tidak selalu dapat dinyatakan dalam sebuah cycle.

Contoh 1.21
Misalkan dua cycle dalam 𝑆5 yaitu (𝑎 𝑐 𝑑 𝑒𝑓) dan (𝑏 𝑐 𝑒)

(𝑏 𝑐 𝑒)o(𝑎 𝑐 𝑑 𝑒 𝑓 ) = (𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑒 𝑓 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑒 𝑓
) o( )
𝑎 𝑐 𝑒 𝑑 𝑏 𝑓 𝑐 𝑏 𝑑 𝑒 𝑓 𝑎
𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑒 𝑓
=( )
𝑒 𝑐 𝑑 𝑏 𝑓 𝑎
= (𝑎 𝑒𝑓 ) (b c d)
Perhatikan bahwa produk dari dua cycle tersebut bukanlah suatu cycle tetapi
merupakan produk dari dua cycle.

Perhatikan kembali permutasi S3 . Jika dinyatakan dengan cycle maka:

GRUP 39
𝛼0 = (1) atau (2) atau (3) 𝛼 1 = (1 2)
𝛼2 = (1 3) 𝛼3 = (2 3)
𝛼4 = (1 2 3) 𝛼5 = (1 3 2)

Latihan Soal KB 1.6


1. Tulislah permutasi dan hasil kali permutasi berikut dalam bentuk cycle!
1 2 3 4 5 6
a. ( )
6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
b. ( )( )
3 4 1 5 6 2 5 4 3 1 6 2
2. Tentukan hasil dari operasi tiga cycle dalam 𝑆5 berikut dan nyatakan
hasilnya sebagai produk dari cycle-cycle.
a. (1 3 2 5)  (1 4 3)  (2 5 1)
b. (𝑎 𝑑 𝑐 𝑏)  (𝑏 𝑑 𝑎)  (𝑎 𝑐 𝑒)
3. Tentukan 𝛼β𝛼 −1 apabila 𝛼 = (1 3 5)(1 2) dan β = (1 5 7 9)!
4. Apakah grup permutasi 𝑆3 = {𝛼0 , 𝛼1 , 𝛼2 , 𝛼3 , 𝛼4 , 𝛼5 } merupakan grup
siklik? Jelaskan jawabanmu!
5. Jika 𝛼 dan β adalah dua cycle yang saling asing, buktikan bahwa 𝛼β = β𝛼!

Kunci Jawaban Latihan Soal KB 1.6


2. a. (1 3 2 5)  (1 4 3)  (2 5 1) = (1 5 4 2)
b. (𝑎 𝑑 𝑐 𝑏)  (𝑏 𝑑 𝑎)  (𝑎 𝑐 𝑒) = (a b c e a)
4. 𝑆3 tidak memiliki generator maka 𝑆3 bukan grup siklik.

GRUP 40
LEMBAR KERJA MAHASISWA 1.6
GRUP PERMUTASI
Masalah 1:
Tentukan hasil dari operasi tiga cycle dalam 𝑆5 berikut dan nyatakan hasilnya
sebagai produk dari cycle-cycle.
a. (1, 3, 2, 5)  (1, 4, 3)  (2, 5, 1)
b. (𝑎, 𝑑, 𝑐, 𝑏)  (𝑏, 𝑑, 𝑎)  (𝑎, 𝑐, 𝑒)
Jawab:
a. (1, 3, 2, 5)  (1, 4, 3)  (2, 5, 1)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
= [( )( )]  ( )
3 5 2 4 1 … … … … … … … … … …
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
=( ) ( )
… … … … … … … … … …
1 2 3 4 5
=( )
… … … … …
= (…, …, …, …)
Karena permutasi adalah grup maka berlaku sifat assosiatif sehingga
mahasiswa dapat pula mengoperasikan permutasi dua dan tiga terlebih
dahulu baru dioperasikan dengan permutasi satu, seperti pada
pengerjaan soal pada bagian b.

b. (𝑎, 𝑑, 𝑐, 𝑏)  (𝑏, 𝑑, 𝑎)  (𝑎, 𝑐, 𝑒)


𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑒 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑒 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑒
=( )  [( )( )]
… … … … … … … … … … … … … … …
𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑒 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑒
=( )( )
… … … … … … … … … …
𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑒
=( )
… … … … …
= (… , … , … , … )

Masalah 2:
Apakah grup permutasi 𝑆3 = {𝛼0 , 𝛼1 , 𝛼2 , 𝛼3 , 𝛼4 , 𝛼5 } merupakan grup siklik?
Jelaskan jawabanmu!

GRUP 41
Jawab:
𝑆3 merupakan grup siklik jika 𝑆3 memiliki generator.
a. 𝛼0 tidak mungkin merupakan generator karena 𝛼0merupakan identitas
sehingga apabila dipangkatkan dengan bilangan bulat apapun hanya akan
menghasilkan 𝛼0 .
b. (𝛼1 )0 = ⋯ (𝛼1 )1 = ⋯
(𝛼1 )2 = ⋯ (𝛼1 )3 = ⋯
(𝛼1 )4 = ⋯ (𝛼1 )5 = ⋯
𝛼1 bukan generator karena 𝛼1 apabila dipangkatkan dengan bilangan
bulat hanya akan menghasilkan … dan …
c. (𝛼2 )0 = ⋯ (𝛼2 )1 = ⋯
(𝛼2 )2 = ⋯ (𝛼2 )3 = ⋯
(𝛼2 )4 = ⋯ (𝛼1 )5 = ⋯
𝛼2 bukan generator karena 𝛼2 apabila dipangkatkan dengan bilangan
bulat hanya akan menghasilkan … dan …
d. Dengan cara yang sama, 𝛼3 bukan generator karena 𝛼3 apabila
dipangkatkan dengan bilangan bulat hanya akan menghasilkan … dan …
e. (𝛼4 )0 = ⋯ (𝛼4 )1 = ⋯
(𝛼4 )2 = ⋯ (𝛼4 )3 = ⋯
(𝛼4 )4 = ⋯ (𝛼4 )5 = ⋯
𝛼4 bukan generator karena 𝛼4 apabila dipangkatkan dengan bilangan
bulat hanya akan menghasilkan … , … , dan …
f. Dengan cara yang sama, 𝛼5 bukan generator karena 𝛼5 apabila
dipangkatkan dengan bilangan bulat hanya akan menghasilkan … , … , dan

Karena 𝑆3 tidak memiliki generator maka 𝑆3 bukan grup siklik

GRUP 42
RANGKUMAN

1. Misalkan 𝐺 adalah suatu himpunan tak kosong. Suatu operasi biner pada 𝐺
adalah suatu pemetaan ∘ : 𝐺 × 𝐺 → 𝐺 atau suatu operasi ∘ dikatakan operasi
biner pada 𝐺 jika untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, maka 𝑎 ∘ 𝑏 ∈ 𝐺.
2. Sebuah biner ∘ pada himpunan G dikatakan bersifat assosiatif, jika untuk
setiap 𝑎 , 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐺 berlaku (𝑎 ∘ 𝑏) ∘ 𝑐 = 𝑎 ∘ (𝑏 ∘ 𝑐).
3. Sebuah biner ∘ pada himpunan 𝐺 dikatakan bersifat komutatif, jika untuk
setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku 𝑎 ∘ 𝑏 = 𝑏 ∘ 𝑎.
4. Elemen 𝑒 di dalam himpunan 𝐺 disebut elemen identitas untuk operasi ∘ pada
𝐺, jika untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺, berlaku 𝑎 ∘ 𝑒 = 𝑒 ∘ 𝑎.
5. Misalkan 𝐺 adalah sebuah himpunan tak kosong dengan sebuah operasi biner
∘ dengan 𝑒 adalah elemen identitas di 𝐺. 𝑎−1 ∈ 𝐺 dikatakan invers dari 𝑎 ∈
𝐺 jika 𝑎 ∘ 𝑎−1 = 𝑎−1 ∘ 𝑎 = 𝑒
6. Suatu himpunan tak kosong dengan satu atau lebih operasi biner disebut
struktur aljabar atau sistem aljabar.
7. Suatu sistem aljabar dengan satu operasi biner disebut grupoid.
8. Suatu grupoid (𝐺 ,∘) dinamakan semigrup jika berlaku sifat assosiatif pada
operasi biner ∘ di 𝐺
9. Suatu semigrup yang memiliki unsur kesatuan (elemen identitas) dinamakan
monoid
10. Suatu himpunan tak kosong 𝐺 dengan operasi biner ∘ dikatakan membentuk
grup jika memenuhi aksioma-aksioma berikut:
a. Untuk setiap 𝑎, 𝑏, 𝑐  𝐺 berlaku 𝑎 ∘ (𝑏 ∘ 𝑐) = (𝑎 ∘ 𝑏) ∘ 𝑐
b. Terdapat elemen 𝑒  𝐺 sedemikian sehingga 𝑎 ∘ 𝑒 = 𝑒 ∘ 𝑎 = 𝑎
untuk setiap 𝑎  𝐺
c. Untuk setiap 𝑎  𝐺 terdapat elemen 𝑎−1  𝐺 sedemikian sehingga 𝑎 ∘
𝑎−1 = 𝑎−1 ∘ 𝑎 = 𝑒
11. Order dari suatu grup G adalah banyaknya elemen yang berbeda dari grup G
tersebut.

GRUP 43
12. Suatu grup (𝐺, ∘) disebut abelian atau komutatif jika untuk setiap 𝑎, 𝑏  𝐺
berlaku 𝑎 ∘ 𝑏 = 𝑏 ∘ 𝑎
13. Misalkan 𝐺 adalah grup dan 𝑍 = {𝑥 |𝑥 bilangan bulat}, maka 𝐺disebut grup
siklik, jika ada 𝑎 ∈ 𝐺, sedemikian sehingga 𝐺 = {𝑎𝑘 |𝑘 ∈ 𝑍}. Elemen 𝑎 ∈ 𝐺
disebut generator (pembangkit) dari grup siklik.
14. Misalkan 𝑆 adalah himpunan berhingga. Sebuah permutasi dari himpunan A
adalah suatu fungsi bijektif dari 𝑆 ke 𝑆 (𝛼 ∶ 𝑆 → 𝑆). Derajat dari suatu
permutasi adalah banyaknya elemen dari permutasi tersebut

GRUP 44
Bahan Ajar 2

SUBGRUP
Pendahuluan
Bahan Ajar 2 ini memuat pembahasan tentang tentang konsep-konsep
dari subgrup yang merupakan lanjutan dari konsep grup yang telah dibahas
pada bagian bahan ajar 1.
Kompetensi yang akan dicapai melalui bahan ajar ajar 2 ini adalah
mahasiswa mampu menerapkan konsep-konsep dari subgrup dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan subgrup. Secara rinci melalui
bahan ajar ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi sebagai berikut:
1. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep dari subgrup
2. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep dari sifat-sifat subgrup
3. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep dari koset dan indeks
4. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep dari subgroup normal
5. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep dari grup kosien dan grup
faktor
Sesuai dengan capaian kompetensi tersebut, maka bahan ajar 2 ini
disajikan dalam empat kegiatan belajar yang tersusun secara berturut-turut
sebagai berikut.

1. Kegiatan Belajar 2.1: Definisi Subgrup


2. Kegiatan Belajar 2.2 : Sifat-Sifat Subgrup
3. Kegiatan Belajar 2.3 : Koset dan Indeks
4. Kegiatan Belajar 2.4 : Subgrup Normal
5. Kegiatan Belajar 2.5: Grup Kosien dan Grup Faktor

SUBGRUP 45
Kegiatan Belajar 2.1

DEFINISI SUBGRUP

Tujuan Kegiatan Belajar 2.1 :


1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi subgrup
2. Mahasiswa dapat menunjukkan suatu operasi pada sebuah himpunan
merupakan subgrup atau bukan subgrup
3. Mahasiswa dapat membuktikan teorema subgrup

2.1.1 Definisi Subgrup

Definisi 2.1
Misalkan 𝐺 suatu grup terhadap operasi biner ∗. 𝐻 suatu himpunan bagian dari
𝐺, maka 𝐻 dikatakan subgrup dari 𝐺 jika 𝐻 merupakan grup terhadap operasi
biner ∗ yang didefinisikan di 𝐺.

Subset-subset 𝐻 = {𝑒} dan 𝐻 = 𝐺 pastilah subgrup dari 𝐺. H disebut subgrup


trivial dari G, sedangkan subgrup-subgrup lainnya disebut subgrup non trivial.
Untuk menunjukkan suatu himpunan 𝐻 ⊆ 𝐺 merupakan subgrup atau tidak,
maka harus ditunjukkan apakah 𝐻 memenuhi keempat aksioma grup.

Contoh 2.1
Misalkan (𝑍, +) adalah grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan dan
𝐺 adalah himpunan bulangan bulat genap dengan operasi yang sama seperti
di 𝑍, buktikan bahwa 𝐺 merupakan subgrup dari 𝑍.
Jawab:
Untuk menunjukkan 𝐺 subgrup dari 𝑍, maka akan ditunjukkan G grup.
Dengan menggunakan aksioma grup dan definisi dari 𝐺 diperoleh bahwa:
(1) 𝐺 adalah himpunan yang tak kosong.
Beberapa anggota 𝐺 misalnya: -4, -2, 0, 2, 4 dan seterusnya.
Jadi, terbukti bahwa 𝐺 adalah himpunan yang tak kosong.
(2) Semua bilangan bulat genap, pastilah bilangan bulat. Jadi 𝐺 ⊆ 𝑍
(3) Ambil dua elemen sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺. Misalkan 𝑎 = 2𝑘1 dan 𝑏 = 2𝑘2
dengan 𝑘1, 𝑘2 ∈ 𝑍. Sehingga 𝑎 + 𝑏 = 2𝑘1 + 2𝑘2 = 2( 𝑘1 + 𝑘2 ).

SUBGRUP 46
Karena 𝑘1 , 𝑘2 ∈ 𝑍, maka ( 𝑘1 + 𝑘2 ) ∈ 𝑍, sehingga 2( 𝑘1 + 𝑘2 ) ∈ 𝐺 atau
(𝑎 + 𝑏) ∈ 𝐺. Jadi terbukti berlaku sifat tertutup operasi penjumlahan di
𝐺.
(4) Karena 𝐺 ⊆ 𝑍 dan berlaku sifat assosiatif pada operasi penjumlahan di 𝑍,
maka berlaku sifat assosiatif pada operasi penjumlahan di 𝐺.
(5) Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐺 maka ada 0 ∈ 𝐺 sehingga 0 + 𝑥 = 𝑥 + 0 = 𝑥.
Jadi 0 adalah identitas penjumlahan di 𝐺.
(6) Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐺, misal 𝑥 = 2𝑚 untuk suatu 𝑚 ∈ 𝑍. Maka ada −𝑥 =
2(−𝑚), (−𝑚) ∈ 𝑍. Sehingga 𝑥 + (−𝑥 ) = (−𝑥 ) + 𝑥 = 0.
Dari (1) sampai (6) dapat disimpulkan bahwa 𝐺 subgrup dari 𝑍.

Contoh 2.2
Misalkan (𝑍, +) adalah grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan. Jika
𝑚 suatu bilangan bulat, buktikan bahwa 𝑀 = {𝑘𝑚│𝑘 ∈ 𝑍} merupakan
subgrup dari 𝑍.
Jawab:
Untuk menunjukkan 𝑀 subgrup dari 𝑍, maka akan ditunjukkan M grup.
Dengan menggunakan aksioma grup dan definisi dari 𝑀 diperoleh bahwa:
(1) 𝑀 adalah himpunan yang tak kosong.
𝑀 = {𝑘𝑚 │ 𝑘 ∈ 𝑍}, 𝑘 dan 𝑚 adalah elemen bilangan bulat. Seperti yang
diketahui bahwa perkalian dua bilangan bulat adalah bilangan bulat.
Karena 𝑍 bukan himpunan kosong, maka 𝑀 juga bukan himpunan kosong.
Jadi, terbukti bahwa 𝑀 adalah himpunan yang tak kosong.
(2) Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝑀 maka 𝑥 dapat dinyatakan 𝑥 = 𝑘𝑚 untuk suatu 𝑘 ∈
𝑍. Karena 𝑘, 𝑚 ∈ 𝑍 maka 𝑥 ∈ 𝑍. Jadi 𝑀 ⊆ 𝑍
(3) Ambil dua elemen sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑀. Misalkan 𝑎 = 𝑘1 𝑚 dan 𝑏 = 𝑘2 𝑚
dengan 𝑘1, 𝑘2 ∈ 𝑍. Sehingga 𝑎 + 𝑏 = 𝑘1 𝑚 + 𝑘2 𝑚 = ( 𝑘1 + 𝑘2 ) 𝑚.
Karena 𝑘1 , 𝑘2 ∈ 𝑍, maka ( 𝑘1 + 𝑘2 ) ∈ 𝑍, sehingga ( 𝑘1 + 𝑘2 ) 𝑚 ∈ 𝑀 atau
(𝑎 + 𝑏) ∈ 𝑀.
Jadi terbukti berlaku sifat tertutup operasi penjumlahan di 𝑀.

SUBGRUP 47
(4) Karena 𝑀 ⊆ 𝑍 dan berlaku sifat assosiatif pada operasi penjumlahan di 𝑍,
maka berlaku sifat assosiatif pada operasi penjumlahan di 𝑀.
(5) Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝑀 maka ada 0 ∈ 𝑀 (0 dapat dinyatakan sebagai 0 =
0𝑚, 0 ∈ 𝑍), sehingga 0 + 𝑥 = 𝑥 + 0 = 𝑥.
Jadi 0 adalah identitas penjumlahan di 𝑀.
(6) Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝑀, misal 𝑥 = 𝑘𝑚 untuk suatu 𝑘 ∈ 𝑍. Maka ada −𝑥 =
(−𝑘)𝑚, (−𝑘) ∈ 𝑍. Sehingga 𝑥 + (−𝑥 ) = (−𝑥 ) + 𝑥 = 0.
Dari (1) sampai (6) dapat disimpulkan bahwa 𝑀 subgrup dari 𝑍.

Contoh 2.3
Misalkan 𝑄 + adalah himpunan bilangan rasional positif. 𝑀 =
𝑥 0
{[ ] |𝑥, 𝑦 ∈ 𝑄 +} adalah grup terhadap operasi perkalian matriks.
0 𝑦
𝑎 0 𝑎 0
Misalkan 𝑁 = {[ ] | 𝑎 ∈ 𝑄 +} dan 𝑃 = {[ ] | 𝑎 ∈ 𝑄 +}
0 0 0 1
Apakah 𝑁 dan 𝑃 subgrup dari 𝑀?
Jawab:
𝑁 bukan subgrup dari 𝑀 karena 𝑁 bukan himpunan bagian dari 𝑀.
1 0
Misalkan diambil matriks 𝐴 = [ ] ∈ 𝑁 tetapi 𝐴 ∉ 𝑀 karena entri baris 2
0 0
kolom 2 adalah 0 dan 0 ∉ 𝑄 + .
𝑃 adalah subgrup dari 𝑀. Tunjukkan!

2.2.2 Teorema Subgrup

Teorema 2.1
Suatu subset 𝐻 tak kosong dari grup 𝐺 adalah subgrup dari 𝐺 jika dan hanya
jika
(1) Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 dan 𝑏 ∈ 𝐻 mengakibatkan 𝑎𝑏 ∈ 𝐻
(2) Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 ada 𝑎−1 ∈ 𝐻.
Bukti:

SUBGRUP 48
Untuk membuktikan teorema tersebut maka perlu dibuktikan dua hal berikut:
(1) Diketahui: 𝐻 ⊆ 𝐺, 𝐻 ≠ ∅ dan 𝐻 ≤) 𝐺
Akan dibuktikan: berlaku:
(a) Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 dan 𝑏 ∈ 𝐻 mengakibatkan 𝑎𝑏 ∈ 𝐻
(b) Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 ada 𝑎−1 ∈ 𝐻.
bukti:
Karena 𝐻 ≤) 𝐺 maka berdasarkan definisi subgrup, keempat aksioma grup
berlaku di 𝐻, sehingga (a) dan (b) pasti berlaku.
(2) Diketahui: 𝐻 ⊆ 𝐺, 𝐻 ≠ ∅ dan berlaku
(a) Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 dan 𝑏 ∈ 𝐻 mengakibatkan 𝑎𝑏 ∈ 𝐻
(b) Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 ada 𝑎−1 ∈ 𝐻.
Akan dibuktikan: 𝐻 ≤) 𝐺
bukti:
Untuk menunjukkan 𝐻 subgrup dari 𝐺, maka akan ditunjukkan H grup.
(i) 𝐻 ≠ ∅ ………………………….. (diketahui)
(ii) 𝐻 ⊆ 𝐺 ………………………….. (diketahui)
(iii) Berlaku sifat tertutup di 𝐻 ……….. (sesuai dengan ketentuan (a))
(iv) Karena 𝐻 ⊆ 𝐺 dan berlaku sifat assosiatif di 𝐺 maka berlaku pula
sifat assosiatif di 𝐻.
(v) Karena 𝑎 ∈ 𝐻 maka ada 𝑎−1 ∈ 𝐻 ….(sesuai dengan ketentuan (b))
dan 𝐻 ⊆ 𝐺, maka 𝑎, 𝑎−1 ∈ 𝐺. Sementara 𝑎𝑎−1 = 𝑒… (e identitas di 𝐺)
Karena 𝑎, 𝑎−1 ∈ 𝐻 maka 𝑎𝑎 −1 = 𝑒 ∈ 𝐻…..(sesuai dengan ketentuan
(a))
Jadi 𝑒 adalah identitas di 𝐻.
(vi) Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 ada 𝑎−1 ∈ 𝐻 ……(sesuai dengan ketentuan (b))
Dari (i) –(vi) terbukti bahwa 𝐻 subgrup dari 𝐺.
Dari (1) dan (2) maka teorema 2.1 terbukti.

SUBGRUP 49
Teorema 2.2
Suatu subset 𝐻 tak kosong dari grup 𝐺 adalah subgrup dari 𝐺 jika dan hanya
jika untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 dan 𝑏 ∈ 𝐻 mengakibatkan 𝑎𝑏 −1 ∈ 𝐻.
Bukti:
Untuk membuktikan teorema tersebut maka perlu dibuktikan dua hal berikut:
(1) Diketahui: 𝐻 ⊆ 𝐺, 𝐻 ≠ ∅ dan 𝐻 ≤) 𝐺
Akan dibuktikan: berlaku untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 dan 𝑏 ∈ 𝐻 mengakibatkan
𝑎𝑏−1 ∈ 𝐻
bukti:
Karena 𝐻 ≤) 𝐺 maka berdasarkan definisi subgrup, keempat aksioma grup
berlaku di 𝐻, sehingga ∀𝑏 ∈ 𝐻, ∃𝑏−1 ∈ 𝐻.
Karena 𝑎 ∈ 𝐻 dan 𝑏−1 ∈ 𝐻 maka berdasarkan sifat tertutup pada grup,
𝑎𝑏−1 ∈ 𝐻
(2) Diketahui: 𝐻 ⊆ 𝐺, 𝐻 ≠ ∅ dan berlaku untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 dan 𝑏 ∈ 𝐻
mengakibatkan 𝑎𝑏−1 ∈ 𝐻
Akan dibuktikan: 𝐻 ≤) 𝐺
bukti:
Untuk menunjukkan 𝐻 subgrup dari 𝐺, maka akan ditunjukkan 𝐻 grup.
(i) 𝐻 ≠ ∅ ………………………….. (diketahui)
(ii) 𝐻 ⊆ 𝐺 ………………………….. (diketahui)
(iii) Karena 𝐻 ⊆ 𝐺 dan berlaku sifat assosiatif di 𝐺 maka berlaku pula
sifat assosiatif di 𝐻.
(iv) Karena 𝑎 ∈ 𝐻 maka 𝑎𝑎−1 ∈ 𝐻 ….(diketahui)
dan 𝐻 ⊆ 𝐺, maka 𝑎, 𝑎−1 ∈ 𝐺. Sementara 𝑎𝑎−1 = 𝑒… (e identitas di 𝐺)
Karena 𝑎, 𝑎−1 ∈ 𝐻 maka 𝑎𝑎 −1 = 𝑒 ∈ 𝐻…..
Jadi 𝑒 adalah identitas di 𝐻.
(v) Untuk setiap 𝑒 ∈ 𝐻, 𝑎 ∈ 𝐻 ada 𝑒𝑎−1 ∈ 𝐻 ……(diketahui)
Sementara 𝑒𝑎−1 = 𝑎−1 .
Jadi untuk setiap anggota 𝐻 memiliki invers di 𝐻.

SUBGRUP 50
(vi) Untuk setiap 𝑏 ∈ 𝐻 maka ada 𝑏−1 ∈ 𝐻 (berdasarkan (v)), sehingga
untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 dan 𝑏 −1 ∈ 𝐻 berlaku 𝑎(𝑏−1 )−1 = 𝑎𝑏 ∈ 𝐻
Jadi berlaku sifat tertutup di 𝐻
Dari (i) –(vi) terbukti bahwa 𝐻 subgrup dari 𝐺.
Dari (1) dan (2) teorema 2.2 terbukti

Contoh 2.4
Misalkan (𝑍, +) adalah grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan. Jika
𝑚 suatu bilangan bulat, buktikan bahwa 𝑀 = {𝑘𝑚│𝑘 ∈ 𝑍} adalah subgrup
dari 𝑍.
Jawab:
Akan ditunjukkan bahwa 𝑀 subgrup dari 𝑍.
Dengan menggunakan teorema 2.2 diperoleh bahwa
(1) 𝑀 = {𝑘𝑚│𝑘 ∈ 𝑍}, 𝑘 dan 𝑚 adalah elemen bilangan bulat. Seperti yang
diketahui bahwa perkalian dua bilangan bulat adalah bilangan bulat.
Karena 𝑍 bukan himpunan kosong, maka 𝑀 juga bukan himpunan kosong.
Jadi, terbukti bahwa 𝑀 adalah himpunan yang tak kosong.
(2) Ambil dua elemen sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑀, yaitu 𝑎 = 𝑘1 𝑚 dan 𝑏 = 𝑘2 𝑚
dengan 𝑘1 , 𝑘2 ∈ 𝑍. Sehingga 𝑎 − 𝑏 = 𝑘1 𝑚 − 𝑘2 𝑚 = (𝑘1 − 𝑘2 )𝑚. Karena
𝑘1 , 𝑘2 ∈ 𝑍, maka (𝑘1 − 𝑘2 ) ∈ 𝑍, sehingga ( 𝑘1 − 𝑘2 ) 𝑚 ∈ 𝑀 atau 𝑎 −
𝑏 ∈ 𝑀 atau 𝑎𝑏−1 ∈ 𝑀.
Jadi, terbukti bahwa 𝑎 ∈ 𝑀 dan 𝑏 ∈ 𝑀 mengakibatkan 𝑎𝑏−1 ∈ 𝑀.
Dari (1) dan (2) dapat disimpulkan bahwa 𝑀 subgrup dari 𝑍.

Contoh 2.5
Misalkan (𝑍6 , ×6 ) adalah grup bilangan bulat modulo 6 dengan operasi
perkalian modulo 6. Jika 𝐴 = {1, 3, 5} maka tunjukkan 𝐴 merupakan subgrup
dari 𝑍6 .
Jawab:
Untuk menunjukkan 𝐴 subgrup dari 𝑍6 , maka akan ditunjukkan 𝐴 grup.

SUBGRUP 51
Dengan menggunakan teorema 2.1 dan definisi dari 𝐴 diperoleh bahwa:
(1) 𝐴 adalah himpunan yang tak kosong karena jelas memiliki 3 anggota yaitu
1, 3, dan 5.
(2) Karena semua anggota 𝐴 adalah anggota 𝑍6 maka 𝐴 ⊆ 𝑍6
(3) Untuk menunjukkan 𝐴 memenuhi empat aksioma grup maka perhatikan
tabel Cayley berikut
×𝟔 1 3 5
1 1 3 5
3 3 3 3
5 5 3 1

a. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa berlaku sifat tertutup di 𝐴.


b. Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐴 maka ada 1 ∈ 𝐴, sehingga 1 ×6 𝑥 = 𝑥 ×6 1 =
𝑥.
Jadi 1 adalah identitas perkalian modulo 6 di 𝑍6 .
Ada anggota 𝐴 yang tidak memiliki invers. Perhatikan bahwa 3 tidak
memiliki invers karena tidak ada anggota 𝐴 yang apabila dikalikan
dengan 3 akan menghasilkan 1.
Dari (1) sampai dengan (3) menunjukkan bahwa 𝐴 bukan subgrup dari 𝑍6 .

Contoh 2.6
Diberikan sebuah himpunan 𝐻 = {0, 6} subset dari sebuah grup (𝑍12 , +12).
a. Selidikilah apakah 𝐻 subgrup dari 𝑍12 !
b. Tentukan semua subgrup dari 𝑍12 ! (Perhatikanlah order dari subgrup
dari 𝑍12 kemudian sebutkanlah secara umum “hubungan” antara order
dari suatu grup dengan order dari subgrupnya!)
Jawab:
a. Akan ditunjukkan bahwa 𝐻 subgrup dari 𝑍12.
Dengan menggunakan teorema 2.1 diperoleh bahwa
(1) Dari definisi 𝐻, jelas bahwa 𝐻 ⊆ 𝑍12 dan 𝐻 ≠ ∅
(2) Dengan tabel cayley dapat ditunjukkan bahwa berlaku sifat tertutup di
𝐻

SUBGRUP 52
+12 0 6
0 0 6
6 6 0

(3) Dari tabel tersebut terlihat pula 0 inversnya 0 dan 6 inversnya 6.


Dari (1) – (3) terbukti 𝐻 ≤) 𝑍12
b. Bagian b diserahkan kepada pembaca untuk mencari semua subgrup dari
𝑍12 dan membuktikannya. Hubungan antara order dari suatu grup dengan
order dari subgrupnya secara umum disimpulkan oleh “Teorema Lagrange”
(tanpa bukti) berikut:

Teorema 2.3 (Teorema Lagrange)


Jika 𝐺 adalah grup berhingga dan 𝐻 subgrup dari 𝐺 maka ∘ (𝐻) merupakan
pembagi (faktor) dari ∘ (𝐺).

Contoh 2.7
Misalkan 𝐺 = {(𝑎, 𝑏)| 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍}. Didefinisikan ∗ pada 𝐺 yaitu untuk setiap
(𝑎, 𝑏), (𝑐, 𝑑 ) ∈ 𝐺 berlaku (𝑎, 𝑏) ∗ (𝑐, 𝑑 ) = (𝑎 + 𝑐, 𝑏 + 𝑑). Maka 𝐺 terhadap
operasi ∗ adalah grup (silahkan dibuktikan oleh pembaca). Misalkan 𝐻 =
{(𝑎, 0)| 𝑎 ∈ 𝑍}. Apakah 𝐻 subgrup 𝐺?
Jawab:
Akan ditunjukkan bahwa 𝐻 subgrup dari 𝐺.
Dengan menggunakan teorema 2.1 diperoleh bahwa
(1) Dari definisi jelas bahwa 𝐻 ≠ ∅. Misal (1, 0) ∈ 𝐻
(2) Dari definisi 𝐻, jelas bahwa 𝐻 ⊆ 𝐺.
(3) Ambil sebarang (𝑥, 0), (𝑦, 0) ∈ 𝐻 dengan 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑍
(𝑥, 0) ∗ (𝑦, 0) = (𝑥 + 𝑦, 0 + 0) = (𝑥 + 𝑦, 0)
Karena 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑍 maka (𝑥 + 𝑦, 0) ∈ 𝐻. Jadi berlaku sifat tertutup di 𝐻.
(4) Ambil sebarang (𝑥, 0) ∈ 𝐻 dengan 𝑥 ∈ 𝑍 maka ada (−𝑥, 0) ∈ 𝐻 sehingga
(𝑥, 0) ∗ (−𝑥, 0) = (𝑥 + (−𝑥), 0 + 0) = (0, 0)
(−𝑥, 0) ∗ (𝑥, 0) = (−𝑥 + 𝑥, 0 + 0) = (0, 0)

SUBGRUP 53
Jadi setiap anggota 𝐻 memiliki invers.
Dari (1) sampai dengan (4) menunjukkan bahwa 𝐻 bukan subgrup dari 𝐺.

Contoh 2.8
Misalkan 𝐺 adalah sebuah grup dan 𝑎 suatu elemen tertentu dari 𝐺. Buktikan
bahwa 𝑁 (𝑎) = {𝑥 ∈ 𝐺 | 𝑥𝑎 = 𝑎𝑥 } merupakan subgrup dari 𝐺. 𝑁(𝑎) dinamakan
normalizer dari 𝑎 dalam 𝐺.
Bukti:
(1) Misal 𝑒 adalah identitas di 𝐺 maka 𝑒𝑎 = 𝑎𝑒. Maka berdasarkan definisi
𝑁(𝑎), 𝑒 ∈ 𝑁(𝑎). Jadi 𝑁(𝑎) ≠ ∅.
(2) Ambil sebarang 𝑥 ∈ 𝑁(𝑎) maka 𝑥 ∈ 𝐺. Jadi 𝑁(𝑎) ⊆ 𝐺.
(3) Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑁(𝑎).
𝑥 ∈ 𝑁(𝑎) maka 𝑥 ∈ 𝐺 dan berlaku 𝑥𝑎 = 𝑎𝑥
𝑦 ∈ 𝑁(𝑎) maka 𝑦 ∈ 𝐺 dan berlaku 𝑦𝑎 = 𝑎𝑦
Karena 𝑥 ∈ 𝐺 dan 𝑦 ∈ 𝐺 maka 𝑥𝑦 ∈ 𝐺
(𝑥𝑦)𝑎 = 𝑥(𝑦𝑎) …………… sifat assosiatif di 𝐺
= 𝑥 (𝑎𝑦)…………..... 𝑦 ∈ 𝑁(𝑎)
= (𝑥𝑎)𝑦 ……………. sifat assosiatif di 𝐺
= (𝑎𝑥 )𝑦 …………… 𝑥 ∈ 𝑁(𝑎)
= 𝑎(𝑥𝑦) …………… sifat assosiatif di 𝐺
Jadi 𝑥𝑦 ∈ 𝑁(𝑎) atau berlaku sifat tertutup di 𝑁(𝑎).

(4) Ambil sebarang 𝑥 ∈ 𝑁(𝑎).


𝑥 ∈ 𝑁(𝑎) maka 𝑥 ∈ 𝐺 dan berlaku 𝑥𝑎 = 𝑎𝑥
Karena maka 𝑥 ∈ 𝐺 dan 𝐺 adalah grup, maka ada 𝑥 −1 ∈ 𝐺
𝑥𝑎 = 𝑎𝑥 …………… 𝑥 ∈ 𝑁(𝑎)
𝑥 −1 (𝑥𝑎) = 𝑥 −1 (𝑎𝑥) ………......... kedua ruas dioperasikan dengan 𝑥 −1
(𝑥 −1 𝑥)𝑎 = (𝑥 −1 𝑎) 𝑥 …………….sifat assosiatif
(𝑒𝑎) 𝑥 −1 = (𝑥 −1 𝑎)(𝑥 𝑥 −1 )………...kedua ruas dioperasikan dengan 𝑥 −1
𝑎 𝑥 −1 = 𝑥 −1 𝑎

SUBGRUP 54
Karena 𝑥 −1 ∈ 𝐺 dan berlaku 𝑎 𝑥 −1 = 𝑥 −1 𝑎 maka 𝑥 −1 ∈ 𝑁(𝑎)
Dari (1) sampai (4) berdasarkan teorema 2.1 maka 𝑁(𝑎) ≤) 𝐺
Pembaca dapat mencoba membuktikan teorema ini dengan menggunakan
teorema 2.2.

Latihan Soal KB 2.1


1. Misalkan 𝑅 = {𝑥 |𝑥 bilangan real}, 𝑄 = {𝑥 |𝑥 bilangan rasional}, 𝑄+ =
{𝑥 |𝑥 bilangan rasional positif} dan 𝑍 = {𝑥 |𝑥 bilangan bulat}. Jelas bahwa
(𝑅, +), (𝑄, +), (𝑄 +, ×) dan (𝑍, +) masing-masing merupakan grup.
a. Manakah diantara (𝑄, +), (𝑄 +, ×) dan (𝑍, +) yang merupakan grup
dari (𝑅, +)? Mengapa?
b. Apakah (𝑍, +) subgrup dari (𝑄, +)?
2. Misalkan dalam grup permutasi 𝑆3 = {𝛼0 , 𝛼1 , 𝛼2 , 𝛼3 , 𝛼4 , 𝛼5 }. Tentukan
semua subgrup dari 𝑆3 !
3. Tulislah semua subgrup dari grup:
a. 𝐴 = {1, 2, 3, 4} terhadap operasi perkalian pada bilangan bulat modulo
5.
b. 𝐵 = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} terhadap operasi penjumlahan pada bilangan
bulat modulo 8.
4. Misalkan 𝐺 adalah sebuah grup dan 𝑎 suatu elemen tertentu dari 𝐺.
Buktikan bahwa 𝐻 = {𝑥 ∈ 𝐺│ 𝑥𝑎2 = 𝑎2 𝑥} merupakan subgrup dari 𝐺.
5. Suatu center 𝑍(𝐺) dari grup 𝐺 didefinisikan oleh 𝑍 (𝐺 ) =
{𝑧 ∈ 𝐺 | 𝑧𝑥 = 𝑥𝑧, ∀𝑥 ∈ 𝐺 }. Tunjukkan bahwa 𝑍(𝐺) adalah subgrup dari
grup 𝐺!

Kunci Jawaban Latihan Soal KB 2.1

SUBGRUP 55
2. Terdapat 4 subgrup dari 𝑆3 yaitu 𝐴 = {𝛼0 , 𝛼1 }, 𝐵 = {𝛼0 , 𝛼2 }, 𝐶 = {𝛼0 , 𝛼3 }
dan 𝐶 = {𝛼0 , 𝛼4 , 𝛼5 }.
4. Petunjuk: untuk membuktikan bahwa 𝐻 = {𝑥 ∈ 𝐺│ 𝑥𝑎2 = 𝑎2 𝑥}
merupakan subgrup dari 𝐺, gunakan teorema 2.1.

SUBGRUP 56
LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 2.1
SUBGRUP
Masalah 1:
Misalkan dalam grup permutasi 𝑆3 = {𝛼0 , 𝛼1 , 𝛼2 , 𝛼3 , 𝛼4 , 𝛼5 }. Tentukan
semua subgrup dari 𝑆3 !
Claim: terdapat 4 subgrup dari 𝑆3 yaitu 𝐴 = {𝛼0 , 𝛼1 }, 𝐵 = {𝛼0 , 𝛼2 }, 𝐶 = {𝛼0 ,
𝛼3 } dan 𝐶 = {𝛼0 , 𝛼4 , 𝛼5 }
Bukti:
Tabel Cayley untuk 𝐴 = {𝛼0 , 𝛼1 },
∘ 𝛼0 𝛼1
𝛼0 … …
𝛼1 … …

Dari tabel di atas diperoleh :


(1) 𝐴 adalah himpunan yang tak kosong.
(2) 𝑨 ⊆ 𝑺𝟑
(3) Seluruh unsur pada matriks hasil adalah unsur dari 𝑨
Jadi 𝑨 …………………….
(4) Berlaku sifat assosiatif, sesuai dengan sifat operasi pada permutasi
(5) Ada elemen identitas, yaitu ….
(6) Perhatikan seluruh unsur dari
𝜶𝟎 inversnya ….
𝜶𝟏 inversnya ….
Dari (1) sampai (6) dapat disimpulkan bahwa … … … … … … …
Pembuktian subgrup ini dapat pula dengan menggunakan teorema 2.1, yaitu
kita dapat menghilangkan pembuktian (4) dan (5), cukup dengan
membuktikan (1), (2), (3), dan (6). Dengan cara yang sama silahkan
mahasiswa membuktikan bahwa:
𝐵 = {𝛼0 , 𝛼2 }, 𝐶 = {𝛼0 , 𝛼3 } dan 𝐷 = {𝛼0 , 𝛼4 , 𝛼5 } adalah subgrup dari 𝑆3

SUBGRUP 57
Masalah 2:
Misalkan 𝐺 adalah sebuah grup dan 𝑎 suatu elemen tertentu dari 𝐺. Buktikan
bahwa 𝐻 = {𝑥 ∈ 𝐺│ 𝑥𝑎2 = 𝑎2 𝑥} merupakan subgrup dari 𝐺.
Bukti:
(1) Misal 𝑒 adalah identitas di 𝐺 maka 𝑒𝑎2 = ….. Maka berdasarkan definisi
𝐻, 𝑒 ∈ 𝐻. Jadi ………
(2) Ambil sebarang 𝑥 ∈ 𝐻 maka 𝑥 ∈ ….. Jadi 𝐻 ⊆ 𝐺.
(3) Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐻.
𝑥 ∈ 𝐻 maka 𝑥 ∈ 𝐺 dan berlaku 𝑥 𝑎2 = ……..
𝑦 ∈ 𝐻 maka 𝑦 ∈ 𝐺 dan berlaku ….. = …….
Karena 𝑥 ∈ 𝐺 dan 𝑦 ∈ 𝐺 maka 𝑥𝑦 ∈ 𝐺
(𝑥𝑦)𝑎2 = 𝑥(… . . ) ……………sifat assosiatif di 𝐺
= 𝑥 (… . . ) …………..... 𝑦 ∈ 𝐻
= (𝑥 … ) … ……………. sifat assosiatif di 𝐺
= (… … ) … …………… 𝑥 ∈ 𝐻
= 𝑎2 (… … ) …………… sifat assosiatif di 𝐺
Jadi 𝑥𝑦 ∈ 𝐻 atau berlaku sifat tertutup di 𝐻
(4) Ambil sebarang 𝑥 ∈ 𝐻.
𝑥 ∈ 𝐻 maka 𝑥 ∈ 𝐺 dan berlaku 𝑥 𝑎2 = 𝑎2 𝑥
Karena maka 𝑥 ∈ 𝐺 dan 𝐺 adalah grup, maka ada 𝑥 −1 ∈ 𝐺
𝑥 𝑎2 = 𝑎2 𝑥 …………… 𝑥 ∈ 𝐻
𝑥 −1 (𝑥 𝑎2 ) = ⋯ (𝑎2𝑥) ………......... kedua ruas dioperasikan dengan 𝑥 −1
(… … )𝑎2 = (… … ) 𝑥 …………….sifat assosiatif
(… … ) 𝑥 −1 = (… … )(𝑥 𝑥 −1 )………...kedua ruas dioperasikan dengan 𝑥 −1
𝑎2 𝑥 −1 = 𝑥 −1 𝑎2
Karena 𝑥 −1 ∈ 𝐺 dan berlaku 𝑎2 𝑥−1 = 𝑥−1 𝑎2 maka 𝑥 −1 ∈ 𝐻
Dari (1) sampai (4) berdasarkan teorema 2.1 maka 𝐻 ≤) 𝐺

SUBGRUP 58
Kegiatan Belajar 2.2

SIFAT-SIFAT SUBGRUP

Tujuan Kegiatan Belajar 2.2 :


1. Mahasiswa dapat menjelaskan sifat-sifat subgroup
2. Mahasiswa membuktikan sifat-sifat subgrup
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah menggunakan konsep dari
sifat-sifat subgrup

Teorema 2.4
Diketahui (𝐺,∗) merupakan grup dan 𝐻 subgrup dari 𝐺 maka kedua
pernyataan berikut berlaku:
(1) Elemen identitas 𝑒 ∈ 𝐺 juga merupakan elemen identitas pada 𝐻
(2) Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻, ada 𝑎′ ∈ 𝐻 dengan 𝑎′ adalah invers dari 𝑎 ∈ 𝐻
Bukti:
(1) Akan ditunjukkan bahwa: elemen identitas 𝑒 ∈ 𝐺 juga merupakan
elemen identitas pada 𝐻
Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝐻.
Andaikan terdapat 𝑒1 ∈ 𝐻 dengan 𝑒1 ∗ 𝑎 = 𝑎 ∗ 𝑒1 = 𝑎……(1).
Karena 𝐻 ⊆ 𝐺, maka untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 berlaku 𝑎 ∈ 𝐺.
Karena 𝑒 ∈ 𝐺 merupakan elemen identitas di 𝐺 maka untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺
berlaku 𝑒 ∗ 𝑎 = 𝑎 ∗ 𝑒 = 𝑎 …… (2).
Dari (1) dan (2) diperoleh 𝑒1 ∗ 𝑎 = 𝑒 ∗ 𝑎, dengan menggunakan
kanselisasi kanan diperoleh 𝑒1 = 𝑒.
Jadi terbukti 𝑒 ∈ 𝐻.
(2) Akan ditunjukkan bahwa: untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻, ada 𝑎′ ∈ 𝐻 dengan 𝑎′
adalah invers dari 𝑎 ∈ 𝐻.
Karena 𝐻 subgrup 𝐺 maka 𝐻 merupakan grup terhadap operasi ∗ ,
sehingga menurut definisi grup untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻, ada 𝑎′ ∈ 𝐻 dengan 𝑎′
adalah invers dari 𝑎.

SUBGRUP 59
Definisi 2.2.
Jika 𝑆, 𝑇 dua subgrup dari grup 𝐺, maka 𝑆𝑇 didefinisikan dengan
𝑆𝑇 = {𝑥 ∈ 𝐺| 𝑥 = 𝑠𝑡, 𝑠 ∈ 𝑆 𝑑𝑎𝑛 𝑡 ∈ 𝑇 }
Contoh 2.9.
Misalkan dalam grup permutasi 𝑆3 = {𝛼0 , 𝛼1 , 𝛼2 , 𝛼3 , 𝛼4 , 𝛼5 }.
𝑆 = {𝛼0 , 𝛼1 } dan 𝑇 = {𝛼0 , 𝛼2 } adalah subgrup dari 𝑆3 (dapat ditunjukkan
oleh pembaca). Tentukanlah 𝑆𝑇 dan 𝑇𝑆!
Jawab:
Dengan definisi 2.2. maka
𝑆𝑇 = {𝛼0 𝛼0 , 𝛼0 𝛼2 , 𝛼1 𝛼0 , 𝛼1 𝛼2 } = {𝛼0 , 𝛼2 , 𝛼1 , 𝛼5 } dan
𝑇𝑆 = {𝛼0 𝛼0 , 𝛼0 𝛼1 , 𝛼2 𝛼0 , 𝛼2 𝛼1 } = {𝛼0 , 𝛼1 , 𝛼2 , 𝛼4 }
Ternyata 𝑆𝑇  𝑇𝑆

Teorema 2.5
Jika 𝐺 grup dan 𝑆 subgrup dari grup 𝐺 maka 𝑆𝑆 = 𝑆
Bukti:
(1) Akan dibuktikan 𝑆𝑆 ⊆ 𝑆
Ambil sebarang 𝑠 ∈ 𝑆𝑆 , maka 𝑠 = 𝑠1 𝑠2 , untuk suatu 𝑠1 , 𝑠2 ∈ 𝑆.
Karena 𝑆 subgrup maka 𝑠 = 𝑠1 𝑠2 ∈ 𝑆
Ini berarti untuk setiap 𝑠 ∈ 𝑆𝑆 maka 𝑠 ∈ 𝑆. Jadi 𝑆𝑆 ⊆ 𝑆
(2) Akan dibuktikan 𝑆 ⊆ 𝑆𝑆
Ambil sebarang 𝑠 ∈ 𝑆.
Karena 𝑆 subgrup maka ada 𝑒 ∈ 𝑆, sedemikian sehingga 𝑠𝑒 ∈ 𝑆.
Karena 𝑠 ∈ 𝑆 dan 𝑒 ∈ 𝑆 maka berdasarkan definisi 2.2 𝑠𝑒 = 𝑠 ∈ 𝑆𝑆.
Ini berarti untuk setiap 𝑠 ∈ 𝑆 maka 𝑠 ∈ 𝑆𝑆. Jadi 𝑆 ⊆ 𝑆𝑆
Karena 𝑆𝑆 ⊆ 𝑆 dan 𝑆 ⊆ 𝑆𝑆 maka 𝑆𝑆 = 𝑆

Definisi 2.3
Jika 𝐺 grup dan 𝑆 subgrup dari 𝐺 maka yang dimaksud 𝑆 −1 = {𝑠 −1 | 𝑠 ∈ 𝑆}.

SUBGRUP 60
Contoh 2.10
Misalkan 𝐺 = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} adalah grup terhadap perkalian pada bilangan
bulat modulo 8 dan 𝑆 = {1, 3, 5, 7} adalah subgrup dari 𝐺 (dapat dibuktikan
oleh pembaca). Tentukan 𝑆 −1 !
Jawab:
Dengan definisi 2.3. maka 𝑆 −1 ={1−1 , 3−1 , 5−1 , 7−1 } = {1, 3, 5, 7}

Teorema 2.6
Jika 𝐺 grup dan 𝐻 subgrup dari 𝐺, maka 𝐻𝐻 −1 = 𝐻 dan 𝐻 −1 = 𝐻
Bukti
(1) Akan dibuktikan jika 𝐺 grup dan 𝐻 subgrup dari 𝐺, maka 𝐻𝐻 −1 = 𝐻
Bukti
Untuk membuktikan 𝐻𝐻 −1 = 𝐻, maka akan ditunjukkan bahwa 𝐻𝐻 −1 ⊂ 𝐻
dan 𝐻 ⊂ 𝐻𝐻 −1
(i) 𝐻𝐻 −1 ⊂ 𝐻
𝐻𝐻 −1 ⊂ 𝐻 jika untuk setiap elemen di 𝐻𝐻 −1 juga merupakan elemen di
𝐻.
Ambil sebarang 𝑥 ∈ 𝐻𝐻 −1, maka 𝑥 = 𝑎𝑏 −1 dengan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐻.
Karena 𝐻 subgrup dari 𝐺 , maka untuk setiap elemen di 𝐻 memiliki
invers.
Sehingga untuk 𝑏 ∈ 𝐻, terdapat 𝑏−1 ∈ 𝐻 .
Karena 𝑎 ∈ 𝐻, 𝑏−1 ∈ 𝐻 dan 𝐻 subgrup dari 𝐺, maka 𝑎𝑏−1 ∈ 𝐻.
Sehingga 𝑥 = 𝑎𝑏 −1 ∈ 𝐻.
Dengan demikan, untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐻𝐻 −1 berlaku 𝑥 ∈ 𝐻.
Jadi 𝐻𝐻 −1 ⊂ 𝐻.
(ii) 𝐻 ⊂ 𝐻𝐻 −1
𝐻 ⊂ 𝐻𝐻 −1 jika untuk setiap elemen di 𝐻 juga merupakan elemen di
𝐻𝐻 −1 .
Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝐻.
Karena 𝐻 subgrup dari 𝐺, maka 𝐻 memiliki suatu elemen identitas 𝑒 ∈ 𝐻.
Sehingga 𝑎 = 𝑎𝑒 = 𝑎𝑒 −1 ∈ 𝐻𝐻 −1

SUBGRUP 61
Dengan demikian, untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 berlaku 𝑎 ∈ 𝐻𝐻 −1.
Jadi 𝐻 ⊂ 𝐻𝐻 −1.
Dari (i) dan (ii), diperoleh bahwa 𝐻𝐻 −1 ⊂ 𝐻 dan 𝐻 ⊂ 𝐻𝐻 −1. Dengan
demikian, terbukti bahwa 𝐻𝐻 −1 = 𝐻.
(2) Akan dibuktikan jika 𝐺 grup dan 𝐻 subgrup dari 𝐺, maka 𝐻 −1 = 𝐻.
Pembuktian bagian ini diserahkan kepada pembaca.

Definisi 2.4
Jika 𝑆 dan 𝑇 dua subgrup dari grup 𝐺 maka
(𝑆𝑇)−1 = {(𝑠𝑡)−1 | 𝑠 ∈ 𝑆 , 𝑡 ∈ 𝑇}
= { 𝑡 −1 𝑠 −1 | 𝑠 ∈ 𝑆 , 𝑡 ∈ 𝑇}
= 𝑇 −1 𝑆 −1

Contoh 2.11
Misalkan dalam grup permutasi 𝑆3 = {𝛼0 , 𝛼1 , 𝛼2 , 𝛼3 , 𝛼4 , 𝛼5 }.
𝐴 = {𝛼0 , 𝛼1 } dan 𝐵 = {𝛼0 , 𝛼2 } adalah subgrup dari 𝑆3 . Tentukan (𝐴𝐵)−1
dan tunjukkan bahwa (𝐴𝐵)−1 = 𝐵−1 𝐴−1
Jawab:
Dengan definisi 2.4. maka
(𝐴𝐵)−1 = {(𝛼0 𝛼0 )−1 , (𝛼0 𝛼2 )−1 , (𝛼1 𝛼0 )−1 , (𝛼1 𝛼2 )−1 }
= {𝛼0 −1 , 𝛼2 −1 , 𝛼1 −1 , 𝛼5 −1 }
= {𝛼0 , 𝛼2 , 𝛼1 , 𝛼4 }
𝐴−1 = {𝛼0 −1 , 𝛼1 −1 } = {𝛼0 , 𝛼1 }
𝐵−1 = {𝛼0 −1 , 𝛼2 −1 } = {𝛼0 , 𝛼2 }
𝐵−1 𝐴−1 = {𝛼0 , 𝛼2 }{𝛼0 , 𝛼1 }
= {𝛼0 𝛼0 , 𝛼0 𝛼1 , 𝛼2 𝛼0 , 𝛼2 𝛼1 }
= {𝛼0 , 𝛼1 , 𝛼2 , 𝛼4 }
Sehingga terlihat bahwa (𝐴𝐵)−1 = 𝐵−1 𝐴−1

SUBGRUP 62
Teorema 2.7
Misalkan 𝐻 dan 𝐾 dua subgrup dari grup 𝐺. 𝐻𝐾 suatu subgrup dari 𝐺 jika dan
hanya jika 𝐻𝐾 = 𝐾𝐻.
Bukti
Akan dibuktikan bahwa:
(1) Jika 𝐻𝐾 suatu subgrup dari 𝐺 maka 𝐻𝐾 = 𝐾𝐻
(2) Jika 𝐻𝐾 = 𝐾𝐻 maka 𝐻𝐾 suatu subgrup dari 𝐺.
Bukti:
(1) Akan ditunjukkan jika 𝐻𝐾 suatu subgrup dari 𝐺 maka 𝐻𝐾 = 𝐾𝐻
Karena 𝐻 dan 𝐾 subgrup-subgrup dari 𝐺, maka 𝐻𝐻 −1 = 𝐻, 𝐻 −1 = 𝐻,
𝐾𝐾 −1 = 𝐾, dan 𝐾 −1 = 𝐾.
Jika 𝐻𝐾 subgrup dari 𝐺, maka (𝐻𝐾)−1 = 𝐻𝐾 ..... (i)
(𝐻𝐾)−1 = 𝐾 −1 𝐻 −1 = 𝐾𝐻 .... (ii)
Dari (i) dan (ii) diperoleh bahwa 𝐻𝐾 = (𝐻𝐾)−1 = 𝐾𝐻.
Dengan demikian terbukti bahwa jika 𝐻𝐾 suatu subgrup dari 𝐺, maka
𝐻𝐾 = 𝐾𝐻.
(2) Akan ditunjukkan jika 𝐻𝐾 = 𝐾𝐻, maka 𝐻𝐾 suatu subgrup dari 𝐺.
Pembuktian bagian kedua ini diserahkan kepada pembaca.

Teorema 2.8
Jika 𝐻 dan 𝐾 dua subgrup dari grup 𝐺 maka 𝐻 ∩ 𝐾 subgrup dari 𝐺.
Bukti:
(1) Karena 𝐻 dan 𝐾 dua subgrup dari grup 𝐺 maka 𝑒 ∈ 𝐻 dan 𝑒 ∈ 𝐾.
sehingga 𝑒 ∈ 𝐻 ∩ 𝐾. Jadi 𝐻 ∩ 𝐾 ≠ ∅.
(2) Karena 𝐻 dan 𝐾 dua subgrup dari grup 𝐺 maka 𝐻 ⊆ 𝐺 dan 𝐾 ⊆ 𝐺
Sehingga 𝐻 ∩ 𝐾 ⊆ 𝐺
(3) Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐻 ∩ 𝐾 maka 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐻 dan 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐾
Karena 𝐻 dan 𝐾 dua subgrup dari grup 𝐺 maka 𝑥𝑦 −1 ∈ 𝐻 dan 𝑥𝑦 −1 ∈ 𝐾,
sehingga 𝑥𝑦 −1 ∈ 𝐻 ∩ 𝐾
Dari (1) sampai (3) terbukti bahwa 𝐻 ∩ 𝐾 subgrup dari 𝐺

SUBGRUP 63
Latihan soal KB 2.2.
1. Misalkan 𝐴 dan 𝐵 masing-masing merupakan subgrup dari grup 𝐺. Apakah
𝐴𝐵 = {𝑥 ∈ 𝐺| 𝑥 = 𝑎𝑏, 𝑎 ∈ 𝐴 dan 𝑏 ∈ 𝐵 } merupakan subgrup dari 𝐺?
2. Jika 𝐾 dan 𝐻 masing-masing merupakan subgrup dari grup 𝐺. Apakah 𝐾 ∪
𝐻 subgrup dari 𝐺?
3. Buktikan bahwa setiap subgrup dari grup siklik adalah siklik!
4. Misalkan 𝐻 adalah sebuah subgrup dari grup 𝐺. Buktikan bahwa 𝑎𝐻𝑎−1 =
{𝑎ℎ𝑎−1 |ℎ ∈ 𝐻} merupakan subgrup dari grup 𝐺!
5. Jika 𝐺 suatu grup abelian, buktikanlah bahwa 𝐻 = {{𝑎 ∈ 𝐺 |𝑎2 = 𝑒}} adalah
subgrup dari 𝐺.

Kunci Jawaban Soal Latihan KB 2.2.

2. 𝐾 ∪ 𝐻 bukan subgrup dari 𝐺 karena tidak berlaku sifat tertutup.


4. Petunjuk: untuk membuktikan bahwa 𝑎𝐻𝑎−1 = {𝑎ℎ𝑎−1 |ℎ ∈ 𝐻 }
merupakan subgrup dari grup 𝐺 gunakan teorema 2.1.

SUBGRUP 64
LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 2.2
SIFAT-SIFAT SUBGRUP

Masalah 1:
Jika 𝐾 dan 𝐻 subgrup dari grup 𝐺. Apakah 𝐾 ∪ 𝐻 subgrup dari 𝐺?
Jawab
Untuk menjawab pertanyaan ini silahkan mahasiswa memberikan kontra
contoh.
Jika 𝐾 dan 𝐻 subgrup dari grup 𝐺, 𝐾 ∪ 𝐻 belum tentu subgrup dari 𝐺, karena
belum ada jaminan pada sifat ketertutupannya.
Diketahui grup 𝐺 =……… Pilih subgrup 𝑍6 yaitu 𝐻 =……. dan 𝐾 =………
Diperoleh 𝐾 ∪ 𝐻 = …………
Perhatikan bahwa …….. ∈ (𝐾 ∪ 𝐻 ), tetapi … … … ∉ 𝐾 ∪ 𝐻.
Karena tidak berlaku sifat tertutup, maka 𝐾 ∪ 𝐻 bukan subgrup dari 𝐺.

Masalah 2:
Misalkan 𝐻 adalah sebuah subgrup dari grup 𝐺. Buktikan bahwa 𝑎𝐻𝑎−1 =
{𝑎ℎ𝑎−1 |ℎ ∈ 𝐻 } merupakan subgrup dari grup 𝐺!
Jawab
(1) Akan ditunjukkan: 𝑎𝐻𝑎−1 tak kosong
Karena ada 𝑒 ∈ 𝐻, sehingga 𝑒 = …….. ∈ 𝑎𝐻𝑎−1
Jadi 𝑎𝐻𝑎−1 ………………………
(2) Akan ditunjukkan: 𝑎𝐻𝑎−1 ⊆ 𝐺
Ambil sebarang 𝑥 ∈ 𝑎𝐻𝑎−1, maka ………………………………………
Karena 𝐻 subgrup 𝐺 maka …………………….
Jadi 𝑎𝐻𝑎−1 ………………
(3) Ambil sebarang 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑎𝐻𝑎−1
𝑐 ∈ 𝑎𝐻𝑎−1 , misalkan 𝑐 = ………………………………………….
𝑑 ∈ 𝑎𝐻𝑎−1 , misalkan 𝑑 = …………………………………………
𝑐𝑑 = (… … … )(… … . . . )

SUBGRUP 65
= ……(𝑎−1 𝑎) … … ……………sifat assosiatif dan 𝑒 = 𝑎−1 𝑎
= 𝑎 (… . . … )𝑎−1
Karena 𝐻 subgrup, dan …., …. ∈ 𝐻 maka …….. ∈ 𝐻,
sehingga 𝑐𝑑 ∈ 𝑎𝐻𝑎−1
(4) Ambil sebarang 𝑓 ∈ 𝑎𝐻𝑎−1.
Akan ditunjukkan: terdapat 𝑓 −1 ∈ 𝑎𝐻𝑎−1 sehingga 𝑓𝑓 −1 = 𝑓 −1 𝑓 = 𝑒.
Misalkan 𝑓 = 𝑎ℎ3 𝑎−1 dengan ℎ3 ∈ 𝐻
karena 𝐻 subgrup, maka ℎ3 −1 ∈ 𝐻
𝑓 −1 = (𝑎ℎ3 𝑎−1 )−1 = ……………..
𝑓𝑓 −1 = (… … … … … )(… … … … … )
= (… … … … … )(… … … … … )
= (… … (… … … ) … … )
= 𝑎(… … … )𝑎−1
= 𝑎𝑒𝑎−1
=𝑒
Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan 𝑓 −1 𝑓 = 𝑒
Jadi terbukti bahwa terdapat 𝑓 −1 ∈ 𝑎𝐻𝑎−1 sehingga 𝑓𝑓 −1 = 𝑓 −1 𝑓 = 𝑒.
Dari (1), (2), (3), dan (4) terbukti bahwa 𝑎𝐻𝑎−1 = {𝑎ℎ𝑎−1 |ℎ ∈ 𝐻} merupakan
subgrup dari grup 𝐺.

SUBGRUP 66
Kegiatan Belajar 2.3

KOSET DAN INDEKS


Tujuan Kegiatan Belajar 2.3 :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi koset
2. Mahasiswa dapat menentukan koset dari suatu subgroup
3. Mahasiswa dapat membuktikan teorema-teorema pada koset
4. Mahasiswa dapat menentukan indeks dari suatu koset
5. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah menggunakan konsep dari
koset dan indeks

2.3.1 Koset

Definisi 2.5
Misalkan 𝐻 suatu subgrup dari grup 𝐺 dan 𝑎 suatu elemen dari 𝐺, maka
(1) 𝐻𝑎 = {ℎ𝑎|ℎ ∈ 𝐻 } disebut koset kanan dari 𝐻 dalam 𝐺
(2) 𝑎𝐻 = {𝑎ℎ|ℎ ∈ 𝐻 } disebut koset kanan dari 𝐻 dalam 𝐺

Karena H subgrup dari G, maka 𝑒 ∈ 𝐻 (𝑒 elemen identitas), sehingga


𝐻𝑒 = {ℎ𝑒 |ℎ ∈ 𝐻 } = 𝐻 dan 𝑒𝐻 = {𝑒ℎ|ℎ ∈ 𝐻} = 𝐻. Ini berarti 𝐻 merupakan
suatu koset kanan dan koset kiri dari 𝐻.
Demikian pula, karena 𝑒 ∈ 𝐻, maka 𝑒𝑎 ∈ 𝐻𝑎 yaitu 𝑎 ∈ 𝐻𝑎 dan 𝑎𝑒 ∈ 𝑎𝐻
yaitu 𝑎 ∈ 𝑎𝐻. Ini berarti 𝑎𝐻 dan 𝐻𝑎 memuat sekurang-kurangnya satu
elemen. Dengan kata lain, tak ada koset kiri atau koset kanan yang merupakan
himpunan kosong. Apabila G suatu grup abelian, maka setiap koset kiri dari
suatu subgrup merupakan koset kanan dari subgrup itu.

Contoh 2.12
Misalkan 𝐺 = {1, 2, 3, 4, 5, 6 } dengan operasi perkalian modulo 7 adalah grup
dan 𝐻 = {1, 6} merupakan subgrup dari 𝐺. Tentukanlah koset dari 𝐻!
Jawaban
Berdasarkan definisi koset kanan, 𝐻𝑎 = {ℎ𝑎 |ℎ ∈ 𝐻 }
𝐻1 = {1 × 1, 6 × 1} = {1, 6} = 𝐻
𝐻2 = {1 × 2, 6 × 2} = {2, 5}
𝐻3 = {1 × 3, 6 × 3} = {3, 4}

SUBGRUP 67
𝐻4 = {1 × 4, 6 × 4} = {4, 3} = {3, 4} = 𝐻3
𝐻5 = {1 × 5, 6 × 5} = {5, 2} = {2, 5} = 𝐻2
𝐻6 = {1 × 6, 6 × 6 } = {6, 1} = {1, 6} = 𝐻
Berdasarkan definisi koset kiri, 𝑎𝐻 = {𝑎ℎ|ℎ ∈ 𝐻}
1𝐻 = {1 × 1, 1 × 6} = {1, 6} = 𝐻
2𝐻 = {2 × 1, 2 × 6} = {2, 5}
3𝐻 = {3 × 1, 3 × 6} = {3, 4}
4𝐻 = {4 × 1, 4 × 6} = {4, 3} = {3, 4} = 𝐻3
5𝐻 = {5 × 1, 5 × 6} = {5, 2} = {2, 5} = 𝐻2
6𝐻 = {6 × 1, 6 × 6 } = {6, 1} = {1, 6} = 𝐻
Jadi, koset dari 𝐻 adalah 𝐻, {2, 5}, {3, 4}

Contoh 2.13
Misalkan (𝑍, +) adalah grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan dan
𝑀 = {3𝑛|𝑛 ∈ 𝑍} = {… , −6, −3, 0, 3, 6, … } adalah subgroup dari 𝑍, maka koset
kanan– koset kanan dari 𝑀 dalam 𝑍 adalah:
𝑀 + 0 = {3𝑛 + 0|𝑛 ∈ 𝑍} = 𝑀 = 𝑀 + 3 = 𝑀 + 6 = 𝑀 + (−3) = ⋯
𝑀 + 1 = {3𝑛 + 1|𝑛 ∈ 𝑍} = {… , −5, −2, 1, 4, 7, … } = 𝑀 + (−2) = 𝑀 + 4 = ⋯
𝑀 + 2 = {3𝑛 + 2|𝑛 ∈ 𝑍} = {… , −4, −1, 2, 5, 8, … } = 𝑀 + (−1) = 𝑀 + 5 = ⋯
Jadi koset kanan-koset kanan dari 𝑀 dalam 𝑍 adalah: 𝑀, 𝑀 + 1 dan 𝑀 + 2.

Teorema 2.9
Misalkan 𝐻 subgrup dari 𝐺. Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 berlaku 𝑎 ∈ 𝐻 jika dan hanya
jika 𝐻𝑎 = 𝐻
Bukti:
Akan dibuktikan bahwa:
(1) Jika 𝑎 ∈ 𝐻 maka 𝐻𝑎 = 𝐻
(2) Jika 𝐻𝑎 = 𝐻, maka 𝑎 ∈ 𝐻
Bukti
(1) Untuk membuktikan jika 𝑎 ∈ 𝐻 maka 𝐻𝑎 = 𝐻, maka harus ditunjukkan
bahwa jika 𝑎 ∈ 𝐻, maka 𝐻𝑎 ⊂ 𝐻 dan 𝐻 ⊂ 𝐻𝑎

SUBGRUP 68
(i) 𝐻𝑎 ⊂ 𝐻
𝐻𝑎 ⊂ 𝐻 jika untuk setiap elemen di 𝐻𝑎 juga merupakan elemen di 𝐻.
Ambil sebarang 𝑥 ∈ 𝐻𝑎, maka 𝑥 = ℎ𝑎 untuk suatu ℎ ∈ 𝐻.
Karena 𝑎 ∈ 𝐻 dan ℎ ∈ 𝐻 serta 𝐻 subgrup dari 𝐺, maka ℎ𝑎 ∈ 𝐻.
Sehingga 𝑥 = ℎ𝑎 ∈ 𝐻.
Dengan demikian, untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐻𝑎 berlaku 𝑥 ∈ 𝐻. Sehingga
𝐻𝑎 ⊂ 𝐻.
(ii) 𝐻 ⊂ 𝐻𝑎
Ambil sebarang 𝑦 ∈ 𝐻. Karena 𝑎 ∈ 𝐻 dan 𝐻 subgrup dari 𝐺, maka
𝑎−1 ∈ 𝐻.
Sehingga 𝑦𝑎−1 ∈ 𝐻.
Akibatnya (𝑦𝑎−1 )𝑎 = 𝑦 ∈ 𝐻𝑎.
Dengan demikian, untuk setiap 𝑦 ∈ 𝐻 berlaku 𝑦 ∈ 𝐻𝑎. Sehingga 𝐻 ⊂
𝐻𝑎.
Dari (i) dan (ii), diperoleh bahwa 𝐻𝑎 ⊂ 𝐻 dan 𝐻 ⊂ 𝐻𝑎. Sehingga 𝐻𝑎 = 𝐻.
Dengan demikian, terbukti bahwajika 𝑎 ∈ 𝐻 maka 𝐻𝑎 = 𝐻
(2) Akan dibuktikan jika 𝐻𝑎 = 𝐻, maka 𝑎 ∈ 𝐻
Karena 𝐻 subgrup dari 𝐺, maka terdapat elemen identitas 𝑒 ∈ 𝐻,
sehingga 𝑒𝑎 = 𝑎 ∈ 𝐻𝑎. Selanjutnya, karena 𝐻𝑎 = 𝐻, maka maka 𝑎 ∈ 𝐻
Dengan demikian, terbukti bahwa jika 𝐻𝑎 = 𝐻, maka 𝑎 ∈ 𝐻.
Dari (1) dan (2), dapat disimpulkan bahwa jika diketahui 𝐻 subgrup dari 𝐺,
maka ∀ 𝑎 ∈ 𝐻 berlaku 𝑎 ∈ 𝐻 jika dan hanya jika 𝐻𝑎 = 𝐻.

Teorema 2.10
Misalkan 𝐻 subgrup dari 𝐺. Untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku 𝑏 ∈ 𝐻𝑎 ⇔ 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎
Akan dibuktikan bahwa:
(1) Jika 𝑏 ∈ 𝐻𝑎 maka 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎
(2) Jika 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎, maka 𝑏 ∈ 𝐻𝑎
Bukti
(1) Untuk membuktikan jika 𝑏 ∈ 𝐻𝑎 maka 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎, maka harus
ditunjukkan bahwa jika 𝑏 ∈ 𝐻𝑎, maka 𝐻𝑏 ⊂ 𝐻𝑎 dan 𝐻𝑎 ⊂ 𝐻𝑏

SUBGRUP 69
(i) 𝐻𝑏 ⊂ 𝐻𝑎
𝐻𝑏 ⊂ 𝐻𝑎 jika untuk setiap elemen di 𝐻𝑏 juga merupakan elemen di
𝐻𝑎.
Ambil sebarang 𝑥 ∈ 𝐻𝑏, maka 𝑥 = ℎ1 𝑏 untuk suatu ℎ1 ∈ 𝐻.
Karena 𝑏 ∈ 𝐻𝑎, misalkan 𝑏 = ℎ2 𝑎 untuk suatu ℎ2 ∈ 𝐻.
Karena 𝑥 = ℎ1 𝑏 dan 𝑏 = ℎ2 𝑏 maka 𝑥 = ℎ1 (ℎ2 𝑎) = (ℎ1 ℎ2 )𝑎 = ℎ𝑎
Karena 𝑥 = ℎ𝑎 maka 𝑥 ∈ 𝐻𝑎
Dengan demikian, untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐻𝑏 berlaku 𝑥 ∈ 𝐻𝑎. Sehingga
𝐻𝑏 ⊂ 𝐻𝑎.
(ii) 𝐻𝑎 ⊂ 𝐻𝑏
Dengan cara yang sama seperti pada bagian (i) dapat dibuktikan
bahwa 𝐻𝑎 ⊂ 𝐻𝑏
Dari (i) dan (ii) diperoleh 𝐻𝑏 ⊂ 𝐻𝑎 dan 𝐻𝑎 ⊂ 𝐻𝑏, sehingga 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎.
Dengan demikian terbukti jika 𝑏 ∈ 𝐻𝑎 maka 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎
(2) Akan dibuktikan jika 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎, maka 𝑏 ∈ 𝐻𝑎
Jika 𝑒 adalah elemen identitas di H, maka
𝑒 ∈ 𝐻 ⟹ 𝑒𝑏 = 𝑏 ∈ 𝐻𝑏
⟹ 𝑏 ∈ 𝐻𝑎 …………………….𝐻𝑏 = 𝐻𝑎
Dengan demikian terbukti bahwa jika 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎, maka 𝑏 ∈ 𝐻𝑎
Dari (1) dan (2), dapat disimpulkan bahwa jika diketahui 𝐻 subgrup dari 𝐺.
Untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku 𝑏 ∈ 𝐻𝑎 ⇔ 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎

Teorema 2.11
Misalkan 𝐻 subgrup dari 𝐺. ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku
(1) 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎 ⟺ 𝑎𝑏−1 ∈ 𝐻 dan
(2) 𝑏𝐻 = 𝑎𝐻 ⟺ 𝑏 −1 𝑎 ∈ 𝐻
Bukti:
Akan dibuktikan bahwa bagian (1) dan bagian (2) diserahkan kepada
pembaca.
(1) Jika 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎, maka 𝑎𝑏−1 ∈ 𝐻
(2) Jika 𝑎𝑏 −1 ∈ 𝐻 maka 𝐻𝑎 = 𝐻𝑎

SUBGRUP 70
Bukti:
(1) Karena diketahui 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎, maka berdasarkan teorema 2.8, 𝑎 ∈ 𝐻𝑏
𝑎 ∈ 𝐻𝑏 ⟹ 𝑎𝑏 −1 ∈ (𝐻𝑏)𝑏−1
⟹ 𝑎𝑏 −1 ∈ 𝐻 (𝑏𝑏 −1 )
⟹ 𝑎𝑏 −1 ∈ 𝐻
Dengan demikian, terbukti bahwa jika 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎, maka 𝑎𝑏−1 ∈ 𝐻
(2) Karena 𝑎𝑏−1 ∈ 𝐻 maka berdasarkan teorema 2.7, 𝐻𝑎𝑏−1 = 𝐻
𝐻𝑎𝑏−1 = 𝐻 ⟹ (𝐻𝑎𝑏−1 )𝑏 = 𝐻𝑏
⟹ 𝐻𝑎(𝑏−1 𝑏) = 𝐻𝑏
⟹ 𝐻𝑎 = 𝐻𝑏
Dengan demikian, terbukti bahwa jika 𝑎𝑏−1 ∈ 𝐻 maka 𝐻𝑎 = 𝐻𝑎
Dari (1) dan (2) terbukti bahwa jika diketahui 𝐻 subgrup dari 𝐺 maka
∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎 ⟺ 𝑎𝑏−1 ∈ 𝐻

Teorema 2.12
Misalkan 𝐻 subgrup dari 𝐺. ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺. Jika 𝐻𝑎 dan 𝐻𝑏 adalah dua koset kanan
dari 𝐻 dalam 𝐺 maka 𝐻𝑎~𝐻𝑏. Dengan kata lain terdapat korespondensi satu-
satu antara dua koset kanan sebarang.
Bukti:
Misalkan dibentuk pemetaan 𝑓: 𝐻𝑎 → 𝐻𝑏 yang didefinisikan oleh 𝑓 (ℎ𝑎) =
ℎ𝑏, ∀ℎ ∈ 𝐻. Pemetaan ini satu-satu, sebab jika ada ℎ1 𝑎, ℎ2 𝑎 ∈ 𝐻𝑎 sedemikian
hingga 𝑓 (ℎ1 𝑎) = 𝑓(ℎ2 𝑎) maka ℎ1 𝑏 = ℎ2 𝑏 sehingga ℎ1 = ℎ2 dan ℎ1 𝑎 = ℎ2 𝑎.
Jika ℎ𝑏 ∈ 𝐻𝑏 maka ℎ ∈ 𝐻 sehingga ℎ𝑎 ∈ 𝐻𝑎 dan menurut 𝑓(ℎ𝑎) = ℎ𝑏. Ini
berarti 𝑓 suatu pemetaan onto. Jadi 𝑓 suatu korespondensi satu-satu.

Karena 𝐻𝑎~𝐻𝑏 dan jika 𝐺 suatu grup finit (berhingga), maka 𝜊 (𝐻𝑎) = 𝜊(𝐻𝑏)
yaitu banyaknya elemen 𝐻𝑎 sama dengan banyaknya elemen 𝐻𝑏. Hal ini
mengakibatkan munculnya teorema berikut.

SUBGRUP 71
Teorema 2.13 (Teorema Lagrange)
Jika 𝐺 adalah grup berhingga dan 𝐻 subgrup dari 𝐺 maka ∘ (𝐻) merupakan
pembagi (faktor) dari ∘ (𝐺).
Bukti:
Karena 𝐻 subgrup dari grup berhingga 𝐺, maka 𝐻 suatu himpunan berhingga
pula. Karena 𝐺 berhingga, maka banyaknya koset kanan dari 𝐻 dalam 𝐺
berhingga pula, misalkan 𝑘. Katakan koset kanan-koset kanan dari 𝐻 dalam 𝐺
adalah 𝐻𝑎1 , 𝐻𝑎2 , 𝐻𝑎3 , … 𝐻𝑎𝑘 . Koset kanan-koset kanan ini membentuk partisi
dalam 𝐺 yaitu 𝐺 = 𝐻𝑎1 ∪ 𝐻𝑎2 ∪ 𝐻𝑎3 ∪ … ∪ 𝐻𝑎𝑘 dan 𝐻𝑎𝑖 ∩ 𝐻𝑎𝑗 = ∅ untuk
𝑖 ≠ 𝑗. Misalkan ∘ (𝐻 ) = 𝑛 dan telah dibuktikan pada teorema 2.11 bahwa
𝐻𝑎𝑖 ~𝐻𝑎𝑗 , maka untuk setiap 𝑖 = 1, 2, … , 𝑘, 𝜊(𝐻𝑎𝑖 ) = 𝑛. Sehingga ∘ (𝐺 ) = 𝑘𝑛
atau ∘ (𝐻 ) = 𝑘 ∘ (𝐻 ). Jadi ∘ (𝐻) merupakan pembagi (faktor) dari ∘ (𝐺).

2.3.2 Indeks

Definisi 2.6
Misalkan 𝐻 suatu subgrup dari grup 𝐺 dan 𝑎 suatu elemen dari 𝐺, maka
banyakya koset kanan (kiri) dari H dalam G disebut indeks dari 𝐻 dalam G dan
disimbolkan dengan 𝐼𝐺 (𝐻).

Contoh 2.14
Misalkan 𝐺 = {1, 2, 3, 4, 5, 6 } dengan operasi perkalian mod 7 adalah grup
dan 𝐻 = {1, 6} merupakan subgrup dari G. Tentukanlah indeks dari H !
Jawaban
Berdasarkan contoh diperoleh bahwa koset dari 𝐻 adalah 𝐻, {2, 5}, {3, 4}.
Maka indeks dari 𝐻 ada 3.

Latihan soal KB 2.3.


1. Misalkan 𝐻 subgrup dari grup abelian 𝐺, buktikanlah bahwa
a. (𝑎𝐻)−1 = 𝑎−1 𝐻
b. (𝐻𝑎)2 = 𝐻𝑎2

SUBGRUP 72
2. Diberikan 𝑆3 = {(1), (1 2), (1 3), (2 3), (1 2 3), (1 3 2)} merupakan grup
dan 𝐻 = {(1), (2 3)} merupakan subgrup dari 𝑆3 . Tentukan koset dari 𝐻
dan indeks dari 𝐻 dalam 𝐺!
3. Jika 𝐻 subgrup dari grup berhingga 𝐺, buktikanlah bahwa:
∘(𝐺)
𝐼𝐺 (𝐻 ) = ∘(𝐻)

4. Misalkan 𝐻 subgrup dari grup 𝐺, buktikanlah bahwa:


a. 𝐻𝑎 ≠ 𝐻𝑏 jika dan hanya jika 𝑎−1 𝐻 = 𝑏−1 𝐻
b. (𝐻𝑎)−1 = 𝑎−1 𝐻
5. Misalkan 𝐻 subgrup dari grup 𝐺, buktikanlah bahwa:
a. Jika 𝑎 ∉ 𝐻, maka 𝐻 ∩ 𝐻𝑎 ≠ ∅
b. Jika 𝑏 ∉ 𝐻, maka 𝐻𝑎 ∩ 𝐻𝑏 ≠ ∅

Kunci Jawaban Latihan Soal KB 2.3.


2. 𝑆3 = {(1), (1 2), (1 3), (2 3), (1 2 3), (1 3 2)} = {𝛼0 , 𝛼1 , 𝛼2 , 𝛼3 , 𝛼4 , 𝛼5 }
merupakan grup.
𝐻 = {(1), (2 3)} = {𝛼0 , 𝛼3 } merupakan subgrup dari 𝑆3
Koset kanan dari 𝐻 dalam 𝐺 adalah {𝐻, 𝐻𝛼1, 𝐻𝛼2 }
Karena terdapat tiga koset kanan yang berbeda dari 𝐻 dalam 𝐺 maka
indeks dari 𝐻 dalam 𝐺 adalah 3.
4b. Petunjuk: gunakan definisi bahwa (𝑎𝐻 )−1 = {(𝑎ℎ)−1 , ℎ ∈ 𝐻 }

SUBGRUP 73
LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 2.3.
KOSET DAN INDEKS

Masalah 1:
Diberikan 𝑆3 = {(1), (1 2), (1 3), (2 3), (1 2 3), (1 3 2)} merupakan grup dan
𝐻 = {(1), (2 3)} merupakan subgrup dari 𝑆3 . Tentukan koset dari 𝐻 dan
indeks dari 𝐻 dalam 𝐺!
Jawab:
Misalkan 𝑆3 = {(1), (1 2), (1 3), (2 3), (1 2 3), (1 3 2)} atau 𝑆3 =

{𝛼0 , 𝛼1 , 𝛼2 , 𝛼3 , 𝛼4 , 𝛼5 } dengan

1 2 3 1 2 3 1 2 3
𝛼0 = ( ) 𝛼1 = ( ) 𝛼2 = ( )
1 2 3 2 1 3 3 2 1

1 2 3 1 2 3 1 2 3
𝛼3 = ( ) 𝛼4 = ( ) 𝛼5 = ( )
1 3 2 2 3 1 3 1 2

Dan 𝐻 = {(1), (2 3)} = {𝛼0 , 𝛼3 } merupakan subgrup dari 𝑆3

𝐻𝛼0 = {𝛼0 𝛼0 , 𝛼3 𝛼0 } = {… , … } = 𝐻

𝐻𝛼1 = {𝛼0 𝛼1 , 𝛼3 𝛼1 } = {… , … } = ……

𝐻𝛼2 = { … … , … … } = {… , … } = ……

𝐻𝛼3 = { … … , … … } = {… , … } = ……

𝐻𝛼4 = { … … , … … } = {… , … } = ……

𝐻𝛼5 = { … … , … … } = {… , … } = ……

Koset kanan dari 𝐻 dalam 𝐺 adalah { … , … … , … … }

Karena terdapat ….. koset kanan yang berbeda dari 𝐻 dalam 𝐺 maka indeks

dari 𝐻 dalam 𝐺 adalah …..

SUBGRUP 74
Masalah 2
Misalkan 𝐻 subgrup dari grup abelian 𝐺, buktikanlah bahwa (𝑎𝐻)−1 = 𝑎−1 𝐻
Jawab:
Berdasarkan definisi koset
(𝑎𝐻 )−1 = {(𝑎ℎ)−1 , ℎ ∈ 𝐻 }
= {… … … … , ℎ ∈ 𝐻 } …………teorema invers
= {… … … … , ℎ−1 ∈ 𝐻} …………𝐻 <) 𝐺 dan 𝐺 abelian
= …… ………… definisi koset
Jadi terbukti bahwa (𝑎𝐻 )−1 = 𝑎−1 𝐻

SUBGRUP 75
Kegiatan Belajar 2.4

SUBGRUP NORMAL

Tujuan Kegiatan Belajar 2.4 :


1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep subgrup normal
2. Mahasiswa dapat membuktikan suatu subgrup merupakan subgroup
normal atau bukan
3. Mahasiswa dapat membuktikan teorema-teorema pada subgrup normal
4. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah menggunakan konsep
subgroup normal

2.4.1 Definisi Subgrup Normal

Definisi 2.7
Suatu subgrup 𝑁 dari grup 𝐺 disebut subgrup normal dari grup 𝐺 jika dan
hanya jika ∀𝑔 ∈ 𝐺 dan ∀𝑛 ∈ 𝑁, 𝑔𝑛𝑔−1 ∈ 𝑁

Dari definisi tersebut terlihat bahwa untuk membuktikan 𝑁 subgrup normal


𝐺, maka yang harus ditunjukkan pertama kali adalah 𝑁 subgrup dari 𝐺,
kemudian langkah berikutnya adalah menunjukkan bahwa untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺
dan 𝑛 ∈ 𝑁 berlaku 𝑔𝑛𝑔-1 ∈ 𝑁. Jika 𝑁 subgrup normal dari grup 𝐺 maka
dilambangkan dengan 𝑁 ⊴ 𝐺. Selanjutnya didefinisikan 𝑔𝑁𝑔-1 adalah
himpunan semua 𝑔𝑛𝑔-1 dengan 𝑛 ∈ 𝑁 atau 𝑔𝑁𝑔−1 = {𝑔𝑛𝑔−1 | 𝑛 ∈ 𝑁}

Definisi 2.8
Suatu subgrup 𝑁 dari grup 𝐺 merupakan subgrup normal dari 𝐺 jika dan hanya
jika 𝑔𝑁𝑔−1 ⊆ 𝑁, ∀𝑔 ∈ 𝐺.

Contoh 2.15
Misalkan 𝐺 adalah grup semua bilangan bulat dengan operasi penjumlahan
dan 𝑁 adalah himpunan bilangan bulat genap dengan operasi yang sama
seperti di 𝐺, maka 𝑁 adalah subgrup dari grup 𝐺 . Apakah 𝑁 subgrup normal
dari grup 𝐺?

SUBGRUP 76
Jawaban
Karena telah diketahui 𝑁 subgrup dari 𝐺 maka kita cukup menunjukkan
bahwa ∀𝑔 ∈ 𝐺 dan 𝑛 ∈ 𝑁 , 𝑔𝑛𝑔−1 ∈ 𝑁
Ambil sebarang 𝑔 ∈ 𝐺 dan 𝑛 ∈ 𝑁.

Karena 𝑔 bilangan bulat dengan operasi penjumlahan maka 𝑔−1 = −𝑔 ; dan


𝑛 adalah bilangan bulat genap, maka 𝑔𝑛𝑔−1 = 𝑔 + 𝑛 + (−𝑔) = 𝑛 ∈ 𝑁.
Karena ∀𝑔  𝐺 𝑑𝑎𝑛 𝑛  𝑁 , 𝑔𝑛𝑔−1 ∈ 𝑁 maka 𝑁 subgrup normal dari grup 𝐺.

Contoh 2.16
Misalkan 𝐺 = {0, 1, 2, 3, 4, 5} dengan operasi penjumlahan modulo 6 dan 𝐻 =
{0, 2, 4} dengan operasi yang sama seperti di 𝐺. Maka 𝐻 adalah subgrup dari
grup 𝐺. Tunjukkan 𝐻 subgrup normal dari grup 𝐺?
Jawaban
Karena 𝐺 grup finit maka untuk menunjukkan 𝐻 subgrup normal dari grup 𝐺
maka kita dapat memeriksa satu persatu 𝑔 ∈ 𝐺, apakah berlaku untuk setiap
ℎ ∈ 𝐻, 𝑔ℎ𝑔−1 ∈ 𝐻
(1) 0 ∈ 𝐺 ; 0−1 = 0 ;
0 ∈ 𝐻 ; 0 +6 0 +6 0 = 0 ∈ 𝐻
2 ∈ 𝐻 ; 0 +6 2 +6 0 = 2 ∈ 𝐻
4 ∈ 𝐻 ; 0 +6 4 +6 0 = 4 ∈ 𝐻
(2) 1 ∈ 𝐺 ; 1−1 = 5 ;
0 ∈ 𝐻 ; 1 +6 0 +6 5 = 0 ∈ 𝐻
2 ∈ 𝐻 ; 1 +6 2 +6 5 = 2 ∈ 𝐻
4 ∈ 𝐻 ; 1 +6 4 +6 5 = 4 ∈ 𝐻
(3) 2 ∈ 𝐺 ; 2−1 = 4 ;
0 ∈ 𝐻 ; 2 +6 0 +6 4 = 0 ∈ 𝐻
2 ∈ 𝐻 ; 2 +6 2 +6 4 = 2 ∈ 𝐻
4 ∈ 𝐻 ; 2 +6 4 +6 4 = 4 ∈ 𝐻
dan seterusnya.

SUBGRUP 77
Dengan melanjutkan langkah-langkah pengerjaan di atas maka akan terlihat
bahwa untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺 𝑑𝑎𝑛 ℎ ∈ 𝐻, 𝑔ℎ𝑔−1 ∈ 𝐻. 𝐽𝑎𝑑𝑖 𝐻 ⊴ 𝐺

Contoh 2.17
Misalkan grup permutasi 𝑆3 = {𝛼0 , 𝛼1 , 𝛼2 , 𝛼3 , 𝛼4 , 𝛼5 } dan 𝐻 = {𝛼0 , 𝛼1 }. Maka
𝐻 adalah subgrup dari 𝑆3 . Apakah 𝐻 subgrup normal dari 𝑆3 ?
Jawaban
Ambil 𝛼4 ∈ 𝑆3 , maka invers dari 𝛼4 adalah 𝛼5 .
𝛼4 𝛼1 𝛼4−1 = 𝛼4 𝛼1 𝛼5 = 𝛼3 ∉ 𝐻
Jadi 𝐻 bukan subgrup normal dari 𝑆3 .

2.4.2 Teorema Subgrup Normal

Teorema 2.14
𝑁 merupakan subgrup normal dari grup 𝐺 jika dan hanya jika 𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁
untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺
Bukti:
Akan dibuktikan bahwa:
(1) Jika 𝑁 ⊴ 𝐺 maka 𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁 , ∀𝑔 ∈ 𝐺
(2) Jika 𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁 , ∀𝑔 ∈ 𝐺 maka 𝑁 ⊴ 𝐺
Bukti:
(1) Pertama akan dibuktikan bahwa: 𝑁 ⊴ 𝐺  𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁 , ∀𝑔 ∈ 𝐺
Untuk membuktikan 𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁, perlu dibuktikan 𝑔𝑁𝑔−1 ⊆ 𝑁 dan 𝑁 ⊆
𝑔𝑁𝑔−1
(i) Akan dibuktikan: 𝑔𝑁𝑔−1 ⊆ 𝑁
Berdasarkan definisi subgrup normal 𝑔𝑁𝑔−1 ⊆ 𝑁, ∀𝑔 ∈ 𝐺.
Dengan demikian terbukti 𝑔𝑁𝑔−1 ⊆ 𝑁, ∀𝑔 ∈ 𝐺
(ii) Akan dibuktikan: 𝑁 ⊆ 𝑔𝑁𝑔−1
Karena 𝑔 ∈ 𝐺 maka terdapat 𝑔−1 ∈ 𝐺.
Karena 𝑔−1 ∈ 𝐺 dan 𝑁 ⊴ 𝐺 maka berlaku 𝑔−1 𝑁(𝑔−1 )−1 𝑔−1 𝑁𝑔 ⊆ 𝑁
Karena 𝑔−1 𝑁𝑔 ⊆ 𝑁 maka 𝑔(𝑔−1 𝑁𝑔)𝑔−1 ⊆ 𝑔𝑁𝑔−1 atau 𝑁 ⊆ 𝑔𝑁𝑔−1

SUBGRUP 78
Dengan demikian terbukti bahwa 𝑁 ⊆ 𝑔𝑁𝑔−1, ∀𝑔 ∈ 𝐺
Dari (i) dan (ii) terbukti bahwa 𝑁 ⊴ 𝐺  𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁, ∀𝑔 ∈ 𝐺
(2) Selanjutnya akan dibuktikan bahwa: 𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁 , ∀𝑔 ∈ 𝐺  𝑁 ⊴ 𝐺
Jika 𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁, ∀𝑔 ∈ 𝐺 maka jelas bahwa 𝑔𝑁𝑔−1 ⊆ 𝑁 , ∀𝑔  𝐺,
sehingga berdasarkan definisi subgrup normal 𝑁 ⊴ 𝐺
Dari (1) dan (2) terbukti bahwa 𝑁 merupakan subgrup normal dari grup 𝐺
jika dan hanya jika 𝑔𝑁 𝑔−1 = 𝑁 untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺

Teorema 2.15
𝑁 merupakan subgrup normal dari grup 𝐺 jika dan hanya jika setiap koset kiri
dari 𝑁 dalam 𝐺 merupakan koset kanan dari 𝑁 dalam 𝐺.
Bukti:
Akan dibuktikan bahwa:
(1) Jika 𝑁 ⊴ 𝐺 maka 𝑔𝑁 = 𝑁𝑔 , ∀𝑔 ∈ 𝐺
(2) Jika 𝑔𝑁 = 𝑁𝑔 , ∀𝑔 ∈ 𝐺 maka 𝑁 ⊴ 𝐺
Bukti:
(1) Pertama akan dibuktikan bahwa: 𝑁 ⊴ 𝐺  𝑔𝑁 = 𝑁𝑔 , ∀𝑔 ∈ 𝐺
Berdasarkan teorema 2.10 jika 𝑁 ⊴ 𝐺 maka 𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁 , ∀𝑔 ∈ 𝐺
𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁 ⇒ (𝑔𝑁𝑔−1 )𝑔 = 𝑁𝑔
⇒ 𝑔𝑁(𝑔−1 𝑔) = 𝑁𝑔
⇒ 𝑔𝑁 = 𝑁𝑔
Dengan demikian tebukti bahwa Jika 𝑁 ⊴ 𝐺 maka 𝑔𝑁 = 𝑁𝑔 , ∀𝑔 ∈ 𝐺
(2) Selanjutnya akan dibuktikan bahwa 𝑔𝑁 = 𝑁𝑔 , ∀𝑔 ∈ 𝐺 ⇒ 𝑁 ⊴ 𝐺
𝑔𝑁 = 𝑁𝑔 ⇒ (𝑔𝑁)𝑔−1 = (𝑁𝑔)𝑔−1
⇒ 𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁 (𝑔𝑔−1 )
⇒ 𝑔𝑁𝑔−1 = 𝑁
Berdasarkan teorema 2.10 maka 𝑁 ⊴ 𝐺
Dari (1) dan (2) terbukti bahwa 𝑁 merupakan subgrup normal dari grup 𝐺 jika
dan hanya jika setiap koset kiri merupakan koset kanan dari 𝑁 dalam 𝐺.

SUBGRUP 79
Contoh 2.18
𝑎𝑏
𝐴 = {[ ] |𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑅 dan 𝑎𝑑 ≠ 𝑏𝑐} dengan perkalian matriks adalah
𝑐𝑑
𝑝 0
suatu grup tak abelian, 𝐵 = {[ ] |𝑝 ∈ 𝑅 dan 𝑝 ≠ 0}. Maka 𝐵 adalah
0 𝑝
subgrup dari 𝐴 (pembuktian silahkan ditunjukkan oleh pembaca). Tunjukkan
𝐵 subgrup normal dari grup 𝐴.
Jawaban
Untuk menunjukkan 𝐵 subgrup normal dari grup 𝐴, kita akan menggunakan
Teorema 2.14, yaitu dengan menunjukkan setiap koset kiri dari 𝐵 dalam 𝐴
merupakan koset kanan dari 𝐵 dalam 𝐴 atau 𝑃𝑄 = 𝑄𝑃 untuk sebarang 𝑃 ∈ 𝐴
dan 𝑄 ∈ 𝐵.
𝑎 𝑏 𝑝 0
Ambil sebarang 𝑃 = [ ] ∈ 𝐴 dan 𝑄 ∈ [ ] ∈ 𝐵, maka
𝑐 𝑑 0 𝑝
𝑎 𝑏 𝑝 0 𝑎𝑝 𝑏𝑝
𝑃𝑄 = [ ]×[ ]=[ ] dan
𝑐 𝑑 0 𝑝 𝑐𝑝 𝑑𝑝
𝑝 0 𝑎 𝑏 𝑝𝑎 𝑝𝑏 𝑎𝑝 𝑏𝑝
𝑄𝑃 = [ ]×[ ]=[ ]=[ ]
0 𝑝 𝑐 𝑑 𝑝𝑐 𝑝𝑑 𝑐𝑝 𝑑𝑝
Karena untuk ∀ 𝑃 ∈ 𝐴 dan ∀ 𝑄 ∈ 𝐵 maka 𝑃𝑄 = 𝑄𝑃 sehingga 𝐵 subgrup
normal dari grup 𝐴.

Teorema 2.16
Apabila 𝑁 subgrup dari 𝐺, maka 𝑁 ⊴ 𝐺 jika dan hanya jika hasil kali setiap
dua koset kanan (kiri) dari 𝑁 dalam 𝐺 merupakan koset kanan (kiri) dari 𝑁
dalam 𝐺.
Bukti:
Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, maka 𝑁𝑎 dan 𝑁𝑏 merupakan dua koset kanan dari 𝑁
dalam 𝐺, akan dibuktikan bahwa:
(1) Jika 𝑁 ⊴ 𝐺 maka (𝑁𝑎)(𝑁𝑏) = 𝑁𝑐 dengan 𝑐 = 𝑎𝑏 ∈ 𝐺
(2) Jika (𝑁𝑎)(𝑁𝑏) = 𝑁𝑐 dengan 𝑐 = 𝑎𝑏 ∈ 𝐺 maka 𝑁 ⊴ 𝐺
Pembuktian teorema ini diserahkan kepada pembaca.

SUBGRUP 80
Latihan Soal KB 2.4
𝑎𝑏
1. 𝐴 = {[ ] |𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑄 dan 𝑎𝑑 ≠ 𝑏𝑐} dengan perkalian matriks adalah
𝑐𝑑
𝑝 𝑞
suatu, misalkan 𝐵 = {[ ] |𝑝, 𝑞, 𝑟, 𝑡 ∈ 𝑄 dan 𝑝𝑡 − 𝑞𝑟 = 1}. Tunjukkan 𝐵
𝑟 𝑡
subgrup normal dari grup 𝐴.
1 0 0 1 0 −1 −1 0
2. Misalkan 𝐺 = {( ),( ),( ),( )}.
0 1 −1 0 1 0 0 −1
1 0 −1 0
Dan 𝐻 = {( ),( )}
0 1 0 −1
a. Tunjukkan bahwa 𝐺 dengan perkalian matriks merupakan suatu
grup!
b. Tunjukkan bahwa 𝐻 subgrup dari grup 𝐺!
c. Apakah 𝐻 subgrup normal dari 𝐺 !
3. Jika 𝐻 subgrup dari grup 𝐺 dan 𝑁 adalah subgrup normal dari grup 𝐺,
buktikanlah!
a. 𝐻𝑁 subgrup dari 𝐺
b. 𝑁 ⊲ 𝐻𝑁
c. 𝐻 ∩ 𝑁 ⊲ 𝐻
4. Dalam Latihan Soal 2.1, center 𝑍(𝐺) dari grup 𝐺 didefinisikan oleh 𝑍(𝐺 ) =
{𝑧 ∈ 𝐺 | 𝑧𝑥 = 𝑥𝑧, ∀𝑥 ∈ 𝐺 } adalah subgrup dari 𝐺. Tunjukkan bahwa 𝑍(𝐺)
adalah subgrup normal dari grup 𝐺!

Kunci Jawaban Latihan Soal KB 2.4


1 0 0 1 0 −1 −1 0
2. Misalkan: 𝐴 = ( ); 𝐵 = ( ); 𝐶 = ( ); 𝐷 = ( )
0 1 −1 0 1 0 0 −1

maka 𝐺 = {𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷}

a. Untuk menunjukan 𝐺 adalah grup terhadap operasi perkalian matriks,


gunakan tabel cayley dan tunjukan melalui tabel tersebut (𝐺,×)
memenuhi 4 aksioma grup
b. Gunakan teorema 2.1 untuk menunjukkan bahwa 𝐻 subgrup dari grup
𝐺

SUBGRUP 81
c. 𝐻 subgrup normal dari grup 𝐺. Tunjukkan satu persatu bahwa untuk
setiap 𝑔 ∈ 𝐺, berlaku untuk setiap ℎ ∈ 𝐻, 𝑔ℎ𝑔−1 ∈ 𝐻.

4. Petunjuk: untuk menunjukkan bahwa 𝑍(𝐺) adalah subgrup normal dari


grup 𝐺, ambil sebarang 𝑔 ∈ 𝐺 dan 𝑦 ∈ 𝑍(𝐺), tunjukkan dengan
dilengkapi alasan bahwa berlaku 𝑔𝑦𝑔−1 = 𝑦𝑔𝑔−1 = 𝑦 ∈ 𝑍 (𝐺).

SUBGRUP 82
LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 2.4
SUBGRUP NORMAL

Masalah 1:
1 0 0 1 0 −1 −1 0
Misalkan 𝐺 = {( ),( ),( ),( )}.
0 1 −1 0 1 0 0 −1
1 0 −1 0
Dan 𝐻 = {( ),( )}
0 1 0 −1
a. Tunjukkan bahwa 𝐺 dengan perkalian matriks merupakan suatu grup!
b. Tunjukkan bahwa 𝐻 subgrup dari grup 𝐺!
c. Apakah 𝐻 subgrup normal dari 𝐺 !
Jawab:
a. Akan ditunjukan bahwa G adalah grup
Untuk menunjukkan ini, akan digunakan table Cayley.
1 0 0 1 0 −1 −1 0
Misalkan: 𝐴 = ( ); 𝐵 = ( ); 𝐶 = ( ); 𝐷 = ( )
0 1 −1 0 1 0 0 −1

× A B C D
A
B
C
D

Dengan tabel cayley tersebut, buktikan berlaku empat aksioma grup.


…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………...

SUBGRUP 83
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Karena 𝑮 himpunan yang tidak kosong dan terhadap operasi perkalian
matriks memenuhi keempat aksioma grup, maka 𝑮 dengan operasi
perkalian matriks membentuk grup.

b. Akan dibuktikan 𝐻 subgrup dari grup 𝐺


(1) Jelas 𝐻 himpunan tak kosong dan 𝐻 ⊆ 𝐺
(2) Dengan table cayley dari H yaitu:

× A D
A
D

Tunjukkan dengan tabel cayley berlaku sifat tertutup dan semua


anggota H memiliki invers.
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………

c. Akan diperiksa: 𝐻 subgrup dari grup 𝐺?


Karena 𝐺 grup finit maka untuk memeriksa apakah 𝐻 subgrup normal dari
grup 𝐺 maka kita dapat memeriksa satu persatu untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺,
apakah berlaku untuk setiap ℎ ∈ 𝐻, 𝑔ℎ𝑔−1 ∈ 𝐻
𝐴 ∈ 𝐺, 𝐴−1 = 𝐴
𝐴𝐴𝐴−1 = ……….. = … ∈ 𝐻 dan 𝐴𝐷𝐴−1 = ………… = …. ∈ 𝐻

𝐵 ∈ 𝐺, 𝐵−1 = 𝐶
……………………………………………………………………………………………

SUBGRUP 84
𝐶 ∈ 𝐺, 𝐵−1 = 𝐵
……………………………………………………………………………………………
𝐷 ∈ 𝐺, 𝐷 −1 = 𝐷
……………………………………………………………………………………………
Jadi untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺 dan untuk setiap ℎ ∈ 𝐻, berlaku 𝑔ℎ𝑔−1 ∈ 𝐻,
sehingga 𝐻 adalah subgrup normal dari 𝐺

Masalah 2:
Dalam Latihan Soal 2.1, center 𝑍(𝐺) dari grup 𝐺 didefinisikan oleh 𝑍(𝐺 ) =
{𝑧 ∈ 𝐺 | 𝑧𝑥 = 𝑥𝑧, ∀𝑥 ∈ 𝐺 } adalah subgrup dari 𝐺. Tunjukkan bahwa 𝑍(𝐺)
adalah subgrup normal dari grup 𝐺!
Diketahui: 𝑍(𝐺 ) = {𝑧 ∈ 𝐺 | 𝑧𝑥 = 𝑥𝑧, ∀𝑥 ∈ 𝐺 }
𝑍 (𝐺 ) <) 𝐺
Akan ditunjukkan: 𝑍(𝐺 ) ⊲ 𝐺
Bukti:
Ambil sebarang 𝑔 ∈ 𝐺 dan 𝑦 ∈ 𝑍(𝐺), maka
𝑔𝑦𝑔−1 = … … 𝑔−1 …………………… definisi 𝑍(𝐺)
= 𝑦 (… … ) ……………………sifat assosiatif
= 𝑦 ∈ 𝑍(𝐺). …………………. (𝑔𝑔−1 = … )
Karena 𝑍(𝐺 ) <) 𝐺 dan berlaku untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺 dan 𝑦 ∈ 𝑍(𝐺), 𝑔𝑦𝑔−1 ∈
𝑍(𝐺)
maka 𝑍(𝐺) adalah subgrup normal dari grup 𝐺.

SUBGRUP 85
Kegiatan Belajar 2.5

GRUP KOSIEN ATAU GRUP FAKTOR

Tujuan Kegiatan Belajar 2.5:


1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi grup kosien atau grup faktor.
2. Mahasiswa dapat membuktikan teorema-teorema pada grup kosien
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah menggunakan konsep grup
kosien atau grup faktor

Definisi 2.9
Misalkan 𝐻 subgrup dari grup 𝐺. Himpunan semua koset kanan (kiri) dari 𝐻
dalam 𝐺 dinyatakan dalam simbol 𝐺⁄𝐻 .

Teorema 2.17
Jika 𝑁 subgrup normal dari grup (𝐺, 𝑜) dan 𝐺⁄𝑁 = {𝑁𝑎|𝑎 ∈ 𝐺 } adalah

himpunan semua koset kanan dari 𝑁 dalam 𝐺. Operasi 𝑜 dalam 𝐺⁄𝑁

didefinisikan oleh 𝑁𝑎 𝑜 𝑁𝑏 = 𝑁𝑎𝑏, maka (𝐺⁄𝑁 , 𝑜) adalah grup. Selanjutnya

grup 𝐺⁄𝑁 disebut grup kosien atau grup faktor dari 𝐺 oleh 𝑁.

Contoh 2.19
𝐺 = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10} dengan perkalian modulo 11 (×) adalah suatu
grup abelian. 𝑁 = {1, 10} suatu subgrup normal dari 𝐺, maka dapat
ditunjukkan bahwa (𝐺,×) adalah sebuah grup.
Jawab:
Berikut ini adalah koset kanan dari 𝑁 dalam 𝐺.
𝑁1 = {1 × 1, 10 × 1} = {1, 10}
𝑁2 = {1 × 2, 10 × 2} = {2, 9}
𝑁3 = {1 × 3, 10 × 3} = {3, 8}
𝑁4 = {1 × 4, 10 × 4} = {4, 7}
𝑁5 = {1 × 5, 10 × 5} = {5, 6}
𝑁6 = {1 × 6, 10 × 6} = {6, 5} = 𝑁5
𝑁7 = {1 × 7, 10 × 7} = {7, 4} = 𝑁4

SUBGRUP 86
𝑁8 = {1 × 8, 10 × 8} = {8, 3} = 𝑁3
𝑁9 = {1 × 9, 10 × 9} = {9, 2} = 𝑁2
𝑁10 = {1 × 10, 10 × 10} = {10, 5} = 𝑁5
Maka 𝐺⁄𝑁 = {𝑁1, 𝑁2, 𝑁3, 𝑁4, 𝑁5}.
Untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, 𝑁𝑎𝑁𝑏 = 𝑁𝑎 × 𝑁𝑏 = 𝑁𝑎 × 𝑏
Misal: 𝑁1𝑁5 = 𝑁1 × 5 = 𝑁5
𝑁2𝑁5 = 𝑁2 × 5 = 𝑁10 = 𝑁1
𝑁2𝑁4 = 𝑁8 = 𝑁3
Tabel Cayley dari (𝐺⁄𝑁 ,×) adalah sebagai berikut:

× N1 N2 N3 N4 N5

N1 N1 N2 N3 N4 N5

N2 N2 N4 N5 N3 N1

N3 N3 N5 N2 N1 N4

N4 N4 N3 N1 N5 N2

N5 N5 N1 N4 N2 N3

Dengan menggunakan Tabel Cayley tersebut pembaca dapat menunjukan


bahwa berlaku 4 aksioma grup sehingga terbukti (𝐺⁄𝑁 ,×) adalah sebuah grup
kosien atau grup faktor dari 𝐺 oleh 𝑁.

Teorema 2.18
𝑜(𝐺)
Jika 𝐺 suatu grup berhingga dan 𝑁 ⊳ 𝐺. Maka 𝑜(𝐺⁄𝑁 ) = .
𝑜(𝑁)

Bukti:
𝑜(𝐺⁄𝑁 ) = 𝑖𝐺 (𝑁) yaitu banyaknya koset kanan dari 𝑁 dalam 𝐺.
Menurut Teorema Langrange, karena 𝐺 grup berhingga dan 𝑁 subgrup dari 𝐺,
maka
𝑜(𝐺)
𝑜(𝑁)|𝑜(𝐺) maka 𝑜(𝐺⁄𝑁 ) = 𝑜(𝑁)

SUBGRUP 87
Latihan Soal KB 2.5.
1. Misalkan 𝑅0 adalah himpunan semua bilangan real selain nol. Dapat
dibuktikan bahwa 𝑅0 dengan operasi perkalian adalah grup. 𝑅+ adalah
himpunan bilangan real positif. Dapat ditunjukkan pula (𝑅+ ,×) adalah
subgrup normal dari (𝑅0 ,×)
𝑅0⁄
a. Tulislah semua elemen dari 𝑅+.
𝑅
b. Tunjukkan bahwa ( 0⁄𝑅+ ,×) adalah grup faktor!

2. Misalkan 𝐺 =
1 0 0 1 −1 0 0 −1 𝑖 0 0
𝑖 −𝑖 0 0 −𝑖
{( ),( ),( ),( ),( ),( ),( ),( )}
0 1 −1 0 0 −1 1 0 0 𝑖 −𝑖
0 0 −𝑖 𝑖 0
1 0 −1 0
adalah grup dengan operasi perkalian matriks. 𝐻 = {( ),( )}
0 1 0 −1
1 0 −1 0 𝑖 0 −𝑖 0
dan 𝐾 = {( ),( ),( ),( )} adalah subset dari 𝐺
0 1 0 −1 0 𝑖 0 −𝑖
dengan operasi yang sama dengan 𝐺.
a. Tunjukkanlah 𝐻 ⊳ 𝐾 dan 𝐾 ⊳ 𝐺
b. Tuliskan semua elemen dari 𝐾⁄𝐻 dan 𝐺⁄𝐾

c. Tunjukkan bahwa (𝐾⁄𝐻 ,×) dan (𝐺⁄𝐾 ,×) adalah grup faktor

3. Jika 𝐺 suatu grup siklik dan 𝑁 subgrup dari 𝐺, tunjukkanlah bahwa 𝐺⁄𝑁

siklik pula. Demikian pula jika 𝐺 abelian maka 𝐺⁄𝑁 abelian pula.
4. Misalkan (𝐵, +) adalah grup bilangan bulat dengan penjumlahan dan
𝑀 = {4𝑛 | 𝑛 ∈ 𝐵} = {… , −8, −4, 0, 4, 8, … } adalah subgrup dari 𝐵.
a. Tunjukkan 𝑀 adalah subgrup normal 𝐵
b. Tentukan semua koset kanan dari 𝑀 dalam 𝐵 atau 𝐵⁄𝑀

c. Tunjukkan bahwa (𝐵⁄𝑀 , +) adalah grup faktor!

Kunci Jawaban Latihan Soal KB 2.5


2. Misalkan: 𝐺 = {𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷, 𝐸, 𝐹, 𝐺, 𝐻} dengan
1 0 0 1 −1 0 0 −1
𝐴=( ),𝐵 = ( ),𝐶 = ( ),𝐷 = ( ),
0 1 −1 0 0 −1 1 0

SUBGRUP 88
𝑖 0 0 𝑖 −𝑖 0 0 −𝑖
𝐸=( ),𝐹 = ( ),𝐺 = ( ),𝐻 = ( )
0 𝑖 −𝑖 0 0 −𝑖 𝑖 0

Maka 𝐾 = {𝐴, 𝐶, 𝐸, 𝐺} dan 𝐻 = {𝐴, 𝐶}


a. Petunjuk: Gunakan tabel cayley menunjukkan 𝐻 <) 𝐾 dan tunjukkan pula
berlaku ∀ 𝑋 ∈ 𝐾, 𝑌 ∈ 𝐻, berlaku 𝑋𝑌𝑋 −1 ∈ 𝐻 sehingga terbukti bahwa 𝐻 ⊳
𝐾.
Lakukan hal yang sama untuk menunjukkan 𝐾 ⊳ 𝐺
b. Elemen dari 𝐾⁄𝐻 adalah semua koset kanan dari 𝐻 dalam 𝐾 maka akan

diperoleh 𝐾⁄𝐻 = {𝐻, 𝐻𝐸}

Elemen dari 𝐺⁄𝐾 adalah semua koset kanan dari 𝐾 dalam 𝐺 maka akan

diperoleh 𝐺⁄𝐾 = {𝐾, 𝐾𝐵}

c. Petunjuk: Gunakan tabel cayley untuk menunjukkan bahwa (𝐾⁄𝐻 ,×)


adalah grup faktor karena memenuhi 4 aksioma grup.
Dengan cara yang sama kita dapa menunjukkan (𝐺⁄𝐾 ,×) adalah grup
faktor

4a. Petunjuk: Perhatikan bahwa ∀𝑥, 𝑦 ∈ 𝑀 berlaku (𝑥 + 𝑦) ∈ 𝑀 dan ∀𝑥 ∈ 𝑀


memiliki invers yaitu −𝑥 ∈ 𝑀. Sehingga 𝑀 <) 𝐵. Dan ∀𝑥 ∈ 𝐵 dan ∀𝑦 ∈ 𝑀
berlaku 𝑥𝑦𝑥 −1 = (𝑥𝑥 −1 )𝑦 = 𝑦 ∈ 𝑀. Jadi 𝑀 ⊳ 𝐵.
b. 𝐵⁄𝑀 = {𝑀, 𝑀 + 1, 𝑀 + 2, 𝑀 + 3}

c. Petuntuk: Gunakan tabel cayley untuk menunjukkan bahwa (𝐵⁄𝑀 , +)


adalah grup faktor karena memenuhi 4 aksioma grup.

SUBGRUP 89
LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 2.5
GRUP KOSIEN ATAU GRUP FAKTOR

Masalah 1:
Misalkan 𝐺 =
1 0 0 1 −1 0 0 −1 𝑖 0 0𝑖 −𝑖 0 0 −𝑖
{( ),( ),( ),( ),( ),( ),( ),( )}
0 1 −1 0 0 −1 1 0 0 𝑖 −𝑖0 0 −𝑖 𝑖 0
1 0 −1 0
adalah grup dengan operasi perkalian matriks. 𝐻 = {( ),( )}
0 1 0 −1
1 0 −1 0 𝑖 0 −𝑖 0
dan 𝐾 = {( ),( ),( ),( )} adalah subset dari 𝐺
0 1 0 −1 0 𝑖 0 −𝑖
dengan operasi yang sama dengan 𝐺.
a. Tunjukkanlah 𝐻 ⊳ 𝐾 dan 𝐾 ⊳ 𝐺
b. Tuliskan semua elemen dari 𝐾⁄𝐻 dan 𝐺⁄𝐾

c. Tunjukkan bahwa (𝐾⁄𝐻 ,×) dan (𝐺⁄𝐾 ,×) adalah grup faktor
Jawab:
Misalkan: 𝐺 = {𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷, 𝐸, 𝐹, 𝐺, 𝐻} dengan
1 0 0 1 −1 0 0 −1
𝐴=( ),𝐵 = ( ),𝐶 = ( ),𝐷 = ( ),
0 1 −1 0 0 −1 1 0
𝑖 0 0 𝑖 −𝑖 0 0 −𝑖
𝐸=( ),𝐹 = ( ),𝐺 = ( ),𝐻 = ( )
0 𝑖 −𝑖 0 0 −𝑖 𝑖 0

a. 𝐾 = {𝐴, 𝐶, 𝐸, 𝐺} dan 𝐻 = {𝐴, 𝐶}


Tabel Cayley himpunan 𝐻
× A C
A … …
C … …

Akan ditunjukkan dengan menggunakan tabel Cayley bahwa 𝐻 adalah


subgrup dari 𝐾.
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………

SUBGRUP 90
Selanjutnya akan diselidiki: apakah ∀ 𝑋 ∈ 𝐾, 𝑌 ∈ 𝐻, berlaku 𝑋𝑌𝑋 −1 ∈ 𝐻?
Perhatikan bahwa: 𝐴−1 = 𝐴 ; 𝐶 −1 = 𝐶 ; 𝐸 −1 = 𝐺
𝐴𝐴𝐴−1 = … … … … … … … … … … … … … … …
𝐶𝐴𝐶 −1 = … … … … … … … … … … … … … … …
𝐸𝐴𝐸−1 = … … … … … … … … … … … … … … …
𝐺𝐴𝐺 −1 = … … … … … … … … … … … … … … …
Karena 𝐻 <) 𝐾 dan ∀ 𝑋 ∈ 𝐾, 𝑌 ∈ 𝐻, berlaku 𝑋𝑌𝑋 −1 ∈ 𝐻, terbukti bahwa
…………….
Tabel Cayley himpunan 𝐾
× A C E G
A
C
E
G

Akan ditunjukkan dengan tabel Cayley bahwa 𝐾 adalah subgrup dari 𝐺.


……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………

Selanjutnya akan diselidiki: apakah ∀ 𝑋 ∈ 𝐾, 𝑌 ∈ 𝐻, berlaku 𝑋𝑌𝑋 −1 ∈ 𝐻?
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………….
Karena 𝐾 <) 𝐺 dan ∀ 𝑋 ∈ 𝐺, 𝑌 ∈ 𝐾, berlaku 𝑋𝑌𝑋 −1 ∈ 𝐾, maka terbukti
bahwa …………..

b. Elemen dari 𝐾⁄𝐻 adalah semua koset kanan dari 𝐻 dalam 𝐾

SUBGRUP 91
𝐻𝐴 = {… … , … … } = {… , … } = 𝐻
𝐻𝐶 = {… … , … … } = {… , … } = …
𝐻𝐸 = {… … , … … } = {… , … }
𝐻𝐺 = {… … , … … } = {… , … } = 𝐻𝐸
Jadi 𝐾⁄𝐻 = {… , … }

Elemen dari 𝐺⁄𝐾 adalah semua koset kanan dari 𝐾 dalam 𝐺


𝐾𝐴 = {… … , … … , … … , … … } = {… , … , … , … } = 𝐾
𝐾𝐵 = {… … , … … , … … , … … } = {… , … , … , … }
𝐾𝐶 = {… … , … … , … … , … … } = {… , … , … , … } = …
𝐾𝐷 = {… … , … … , … … , … … } = {… , … , … , … } = 𝐾𝐵
𝐾𝐸 = {… … , … … , … … , … … } = {… , … , … , … } = …
𝐾𝐹 = {… … , … … , … … , … … } = {… , … , … , … } = …
𝐾𝐺 = {… … , … … , … … , … … } = {… , … , … , … } = …
𝐾𝐻 = {… … , … … , … … , … … } = {… , … , … , … } = …
Jadi 𝐾⁄𝐻 = {… , … }

c. Akan ditunjukkan bahwa (𝐾⁄𝐻 ,×) dan (𝐺⁄𝐾 ,×) adalah grup faktor

Tabel Cayley untuk (𝐾⁄𝐻 ,×)

× … …
… … …
… … …
Petunjuk: Dengan tabel cayley tersebut tunjukkan bahwa (𝐾⁄𝐻 ,×) adalah
grup faktor karena memenuhi 4 aksioma grup.
Dengan cara yang sama tunjukkan pula (𝐺⁄𝐾 ,×) adalah grup faktor

SUBGRUP 92
RANGKUMAN

1. Misalkan 𝐺 suatu grup terhadap operasi biner ∗. 𝐻 suatu subhimpunan dari 𝐺,


maka 𝐻 dikatakan subgrup dari 𝐺 jika 𝐻 merupakan grup terhadap operasi
biner ∗ yang didefinisikan di 𝐺.
2. Suatu subset 𝐻 tak kosong dari grup 𝐺 adalah subgrup dari 𝐺 jika dan hanya
jika:
a. Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 dan 𝑏 ∈ 𝐻 mengakibatkan 𝑎𝑏 ∈ 𝐻
b. Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 ada 𝑎−1 ∈ 𝐻.
3. Suatu subset 𝐻 tak kosong dari grup 𝐺 adalah subgrup dari 𝐺 jika dan hanya
jika untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 dan 𝑏 ∈ 𝐻 mengakibatkan 𝑎𝑏 −1 ∈ 𝐻
4. Jika 𝑆, 𝑇 dua subgrup dari grup 𝐺, maka 𝑆𝑇 didefinisikan dengan
𝑆𝑇 = {𝑥 ∈ 𝐺| 𝑥 = 𝑠𝑡, 𝑠 ∈ 𝑆 dan 𝑡 ∈ 𝑇 }
5. Jika 𝐺 grup dan 𝑆 subgrup dari 𝐺 maka yang dimaksud 𝑆 −1 = {𝑠 −1 | 𝑠 ∈ 𝑆}
6. Jika 𝐺 grup dan 𝐻 subgrup dari 𝐺, maka 𝐻𝐻 = 𝐻, 𝐻𝐻 −1 = 𝐻 dan 𝐻 −1 = 𝐻.
7. Jika 𝐻 dan 𝐾 dua subgrup dari grup 𝐺, maka 𝐻𝐾 suatu subgrup dari 𝐺 jik
dan hanya jika 𝐻𝐾 = 𝐾𝐻.
8. Jika 𝐻 dan 𝐾 dua subgrup dari grup 𝐺 maka 𝐻 ∩ 𝐾 subgrup dari 𝐺.
9. Misalkan 𝐻 suatu subgrup dari grup 𝐺 dan 𝑎 suatu elemen dari 𝐺, maka
𝐻𝑎 = {ℎ𝑎│ℎ ∈ 𝐻} disebut koset kanan dari 𝐻 dalam 𝐺
𝑎𝐻 = {𝑎ℎ | ℎ ∈ 𝐻 } disebut koset kanan dari 𝐻 dalam 𝐺
10. Misalkan 𝐻 subgrup dari 𝐺. Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐻 berlaku 𝑎 ∈ 𝐻 jika dan
hanya jika 𝐻𝑎 = 𝐻.
11. Misalkan 𝐻 subgrup dari 𝐺. Untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku
𝑏 ∈ 𝐻𝑎 ⇔ 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎
12. Misalkan 𝐻 subgrup dari 𝐺. ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku: 𝐻𝑏 = 𝐻𝑎 ⟺ 𝑎𝑏−1 ∈ 𝐻 dan
𝑏𝐻 = 𝑎𝐻 ⟺ 𝑏 −1 𝑎 ∈ 𝐻

SUBGRUP 93
13. Misalkan 𝐻 suatu subgrup dari grup 𝐺 dan 𝑎 suatu elemen dari 𝐺, maka
banyakya koset kanan (kiri) dari H dalam G disebut indeks dari 𝐻 dalam G
dan disimbolkan dengan 𝐼𝐺 (𝐻).
14. Suatu subgrup 𝑁 dari grup 𝐺 disebut Subgrup Normal dari grup 𝐺 jika dan
hanya jika ∀𝑔 ∈ 𝐺 dan ∀𝑛 ∈ 𝑁 , 𝑔𝑛𝑔−1 ∈ 𝑁
15. Suatu Subgrup 𝑁 dari grup 𝐺 merupakan subgrup normal dari 𝐺 jika dan
hanya jika 𝑔𝑁𝑔−1 ⊆ 𝑁, ∀𝑔 ∈ 𝐺.
16. 𝑁 merupakan subgrup normal dari grup 𝐺 jika dan hanya jika 𝑔𝑁 𝑔−1 = 𝑁
untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺
17. 𝑁 merupakan subgrup normal dari grup 𝐺 jika dan hanya jika setiap koset
kiri dari 𝑁 dalam 𝐺 merupakan koset kanan dari 𝑁 dalam 𝐺.
18. Apabila 𝑁 subgrup dari 𝐺, maka 𝑁 ⊴ 𝐺 jika dan hanya jika hasil kali setiap
dua koset kanan (kiri) dari 𝑁 dalam 𝐺 merupakan koset kanan (kiri) dari 𝑁
dalam 𝐺.
19. Misalkan 𝐻 subgrup dari grup 𝐺. Himpunan semua koset kanan (kiri) dari 𝐻
dalam 𝐺 dinyatakan dalam simbol 𝐺⁄𝐻 .
20. 𝐺⁄𝑁 = {𝑁𝑎|𝑎 ∈ 𝐺 } adalah himpunan semua koset kanan dari 𝑁 dalam 𝐺.
Operasi 𝑜 dalam 𝐺⁄𝑁 didefinisikan oleh 𝑁𝑎 𝑜 𝑁𝑏 = 𝑁𝑎𝑏, maka (𝐺⁄𝑁 , 𝑜)
adalah grup. Grup (𝐺⁄𝑁 , 𝑜) disebut grup kosien atau grup faktor dari 𝐺 oleh
𝑁.

SUBGRUP 94
Bahan Ajar 3

HOMOMORFISME GRUP
Pendahuluan

Bahan Ajar 3 ini memuat pembahasan tentang konsep homomorfisme


grup, kernel, dan isomorfisme grup yang merupakan materi lanjutan dan
bagian akhir dari teori grup.
Kompetensi yang akan dicapai melalui bahan ajar 3 ini adalah
mahasiswa mampu menerapkan konsep-konsep dari homomorfisme grup
dalam menyelesaikan masalah. Secara rinci melalui bahan ajar ini
diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi sebagai berikut:
1. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep homomorfisme grup dalam
menyelesaikan masalah.
2. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep kernel dalam
menyelesaikan masalah.
3. Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep isomorfisme grup dalam
menyelesaikan masalah.
Sesuai dengan capaian kompetensi tersebut, maka bahan ajar 3 ini
dirumuskan dalam tiga kegiatan belajar yang tersusun secara berturut-turut
sebagai berikut:
1. Kegiatan Belajar 3.1 : homomorfisma
2. Kegiatan Belajar 3.2 : kernel
3. Kegiatan Belajar 3.3 : isomorfima grup

HOMOMORFISME GRUP 95
Kegiatan Belajar 3.1

HOMOMOFISMA GRUP

Tujuan Kegiatan Belajar 3.1 :


1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi homomorfisma grup
2. Mahasiswa dapat menunjukkan suatu pemetaan pada grup merupakan
homomorfisma atau bukan
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep
homomorfisme grup

Definisi 3.1
Misalkan (𝐺, ∘) dan (𝐺′,∗) merupakan dua grup, maka pemetaan 𝜑 ∶ 𝐺 → 𝐺′
adalah suatu homomorfisma, jika 𝜑 (𝑎 ∘ 𝑏 ) = 𝜑(𝑎) ∗ 𝜑(𝑏), ∀𝑎, 𝑏 𝜖𝐺.

Perhatikan bahwa, pada ruas kiri, (𝒂 ∘ 𝒃) diperoleh dengan mengoperasikan


elemen-elemen dari 𝑮 dengan operasi ∘. Sedangkan pada ruas kanan, 𝝋(𝒂) ∗
𝝋(𝒃) diperoleh dengan mengoperasikan elemen-elemen dari 𝑮’ dengan
operasi . Pada definisi tersebut terlihat bahwa homomorfismaadalah suatu
pemetaan yang mengawetkan operasi dari grup.

Contoh 3.1
Misal  adalah pemetaan dari grup (𝑮, ∘) ke (𝑮, ∘). Pemetaan 
didefinisikan sebagai 𝝋(𝒂) = 𝒂, ∀𝒂 ∈ 𝑮. Apakah  homomorfisme grup ?
Jawaban
 merupakan homomorfisma karena 𝝋 (𝒂 ∘ 𝒃) = 𝒂 ∘ 𝒃 = 𝝋(𝒂) ∘ 𝝋(𝒃),
∀𝒂, 𝒃 ∈ 𝑮

Contoh 3.2
Misalkan 𝐺 grup semua bilangan rasional dengan operasi penjumlahan dan
1
𝐺 ′ = 𝐺. Pemetaan 𝑓: 𝐺 → 𝐺′ didefinisikan dengan 𝑓 (𝑥 ) = 2 𝑥

Selidiki apakah 𝑓 suatu homomorfisma grup?

HOMOMORFISME GRUP 96
Jawaban
Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺.
Dari definisi 𝑓 diperoleh
1
𝑥 ∈ 𝐺 → 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥
2
1
𝑦 ∈ 𝐺 → 𝑓 (𝑦 ) = 2 𝑦
1 1 1
(𝑥 + 𝑦 ) ∈ 𝐺 → 𝑓 ( 𝑥 + 𝑦 ) = ( 𝑥 + 𝑦 ) = 𝑥 + 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) + 𝑓 ( 𝑦 )
2 2 2
Karena ∀𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺, 𝑓 (𝑥 + 𝑦) = 𝑓 (𝑥 ) + 𝑓(𝑦) , maka 𝑓 merupakan
homomorfisma grup.

Contoh 3.3
Misalkan 𝐺 grup semua bilangan bulat dengan operasi penjumlahan.
𝐺 ′ = {1, −1} grup terhadap operasi perkalian.
Didefinisikan 𝜑 ∶ 𝐺 → 𝐺′ dengan
𝜑(𝑥 ) = 1 jika 𝑥 genap
𝜑(𝑥 ) = −1 jika 𝑥 ganjil
Selidiki apakah 𝜑 homomorfisma grup?
Jawaban
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺
Kemungkinan 1: 𝑎 dan 𝑏 keduanya genap
Jika 𝑎 genap, maka 𝜑(𝑎) = 1
Jika 𝑏 genap, maka 𝜑(𝑏) = 1
Karena 𝑎 dan 𝑏 genap, maka (𝑎 + 𝑏) genap, sehingga 𝜑(𝑎 + 𝑏) = 1
𝜑(𝑎 + 𝑏) = 1 = 1 . 1 = 𝜑(𝑎). 𝜑(𝑏)

Kemungkinan 2 : 𝑎 dan 𝑏 keduanya ganjil


Jika 𝑎 ganjil, maka 𝜑(𝑎) = −1
Jika 𝑏 ganjil, maka 𝜑(𝑏) = −1
Karena 𝑎 dan 𝑏 ganjil, maka (𝑎 + 𝑏) genap, sehingga 𝜑(𝑎 + 𝑏) = 1
𝜑(𝑎 + 𝑏) = 1 = (−1). (−1) = 𝜑(𝑎). 𝜑(𝑏)

HOMOMORFISME GRUP 97
Kemungkinan 3: 𝑎 genap dan 𝑏 ganjil
Jika 𝑎 genap, maka 𝜑(𝑎) = 1
Jika 𝑏 ganjil, maka 𝜑(𝑎) = −1
Karena 𝑎 genap dan 𝑏 ganjil, maka (𝑎 + 𝑏) ganjil, sehingga 𝜑(𝑎 + 𝑏) = −1
𝜑(𝑎 + 𝑏) = −1 = (1). (−1) = 𝜑(𝑎). 𝜑(𝑏)

Kemungkinan 4 : 𝑎 ganjil dan 𝑏 genap


Jika 𝑎 ganjil, maka 𝜑(𝑎) = −1
Jika 𝑏 genap, maka 𝜑(𝑎) = 1
Karena 𝑎 genap dan 𝑏 ganjil, maka (𝑎 + 𝑏) ganjil, sehingga 𝜑(𝑎 + 𝑏) = −1
𝜑(𝑎 + 𝑏) = −1 = (−1). (1) = 𝜑(𝑎). 𝜑(𝑏)

Karena untuk semua kemungkinan 𝑎, 𝑏 atau ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku


𝜑(𝑎 + 𝑏) = 𝜑(𝑎). 𝜑(𝑏), maka 𝜑 merupakan homomorfisma grup.

Contoh 3.4
Misalkan 𝐺 grup semua bilangan rasional dengan operasi penjumlahan dan
𝐺′ grup semua bilangan rasional kecuali nol dengan operasi perkalian.
Pemetaan 𝑓: 𝐺 → 𝐺′ didefinisikan dengan 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 2
Selidiki apakah 𝑓 suatu homomorfisma grup?
Jawaban
Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺.
Dari definisi 𝑓 diperoleh
𝑥 ∈ 𝐺 → 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2
𝑦 ∈ 𝐺 → 𝑓 (𝑦 ) = 𝑦 2
(𝑥 + 𝑦) ∈ 𝐺 → 𝑓 (𝑥 + 𝑦) = (𝑥 + 𝑦)2 = 𝑥 2 + 2𝑥𝑦 + 𝑦 2 ≠ 𝑓(𝑥 ) × 𝑓(𝑦)
Karena 𝑓 (𝑥 + 𝑦) ≠ 𝑓(𝑥 ) × 𝑓(𝑦) maka 𝑓 bukan homomorfisma grup.

HOMOMORFISME GRUP 98
Latihan Soal KB 3.1
1. Jika A = {𝑥 |𝑥 adalah bilangan asli}, maka pemetaan 𝜑: (A, +) → (A, +) yang
didefinisikan oleh 𝜑(𝑛) = 𝑛 + 1, tunjukan bahwa ∀𝑛 ∈ A bukan
homomorfisma!
2. Misalkan 𝐺 grup bilangan real positif dengan operasi perkalian dan 𝐺′
grup bilangan real dengan operasi penjumlahan. Didefinisikan ℎ ∶ 𝐺 → 𝐺′
dengan ℎ(𝑥 ) = log 𝑥. Selidiki apakah ℎ homomorfisma grup ?
3. Jika R = {𝑥 |𝑥 adalah bilangan real}, R+ = {𝑥 |𝑥 adalah bilangan real positif},
dan pemetaan 𝑓 : (R,+) → (R+, ×) didefinisikan oleh 𝑓 (𝑥 ) = 𝑒 𝑥 , buktikan
bahwa 𝑓 merupakan homomorfisma ∀𝑥 ∈ R!
𝑎 𝑏
4. Misalkan 𝐺 grup semua matriks real ( )dengan 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0,
𝑐 𝑑
terhadap operasi perkalian matriks. Misalkan 𝐺′ adalah grup bilangan
real tanpa nol dengan operasi perkalian. Didefinisikan 𝑓 ∶ 𝐺 → 𝐺′ dengan
𝑎 𝑏
𝑓 (( )) = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐. Buktikan bahwa 𝑓 merupakan suatu
𝑐 𝑑
homomorfisma grup !
5. Jika 𝐺 = (𝑅0 ,×) grup bilangan real tanpa nol, 𝐺 ′= {-1, 1} dengan operasi
−1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑎 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓
perkalian dan 𝑓(𝑎) = { , selidiki apakah pemetaan 𝑓 ∶
1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑎 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓
𝐺 → 𝐺′ merupakan homomorfisma grup!

Kunci Jawaban Latihan soal KB 3.1


2. ℎ merupakan homomorfisma grup.
4. 𝑓 merupakan homomorfisma grup.

HOMOMORFISME GRUP 99
LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 3.1
HOMOMORFISMA GRUP

Masalah 1:
Misalkan 𝐺 grup bilangan real positif dengan operasi perkalian dan 𝐺′ grup
bilangan real dengan operasi penjumlahan. Didefinisikan ℎ ∶ 𝐺 → 𝐺′ dengan
ℎ(𝑥 ) = log 𝑥. Selidiki apakah ℎ homomorfisma grup ?
Jawaban:
Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺.
Dari definisi ℎ diperoleh
𝑥 ∈ 𝐺 → ℎ(𝑥 ) = log 𝑥
𝑦 ∈ 𝐺 → ℎ(𝑦) = ...............
(𝑥 × 𝑦) ∈ 𝐺 → ℎ(𝑥 × 𝑦) = log(… × … ) = ........................= ....................
Karena ℎ(𝑥 … 𝑦) = ℎ(𝑥 ) … ℎ(𝑦) maka ℎ homomorfisma grup

Masalah 2:
𝑎 𝑏
Misalkan 𝐺 grup semua matriks real ( ) dengan 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0, terhadap
𝑐 𝑑
operasi perkalian matriks. Misalkan 𝐺′ adalah grup bilangan real tanpa nol
𝑎 𝑏
dengan operasi perkalian. Didefinisikan 𝑓 ∶ 𝐺 → 𝐺′ dengan 𝑓 (( )) =
𝑐 𝑑
𝑎𝑑 − 𝑏𝑐. Buktikan bahwa 𝑓 merupakan suatu homomorfisma grup !
Jawaban:
Ambil sebarang matriks 𝐴, 𝐵 ∈ 𝐺.
𝑎 𝑏 𝑝 𝑞
Misalkan 𝐴 = ( ) dengan 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0 dan 𝐵 = ( ) dengan 𝑝𝑠 −
𝑐 𝑑 𝑟 𝑠
𝑞𝑟 ≠ 0
𝑎 𝑏
𝐴 ∈ 𝐺 → 𝑓 (𝐴) = 𝑓 (( )) = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐
𝑐 𝑑

𝐵 ∈ 𝐺 → 𝑓(𝐵) = 𝑓 (( )) = ⋯ − ⋯

HOMOMORFISME GRUP 100


(𝐴 × 𝐵) ∈ 𝐺 → 𝑓(𝐴 × 𝐵) = 𝑓 ((𝑎 𝑏
)×( ))
𝑐 𝑑

𝑎𝑘 + 𝑏𝑚 …+ …
= 𝑓( )
…+ … …+ …
= ((𝑎𝑘 + 𝑏𝑚)(… + … )) − ((… + … )(… + … ))
= (𝑎𝑘𝑐𝑙 + … … + 𝑏𝑚𝑐𝑙 + … … ) − (… … + … … + … … + … … )
= … … + 𝑏𝑚𝑐𝑙 − … … − … …
= … … − … … + 𝑏𝑚𝑐𝑙 − … ….
= … (… − … ) − 𝑏𝑐(… − … )

= (… − 𝑏𝑐 )(… − … ) = 𝑓 ( )𝑓( ) = 𝑓 (𝐴)𝑓(𝐵)

Karena ∀𝐴, 𝐵 ∈ 𝐺, 𝑓 (𝐴𝐵) = 𝑓 (𝐴)𝑓(𝐵), maka 𝑓 merupakan homomorfisma


grup.

HOMOMORFISME GRUP 101


Kegiatan Belajar 3.2

KERNEL

Tujuan Kegiatan Belajar 3.2:


1. Mahasiswa dapat menentukan kernel dari suatu homomorfisma grup
2. Mahasiswa dapat membuktikan teorema-teorema pada homomorfisma

Definisi 3.2
Jika  suatu homomorfisma dari grup 𝐺 ke 𝐺′, maka yang dimaksud dengan
kernel atau inti dari , yaitu 𝐾 didefinisikan dengan
𝐾 = {𝑥 ∈ 𝐺 |(𝑥 ) = 𝑒 ′ , 𝑒′ 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑖 𝐺′}

Contoh 3.5
Misalkan 𝐺 grup semua bilangan rasional dengan operasi penjumlahan dan
1
𝐺 ′ = 𝐺. Pemetaan 𝑓: 𝐺 → 𝐺′ didefinisikan dengan 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥. Tentukan
2

kernel dari 𝑓!
Jawab
Identitas dari 𝐺 ′ adalah 0, maka kernel dari ℎ adalah
𝐾 = {𝑥 ∈ 𝐺 |(𝑥 ) = 𝑒 ′ , 𝑒′ identitas di 𝐺′}
1
= {𝑥 ∈ 𝐺 | 𝑥 = 0}
2
= {𝑥 ∈ 𝐺 | 𝑥 = 0}
= {0}

Contoh 3.6
𝑮 adalah grup bilangan real positif dengan operasi perkalian dan 𝑮′ grup
bilangan real dengan operasi penjumlahan. Pemetaan 𝒉 didefinisikan 𝒉 ∶
𝑮 → 𝑮′ dengan 𝒉(𝒙) = 𝒍𝒐𝒈 𝒙. Tentukan kernel dari 𝒉!
Jawaban
Identitas dari 𝐺 ′ adalah 0, maka kernel dari ℎ adalah
𝐾 = {𝑥 ∈ 𝐺 |(𝑥 ) = 𝑒 ′ , 𝑒′ identitas di 𝐺′}
= {𝑥 ∈ 𝐺 | log 𝑥 = 0, 0 identitas di 𝐺′}
= {𝑥 ∈ 𝐺 | 𝑥 = 1}

HOMOMORFISME GRUP 102


= {1}
Teorema 3.1
Jika  suatu homomorfisma dari grup (𝐺,∘) ke grup (𝐺′, ), maka (𝑒) = 𝑒 ′ ,
dengan 𝑒 adalah identitas di 𝐺 dan 𝑒′ adalah identitas di 𝐺′.
Bukti
Ambil sebarang 𝑥 ∈ 𝐺 maka (𝑥) ∈ 𝐺′, sehingga [(𝑥)  𝑒′] ∈ 𝐺′
Karena 𝑒′ adalah identitas di 𝐺′ maka
(𝑥 ) 𝑒 ′ = (𝑥 )
Karena 𝑒 adalah identitas di 𝐺 maka
(𝑥 ) 𝑒 ′ = (𝑥 ) = (𝑥 ∘ 𝑒) …………………………. (i)

Karena  adalah homomorfisma maka (𝑥 ∘ 𝑒) = (𝑥 ) (𝑒) …………(ii)


Dari (i) dan (ii) diperoleh (𝑥 )  𝑒 ′ = (𝑥 )  (𝑒).
Dengan menggunakan kanselisasi kiri diperoleh bahwa (𝑒) = 𝑒 ′

Teorema 3.2
Jika  suatu homomorisma dari (𝐺,∘) ke grup (𝐺′, ), maka (𝑥 −1 ) = (𝑥)−1
untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺.
Bukti
Menurut teorema sebelumnya, 𝑒′ = (𝑒)
Karena 𝑒 = 𝑥 ∘ 𝑥 −1 maka 𝑒′ = 𝜑(𝑥 ∘ 𝑥 −1 ) dan karena  homomorfisma
maka  (𝑥 ∘ 𝑥 −1 ) = (𝑥 )  (𝑥 −1 ) = 𝑒′ …………………………..(i)
Ambil sebarang 𝑥 ∈ 𝐺 maka (𝑥) ∈ 𝐺′, sehingga
(𝑥 ) ∗ (𝑥)−1 = 𝑒′ ………………………………………..(ii)
Dari (i) dan (ii) diperoleh (𝑥 )  (𝑥 −1 ) = (𝑥 ) ∗ (𝑥)−1
Dengan kanselisasi kiri terbukti bahwa (𝑥 −1 ) = (𝑥)−1 .

Teorema 3.3
Jika  suatu homomorfisma dari grup (𝐺,∘) into grup (𝐺′, ) dengan kernel 𝐾,
maka 𝐾 merupakan subgrup normal dari 𝐺.
Bukti:

HOMOMORFISME GRUP 103


Misalkan kernel dari  adalah 𝐾 maka 𝐾 = {𝑥 ∈ 𝐺 |(𝑥 ) =
𝑒 ′ , 𝑒′ identitas di 𝐺′}
Untuk membuktikan 𝐾 subgrupnormal dari 𝐺 maka akan dibuktikan:
(1) 𝐾 subgrup dari 𝐺
(2) ∀𝑔 ∈ 𝐺, 𝑘 ∈ 𝐾 berlaku 𝑔 ∘ 𝑘 ∘ 𝑔−1 ∈ 𝐾
Bukti:
(1) Akan dibuktikan 𝐾 subgrup dari 𝐺
(i) Ambil 𝑒 ∈ 𝐺 maka berdasarkan teorema 3.1 (𝑒) = 𝑒 ′.
Jadi 𝑒 ∈ 𝐾.
(ii) Ambil sebarang 𝑥 ∈ 𝐾 maka berdasarkan definisi kernel 𝑥 ∈ 𝐺.
Jadi 𝐾 ⊆ 𝐺.
(iii) Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐾 maka 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺 dan berlaku 𝜑(𝑥) = 𝑒′ dan
𝜑(𝑦) = 𝑒′
Karena 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺 dan 𝐺 grup maka (𝑥𝑦 −1 ) ∈ 𝐺
𝜑(𝑥𝑦 −1 ) = 𝜇 (𝑥 ) ∗ 𝜑(𝑦 −1 ) …………… 𝜇 homomorfisma
= 𝑒′ ∗ 𝜑(𝑦)−1 ……………… Teorema 3.2
= 𝑒′ ∗ (𝑒′)−1 …………………(𝑒′)−1 = 𝑒′
= 𝑒′
Karena (𝑥𝑦 −1 ) ∈ 𝐺 dan berlaku 𝜑(𝑥𝑦 −1 ) = 𝑒′ maka (𝑥𝑦 −1 ) ∈ 𝐾
Dari (i) sampai (iii) terbukti 𝐾 subgrup dari 𝐺

(2) Ambil sebarang 𝑔 ∈ 𝐺, 𝑘 ∈ 𝐾 maka (𝑔 ∘ 𝑘 ∘ 𝑔−1 ) ∈ 𝐺


𝜑(𝑔 ∘ 𝑘 ∘ 𝑔−1 ) = 𝜑(𝑔) ∗ 𝜑(𝑘 ) ∗ 𝜑(𝑔−1 ) …………… 𝜇 homomorfisma
= 𝜑(𝑔) ∗ 𝑒′ ∗ 𝜑(𝑔−1 ) …………... 𝑘 ∈ 𝐾
= 𝜑(𝑔) ∗ 𝜑(𝑔−1 ) …………………. 𝑒′ identitas di 𝐺′
= 𝜑(𝑔) ∗ 𝜑(𝑔)−1 …………………. Teorema 3.2
= 𝑒′
Dengan demikian terbukti bahwa untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺, 𝑘 ∈ 𝐾 berlaku (𝑔 ∘
𝑘 ∘ 𝑔−1 ) ∈ 𝐾.
Dari (1) dan (2) terbukti bahwa 𝐾 subgrupnormal dari 𝐺

HOMOMORFISME GRUP 104


Latihan Soal KB 3. 2
1. Misalkan 𝐻 adalah subgroup dari 𝐺 sedemikian sehingga 𝐻 ⊆ 𝑍(𝐺).
Tunjukkan bahwa 𝐻 adalah subgroup normal dari 𝐺!
2. Misalkan 𝐺 sebarang grup, 𝑔 elemen tertentu dalam 𝐺, didefinisikan
𝑓 ∶ 𝐺 → 𝐺 dengan 𝑓(𝑥) = 𝑔𝑥𝑔−1 , ∀𝑥 ∈ 𝐺.
a. Buktikan bahwa 𝑓 adalah homomorfisma!
b. Tentukan kernel dari 𝑓!
3. Misalkan 𝐺1 , 𝐺2 adalah grup dengan unsur identitas masing-masing
adalah 𝑒1 , 𝑒2 , dan 𝜑 sebuah homomorfisma dari 𝐺1 ke 𝐺2 dengan kernel
𝜑 = 𝐾. Tunjukkan bahwa jika 𝜑 adalah satu-satu maka 𝐾 = {𝑒1 }!
4. Misalkan 𝐺 grup semua bilangan bulat dengan operasi penjumlahan.
𝐺 ′ = {1, −1} grup terhadap operasi perkalian. Didefinisikan 𝜑 ∶ 𝐺 → 𝐺′
dengan:
𝜑 (𝑥 ) = 1 jika 𝑥 genap
𝜑(𝑥 ) = −1 jika 𝑥 ganjil
Tentukan kernel dari 𝜑!
5. Misalkan 𝐺 adalah grup dengan operasi ∘, H adalah grup dengan operasi
∗, dan 𝑓: 𝐺 → 𝐻 adalah sebuah pemetaan yang bersifat bahwa 𝑓 (𝑎 ∘ 𝑏) =
𝑓(𝑎) ∗ 𝑓(𝑏), ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺. Tunjukkan bahwa 𝑓 (𝑎−1 ) = 𝑓(𝑎)−1 untuk setiap
𝑎 ∈ 𝐺!

Kunci Jawaban Latihan Soal KB 3. 2


2. a. 𝑓 adalah homomorfisma
b. 𝐾 = {𝑥 ∈ 𝐺 |𝑔𝑥𝑔−1 = 𝑒′}
4. kernel dari 𝜑 adalah 𝐾 = {𝑥 ∈ 𝐺 |𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝′}

HOMOMORFISME GRUP 105


LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 3.2
KERNEL

Masalah 1:
Misalkan 𝐺 sebarang grup, 𝑔 elemen tertentu dalam 𝐺, didefinisikan𝑓 ∶ 𝐺 →
𝐺 dengan 𝑓(𝑥) = 𝑔𝑥𝑔−1 , ∀𝑥 ∈ 𝐺.
a. Buktikan bahwa 𝑓 adalah homomorfisma!
b. Tentukan kernel dari𝑓!
Jawab
a. Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺.
Dari definisi ℎ diperoleh
𝑥 ∈ 𝐺 → 𝑓(𝑥 ) = 𝑔𝑥𝑔−1
𝑦 ∈ 𝐺 → 𝑓 (𝑦) = ..........
(𝑥𝑦) ∈ 𝐺 → 𝑓 (𝑥𝑦) = 𝑔(… … )𝑔−1
Karena 𝐺 grup, maka 𝐺 memiliki identitas. Misalkan 𝑒 ∈ 𝐺 adalah identitas
di 𝐺 maka
𝑓 (𝑥𝑦) = 𝑔(𝑥𝑦)𝑔−1
= 𝑔(𝑥 … 𝑦)𝑔−1 ………. 𝑥𝑦 = 𝑥 … 𝑦 , 𝑒 identitas
= 𝑔(𝑥 … … 𝑦)𝑔−1 ………. 𝑒 = …….
= (… … … )(… … … ) ……….. sifat assosiatif
= …… ……
Karena ∀𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺, 𝑓 (𝑥𝑦) = 𝑓 (𝑥 ) 𝑓(𝑦), maka ℎ merupakan homomorfisma
grup.

b. Identitas dari 𝐺 ′adalah 𝑒 ′ , maka kernel dari ℎ adalah


𝐾 = {𝑥 ∈ 𝐺 |𝑓(𝑥 ) = … 𝑒 ′ identitas di 𝐺′}
= {𝑥 ∈ 𝐺 |𝑔𝑥𝑔−1 = ⋯ }

HOMOMORFISME GRUP 106


Masalah 2:
Misalkan 𝐺 grup semua bilangan bulat dengan operasi penjumlahan.
𝐺 ′ = {1, −1} grup terhadap operasi perkalian.
Didefinisikan𝜑 ∶ 𝐺 → 𝐺′ dengan:
𝜑(𝑥 ) = 1 jika𝑥 genap
𝜑(𝑥 ) = −1 jika𝑥ganjil
Tentukan kernel dari 𝜑!
Jawab
Identitas dari 𝐺 ′adalah ......
𝐾 = {𝑥 ∈ 𝐺 |(𝑥 ) = 𝑒 ′ , 𝑒 ′ identitas di 𝐺′}
= {𝑥 ∈ 𝐺 |(𝑥 ) = . . . }
Karena untuk 𝑥 genap, 𝜑(𝑥 ) = 1, maka kernel dari 𝜑 adalah 𝐾 =
{𝑥 ∈ 𝐺 |𝑥 … … … … … . … … … }

HOMOMORFISME GRUP 107


Kegiatan Belajar 3.3

ISOMORFISME GRUP

Tujuan Kegiatan Belajar 3.3 :


1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi monomorfisme, epimorfisme,
isomorfisme, endomorfisme, dan automorfisme grup
2. Mahasiswa mampu menunjukkan suatu homomorfisma merupakan
monomorfisme, epimorfisme, isomorfisme, endomorfisme, dan automorfisme
grup

Mengingat !
- Suatu pemetaan  ∶ 𝐺 → 𝐺′ disebut surjektif jika dan hanya jika
∀𝑎 ∈ 𝐺′, ∃𝑏 ∈ 𝐺, ∋ (𝑏) = 𝑎.
- Suatu pemetaan  ∶ 𝐺 → 𝐺′ disebut injektif jika dan hanya jika ∀𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺,
jika 𝑥  𝑦 maka (𝑥 )  (𝑦) atau ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺 , jika (𝑥) =
(𝑦) maka 𝑥 = 𝑦.
- Suatu pemetaan yang surjektif dan injektif disebut pemetaan bijektif.

Definisi 3.3
Suatu homomorfisma yang injektif disebut monomorfisma
Suatu homomorfisma yang surjektif disebut epimorfisma.
Suatu homomorfisma yang bijektif disebut isomorfisma.
Suatu homomorfisma dari suatu grup ke dalam dirinya sendiri dinamakan
suatu endomorfisma.
Suatu endomorfisma yang bijektif dinamakan suatu automorfisma.

Contoh 3.7
Misalkan 𝐺 grup semua bilangan rasional dengan operasi penjumlahan dan
𝐺′ = 𝐺. Pemetaan 𝑓 ∶ 𝐺 → 𝐺 ′ didefinisikan dengan 𝑓(𝑥) = 1
2 𝑥.

a. Selidiki apakah 𝑓 suatu isomorfisme ?


b. Selidiki apakah 𝑓 suatu automorfime ?
Jawaban
a. Akan diselidiki apakah 𝑓 suatu isomorfisme

HOMOMORFISME GRUP 108


Untuk menyelidiki apakah 𝑓 suatu isomorfisme, maka harus ditunjukkan
terlebih dahulu bahwa 𝑓 merupakan homomorfisme grup dan 𝑓 merupakan
pemetaan bijektif.
Dari contoh sebelumnya telah dibuktikan bahwa 𝑓 adalah homomorfisma.
Karena itu hanya perlu diselidiki apakah 𝑓 merupakan pemetaan yang
bijektif.
Untuk menunjukkan 𝑓 bijektif, maka akan ditunjukkan bahwa 𝑓 injektif dan 𝑓
surjektif.
(1) Akan diselidiki :𝑓 injektif ?
Cara 1 :
Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺 dengan 𝑥  𝑦
Maka𝑓(𝑥) = 1
2
𝑥 dan 𝑓(𝑦) = 1
2
𝑦.
1 1
Karena 𝑥  𝑦 maka 2 𝑥 ≠ 2 𝑦 atau 𝑓(𝑥 ) ≠ 𝑓 (𝑦)

Dengan demikian, 𝑓 injektif


Cara 2 :
Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺 dengan 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑦)
1 1
Karena 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑦) maka 2 𝑥 = 2 𝑦, akibatnya 𝑥 = 𝑦

Dengan demikian, 𝑓 injektif


Dengan kata lain, 𝑓 merupakan suatu homomorfisme grup dan bersifat
injektif (𝑓 merupakan monomorfisme grup )
(2) Akan diselidiki : 𝑓 surjektif ?
Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝐺′, maka ada 2𝑎 ∈ 𝐺 sehingga 𝑓(2𝑎) = 1
2 (2𝑎) = 𝑎

Dengan demikian, 𝑓surjektif


Dengan kata lain, 𝑓 merupakan suatu homomorfisme grup dan bersifat
surjektif (𝑓 merupakan epimorfisme grup)
Karena 𝑓 merupakan pemetaan yang bersifat surjektif dan injektif, maka 𝑓
bersifat bijektif. Karena 𝑓 merupakan suatu homomorfisme grup, maka 𝑓
merupakan isomorfisme.
Jadi, 𝑓 merupakan isomorfisme grup

HOMOMORFISME GRUP 109


b. Akan diselidiki apakah 𝑓 suatu automorfisma
Karena 𝑓 memetakan dari 𝐺 ke 𝐺 ′, dengan 𝐺 = 𝐺′ , maka 𝑓 endomorfisme.
karena 𝑓endomorfisme yang bersifat bijektif, maka 𝑓 automorfisma dari
𝐺 ke 𝐺′.
Jadi, 𝑓 merupakan automorfisme grup.

Contoh 3.8
Misalkan 𝐺 grup semua bilangan bulat dengan operasi penjumlahan.
𝐺 ∗ = {1, -1} grup terhadap operasi perkalian.
Didefinisikan  ∶ 𝐺 → 𝐺 ∗ dengan
(𝑥) = 1 jika 𝑥 genap
(𝑥) = −1 jika 𝑥 ganjil
Selidiki apakah  isomorfisma ?
Jawab:
Dari contoh sebelumnya telah dibuktikan bahwa 𝜑 adalah homomorfisma
karena itu hanya perlu diselidiki apakah f bijektif.
Akan diselidiki :  injektif ?
Ambil 2, 4  𝐺 (2  4) tetapi (2) = (4) = 1
Jadi  tidak injektif.
Karena  tidak injektif maka  bukan isomorfisma.

Contoh 3.9
Misalkan 𝐺 sebarang grup, 𝑔 elemen tertentu dalam 𝐺, didefinisikan 𝑓 ∶ 𝐺 →
𝐺 dengan 𝑓(𝑥) = 𝑔𝑥𝑔−1 , ∀𝑥 ∈ 𝐺. Buktikan bahwa 𝑓 merupakan
automorfisma.
Bukti:
Diketahui : 𝐺 grup dan 𝑔 ∈ 𝐺 (𝑔 elemen tertentu)
𝑓: 𝐺 → 𝐺
𝑓(𝑥) = 𝑔𝑥𝑔−1 , ∀𝑥 ∈ 𝐺
Akan dibuktikan : 𝑓 automorfisma

HOMOMORFISME GRUP 110


(1) Akan ditunjukkan : 𝑓 homomorfisma
Pembuktian ini diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

(2) Akan ditunjukkan : 𝑓 injektif


Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺 dengan 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑦)
Maka 𝑓(𝑥) = 𝑔𝑥𝑔−1 dan 𝑓(𝑦) = 𝑔𝑦𝑔−1
𝑓 (𝑥 ) = 𝑓 (𝑦 ) ⟹ 𝑔𝑥𝑔−1 = 𝑔𝑦𝑔−1
⟹ 𝑔−1 (𝑔𝑥𝑔−1 ) = 𝑔−1 (𝑔𝑦𝑔−1 )
⟹ (𝑔−1 𝑔)𝑥𝑔−1 = (𝑔−1 𝑔)𝑦𝑔−1
⟹ 𝑥𝑔−1 = 𝑦𝑔−1
⟹ 𝑥(𝑔−1 𝑔) = 𝑦(𝑔−1 𝑔)
⟹ 𝑥 = 𝑦
jika 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑦) maka 𝑥 = 𝑦
Akibatnya 𝑓 injektif.
(3) Akan ditunjukkan : 𝑓 surjektif
Ambil sebarang 𝑦 ∈ 𝐺.
Ada 𝑥 = 𝑔−1 𝑦𝑔 ………… karena 𝑔 ∈ 𝐺 tertentu maka 𝑔−1 ∈ 𝐺 tertentu,
sehingga 𝑔−1 𝑦(𝑔−1 )−1 = 𝑔−1 𝑦𝑔
Sehingga 𝑓(𝑥) = 𝑓 (𝑔−1 𝑦𝑔) = 𝑔(𝑔−1 𝑦𝑔) 𝑔−1
= 𝑔(𝑔−1 𝑦𝑔) 𝑔−1 ………….. assosiatif di 𝐺
= (𝑔𝑔−1 )𝑦(𝑔 𝑔−1 )
= 𝑦
Karena untuk setiap ∈ 𝐺 , ada 𝑥 = 𝑔−1 𝑦𝑔 ∈ 𝐺, sehingga 𝑓(𝑥) = 𝑦
maka 𝑓 surjektif.
Karena 𝑓 merupakan homomorfisma 𝐺 into 𝐺 dan merupakan pemetaan
yang surjektif dan injektif, maka 𝑓 merupakan automorfisma 𝐺 onto 𝐺.

Definisi 3.4
Dua grup 𝐺 dan 𝐺′ disebut homomorfik, jika ada suatu homomorfisme dari 𝐺
into 𝐺′.

HOMOMORFISME GRUP 111


Definisi 3.5
Dua grup 𝐺 dan 𝐺′ disebut isomorfik jika ada suatu isomorfisma dari 𝐺 into 𝐺′.
Dalam hal ini ditulis 𝐺  𝐺′.

Contoh 3.10
a b
Misalkan G grup semua matriks real ( ) dengan ad − bc ≠ 0, terhadap
c d
operasi perkalian matriks. Misalkan G′ adalah grup bilangan real tanpa nol
a b
dengan operasi perkalian. Didefinisikan f ∶ G → G′ dengan f (( )) = ad −
c d
bc. Dapat dibuktikan bahwa f merupakan suatu isomorfisma grup.
Karena terdapat isomorfisma dari G ke G’, grup G dan G′ disebut isomorfik,
ditulis G  G′

Latihan Soal KB 3.3


1. Misalkan 𝐺 adalah grup dan 𝑎 adalah elemen tetap di 𝐺. Pemetaan
𝜑𝑎 : 𝐺 → 𝐺 didefinisikan oleh 𝜑𝑎 (𝑥 ) = 𝑎𝑥𝑎−1 , ∀𝑥 ∈ 𝐺. Buktikan bahwa 𝜑𝑎
sebuah automorfisma di 𝐺!
2. Misalkan 𝐺 adalah sebuah grup. Didefinisikan 𝑓: 𝐺 → 𝐺 dengan 𝑓 (𝑎) =
𝑎−1 . Buktikan bahwa 𝑓 merupakan automorfisma 𝐺 onto 𝐺 jika dan hanya
jika 𝐺 grup abelian.
3. Misalkan 𝑅 adalah himpunan semua bilangan real dan 𝑅∗ adalah
himpunan semua bilangan real yang tidak sama dengan nol. Jelaslah
bahwa (𝑅, +) dan (𝑅∗ ,×) masing-masing merupakan grup. Tunjukan
bahwa (𝑅, +) tidak isomorfik dengan (𝑅∗ ,×)!
𝑎 𝑏
4. Misalkan 𝐺 grup semua matriks real ( ) dengan 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0,
𝑐 𝑑
terhadap operasi perkalian matriks. Misalkan 𝐺′ adalah grup bilangan real
tanpa nol dengan operasi perkalian. Didefinisikan 𝑓 ∶ 𝐺 → 𝐺′ dengan
𝑎 𝑏
𝑓 (( )) = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐. Buktikan bahwa 𝑓 merupakan suatu isomorfisma
𝑐 𝑑
grup!

HOMOMORFISME GRUP 112


5. Misalkan (𝐺,∙) sebuah grup. Operasi biner ∗ pada himpunan 𝐺
didefinisikan oleh 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑏 ∙ 𝑎, untuk semua 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺. Tunjukkan bahwa
(𝐺,∗) isomorfik dengan (𝐺,∙)!

Kunci jawaban Latihan soal 3.3


2. Karena 𝑓 merupakan pemetaan yang bersifat surjektif dan injektif, maka 𝑓
bersifat bijektif. Karena 𝑓 merupakan suatu homomorfisme grup, maka 𝑓
merupakan isomorfisme. Jadi, 𝑓 merupakan isomorfisme grup
Karena 𝑓 memetakan dari 𝐺 ke 𝐺, maka 𝑓 endomorfisme. karena
𝑓endomorfisme yang bersifat bijektif, maka 𝑓 automorfisma
4. Karena 𝑓 merupakan pemetaan yang tidak injektif, maka 𝑓 bukan
merupakan isomorfisme grup

HOMOMORFISME GRUP 113


LEMBAR KERJA MAHASISWA KB 3.3
ISOMORFISME GRUP

Masalah 1:
𝑎 𝑏
Misalkan 𝐺 grup semua matriks real ( ) dengan 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0, terhadap
𝑐 𝑑
operasi perkalian matriks. Misalkan 𝐺′ adalah grup bilangan real tanpa nol
𝑎 𝑏
dengan operasi perkalian. Didefinisikan 𝑓 ∶ 𝐺 → 𝐺′ dengan 𝑓 (( )) =
𝑐 𝑑
𝑎𝑑 − 𝑏𝑐. Apakah 𝑓 merupakan suatu isomorfisma grup!
Jawab:
Untuk menyelidiki apakah 𝑓 suatu isomorfisma, maka harus ditunjukkan
terlebih dahulu bahwa 𝑓 merupakan homomorfisma grup dan 𝑓 merupakan
pemetaan bijektif.
a. Akan ditunjukkan bahwa 𝑓merupakan homomorfisma
𝑎 𝑏 𝑘 𝑙
Ambil sebarang 𝐴, 𝐵 ∈ 𝐺. Misalkan𝐴 = ( ) dan 𝐵 = ( ). Dari
𝑐 𝑑 𝑚 𝑛
definisi 𝑓 diperoleh
𝑎 𝑏
𝑓 (𝐴) = 𝑓 (( )) = ……………….
𝑐 𝑑

𝑘 𝑙
𝑓 (𝐵) = 𝑓 (( )) = ………………
𝑚 𝑛

(𝐴𝐵) ∈ 𝐺 → 𝑓 (𝐴𝐵) = 𝑓 ((𝑎 𝑏 𝑘


)(
𝑙
))
𝑐 𝑑 𝑚 𝑛

… + ... … + …
= 𝑓( )
… + ... … + ...

= …………………………….

= …………………………….

= …………………………….

= …………………………….

HOMOMORFISME GRUP 114


Karena ∀𝐴, 𝐵 ∈ 𝐺, 𝑓(𝐴𝐵) = 𝑓 (𝐴)𝑓(𝐵), maka 𝑓 merupakan
homomorfisma grup.
b. Akan diperiksa apakah 𝑓 bijektif
Untuk memeriksa 𝑓 bijektif, maka akan diperiksa apakah bahwa 𝑓 injektif
dan 𝑓 surjektif.
.........................................................................................................................................................
..............................................................................................................

Masalah 2:
Misalkan 𝐺 adalah sebuah grup. Didefinisikan 𝑓: 𝐺 → 𝐺 dengan 𝑓 (𝑎) = 𝑎−1 .
Buktikan bahwa 𝑓 merupakan automorfisma 𝐺 onto 𝐺 jika 𝐺 grup abelian.
Jawab:
Untuk menyelidiki apakah 𝑓 suatu isomorfisma, maka harus ditunjukkan
terlebih dahulu bahwa 𝑓 merupakan homomorfisma grup dan 𝑓 merupakan
pemetaan bijektif.
a. Akan ditunjukkan bahwa 𝑓merupakan homomorfisma
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, maka 𝑓 (𝑎) = 𝑎−1 dan 𝑓 (𝑏) = 𝑏−1 .
𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, maka (𝑎𝑏) ∈ 𝐺 dan

𝑓 (𝑎𝑏) = …………………………..

= …………………………..

= …………………………..

= 𝑓 (𝑎) 𝑓(𝑏)

Karena ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, 𝑓(𝑎𝑏) = 𝑓 (𝑎)𝑓(𝑏), maka 𝑓 merupakan homomorfisma


grup.
b. Untuk memeriksa 𝑓 bijektif, maka akan diperiksa apakah bahwa 𝑓 injektif
dan 𝑓 surjektif.
Akan diperiksa apakah 𝑓 injektif
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 dengan 𝑎  𝑏
𝑎𝑏 ⇒ … ≠ …

HOMOMORFISME GRUP 115


= 𝑓 (𝑎) ≠ 𝑓(𝑏)

Karena 𝑎  𝑏 maka tetapi 𝑓 (𝑎) ≠ 𝑓 (𝑏)


Dengan demikian, 𝑓 injektif
Akan diperiksa apakah 𝑓 surjektif
Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝐺, maka ada … ∈ 𝐺 sehingga 𝑓 (𝑎) = …
Dengan demikian, 𝑓surjektif
Karena 𝑓 merupakan pemetaan yang bersifat surjektif dan injektif, maka 𝑓
bersifat ……… Karena 𝑓 merupakan suatu homomorfisme grup, maka 𝑓
merupakan ………………..
Karena 𝑓 memetakan dari 𝐺 ke 𝐺, maka 𝑓 …………….. karena 𝑓 …………….. yang
bersifat bijektif, maka 𝑓 ........................

HOMOMORFISME GRUP 116


RANGKUMAN

1. Misalkan (𝐺,∘) dan (𝐺 ′,∗) dua grup, maka pemetaan 𝜑 ∶ 𝐺 → 𝐺 ′ adalah


suatu homomorfisma, apabila 𝜑 (𝑎 ∘ 𝑏) = 𝜑(𝑎) ∗ 𝜑(𝑏), ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺.
2. Jika  suatu homomorfisma dari grup 𝐺 ke 𝐺′, maka yang dimaksud
dengan kernel atau inti dari , yaitu 𝐾 didefinisikan dengan 𝐾 =
{𝑥 ∈ 𝐺 |(𝑥) = 𝑒′, 𝑒′ identitas di 𝐺 ′}.
3. Jika  suatu homomorfisma dari grup (𝑮,∘) ke grup (𝑮′, ), maka (𝒆) =
𝒆′ , dengan 𝒆 adalah identitas di 𝑮 dan 𝒆′ adalah identitas di 𝑮′.
4. Jika  suatu homomorisma dari (𝐺,∘) ke grup (𝐺′, ), maka (𝑥−1 ) =
−1
(𝑥) untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺.
5. Jika  suatu homomorfisma dari grup (𝐺,∘) into grup (𝐺′, ) dengan
kernel 𝐾, maka 𝐾 merupakan subgrup normal dari 𝐺.
6. Suatu homomorfisma yang injektif disebut monomorfisma
7. Suatu homomorfisma yang surjektif disebut epimorfisma.
8. Suatu homomorfisma yang bijektif disebut isomorfisma.
9. Suatu homomorfisma dari suatu grup ke dalam dirinya sendiri
dinamakan suatu endomorfisma.
10. Suatu endomorfisma yang bijektif dinamakan suatu automorfisma.
11. Dua grup 𝐺 dan 𝐺′ disebut homomorfik, jika ada suatu homomorfisme
dari 𝐺 into 𝐺′.
12. Dua grup 𝐺 dan 𝐺′ disebut isomorfik jika ada suatu isomorfisma dari 𝐺
into 𝐺′. Dalam hal ini ditulis 𝐺  𝐺′.

HOMOMORFISME GRUP 117


DAFTAR PUSTAKA

Herstein, I.N., 1975, Topics in Algebra, New York: John Wiley & Sons.

Kusno Kromodiharjo, 1988, Struktur Aljabar, Jakarta: Karunika, Universitas


Terbuka.

Sukahar, Kusrini, 1997, Struktur Aljabar I, Surabaya: University Press IKIP


Surabaya.

Sukirman. (2005). Pengantar Aljabat Abstrak. Surabaya: UM Press.

Raisinghania, M.D. & Aggarwal, R.S, 1980, Modern Algebra, New Delhi: S.
Chand & Company Ltd.

Rosjanuardi, R., Wahyuni, S., & Wijayanti, I.E. (2011). Aljabar. Jakarta:
Penerbit Universitas Terbuka.

Vijay K. Khania & S.K. Bhambri, 1993, A Course in Abstract Algebra, New
Delhi: Vikas Publishing House PVT Ltd.

Wahyudin. (2000). Pengantar Aljabar Abstrak. Bandung: Delta Lawean.

TEORI GRUP 118

Anda mungkin juga menyukai