Anda di halaman 1dari 11

Nama : Anatasia

NPM : 2313043055
Kelas A

Tari Bedana Lampung

A. Sejarah Tari Bedana

Latar Belakang Sejarah


Tari Bedana adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Lampung,
Indonesia. Dari sekian banyak ragam dan bentuk tari tradisional yang hidup dan
berkembang di daerah Lampung, sekaligus merupakan pencerminan tata kehidupan
masyarakat yang harus dipelihara, dibina dan dikembangkan adalah Tari Bedana (Tari,
n.d.). Tari Bedana sendiri telah ada sejak zaman dulu sebagai suatu ritual adat, yang
mengungkapkan suatu bentuk rasa syukur dalam wujud upacara bagi penduduk Buay
Tumi di daerah Lampung Barat (Studi & Seni, 2016).Tarian ini memiliki sejarah yang
panjang dan merupakan bagian integral dari kehidupan budaya masyarakat Lampung.
Tari bedana adalah salah satu jenis seni tari Masyarakat suku Lampung, baik Lampung
Pepa-dun maupun Lampung Sebatin (Teknik Dasar Gerak Tari Lampung, n.d.).Tari
Bedana mulai berkembang di Lampung bersamaan dengan penyebaran agama Islam pada
abad ke-16. Pada awalnya tari bedana adalah bentuk tari pergaulan yang dibawa oleh
kaum pedagang atau para pemuka agama Islam dari Gujarat maupun dari Timur Tengah
yang berfungsi untuk syiar agama Islam (Hasyimkan & Sn, 2013). Proses penyebaran
agama islam di indonesia menggunakan berbagai cara. Salah satu metode yang digunakan
yakni dengan memanfaatkan kesenian (Hidayatullah et al., 2017). Para ulama dan
pedagang dari Timur Tengah yang datang ke Nusantara membawa serta tradisi seni dan
budaya mereka, termasuk tarian yang digunakan sebagai sarana dakwah dan pergaulan.
Terjadinya sebuah proses akulturasi, menjadikan Tari Bedana mempunyai ciri yang
hampir sama dengan tari daerah lain di Nusantara dengan mayoritas penduduknya
beragama Islam (Lampung, n.d.).Tari Bedana adalah sebuah kesenian rakyat yang
bernafaskan Islam, mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung yang ramah dan
terbuka sebagai simbol persahabatan dan pergaulan anak muda Lampung dengan
komitmen beragama. Tari Bedana adalah tarian tradisional yang dipercayai bernapaskan
ajaran agama Islam dan mengambarkan tata kehidupan dan budaya masyarakat di
Lampung yang ramah dan juga terbuka (Yustika et al., 2017).

Sebagai tarian yang dipengaruhi oleh budaya Islam, Tari Bedana memadukan elemen-
elemen tradisional Lampung dengan nilai-nilai Islam. Gerakan-gerakan dalam tarian ini
mencerminkan sifat-sifat keagamaan yang sopan dan anggun, serta digunakan sebagai
media untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan etika kepada masyarakat. Tradisi ini
menunjukkan bagaimana Islam telah beradaptasi dengan budaya lokal, menciptakan
bentuk ekspresi seni yang unik dan kaya.

Fungsi Sosial dan Upacara

Tari Bedana memiliki fungsi sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat
Lampung. Tarian ini sering dipertunjukkan dalam berbagai acara adat dan upacara
penting seperti pernikahan, khitanan, dan penyambutan tamu kehormatan. Dalam konteks
upacara pernikahan, Tari Bedana sering kali ditampilkan untuk menyambut pengantin
baru dan menghibur para tamu. Tarian ini juga digunakan dalam upacara khitanan, di
mana penampilan tari menjadi bagian dari perayaan transisi seorang anak laki-laki
menuju kedewasaan.
Selain itu, Tari Bedana berfungsi sebagai media pergaulan bagi masyarakat. Penari pria
dan wanita, yang sering kali adalah para remaja, menari bersama dalam suasana yang
penuh kegembiraan dan kebersamaan. Tarian ini membantu mempererat hubungan sosial
dan mempromosikan nilai-nilai gotong royong serta kebersamaan di antara anggota
masyarakat.

Struktur Gerakan dan Makna

Gerakan dalam Tari Bedana sangat terstruktur dan memiliki makna simbolis yang
mendalam. Tarian ini biasanya dimulai dengan gerakan-gerakan yang lembut dan anggun,
yang melambangkan kesopanan dan ketulusan. Penari bergerak serempak, menunjukkan
kerjasama dan keharmonisan. Berikut adalah beberapa elemen gerakan dalam Tari
Bedana:
 Gerakan Tangan
Gerakan tangan dalam Tari Bedana sering kali lembut dan melambangkan doa serta
harapan. Tangan yang diangkat perlahan mencerminkan penghormatan dan
keikhlasan.
 Langkah Kaki
Langkah kaki yang ritmis menggambarkan perjalanan hidup yang penuh tantangan.
Gerakan maju dan mundur mencerminkan keseimbangan dan harmoni dalam
kehidupan.
 Gerakan Berpasangan
Penari sering kali menari berpasangan, yang melambangkan kebersamaan dan kerja
sama antara pria dan wanita dalam masyarakat.

Musik Pengiring
Musik yang mengiringi Tari Bedana adalah salah satu komponen penting yang
menambah keindahan dan kekhidmatan tarian ini. Alat musik tradisional seperti gambus,
kendang, dan rebana digunakan untuk mengiringi gerakan para penari. Melodi gambus
yang mendayu-dayu menciptakan suasana yang tenang dan khidmat, sementara ketukan
kendang memberikan ritme yang dinamis. Lirik lagu yang dinyanyikan selama
pertunjukan sering kali berisi nasihat bijak dan pesan moral, yang memperkuat nilai-nilai
yang disampaikan melalui gerakan tarian. Secara tradisional musik dan tari sangat erat
hubungannya, keduanya saling membutuhkan, karena keduanya mempunyai sumber yang
sama, yaitu dorongan dan naluri ritmis manusia. Dalam musik Tari Bedana terdapat bunyi
atau suara untuk mengiringi tari dapat dihasilkan oleh penari itu sendiri, seperti tepuk
tangan, hentakan kaki ataupun bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh perlengkapan penari
yang dipakai, bahkan ada kalanya menggunakan teriakan-teriakan vokal, hal ini
menimbulkan kesan riang dalam pertunjukkan Tari Bedana. Tari Bedana memiliki
beberapa ciri khas, antara lain: Lagu pengiring tari Lagu dalam tari Bedana merupakan
keharusan,karena lagu yang dilantunkan dapat merupakan panduan untuk perubahan
gerak atau komposisi.Biasanya lagu yang mengiringi tari Bedana bersifat gembira yang
bersumber dari salawat nabi, sagata, adi- adi,wayak atau pantun seperti lagu
penayuhan,lagu mata kipt,lagu bedana dan lain-lain.Hubungan antara penari dan pemusik
pengiring tari sangat erat, sehingga antara gerak, komposisi dan musik tari dapat diatur
sedemikian rupa, seperti tempo, suasana, gaya, dan bentuknya dapat ditata oleh penata
tari dan penata musik.
Musik Tari Bedana menggunakan alat musik tradisional tumbuhnya dan keberadaaan alat
musik di daerah Lampung sangat erat hubungannya dengan upacara adat, seperti:
1. Talo Balak
2. Kulintang Pekhing
3. Gambung Lunik
4. Karenceng
5. Serdam
6. Serdap dan berdah

Untuk mengiringi musik tari Bedana masih digunakan alat musik tradisional yang
sederhana walaupun tidak menutup kemungkinan dipakainya alat musik moderen sebagai
musik tambahan atau sarana untuk menunjang, selama tidak mengurangi nilai dan ciri
khas daerah Lampung. Alat musik pengiring tari Bedana yang lazim dipakai adalah: Alat
musik Gambus Lunik, yaitu sebuah alat musik tradisional daerah Lampung yang dipetik,
dawai berjumlah empat hingga menghasilkan nada yang dominan, yang biasanya
mengiringi lagu- lagu tari bedana seperti lagu Selimpat, lagu penayuhan lagu bedana dan
lain-lain. Alat musik ini biasa dimainkan atau dipetik sekaligus membawakan lagu yang
berirama Salimpat atau Bedana. Alat musik berikutnya adalah Karenceng (Terbangan),
yaitu alat musik yang dibuat dari kayu nangka yang fungsinya sama dengan ketipung atau
lebih dominan alat musik ini sebagai pengiring arak-arakan. Selain itu Alat ini berfungsi
sebagai gendang atau pengatur tempo dalam gerakan tari Bedana. Simbol notasi
Karenceng atau Ketipung · tang (pukulan bagian samping · dung (pukulan bagian tengah)
· cang (untuk pukulan tahto/tahtim). Selanjutnya Alat musik pengiring tambahan
biasanya dipakai Gong kecil bahkan untuk lebih semaraknya dapat pula dipakai alat-alat
musik modern seperti: Biola, Accordian, dan lain-lain.
Pakaian dan Kostum
Penari Bedana mengenakan pakaian adat Lampung yang indah dan penuh makna.
Kostum yang dipakai tidak hanya memperindah penampilan tetapi juga menunjukkan
identitas budaya Lampung. Pakaian ini biasanya terdiri dari:
 Kain Tapis: Kain tenun khas Lampung yang dihiasi dengan benang emas atau perak,
menunjukkan kemewahan dan keahlian seni tenun masyarakat Lampung.
 Selendang: Selendang yang dikenakan oleh penari menambah keanggunan gerakan
dan sering kali berfungsi sebagai properti dalam tarian.
 Aksesoris Tradisional: Penari mengenakan aksesoris seperti gelang, kalung, dan
mahkota yang memperkaya penampilan mereka dan mencerminkan status sosial serta
keindahan seni tradisional.

Segala macam benda yang melekat pada tubuh penari, selain berfungsi sebagai penutup
tubuh, juga memperindah seseorang dalam tampilannya. Tata rias dan busana dalam seni
tradisi kita masih memiliki fungsi yang sangat penting. Kehadirannya dalam sebuah
pertunjukan tari, keduanya apakah tatarias atau tatabusana secara umum dapat
memperkuat ekspresi, penokohan, serta keindahan. Selain itu ia juga dapat memberikan
menggabarkan peristiwa di atas panggung tentang siapa, kapan, dan dimana peristiwa
yang digambarkan dalam pertunjukan itu terjadi.

Begitu pula dalam kostum busana yang dikenakan dalam tari bedana disetiap provinsi
memiliki ciri khas masing masing sesuai dengan karakter dan lingkungan yang
bersangkutan. Di provinsi lampung busana tari bedana memiliki beberapa varian, namun
sebagian besar busana tersebut hampir sama atau serupa. Busana tari bedana meliputi
sebagai berikut:

a. Busana Tari Bedana Wanita

1. Penekan rambut
2. Belatung tebak/sanggul malam
3. Gaharu kembang goyang/Sual Kira
4. Kembang melati/Kembang melur
5. Subang Giwir /anting-anting
6. Buah jukum/Bulan Temanggal
7. Bulu Serattei/Bebiting
8. Gelag Kano/ gelang Bibit
9. Kawai kurung
10. Tapis / Betuppal

b. Busana Tari Bedana pria

1. Kikat akinan/Peci sebagai ikat kepala


2. Kawai teluk belanga/ Belah Buluh
3. Kain bidak gantung/Betumpal sebatas lutut
4. Bulu sarattei/ Beibting

c. Pemakaian Busana Tari Bedana

Dalam pemakaian busana wanita terbilang cukup mudah dan tidak terikat oleh pola- pola
atau syarat-syarat tertentu yang penting rapih, pantas dan serasi. Setelah wajah dirias,
rambut dirapihkan dan sanggul malang dipasangkan, tusukan kembang melati yang ditata
sedemikian rupa diatas sanggul supaya terlihat indah dan rapih. Ikatkan penekan rambut di
tengah-tengah dahi kemudian tarik ke belakang dan ikatkan ujung kiri kanannya diantara
kepala dengan sanggul lalu rapihkan kedua ujungnya. Pasangkan gaharu kembang goyang/
sual kira tepat di tengah kepala bagian belakang, sejajar dengan penekan rambut tadi.
Usahakan gaharu ini menutup kedua ujung penekan, pakailah subang giwir/anting-
antingnya pada kedua telinga kiri dan kanan.

Apabila bagian atas kepala sudah selesai dan rapih dilanjutkan dengan memakai kain
tapis/Betupal. Ikatlah bagian pinggang dengan tali dengan kencang agar tidak melorot,
ratakan ujung tapis bagian bawah sebatas mata kaki, jangan terlalu ke bawah atau terlalu
tinggi karena akan mempengaruhi gerak tari. Pada bagian dada kenakan long torso,
usahakan agar ikatan tapis pada bagian pinggang tertutup, kemudian memakai baju
kurung, terakhir kenakanlah asesoris-asesorisnya seperti kalung buah jukum/bulan
temanggal, bulu serattei/babitting dan gelang kano/bibit. Yang perlu diingat bagi penari
Bedana wanita, tapis tidak boleh dipakai seperti gantung pada pria, selain kurang pantas
dilihat juga tidak sesuai dengan adat ketimuran bangsa Indonesia.
Untuk pemakaian busana pria, sang penari mengenakan baju teluk belanga atau belah
buluh, kemudian memakai kain bidak/ betumpel sebatas lutut. Pada bagian pinggang
bagian atas ikatkan bulu serattei/bebiting. Setelah rapih dan kuat baru kita memakai ikat
kepala/peci. Ada beberapa cara untuk mengikatkan ikat kepala pada penari, antara lain:
Kelupak Taduk, Gulo Sekirik, Punai Meghem, Tanjak, Layar Tekember, Elang Bekekhang
dan Elang Hinggap a. Cara memakai ikat kepala kelopak Taduk Kikat akkinan berbentuk
segi empat, dilipat diagonal sehingga lipatannya membentuk sebuah segitiga. Pada garis
diagonalnya dilipat-lipat selebar tiga jari tangan (± 6 cm) sehingga segitga besar tadi
menjadi segitiga yang tinggi garis tengahnya ± 25 cm, kemudian puncak dari segitiga
letakkan di belakang kepala, dengan puncaknya kebawah. Kedua ujung kanan dan kiri
dilingkarkan ke depan sampai di tengah dahi tepat di atas alis setengah hidung, belitkan
sehingga ujung kanan menjadi sebelah kiri dan ujung kiri menjadi bagian sebelah kanan,
tarik ke belakang dan ikatkan di belakang kepala. Sesudah itu puncak dari segitiga yang ke
bawah tarik keduanya ke atas sehingga tegak, ujung segitiga bagian dalam dilipat seperti
tadi kira-kira di atas lipatan yang terdahulu.

Pelestarian dan Tantangan


Di era modern ini, Tari Bedana menghadapi berbagai tantangan dalam hal pelestarian.
Globalisasi dan modernisasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan
masyarakat, dan sering kali warisan budaya tradisional seperti Tari Bedana terancam
terlupakan. Namun, berbagai upaya telah dilakukan untuk memastikan kelestarian tarian
ini. Pemerintah daerah dan komunitas budaya setempat aktif mempromosikan Tari
Bedana melalui festival budaya, pertunjukan seni, dan pendidikan di sekolah-sekolah.
Festival seperti Festival Krakatau di Lampung sering kali menampilkan Tari Bedana
sebagai salah satu acara utama, menarik perhatian wisatawan lokal dan internasional.
Selain itu, pelajaran Tari Bedana dimasukkan dalam kurikulum sekolah untuk
mengenalkan generasi muda pada warisan budaya mereka.
Para guru dan seniman tari juga berperan penting dalam melestarikan Tari Bedana.
Mereka mengajarkan tarian ini kepada anak-anak dan remaja, memastikan bahwa nilai-
nilai dan teknik tari yang benar tetap diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui usaha-
usaha ini, Tari Bedana tetap hidup dan terus berkembang, menjadi simbol identitas dan
kebanggaan masyarakat Lampung.
Tari Bedana adalah salah satu ekspresi budaya yang penting dari masyarakat Lampung.
Dengan akar yang kuat dalam tradisi Islam dan nilai-nilai sosial yang luhur, Tari Bedana
tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat
ikatan sosial dan menyampaikan pesan-pesan moral. Melalui upaya pelestarian yang terus
dilakukan oleh pemerintah, komunitas budaya, dan para pendidik, Tari Bedana tetap
hidup dan menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat Lampung.

B. Ragam gerak tari bedana


Gerak dalam tari dibedakan menjadi dua, yaitu gerak maknawi dan gerak murni.
Kedua jenis gerak tersebut merupakan manifestasi dan pengalaman para seniman tari
yang diolah ke dalam gerak sehingga menjadi satu komposisi atau koreografi. Gerak
maknawi adalah gerak yang memiliki arti, sedangkan gerak murni adalah gerak tari yang
tidak memiliki arti khusus, dimana ungkapan gerak seutuhnya untuk keindahan gerak
semata. Ragam gerak tari Bedana terdiri dari 9 ragam gerak.

1. Tahtim

Kaki kanan melangkah ke depan, pandangan ke depan gerakan tangan kimbang. Kaki kiri
melangkah ke depan kemudian pandangan ke depan. Kaki kanan melangkah ke depan
setengah meloncat, kaki kiri diangkat balik badan kearah kiri dengan kaki kiri di
depan.Kaki kanan melangkah ke depan setengah meloncat dan kaki kiri diangkat
kemudian pandangan ke bawah balik badan kearah kiri dengan kaki kiri di depan
kemudian pandangan ke depan dengan tangan kimbang. Maju kaki kiri badan merendah
kemudian pandangan ke depan. Menarik kaki kanan ke sebelah kaki kiri dalam posisi
jinjit (perempuan). Gerak tahtim adalah gerak maknawi karena menggambarkan
penghormatan.

2. Khesek Gantung

Langkah kaki kanan ke depan, gerakan tangan bekelai kemudian pandangan ke depan.
Langkah kaki kiri ke depan, pandanagan ke depan. Ayun kaki kanan digeser ke samping
kanan kemudian pandangan ke kanan mengikuti arah kaki kanan. Tarik kaki kanan
merapat ke kaki kiri lalu angkat kemudian pandangan ke depan dengan tangan bekelai.
3. Khesek Injing
Langkah kaki kanan ke depan, pandangan ke depan dengan tangan bekelai. Langkah kaki
kiri ke depan pandangan ke depan. Mengangkat kaki kanan diletakkan sebelah kaki kiri
kiri, posisi kaki kanan jinjit, pandangan ke bawah, dan badan merendah. Mengayun kaki
kanan kesamping kanan, pandangan ke samping kanan.

4. Jimpang
Langkah kaki kanan ke depan, pandangan ke depan lalu gerakan tangan kimbang.
Langkah kaki kiri ke depan pandangan ke depan lalu gerakan tangan kimbang. Mundur
kaki kanan, lalu pandangan ke depan. Langkah kaki kiri ke depan melangkah ke depan
dan kaki kiri diangkat. Mutar kaki kiri ke samping kiri diikuti kaki kanan balik mutar ke
kanan. Angkat kaki kiri, samping kiri kaki kanan dengan pasti kaki kiri injit pandangan
ke depan.

5. Humbak Muloh
Kaki kanan melangkah ke samping kanan kaki kiri mengikuti kaki kanan kesamping
kanan. Kaki kanan melangkah ke samping kanan, kaki kiri mengikuti kaki kanan
kesamping kanan. Kaki kanan melangkah ke samping kanan kaki kiri jinjit, pandangan
kearah kanan. Kaki kiri melangkah ke samping kiri, kaki kanan melangkah ke samping
kiri. Kaki kiri melangkah ke samping kiri kaki kanan jinjit, pandangan kearah kiri.

6. Ayun
Langkah kaki kanan ke depan, Gerakan tangan kimbang, dengan pandangan ke depan.
Langkah kaki kiri ke depan dengan gerak tangan kimbang. Langkah kaki kanan ke depan,
gerakan tangan kimbang. Angkat (ayun) kaki kiri, langkah kaki kiri ke depan, gerakan
tangan kimbang, dengan pandangan ke depan. Langkah kaki kanan ke depan dengan
gerak tangan kimbang. Langkah kaki kiri ke depan, gerakan tangan kimbang, angkat
(ayun) kaki kanan ke depan.

7. Ayun Gantung
Langkah kaki kanan ke depan, Gerakan tangan kimbang, dengan pandangan ke depan.
Langkah kaki kiri ke depan dengan gerak tangan kimbang. Langkah kaki kanan ke depan,
gerakan tangan kimbang. Angkat (ayun) kaki kiri, pandangan ke depan, gerak tangan
kimbang. Merendah kaki kanan, pandangan ke depan, gerak tangan kimbang angkat atau
ayun kaki kiri, pandangan ke depan, gerak tangan kimbang. Merendah kaki kanan,
pandangan ke depan, gerak tangan kimbang Angkat atau ayun kaki kiri pandangan ke
depan, gerak tangan kimbang.

8. Belitut
Langkah kaki kanan silang kekiri pandangan kebawah, gerakan tangan kimbang diikuti
kaki kiri dibelakang kaki kanan pandangan kedepan gerakan tangan kimbang. Langkah
kaki kanan silang kekiri pandangan kebawah, gerakan tangan kimbang diikuti kaki kiri
dibelakang kaki kanan maju kaki kanan maju putar kearah kanan. Silang kaki kiri ke
kanan putar badan Putar kaki kanan kearah kanan dengan membalik badan. Jinjit kaki kiri
di samping kaki kanan dengan badan merendah tegak, pandangan ke depan.

9. Gelek
Ayun angkat kaki kanan, pandangan ke depan dengan gerak tangan kimbang. Langkah
kaki kanan depan, pandangan ke depan dengan gerak tangan kimbang. Langkah kaki kiri
ke depan, pandangan ke depan dengan gerak tangan kimbang. Langkah kaki kanan ke
samping kanan mundur kaki kiri langkah silang kaki kanan ke arah kiri geser kaki kiri
kearah kiri, kaki kanan merapat di samping kaki kiri di jinjit lalu pandangan ke depan
dengan gerakan tangan tetap kimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Hasyimkan, P., & Sn, S. (2013). PEMBELAJARAN TARI BEDANA DENGAN


MENGGUNAKAN MODEL EKSPOSITORI PADA SMP NEGERI 1 PUNGGUR
Oleh IKA IRMANITA ( Jurnal ) Pembimbing 2 : Drs . Imam Rejana ., M . Si .
Pembahas : Fitri Daryanti ., S . Sn ., M . Sn FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN.
Hidayatullah, R., Bulan, I., & Lampung, U. (2017). Transformasi Tari Bedana Tradisi
Menjadi Tari Kreasi. 18(2), 178–191.
Lampung, B. P. (n.d.). UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta. 1311469011, 1–20.
Studi, M., & Seni, P. (2016). Kreativitas dalam garapan tari bedana kipas di sanggar
muli jejama bebagi lampung.
Tari, K. (n.d.). PENYAJIAN TARI BEDANA. 13(1).
Teknik Dasar Gerak Tari Lampung. (n.d.).
Yustika, M., Bisri, M. H., Pendidikan, J., Drama, S., & Bahasa, F. (2017). Jurnal seni
tari. 6(1).

Anda mungkin juga menyukai