Anda di halaman 1dari 2

TARI SAMAN

Tari Saman merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan atau dakwah.
Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan
dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang
tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau
nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan berkesinambungan, pemainnya
terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian
tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup tamu dengan grup sepangkalan
(dua grup). Penilaian dititik beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti
gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.
TARI PIRING

Tari piring adalah tarian tradisional Minangkabau yang menampilkan atraksi


menggunakan piring. Para penari mengayunkan piring di tangan mengikuti gerakan-gerakan
cepat yang teratur, tanpa satu pun piring terlepas dari tangan. Gerakannya diambil dari
langkah dalam silat Minangkabau atau silek.
Tari ini dipopulerkan oleh Huriah Adam. Saat ini, tari piring dipertunjukkan untuk
penyambutan tamu terhormat atau pembukaan upacara adat. Bersama dengan tari
saman, pendet, dan jaipong, tari ini menjadi tarian populer Indonesia yang kerap ditampilkan
di ajang promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia.
Secara tradisional, tari ini berasal dari Solok, Sumatra Barat. Menurut legenda awal
kemunculannya, Tari Piring ini berfungsi sebagai tarian dalam upacara kesuburan. Tarian ini
juga menjadi salah satu bentuk seni tradisional yang banyak sekali menyimpan nilai-nilai
estetis yang cukup tinggi dan mengandung nilai-nilai kebudayaan leluhur yang sangat
mendalam. Tari ini juga merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada
dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan
membawa sesaji dalam bentuk makanan yang diletakkan di dalam piring sembari melangkah
dengan gerakan yang dinamis. Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tari piring
tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari
tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada
acara-acara keramaian.

Anda mungkin juga menyukai