Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 3

MATA KULIAH TINDAK PIDANA KHUSUS/HKUM4309

OLEH :
FITRIA HASANAH
NIM : 041409548

PROGRAM S1 ILMU HUKUM UPBJJ-UT JAMBI


Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik (FHISIP)
UNIVERSITAS TERBUKA
Chun Lie adalah seorang gadis desa berusia 16 tahun, dikarenakan kedua orang
tuanya memiliki hutang kepada Rentenir. Akhirnya dipekerjakan oleh rentenir
tersebut di Spa Plus Plus.
Dalam kasus tersebut instrumen hukum manakah (apakah UU
ketenagakerjaan atau UU Perdagangan Manusia) yang dapat digunakan untuk
menjerat rentenir yang mempekerjakan Chun Lie tersebut? berikan argumentasi
hukumnya.
Jawaban :
Perempuan yang dipekerjakan sebagai pekerja Spa Plus Plus merupakan salah
satu bentuk perdagangan orang yang dieksploitasi, sehingga memenuhi unsur
tujuan dari tindak pidana perdagangan orang. Jadi instrumen hukum yang
dapat menjerat rentanir adalah UU ketenagakerjaan.
Pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan memuat tentang pengertian
perdagangan orang, yang menyatakan bahwa pada intinya perdagangan orang
adalah tindakan yang merekrut, mengangkut, menampung, mengirim,
memindahkan, atau menerima seseorang dengan menggunakan ancaman
kekerasan, dengan menculik, menyekap, memalsukan dokumen (hal-hal yang
berkaitan untuk menjalankan tindak pidana ini), melakukan penipuan,
menyalahgunakan kekuasaan, atau posisi yang mudah melakukan perbuatan
tindak pidana perdagangan orang ini, dalam hal menjeratkan utang kepada
orang lain (korban) atau memberi bayaran atau manfaat kepada korban,
sehingga mendapatkan persetujuan dari orang yang dapat mengendalikan
orang lain (memiliki kekuasaan terhadap orang) tersebut, yang dilakukan di
dalam negara ataupun antarnegara, untuk tujuan eksploitasi atau
mengakibatkan orang tereksploitasi.
Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tersebut, diterangkan sejumlah
ancaman pidana bagi pelaku perdagangan orang. Beberapa di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk
tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik
Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan
paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120 juta
dan paling banyak Rp600 juta (Pasal 2 ayat 1 UU 21/2007).
2. Setiap orang yang memasukkan orang ke wilayah negara Republik
Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di wilayah negara Republik
Indonesia atau dieksploitasi di negara lain dipidana dengan pidana
penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama lima belas tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp120 juta dan paling banyak Rp600 juta
(Pasal 3 UU 21/2007).
3. Setiap orang yang membawa warga negara Indonesia ke luar wilayah
negara Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di luar
wilayah negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara
paling singkat tiga dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp120 juta dan paling banyak Rp600 juta (Pasal 4 UU
21/2007).
4. Setiap orang yang melakukan pengangkatan anak dengan menjanjikan
sesuatu atau memberikan sesuatu dengan maksud untuk
dieksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun
dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120
juta dan paling banyak Rp600 juta (Pasal 5 UU 21/2007).
5. Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar
negeri dengan cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut
tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun
dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120
juta dan paling banyak Rp600 juta (Pasal 6 UU 21/2007).
Selain penegakan hukum terhadap pelaku, korban (dalam hal ini perempuan)
memerlukan perlindungan hukum. Perlindungan kepada korban dalam
UndangUndang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dapat
diwujudkan dalam bentuk pemenuhan hak-haknya yang meliputi: hak untuk
memperoleh kerahasiaan identitas (Pasal 44 Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang ), hak untuk memperoleh restitusi atau ganti
rugi (Pasal 48 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang), hak untuk memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial,
pemulangan dan reintegrasi sosial dari pemerintah apabila yang bersangkutan
mengalami penderitaan fisik maupun psikis akibat perdagangan orang (Pasal 51
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang).

Anda mungkin juga menyukai