Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik (FHISIP) UNIVERSITAS TERBUKA Chun Lie adalah seorang gadis desa berusia 16 tahun, dikarenakan kedua orang tuanya memiliki hutang kepada Rentenir. Akhirnya dipekerjakan oleh rentenir tersebut di Spa Plus Plus. Dalam kasus tersebut instrumen hukum manakah (apakah UU ketenagakerjaan atau UU Perdagangan Manusia) yang dapat digunakan untuk menjerat rentenir yang mempekerjakan Chun Lie tersebut? berikan argumentasi hukumnya. Jawaban : Perempuan yang dipekerjakan sebagai pekerja Spa Plus Plus merupakan salah satu bentuk perdagangan orang yang dieksploitasi, sehingga memenuhi unsur tujuan dari tindak pidana perdagangan orang. Jadi instrumen hukum yang dapat menjerat rentanir adalah UU ketenagakerjaan. Pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan memuat tentang pengertian perdagangan orang, yang menyatakan bahwa pada intinya perdagangan orang adalah tindakan yang merekrut, mengangkut, menampung, mengirim, memindahkan, atau menerima seseorang dengan menggunakan ancaman kekerasan, dengan menculik, menyekap, memalsukan dokumen (hal-hal yang berkaitan untuk menjalankan tindak pidana ini), melakukan penipuan, menyalahgunakan kekuasaan, atau posisi yang mudah melakukan perbuatan tindak pidana perdagangan orang ini, dalam hal menjeratkan utang kepada orang lain (korban) atau memberi bayaran atau manfaat kepada korban, sehingga mendapatkan persetujuan dari orang yang dapat mengendalikan orang lain (memiliki kekuasaan terhadap orang) tersebut, yang dilakukan di dalam negara ataupun antarnegara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tersebut, diterangkan sejumlah ancaman pidana bagi pelaku perdagangan orang. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120 juta dan paling banyak Rp600 juta (Pasal 2 ayat 1 UU 21/2007). 2. Setiap orang yang memasukkan orang ke wilayah negara Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di wilayah negara Republik Indonesia atau dieksploitasi di negara lain dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120 juta dan paling banyak Rp600 juta (Pasal 3 UU 21/2007). 3. Setiap orang yang membawa warga negara Indonesia ke luar wilayah negara Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di luar wilayah negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120 juta dan paling banyak Rp600 juta (Pasal 4 UU 21/2007). 4. Setiap orang yang melakukan pengangkatan anak dengan menjanjikan sesuatu atau memberikan sesuatu dengan maksud untuk dieksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120 juta dan paling banyak Rp600 juta (Pasal 5 UU 21/2007). 5. Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120 juta dan paling banyak Rp600 juta (Pasal 6 UU 21/2007). Selain penegakan hukum terhadap pelaku, korban (dalam hal ini perempuan) memerlukan perlindungan hukum. Perlindungan kepada korban dalam UndangUndang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dapat diwujudkan dalam bentuk pemenuhan hak-haknya yang meliputi: hak untuk memperoleh kerahasiaan identitas (Pasal 44 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ), hak untuk memperoleh restitusi atau ganti rugi (Pasal 48 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang), hak untuk memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan dan reintegrasi sosial dari pemerintah apabila yang bersangkutan mengalami penderitaan fisik maupun psikis akibat perdagangan orang (Pasal 51 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang).