Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Panas merupakan salah satu sumber penting dalam proses produksi, hal ini
mengakibatkan secara tidak langsung pekerja telah terjapan oleh panas dalam
waktu yang lama. Dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi
tekanan lingkungan yang berasal dari faktor fisik, kimia, biologi dan psikis.
Tentunya lingkuangan kerja yang aman dan nyaman menjadi suatu kebutuhan.
Keadaan lingkungan yang kurang kondusif akan menuntut tenaga dan waktu
lebih besar sehingga berdampak kepada sistem kerja yang tidak efisien dan
produktif. Ketika temperatur di lingkungan mengalami kondisi ekstrim baik
itu panas maupun dingin yang berada di luar batas kemampuan manusia,
temparatur ekstrim ini berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan (Hendra:
2009).
Suatu tempat kerja yang nyaman dapat meningkatkan gairah kerja yang
pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja. Sedangkan tempat
kerja yang tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan bertambahnya
beban kerja (Saptoatmojo : 2008). Bahwa lingkungan kerja dan iklim kerja
mempunyai arti penting bagi individu yang bekerja didalamnya, karena
lingkungan kerja ini akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak
langsung menusia didalamnya. Salah satu parameter pengukuran suhu
lingkungan panas adalah dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Standar
pengukuran ini merupakan cara pemantauan tempat kerja yang mempunyai
potensi bahaya bagi tenaga kerja yang bersumber dari iklim kerja panas.
Oleh karena itu pada praktikum ini penting dilakukannya pengukuran
iklim kerja yang ada di salah satu bengkel PPNS. Agar hasil dari
pengukurannya dapat digunakan untuk meminimalisir apabila ada iklim kerja
yang telah melebih NAB yang ditentukan dan dapat mengetahui akibat yang
ditimbulkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana melakukan pengukuran iklim kerja dengan menggunakan
weather instrument?
2. Bagaimana melakukan analisa hasil pengukuran?
3. Bagaimana mengaplikasikan teori Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
1.3 Tujuan
TIU : Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan teori Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
TIK : 1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran iklim kerja dengan
menggunakan weather instrument.
2. Mahasiswa mampu melakukan analisa hasil pengukuran.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Iklim kerja
Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara,
kecepatan aliran udara dan panas radiasi (Suma’mur, 2014). Iklim kerja
adalah faktor-faktor thermis dalam lingkungan kerja yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya
antara 36 °C – 37 °C dengan berbagai cara pertukaran panas baik melalui
konduksi, konveksi, dan radiasi. Walaupun banyak faktor yang dapat
menaikan suhu tubuh, tapi mekanisme dalam tubuh, membuat suhu tetap
stabil. Menurut Permen No. 05 tahun 2018 ada beberapa istilah yang harus
dipahami yaitu :

1. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : Parameter untuk menilai


tingkat iklim kerja panas yang merupakan hasil perhitungan
antara suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola.
2. Suhu udara kering : suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu
kering

3. Suhu Basah Alami : suhu yang ditunjukkan oleh termometer


bola basah alami ( Natural Wet Bulb Thermometer )

4. Suhu Bola : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola ( Globe


Thermometer )
5. Kelembaban Relative, Q : Pebrandingan antara tekanan parsial uap air
yang ada di dalm udara dan tekanan jenuh uap air pada temperature.

2.2 Standart pengukuran iklim kerja

Menurut standar ACGIH terdapat NAB yang diperkenankan untuk


paparan panas WBGT adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Paparan Panas WBGT yang diperkenankan sebagai NAB (oC)

(Sumber : ACGIH, 2005)

Catatan :

1. Nilai pada table diatas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari
seminggu dalam waktu istirahat pada umumnya.
2. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk kerja
sangat berat tidak diberikan, mengingat efek fisiologis (tanpa melihat
WBGT) pekerjaan tersebut.
Tabel 2.2 Tabel kategori beban kerja dengan kategori tingkat metabolisme
Kategori Jenis aktivitas
Resting Duduk dengan tenang
Duduk dengan sedikit gerakan lengan
Light Duduk dengan sedikit gerakan tangan dan kaki
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan pada mesin atau meja
serta banyak gerakan lengan
Menggunakan gergaji meja (table saw)
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan/sedang pada mesin atau
meja serta sedikit berjalan
Moderate Menggosok/menyikat dengan posisi berdiri
Berjalan dengan mengangkat atau menekan dengan beban
sedang
Berjalan pada 6 km/jam dengan membawa beban 3 kg
Heavy Menggergaji dengan tangan
Menyekop pasir kering
Pekerjaan perakitan yang berat pada basis yang tidak terus-
menerus
Sebentar-sebentar mengangkat dengan mendorong atau menekan
beban yang berat
Very Heavy Menyekop pasir basah
(Sumber : ACGIH, 2005)
Menurut SNI 16 -7063-2004 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas)
dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) tidak diperkenankan melebihi:
1. Jenis pekerjaan ringan : 30,0˚C kalori yang dibutuhkan 100-200 kkal/jam
2. Jenis pekerjaan sedang : 26,7˚C kalori yang dibutuhkan >200 -350
kkal/jam
3. Jenis pekerjaan berat : 25,0˚C kalori yang dibutuhkan >350 – 500
kkal/jam
Perhitungan ISBB di luar ruangan dengan panas radiasi :
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
Perhitungan ISBB di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 suhu bola
Untuk mencari Kalori/ Jam
Kalori/Jam = Jenis kegiatan (kkal/jam) x BB (kg)
Untuk mencari Metabolisme Basal
1. Laki-laki= BB(kg) x 1 kkal/jam/kgBB
2. Perempuan = BB(kg) x 0,9 kkal/jam/kgBB
Menurut Permen No. 05 tahun 2018 terdapat Nilai Ambang Batas (NAB)
iklim kerja indeks suhu bola basah (ISBB) yang diperkenankan adalah :
Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja

2.3 Alat ukur Iklim Kerja


Pada umumnya alat yang digunakan untuk pengukuran temperatur
lingkungan kerja dan pajanan panas personal bersifat langsung baca (direct
reading instrument). Pengukuran untuk setiap komponen temperatur
lingkungan dilakukan dengan menggunakan alat sebagai berikut :
1. Termometer Basah Alami, adalah alat pengukur suhu basah alami yang
terdiri dari termometer gelas yang lambungnya dibalut dengan kantun
yang bagian bawahnya selalu terendam air suling yang ditempatkan
didalam tabung yang mempunyai isi 125 ml. Cara penggunannya adalah,
peralatan yang sudah dirangkai dipaparkan pada lingkungan yang akan
diukur selama 30 -60 menit, kemudian air raksa pada kolom dibaca
sebagai suhu basah alami (SBA)

Gambar 2.1 Wet Bulb Thermometer


2. Termometer Globe/Bola, adalah alat yang digunakan untuk mengukur
suhu bola/globe, alat ini terdiri dari bola berongga dengan diameter 15 cm
dibuat dari tembaga serta termometer gelas yang dalam rangkaiannya
menempatkan lambung pada titik pusat bola tersebut. Cara penggunannya
adalah, Alat yang telah dirangkai, kemudian dipaparkan pada tempat kerja
yang akan diukur pemaparan selama 20-30 menit, kemudian air raksa pada
kolom thermometer dibaca selama suhu globe/bola.

Gambar 2.2 Thermometer Globe


3. Termometer suhu kering, digunakan untuk mengukur suhu kering, cara
penggunaannya adalah Cara penggunannya adalah, termometer dipaparkan
pada lingkungan yang akan diukur selama 30-60 menit, kemudian air
raksa pada kolom dibaca sebagai suhu kering.
Gambar 2.3 Dry Bulb Thermometer

2.4 Penyakit Akibat Kerja yang ditimbulkan


Reaksi fisiologis yang belebihan dapat dimulai dari gangguan fisiologis
yang sangat sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat serius.
Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan
panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut (Murfida, dkk 2016) :
1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan,
sering melakukan istirahat curian dan lain-lain.
2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu gejala kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan tubuh yang tidak
cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh
<1,5% gejalanya tidak Nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut
mulai kering.
3. Heat rash, yakni keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal
kulit akibat kondisi kulit yang selalu basah. Pada kondisi demikian pekerja
perlu beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak
penghilang keringat.
4. Heat cramps merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat
keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari
tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak
dengan sedikit garam natrium.
5. Heat syncope atau fainting , keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke
otak tidak culup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan
kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
1. WBGT (Wet Bulb Globe temperature)
2. Air Suling
3. Tisu atau Kapas
3.2 Langkah Kerja

Mulai

Menentukan lokasi dan waktu praktikum untuk pengambilan data

Membuat laporan pendahuluan dantugas pendahuluan

Mengambil peralatan pengukur iklim kerja weather instrument dan


menggunakan APD sebelu pengukuran

Melakukan pengambilan data dengan alat Thermoscope dengan langkah sebagai


berikut :
a. Memposisikan alat pada posisi “ON”
b. Memilih satuan yang digunakan (°C) atau (°F)

Melakukan pengkuran suhu pada sasaran ukur

Suhu Basah :
Suhu Kering :
Meletakkan Thermoscope yang
Meletakkan Thermoscope pada
ujungnya ditutup dengan kapas /
tempat yang akan diukur. Biarkan
kain basah pada tem-at yang akan
sampai suhu kering terbaca pada
diukur, biarkan sampai
Thermoscope
terbacapada thermoscope

Mencatat hasil pengukuran

Selesai
DAFTAR PUSTAKA

ACGIH (American Conference of Govermental Industrial Hygienists). 2005.

Meri Mufrida, dkk. 2016. Pengendalian Tekanan Panas (Heat Stress) lingkungan
kerja berdasarkan metode ISBB. Padang : Universitas Negeri Padang

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018


Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkugan Kerja
Satrya Chandra,dkk. 2013. Evaluasi Pengendalian Heat Stress Pada pekerja di
Area Klin dan Cast Shop PT American Standart Indonesia Tahub 2013.
Jakarta : Universitas Indonesia

SNI 16-7063–2004. 2004. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas). Badan
Standarisasi Nasional. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai